Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This paper explains the weaving activities of people in South Sulawesi, which expressed through dance
movements called pattennung dance. The research method used is descriptive qualitative. Data collection
techniques are using literature studies, observations, and interviews. The results show that pattennung dance is
a dance that illustrates the weaving activities of Bugis women when they have leisure time. This dance is created
by its creator with deep appreciation and creates a beautiful, graceful movement. Every action has a meaning
that can be identified by linking the movements of the dancers with the weaving activities undertaken by the
weavers. Every element in the movement has a name by cultural activities starting from the beginning of the
weaving process to finishing the weaving work, namely the creation of silk woven fabric. In pattennung dance, it
can illustrate the agility, tenacity, and patience of the weaves when they do their work. It takes concentration
and focuses. Thus, it produces beautiful silk fabric. Therefore, the musical instrument is essential in
accompanying dancers to express every movement when fast or slow, movements when it requires patience and
perseverance, and actions that indicate the moving changing of the dancers. To show the beautiful movements in
the pattennung dance, it takes the cohesiveness of the dancers to create an element of beauty in the dance.
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan tentang aktivitas menenun masyarakat di Sulawesi Selatan yang diekspresikan melalui
gerakan tari yang disebut tari pattennung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data berupa studi pustaka, pengamatan, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gerakan dalam tari pattennung menggambarkan aktivitas menenun wanita-wanita Bugis dalam mengisi waktu
senggang mereka. Tarian ini tercipta melalui penghayatan yang mendalam oleh penciptanya dan menciptakan
gerakan gemulai yang indah. Setiap gerakan memiliki makna yang diketahui dapat menghubungkan gerak para
penari dengan aktivitas menenun yang dikerjakan oleh para penenun. Setiap unsur dalam gerakan memiliki nama
sesuai dengan aktivitas budaya mulai dari awal proses menenun hingga selesai menenun, yaitu terciptanya kain
tenun sutera. Dalam tari pattennung, digambarkan kegesitan, keuletan, dan kesabaran oleh penenun ketika
mereka menenun. Dibutuhkan konsentrasi sehingga menghasilkan kain sutera yang indah. Oleh sebab itu,
instrumen musik sangat penting dalam mengiringi para penari untuk dapat mengekpresikan setiap gerakan ketika
cepat atau lambat, gerakan ketika membutuhkan kesabaran dan ketekunan, dan gerakan yang menandakan
terjadinya perpindahan tempat atau perpindahan gerakan para penari. Untuk menampilkan gerakan yang indah
dalam tari pattennung, dibutuhkan kekompakan dari para penari sehingga tercipta unsur keindahan dalam tarian
tersebut.
97
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
pancaindranya (yaitu penglihat, penghidu, tarian. Tidak lupa dengan instrumen alat musik
pengecap, perasa, dan pendengar). Oleh sebab yang digunakan dalam menghasilkan bunyi,
itu, kesenian adalah produk sosial dari suatu seperti gendang dan gong. Semuanya
masyarakat untuk memanjakan manusia dipadukan menjadi satu dalam setiap
dengan beragam karya budaya dalam berbagai pertunjukan seni tari. Menurut (Pujileksnono,
bentuk sesuai dengan tujuan dari karya cipta 2016, p. 151), seni tari merupakan perpaduan
yang diinginkan. Kemampuan untuk dari seni gerak, seni musik, seni suara, dan seni
mengekspresikan sebuah karya seni beragam rias. Perpaduan dari beberapa jenis kesenian
bentuknya, seperti seni lukis, seni patung, seni tersebut melahirkan sebuah gerakan yang
musik, seni tari, seni suara, dan lain berirama, teratur, dan indah. Secara universal,
sebagainya. Salah satu kesenian yang menjadi seni tari lahir dari tradisi untuk menyambut
fokus dalam tulisan ini adalah seni tari. tamu agung, upacara religi, ungkapan
Seni tari menunjukkan adanya bentuk kegembiraan, ekspresi kesedihan, dan
gerak gemulai yang diekspresikan seseorang ungkapan untuk saling bermusuhan (perang).
atau sekelompok orang dengan tujuan Secara umum, gerakan-gerakan dalam seni tari
memberikan unsur keindahan ketika dilihat ada yang dinamis-statis, lembut-atraktif,
oleh orang lain. Menurut Soedarsono dalam variatif-monoton atau perpaduan dari unsur-
(Soetopo, 2004, p. 4) bahwa tari adalah unsur tersebut.
ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam Kesenian dalam kajian antropologi
bentuk gerak ritmis yang indah. Tari menurut (Haviland, 1993, p. 227) merupakan
merupakan sebuah ungkapan, pernyataan, dan gejala kebudayaan. Para ahli antropologi
ekspresi dalam gerak yang memuat komentar- mengemban tugas untuk memotret, mencatat,
komentar mengenai realitas kehidupan, yang dan mendeskripsikan semua bentuk kegiatan
bisa merasuk di benak penikmatnya imajinatif yang mungkin terdapat dalam suatu
(penonton). kebudayaan tertentu. Karena manusia terus-
Munculnya sebuah gerakan dalam tari menerus menciptakan dan mengembangkannya
dapat diinterpretasikan sebagai suatu ke jurusan-jurusan yang baru. Pada akhirnya,
keadaan/situasi/aktivitas seseorang dalam harus sampai pada suatu cara analisis dan
melakukan sesuatu. Misalnya, dalam tari kemudian pada generalisasi-generalisasi
penjemputan tamu, tarianakan disesuaikan tertentu menjelaskan hubungan antara kesenian
dengan unsur gerakannya yang berisi ungkapan dan kebudayaan.
rasa syukur atas kedatangan tamu yang Tari pattennung yang menjadi fokus
ditunggu-tunggu. Selain itu, tari dapat dalam tulisan ini adalah tari yang
diekspresikan dengan menjalankan sebuah menggambarkan tentang aktivitas budaya
aktivitas sehari-hari dalam bentuk gerak masyarakat di Sulawesi Selatan dalam
gemulai penuh makna, seperti tari mallatu menenun benang menjadi kain. Melalui
kopi. Tari ini mengisahkan cerita tentang aktivitas keseharian tersebut, terciptalah tarian
bagaimana aktivitas masyarakat ketika pattennung yang kental akan nilai-nilai luhur di
memetik kopi bagi masyarakat Toraja. Ragam dalamnya. Setiap gerakan tidak hanya
jenis tari-tarian memiliki alur ceritanya, gerak menunjukkan keindahan, tetapi dibalik gerakan
sesuai dengan keadaan yang ingin tersebut menyingkap makna yang terkandung
disampaikan, dan terdapat unsur keindahan di dalam setiap gerakan yang ditampilkan. Oleh
dalamnya. Tinggal bagaimana manusia mampu sebab itu, sangat penting untuk mengangkat
mengekspresikannya dalam bentuk tarian. tari pattennung sebagai salah satu budaya yang
Kesenian dalam bentuk tarian tidak menarik untuk dikaji dalam perspektif
hanya dilihat dalam gerakannya, tetapi dapat antropologi tari.
didengar melalui suara pengiring (musik)
dalam gerakan tari yang seirama dengan suara
musik. Selain itu, tata rias dan tata busana turut
diperhitungkan dalam melakukan sebuah
98
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)
99
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan penyelenggaraan dalam tari adalah sebuah
sosial yang sama sehingga menjadi kebiasaan bagian yang integral dari tari itu sendiri,
yang membedakan mereka dengan penduduk- misalnya, bunyi dari kerja rumit pada tari
penduduk yang lain. Seluruh kebudayaan lokal flamenco orang meksiko, hentakan kaki
yang berasal dari kebudayaan beragam suku di telanjang di atas lantai pada beberapa tarian
Indonesia merupakan bagian integral dari india klasik, atau pukulan dari tumit-ujung kaki
kebudayaan Indonesia. di lantai oleh penari tap. Tanpa dimensi bunyi,
Seni tari adalah seni dengan alat gerak. tak satu pun dari bentuk-bentuk tersebut akan
Tarian, dengan gerak sebagai medianya, lengkap.
memiliki banyak variasi, mulai tarian
konvensional sampai tarian kreatif. Tari METODE
Pendet, Tari Wali dari Bali adalah tarian
Metode yang digunakan adalah metode
konvensional yang memiliki aturan tersendiri.
kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang
Sementara, tari Jaipongan dari Sunda, atau
dikumpulkan berupa data primer dan data
tarian yang dilakukan oleh cheerleader adalah
sekunder. Pengumpulan data berupa
bentuk-bentuk tarian kreatif. Dalam kajian
wawancara dengan pelaku seni tari dan
antropologi, pada saat kita menemukan ada
informan yang mengetahui tentang tari
karya seni, apa pun jenis seninya, perlu
pattennung. Dalam wawancara dengan
ditelaah mengenai ide dasar dan sistem sosial
informan, dibutuhkan ilustrasi gerakan dan
yang terbentuk dengan adanya seni dimaksud
nama gerakan yang ada dalam tari pattennung.
