You are on page 1of 12

ANALISIS PENGARUH DAYA DUKUNG LAHAN DAN NON

BEHAVIOURAL CAUSES TERHADAP PERILAKU PETANI DALAM


KONSERVASI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN KULON PROGO

THE ANALYSIS OF LAND CARRYING CAPACITY AND NON


BEHAVIOURAL CAUSES EFFECTS TO FARMER’S BEHAVIOUR ON
WET LAND CONSERVATIONS IN KULON PROGO REGENCY
Dian Kurniasih

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura


Jalan Ragunan, No. 29 A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Pos-el: dee_tribe@yahoo.com

ABSTRACT
The research aimed to analyze: (1) the level of farmers behaviour on wet land conservations in Kulon Progo
Regency; (2) the impact of land carrying capacity and non behavioural causes to farmers behaviour on wet land
conservations; (3) the impact of farmers behaviour on wet land conservations of their agribusiness income. The
method used in this study was descriptive analysis. The research was done in Kulon Progo Regency. The location
chosen by purposive sampling method represented area that have high or low level of land carrying capacity. The
respondents were chosen by multistage random sampling method. The analysis methods used in this research are
proportion test by Dajan, multiple linear regression analysis, and simple linear regression analysis. The results
indicated that more than 50% farmers in Kulon Progo Regency have a high level of conservations behaviour.
The level of land carrying capacity did not influence farmers behaviour on wet land conservations. Non beha­
vioural causes influenced the farmers behaviour on wet land conservations significantly were age, conservation
knowledge, motivation, activity in group, non agribusiness income, availability of organics input and leadership.
The high level of farmer’s behaviour on wet land conservations did not influence their agribusiness income.
Keywords: Land carrying capacity, Non behavioural causes, Wet land conservations, Agribusiness income

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat perilaku petani dalam konservasi lahan sawah di
Kabupaten Kulon Progo, (2) Pengaruh daya dukung lahan dan non behavioural causes terhadap perilaku petani
dalam konservasi lahan sawah, dan (3) Pengaruh perilaku petani dalam konservasi lahan sawah terhadap pendapat­
an usaha tani. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo. Sampel daerah dipilih secara purposive untuk
mewakili daerah dengan daya dukung lahan tinggi dan rendah. Sampel petani diambil dengan metode multistage
random sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini uji proporsi dari Dajan, analisis regresi
berganda, dan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% petani di Kabupaten
Kulon Progo memiliki perilaku yang tinggi dalam menerapkan metode konservasi. Tingkat daya dukung lahan
tidak memengaruhi perilaku petani dalam konservasi lahan sawah. Non behavioural causes yang memengaruhi
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah adalah umur, pengetahuan, sikap, motivasi, keaktifan dalam kelom-
pok tani, penghasilan luar usaha tani, ketersediaan bahan organik dan kepemimpinan kelompok. Perilaku petani
yang tinggi dalam konservasi lahan sawah tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan usaha tani di Kabupaten
Kulon Progo.
Kata kunci: Daya dukung lahan, Non behavioural causes, Konservasi sawah, Pendapatan usaha tani

