You are on page 1of 8

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)

DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)


Journal of Archive in Civil Engineering and Planning
E-ISSN: 2615-1340; P-ISSN: 2620-7567

Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index

FAKTOR SISA MATERIAL YANG MEMPENGARUHI BIAYA PADA


PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI PROVINSI ACEH
ISSN: 2088-9860
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
Julsenaa,*, Abdullah Abdullahb, Anita RauzanaISSN:c
2088-9860
a
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
b,c
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author, email address: joecena88@gmail.com
ARTI CLE INFO AB S T RACT
The material has a large percentage of 50-70% of the total project
Article History: cost. Good management can reduce the occurrence of excess material
Received 20 September 2018 waste. The remaining material that has not been identified, will make
Received in revised form 22 November 2018 the contractor does not know what percentage of losses caused by the
Accepted 28 November 2018
remaining material in the project site. This study aims to identify the
dominant factors causing the residual material, and to analyze the
relationship and the influence of the remaining factors of material on
Keywords:
the cost of building construction projects in Aceh Province. This
Waste material, project cost, building,
Aceh Province study uses a mixed method, which combines qualitative and
quantitative approaches through the distribution of questionnaires.
Respondents addressed to the project manager of building contractor
company with sub-field BG004 ranging from medium qualification
(M1, M2), and large (B1). Based on the data of Construction Services
Procurement Service (LPJK) in 2017 the number of contracting
companies obtained as many as 215 companies, using Slovin formula
then the research sample obtained as many as 68 companies. The
sampling technique used is simple random sampling, randomly
regardless of the strata present in the population. Of the 68 companies
selected, construction costs range from Rp. 588,000,000 up to Rp.
30,251,965,000, with implementation period from 2010-2017. Data
processing consists of validity, and reliability, while data analysis
consists of descriptive analysis, simple correlation and multiple linear
regression through Statistical Product and Service Solution (SPSS)
version 22 software. The results show that the dominant remaining
material factor that occurs during project implementation building
construction in Aceh Province is a residual factor with a mean of
4.729. The design, procurement, handling and implementation factors
have low correlation with Spearman coefficient of 0.260, 0.295,
0.373, and 0.296, while the residual factor has a very low correlation
with Spearman coefficient of 0.130 to the cost of building
construction projects in Aceh Province.

©2018 Magister Teknik Sipil Unsyiah.All rights reserved

1. PENDAHULUAN
Provinsi Aceh sebagai daerah wisata, budaya dan pendidikan, tidak terlepas dari kebutuhan akan
pembangunan infrastruktur sebagai jawaban dari meningkatnya jumlah penduduk dan pendatang.
Pembangunan infrastruktur merupakan suatu proses yang panjang, dimana dalam pelaksanaannya banyak
dijumpai masalah dan kendala. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah ketidakefisienan
penggunaan material, sehingga timbulnya sisa material (material waste) dalam pelaksanaannya. Sisa
148
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

