You are on page 1of 10

Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

Nurdien H. Kistanto

Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Diponegoro
nhkistanto@gmail.com

Abstract
Social scientists have conceptualized several stages of sociocultural transformation as societal
development. One version modified in this article constitutes a typology of preindustrial and
industrial societies which consists of one, hunting & gathering societies; two, pastoral societies;
three, village agrarian societies; four, advanced traditional agrarian societies; and five,
industrial societies; and six, postindustrial societies. To analyse the sociocultural transformation
which happens in the Indonesian society, one has to observe and consider the long historical
background which produces social heterogeneity. Thus, the direction and ideals of sociocultural
transformation can be identified and conceptualized.

Key Words: sociocultural transformation, cultural dynamics, types of societies, Indonesian


society.

1. Pendahuluan periodicity, stadial characteristic and the


direction to any state. In this context, culture
Transformasi sosial-budaya dipahami should be seen as a dynamic system, defining
sebagai perubahan besar dan menyeluruh as a set of elements that are in relationship
dalam wujud dan karakteristik masyarakat, and connection with each other, which is form
dari suatu keadaan ke keadaan lain sehingga certain integrity, and which changes its status
menjadi lebih baik atau lebih maju. Ilmuwan over time under the influence of external and
sosialbudaya Rusia, Alexei N. Tarasov (2016) internal forces. Analysis of the culture as a
melihat transformasi sosialbudaya sebagai dynamic system shows that none of its element
dinamika budaya (cultural dynamics); is a static entity. The philosophical concept or
bersama dengan ilmuwan sosialbudaya Rusia a religious doctrine, a masterpiece of world
lainnya, N. V. Shishova (2009), Tarasov culture or scientific discovery - everything is
menekankan bahwa, “Dynamics is an the result of complex, long and contradictory
attribute characteristic of culture, which process of development of the spiritual
includes the entire set of changes that occur in aspects of society, thus transforming and
it under the influence of internal and external newly interpreting in the course of human
factors; its analysis provides research funds, development. Therefore, culture acts as an
mechanisms and processes that describe the ambivalent connection of conservation,
changes” (Tarasov, 2016; Shishova, 2009). reproduction and constant renewal, and,
Lebih lanjut Tarasov (2016) menerangkan, consequently, the complexity, expressing it in
“Thus, the cultural dynamics means any a bizarre combination of traditional and
change, sustainable order of interaction of its innovative, conservative and modernizing,
constituent components, as well as a certain personal and social” (Tarasov, 2016: 11994).

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 169


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Para penjelajah, pedagang, dan kerajaan-kerajaan yang lemah di luar batas


