You are on page 1of 9

Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati

Analisis Kinerja Keuangan Unit Syariah PT Asuransi Jiwa


Manulife Indonesia Dalam Rangka Spin Off
Andry Krisnawarman
Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah, Politeknik Negeri Jakarta

Ali Masjono Muchtar


Program Studi Manajemen Keuangan Politeknik Negeri Jakarta

Titi Suhartati
Progam Studi Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta

Abstract
This research aims to determine the financial performance of Sharia Unit Manulife Indonesia in order to succeed
the spin off into sharia insurance companies. The data used are annual financial statements of Sharia Unit
Manulife Indonesia period 2011 - 2015 and the annual financial statement of its main company, Manulife
Indonesia Insurance period 2014 - 2015. The analysis technique used to determine the financial performance is
the financial ratio analysis and common size financial statement analysis. The analysis technique used to
determine the requirements of the spin off is analysis of comparative financial statements. Based on the results of
this research, it could be concluded that Sharia Unit Manulife Indonesia is not yet ready to implement the spin
off because it has not met the requirements set. Although financial performance is quite good, the performance of
management tabarru’ fund and investment participants fund need to be increased as a result of underwriting ratio
at year-end does not reach 40% and the ratio of the value of the investment component of the fund participants
excess in stocks sharia that does not comply with the provisions regarding limitations on admitted assets in the
form of investment.

Key Word: Spin Off, Sharia Unit Manulife Indonesia, Financial Performance

Absrtak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Unit Syariah Manulife Indonesia dalam rangka
mensukseskan proses spin off menjadi perusahaan asuransi syariah. Data yang digunakan adalah laporan keuangan
tahunan Unit Syariah Manulife Indonesia periode 2011 – 2015 dan laporan keuangan tahunan induknya yaitu
Perusahaan Asuransi Jiwa Manulife Indonesia periode 2014 – 2015. Teknik analisis yang digunakan dalam
mengetahui kinerja keuangan yaitu dengan analisis rasio keuangan dan analisis laporan keuangan common size.
Adapun teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui persyaratan spin off yaitu dengan analisis laporan
keuangan komparatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Unit Syariah Manulife Indonesia belum
siap melaksanakan spin off karena belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Meskipun kinerja keuangannya
cukup baik, kinerja dalam pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi peserta perlu ditingkatkan karena hasil
underwriting ratio diakhir tahun tidak mencapai 40% dan hasil perbandingan nilai pada komponen investasi dana
peserta yang berlebihan pada instrumen saham syariah tidak memenuhi ketentuan mengenai pembatasan atas
kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk investasi.

Kata Kunci: Spin Off, Unit Syariah Manulife Indonesia, Kinerja Keuangan.

Latar Belakang Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang tertarik


menerapkan prinsip syariah tersebut adalah lembaga
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia keuangan asuransi dimana awal mula berdirinya
didorong atas kebutuhan masyarakat khususnya industri asuransi syariah di Indonesia ditandai
umat muslim agar terhindar dari larangan-larangan dengan kehadiran PT Asuransi Takaful Keluarga
yang diperintahkan Allah SWT saat bertransaksi dan PT Asuransi Takaful Umum yang didirikan oleh
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai
prinsip syariah dalam sektor perekonomian di holding company pada tahun 1994 dalam bentuk
Indonesia diawali dengan berdirinya perbankan perusahaan asuransi murni syariah (full fledge)
syariah yang telah terbukti ketahanannya (Puspita, 2015).
menghadapi krisis keuangan pada tahun 1998 Selama lebih dari 2 (dua) dekade menjalani
sehingga lembaga keuangan konvensional lainnya kegiatan usahanya, industri asuransi syariah selalu
baik bank maupun non bank terinspirasi membentuk mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
unit kerja syariah (Aji, 2014). Salah satu diantara Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 446