material konstruksi didefinisikan sebagai suatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu
berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak, sehingga tidak dapat
digunakan lagi sesuai fungsinya.
Material mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-70% dari total biaya proyek (Ervianto, 2005).
Hal tersebut menunjukkan bahwa material konstruksi memerlukan pengelolaan yang baik agar material
yang dibutuhkan dapat diperoleh sesuai kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat. Pengelolaan yang baik
dapat mengurangi terjadinya sisa material yang berlebihan.Pada kenyataannya sisa material ini terjadi di
seluruh proyek konstruksi, yang sulit dihindari dari proses pemakaiannya.Meskipun sulit dihindari, sisa
material harus sekecil mungkin diupayakan.Dalam hal ini sisa material dalam batas toleransi seperti
pemotongan kayu untuk sambungan, atau sebagian cat yang menempel pada kalengnya saat proses
pengecatan dilakukan, sementara sisa material yang di luar batas toleransi seperti sisa mortar (adukan
semen) yang meluber pada sisi bawah tanah, sisa material akibat kecerobohan, kesalahan pemesanan dan
sebagainya.Sisa material di luar batas toleransi tidak dapat dibiarkan begitu saja, selain dapat
mengganggu proses pelaksanaan mengingat terbatasnya area proyek, juga dapat mempengaruhi biaya
proyek.
Dalam pelaksanaannya, sisa material masih dapat ditemukan di hampir semua proyek pembangunan
gedung di Provinsi Aceh. Sisa material yang belum terindentifikasi, akan membuat kontraktor tidak
mengetahui berapa persentase kerugian yang ditimbulkan oleh sisa material yang ada di lokasi proyek.
Kerugian yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya keuntungan (profit) yang akan diterima oleh
kontraktor. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pemborosan material, mulai dari faktor
desain, pengadaan, penanganan, pelaksanaan, dan faktor residual (sisa). Sehubungan dengan
permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengalisis sisa material pada pelaksanaan proyek
konstruksi gedung di Provinsi Aceh. Apabila faktor-faktor penyebab terjadinya sisa material tersebut
dapat diminimalkan dan dihindari, maka tingkat keberhasilan proyek dari sisi biaya dapat dicapai oleh
pihak kontraktor.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sisa Material
Franklin (1998) berpendapat bahwa sisa material (material waste) yang dihasilkan dari proyek
konstruksi merupakan material yang sudah tidak digunakan lagi yang dihasilkan dari proses konstruksi,
perbaikan atau perubahan serta suatu ketidaksengajaan yang tidak dapat langsung dipergunakan pada
tempat tersebut tanpa adanya suatu perlakuan lagi. Sisa materialadalah material yang berlebihan atau
material yang sudah selesai digunakan, termasuk yang dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang,
dapat dikembalikan ke supplier, dan dapat di buang ke tempat yang dapat digunakan oleh orang lain.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material


Bossink dan Browers (1996) berpendapat bahwa munculnya sisa material pada proyek konstruksi
disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material
No. Faktor Indikator
Kesalahan dalam dokumen kontrak
1 Ketidak lengkapan dokumen kontrak
Faktor
Penambahan desain
desain
Memilih spesifikasi produk
Memilih produk yang berkualitas rendah
Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan
Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain

149
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

Pendetailan gambar yang rumit


Informasi gambar yang tidak jelas
Kurang koordinasi dengan kontraktor dan kurang pengetahuan konstruksi
Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan dan sebagainya
2 Faktor Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
pengadaan Pembelian material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Pemasok mengirim barang tidak sesuai spesifikasi
Pengepakan kurang baik, menyebabkan terjadi kerusakan dalam perjalanan
Kerusakan akibat transportasi ke lokasi proyek
Faktor
3 Penyimpanan yang keliru menyebabkan kerusakan
penanganan
Material yang tidak di kemas dengan baik
Membuang/melempar material
Material yang terkirim dalam keadaan tidak padat/kurang
Penanganan yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran
Pembongkaran material untuk dimasukkan ke dalam gudang
Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga kerja
4 Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik
Faktor Cuaca yang buruk
Pelaksanaan Kecelakaan pekerja di lapangan
Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti
Metode untuk menempatkan pondasi
Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi
5 Faktor Kesalahan pada saat pemotongan material
Residual Kesalahan pemesanan barang karena tidak menguasai spesifikasi
Pengepakan
Sisa material karena proses pemakaian
Sumber: Bossink dan Browers (1996)