| 59
PENDAHULUAN Secara umum, yang menjadi kajian dalam
penelitian ini adalah seberapa besar tingkat
Sektor pertanian di Kabupaten Kulon Progo
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah di
pada beberapa tahun terakhir telah mengalami
Kabupaten Kulon Progo? Apakah daya dukung
pergeseran menjadi sektor sekunder bahkan
lahan dan non behavioural causes berpengaruh
tersier di bawah sektor perdagangan, industri,
terhadap perilaku petani dalam konservasi
dan penggalian/pertambangan. Hal tersebut
lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo? Apakah
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah
adalah ketersediaan lahan pertanian yang se-
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
makin turun akibat meningkatnya konversi
tani sawah di Kabupaten Kulon Progo?
lahan pertanian untuk permukiman, industri,
dan sebagainya. Degradasi lahan pertanian di Berdasarkan latar belakang dan perumusan
Kabupaten Kulon Progo tidak hanya mencakup masalah, penelitian ini bertujuan untuk meng­
aspek kuantitas, tetapi juga pada aspek kualitas analisis tingkat perilaku petani dalam konservasi
lahan. Tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo, pengaruh
terhadap pangan yang semakin meningkat seiring daya dukung lahan dan non behavioural causes
dengan pertambahan penduduk, memicu sistem berpengaruh terhadap perilaku petani dalam kon-
usaha tani yang eksploitatif dan berorientasi pada servasi lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo,
keuntungan saja. Penggunaan input bahan kimia dan pengaruh perilaku petani dalam konservasi
yang tidak ramah lingkungan secara berlebihan lahan sawah terhadap tingkat pendapatan usaha
mengakibatkan lahan pertanian mengalami tani sawah di Kabupaten Kulon Progo.
degradasi kualitas dan kesuburan dari waktu Konsep pertanian berkelanjutan adalah
ke waktu. Hal-hal tersebut merupakan faktor konsep pembangunan pertanian yang mampu
pembatas bagi eksistensi daya dukung lahan mengonservasi tanah, air, tanaman, sumber daya
pertanian di Kabupaten Kulon Progo. genetik binatang, tidak merusak lingkungan,
Mempertahankan eksistensi daya dukung dan tepat guna supaya pertanian itu layak
lahan pertanian, erat kaitannya dengan aspek secara ekonomi, dapat dipertanggungjawabkan
perilaku petani dalam hal konservasi lahan secara ekologi, berkeadilan, dan dapat diterima
pertanian. Penerapan Good Acricultural Practices secara sosial.2 Berdasarkan pernyataan tersebut,
merupakan salah satu kunci perilaku konservasi jelas bahwa core pembangunan pertanian
untuk tetap mempertahankan eksistensi daya du- berkelanjutan adalah konservasi lahan pertanian
kung lahan pertanian. Teori Hayami dan Kikuchi,1 melalui penerapan Good Agricultural Practices.
menyebutkan bahwa keadaan sumber daya alam Konservasi lahan pertanian mengandung penger-
yang melimpah sering membuat masyarakat tian sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
terbuai untuk memanfaatkan sumber daya alam cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan
secara berlebihan. Masyarakat lebih banyak ber- tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
orientasi pada aspek kekinian tanpa memedulikan dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
keberlanjutan dari sumber daya yang ada. Hal tanah tersebut tidak cepat rusak. Konservasi
tersebut berdampak pada pembentukan perilaku lahan pertanian dilakukan setidaknya dengan dua
yang eksploitatif tanpa memperhatikan prinsip- metode pendekatan, yaitu metode vegetatif dan
prinsip konservasi. Berbeda dengan masyarakat metode mekanik.3
di daerah yang mempunyai daya dukung lahan Konservasi lahan pertanian selalu menuntut
rendah, keterbatasan sumber daya alam, akan peran petani sebagai subjek utama pembangunan
menguatkan struktur sosial dalam masyarakat pertanian. Peran petani yang salah satunya tercer-
termasuk dalam hal pengorganisasian pengelolaan min dari perilaku mereka dalam konservasi lahan
sumber daya alam. Oleh karena itu, peneliti ingin pertanian, tidak terlepas dari kondisi daya dukung
mengetahui apakah asumsi-asumsi dari Hayami lahan pertanian. Kekuatan dasar yang melandasi
dan Kikuchi tersebut juga berlaku di Kabupaten kekuatan struktur sosial dan pola interaksi sosial
Kulon Progo yang memiliki daya dukung lahan dalam kelompok, tergantung pada dukungan sum-
rendah (τ = 0,63). ber daya alam yang tersedia di wilayah kelompok

60 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70


masyarakat tersebut tinggal. Jika sumber daya Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh
alam yang tersedia sangat melimpah, tidak ada produksi pertanian, yang pada akhirnya akan
keharusan untuk mengatur sistem pengelolaannya dinilai dengan uang. Pendapatan usaha tani dapat
di antara anggota kelompok tersebut. Namun digambarkan sebagai balas jasa dan kerja sama
berbeda jika dukungan sumber daya alam yang faktor-faktor produksi. Jika Q adalah produksi,
tersedia sangat terbatas, anggota kelompok akan A adalah luas garapan, C adalah besarnya modal
mengorganisasikan sistem pengelolaan sumber lancar, F adalah modal tetap, L adalah jumlah
daya alam tersebut.1 tenaga kerja, E adalah lingkungan fisik, S adalah
Menurut Soemarwoto,4 konsep daya dukung karakteristik sosial ekonomi, dan T adalah
lahan bermakna sebagai kemampuan sebidang teknologi, maka produksi dapat dirumuskan
tanah untuk mendukung kehidupan manusia dalam suatu fungsi sebagai berikut:8
yang hidup di atasnya. Sementara itu, Dassman5 Q = f (A, C, F, L, E, S, T)
menyatakan bahwa daya dukung lahan adalah Dalam fungsi produksi tersebut, perilaku
kemampuan pasok lahan tanaman pangan ter­ petani dalam konservasi lahan pertanian bisa
utama beras sebagai bahan pangan pokok terhadap dimasukkan sebagai unsur T atau teknologi.9
jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah tanpa
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
merusak sumber daya yang ada. Daya dukung
digambarkan kerangka pemikiran seperti pada
lahan di suatu daerah dapat dihitung melalui
Gambar 1.
rumus gabungan dari Teori Odum, Christaller,
Ebenezer Howard, dan Issard sebagai berikut:6 Hipotesis yang dapat diambil antara lain,
diduga lebih dari 50% petani di Kabupaten Kulon
Nilai atau daya dukung lahan berada pada
Progo mempunyai perilaku yang tinggi dalam
kisaran nilai sebagai berikut: (1) < 1, ber­arti
melakukan konservasi lahan sawah. Diduga
wilayah tersebut memiliki daya dukung yang
daya dukung lahan memengaruhi perilaku petani
rendah sehingga tidak dapat berswasembada
dalam konservasi lahan sawah di Kabupaten
pangan; (2) = 1, berarti wilayah tersebut memiliki
Kulon Progo. Diduga non behavioural causes
daya dukung yang optimal, sehingga ketersediaan
memengaruhi perilaku petani dalam konservasi
bahan pangan mampu mencukupi kebutuhan
lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo. Diduga
pangan penduduknya; dan (3) >1, berarti wilayah
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah
tersebut memiliki daya dukung lahan yang tinggi,
memengaruhi pendapatan usaha tani.
sehingga mampu berswasembada pangan.
Selain dipengaruhi oleh daya dukung lahan,
METODE PENELITIAN
perilaku petani dalam konservasi juga dipengaruhi
oleh faktor sosial ekonomi petani itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode analisis
Faktor sosial ekonomi tersebut salah satunya deskriptif yang dilaksanakan di Kabupaten Kulon
berupa faktor non-perilaku (Non behavioural Progo pada tahun 2007. Dua kecamatan dipilih
causes) yang terbagi tiga golongan, yaitu : secara purposive sebagai sampel daerah dengan
predisposing factors (faktor predisposisi) yang daya dukung lahan tinggi dan rendah. Kecamatan
meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, Nanggulan memiliki daya dukung lahan yang
sikap, motivasi, orientasi nilai budaya, keaktifan tinggi (τ=1,74), sedangkan Kecamatan Kokap
petani dalam kelompok, dan kepatuhan terhadap memiliki (τ=0,04). Sampel petani berjumlah 60
norma-norma kelompok); enabling factors (faktor orang diambil dengan metode multistage random
pendukung) yang meliputi penghasilan luar usaha sampling. Sumber data merupakan data sekunder
tani, ketersediaan sarana permodalan, dan ke­ dari data primer yang telah diolah dari wawancara
tersediaan bahan organik; serta reinforcing factors melalui kuesioner oleh Kurniasih.10
(faktor pendorong) yang meliputi: kepemimpinan Untuk menggolongkan tinggi rendahnya
kelompok dan peran penyuluh. perilaku petani dalam konservasi lahan sawah,
Perilaku petani dalam konservasi la- digunakan rumus interval:11
han sawah, pada akhirnya akan berdampak pada
pendapatan usaha tani yang mereka terima.