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
peningkatan cukup signifikan pada pertumbuhan lagi masalah ketersediaan sumber daya manusia
industri asuransi syariah terjadi pada unit syariah (Batasa Tazkia Consulting, 2013). Ketentuan syarat
yang dibentuk oleh perusahaan asuransi jiwa spin off tersebut menurut Sula (2014) juga akan
konvensional yaitu dari 9 (sembilan) unit ditahun memberatkan para pelaku usaha dan membutuhkan
2006 menjadi 19 (sembilan belas) unit syariah di waktu yang sangat lama untuk mencapainya. Hal ini
akhir tahun 2015 (OJK, 2016). Meningkatnya sesuai dengan wawancara terhadap unit asuransi
pertumbuhan unit asuransi jiwa syariah tersebut syariah tertentu yang mengaku keberatan atas
berdampak pada pertumbuhan premi asuransi penetapan spin off karena kurangnya persiapan dan
syariah di Indonesia yang selalu mengalami manajemen yang kurang mendukung dalam
peningkatan setiap tahunnya, bahkan melebihi pelaksanaan peraturan tersebut (Fitriyani, 2015).
pertumbuhan premi asuransi konvensional. Tercatat Disisi lain, kebijakan spin off akan unit usaha
pertumbuhan premi asuransi syariah pada syariah perbankan yang terlebih dahulu ditetapkan
pertengahan bulan Desember 2013 mencapai 43% kurang membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
(empat puluh tiga per seratus) dibandingkan dengan Menurut penelitian Muharomah (2013), tidak terjadi
pertumbuhan premi asuransi konvensional yang perbedaan kinerja keuangan antara periode sebelum
hanya berhasil meraih 20% (dua puluh persen) saja dan sesudah spin off pada BNI Syariah dan BRI
(Zein, 2014). Syariah khususnya dalam memperoleh laba.
Dalam rangka pengembangan perekonomian Sehingga terdapat anggapan tidak adanya manfaat
syariah yang terbebas dari praktik konvensional, bahkan akan membebankan unit syariah dalam
Pemerintah Republik Indonesia menetapkan melaksanakan tuntutan pemerintah atas pemisahan
peraturan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun dari induk perusahaan asuransi.
2014 bahwa setiap unit syariah perusahaan asuransi Merujuk hal tersebut, maka dibutuhkan
dengan nilai dana tabarru’ dan dana investasi yang persiapan yang matang dari unit asuransi syariah
dimiliki mencapai paling sedikit 50% (lima puluh dalam melaksanakan tuntunan spin off mengingat
persen) dari total nilai dana asuransi, dan dana dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
investasi peserta pada perusahaan induknya, wajib keseluruhan dan meningkatkan kinerja secara lebih
melakukan pemisahan atau spin off menjadi baik dalam kegiatan operasional maupun usahanya
perusahaan asuransi syariah paling lambat (Moin, 2010). Sehubungan dengan Unit Syariah PT
dilaksanakan pada tahun 2024. Adapun syarat lain Asurani Jiwa Manulife Indonesia yang sedang
yang wajib dipenuhi yaitu sesuai dengan Peraturan dalam proses pengajuan spin off, maka perlu
Pemerintah No. 39 Tahun 2008, setiap unit syariah dilakukan analisis kinerja keuangan dalam
perusahaan asuransi yang akan mengajukan spin off mempersiapkan pelaksanaan spin off dengan
menjadi perusahaan asuransi syariah wajib memiliki menggunakan beberapa metode analisis keuangan
modal sendiri minimal Rp.50 miliar. Hal ini agar dapat mengidentifikasi kebutuhan pada sektor
bertujuan untuk mendorong perusahaan keuangan yang diperlukan dan mengevaluasi secara
perasuransian di Indonesia berkomitmen dalam dini jika terdapat permasalahan dengan memberikan
mengembangkan keuangan syariah agar gambaran akan kinerja keuanganya dalam proses
meningkatkan kapasitas bisnis asuransi syariah di persiapan pemisahan dari induk usahanya.
Indonesia (OJK, 2015). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
Peraturan pemisahan atau spin off unit asuransi maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui
syariah dari induknya menjadi perusahaan asuransi kinerja keuangan Unit Syariah PT Asuransi Jiwa
syariah berdampak pada kemandirian dalam Manulife Indonesia dalam persiapannya
menetapkan kebijakan dan lebih efektif serta efisien melaksanakan spin off dengan judul “ANALISIS
dalam melakukan suatu tindakan sehingga dapat KINERJA KEUANGAN UNIT SYARIAH PT
meningkatkan kapasitas usahanya demi ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA
menyediakan kebutuhan masyarakat Indonesia. DALAM RANGKA SPIN OFF”.
Respons dari perusahaan asuransi syariah sendiri
mengenai kebijakan baru tersebut menuai tanggapan Permasalahan
positif. Terdapat tiga unit syariah perusahaan Kewajiban spin off unit syariah perusahaan
asuransi yang sedang dalam proses pengajuan spin asuransi dengan syarat harus memenuhi 50% dari
off menjadi perusahaan dengan entitas sendiri yaitu total dana asuransi, dana tabarru’, dan dana
PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera, PT investasi peserta induk usahanya merupakan hal
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dan PT Asuransi yang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
Jasa Indonesia (Jasindo) (Muchlasin, 2016). sanagat lama untuk dicapai (Batasa Tazkia
Meskipun pelaku usaha menyambut baik akan Consulting, Sula). Sebagai salah satu unit syariah
kebijakan spin off, namun terdapat unit syariah dan yang telah mengajukan spin off kepada OJK, Unit
beberapa pengamat asuransi syariah yang tidak Syariah PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
sependapat akan penetapan kebijakan tersebut. tentunya telah mengetahui dan wajib memenuhi
Syarat pemenuhan dana peserta sebesar 50% persyaratan yang ditentukan dalam proses
dari induknya untuk dapat melaksanakan spin off pelaksanaan spin off. Namun untuk mendapatkan
tidak dapat dipaksakan mengingat kemungkinan hasil yang optimal, perlu dianalisis kinerja keuangan
akan terjadi penuruan performa perusahaan, belum Unit Syariah PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 447