misionaris yang dikirim ke berbagai tempat di dunia beradab. Dan ada pula India, tanah
dunia pada abad kejayaan penemuan oleh tempat sapi-sapi dimuliakan dan beban hidup
bangsa Eropa bertemu dengan bermacam- yang berbeda dibagi secara adil menurut
macam masyarakat, sebagaimana disampaikan kebaikan tiap jiwa pada inkarnasi sebelumnya.
oleh antropolog Marvin Harris (1978: 13-14), Dan kemudian, ada pula pemerintah-
seperti berikut. pemerintah dan kerajaan-kerajaan Amerika
Di beberapa wilayah seperti Australia, asli, dengan dunianya sendiri, masing-masing
Kutub Utara (the Arctic), ujung selatan dengan seni-budaya dan agamanya yang
Amerika Selatan dan Afrika, mereka berbeda, yaitu orang-orang Incas, dengan
menemukan kelompok-kelompok manusia benteng-benteng batu yang besar, jembatan-
yang hidup mirip dengan nenek-moyang jembatan gantung, lumbung-lumbung yang
zaman batu Eropa kuno: rombongan dari penuh, dan perekonomian terkendali
duapuluh-tigapuluh orang, yang tersebar pemerintah; dan orang-orang Aztecs, dengan
melintasi wilayah sangat luas, selalu bergerak, dewa-dewa haus darah yang disuapi hati
dan hidup sepenuhnya dengan berburu manusia dan yang tak putus-putus mencari
binatang dan mengumpulkan tanaman liar – korban-korban segar (Harris, 1978; Giddens,
mereka para pemburu-pengumpul ini 1991: 42).
merupakan anggota-anggota dari species Transformasi sosial-budaya sebagai
langka dan terancam punah (a rare and dinamika budaya dalam peradaban
endangered species). Di wilayah-wilayah lain, masyarakat manusia meliputi proses yang
seperti di hutan-hutan bagian timur Amerika lama dan bertahap-tahap, tidak selalu linear
Utara, hutan-hutan belantara Amerika Selatan, dan tidak selalu berjalan lurus dan lempang
dan Asia Timur, mereka menemukan dari tahap ke tahap. Tahapan-tahapan dari
penduduk yang lebih padat yang menghuni transformasi ini kemudian menghasilkan
desa-desa yang kurang-lebih permanen, tipologi masyarakat dengan wujud dan
dengan bertani dan terdiri dari satu atau dua karakteristik kehidupannya. Transformasi
struktur komunal, akan tetapi di sini pula sosialbudaya, dengan demikian, terjadi dari
senjata dan peralatan yang dipakai masih satu tahap ke tahapan yang lain, di satu waktu
merupakan peninggalan prasejarah. Di tempat atau di waktu lain, di satu tempat atau di
lain, para penjelajah tentunya juga tempat lain, berlangsung tidak sama. M. Alan
menemukan pemerintah dan kerajaan yang Kazlev (2009) menegaskan, “Included here is
sangat maju, dipimpin oleh raja dhalim dan the evolution and transformation of society as
kelas-kelas penguasa, dan dipertahankan oleh a whole. This comes about through the
lasykar-lasykar yang siaga. Itulah kerajaan- influence of the totality of the individuals and
kerajaan besar, dengan kota-kotanya, communities, groups and movements within
monumen-monumen, istana-istana, candi- that society as a whole.”
candi dan harta-kekayaan, yang telah memikat Para sosiolog telah menyederhanakan
tokoh-tokoh seperti Marco Polo dan pemahaman transformasi sosial-budaya atau
Columbus melintasi lautan dan padang pasir dinamika budaya (cultural dynamics)
terlebih dahulu menuju negeri Cina, kerajaan (Tarasov, 2016) atau evolusi dan transformasi
terbesar dan canggih di dunia, yang para (evolution and transformation) (Kazlev,
pemimpinnya memandang rendah ‘para 2009), yang menghasilkan tipologi
barbar bermuka merah,’ para pemohon dari masyarakat dalam tipe-tipe masyarakat pra-

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 170


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

moderen atau pra-industrial dan tipe 2. 2. Masyarakat Penggembala (Pastoral


masyarakat moderen atau industrial (Lenski, Societies), yaitu masyarakat yang tergantung
1966; Lenski & Lenski, 1974; Ritzer, pada pemeliharaan binatang ternak untuk
Kammeyer, Yetman, 1979; Vago, 1989; bahan makanan sendiri; jumlahnya antara
Giddens, 1991), seperti disampaikan berikut beberapa ratus orang sampai ribuan orang;
ini. mereka ditandai oleh perbedaan khusus dan
dipimpin oleh para kepala kelompok dan raja-
2. Tipologi Masyarakat Praindustrial raja perang; masa mulai hidupnya sama
dan Industrial sampai Pascaindustrial dengan masa hidup masyarakat pertanian
desa, dan sekarang sebagian besar menjadi
Perubahan masyarakat manusia yang bagian dari pemerintahan masyarakat yang
berlangsung dari zaman ke zaman melalui besar, dan cara-cara hidup tradisional mereka
transformasi sosial-budaya telah menuju kepunahan (Giddens, 1991: 54).
menghasilkan terbentuknya 5 (lima) tipe
masyarakat praindustri (preindustrial 2. 3. Masyarakat Pertanian Desa (Village
societies) dan industrial (industrial societies), Agrarian Societies), menurut Giddens (1991:
sebagai berikut. 54), merupakan masyarakat yang berbasis
komunitas-komunitas pedesaan yang kecil,
2. 1. Masyarakat Pemburu-Pengumpul tanpa kota-kota dengan mata pencaharian
(Hunting & Gathering Societies), terdiri dari utama bertani, dan sering ditambah dengan
segerombolan kecil orang-orang nomadik berburu binatang atau ikan dan
yang berpindah-pindah dan mengandalkan mengumpulkan tanaman; ditandai dengan
kehidupannya dari berburu binatang, perbedaan yang lebih tajam daripada
menangkap ikan, dan mengumpulkan tanaman masyarakat pemburu dan pengumpul, dan
dan buah-buahan yang dapat dimakan; tak dipimpin oleh para kepala (chiefs); mereka
banyak perbedaan di antara anggota hidup sejak 12.000 tahun yang lalu hingga
masyarakat dan antar masyarakat mereka; sekarang, dan sebagian besar sekarang
perbedaan tingkatan atau jabatan terbatas pada menjadi bagian dari satuan politik dan
umur dan jenis kelamin, dengan laki-laki pemerintahan sehingga kehilangan identitas
berburu binatang atau menangkap ikan, khususnya. Sedangkan Ritzer (1979: 233-4)
sedangkan wanita mengumpulkan bahan menyebut, masyarakat agrarian menguasai
makanan dari tumbuh-tumbuhan; kelebihan peradaban dari masa tahun 3000 sebelum
personal yang dimiliki semata-mata Masehi hingga tahun 1800 sesudah Masehi,
berdasarkan ketrampilan dan kemampuan dengan tanah-tanah pertanian yang sangat luas
personal merupakan suatu bentuk keunggulan dan tempat-tempat tinggal permanen sehingga
yang tak bisa secara sosial ditularkan kepada menghasilkan panenan berlimpah yang
anak-anak keturunannya; mereka kira-kira dimungkinkan oleh inovasi teknologi seperti
hidup sejak 50.000 tahun yang lalu sampai alat pertanian bajak yang secara efisien ditarik
tahun 7000 sebelum Masehi (Giddens, 1991: oleh hewan. Lenski (1966) juga mencatat
54; Ritzer, 1979: 232; Lenski, 1966; Vago, terjadinya peningkatan produksi dan
1989: 172), dan sekarang hampir punah kelebihan pangan yang tajam dalam
(Giddens, 1991: 54). masyarakat pertanian ini sehingga mengalami
kemajuan dalam transportasi, komunikasi,
perteknikan, dan teknologi militer; demikian