Analisis Pengaruh Daya... | Dian Kurniasih | 61


Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan: Untuk mengetahui pengaruh daya dukung


I = interval kelas; J = jarak antara skor minimal lahan dan non behavioural causes terhadap
dan maksimal; K =banyak kelas perilaku petani dalam konservasi lahan sawah,
digunakan analisis regresi berganda sebagai
Sedangkan persentase perilaku petani
berikut:
digunakan rumus sebagai berikut:
Y = a0 + a1 Di + b + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .......+
b13X13 + e
Keterangan:
Y = perilaku petani dalam konservasi lahan
Penelitian ini dibagi tiga jenjang perilaku sawah (skor)
petani dalam konservasi, yaitu tinggi, sedang, dan a0 = konstanta; a1= koefisien regresi variabel
rendah dengan kriteria tingkat perilaku sebagai
dummy; b1–b13= koefisien regresi;
berikut: (1) Tingkat perilaku tinggi, persentase
berkisar antara 67%–100%; (2) Tingkat perilaku Di = Daya dukung lahan (Variabel dummy);
sedang antara 34%–66%; dan (3) tingkat perilaku X1 = Umur petani (tahun)
rendah, antara 0%–33%. X2 = Tingkat pendidikan petani (tahun)
Untuk menguji hipotesis pertama digunakan X3 = Pengetahuan petani tentang konservasi
uji proporsi dari Dajan sebagai berikut: (skor)
X4 = Sikap petani terhadap konservasi (skor)
X5 = Motivasi petani dalam konservasi (skor)
X6 = Orientasi nilai budaya (skor)
Keterangan: X7 = Keaktifan dalam kegiatan kelompok
p = persentase perilaku yang dicapai; tani (skor)
po = persentase perilaku yang ditetapkan; X8 = Kepatuhan terhadap norma-norma
N = jumlah populasi kelompok (skor)