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
agar dapat mempersiapkan secara matang dalam menyatakan tingkat kinerja keuangannya
proses pelaksaaan spin off sehingga tidak memiliki bobot 298,75% atau kinerja
menimbulkan hal-hal yang merugikan. keuangannya termasuk memuaskan. Namun hal
ini didorong atas besarnya likuiditas yang
Tujuan dimiliki sehingga kedepannya haru memikirkan
Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan pendapatan jangka panjang untuk memenuhi
penelitian diatas, maka tujuan yang hendak dicapai kewajiban jangka panjangnya. Lalu untuk dapat
dari penelitian ini adalah: memenuhi ketentuan spin off, Unit Syariah
Bringin Life dinyatakan belum mampu
1. Menganalisis kinerja keuangan Unit Syariah PT memenuhi ketentuan modal yang disetor yaitu
Asuransi Jiwa Manulife periode 2011 – 2015. sebesar Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar).
2. Mengetahui persyaratan yang telah dipenuhi 4. Analisis kinerja keuangan perusahaan asuransi
Unit Syariah PT Asuransi Jiwa Manulife dalam umum di Indonesia periode 2008 – 2010
proses pelaksanaan spin off. berdasarkan rasio utama early warning system
3. Menganalisis kinerja keuangan yang perlu yang diteliti oleh Nurfadila,dkk (2015),
dioptimalkan Unit Syariah PT Asuransi Jiwa mengungkapkan beberapa perusahan asuransi
Manulife dalam rangka mensukseskan spin off. perlu meningkatkan dan meninjau kembali
4. Mendeskripsikan hasil analisis yang kinerja keuangannya demi keberlangsungan
mendukung keputusan spin off. usahanya yang lebih baik lagi. Adapun
kesimpulan atas hasil penilaian kinerja
Reviu Pustaka keuangan perusahaan asuransi umum di
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi Indonesia berdasarkan perhitungan Investmen
bahan referensi dalam penelitian ini terkait yaitu Yield Ratio dengan batas normal minimal 15%,
sebagai berikut: perusahaan asuransi disarankan membentuk
portofolio baru untuk rencana investasinya agar
1. Hasil analisis rasio keuangan yang dilakukan tidak tergantung pada satu portofolio investasi.
oleh Zahara (2010) berdasarkan rasio likuditas, Sedangkan hasil perhitungan underwriting
solvabilitas, dan rentabilitas mengungkapkan ratio dengan batas normal minimal 40% yang
kondisi keuangan PT. Asuransi Takaful menggambaran keuntungan perusahaan dengan
Keluarga periode 2004 – 2008 termasuk dalam membandingkan hasil underwriting dengan
kategori “tidak sehat” mengingat memiliki pendapatan premi menunujukkan posisi yang
bobot nilai kurang dari 100%. Hal ini baik.
disebabkan terjadinya kerugian pada tahun 5. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
2004 serta meningkatnya beban yang tidak oleh Fitriyani (2015), pandangan pihak OJK,
disertai peningkatan pendapatan. Hasil rasio unit syariah asuransi swasta dan BUMN, serta
yield on investment dalam kegiatan investasi pakar ekonomi syariah terhadap kebijakan
yang dilakukan perusahaan menunjukkan nilai penetapan spin off unit syariah pada setiap
positif dengan selalu mengalami pertumbuhan industri asuransi di Indonesia merupakan hal
dari tahun ke tahunnya. yang baik dan berdampak positif bagi industri
2. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh asuransi syariah. Namun bagi unit syariah
Muharomah (2013) mengenai analisis kinerja tertentu kebijakan tersebut tidak lebih baik
keuangan bank syariah saat sebelum dan untuk perkembangan perusahaan setelah spin
sesudah spin off periode 2004 – 2013 yang off karena kurangnya persiapan yang matang.
terlebih dahulu ditetapkan, mengungkapkan Diperlukan tenaga ahli yang handal guna
tingkat efisiensi dan kemampuan bank syariah meningkatkan kinerja keuangan, khususnya
melakukan kegiatan operasionalnya meningkatkan pertumbuhan aset demi
berdasarkan rasio biaya operasional terhadap memperkuat bisnis serta mewujudkan rencana
pendapatan operasional (BOPO) tidak berbeda bisnis.
dan tingkat likuiditas yang meningkat 6. Dalam penelitian analisis laporan keuangan
berdasarkan rasio financial to deposit ratio yang dilakukan oleh Yanti (2015) terhadap
(FDR). Namun berdasarkan hasil rasio return Departemen Asuransi Jiwa Syariah AJB
on assets (ROA), tidak terjadi peningkatan Bumiputera 1912 periode 2010 – 2014, hasil
dalam perolehan keuntungan atau laba. Maka analisis rasio keuangan menyatakan meskipun
dari itu, sebaiknya dalam pelaksanaan spin off berdasarkan tolak ukur Risk Based Capital telah
khususnya pada lembaga keuangan dibutuhkan melampaui nilai diatas 30% dan rasio
persiapan kinerja keuangan yang matang agar likuiditasnya menunjukan kinerja yang sangat
tidak merasa terbebani oleh tuntutan peraturan memuaskan, namun hasil rasio solvabilitas dan
atas pemisahan dari induknya dan dapat rasio rentabilitasnya menunjukkan kinerja
melaksanakan proses spin off dengan baik. keuangan yang kurang baik. Peningkatan
3. Menurut penelitian Astari (2013) terhadap Unit pendapatan pun terjadi yang dihitung
Usaha Syariah PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa berdasarkan rasio underwrting, namun tarif
Sejahtera, hasil analisis rasio keuangan premi yang ditetapkan perlu disesuaikan agar