(Sudarma, 2014, pp. 190–191).
Untuk setiap gerakan dapat dimengerti maksud
Menurut Hidajat dalam (Aprilina, 2014,
dari penciptanya tentang apa yang ingin
p. 2) bahwa seni tari yang berkembang di
disampaikan dalam setiap gerakan tari tersebut.
masyarakat dapat dibedakan menjadi tari
Untuk mendukung data yang diperoleh melalui
tradisional dan tari modern. Tradisional dapat
wawancara dan observasi, juga dibutuhkan
diartikan sebagai sebuah tata cara menari atau
data tambahan berupa studi pustaka melalui
menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh
literatur yang telah ada untuk dijadikan
sebuah komunitas etnik secara turun-temurun
tinjauan pustaka sebagai acuan penelitian ini.
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tari
Tari pattennung adalah milik masyarakat
tradisional di setiap daerah banyak mengalami
Sulawesi Selatan. Namun, untuk memfokuskan
perkembangan sehingga peran seorang penata
obyek penelitian tentang tari pattennung,
tari memungkinkan untuk ikut menjaga
peneliti menentukan salah satu kabupaten yang
eksistensi tarian tersebut agar tetap bertahan
terdapat di Sulawesi Selatan yang dapat
dan lestari.
memberikan informasi detail mengenai tari
Berdasarkan indra penglihatan manusia
tersebut. Penelitian tentang tari pattennung
menurut (Koentjaraningrat, 1998, p. 20),
yang ada di Sulawesi Selatan, peneliti
kesenian salah satunya adalah seni
memfokuskan pada salah satu daerah yang
pertunjukkan yang terdiri atas seni tari, seni
aktivitas masyarakatnya masih kental dengan
drama, dan seni sandiwara. Dalam seni
kegiatan menenun. Pemilihan lokasi penelitian
pertunjukkan, seni pendengaran turut berperan
dilakukan secara purposive, yakni di
di dalamnya dengan berbagai efek suara dan
Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
musik untuk menghidupkan suasana. Menurut
Pemilihan informan dilakukan dengan
(Royce, 2007, p. 216), kebanyakan tari
mencari informan kunci yang tahu dan
dipertunjukkan dengan beberapa jenis latar
mengerti tentang hal yang ingin diteliti, yaitu
belakang musik—kemudian lebih tepatnya,
seniman yang mengetahui tentang karya seni
bunyi-bunyi dari penggunaan fisik: kaki
tari pattennung, pelaku tari yang mengetahui
dengan tanah atau panggung, nafas dari orang
gerakan-gerakan dalam tarian pattennung,
yang dikaitkan dengan kegiatan yang memeras
peralatan yang digunakan, sampai pada arti
tenaga, gemerisik dari kostumnya. Kadang-
dari gerakan tari tersebut. Selain kriteria
kadang bunyi yang mengiringi
100
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)
tersebut, faktor kemudahan berkomunikasi dan pekerjaan untuk mengisi waktu luang mereka.
bekerja sama juga turut dipertimbangkan Namun, hasil yang mereka dapatkan dari
dalam pemilihan informan. Karakteristik kegiatan menenun cukup menunjang ekonomi
informan juga tidak ditentukan oleh peneliti, keluarga.
tetapi didasarkan pada rekomendasi informan Bertenun bagi orang Bugis merupakan
sebelumnya. Melalui rekomendasi tersebut, keterampilan yang diperoleh secara turun-
peneliti segera menghubungi informan temurun melalui pola pewarisan. Perkembangan
berikutnya sampai data yang diperoleh teknologi membuat orang Bugis melakukan
mendapatkan kesatuan yang utuh (Endraswara, inovasi dengan mengadopsi dan memperbaharui
2012, p. 239). teknologi pertenunan yang telah dimiliki
sebelumnya. Bahan tenunan yang dahulu
PEMBAHASAN berasal dari serat kayu dan serat pandan,
Gambaran Umum Lokasi Penelitian kemudian menjadi benang kapas, dan akhirnya
menggunakan benang. Penenun mula-mula
Tari pattennung merupakan tari milik mengenal sutera dari pedagang India dan Cina.