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 171


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

pula bentuk-bentuk baru dalam hubungan tradisional pertanian kompleks dan maju,
kekuasan muncul dalam wujud negara-kota, sebagai bagian dari masyarakat-masyarakat
kekuasaan birokrasi, atau feudalisme sehingga pra-industrial, yang sudah lanjut, atau maju
sangat berkembang kelompok sosial dengan (complex and advanced traditional agrarian
struktur dan stratifikasi sosial yang maju, societies).
unggul, turun-temurun, dan penyebab-
penyebab perbedaan terutama bersifat 2. 5. Masyarakat Industrial (Industrial
ekonomik. Era masyarakat-masyarakat Societies), yang hidup pada zaman moderen,
pertanian yang tercatat meliputi masyarakat- mulai tumbuh bersamaan dengan Revolusi
masyarakat Mesir kuno dan Cina, melampaui Industri di Inggris yang berlangsung pada
Abad Pertengahan hingga permulaan antara tahun-tahun 1760 dan 1830 (abad ke
masyarakat industrial moderen; dalam era ini 18-19) (Ritzer, 1979) dan diwarnai dengan
sistem kenegaraan tumbuh dan menjadi protes-protes keras berkesinambungan oleh
lembaga pusat (Ritzer, 1979: 233-4; Vago, masyarakat (Stearns, 1972). Masyarakat
1989: 172). industrial moderen merupakan tipe
masyarakat terakhir dalam transformasi
2. 4. Masyarakat Pertanian Tradisional sosial-budaya dan perkembangan peradaban
Maju (Advanced Traditional Agrarian masyarakat manusia, sebelum kemudian
Societies), dalam masyarakat ini, pertanian berkembang mulai akhir abad ke 20 tipe
masih merupakan andalan sistem ekonominya, masyarakat pasca-industrial (postindustrial
akan tetapi kota-kota hidup sebagai pusat societies) dalam masyarakat pascamoderen
perdagangan dan produksi; sebagian (postmodern societies) (Bell, 1973).
pemerintahan masyarakat tradisional bisa Kemajuan masyarakat industrial ditandai
sangat luas, dengan warga berjumlah jutaan dengan dominasi kegiatan-kegiatan
orang, meskipun sebagian besar sangat sosialbudaya dan ekonomi berbasis industri
terbatas dibandingkan masyarakat industrial manufaktur atau pemrosesan atau pengolahan
yang besar sekarang ini; pemerintahan (manufacturing/processing industries).
tradisional memiliki aparat pemerintahan
khusus, dipimpin oleh raja atau kaisar, dengan 2. 6. Masyarakat Pascaindustrial
perbedaan tingkatan-tingkatan di antara kelas- (Postindustrial Societies), sesungguhnya
kelas sosial yang berbeda-beda. Oleh Giddens adalah tahapan akhir dari masyarakat
(1991: 54-55) disebutkan, masyarakat industrial, yang setidak-tidaknya berkembang
tradisional telah hidup sejak 6.000 tahun mulai pada akhir abad ke-20 dan mencapai
sebelum Masehi sampai abad ke-19; sebagian puncak kemajuannya pada abad ke-21. Selain
besar pemerintahan tradisional atau bahkan dukungan manajemen dan teknologi
semuanya sekarang punah; sedangkan Ritzer sebagaimana dicapai oleh masyarakat
(1979) mengatakan bahwa masyarakat industrial dengan aktivitas-aktivitas industri
tradisional ini agaknya hidup sezaman dan manufaktur, pemrosesan, pengolahan
bersamaan dengan masyarakat agrarian, (manufacturing/processing industries),
namun sudah lebih maju karena masyarakat masyarakat pascaindustri pada abad ke-21
pertanian ini sudah mengembangkan kota- mengembangkan keunggulan teknologi
kota sebagai pusat-pusat perdagangan dan informasi (information technology) yang
produksi, sehingga dapat dikatakan sebagai meliputi teknologi keuangan (financial
masyarakat pertanian-tradisional atau