62 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70


X9 = Penghasilan luar usaha tani (rupiah) Berdasarkan analisis data terhadap tingkat
X10 = Ketersediaan sarana permodalan perilaku petani (Lampiran 1), diketahui bahwa
tingkat perilaku petani di Kabupaten Kulon
(Jumlah)
Progo dalam penerapan teknik-teknik konservasi
X11 = Ketersediaan input bahan organik (skor) tergolong tinggi, yaitu 72,5%. Pada Lampiran
X12 = Kepemimpinan kelompok (skor) 2 terlihat bahwa penerapan metode vegetatif,
X13 = Peran penyuluh (skor) rata-rata responden mempunyai tingkat persentase
Untuk mengetahui pengaruh perilaku petani perilaku konservasi sebesar 75,33%. Persentase
dalam konservasi terhadap pendapatan usaha tersebut berada pada range 67%– 100% sehingga
tani, digunakan analisis regresi linier sederhana perilaku petani dalam penerapan metode vege-
sebagai berikut : tatif termasuk tinggi. Sedangkan persentase
penerapan metode mekanik sebesar 64,17% yang
Y = a0 + b X + e
berada pada range 34%–66% atau range medium,
Keterangan: sehingga perilaku petani dalam menerapkan
Y = pendapatan usaha tani (rupiah); metode mekanik atau pengolahan tanah masih
a0 = konstanta (intersep); tergolong sedang.
b = Koefisien regresi;
X = perilaku petani dalam konservasi lahan Konservasi Metode Vegetatif
sawah (skor) Perilaku petani dalam menanam tumbuhan pe­
nguat teras tergolong tinggi. Mereka mempunyai
HASIL DAN PEMBAHASAN kesadaran bahwa merawat teras ataupun lereng
merupakan hal yang sangat penting supaya aliran
Perilaku Petani dalam Konservasi Lahan permukaan yang ada tidak mengakibatkan erosi
Sawah bahkan tanah longsor. Tanaman yang digunakan
Penghitungan tentang nilai Z menjawab hipo- sebagai penguat dan penutup tanah adalah rumput
tesis pertama tentang tingkat perilaku petani di gajah atau kolonjono. Sementara itu, perilaku
Kabupaten Kulon Progo dalam melaksanakan petani dalam melakukan pergiliran tanaman
konservasi lahan sawah. Dari hasil perhitungan juga tergolong tinggi, yaitu 91,67%. Tingginya
didapatkan nilai Z sebesar 3,75, sehingga kesadaran masyarakat untuk melakukan pergiliran
nilai Z hitung lebih besar daripada nilai Z tanaman dengan tanaman palawija ataupun
Tabel (1,645). Hal tersebut berarti hipotesis Leguminosae tersebut tidak lepas dari kebijakan
yang menyatakan bahwa lebih dari 50% petani pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang
di Kabupaten Kulon Progo memiliki perilaku menetapkan pola tanam padi- padi-palawija.
yang tinggi dalam konservasi lahan sawah dapat Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman
diterima. palawija juga berfungsi untuk memutus daur

Gambar 2. Tingkat Penerapan Teknik Konservasi di Kabupaten Kulon Progo

Analisis Pengaruh Daya... | Dian Kurniasih | 63


hidup hama pengganggu tanaman padi, sehingga Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang
populasi hama dapat ditekan. Melakukan tanam Memengaruhi Perilaku Petani dalam
serentak juga menjadi perilaku yang tinggi di Konservasi Lahan Sawah
Kabupaten Kulon Progo. Kebijakan pemerintah
Hasil analisis regresi linier berganda faktor-
untuk melakukan tanam secara serentak yang
faktor yang memengaruhi perilaku petani dalam
bertujuan untuk mengendalikan serangan hama
konservasi lahan sawah di Kabupaten Kulon
dipatuhi oleh petani. 2
Progo (Lampiran 3), diperoleh nilai R sebesar
Perilaku petani dalam menggunakan sisa 0,718. H a l ini berarti bahwa 71,8% variasi
tanaman sebagai pupuk sangat tinggi, yaitu perilaku petani dalam konservasi lahan pertanian
sebesar 91%. Petani di Kabupaten Kulon Progo di Kabupaten Kulon Progo dapat dijelaskan
terbiasa menggunakan damen (batang padi) dan oleh variabel-variabel independen yang diteliti.
bonggol akar tanaman palawija sebagai penyubur Sedangkan sisanya sebesar 28,2% variabel
lahan sawahnya. Damen dan bonggol akar dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-
tersebut dibenamkan pada saat tanah diolah atau variabel tersebut atau dijelaskan oleh variabel lain
ditraktor. Pembenaman sisa-sisa tanaman Legu­ yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
minosae sangat bermanfaat, karena bintil-bintil
Hasil analisis terhadap tingkat daya dukung
akar yang terdapat pada tanaman Leguminosae
lahan dan non behavioural causes pada tingkat
menyerap unsur nitrogen yang sangat bermanfaat
signifikansi α = 5% menunjukkan bahwa faktor-
bagi pertumbuhan tanaman. Perilaku petani dalam
faktor yang memengaruhi perilaku petani dalam
menggunakan mulsa bagi tanaman, tergolong
konservasi lahan sawah adalah (1) Predisposing
rendah yaitu hanya 47,67%. Rendahnya perilaku
factor yaitu umur, pengetahuan petani tentang
petani dalam menggunakan mulsa tersebut karena
konservasi, sikap petani terhadap kegiatan konser-
jarang petani responden menanam tanaman sayur-
vasi, motivasi petani dalam menerapkan prinsip-
sayuran seperti cabai, tomat, dan lain sebagainya.
prinsip konservasi, dan keaktifan petani dalam
Pengusahaan komoditas tersebut membutuhkan
kelompok; (2) Enabling factor yaitu penghasilan
mulsa untuk menjaga kelembaban dan menekan
luar usaha tani dan ketersediaan bahan organik;
rumput pengganggu. Dalam indikator peng-
dan (3) Reinforcing factor yaitu kepemimpinan
gunaan varietas tanaman yang adaptif lingkungan,
kelompok. Signifikansi faktor-faktor tersebut
sebagian besar petani di Kabupaten Kulon Progo
lebih rendah dari signifikansi α = 5%, sehingga
menggunakan varian benih padi IR 64 karena
hipotesisnya diterima. Sedangkan tingkat daya
benih padi yang diluncurkan pada tahun 1986
dukung lahan, tingkat pendidikan, orientasi nilai
tersebut mempunyai sifat adaptasi terhadap
budaya petani, kepatuhan terhadap norma kelom-
lingkungan yang sangat tinggi, tahan serangan
pok, ketersediaan sarana permodalan, dan peran
hama wereng, dan juga mempunyai mutu beras
penyuluh mempunyai signifikansi di atas α = 5%,
yang baik.
sehingga tidak berpengaruh secara signifikan
Konservasi Metode Mekanik terhadap perilaku petani dalam konservasi lahan
Indikator perilaku petani dalam merawat teras sawah di Kabupaten Kulon Progo.
ataupun galengan tergolong tinggi, yaitu sebesar
88,33%. Petani memperbaiki terasering atau Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh
galengan yang rusak, menanam rumput ataupun terhadap Perilaku Petani
menanam tanaman produktif pada galengan
Tingkat daya dukung lahan tidak berpengaruh
seperti kacang tanah, kacang panjang, ataupun
secara signifikan terhadap perilaku petani dalam
cabai. Sementara itu, perilaku petani dalam
konservasi lahan pertanian di Kabupaten Kulon
merawat saluran irigasi di Kabupaten Kulon
Progo. Pada dua kecamatan yang menjadi sampel,
Progo tergolong sedang. Hal itu disebabkan
yaitu Kecamatan Nanggulan (daya dukung lahan
petani merawat saluran irigasi hanya pada saat
tinggi) dan Kecamatan Kokap (daya dukung lahan
ada kerja bakti kelompok tani ataupun pada saat
rendah) tidak ada perbedaan tingkat perilaku
mereka mencari rumput di sekitar saluran irigasi
petani di kedua daerah tersebut. Petani di dua ke-
untuk ternaknya.