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 448


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
perusahaan memperoleh keuntungan. Adapun Syariah Manulife Indonesia dalam memperdayakan
peningkatan hasil rasio retensi sendiri yang modal kerjanya dengan catatan tetap
mencerminkan peningkatan jumlah peserta memperhatikan likuiditasnya dalam memenuhi
asuransi syariah di AJB Bumiputtera Syariah. kewajiban jangka pendeknya yang dapat ditagih
Berdasarkan analisis laporan keuangan sewaktu-waktu. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
common-size dan komparatif, terjadi hasil analisis yaitu rata-rata rasio likuiditas dalam
peningkatan aset yang namun harus periode 2011 – 2015 adalah sebesar 479,87%
ditingkatkan agar dapat bersaing ditengah dengan jumlah current ratio setiap tahunnya diatas
perkembangan industri asuransi syariah. batas standar umum (rule of thumb) current ratio
yaitu sebesar 200%.
Metode Penelitian Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan nilai rata-rata rasio sebesar 479,87%,
deskriptif kuantitatif. Sumber data yang digunakan menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
adalah data sekunder (secondary data sources) 826/KMK.013/1992 juga menunjukkan posisi
berupa laporan keuangan tahunan Unit Syariah PT likuiditas Unit Syariah Manulife Indonesia sehat
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia periode 2011 – karena setiap tahunnya nilai rasio likuiditas Unit
2015 dan laporan keuangan tahunan induk usahanya Syariah Manulife Indonesia lebih dari 120% atau
yaitu PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dalam menunjukkan kinerja Unit Syairah Manulife
periode 2014 – 2015 dan literatur terkait dimana Indonesia dalam memenuhi utang atau kewajiban
metode pengumpulan data yang digunakan yaitu jangka pendeknya baik sehingga dengan hasil
metode dokumentasi dan studi kepustakaan (library tersebut mengindikasikan tidak terdapat masalah
research). Setelah data terkumpul, maka penulis dalam kinerja keuangan dalam hal likuiditasnya,
melakukan analisis kinerja keuangan dengan khususnya memenuhi kewajiban atas pembayaran
menggunakan alat alat analisis berupa analisis rasio klaim peserta yang menjadi prioritas untuk dipenuhi
keuangan, analisis laporan keuangan common size, suatu perusahaan asuransi yang tidak dapat
dan analisis laporan keuangan komparatif. ditentunkan waktunya.

Pembahasan Tabel 2. Rasio Solvabilitas


a. Analisis Rasio Keuangan Debt to Assets Ratio
Total Total
Tahun DAR
Tabel 1. Rasio Likuiditas Kewajiban Aset
Current Ratio 2011 5.008 42.837 11.69%
Aset Kewajiban Current 2012 11.832 59.693 19,82%
Tahun
Lancar Lancar Ratio
2013 27.885 101.131 27,57%
2011 42.837 5.008 855,37%
2014 49.151 158.410 31,03%
2012 59.693 11.832 504,50%
2015 65.074 222.030 29,31%
2013 101.131 27.885 362,67%
Rata-rata 23,88%
2014 158.410 49.151 322,29%
Sumber: Data yang telah diolah
2015 222.030 65.074 341,20%
Rata-rata 479,87% Debt to Equity Ratio
Sumber: Data yang telah diolah Total Total
Tahun DER
Kewajiban Ekuitas
Hasil jumlah current ratio pada tahun 2011 2011 5.008 37.391 13,39%
adalah nilai tertinggi diantara tahun-tahun lainnya 2012 11.832 46.846 25,26%
yaitu mencapai 855,37% atau dengan kata lain
setiap Rp. 1,00 utang jangka pendek yang dimiliki 2013 27.885 71.203 39,16%
Unit Syariah Manulife Indonesia akan ditanggung 2014 49.151 105.974 46,38%
oleh aset lancar sebesar Rp. 8,55 sehingga 2015 65.074 152.020 42,81%
mengindikasikan kinerja Unit Syariah Manulife
Indonesia baik karena dapat memenuhi setiap Rata-rata 33,40%
kewajiban jangka pendeknya. Namun menurut Sumber: Data yang telah diolah
Amrin (2009), jika hasil current ratio terlalu tinggi
juga tidak baik karena banyaknya modal kerja yang Hasil jumlah debt to assets ratio Unit Syariah
tidak dipergunakan (iddle fund). Manulife Indonesia pada tahun 2011 sebesar
Meskipun dari tahun 2012 sampai dengan 11,69% atau dengan kata lain sebesar 11,69% dari
tahun 2014 hasil perhitungan current ratio Unit aset perusahaan didanai oleh utang dan sisa asetnya
Syariah Manulife Indonesia mengalami penuruan sebesar 88,31% didanai oleh ekuitas pemegang
dibandingkan tahun 2011 lalu mengalami kenaikan saham. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil jumlah
pada tahun 2015 yaitu sebesar 345,85%, hal ini debt to assets ratio mengalami peningkatan
menujukkan terjadinya perbaikan kinerja Unit khususnya pada tahun 2014 dengan jumlah sebesar