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 172


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

technology/fintech) dan teknologi media sosial masyarakat pekebun yang maju (advanced
(social media technology). horticultural societies). Dalam pembahasan
Sesungguhnya Ritzer (1979: 232-3), Vago (1989: 172), masyarakat pekebun
dengan mendiskripsikan kembali tulisan- sederhana bercocok tanam dengan
tulisan Lenski (1966) dan Lenski & Lenski menggunakan alat tongkat untuk menggali
(1974) menyelipkan satu tahapan masyarakat (digging stick), sebagai alat paling sederhana
perkebunan atau pekebun (Horticultural dari perekonomian kebun (gardening
Societies), di antara masyarakat pemburu- economy) dan bercocok tanaman lebih dapat
pengumpul (Hunting and Gathering Societies) mengandalkan hasil kebun sebagai persediaan
dan masyarakat agrarian atau pertanian bahan pangan, yang pada gilirannya
(Agrarian Societies), sebagai masyarakat berhubungan dengan munculnya pembagian
yang, setidak-tidak-tidaknya sebagian, lebih kerja (division of labor), termasuk dalam
menggantungkan hidupnya dari penanaman pengembangan pekerjaan spesialis bernilai
bahan makanan dan memelihara binatang, ekonomis dan pekerjaan-pekerjaan penuh
daripada dari berburu binatang dan waktu dalam politik dan keagamaan.
mengumpulkan buah-buahan dan tanaman Spesialisasi fungsional ini pada waktunya
yang tumbuh liar untuk dimakan. Masyarakat melahirkan status-status sosial dan hubungan-
ini, menurut Ritzer (1979: 233), hidup antara hubungan kekuasaan baru. Dalam masyarakat
tahun-tahun 7000 sebelum Masehi sampai pekebun maju, peningkatan perbedaan status
3000 sebelum Masehi, sebelum tumbuh dan dan peran dalam masyarakat semakin
hidupnya masyarakat agrarian pada tahun bertambah, misalnya dengan berkembangnya
3000 sebelum Masehi sampai dengan 1800 alat kebun, cangkul, yang memungkinkan
sesudah Masehi, dan perubahan kebiasaan pemanfaatan tanah lebih besar dengan
dari berburu dan mengumpulkan ke berkebun pengembangan pengkotak-kotakan kebun,
ini menandai penurunan kecenderungan untuk pengairan, pupuk, atau metalurgi. Tahapan
hidup secara nomadik yang berpindah-pindah teknologi lebih tinggi mendorong peningkatan
dan menjadi awal dari komunitas-komunitas spesialisasi dalam kegiatan ekonomi dan
permanen, yang terdiri dari lebih banyak pengembangan kekuasaan politik. Bersamaan
anggota yang menetap dan dapat memanen dengan itu, terjadi perluasan status-status
hasil kebun dalam jumlah lebih besar, formal yang diikuti peningkatan hak atas
dibandingkan komunitas-komunitas dari kekayaan yang meliputi hak atas kepemilikan
masyarakat pemburu dan pengumpul yang manusia, atau perbudakan, dan tersedianya
hidup berpindah-pindah. aset-aset yang dapat dipindahkan seperti uang,
Demikian pula Vago (1989: 172), yang hewan ternak, dan budak. Dari jurusan
menekankan pembahasan tentang dinamika hubungan kekuasaan, tahapan pengembangan
hubungan kekuasaan ( the dynamics of power teknologi dan kemasyarakatan melahirkan
relations) dari Lenski (1966), menyelipkan 2 lapisan sosial yang diperoleh secara turun-
(dua) tipe masyarakat di antara masyarakat- temurun secara tegas.
masyarakat yang, mengandalkan hidupnya
dari, berburu binatang dan mengumpulkan
hasil tanaman liar, dan masyarakat- 3. Transformasi Sosial-Budaya dalam
masyarakat pertanian, yaitu masyarakat- Masyarakat Indonesia
masyarakat pekebun yang sederhana (simple
horticultural societies) dan masyarakat-