64 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70


camatan itu memiliki tingkat perilaku yang tinggi bagaimana cara mempertahankan usaha taninya
dalam konservasi lahan sawah (Lampiran 2). Jika pada masa yang akan datang. Kesadaran dan moti-
dikaitkan dengan teori dari Hayami dan Kikuchi, vasi yang besar untuk mempertahankan hidup dan
bahwa perilaku manusia dalam konservasi lahan mengembangkan usaha taninya membuat petani
di daerah berdaya dukung lahan rendah akan lebih melakukan upaya-upaya konservasi tersebut.
baik daripada perilaku manusia di daerah dengan Petani juga sudah secara mandiri memperoleh
ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, informasi mengenai teknik-teknik konservasi
tidak sepenuhnya berlaku di Kabupaten Kulon sehingga kegiatan penyuluhan yang dirasakan
Progo. Tidak adanya perbedaan yang signifikan belum optimal oleh masyarakat tidak berpengaruh
dalam hal perilaku petani dalam konservasi lahan terhadap perilaku petani dalam melakukan
sawah di Kabupaten Kulon Progo, salah satu- konservasi. Keterbatasan sarana permodalan juga
nya dipengaruhi oleh keadaan bahwa kegiatan tidak berpengaruh pada perilaku petani dalam
konservasi sudah diaplikasikan dalam kehidupan konservasi lahan sawah. Petani sudah terbiasa
sehari-hari oleh masyarakat petani di Kabupaten menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos,
Kulon Progo. Hal tersebut diperkuat dengan pestisida nabati, dan lain-lain yang dibuat
kesadaran mereka selalu menaati peraturan atau sendiri.
kebijakan pemerintah dalam sistem pertanian.
Tingkat pendidikan petani yang sebagian besar Faktor-faktor yang Berpengaruh
adalah SMP dan SMA juga tidak berpengaruh terhadap Perilaku Petani
terhadap perilaku petani dalam konservasi. Hal Dalam penelitian ini, umur petani berpengaruh
itu disebabkan petani mendapatkan berbagai secara nyata terhadap perilaku petani dalam
informasi pertanian melalui jalur nonformal, konservasi lahan pertanian di Kabupaten Kulon
baik melalui media massa, penyuluh maupun dari Progo. Sebanyak 75% petani di Kulon Progo
pengetahuan turun-temurun. berada pada range usia produktif yaitu 15 sampai
Selain tingkat daya dukung lahan dan 64 tahun. Dengan kondisi fisik yang masih
pendidikan, ternyata kepatuhan terhadap norma prima, mereka selalu berinteraksi dengan petani
kelompok, peran penyuluh, orientasi nilai budaya, lain, aktif mencari informasi baik itu melalui
dan ketersediaan sarana permodalan juga tidak media massa maupun kelompok serta aktif
berpengaruh terhadap perilaku petani dalam mencoba hal-hal baru yang bisa menguntungkan
konservasi lahan sawah. Di Kabupaten Kulon usaha taninya. Pengetahuan petani berpengaruh
Progo tindakan konservasi belum menjadi aturan secara signifikan terhadap perilaku petani dalam
tertulis dalam kelompok. Setiap pelanggaran konservasi. Sebagian besar petani di Kulon
yang terjadi hanya mendapatkan teguran dan Progo memiliki pengetahuan yang tinggi dalam
tidak ada sanksi lain yang lebih berat. Petani teknik konservasi. Pengetahuan petani dalam hal
menerapkan prinsip konservasi karena sudah teknologi konservasi tidak hanya didapat dari
menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Jadi petugas penyuluh pertanian, tetapi juga diperoleh
walaupun tidak ada aturan tertulis atau norma antara lain melalui media massa (radio, koran,
yang mengikat, masyarakat tetap melakukan dan televisi) dan melalui ajaran turun-temurun
pertanian yang menganut sistem konservasi. dari nenek moyang mereka. Sikap petani juga
Hal tersebut terkait dengan orientasi nilai budaya berpengaruh secara nyata terhadap perilaku petani
petani. Hampir 90% petani di Kabupaten Kulon dalam konservasi lahan pertanian di Kulon Progo.
Progo memiliki orientasi nilai budaya masyarakat Sebanyak 94% petani di Kulon Progo sangat
transisi yang bercirikan selalu positif memandang mendukung berbagai teknik konservasi. Mereka
hidup dan berorientasi masa kini. Karakteristik berpendapat bahwa melakukan teknik-teknik
masyarakat transisi tersebut tidak berpengaruh konservasi sangat bermanfaat bagi keberlangsun-
terhadap perilaku petani dalam konservasi lahan gan usaha tani mereka. Penghargaan yang tinggi
sawah. Sifat hidup masyarakat transisi sebagai terhadap teknik konservasi tersebut menjadi
masyarakat yang hanya memandang pada aspek modal utama bagi mereka dalam mengambil
kekinian tidak membatasi petani untuk berpikir keputusan untuk menerapkan teknik konservasi
yang diperkenalkan.