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 449


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
31,03% karena banyaknya kewajiban akan peserta dimana dana yang digunakan berasal dari
kontribusi yang belum menjadi hak dan utang lain- dana peserta tersebut. Jika pihak perusahan asuransi
lainnya. Hal ini menjadi tuntutan dan tantangan syariah tidak mampu memberikan penggantian atas
tersendiri bagi manajemen Unit Manulife Syariah klaim peserta, maka perusahaan wajib
dalam melaksanakan kewajibannya yaitu memenuhinya dengan modal dan aset yang dimiliki
memberikan hak peserta yang belum terbayarkan (Sula, 2004).
dan mengelola kewajibannya. Pada tahun 2015, Hal ini sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
terjadi peningkatan kinerja keuangan dengan Keuangan No. 28/POJK.05/2015 dimana setiap
menurunnya nilai debt to assets ratio yaitu sebesar perusahaan asuransi syariah yang mengalami
29,31% yang dapat ditandai dengan menurunnya pembubaran atau pailit, kewajiban pertama yang
kontribusi yang belum menjadi hak. harus dipenuhi adalah kewajiban berupa klaim yang
Hasil perolehan nilai debt to equity ratio yang timbul dari peserta. Maka dari itu, dengan
dapat dilihat dari tabel 4.7 pada tahun 2011 yaitu menurunnya nilai rasio solvabilitas akan
sebesar 13,39% menunjukkan komposisi ekuitas menentukan kinerja keuangan Unit Syariah
Unit Syariah Manulife Indonesia yang didanai oleh Manulife Indonesia dalam mememenuhi setiap
kreditur hanya sebesar 13,39% dan sisanya sebesar kewajiban yang diantisipasi dengan aset dan modal.
86,61% dimiliki oleh pemilik saham. Dengan hasil
tersebut mengindikasikan kinerja keuangan yang Tabel 3. Rasio Solvabilitas
memuaskan mengingat besarnya modal yang Return on Assets Ratio
dimiliki oleh pemilik saham dapat memenuhi Tahun Laba Sebelum Total ROA
seluruh kewajiban yang terdapat dalam Unit Syariah Pajak Aktiva
Manulife Indonesia sehingga semakin besar 2011 6.702 42.837 15,65%
perlindungan kreditur jika terjadi kerugain besar, 2012 12.440 59.693 20,84%
namun hasil perhitungan debt to equity ratio dalam
periode 2011 – 2015, hasil perhitungan debt to 2013 25.037 101.131 24,76%
equity ratio terbesar yaitu pada tahun 2014 dengan 2014 36.908 158.410 23,30%
nilai sebesar 46,38. Hal ini ditandai dengan
2015 48.891 222.030 22,02%
meningkatnya kewajiban perusahaan khususnya
pada pos penyisihan kontribusi yang belum menjadi Rata-rata 21,31%
hak dan utang lain-lain sehingga menurunnya Sumber: Data yang telah diolah
kinerja keuangan Unit Syariah Manulife Indonesia
karena meningkatnya risiko solvabilitas. Dengan Return on Equity Ratio
hasil rata-rata debt to assets ratio sebesar 23,88% Tahun Laba Setelah Total ROE
dan debt to equity ratio sebesar 33,4% menunjukkan Pajak Ekuitas
kinerja Unit Syariah Manulife Indonesia dalam 2011 5.052 37.391 13,51%
memenuhi seluruh kewajibannya dapat dikatakan
baik karena hasilnya kurang dari 50% sehingga 2012 9.455 46.846 20,18%
mengindikasikan dapat menanggung seluruh 2013 24.357 71.203 34,21%
kewajibannya dengan aset dan modal yang dimiliki 2014 34.771 105.974 32,81%
Unit Syariah Manulife Indonesia.
Meskipun dapat terlihat hasil analisis 2015 46.046 152.020 30,29%
solvabilitas selalu meningkat, namun pada tahun Rata-rata 26,20%
2015 nilai debt to assets ratio dan debt to equity Sumber: Data yang telah diolah
ratio mengalami penurunan dibandingkan tahun
2014. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan Rasio rentabilitas Unit Syariah Manulife
kinerja keuangan yang dikelola oleh manajemen Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2011
Unit Syariah Manulife Indonesia dalam menangani sampai dengan 2013. Hal ini dikarenakan terjadinya
posisi utang atau kewajiban yang dimiiliki sehingga peningkatan laba yang didapat Unit Syariah
solvabilitas Unit Syariah Manulife Indonesia Manulife Indonesia yang cukup pesat hingga 100%
meningkat. Berdasarkan Keputusan Menteri lebih. Dengan nilai rata-rata return on assets ratio
Keuangan No. 826/KMK.013/1992, solvabilitas sebesar 21,31% dan nilai rata-rata return on equity
Unit Syariah Manulife Indonesia tidak termasuk sebesar 26,20%, menunjukkan kinerja keuangan
golongan sehat karena rata-rata nilai debt to assets Unit Manulife Syariah baik karena nilai rentabilitas
ratio dan debt to equity ratio tidak kurang dari Unit Syariah Manulife Indonesia melebihi 15%
12,5% namun tetap dapat menanggung seluruh sehingga dapat dikatakan pengelolaan aset dan
kewajibannya. modal yang dimilikinya dalam mendapatkan
Analisis solvabilitas dalam asuransi syariah keuntungan baik.
sangat dibutuhkan mengingat kegiatan utamanya Nilai rasio rentabilitas berdasarkan
adalah mengelola dana peserta dimana dana tersebut perhitungan return on assets ratio dan return on
termasuk dalam posisi kewajiban. Pihak asuransi equity ratio dalam kurun waktu dua tahun terakhir
syariah wajib memberikan sejumlah penggantian yaitu pada tahun 2014 dan 2015 mengalami sedikit
atas kewajiban berupa klaim yang timbul dari penurunan karena meningkatnya beban yang harus