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 173


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Masyarakat pascaindustrial kota-kota besar dan metropolitan. Berbagai


(postindustrial societies) merupakan tipe masyarakat ini semua menjadi bangsa
kelanjutan dari masyarakat industrial (the Indonesia.
advancement of industrial societies) yang Transformasi sosial-budaya bagi
berkarakteristik masyarakat penyedia industri masyarakat-bangsa Indonesia harus
jasa (service industry), dengan unggulan diperlakukan, dibayangkan dan dicita-citakan
teknologi informasi (information technology), secara khusus dengan mempertimbangkan
terutama teknologi keuangan (financial latar-belakang historis yang sudah menjadi
technology/fintech) dan teknologi media sosial pengalaman bangsa dan latar budaya yang
(social media technology), selain berbagai merupakan realitas yang dimiliki masyarakat-
teknologi peralatan-peralatan supercanggih masyarakat di Indonesia dan sekitarnya,
(super-sophisticated equipment technology). sehingga setidak-tidaknya 2 (dua) masalah
Masyarakat industrial dan masyarakat sosial-budaya harus diperhatikan, sebagai
pascaindustrial seperti di Indonesia, berikut.
sesungguhnya berlatar belakang atau berbasis
masyarakat pertanian dan perkebunan, bahkan 3. 1. Latar Belakang Historis
meliputi masyarakat pemburu hewan,
termasuk ikan dan pengumpul hasil tanaman Pertama, latar-belakang historis sebagai
dan tumbuh-tumbuhan liar, di darat maupun di pengalaman bermasyarakat dan berbangsa
laut, dan di udara, hingga saat ini. yang berasal dari nilai-nilai dan kearifan-
Mempertimbangkan transformasi sosial- kearifan lokal dari kerajaan-kerajaan, yang
budaya dengan tahapan-tahapan yang dicapai tradisional agraris, maritim, feodal, yang dari
dalam tipologi masyarakat pra-moderen dan zaman ke zaman mengalami dan menjalin
moderen, agaknya masyarakat-masyarakat di pertemuan-pertemuan dan hubungan-
wilayah kepulauan Indonesia pun hubungan intensif, menerima, menyerap, dan
mengalaminya, bahkan hingga sekarang mengamalkan nilai-nilai dan praktek-praktek
semua tipe masyarakat tersebut masih hidup: kehidupan bersama dengan nilai-nilai dari
sebagian seperti tipe-tipe masyarakat luar, seperti India (sejak abad ke-1), dengan
pemburu-pengumpul, seperti pemburu hewan agama-agama dan nilai-nilai Hindu dan
di hutan dan semak-semak, dan nelayan Budha, Cina (sejak abad ke-3) dan Kong Hu
tradisional tradisional, serta masyarakat Cu, dan Islam dan Timur Tengah (sejak abad
pengumpul hewan dan penggembala dan ke-13), yang dilanjutkan dengan kolonial
pekebun, menjadi tipe peninggalan budaya di Eropa, Belanda (abad ke-17 sampai abad ke-
banyak wilayah yang maju maupun yang 20). Pertemuan-pertemuan dan hubungan-
hampir punah; sebagian lagi seperti tipe-tipe hubungan yang dibangun pada umumnya
masyarakat pekebun, masyarakat pertanian melalui perdagangan yang dilaksanakan atas
dan masyarakat tradisional, atau tipe kesepakatan bersama, yang dengan
masyarakat pertanian-tradisional atau masyarakat India, Cina, dan Timur Tengah
tradisional-pertanian, atau pertanian- pada umumnya berlangsung secara damai;
tradisional-feodal, masih hidup dan sedangkan dengan Eropa, Belanda diwarnai
berkembang, hidup bersama sebagai suatu dengan kehendak untuk penguasaan, melalui
entitas bangsa, yang hidup di wilayah-wilayah agresi bersenjata, oleh bangsa Barat yang
terpencil-pedalaman-terasing, di desa-desa, berekspansi dengan persiapan organisasi,
desa-desa-kota, di kota-kota kecil, bahkan di peralatan dan persenjataan yang canggih,

