Professional Documents
Culture Documents
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
1. PENDAHULUAN
Provinsi Aceh sebagai daerah wisata, budaya dan pendidikan, tidak terlepas dari kebutuhan akan
pembangunan infrastruktur sebagai jawaban dari meningkatnya jumlah penduduk dan pendatang.
Pembangunan infrastruktur merupakan suatu proses yang panjang, dimana dalam pelaksanaannya banyak
dijumpai masalah dan kendala. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah ketidakefisienan
penggunaan material, sehingga timbulnya sisa material (material waste) dalam pelaksanaannya. Sisa
148
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
material konstruksi didefinisikan sebagai suatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu
berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak, sehingga tidak dapat
digunakan lagi sesuai fungsinya.
Material mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-70% dari total biaya proyek (Ervianto, 2005).
Hal tersebut menunjukkan bahwa material konstruksi memerlukan pengelolaan yang baik agar material
yang dibutuhkan dapat diperoleh sesuai kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat. Pengelolaan yang baik
dapat mengurangi terjadinya sisa material yang berlebihan.Pada kenyataannya sisa material ini terjadi di
seluruh proyek konstruksi, yang sulit dihindari dari proses pemakaiannya.Meskipun sulit dihindari, sisa
material harus sekecil mungkin diupayakan.Dalam hal ini sisa material dalam batas toleransi seperti
pemotongan kayu untuk sambungan, atau sebagian cat yang menempel pada kalengnya saat proses
pengecatan dilakukan, sementara sisa material yang di luar batas toleransi seperti sisa mortar (adukan
semen) yang meluber pada sisi bawah tanah, sisa material akibat kecerobohan, kesalahan pemesanan dan
sebagainya.Sisa material di luar batas toleransi tidak dapat dibiarkan begitu saja, selain dapat
mengganggu proses pelaksanaan mengingat terbatasnya area proyek, juga dapat mempengaruhi biaya
proyek.
Dalam pelaksanaannya, sisa material masih dapat ditemukan di hampir semua proyek pembangunan
gedung di Provinsi Aceh. Sisa material yang belum terindentifikasi, akan membuat kontraktor tidak
mengetahui berapa persentase kerugian yang ditimbulkan oleh sisa material yang ada di lokasi proyek.
Kerugian yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya keuntungan (profit) yang akan diterima oleh
kontraktor. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pemborosan material, mulai dari faktor
desain, pengadaan, penanganan, pelaksanaan, dan faktor residual (sisa). Sehubungan dengan
permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengalisis sisa material pada pelaksanaan proyek
konstruksi gedung di Provinsi Aceh. Apabila faktor-faktor penyebab terjadinya sisa material tersebut
dapat diminimalkan dan dihindari, maka tingkat keberhasilan proyek dari sisi biaya dapat dicapai oleh
pihak kontraktor.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sisa Material
Franklin (1998) berpendapat bahwa sisa material (material waste) yang dihasilkan dari proyek
konstruksi merupakan material yang sudah tidak digunakan lagi yang dihasilkan dari proses konstruksi,
perbaikan atau perubahan serta suatu ketidaksengajaan yang tidak dapat langsung dipergunakan pada
tempat tersebut tanpa adanya suatu perlakuan lagi. Sisa materialadalah material yang berlebihan atau
material yang sudah selesai digunakan, termasuk yang dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang,
dapat dikembalikan ke supplier, dan dapat di buang ke tempat yang dapat digunakan oleh orang lain.
Tabel 1
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material
No. Faktor Indikator
Kesalahan dalam dokumen kontrak
1 Ketidak lengkapan dokumen kontrak
Faktor
Penambahan desain
desain
Memilih spesifikasi produk
Memilih produk yang berkualitas rendah
Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan
Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain
149
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
150
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed method), yaitu metode yang memadukan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan persepsi responden
pada kuesioner dalam bentuk kata, dari skala Likert yang digunakan. Dalam hal ini bentuk kata yang
dimaksud adalah mulai dari berpengaruh sangat rendah, berpengaruh rendah, berpengaruh sedang,
berpengaruh, dan sangat berpengaruh. Metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan skor dari hasil
persepsi responden pada kuesioner. Hasil pengisian kuesioner tersebut, selanjutnya dianalisis melalui
software SPSS. Angka dari hasil analisis tersebut berupa rhitung, cronbach alpha, koefisien korelasi
Spearman, dan koefisien regresi. Sehubungan dengan persepsi responden yang berupa kata, lalu dianalisis
menghasilkan angka, maka metode ini disebut sebagai pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.