Analisis Pengaruh Daya... | Dian Kurniasih | 65


Selain dipengaruhi oleh sikap petani, Analisis Pengaruh Perilaku Petani
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah dalam Konservasi terhadap Tingkat
di Kulon Progo juga dipengaruhi oleh motivasi Pendapatan
mereka dalam menerapkan teknik konservasi dan
Hasil analisis regresi pengaruh perilaku pe-tani
keaktifan mereka dalam berkelompok tani. Petani
dalam konservasi lahan sawah terhadap tingkat
di Kulon Progo mempunyai motivasi yang tinggi
pendapatan usaha tani di Kabupaten Kulon Progo
untuk melakukan kegiatan konservasi. Motivasi
(Lampiran 4) diperoleh bahwa nilai signifikan-
yang memengaruhi perilaku tersebut adalah
sinya lebih besar dari α = 5%. H al itu berarti
motivasi untuk mempertahankan eksistensi usaha
bahwa perilaku petani dalam konservasi lahan
tani dan untuk perkembangan usaha tani mereka.
sawah tidak memengaruhi pendapatan usaha
Keaktifan petani di Kulon Progo tergolong tinggi.
tani. Hal yang paling memengaruhi adalah pola
Mereka menyadari bahwa dengan berkelompok,
pergiliran tanaman yang diterapkan petani. Se-
mereka akan mendapatkan berbagai pengetahuan
lama ini, petani di Kulon Progo sudah melakukan
dalam sistem usaha tani, saling bertukar pikiran,
pola pergiliran tanaman untuk pengendalian
bertanya, ataupun berpendapat mengenai hal-hal
hama dan diversifikasi hasil. Namun, dalam
yang diketahui atau tidak diketahui.
pola pergiliran tanaman tersebut, petani belum
Penghasilan luar usaha tani dan ketersediaan berani menanam tumbuhan hortikultura sebagai
bahan organik merupakan enabling factors cash crop dan masih mengandalkan budi daya
yang berpengaruh secara signifikan terhadap palawija. Padahal, usaha tani hortikultura akan
perilaku petani dalam konservasi lahan sawah di memberikan hasil yang lebih tinggi daripada jenis
Kabupaten Kulon Progo. Rata-rata penghasilan tanaman lain. Sayuran ditanam pada galengan-
luar usaha tani, petani responden dalam penelitian galengan saja untuk memenuhi kebutuhan rumah
ini adalah Rp5.531.960,525 per tahun. Dengan tangganya sendiri, sehingga tidak mampu untuk
tambahan penghasilan dari sektor luar usaha tani meningkatkan pendapatan keluarga.
tersebut, petani mampu menopang kebutuhan
permodalan bagi usaha tani yang dilakukan, di
antaranya dialokasikan untuk membeli bahan- KESIMPULAN
bahan organik dan untuk mengembangkan usaha Lebih dari 50% petani di Kabupaten Kulon Progo
tani dengan beternak, sehingga berdampak pada memiliki perilaku yang tinggi dalam konservasi
peningkatan ketersediaan bahan organik. Mereka lahan sawah. Hal ini telah menjawab pertanyaan
dapat memanfaatkan kotoran ternak tersebut dan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian ini.
sebagai pupuk. Bahan organik yang diberikan Tingkat daya dukung lahan tidak memberikan
pada lahan pertanian akan mampu melindungi pengaruh signifikan terhadap perilaku petani
tanah dari proses kerusakan yang diakibatkan oleh dalam konservasi lahan sawah. Hal ini bertolak
penggunaan bahan kimiawi secara terus-menerus. belakang dengan teori dari Hayami dan Kikuchi.
Petani yang hidup di daerah dengan daya dukung
Reinforcing factor yang berpengaruh
lahan tinggi dan rendah mempunyai perilaku
secara signifikan terhadap perilaku petani
konservasi yang sama-sama tinggi. Hal tersebut
dalam konservasi lahan sawah di Kulon Progo
disebabkan oleh perilaku konservasi yang sudah
adalah kepemimpinan kelompok. Pemimpin
menjadi kebiasaan petani.
kelompok tani di Kabupaten Kulon Progo sudah
menjalankan fungsi koordinasi, fungsi mengajak Non behavioural causes yang secara nyata
anggota kelompok tani untuk berpartisipasi, berpengaruh terhadap perilaku petani dalam kon-
dan fungsi memberi informasi dengan baik. servasi lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo
Peran pemimpin yang sangat akomodatif tersebut adalah umur, pengetahuan petani tentang konser-
memicu petani untuk hormat dan patuh pada vasi, sikap petani terhadap kegiatan konservasi,
setiap anjuran ketua kelompok tani, termasuk motivasi petani dalam menerapkan prinsip-prinsip
dalam kegiatan konservasi. konservasi, keaktifan petani dalam kelompok,
penghasilan luar usaha tani, ketersediaan bahan
organik, dan kepemimpinan kelompok. Perilaku
petani dalam konservasi lahan sawah tidak