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 174


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

sehingga terjadi penjajahan dan penguasaan negara-bangsa berbentuk Republik Kesatuan,


kegiatan-kegiatan ekonomi, politik dan yaitu negara-bangsa yang bersatu, kokoh-kuat,
pemerintahan, dengan strategi devide et berdaulat, demokratis, dan moderen. Untuk
empera (pecah-belah dan kuasai). mewujudkan ideal type, masyarakat dan
negara yang dicita-citakan itu, bangsa
3. 2. Latar Budaya Heterogin Indonesia harus meneguhkan kembali akan
kesadaran terhadap cita-cita bersama untuk
Kedua, latar budaya sebagai realitas menjadi negara-bangsa yang bersatu di atas
dengan nilai-nilai masyarakat kepulauan yang realitas bhinneka tunggal ika, sebagai negara
sangat heterogin, plural, multietnik, kesatuan yang didukung dan disangga oleh
multilingual, multiras - sehingga disebut unsur-unsur yang berbeda sebagai “serat-serat
multikultural - berpaduan dengan realitas budaya” bangsa (Kayam, 1989: 25). Modal-
geografis (berkarakteristik alam daratan dan modal sebagai negara kesatuan telah dibangun
lautan), geopolitik (kawasan strategis dalam oleh para pendiri dan pengembang bangsa
pergaulan antar bangsa dengan kepentingan- yang merupakan hasil-hasil budaya bangsa
kepentingan politik dan ideologi), dan moderen, seperti nama Indonesia yang indah
geoekonomi (berkarakteristik ekonomi, dan tepat; Bahasa Indonesia sebagai bahasa
manajemen, dan matapencaharian agraris- nasional dan bahasa kesatuan dan pemersatu;
tradisional-feodal). Latar budaya yang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
kompleks, rumit dan khas ini dapat Konstitusi Negara dan payung hukum, dan
menguntungkan jika upaya-upaya Pancasila sebagai payung politik, hukum,
pengelolaannya tidak terganggu oleh sikap dasar negara, nilai-nilai dan norma-norma
dan tingkah-laku warga masyarakat yang luhur dan mulia. Dari modal-modal bangsa ini
kontra-produktif dan mementingkan diri dapat dibangun sistem sosial-budaya nasional
sendiri dan kelompok-kelompoknya. yang mewadahi kepentingan seluruh bangsa,
dengan ketahanan bangsa dalam masyarakat
3. 3. Arah dan Cita-Cita yang sepenuhnya sadar dan bersedia
Transformasi Sosial-Budaya berkorban untuk mewujudkan kesatuan
nasional yang kokoh.
Mempertimbangkan masalah 2 (dua)
latar tersebut, transformasi sosial-budaya 3. 3. 2. Menjadi Negara-Bangsa
masyarakat Indonesia menuju masyarakat- Industrial Moderen
bangsa yang dicita-citakan, dengan
merumuskan format dan wujud budaya yang Mentransformasikan masyarakat dari
mampu dan efektif dalam menjawab status keterbelakangan sosial-budaya dan
tantangan sosial-budaya, ekonomi dan politik, ekonomi agraris-feodal menjadi masyarakat
dapat dibagi menjadi 2 (dua) arah dan tujuan, industri moderen yang demokratis.
sebagai berikut. Transformasi sosial-budaya ini mengandaikan
suatu masyarakat yang bersedia menerima,
3. 3. 1. Menjadi Negara-Bangsa mempelajari dan melaksanakan sistem nilai
Kesatuan yang Kuat liyan yang akan diterapkan, yaitu sistem nilai
industrial moderen yang menekankan
Mentransformasikan bekas negara rasionalitas, efisiensi, keterbukaan dan
jajahan yang terpecah-pecah menjadi suatu transparansi, sikap egaliter, demokrasi dengan