2.3 Biaya Proyek


American Association of Cost Engineering (1992) menyebutkan bahwa pembiayaan suatu proyek
konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung merupakan biaya yang timbul dan berhubungan langsung dengan aktivitas proyek
yang sedang berjalan. Biaya langsung meliputi biaya bahan atau material, biaya upah tenaga kerja,
dan biaya alat.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi,
tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya tidak langsung meliputi
sebagai berikut.
a. Biaya overhead, adalah biaya gaji staf proyek dan biaya fasilitas lapangan. Biaya gaji staf
seperti penanggung jawab proyek, site manager, quantity engineer, quality engineer, pelaksana,
administrasi dan keuangan, juru gambar, juru ukur, dan logistik. Sedangkan biaya fasilitas
lapangan berupa telepon, listrik, air, akomodasi, dan biaya rapat lapangan.
b. Keuntungan (Profit), berdasarkan surat perjanjian pemborongan (kontrak), keuntungan (profit)
untuk kontraktor besarnya adalah 10% dari real cost. Dimana besarnya real cost adalah sama
dengan total biaya seluruh pekerjaan.
c. Biaya tidak terduga, berdasarkan surat penjanjian pemborongan (kontrak), biaya tidak terduga
besarnya adalah 2% dari real cost.
d. Pajak pertambahan nilai (PPN), berdasarkan surat perjanjian pemborongan (kontrak), PPN
sebesar 10% dari real cost ditanggung oleh kontraktor.

150
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed method), yaitu metode yang memadukan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan persepsi responden
pada kuesioner dalam bentuk kata, dari skala Likert yang digunakan. Dalam hal ini bentuk kata yang
dimaksud adalah mulai dari berpengaruh sangat rendah, berpengaruh rendah, berpengaruh sedang,
berpengaruh, dan sangat berpengaruh. Metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan skor dari hasil
persepsi responden pada kuesioner. Hasil pengisian kuesioner tersebut, selanjutnya dianalisis melalui
software SPSS. Angka dari hasil analisis tersebut berupa rhitung, cronbach alpha, koefisien korelasi
Spearman, dan koefisien regresi. Sehubungan dengan persepsi responden yang berupa kata, lalu dianalisis
menghasilkan angka, maka metode ini disebut sebagai pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.

3.2 Menentukan Populasi dan Sampel


Populasi dimaksudkan kepada project managerdan site manager dari perusahaan kontraktor bidang
gedung yang berdomisili di Provinsi Aceh dengan sub bidang BG004, mulai dari kualifikasi M1, M2, dan
B1. Berdasarkan data LPJK pada tanggal 10 September 2017 jumlah perusahaan kontraktor diperoleh
sebanyak 215 kontraktor. Selanjutnya sampel yang merupakan bahagian dari populasi dapat diketahui
dengan menggunakan rumus Slovin, yakni sebagai berikut.

N 215
n = = = 68
1 + (N x e )
2
1 + (215 x 0,12 )

Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 90% dan nilai tingkat
kesalahannya adalah 10%. Nilai tingkat kesalahan ini tergantung pada tingkat kepercayaan yang
dikehendaki oleh peneliti. Oleh karena itu jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebanyak 68 perusahaan kontraktor. Proporsi perusahaan kontraktor pada setiap kualifikasi terangkum
dalam Tabel 2.

Tabel 2
Jumlah populasi dan sampel penelitian
No. Kualifikasi Sub Kualifikasi Populasi Sampel
1 Kualifikasi Menengah M1 198 (198/215) x 68 = 63
M2 14 (14/215) x 68 = 4
2 Kualifikasi Besar B1 3 (3/215) x 68 = 1
Jumlah Responden 215 68

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling,
dengan melakukan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan ini didasarkan pada
perusahaan kontraktor yang telah atau sedang melaksanakan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh,
mulai dari tahun 2010-2017 dengan sumber dana dari APBA.

3.3 Identifikasi Faktor-faktor Sisa Material


Identifikasi faktor-faktor sisa material ini dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini
merupakan segala bentuk usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun referensi yang relevan
dengan penelitian. Referensi ini dapat diperoleh melalui penelitian terdahulu berupa jurnal, dan tesis.
Faktor-faktor sisa material ini selanjutnya digunakan pada kuesioner, guna untuk dikaji dalam kawasan
Provinsi Aceh.