masyarakat di Sulawesi Selatan. Kekhasan tari Penggunaan benang sutera membuat tenunan
tersebut terinspirasi oleh kegiatan menenun lebih baik dan lebih murah (Sarapang, 2012, p.
masyarakat Bugis- Makassar yang masih eksis 56).
hingga saat ini. Kegiatan menenun masyarakat Bugis
Kabupaten Wajo dengan ibu kotanya sehari-hari, yang berkembang ke industri
Sengkang, terletak di bagian tengah Provinsi rumahan yang bernilai ekonomi, saat ini cukup
Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 242 km menjadi produk lokal yang diunggulkan.
dari ibu kota provinsi, yaitu Makassar. Posisi Ragam motif tenun bersifat dinamis mengikuti
geografis Kabupaten Wajo antara 3 o 39o – 4o perkembangan zaman. Kain tenun Sengkang-
16o LS dan 119o 53o – 120o 27o BT. Luas Wajo saat ini cukup memiliki nama di
wilayahnya 2.506,19 km2 atau 4,01% dari luas khalayak umum. Oleh sebab itu, kegiatan
Provinsi Sulawesi Selatan. menenun tetap eksis sampai saat ini. Meskipun
Jumlah penduduk di Kabupaten Wajo alat tenun yang digunakan saat ini sudah tidak
berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 bersifat manual lagi tetapi sudah menggunakan
sebanyak 395.583 jiwa, yang terdiri atas mesin.
189.379 jiwa penduduk laki-laki, dan 206.204
jiwa penduduk perempuan. Setiap tahunnya
penduduk di Kabupaten Wajo mengalami
pertumbuhan sebesar 0,28 persen. Sedangkan,
rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan sebesar 91,84. Wilayah
administratif Kabupaten Wajo dari 14
kecamatan, memiliki 142 desa dan 48 kelurahan
sehingga keseluruhan desa/kelurahan menurut
kecamatan sebanyak 190.
Aktivitas budaya pada masyarakat
Wajo dapat dilihat dengan banyaknya aktivitas
menenun di daerah Wajo. Menurut (Syukur, Foto: Alat tenun
2013, p. 131,139), kegiatan dan pengetahuan Sumber: Dokumentasi pribadi
menenun sampai saat ini pada masyarakat
Gambar di atas merupakan salah
Bugis merupakan kearifan lokal yang dipahami
satu alat tenun yang digunakan oleh
sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat
masyarakat setempat untuk melakukan
bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik,
kegiatan menenun. Kegiatan tersebut dilakukan
yang melekat pada masyarakat pendukungnya.
di siang hari setelah selesai melakukan
Lebih lanjut, kalangan penenun di Wajo
aktivitas domestik mereka sebagai ibu rumah
menjadikan pekerjaan menenun sebagai
101
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
102
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)
yang lama untuk mengolah kapas menjadi bawah, dekat dengan dasar/lantai,
benang. kemudian diikuti oleh tangan kanan
b. Mapali diarahkan ke bawah sehingga tangan
Gerakan dasar kedua, yaitu mapali. kanan sejajar dengan tangan kiri
Mapali adalah gerakan memintal benang. menghadap ke bawah. Kedua tangan
Kapas yang telah berubah menjadi benang dimainkan/digerakkan lentik
kemudian dipintal, diperbaiki setiap menunjukkan aktivitas mewarnai benang
benang agar tidak kusut/memperbaiki dengan cara direndam pada sebuah wadah.
benang yang kusut. Posisi badan duduk Dalam proses macello digambarkan
(sedikit berlutut). Posisi tangan aktivitas yang membutuhkan ketekunan
menghadap ke depan kemudian tangan dan ketelitian untuk menghasilkan warna
kanan diayunkan ke sebelah kanan bawah, yang diinginkan.
sedangkan tangan kiri tetap di atas sambil d. Riassoi
jari tangan dilentikkan (ujung jari tengah Gerakan dasar keempat, yaitu riassoi.
dan ibu jari bersentuhan). Kemudian Riassoi adalah istilah untuk menjemur
diulang dari arah kiri, yaitu posisi jari benang yang telah selesai direndam.