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 175


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

kebebasan berpendapat, penghargaan terhadap industrial dan pascaindustrial tersebut; akan


hak azasi, dan persaingan sehat dan terbuka. tetapi agaknya masih lebih banyak warga
Tahapan kesadaran sikap-mental kolektif yang masyarakat, bahkan warga masyarakat elit,
dapat diterapkan untuk kegiatan ideal dan yang memahami dan melaksanakannya tanpa
praktis dengan rajin dan tekun (industrious) mengindahkan etika, norma, nilai-nilai baik
bagi kemakmuran bangsa sangat penting dan hukum yang disepakati, dengan
sebagai modal dasar yang dikembangkan pelaksanaan yang kebablasan dan tak
menuju masyarakat industri moderen berbasis mencerminkan sikap masyarakat yang baik
kegiatan-kegiatan sosial-budaya ekonomi dan beretika, semisal yang berkembang dalam
kreatif, produktif, dan inovatif dalam sarana- teknologi informasi, melalui program-
sarana industri manufacturing dan sarana- program media sosial. Kemajuan masyarakat
sarana pasca-industri jasa, menuju masyarakat menjadi masyarakat pascaindustri harus
yang kegiatan sosi-budaya dan dibarengi dengan etika, norma-norma, dan
perekonomiannya berbasis industri jasa, nilai-nilai yang menghormati hak dan harapan
service industry, yang menjadi karakteristik manusia dalam masyarakat,
postindustrial society, dalam sistem sosial- Transformasi sosial-budaya dalam
budaya pascaindustri, sociocultural masyarakat Indonesia dapat dipahami sebagai
postindustrial system. energi dan daya dorong bagi masyarakat
Indonesia untuk dengan rajin dan tekun
4. Simpulan melakukan dan meningkatkan perubahan
sosial-budaya dari suatu keadaan dan
Berbeda dari rumusan yang disusun oleh kehidupan masyarakat ke keadaan dan
para sosiolog, transformasi sosialbudaya atau kehidupan masyarakat yang lebih baik,
dinamika budaya (cultural dynamics) yang menuju kemakmuran dan kesejahteraan,
berlangsung dari zaman ke zaman di melalui kegiatan-kegiatan hidup yang
Indonesia tidak linear, tidak persis mengikuti kualitasnya bertahap-tahap sesuai dengan
tahapan-tahapan, sebagaimana tipologi tingkat peradabannya. Tahapan-tahapan dan
perkembangan kebudayaan manusia dalam tingkat-tingkat peradaban telah menjadi
teks-teks sosiologi. Oleh sebab itu pengalaman bermasyarakat dan berbangsa
masyarakat-bangsa Indonesia sekarang ini dalam masyarakat-bangsa Indonesia, sehingga
terdiri dari semua tipe masyarakat yang menjadi masyarakat-bangsa dalam tahapan
pernah berada dan berkembang di Indonesia, sekarang ini yang menyiapkan dan
jauh sebelum disebut Indonesia, mulai dari mengembangkan diri di dalam pergaulan
masyarakat pemburu-pengumpul bahan lokal-domestik-internal bangsa dan dalam
makanan di perairan, daratan dan udara, pergaulan antar bangsa menuju pemantapan
masyarakat pertanian, masyarakat industrial tahapan kualitas peradaban masyarakat-
yang berbasis manufacturing, pembuatan atau bangsa berikutnya, bagi kemakmuran dan
pengolahan, dan masyarakat pascaindustrial, kesejahteraan masyarakat-bangsa yang
yang berbasis industri pelayanan (service bermartabat dan terkemuka sebagai
industry), dengan teknologi, peralatan dan khalifatullah di atas bumi manusia dan
manajemen modern-rasional. makhluk-makhluk ciptaan Allah Sang
Pada saat ini masyarakat Indonesia di Pencipta, yaitu khalifatullah yang mengemban
pusat-pusat kemajuan sudah belajar dan mulai amanah untuk menjaga, melestarikan dan
terbiasa dengan nilai-nilai masyarakat mengolah bumi, bagi kesejahteraan dan

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 176


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

kebaikan dunia. Niat dan kehendak untuk De Jong, P. E. De Josselin. 1984. Unity
membangun kebaikan dan kesejahteraan in Diversity: Indonesia as a Field of
penting disampaikan karena kegiatan-kegiatan Anthropological Study. Dordrecht, Holland:
manusia sehingga mencapai tahapan-tahapan Foris Publications.
peradaban dengan peningkatan kualitasnya
selalu dijalankan bagi kebaikan dan Geertz, Clifford. 1995. After the Fact:
kesejahteraan manusia. Tanpa niat dan Two Countries, Four Decades, One
kehendak untuk meningkatkan kebaikan dan Anthropologist. Cambridge: Harvard
kesejahteraan manusia melalui kegiatan- University Press.
kegiatan yang terus-menerus meningkat
kualitasnya, manusia industrial moderen dan Giddens, Anthony. 1991. Sociology.
pascaindustrial, pascamoderen, mengalami Oxford: Polity Press.
kemunduran kualitas dan terperosok dalam
jurang kekosongan dan kehancuran rohani dan Harris, Marvin, 1978. Cannibals and
jasmani, dengan tanda-tanda serakah terhadap Kings: The Origins of Cultures. London:
alam, kekuasaan dan harta benda, arogan dan Fontana.
sewenang-wenang dalam kekuatan, dan
menutup mata terhadap penderitaan dan nasib Hart, Gillian, Andrew Turton, Benjamin
umat manusia. White. 1989. Agrarian Transformation: local
Processes and the State in Southeast Asia.
Berkeley; University of California Press.