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 450


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
ditanggung yang tidak seiring dengan pertumbuh Hal ini menjadi penyebab nilai underwriting
pendapatan. Hal ini juga didukung oleh lambatnya ratio pada tahun 2015 menempati urutan terendah
perekonomian Indonesia pada tahun 2014 dan 2015 sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan Unit
yang berdampak pada lemahnya daya beli Syariah Manulife Indonesia dalam mengelola dana
masyarakat sehingga perolehan premi (kontribusi) tabarru’ buruk karena nilainya kurang dari 40%.
asuransi khususnya asuransi jiwa syariah menurun Dengan menurunnya hasil underwriting ratio maka
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (Agus, dapat mengurangi pendapatan Unit Syariah
2016). Meskipun begitu nilai rasio rentabilitasnya Manulife Indonesia atas pengelolaan atau
tetap lebih dari 12% sehingga dapat dikatakan underwriting dana tabarru’. Jika terjadi defisit
kinerja Unit Syariah Manulife Indonesia dalam pengelolaan dana tabarru’, maka Unit Syariah
mengelola aset dan modalnya dalam mendapatkan Manulife Indonesia wajib memenuhi setiap
laba baik dan telah memenuhi ketentuan kewajiban berupa klaim yang timbul dari peserta
Pihak perusahaan akan menerima keuntungan dengan aset dan modalnya sendiri.
atas biaya (ujrah) pengelolaan yang pasti akan
didapat dari setiap peserta. Disisi lain, perusahaan Investment Yield Ratio
asuransi syariah juga akan menerima keuntungan Tahun Pendapatan Rata-Rata IYR
dari bagi hasil atas surplus (defisit) pengelolaan atau Pengelolaan Investasi
dikenal underwrting dana tabarru’ dan bagi hasil
2011 653 17.566 3,72%
yang diterima atas keuntungan investasi dana
2012 1.173 31.270 3,75%
peserta (Sula, 2004). Sehingga kinerja keuangan
2013 1.686 53.900 3,13%
asuransi syariah sangat dituntut dalam pengelolaan
dana pesertanya mengingat dapat menghasilkan. 2014 4.891 88.530 5,52%
2015 6.422 123.162 5,21%
Underwriting Ratio
Rata-rata 4,27%
Tahu Hasil Pendapata Underwriting
n Underwriting n Premi Ratio
2011 577 749 77,04% Berdasarkan hasil perhitungan investment
yield ratio, pendapatan yang didapat Unit Syariah
2012 902 1.539 58,61%
Manulife Indonesia dalam periode 2011 – 2015
2013 1.647 3.012 54,68% tidak mencapai batas normal minimal yaitu 15%
2014 2.003 4.848 41,32% yang menunjukkan penempatan investasi yang
dilakukan kurang tepat sehingga kinerjanya dalam
2015 2.997 10.047 29,83%
mendapatkan laba kurang baik. Namun jika
Rata-Rata 52,29% ditelusuri lebih lanjut, investasi yang dilakukan
berasal dari dana peserta sehingga hasil atas
Hasil perhitungan rasio underwriting pada investasi yang dikelola oleh Unit Syariah Manulife
Unit Manulife Syariah selama 5 (lima) tahun Indonesia berasaskan bagi hasil dengan pesertanya.
berturut-turut dari tahun 2011 sampai dengan tahun Namun dari tahun 2013 hingga ke tahun 2015 terjadi
2014 melebihi nilai sebesar 40%. Hal ini peningkatan pendapatan yang menunjukkan
mengindikasikan tarif premi atau kontribusi yang performa atas pengelolaan dana investasi peserta
ditetapkan pihak manjamenen kepada peserta tepat mengalami perbaikan.
sasaran sehingga pihak Unit Manulife Syariah selalu Meskipun belum mencukupi batas normal
memenuhi kewajibannya dalam membayarkan hak- minimal investment yield ratio, dengan perbaikan
hak peserta dan juga selalu mendapatkan kinerja keuangan Unit Syariah Manulife Indonesia
pendapatan atas pengelolaan yang berasal dari dalam mengelola dana investasi peserta berdampak
pembagian surplus underwriting sehingga dapat pada meningkatnya keuntungan yang didapat karena
dikatakan dalam periode 2011 – 2015 kinerja Unit setiap keuntungan yang diterima atas kegiatan
Syariah Manulife Indonesia dalam mengelola dana investasi dana peserta dibagi kepada peserta dan
tabarru’ baik. pihak asuransi syariah sesuai dengan kesepakatan
Meskipun begitu berdasarkan Gambar 4.4 (Sula, 2004). Namun untuk mengetahui lebih lanjut
dapat terlihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun mengenai kegiatan investasi Unit Syariah Manulife
2015, nilai underwriting ratio selalu mengalami Indonesia yang tepat sasaran maka dilakukan
penurunan. Jika pada tahun 2011, nilai underwriting analisis investasi dana peserta dengan menggunakan
ratio menjadi nilai tertinggi karena premi yang analisis laporan keuangan common size.
didapat sangat tinggi dibandingkan beban yang
harus dibayarkan sehingga mendapatkan nilai rasio b. Analisis Laporan Keuangan Common Size
underwriting 77,04%, pada tahun 2015 rasio
underwriting menempati posisi terendah dibanding Tabel 4. Analisis Laporan Keuangan Common Size
tahun sebelumnya dengan nilai 29,83% karena 2011 2012 2013 2014 2015
terjadinya peningkatan beban asuransi khususnya Investasi
pada pembayaran klaim yang wajib dipenuhi 17,89 21,86 24,86 17,73 21,42
Deposito
% % % % %

