You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No.

1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR


PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Veronica Anggreni Damanik


Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Farmasi dan Kesehatan,
Institut Kesehatan Helvetia Medan, Indonesia
Email: veronica.damanik88@gmail.com

ABSTRACT

Hemodialysis is the process of removing metabolic waste substances, other toxic


substances through a dialiser that functions as an artificial kidney. Hemodialysis or
dialysis is the transfer of the patient's blood from his body which occurs in disfusion and
ultrafiltration. This study aims to determine the relationship between the level of anxiety
and sleep quality in patients undergoing hemodialysis at Rasyida Kidney Special
Hospital Medan. The design of this study was analytic survey with cross sectional
approach. The sampling technique was accidental sampling, a sample of 75 respondents.
The study was conducted at the Rasyida Kidney Hospital in Medan and in May 2018.
Analysis of the data used was the Chi-Square test. The results of this study with stastic
test showed that the p-value result was 0.033 (<α 0.05), so there was a relationship
between the level of anxiety and the quality of sleep of patients undergoing hemodialysis
in the Rasyida Kidney Special Hospital Medan. The conclusion is that there is a
relationship between anxiety level and sleep quality in patients undergoing hemodialysis
at Medan Special Kidney Hospital. It is recommended for patients to control anxiety so
that sleep quality will be better and recommended to health workers especially
hemodialysis nurses to further enhance the knowledge of patients who increase
hemodialysis by providing education/health education related to the effects and
complications of hemodialysis.

Keywords: Anxiety level, sleep quality, hemodialysis

PENDAHULUAN yang digunakan yaitu hemodialisis.


Penyakit ginjal kronik (PGK) saat ini Hemodialisis adalah pengalihan darah
menjadi salah satu penyakit yang banyak pasien dari tubuhnya melalui dialiser
terjadi dan menjadi perhatian di dunia yang terjadi secara disfusi dan
termasuk di Indonesia. PGK merupakan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali
penyakit kronik yang progresif merusak lagi ke tubuh pasien (Widiyati, 2016).
ginjal sehingga mengganggu Berdasarkan data WHO (World
keseimbangan cairan dan elektrolit Health Organization) merilis data
tubuh yang berdampak pada semua pertumbuhan jumlah penderita gagal
sistem tubuh (Bayhakki & Hasneli, ginjal kronik di dunia pada tahun 2013
2017). Penyakit ginjal stadium akhir meningkat sebesar 50% dari tahun
membutuhkan pengganti ginjal sebelumnya dan di Amerika angka
permanen berupa hemodialisis dan kejadian gagal ginjal kronik meningkat
transplantasi ginjal, tetapi cara terbanyak sebesar 50% pada tahun 2014 dan setiap