151
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

3.4 Menentukan Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) yaitu faktor-faktor penerapan K3,
sedangkan variabel terikat (Y) yaitu kinerja proyek. Variabel-variabel yang digunakan dalam kuesioner
penelitian ini dapat diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Variabel penelitian

3.5 Penyusunan Kuesioner


Kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, jadi di sini responden hanya memilih dari
jawaban-jawaban yang telah disediakan. Kuesioner penelitian terbagi atas dua bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Kuesioner bagian A, menanyakan tentang karakteristik responden mulai dari jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir, kualifikasi perusahaan, dan pengalaman di bidang konstruksi gedung. Pengukuran
jawaban sesuai dengan karakteristik responden.
2. Kuesioner bagian B, menanyakan tentang faktor-faktor sisa material (variabel bebas) dan biaya proyek
(variabel terikat). Pengukuran jawaban dengan menggunakan skala Likert, dimana setiap jawaban dari
responden dapat diungkapkan dengan penilaian, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3
Kategori jawaban variabel bebas dan terikat
No. Kualifikasi Jawaban Skor
1 Berpengaruh Sangat Rendah (BSR) 1
2 Berpengaruh Rendah (BR) 2
3 Berpengaruh Sedang (BS) 3
4 Berpengaruh (B) 4
5 Sangat Berpengaruh (SB) 5

3.6 Penyebaran Kuesioner


Setelah kuesioner selesai dirancang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyebaran
kuesioner. Penyebaran kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh persepsi responden mengenai faktor-
faktor risiko waktu dan biaya pelaksanaan proyek. Langkah penyebaran kuesioner ini adalah menyiapkan
kuesioner untuk ditujukan kepada responden. Selanjutnya menginvetarisir jumlah responden yaitu
sebanyak 68 perusahaan kontraktor. Kemudian mencari informasi waktu yang tepat untuk melakukan
penyebaran kuesioner kepada responden. Langkah terakhir adalah menyebarkan dan mengumpulkan
kuesioner penelitian sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan.

3.7 Pengolahan Data


Setelah kuesioner diperoleh kembali, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
melalui uji validitas dan reliabilitas. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidak validnya suatu pernyataan dalam
kuesioner berdasarkan data isian yang diterima dari responden; dan
2. Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui variabel yang ada pada kuesioner dapat dipercaya
(reliable) atau tidak, berdasarkan data isian yang diterima dari responden.

152
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

3.8 Analisa Data


Analisa data ini mencakup analisis deskriptif, analisis korelasi sederhana, dan dan analisis regresi
linear berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 22. Analisis ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengetahui faktor risiko waktu dominan yang terjadi selama
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh;
2. Analisis korelasi sederhana,digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor-faktor
penerapan K3 terhadap kinerja proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh secara parsial; dan
3. Analisis regresi linear berganda, digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor penerapan K3
terhadap kinerja proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil olah data melalui software SPSS, menunjukkan bahwa bahwa semua item pernyataan yang
telah diberikan kepada responden mempunyai nilai Rhitung> Rtabel, sehingga pernyataannya semua valid.
Sehubungan dengan validnya semua pernyataan, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
menunjukkan bahwa semua variabel pada kuesioner mempunyai Cronbach Alpha> 0,6. Oleh karena itu uji
reliabilitas yang dilakukan pada semua variabel adalah semuanya reliabel, sehingga dapat dilanjutkan pada analisa
data.

4.2 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi project manager, terhadap
faktor-faktor K3 yang diterapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh. Nilai mean yang
telah dianalisis melalui software SPSS, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4
Mean faktor-faktor sisa material
No. Variabel Mean Peringkat
1 Faktor Desain(X1) 4,378 4
2 Faktor Pengadaan(X2) 4,638 2
3 Faktor Penanganan (X3) 4,418 3
4 Faktor Pelaksanaan (X4) 3,936 5
5 Faktor Residual (X5) 4,729 1

Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 5 faktor sisa material, yang memiliki mean tertinggi terdapat pada
faktor residual yaitu sebesar 4,729. Oleh karena itu dari persepsi project manager, faktor sisa material dominan
yang diterapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh adalah faktor residual. Faktor
residualmerupakan material proyek konstruksi yang tersisa baik dari hasil pekerjaan, tercecer, atau rusak,
sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya. Indikator dari faktor desain yang terjadi selama
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh adalah sebagai berikut.
1. Kesalahan pada saat memotong material
Pemotongan material dengan bentuk yang tidak beraturan seperti keramik, gypsum dan material
lainnya maka dapat menimbulkan sisa material yang tidak terpakai di lokasi proyek. Hal tersebut
dapat terjadi karena kurangnya keterampilan dan ketelitian dari pihak tenaga kerja. Peralatan yang
tidak berfungsi dengan baik, juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pemotongan (Nurisra, 2010).
2. Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi
Ketidakmampuan dalam menguasai spesifikasi, dapat berakibat kesalahan pesanan barang.
Kesalahan pesanan material dapat berupa bentuk, merk, maupun mutu dari suatu material. Kesalahan
dalam pesanan batu bata dengan mutu yang rendah, akan mudah patah dan hancur saat dilakukan

153
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

pekerjaan pemasangan dinding (Intan, 2005). Material dengan mutu rendah akibat dari kesalahan
pesanan akhirnya tidak digunakan, yang dapat menimbulkan sisa tidak terpakai di lokasi proyek.
Selain itu, kesalahan dalam melakukan pesanan material meskipun mempunyai mutu yang baik,
namun tetap tidak dibenarkan dalam penggunaannya. Hal tersebut karena tidak sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam dokumen kontrak. Ketika material tersebut tidak bisa ditukar kembali dengan
pihak pemasok material, maka material tidak dapat digunakan dan menjadi sisa material.
3. Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi
Pada lokasi proyek sisa material dari hasil pemotongan yang cenderung tidak dapat dipakai lagi
adalah material besi tulangan. Umumnya dalam proyek konstruksi gedung, material besi tulangan
merupakan material yang memiliki prosentase biaya tertinggi yaitu berkisar 20%-25% (Suanda,
2011). Besi bertulang merupakan material yang berfungsi struktural bersama-sama dengan beton
untuk menopang kekuatan bangunan. Besi tulangan diproduksi dalam bentuk batangan dengan
panjang standar 12 m. Dalam pelaksanaannya, besi tulangan dipotong sesuai dengan detail gambar
struktur. Potongan besi berdasarkan detail gambar, sudah tentu akan menghasilkan sisa hasil
potongan yang tidak terpakai. Dalam menentukan pola pemotongan, apabila tidak memperhatikan
sisa potongan yang terjadi, maka akan terjadi banyak potongan yang tidak dapat digunakan lagi.
4. Pengepakan yang kurang baik
Pengepakan yang kurang baik dapat menyebabkan material yang di pasok oleh supplier mengalami
cacat/kerusakan, seperti pada material keramik, gypsum, dan material lainnya. Material tersebut
dapat ditukar bila terlebih dahulu terdapat perjanjian dengan pihak supplier. Untuk kuantitas yang
tidak banyak, biasanya pihak kontraktor enggan untuk melakukan penukaran kembali. Material yang
cacat dalam proyek tidak diperkenankan untuk digunakan. Oleh karena itu material yang cacat
tersebut karena tidak gunakan, akhirnya menjadi sisa material pada lokasi proyek.
5. Sisa material karena proses pemakaian
Sisa material dari proses pemakaian ini pada dasarnya tidak dapat dihindari. Misalnya pemotongan
kayu untuk membuat suatu sambungan, atau cat yang menempel pada kalengnya saat proses
pengecatan dilakukan. Meskipun sisa material ini tidak dapat dihindari, namun harus berada dalam
batas-batas toleransi. Untuk menjaga batas toleransi, maka diperlukan pengontrolan yang baik. Hal
yang sering dijumpai pada lokasi proyek, adalah banyaknya mortar (adukan semen) yang meluber di
sisi bagian bawah tanah. Ceceran mortar sering ditemukan pada bagian pekerjaan beton bertulang,
dan pemasangan dinding. Bila tidak dilakukan pengontrolan dengan baik, maka ceceran mortar
semakin lama semakin banyak. Selain itu sisa material dari proses pemakaian, juga bisa timbul
akibat perilaku para pekerja. Perilaku pekerja di lapangan yang keberatan memakai potongan batu
bata patah yang ada, juga dapat menimbulkan sisa material yang seharusnya masih bisa
dimanfaatkan (Intan, 2005).