Daftar Pustaka Harvey, Edward B. 1975. Industrial


Society – Structures, Roles, and Relations.
Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill, Georgetown, Ontario: The Dorsey Press.
and Bryan S. Turner. 1988. Dictionary of
Sociology. London: Penguin Books. Jary, David & Julia Jary. 1991. Collins
Dictionary of Sociology. Glasgow:
Bell, Daniel. 1973. The Coming of Post- HarperCollins.
Industrial Society: a Venture in Social
Forecasting. London: Heinemann. Kayam, Umar. 1989. “Transformasi
Budaya Kita,” Pidato Pengukuhan Jabatan
Breese, Gerald. 1966. Urbanization in Guru Besar pada Fakultas Sastra Universitas
Newly Developing Countries. Englewood Gadjah Mada, Yogyakarta, 19 Mei.
Cliffs: Prentice-Hall. Kazlev, M. Alan. 2009. Social and
Cultural Transformation. Kheper Home:
Cambridge Advanced Learner’s Creative Commons License.
Dictionary, third edition, 2008. Cambridge:
Cambridge University Press, p. 1548. Kistanto, Nurdien H. August 1991.
“Peasants, Civil Workers, and Industrial
Crow, Ben, Mary Thorpe, et. al. 1988. Workers in Java,” SOJOURN, Vol. 6, Number
Survival and Change in the Third World. 2.
Oxford: Polity Press.

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 177


Sabda Volume 13, Nomor 2, Desember 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Lenski, Gerhard E. 1966. Power and Schaefer, Richard T. 2004. Sociology


Privilege: A Theory of Social Stratification. Matters. Boston: McGraw-Hill.
New York: McGraw-Hill Book.
Shanin, Teodor, Ed. Reprinted 1975.
________ and Jean Lenski. 1974. Peasants and Peasant Societies.
Human Societies: An Introduction to Harmondsworth: Penguin Education.
Macrosociology, 2nd ed. New York:
McGraw-Hill. Shishova, N. V. 2009. Kul’turologiya.
Slovar’-spravochnik. Rostov-on-Don: Feniks.
Moertono, Soemarsaid. 1985. Negara 596 p.
dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa
Lampau: Studi tentang Masa Mataram II, Stearns, Peter N. (Ed.). 1972. The
Abad XVI sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Impact of the Industrial Revolution: Protest
Indonesia. and Alienation. Englewood Cliffs: Prentice-
Hall.
Nurdien H. K. Ed. 1983. Perubahan
Nilai-Nilai di Indonesia. Bandung: Alumni. Tarasov, Alexei N. 2016. “Theoretical–
methodological Bases of the Sociocultural
Offe, Claus. 1976. Industry and Transformation” Concept Explication.
Inequality. London: Edward Arnold. International Journal of Environmental and
Science Education Vol. 11, No. 18, 11993-
Oxford Advanced Learner’s Dictionary 12003.
of Current English, 2000. Oxford: Oxford
University Press, p. 1382. Triyono, Lambang dan Nasikun. 1992.
Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa:
Parker, S. R., et. al. 1981. The Sociology Teknologi, Surplus Produksi, dan Pergeseran
of Industry. London: George Allen & Unwin. Okupasi. Yogyakarta: FISIP UGM &
Rajawali Pers.
Rabie, Mohamed. 2013. Saving
Capitalism and Democracy. USA: Palgrave Vago, Steven. 1989. Social Change.
Macmillan. Second edition. Englewood Cliffs: Prentice
Hall.
Ramaswamy, E. A. 1981. Industry and
Labour. Oxford: Oxford University Press. Van Peursen, C. A. 1976. Strategi
Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius & Jakarta:
Reading, Hugo F. 1977. A Dictionary of BPK Gunung Mulia.
Social Sciences. London: Routledge & Kegan
Paul. Wolf, Eric. 1966. Peasants. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall.
Ritzer, George, Kenneth C.W.
Kammeyer, Norman R. Yetman. 1979.
Sociology: Experiencing a Changing Society.
Boston: Allyn and Bacon.

TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA | 178

You might also like