47
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

tahun 200.000 orang Amerika menjalani dilakukan secara rutin dan berkala oleh
hemodialisis. Angka kejadian gagal pasien (berkisar antara 1-3 kali
ginjal di dunia secara global lebih dari seminggu) yang dianggap cukup efektif
500 juta orang dan yang harus menjalani untuk menjaga homeostatis tubuh
hemodialisis sekitar 1,5 juta orang pasien. Sampai saat ini hemodialisis
(Bayhakki & Hasneli, 2017). masih digunakan sebagai terapi utama
Berdasarkan Riskesdas 2018 dalam penanganan penyakit ginjal
prevalensi gagal ginjal kronis berdasar kronik tahap akhir (Noviriyanti, 2014).
diagnosa dokter di Indonesia sebesar Meskipun hemodialisa memberikan
3,8% atau naik sebesar 1,8% lebih banyak kesempatan hidup kepada
dibandingkan dengan 2013. Prevalensi pasien, tetapi menyebabkan ketegangan
tertinggi di Kalimantan Utara sebesar pada pasien. Pasien akan melakukan 2-3
0,64% diikuti Maluku Utara, Sulawesi kali dialisis per minggu dan
Utara, dan yang paling terendah di dihubungkan ke mesin dialisis beberapa
Sulawesi Barat sebesar 0,18%. jam (3-4 jam per kali terapi) sehingga
Sedangkan prevalensi gagal ginjal membuat mereka selalu menghadapi
menurut umur berada pada umur 65-74 dampak negatif baik dalam fisik maupun
tahun sebesar 0,823 %, umur ≥ 75 tahun mental. Keadaan ketergantungan pada
sebesar 0,748%, umur 55-64 tahun mesin dialisa seumur hidupnya serta
sebesar 0,564%, umur 35-44 tahun penyesuaian diri terhadap kondisi sakit
sebesar 0,331%, umur 25-34 tahun mengakibatkan terjadinya perubahan
sebesar 0,228%, dan umur 15-24 tahun dalam kehidupan pasien. Perubahan
sebesar 0,133% (Kemenkes, 2018). dalam kehidupan, merupakan salah satu
Berdasarkan data IIR (Indonesia pemicu gangguan tidur. Pasien dengan
Renal Registry) pada tahun 2015 hemodialisis memiliki masalah
tersebut dapat diketahui bahwa gangguan tidur yang berefek terhadap
Prevalensi GGK diperkirakan mencapai kualitas hidup pasien hemodialisis.
400 per 1 juta penduduk dan sebanyak Gangguan tidur pada pasien gagal
15.424 orang penduduk Indonesia ginjal kronik mempengaruhi kualitas
mengalami ketergantungan pada tidurnya dari segi tercapainya jumlah
hemodialisa (Prasetya, 2018). atau lamanya tidur yang berdampak
Terapi hemodialisa bertujuan agar pada aktifitas keseharian individu
fungsi ginjal dalam membersihkan dan (Rompas, Althasian Boas, 2013).
mengatur kadar plasma darah digantikan Gangguan tidur dialami setidaknya 50-
oleh mesin. Proses tersebut harus 80% pasien yang menjalani

48
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

hemodialisis. Gangguan tidur yang bahwa hasil analisis uji chi square faktor
umum dialami diantaranya adalah psikologi (kecemasan) didapatkan nilai
Restless Leg Syndrom (RLS), Sleep Apne p-value 0,006, sedangkan untuk kualitas
(SA), Excessive Daytime Sleepines tidur terhadap faktor demografi, faktor
(EDS), narkolepsi, tidur berjalan dan gaya hidup, faktor biologis, dan faktor
mimpi buruk, serta insomnia yang dialisis didapatkan nilai p value>0,05
memiliki pravelensi yang paling tinggi sehingga faktor psikologis: kecemasan
pada populasi pasien dialisis (Laily, Eka berhubungan dengan kualitas tidur
Isranil, 2015). pasien gagal ginjal kronik yang
Beberapa faktor yang diduga menjalani hemodialisa (Ningrum,
memiliki hubungan yang signifikan Imardiani, & Rahma, 2017).
dengan terjadinya gangguan tidur pada Berdasarkan data rekam medik
pasien hemodialisis adalah faktor Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
biologis meliputi penyakit penyebab Medan, didapatkan data pasien yang
gagal ginjal kronik dan adekuasi nutrisi, menjalani hemodialisis pada tahun 2016
keseimbangan kalsium dan fosfat, faktor berjumlah 2.693 orang, sementara pada
psikologis meliputi kecemasan dan tahun 2017 mengalami peningkatan
faktor dialisis yaitu lama waktu sebanyak 3.387 orang dan pada tahun
menjalani hemodialisis (Laily, Juanita, 2018 dari bulan Januari sampai April
& Siregar, 2015). berjumlah 1.209 orang. Peneliti juga
Stres berpengaruh pada kualitas tidur melakukan wawancara singkat terhadap
seseorang. Stres dapat mengakibatkan lima pasien yang menjalani hemodialisis
adrenalin meningkat, jantung berdebar dan dari hasil wawancara didapatkan
keras dan aliran darah meningkat empat orang mengatakan cemas
menyebabkan seseorang menjadi terus sehingga menyebabkan stres dengan
terjaga, mengalami kecemasan yang keadaan yang dialaminya, pasien juga
pada akhirnya menganggu kemampuan mengatakan tidak dapat tidur dan tidak
untuk dapat tidur secara memadai nafsu makan, satu orang lainnya
(Hindriyastuti & Zuliana, 2018) mengatakan stres karena biaya yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan sangat banyak, dan juga
dilakukan oleh (Ningrum, Windy Astuti membebani ekonomi keluarga.
Cahya, 2017) tentang Faktor Yang Penelitian ini bertujuan untuk
Berhubungan Dengan Kualitas Tidur mengetahui hubungan tingkat
Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan kecemasan dengan kualitas tidur pada
Terapi Hemodialisa didapatkan hasil pasien yang menjalani hemodialisis di