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 451


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
Saham 81,07 76,91 74,08 77,35 72,82 spin off yang tertuang dalam Undang-Undang No.
Syariah % % % % % 40 Tahun 2014 yaitu mencapai total nilai dana
Sukuk atau
Obligasi - - - - 2,03%
asuransi dan dana investasi sebesar 50% dari
Syariah induknya. Hal ini menunjukkan bahwasanya
Surat Manulife Unit Syariah belum mampu memenuhi
Berharga
1,04% 1,24% 1,06% 4,92% 3,73%
persyaratan sehingga tidak dapat melaksanakan spin
Syariah off menjadi perusahaan asuransi syariah.
Negara
Jumlah
100% 100% 100% 100% 100% Tabel 6. Analisis Laporan Keuangan Komparatif
Investasi
Modal Disetor Unit Syariah Manulife Indonesia
Berdasarkan hasil analisis common size Tahun Modal Disetor
komponen aset berupa investasi pada Laporan
Neraca Dana Investasi Peserta Unit Manulife 2014 25.000
Syariah periode 2011-2015, penempatan investasi
pada Sukuk dan Surat Berharga Syariah Negara 2015 25.000
selalu kurang dari 40% dari total investasi yang Sumber: Laporan Keuangan Unit Syariah Manulife
berarti telah memenuhi ketentuan yang telah Indonesia
ditetapkan dalam pasal 12 Peraturan Menteri
Keuangan No. 11/PMK.010/2011. Berdasarkan laporan keuangan Unit Syariah
Dari sekian surat berharga yang dialokasikan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia periode 2014-
untuk kegiatan investasi dana peserta Unit Manulife 2015, modal yang disetorkan perusahaan tidak
Syariah, saham syariah menempati urutan pertama mengalami peningkatan maupun penurunan. Namun
yang paling tinggi komposisinya dari seluruh jumlah dengan modal yang disetor hanya sebesar Rp.
investasi dana peserta. Selama periode 2011 – 2015, 25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) tidak
investasi dalam bentuk saham syariah selalu mencukupi persyaratan untuk mendirikan
melebihi batas yang telah diatur yaitu lebih dari 40% perusahaan asuransi syariah dimana minimal modal
dari seluruh jumlah investasi. Hingga saat ini saham yang wajib disetor adalah sebesar Rp.
memang menjadi andalan investor dalam 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) sehingga
berinvestasi dipasar modal karena bisa mendapatkan Unit Syariah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
pendapatan dalam bentuk dividen, sangat likuid atau tidak dapat melaksanakan spin off menjadi
mudah di perjualbelikan kepada sesama investor, perusahaan asuransi syariah.
dan dapat menerima keuntungan atas hasil penjualan
dengan harga jual lebih tinggi dari harga beli Kesimpulan
(capital gain).
Namun, risiko kerugian yang dapat diterima Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang
dari penyertaan investasi dalam bentuk saham telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
syariah juga harus dipertimbangkan mengingat disimpulkan sebagai berikut:
tidak adanya jaminan yang pasti akan mendapatkan 1. Hasil analisis kinerja keuangan Unit Syariah
dividen dari penyertaan saham biasa, harga jual Manulife Indonesia dengan menggunakan
saham yang berfluktruatif, dan pada saat terjadi analisis rasio likuiditas, solvabilitas,
likuidasi perusahaan, hak klaim pemegang saham rentabilitas, dan analisis laporan keuangan
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh common size adalah:
kewajiban perusahaan terselesaikan (Hidayat, a. Likuiditas Unit Syariah Manulife Indonesia
2011). Maka dari itu perlu segera dilakukan berdasarkan perhitungan current ratio
penyesuaian kembali akan penempatan investasi menunjukkan kinerja keuangannya telah
yang dilakukan Unit Manulife Syariah. memenuhi peraturan karena memiliki nilai
lebih dari 200% sehingga seluruh
c. Analisis Laporan Keuangan Komparatif kewajiban jangka pendeknya dapat
Tabel 5. Analisis Laporan Keuangan Komparatif terpenuhi.
Dana Unit Syariah dan Induk Usaha b. Solvabilitas berdasarkan perhitungan debt
Tahun Total Total Dana Total Dana Total to assets ratio sebesar 23,88% dan
Dana Manulife Untuk Spin Kekurangan perhitungan debt to equity ratio sebesar
Manulife Konvensional Off (C) Dana Untuk
Unit (B) (B) X 50% Spin Off
33,4% menunjukkan kinerja keuangan Unit
Syariah A)-(C) Syariah Manulife Indonesia telah
(A) memenuhi peraturan karena memiliki nilai
2014 112,558 45,052,045 22,526,022.5 (22.413.465) kurang dari 50% sehingga seluruh
2015 141,986 42,131,601 21,065,800.5 (20.923.815) kewajibannya dapat terpenuhi oleh aset dan
Sumber: Data yang telah diolah
modal yang dimiliki.
Berdasarkan hasil perbandingan antara total
c. Rentabilitas yang dihitung berdasarkan
dana tabarru’ dan dana investasi Manulife Unit
rasio return on assets dan return on equity
Syariah dengan dana asuransi dan dana investasi
menunjukkan kinerja keuangannya Unit
pada induknya, tidak terdapat satupun total dana
Syariah Manulife Indonesia telah
Unit Manulife Syariah yang memenuhi persyaratan