N 215
n = = = 68
1 + (N x e )
2
1 + (215 x 0,12 )
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 90% dan nilai tingkat
kesalahannya adalah 10%. Nilai tingkat kesalahan ini tergantung pada tingkat kepercayaan yang
dikehendaki oleh peneliti. Oleh karena itu jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebanyak 68 perusahaan kontraktor. Proporsi perusahaan kontraktor pada setiap kualifikasi terangkum
dalam Tabel 2.
Tabel 2
Jumlah populasi dan sampel penelitian
No. Kualifikasi Sub Kualifikasi Populasi Sampel
1 Kualifikasi Menengah M1 198 (198/215) x 68 = 63
M2 14 (14/215) x 68 = 4
2 Kualifikasi Besar B1 3 (3/215) x 68 = 1
Jumlah Responden 215 68
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling,
dengan melakukan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan ini didasarkan pada
perusahaan kontraktor yang telah atau sedang melaksanakan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh,
mulai dari tahun 2010-2017 dengan sumber dana dari APBA.
151
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
Tabel 3
Kategori jawaban variabel bebas dan terikat
No. Kualifikasi Jawaban Skor
1 Berpengaruh Sangat Rendah (BSR) 1
2 Berpengaruh Rendah (BR) 2
3 Berpengaruh Sedang (BS) 3
4 Berpengaruh (B) 4
5 Sangat Berpengaruh (SB) 5
152
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
Tabel 4
Mean faktor-faktor sisa material
No. Variabel Mean Peringkat
1 Faktor Desain(X1) 4,378 4
2 Faktor Pengadaan(X2) 4,638 2
3 Faktor Penanganan (X3) 4,418 3
4 Faktor Pelaksanaan (X4) 3,936 5
5 Faktor Residual (X5) 4,729 1
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 5 faktor sisa material, yang memiliki mean tertinggi terdapat pada
faktor residual yaitu sebesar 4,729. Oleh karena itu dari persepsi project manager, faktor sisa material dominan
yang diterapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh adalah faktor residual. Faktor
residualmerupakan material proyek konstruksi yang tersisa baik dari hasil pekerjaan, tercecer, atau rusak,
sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya. Indikator dari faktor desain yang terjadi selama
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh adalah sebagai berikut.
1. Kesalahan pada saat memotong material
Pemotongan material dengan bentuk yang tidak beraturan seperti keramik, gypsum dan material
lainnya maka dapat menimbulkan sisa material yang tidak terpakai di lokasi proyek. Hal tersebut
dapat terjadi karena kurangnya keterampilan dan ketelitian dari pihak tenaga kerja. Peralatan yang
tidak berfungsi dengan baik, juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pemotongan (Nurisra, 2010).
2. Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi
Ketidakmampuan dalam menguasai spesifikasi, dapat berakibat kesalahan pesanan barang.
Kesalahan pesanan material dapat berupa bentuk, merk, maupun mutu dari suatu material. Kesalahan
dalam pesanan batu bata dengan mutu yang rendah, akan mudah patah dan hancur saat dilakukan
153
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
pekerjaan pemasangan dinding (Intan, 2005). Material dengan mutu rendah akibat dari kesalahan
pesanan akhirnya tidak digunakan, yang dapat menimbulkan sisa tidak terpakai di lokasi proyek.
Selain itu, kesalahan dalam melakukan pesanan material meskipun mempunyai mutu yang baik,
namun tetap tidak dibenarkan dalam penggunaannya. Hal tersebut karena tidak sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam dokumen kontrak. Ketika material tersebut tidak bisa ditukar kembali dengan
pihak pemasok material, maka material tidak dapat digunakan dan menjadi sisa material.
3. Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi
Pada lokasi proyek sisa material dari hasil pemotongan yang cenderung tidak dapat dipakai lagi
adalah material besi tulangan. Umumnya dalam proyek konstruksi gedung, material besi tulangan
merupakan material yang memiliki prosentase biaya tertinggi yaitu berkisar 20%-25% (Suanda,
2011). Besi bertulang merupakan material yang berfungsi struktural bersama-sama dengan beton
untuk menopang kekuatan bangunan. Besi tulangan diproduksi dalam bentuk batangan dengan
panjang standar 12 m. Dalam pelaksanaannya, besi tulangan dipotong sesuai dengan detail gambar
struktur. Potongan besi berdasarkan detail gambar, sudah tentu akan menghasilkan sisa hasil
potongan yang tidak terpakai. Dalam menentukan pola pemotongan, apabila tidak memperhatikan
sisa potongan yang terjadi, maka akan terjadi banyak potongan yang tidak dapat digunakan lagi.