49
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Scale for Anxiety (HRS-A) untuk
Medan. mengukur kecemasan dan The
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
METODE untuk mengukur kualitas tidur.
Desain penelitian ini adalah survei Penelitian ini dilakukan analisa data
analitik dengan pendekatan cross secara univariat dan bivariat. Analisa
sectional yaitu penelitian yang mencoba univariat dengan melakukan analisis
menggali bagaimana dan mengapa pada setiap variabel hasil penelitian
fenomena itu terjadi, yang bertujuan dengan tujuan mengetahui distribusi
untuk mengetahui hubungan tingkat frekuensi tingkat kecemasan dan
kecemasan dengan kualitas tidur pada kualitas tidur pada pasien yang
pasien yang menjalani hemodialisis di menjalani hemodialisis di Rumah Sakit
Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Khusus Ginjal Rasyida Medan (Dahlan,
Medan (Sumantri, 2015). Penelitian ini 2011). Sedangkan analisa bivariat
dilakukan di Rumah Sakit Khusus Ginjal digunakan untuk mengetahui hubungan
Rasyida Medan dan pada bulan Mei tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
2018. pada pasien yang menjalani hemodialisis
Populasi adalah sekelompok subjek di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
yang menjadi objek atau sasaran Medan. Analisa bivariat ini dilakukan
penelitian, yang memiliki karakteristik dengan menggunakan perangkat lunak
tertentu dan ditetapkan oleh peneliti komputerisasi dengan uji Chi-square
untuk dapat ditarik kesimpulan. Populasi pada batas kemaknaan perhitungan
yang diambil dalam penelitian ini adalah statistik p value < (0,05). Apabila hasil
pasien hemodialisis yang berkunjung di perhitungan menunjukkan nilai p < 0,05
Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida maka dikatakan (H0) ditolak dan (Ha)
Medan, yaitu sebanyak 296 responden. diterima, artinya kedua variabel secara
Sampel adalah bagian dari populasi yang statistik mempunyai hubungan yang
dipilih berdasarkan teknik-teknik signifikan, yaitu ada hubungan tingkat
tertentu dan dapat mewakili populasinya kecemasan dengan kualitas tidur pada
(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan pasien yang menjalani hemodialisis di
sampel yang digunakan dalam penelitian Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
ini adalah accidental sampling, yaitu Medan (Dahlan, 2011).
sebanyak 75 responden.
Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuesioner Hamilton Rating

50
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Tingkat
Hasil Penelitian
Kecemasan pada Pasien
Tabel 1 Karakteristik Responden yang Menjalani Hemodialisis
Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Status Peran Jumlah
Perkawinan, Pekerjaan, No
Keluarga f %
Lama Menderita PGK, dan 1. Cemas berat 16 21,3
Lama Menjalani 2. Cemas sedang 25 33,3
Hemodialisis 3. Cemas ringan 17 22,7
4. Tidak ada cemas 17 22,7
Karakteristik f % Total 75 100
Umur
Dewasa Awal (26-35 8 10,7 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
tahun) 21 28,0
Dewasa Akhir (36-45 35 46,6 dari 75 responden, yang memiliki cemas
tahun) 11 14,7 berat sebanyak 16 orang (21,3%),
Lansia Awal (46-55
tahun) responden yang memiliki cemas sedang
Lansia Akhir (56-65 sebanyak 25 orang (33,3%), responden
tahun)
Jenis Kelamin yang memiliki cemas ringan sebanyak
Laki-laki 41 54,7 17 orang (22,7%), dan responden tidak
Perempuan 34 45,3
Pendidikan ada cemas sebanyak 17 orang (22,7%).
Tidak sekolah 6 8,0
SD 14 18,7 Tabel 3 Distribusi Frekuensi
SMP 24 32,0 Berdasarkan Kualitas Tidur
SMA 13 17,3 pada Pasien yang Menjalani
Diploma 12 16,0 Hemodialisis
Sarjana 6 8,0
Status Perkawinan Jumlah
Menikah 50 66,6 No Keberhasilan
f %
Belum Menikah 11 14,7 1. Buruk 52,0
39
Janda/Duda 14 18,7
2. Baik 36 48,0
Pekerjaan
Total 75 100
IRT 10 13,3
Wiraswasta 40 53,3
PNS 20 26,7 Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui
Pensiunan 5 6,7 bahwa dari 75 responden, yang memiliki
Lama Menderita PGK
< 1 tahun 24 32,0 kualitas tidur buruk sebanyak 39
> 1 tahun 51 68,0 responden (52%), dan responden yang
Lama Menjalani
Hemodialis memiliki kualitas tidur baik sebanyak 36
< 1 tahun 30 40,0 responden (48%).
> 1 tahun 45 60,0