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 452


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
memenuhi ketentuan karena memiliki nilai 2013 – 2015. (Online). (http://www.aasi.or.id/,
lebih dari 12%. Namun hasil rasio diakses 29 Maret 2016).
rentabilitas dengan menggunakan Astari, Mirriam. 2013. Kebijakan Spin Off Unit
perhitungan underwriting ratio selalu Usaha Asuransi Syariah Berdasarkan Kinerja
mengalami penurunan dan dibawah batas Keuangan Studi Pada PT Asuransi Jiwa
normal minimal yaitu 40% sehingga dapat BRINGIN JIWA SEJAHTERA (Unit Usaha
dikatakan kinerja keuangannya dalam Syariah). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam
mengelola dana tabarru’ buruk. Hasil Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
perhitungan investment yield ratio juga Batasa Tazkia Consulting. 2013. “Spin Off Asuransi
selalu dibawah batas normal minimal yaitu Syariah, Now or Later?”. Bogor: Penerbit
kurang dari 15% menunjukkan kinerja STEI Tazkia
keuangan Unit Syariah Manulife Indonesia Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-
buruk dan kurang tepatnya dalam MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
menempatkan investasi dana peserta. Hal Asuransi Syariah
ini dapat dilihat dari hasil analisis laporan Fitriyani, Tia. 2015. Optimalisasi Kinerja Unit
keuangan common size terhadap komposisi Asuransi Syariah Menghadapi Kebijakan Spin
penempatan investasi dana peserta yang Off. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
menunjukkan kinerja keuangan yang Syarif Hidayatullah Jakarta
kurang baik karena terlalu banyak Hidayat, Mohamad. 2010. An Introduction to The
berinvestasi pada saham syariah yang tidak Sharia Economic. Jakarta: Penerbit Zikrul
sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Hakim.
No. 11/PMK.010/2011. Keputusan Menteri Keuangan No.
2. Hasil analisis laporan keuangan komparatif 826/KMK.013/1992 Tentang Peningkatan
mengenai syarat spin off yaitu memiliki total Efisiensi dan Produktivitas Badan Usaha Milik
dana tabarru’ dan dana investasi peserta Negara
sebesar 50% dari total dana asuransi dan dana Laporan Keuangan Unit Syariah PT Asuransi Jiwa
investasi pada perusahaan induknya Manulife Indonesia Periode 2011 – 2015.
menunjukkan Unit Syariah Manulife Indonesia (Online). (https://www.manulife-
belum memenuhi persyaratan untuk spin off indonesia.com/, diakses 2 April 2016).
menjadi perusahaan asuransi syariah. Laporan Keuangan PT Asuransi Jiwa Manulife
Begitupun juga dengan syarat spin off untuk Indonesia Periode 2014 – 2015. (Online).
menjadi perusahaan asuransi syariah yaitu (https://www.manulife-indonesia.com/,
modal yang disetorkan minimal Rp. 50 miliar diakses 2 April 2016).
belum mampu dipenuhi oleh Unit Syariah Muharomah, Ima Akmala Nur. 2013. Perbandingan
Manulife Indonesia karena modal yang disetor Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum Dan
hingga tahun 2015 hanya mencapai Rp. 25 Sesudah Spin Off (Studi Kasus Pada Bank BNI
miliar. Syariah dan BRI Syariah. Skripsi. Yogyakarta:
3. Kinerja keuangan yang masih perlu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
ditingkatkan Unit Syariah Manulife Indonesia Moin, Abdul. 2010. Merger, Akuisisi, & Divestasi.
dalam rangka mensukseskan proses spin off Jakarta: Penerbit Ekonisia.
menjadi perusahaan asuransi syariah adalah Nurfadila, Sindi, et al. 2015. Analisis Rasio
pengelolaan atau underwriting dana tabarru’ Keuangan dan Risk Based Capital Untuk
dan pengelolaan dana investasi yang didapat Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
dari kontribusi peserta. Asuransi (Studi pada PT. Asei Reasuransi
4. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan Indonesia (Persero) Periode 2011-2013).
bahwa Unit Syariah Manulife Indonesia belum Makalah disajikan dalam Jurnal Administrasi
siap melakukan spin off karena perlu memenuhi Bisnis (JAB) Volume 22, Nomor 1, Mei 2015.
syarat yang telah ditetapkan dan perlu (Online).
meningkatkan kinerja keuangannya agar tidak (http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.
terjadi kegagalan dalam mempertahankan id/, diakses 10 April 2015).
usahanya setelah spin off. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Roadmap Industri
Keuangan Non Bank 2015 – 2019. (Online).
Daftar Pustaka (http://www.ojk.go.id/, diakses 19 April 2016).
Aji, Ibrahim. 2014. Sejarah Perkembangan Puspitasari, Novi. 2015. Manajemen Asuransi
Ekonomi Syariah di Indonesia. (Online). Syariah. Yogyakarta: Penerbit UII Press.
(http://mysharing.co/, diakses 29 Maret 2016). Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2008 Tentang
Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi, Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
dan Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta: Peraturan Menteri Keuangan No. 11/PMK.010/2011
Penerbit Grasindo. Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia. Data Bisnis dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah
Asuransi dan Reasuransi Syariah Periode

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 453


Account: Andry Krisnawarman Ali Masjono Muchtar, Titi Suhartati
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah Tahun
2014
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 108:
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah Tahun
2014.
Rahmat,. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Melambat,
Pasar Asuransi Syariah Terancam Lesu.
(Online). (http://www.bisnissyariah.co.id/,
diakses 20 Maret 2016).
Salusra, Satria. 1994. Pengukuran Kinerja
Keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian di
Indonesia Dengan Analisis Rasio Keuangan
“Early Warning System”. Jakarta: Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siagian, Dergibson, et al. 2000. Metode Statsitika
Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka.
Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah
(Life And General): Konsep Dan Sistem
Operasional. Jakarta: Penerbit Gema Insani
Press.
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta:
Penerbit Malta Printindo.
Sula, Muhammad Syakir. 2014. Syarat 50 %
(Persen) Terlalu Besar. (Online).
(http://www.republika.co.id/, diakses 20 Maret
2016).
Subramanyam dan Wild. 2014. Analisa Laporan
Keuangan. Diterjemahkan oleh Dewi Yanti.
Jakarta: Penernit Salemba Empat.
Safarudin, Sjaeful. 2015. Bisnis Syariah Meningkat,
Asuransi Umum Syariah Pun Terangkat.
(Online).
(http://keuangansyariah.mysharing.co/,
diakses 6 April 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun
2014 Tentang Usaha Perasuransian.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Yanti, Tiara Fitri. 2015. Analisis Laporan Keuangan
Departemen Asuransi Jiwa Syariah AJB
Bumiputera 1912. Skripsi. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zaharra, Anna. 2010. Analisis Rasio Keuangan
Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Zein, Mohammad Shaifie. 2014. Tahunnya Asuransi
Syariah Indonesia. (Online).
(http://www.republika.co.id/, diakses 29 Maret
2016).

Politeknik Negeri Jakarta, 2016 Halaman 454

You might also like