4. Pengepakan yang kurang baik
Pengepakan yang kurang baik dapat menyebabkan material yang di pasok oleh supplier mengalami
cacat/kerusakan, seperti pada material keramik, gypsum, dan material lainnya. Material tersebut
dapat ditukar bila terlebih dahulu terdapat perjanjian dengan pihak supplier. Untuk kuantitas yang
tidak banyak, biasanya pihak kontraktor enggan untuk melakukan penukaran kembali. Material yang
cacat dalam proyek tidak diperkenankan untuk digunakan. Oleh karena itu material yang cacat
tersebut karena tidak gunakan, akhirnya menjadi sisa material pada lokasi proyek.
5. Sisa material karena proses pemakaian
Sisa material dari proses pemakaian ini pada dasarnya tidak dapat dihindari. Misalnya pemotongan
kayu untuk membuat suatu sambungan, atau cat yang menempel pada kalengnya saat proses
pengecatan dilakukan. Meskipun sisa material ini tidak dapat dihindari, namun harus berada dalam
batas-batas toleransi. Untuk menjaga batas toleransi, maka diperlukan pengontrolan yang baik. Hal
yang sering dijumpai pada lokasi proyek, adalah banyaknya mortar (adukan semen) yang meluber di
sisi bagian bawah tanah. Ceceran mortar sering ditemukan pada bagian pekerjaan beton bertulang,
dan pemasangan dinding. Bila tidak dilakukan pengontrolan dengan baik, maka ceceran mortar
semakin lama semakin banyak. Selain itu sisa material dari proses pemakaian, juga bisa timbul
akibat perilaku para pekerja. Perilaku pekerja di lapangan yang keberatan memakai potongan batu
bata patah yang ada, juga dapat menimbulkan sisa material yang seharusnya masih bisa
dimanfaatkan (Intan, 2005).
154
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaa 1(4):148-155 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12465
5.2 Saran
1. Disarankan kepada pihak kontraktor, untuk memperhatikan faktor residual sebagai faktor sisa
material dominan yang terjadi selama pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Provinsi Aceh.
2. Disarankan kepada pihak kontraktor, faktor-faktor sisa material harus dapat diatasi semuanya dengan
sistematis, guna biaya proyek dapat dialokasikan sebagaimana mestinya.
3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menganalisis faktor sisa material terhadap kinerja
proyek, guna selanjutnya dapat diketahui faktor yang perlu diatasi oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Peraturan LPJK No. 2 Tahun 2013TentangKualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi.
Anonim, 2013, Peraturan LPJK No. 10 Tahun 2013TentangKlasifikasi/Sub Klasifikasi Pekerjaan Usaha
Jasa Pelaksana Konstruksi.
Arikunto, S 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Bossink, B, AG, Brouwers, H, JH 1996, Construction Waste: Quantification and Source Evaluation,
Journal of Construction Engineering and Management.
Devia YP, Unas SE, Safrianto RW, dan Nariswari W 2010, Identifikasi Sisa Material Konstruksi Dalam
Upaya Memenuhi Bangunan Berkelanjutan, Universitas Brawijaya Malang, Malang.
Ervianto, WI 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Salemba Empat, Yogyakarta.
Ervianto, WI 2005, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi Offset, Yogyakarta.
Ferdinand, A 2006, Metode Penelitian Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Franklin, 1998, Characterization of Building Related Construction as Demolition Debris in USA,
Environmental Protections Agency.
Gavilan, RM and Bernold, LE 1994, Source Evaluation of Solid Waste in Building Construction, Journal
of Constructions Engineering and Management.
Ghozali, I 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Universitas Diponogoro,
Semarang.
Gulo, 2007, Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta.
Intan, S, 2005, Analisa dan Evalusi Sisa Material Konstruksi, Sumber Penyebab, Kuantitas, dan Biaya,
Jurnal Civil Engineering Dimension, Maluku.
Jauhar, 2016, Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Material Waste pada Proyek Irigasi di
Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Darussalam.
Noor, J 2012, Metodologi Penelitian, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Nurisra, 2010,Penyebab Sisa Material Konstruksi pada Pembangunan Ruko di Banda Aceh, Volume 1
Tahun IX, No.1 Juli 2010, ISSN: 1412-548X, Jurnal Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Riduwan, dan Sunarto 2014, Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,
Komunikasi, dan Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Soeharto, I2001,ManajemenProyek - Dari KonseptualSampaiOperasional, Erlangga, Jakarta.
Suanda, 2011, Pengendalian Waste Besi Tulangan dengan Software Optimasi Waste Besi.
Sugiyono, 2015, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sukmadinata, NS 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tchobanoglous, G 1997, Integrated Solid Management, McGraw-Hill, Inc, New Jersey.
155