51
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

Tabel 4 Tabulasi Silang Tingkat Pembahasan


Kecemasan Dengan
Tingkat Kecemasan pada Pasien yang
Kualitas Tidur pada Pasien
Menjalani Hemodialisis
yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 75 responden,
Kualitas Tidur p
Tingkat Jumlah
Buruk Baik yang memiliki cemas berat sebanyak 16
value
Kecemasan
f % f % f %
4 5,3 12 16,0 16
orang
21,3 0,033
(21,3%), responden yang
Cemas
berat memiliki cemas sedang sebanyak 25
Cemas 13 17,3 12 16,0 21 33,3
sedang orang (33,3%), responden yang
Cemas 9 12,0 8 10,0 17 22,7
memiliki cemas ringan sebanyak 17
ringan
Tidak ada 13 17,3 4 5,3 17 22,7 orang (22,7%), dan responden tidak ada
cemas
Total 39 52 36 48 75 100 cemas sebanyak 17 orang (22,7%).
Semua tindakan perawatan di rumah
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
sakit dengan segala macam tindakan
dari 16 responden (21,3%) yang
belum tentu dapat diterima secara positif
mengalami cemas berat terdapat 4
oleh semua pasien. Setiap keadaan atau
responden (5,3%) yang kualitas tidurnya
peristiwa yang menimbulkan perubahan
buruk dan 12 responden (16,0%) yang
dalam kehidupan seseorang, menuntut
kualitas tidurnya baik. Dari 21 (33,3%)
individu tersebut harus menyesuaikan
responden yang mengalami cemas
diri untuk mengatasinya, maka perlu
sedang terdapat 13 responden (17,3%)
adanya adaptasi, tetapi kemampuan
yang kualitas tidurnya buruk dan 12
adaptasi seseoarang berbeda-beda,
responden (16,0%) yang kualitas
sehingga bisa muncul kondisi stres atau
tidurnya baik. Dari 17 responden
kecemasan (Hawari, 2013).
(22,7%) yang mengalami cemas ringan
Kecemasan adalah suatu kondisi
terdapat 9 responden (12,0%) yang
yang menandakan suatu keadaaan yang
kualitas tidurnya buruk dan 8 responden
mengancam keutuhan serta keberadaan
(10,0%) yang kualitas tidurnya baik.
dirinya dan dimanifestasikan dalam
Sedangkan dari 17 responden (22,7%)
bentuk perilaku seperti rasa tidak
yang tidak ada cemas 13 responden
berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut,
(17,3%) yang kualitas tidurnya buruk
fobia tertentu (Ramli, 2012).
dan 4 responden (5,3%) yang kualitas
Kecemasan merupakan kondisi
tidurnya baik.
emosional yang ditandai dengan
kekhawatiran yang berlebihan terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari
hari. Kecemasan yang dirasaka sulit