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor sisa material yang terjadi selama pelaksanaan proyek konstruksi gedungdi Provinsi
Aceh adalah faktor residual dengan mean 4,729, pengadaandengan mean 4,638, penanganandengan
mean 4,418, desaindengan mean 4,378, dan faktor pelaksanaan dengan mean 3,936.
2. Faktor sisa material dominan yang terjadi selama pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi
Aceh adalah faktor residual dengan mean sebesar 4,729. Faktor residual ini terdiri dari 5 indikator,
dimana indikator dominannya adalah kesalahan pada saat memotong material.

154
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465

5.2 Saran
1. Disarankan kepada pihak kontraktor, untuk memperhatikan faktor residual sebagai faktor sisa
material dominan yang terjadi selama pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh.
2. Disarankan kepada pihak kontraktor, faktor-faktor sisa material harus dapat diatasi semuanya dengan
sistematis, guna biaya proyek dapat dialokasikan sebagaimana mestinya.
3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menganalisis faktor sisa material terhadap kinerja
proyek, guna selanjutnya dapat diketahui faktor yang perlu diatasi oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Peraturan LPJK No. 2 Tahun 2013TentangKualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi.
Anonim, 2013, Peraturan LPJK No. 10 Tahun 2013TentangKlasifikasi/Sub Klasifikasi Pekerjaan Usaha
Jasa Pelaksana Konstruksi.
Arikunto, S 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Bossink, B, AG, Brouwers, H, JH 1996, Construction Waste: Quantification and Source Evaluation,
Journal of Construction Engineering and Management.
Devia YP, Unas SE, Safrianto RW, dan Nariswari W 2010, Identifikasi Sisa Material Konstruksi Dalam
Upaya Memenuhi Bangunan Berkelanjutan, Universitas Brawijaya Malang, Malang.
Ervianto, WI 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Salemba Empat, Yogyakarta.
Ervianto, WI 2005, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi Offset, Yogyakarta.
Ferdinand, A 2006, Metode Penelitian Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Franklin, 1998, Characterization of Building Related Construction as Demolition Debris in USA,
Environmental Protections Agency.
Gavilan, RM and Bernold, LE 1994, Source Evaluation of Solid Waste in Building Construction, Journal
of Constructions Engineering and Management.
Ghozali, I 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Universitas Diponogoro,
Semarang.
Gulo, 2007, Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta.
Intan, S, 2005, Analisa dan Evalusi Sisa Material Konstruksi, Sumber Penyebab, Kuantitas, dan Biaya,
Jurnal Civil Engineering Dimension, Maluku.
Jauhar, 2016, Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Material Waste pada Proyek Irigasi di
Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Darussalam.
Noor, J 2012, Metodologi Penelitian, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Nurisra, 2010,Penyebab Sisa Material Konstruksi pada Pembangunan Ruko di Banda Aceh, Volume 1
Tahun IX, No.1 Juli 2010, ISSN: 1412-548X, Jurnal Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Riduwan, dan Sunarto 2014, Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,
Komunikasi, dan Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Soeharto, I2001,ManajemenProyek - Dari KonseptualSampaiOperasional, Erlangga, Jakarta.
Suanda, 2011, Pengendalian Waste Besi Tulangan dengan Software Optimasi Waste Besi.
Sugiyono, 2015, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sukmadinata, NS 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tchobanoglous, G 1997, Integrated Solid Management, McGraw-Hill, Inc, New Jersey.

155

You might also like