66 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70


berpengaruh pada peningkatan pendapatan. Ucapan Terima kasih
Hal tersebut disebabkan salah satunya karena
Terima kasih kami ucapkan kepada Ir. Roso
pola pergiliran tanaman dalam satu tahun masih
Witcaksono, M.S., Dr. Jamhari, dan Dr. Widja-
menggunakan pola padi-padi-palawija, bukan
janti yang telah memberikan bimbingan dalam
dengan cash crop seperti hortikultura.
penulisan karya tulis ilmiah ini.

SARAN
Daftar Pustaka
Pemimpin kelompok tani di Kabupaten Kulon 1
Hayami,Yujiro dan Kikuchi, Masao. 1987. Dilema
Progo masih sangat dihargai oleh anggota Ekonomi Desa. Suatu Pendekatan Ekonomi
kelompoknya. Sebagai panutan, pemimpin terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia.
harus mampu mengoptimalkan perannya dalam Yayasan Obor. Jakarta.
menjalankan fungsi koordinasi, fungsi partisipasi, 2
Untung, Kasumbogo. 2001. Pengelolaan Pengen­
fungsi informasi, dan fungsi pengambilan kepu- dalian Hama Terpadu sebagai Penerapan
tusan sehingga perilaku petani yang tinggi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. www.
kompas.com. Diakses 8 Juni 2006.
konservasi lahan sawah dapat dipertahankan,
bahkan ditingkatkan.
3
Seta, Ananto Kusuma. 1991. Konservasi Sumber
Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta.
Penyuluh pertanian harus terus memperbaiki 4
Soemarwoto. 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan
kinerjanya dalam mendampingi petani dan ke- Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.
lompok tani, sehingga petani semakin meningkat 5
Dasmann, Raymon.1980. Prinsip Ekologi untuk
kemampuannya dalam usaha konservasi lahan Pembangunan: Terjemahan I. Soemarwoto.
sawah dan dalam usaha peningkatan pendapatan- Gramedia. Jakarta.
nya. 6
Mantra, Ida Bagus,. 1990. Studi Literatur Konsep
Pemerintah harus meningkatkan fasilitasi yang Sudah Ada Mengenai Daya Tampung
bagi kelompok tani dalam hal penyediaan sarana Wilayah. Laporan Akhir Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
permodalan yang dapat diakses petani dengan
Jakarta.
mudah untuk menunjang usaha tani mereka. 7
Green, L.W. 1994. Health Education Planning, a
Perilaku petani dalam konservasi lahan Diagnostic Approach. Manfield Publishing
sawah tidak berpengaruh terhadap pendapatan Company. New York. USA.
usaha tani, sehingga petani perlu mengupa- 8
Jatileksono, T. 1993. Ketimpangan Pendapatan di
yakan jenis-jenis tanaman yang selain dapat Pedesaan. Kasus Daerah Padi di Lampung.
mengonservasi tanah dan air juga mampu Agriculture Group Working Paper. No: 13.
mendatangkan keuntungan finansial bagi petani. Center for Policys and Implementation Studies.
Jakarta.
Salah satu contohnya adalah penanaman tum-
buhan hortikultura sebagai tanaman pengganti
9
Suhardjo, A. dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok
Usaha tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi
dalam sistem pergiliran tanaman.
Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Tidak adanya pengaruh daya dukung lahan 10
Kurniasih, D. 2007. Pengaruh Daya Dukung Lahan
terhadap perilaku petani dalam konservasi dan dan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Perilaku
tidak adanya pengaruh perilaku petani tersebut Petani dalam Konservasi Lahan Sawah di
terhadap peningkatan pendapatan petani, dapat Kabupaten Kulon Ptogo. Tesis. Fakultas
ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut un- Pertanian. Yogyakarta: Universtas Gadjah
tuk mendapatkan rekomendasi pihak terkait dalam Mada.
hal kebijakan perlindungan lahan pertanian dan
11
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. LP3ES.
Jakarta.
bagi petani agar dapat meningkatkan pendapatan
usaha taninya.