52
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

dikendalikan dan berhubungan dengan responden (52%), dan responden yang


gejala somatic, seperti ketegangan otot, memiliki kualitas tidur baik sebanyak 36
iritabilitas, kesulitan tidur dan responden (48%).
kegelisahan (Utama, 2013). Kualitas tidur adalah kepuasan
Penelitian ini sejalan dengan seseorang terhadap tidur, sehingga
penelitian (Luana, N A, 2012) tentang seseorang tersebut tidak merasa lelah,
Kecemasan pada Penderita Penyakit mudah terangsang dan gelisah, lesu dan
Ginjal Kronik yang menjalani apatis, kehitaman di sekitar mata,
Hemodialisis di RS Universitas Kristen kelopak mata bengkak, konjungtiva
Indonesia yang menyatakan bahwa merah, mata perih, perhatian terpecah-
terdapat 42 (77,78%) yang mengalami pecah, sakit kepala dan sering menguap
kecemasan. Penderita dengan rerata atau mengantuk (Malahayati, Dian,
periode dan frekuensi hemodialisis 2018).
terpanjang mengalami kecemasan Efek dari paparan stres juga sangat
ringan, sedangkan penderita rerata berpengaruh dengan kesulitan tidur yang
periode dan frekuensi hemodialisis dapat berakibat pada kognitif sehingga
terpendek mengalami kecemasan berdampak pada emosi (Hindriyastuti &
sedang. Terdapat perbedaan yang Zuliana, 2018). Pernyataan tersebut
bermakna antara frekuensi dan periode sejalan dengan penelitian yang
hemodialisis dan derajat kecemasan dilakukan oleh (Silvanasari, 2012)
pada penderita hemodialisis (p value = tentang faktor-faktor yang berhubungan
0,002 dan p value = 0,003, secara dengan kualitas tidur pada lansia di Desa
berurutan) (Luana, N A, 2012). Wonojati Kecamatan Jenggawah
Menurut asumsi peneliti kebanyakan Kabupaten Jember, dengan hasil
responden memiliki tingkat kecemasan penelitian menunjukkan responden
sedang dikarenakan pasien sudah tidak sebanyak 26 orang (53,1%) lansia
memiliki keyakinan akan kesembuhan dengan kualitas tidur yang buruk
total dan hemodialisis yang sudah mengalami stres ringan (Silvanasari,
berlangsung lama tidak memberi 2012).
pengaruh besar dalam mencapai Stres dapat mengakibatkan adrenalin
kesembuhan. meningkat, jantung berdebar keras dan
Kualitas Tidur pada Pasien yang aliran darah meningkat menyebabkan
Menjalani Hemodialisis
seseorang menjadi terus terjaga,
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
mengalami kecemasan yang pada
dari 75 responden, yang memiliki
akhirnya menganggu kemampuan untuk
kualitas tidur buruk sebanyak 39

53
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

dapat tidur secara memadai (Abdul & tetap berpikir tenang dan selalu sabar
Abdul, 2011). Teori tersebut diperkuat dalam menjalani proses hemodialisis.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Kualitas Tidur pada Pasien
(Hidayat, 2016) tentang Hubungan
yang Menjalani Hemodialisis
Tingkat Stres Dengan Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil penelitian
Lansia di Dusun Joho Desa Condong
diketahui bahwa dari 16 responden
Catur Depok Sleman, hasil penelitian
(21,3%) yang mengalami cemas berat
tersebut menunjukkan ada hubungan
terdapat 4 responden (5,3%) yang
antara tingkat stres dengan kualitas tidur
kualitas tidurnya buruk dan 12
lansia dengan nilai signifikan p value
responden (16,0%) yang kualitas
0,000 (p value < 0,05) dengan hasil
tidurnya baik. Sebanyak 21 (33,3%)
penelitian menunjukkan sebagian besar
responden yang mengalami cemas
responden mengalami stres ringan
sedang terdapat 13 responden (17,3%)
sebanyak 28 (40%) lansia dan sebagian
yang kualitas tidurnya buruk dan 12
besar memiliki kualitas tidur buruk
responden (16,0%) yang kualitas
sebanyak 41 (58%) lansia (Hidayat,dkk,
tidurnya baik. Sebanyak 17 responden
2016).
(22,7%) yang mengalami cemas ringan
Penelitian ini sejalan dengan
terdapat 9 responden (12,0%) yang
penelitian (Ningrum, Windy Astuti
kualitas tidurnya buruk dan 8 responden
Cahya, 2017) tentang faktor yang
(10,0%) yang kualitas tidurnya baik.
berhubungan dengan kualitas tidur
Sedangkan dari 17 responden (22,7%)
pasien gagal ginjal kronik dengan terapi
yang tidak ada cemas 13 responden
hemodialisa. Hasil penelitian
(17,3%) yang kualitas tidurnya buruk
menunjukkan tingkat kecemasan
dan 4 responden (5,3%) yang kualitas
merupakan faktor yang berhubungan
tidurnya baik.
dengan kualitas tidur pada pasien gagal
Salah satu faktor yang
ginjal kronik yang menjalani terapi
mempengaruhi kualitas tidur adalah
hemodialisa (p value = 0,006)
stres psikologis, dimana pada keadaan
(Ningrum, Imardiani, & Rahma, 2017).
cemas seseorang akan mungkin
Menurut asumsi peneliti banyak
meningkatkan saraf simpatis sehingga
pasien yang memiliki kualitas tidur yang
mengganggu tidurnya (Sulistyowati,
buruk dikarenakan kecemasan dan tidak
n.d.). Cemas merupakan kekhawatiran
dapat berpikir tenang, sedangkan yang
yang tidak pasti berkaitan dengan
kualitas tidur yang baik dikarenakan
perasaan yang tidak jelas dan tidak
berdaya. Penyakit ginjal kronis salah

54
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

satu penyakit yang dapat menyebabkan Kronik di Rumah Sakit Tarakan Jakarta.
penderitanya merasa cemas dan depresi Namun, tidak terdapat hubungan yang
baik itu karena penyakitnya maupun signifikan antara usia (p value = 0,405)
terapi yang dijalaninya, hal ini dan jenis kelamin (p value = 0,281)
kemungkinan disebabkan karena pasien dengan kualitas tidur pasien Gagal
sering mengalami gangguan tidur. Ginjal Kronik di Rumah Sakit Tarakan
Pasien gagal ginjal kronik yang Jakarta (Pius & Herlina, 2019).
menjalani terapi hemodialisis sering Menurut asumsi peneliti bahwa
berpikiran bahwa agar dapat bertahan tingkat kecemasan sangat
hidup harus bergantung pada mesin mempengaruhi kualitas tidur pada
dialisis dan juga dapat menimbulkan pasien yang menjalani hemodialisis,
pemikiran bahwa nyawanya akan karena terbukti banyaknya pasien yang
terancam dan harapan hidup jadi mengalami tingkat cemas sedang serta
berkurang, khawatir bahwa usia tidak minimnya pasien yang memiliki kualitas
akan lama lagi serta permasalahan dapat tidur baik dalam menjalani terapi
menimbulkan konflik dengan keluarga hemodialisis. Disebabkan karena
serta masalah fisik yang menyebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi
kelelahan sehingga mempengaruhi seperti lamanya tidur dan waktu tidur di
aktivitas sehari-hari, menimbulkan malam hari yang terganggu akibat sering
perasaan khawatir yang dapat ke kamar mandi, serta kebiasaan
berpengaruh pada kualitas tidur mengkomsumsi kafein.
(Ningrum, Imardiani, & Rahma, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian yang dilakukan oleh (Pius & Kesimpulan
Herlina, 2019) tentang Faktor-Faktor Kesimpulan penelitian ini adalah ada
yang Berhubungan Dengan Kualitas hubungan tingkat kecemasan dengan
Tidur Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik kualitas tidur pada pasien yang
yang Menjalani Hemodialisis di Rumah menjalani hemodialisis di Rumah
Sakit Tarakan Jakarta didapatkan data
Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan.
bahwa terdapat hubungan yang
Saran
signifikan antara penyakit penyerta (p
Disarankan bagi pasien untuk
value = 0,007), tingkat stress (p value =
mengendalikan kecemasan selama
0,019), lingkungan (p value = 0,000) dan
menjalani hemodialisis sehingga kualitas
kelelahan (p value = 0,002) dengan
tidur akan lebih baik. Dianjurkan kepada
kualitas tidur pasien Gagal Ginjal
petugas kesehatan terkhususnya perawat