Analisis Pengaruh Daya... | Dian Kurniasih | 67


Lampiran 1. Klasifikasi Perilaku Petani dalam Teknik Konservasi Lahan Pertanian di Kabupaten Kulon Progo,
Berdasarkan Indikatornya, Tahun 2007.
Indikator Teknik Konservasi Interval Skor Rata- rata Persentase Kategori
Lahan Sawah Alat Ukur Skor yang Skor yang
Dicapai Dicapai (%)
Metode Vegetatif
1. Menanam tumbuhan sebagain penguat teras 0-3 2,50 83,30 Tinggi
2. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman 0-3 2,75 91,67 Tinggi
Leguminosae
3. Melakukan sistem penanaman secara serentak 0-3 2,27 75,67 Tinggi
4. Menggunakan sisa-sisa tanaman sebagai pupuk 0-3 2,73 91,00 Tinggi
5. Menggunakan mulsa (penutup tanah) baik dari 0-3 1,43 47,67 Sedang
plastik maupun sisa tanaman
6. Menggunakan varietas padi yang adaptif ling- 0-3 2,53 84,33 Tinggi
kungan
Total metode vegetatif 0- 18 13,56 75,33 Tinggi
Metode mekanik
1. Merawat teras pada tanah berlereng 0-3 2,65 88,33 Tinggi
2. Memelihara saluran irigasi 0-3 1,20 40,00 Sedang
Total metode mekanik 0-6 3,85 64,17 Sedang
Total teknik konservasi 0-24 17,40 72,50 Tinggi
Sumber : Data sekunder, Tesis, 2007

68 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70


Lampiran 2. Tingkat Perilaku Petani dalam Konservasi Lahan Pertanian pada Dua Kategori Daya Dukung Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2007.

Sumber : Data sekunder, Tesis, 2007

Analisis Pengaruh Daya... | Dian Kurniasih | 69


Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani dalam
Konservasi Lahan Sawah di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2007
Variabel Koefisien regresi t-hitung Signifikansi
ns
1. Daya dukung lahan (Di) 0,706 1,008 0,319
2. Non behavioral causes
a. Predispossing factors
• Umur (X1) -0,088*** -2,768 0,008
• Tingkat pendidikan (X2) ns 1,649 0,106
0,211
• Pengetahuan petani (X3) 0,662*** 2,892 0,006
• Sikap petani (X4) 0,427*** 3,764 0,000
• Motivasi petani (X5) 3,372 0,002
0,234***
• Orientasi nilai budaya (X6) ns 0,903 0,371
• Keaktifan dalam kelompok (X7) 0,133 3,115 0,003
• Kepatuhan terhadap norma-norma 0,391*** -1,284 0,206
kelompok (X8) ns
-0,083
b. Enabling factors
• Penghasilan petani (X9)
2,302 0,026
• Ketersediaan sarana permodalan (X10)
0,000** -0,709 0,482
• Ketersediaan bahan organik (X11 ns
0,334 2,609 0,012
c. Reinforcing factors
• Kepemimpinan kelompok (X12)
0,449**
• Peran penyuluh (X13)
2,849 0,007
0,722*** -0,274 0,482
ns
0,017
R hitung = 0,178
F hitung = 7,990
T tabel = 2,001
F tabel = 1,965

Sumber : Data sekunder, Tesis, 2007r


Keterangan : ** = signifikan pada tingkat kesalahan 5%
*** = signifikan pada tingkat kesalahan 1%
ns = tidak signifikan pada tingkat kesalahan 5%

Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Perilaku Petani dalam Konservasi Lahan Sawah terhadap
Pendapatan Usahatani di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2007
Variabel Koefisien regresi t-hitung Signifikansi
ns
Perilaku Petani 1368347 0,805 0,424
Sumber : Data sekunder, Tesis, 2007
Keterangan
ns
= tidak signifikan
t tabel = 12,706

70 | Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 59–70

You might also like