55
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

hemodialisa untuk lebih meningkatkan menjalani hemodialisa. Idea Nursing


Journal, 6(3), 45–50.
pengetahuan pasien yang menjalani
Laily, E. I., Juanita, J., & Siregar, C. T.
hemodialisa dengan memberikan (2015). Efektifitas pemberian terapi
musik instrument terhadap kualitas
pendidikan/penyuluhan kesehatan terkait
tidur pasien gagal ginjal kronik yang
efek dan komplikasi dari hemodialisa. menjalani hemodialisa. Idea Nursing
Journal, 6(3), 45–50.
Selain itu juga, perawat dapat lebih
Luana, N A, dkk. (2012). Kecemasan
mengkaji dan memberikan tindakan pada penderita penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RS
keperawatan terkait psikologis pasien
Universitas Kristen Indonesia
yang menjalani hemodialisa. [JOUR]. Media Medika Indonesiana,
46(3), 151–156.
Malahayati, Dian, dkk. (2018).
DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara kualitas tidur
dengan tingkat keparahan akne
Abdul, N., & Abdul, M. (2011). Dasar-
vulgaris di SMAN 2 Sukoharj.
dasar keperawatan jiwa. Jakarta:
Universitas Muhammadiyah
Salemba Medika.
Surakarta.
Bayhakki, B., & Hasneli, Y. (2017).
Ningrum, W. A. C., Imardiani, &
Hubungan lama menjalani
Rahma (2017). Faktor yang
hemodialisis dengan Inter-Dialytic
Berhubungan dengan kualitas tidur
Weight Gain (IDWG) pada Pasien
pasien gagal ginjal kronik dengan
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan
terapi hemodialisa. Seminar Nasional
Padjadjaran, 5(3).
Keperawatan, 1(1), 278–284.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
penelitian kesehatan (Cetakan VI).
Penerbit Salemba.
Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.
Hawari, D. (2013). Manajemen stress,
Noviriyanti, D. (2014). Tingkat
cemas, dan depresi (FKUI, Ed.).
pengetahuan, sikap dan tindakan
Jakarta.
keluarga pasien hemodialisis
Hidayat, D. (2016). Hubungan tingkat
mengenai gagal ginjal kronik di
stres dengan kualitas tidur lansia di
RSUD Dokter Soedarso Pontianak.
dusun Joho Desa Condong Catur
Jurnal Mahasiswa PSPD FK
Depok Sleman. STIKES Jenderal A.
Universitas Tanjungpura, 1(1).
Yani Yogyakarta.
Pius, E. S., & Herlina, S. (2019). Faktor-
Hindriyastuti, S., & Zuliana, I. (2018).
faktor yang berhubungan dengan
Hubungan tingkat stres dengan
kualitas tidur pada pasien gagal ginjal
kualitas tidur lansia di Rw 1 Desa
kronik yang menjalani hemodialisis
Sambung Kabupaten Kudus. JKM
di rumah sakit Tarakan Jakarta.
(Jurnal Kesehatan Masyarakat)
Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Cendekia Utama, 6(1), 91–102.
Indonesia, 3(1).
Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama
Prasetya, G. (2018). Hubungan
RISKESDAS 2018. Online)
penambahan berat badan
http://www. Depkes. Go.
interdialisis dengan kejadian
Id/Resources/Download/Info-
hipertensi intradialisis pasien gagal
Terkini/Materi_rakorpop_2018/Hasil
ginjal kronik yang menjalani
% 20Riskesdas, 202018.
hemodialisa rutin di RSUD Dr.
Laily, Eka Isranil, dkk. (2015).
Soedirman Kebumen. Stikes
Efektifitas pemberian terapi musik
Muhammadiyah Gombong.
instrument terhadap kualitas tidur
Ramli, M. (2012). Faktor–Faktor yang
pasien gagal ginjal kronik yang
Berhubungan dengan tingkat

56
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3, No. 1, Januari 2020
ISSN 2614-4719

kecemasan mahasiswa keperawatan


pada tindakan pemasangan infus di
Rumah Sakit Umum Islam Faisal
Makassar 2012. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Rompas, Althasian Boas, dkk. (2013).
Hubungan kadar hemoglobin dengan
kualitas tidur pasien penyakit ginjal
kronik di Poli Ginjal dan Hipertensi
Blu Rsup Prof. Dr. Rd Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).
Silvanasari, I. A. (2012). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kualitas
tidur yang buruk pada lansia di desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.
Sulistyowati, R. (n.d.). Kebutuhan dasar
manusia untuk mahasiswa
keperawatan dan kebidanan.
Sumantri, H. (2015). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta:
Prenada Media.
Utama, H. (2013). Buku ajar psikiatri.
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Widiyati, S. (2016). Hubungan
mekanisme koping individu dengan
tingkat kecemasan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di bangsal teratai RSUD
Dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.

57

You might also like