tangan kiri diayunkan ke kiri dan tangan Gerakan tangan tetap di bawah kemudian
kanan tetap di depan. Gerakan tersebut mengarah ke samping kanan dengan
menunjukkan kegiatan memainkan kedua tangan dihentakkan bersamaan
benang, menarik banang, meluruskan sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
benang agar tidak kusut. Kemudian mengarahkannya dari bawah-tengah-atas.
benang dipintal dengan gerak tangan Kemudian, gerakan tersebut diulang pada
kanan ditarik ke kanan bawah dan tangan bagian sebelah kiri. Gerakan tersebut
kiri sejajar dengan kepala sambil menunjukkan sebuah gerakan menjemur
dilentikkan. Posisi tangan kanan kain yang telah diwarnai dan dijemur
diayunkan memutar sambil jari supaya kering dan siap untuk dilakukan
dilentikkan, kemudian kepala digerakkan proses berikutnya, yaitu masau.
melihat ke arah jari tangan dan kemudian e. Masau
diarahkan ke tangan kiri berulang. Gerakan dasar kelima, yaitu masau.
Gerakan tersebut merupakan gerakan Masau adalah aktivitas menarik benang
memperhatikan benang yang dipintal agar panjang untuk digulung. Sebelum benang
tidak kusut. Gerakan mapali masih ditenun, benang yang telah kering
lanjutan dari gerakan monu yang kemudian disau. Benang ditarik sampai
menampilkan gerakan dalam mengolah panjang dan digulung untuk persiapan
kapas menjadi benang. Dibutuhkan benang ditenun. Gerakannya, yaitu penari
kosentrasi dan fokus dalam kegiatan dalam posisi berdiri kemudian melangkah
mapal serta menjaga agar proses membuat ke belakang sambil kaki berjinjit. Gerakan
benang tidak putus karena akan diulang tersebut diulang pada posisi sebelah kiri.
lagi dari awal. Gerakan tersebut menggambarkan
c. Macello kegiatan menarik benang panjang untuk
Gerakan dasar ketiga, yaitu macello. disau, dibentangkan pada sebuah papan
Macello adalah gerakan mencelupkan yang lebar mencapai 20 cm. Proses
benang. Benang dicelupkan untuk massau merupakan proses yang
diwarnai sesuai dengan keinginan. membutuhkan banyak energi karena
Dengan kalimat lain bahwa macello benang digulung pada papan untuk proses
merupakan kegiatan mewarnai benang. pemintalan. Selain kesabaran dan
Gerakan dalam tari pattennung pada saat ketekunan, semangat dan gairah untuk
macello, yaitu gerakan tangan kiri yang menyelesaikan setiap tahap-tahap dalam
berada di samping kepala/sejajar dengan kegiatan menenun juga dibutuhkan.
kepala dilentikkan dan diayunkan ke Demikian juga yang digambarkan dalam
103
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
104
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)
gerak pada diri sendiri, yaitu bagaimana sesuai dengan setiap ketukan dalam tarian.
gerakan dalam tari pattennung selaras Perpindahan gerakan, pola lantai, irama,
dengan anggota tubuh sendiri. Ada dalam tari pattennung serempak, tidak ada
keselasaran dari masing-masing anggota gerakan dari salah satu penari yang
tubuh sehingga terlihat tidak kaku tetapi berbeda. Mulai dari awal musik
indah dan gemulai. Sedangkan, kesesuaian dimainkan sampai selesainya tampilan
gerak dengan penari lainnya, yaitu tari. Semua gerakan sama satu sama lain
bagaiamana gerakan yang ditampilkan sehingga kekompakan dan keserasian
selaras atau serasi atau sama dengan dilihat dari awal hingga akhir. Pola
gerakan dari penari lainnya sehingga seirama menunjukkan kekompakan dari
menampilkan gerakan tari yang kompak, para penari.
seirama, dan menciptakan harmoni
gerakan yang selaras. Instrumen Musik
b. Kesesuaian gerak dengan irama musik
Untuk mendapatkan harmoni dalam
Selain kesesuaian gerak dengan diri
tarian, peranan musik pengiring sangat
sendiri dan keselarasan dengan penari
penting di dalamnya. Para penari akan
lainnya, yang terpenting juga diperhatikan
menarikan tarian dengan panduan dari musik
adalah adanya kesesuaian gerak dengan
pengiring. Oleh sebab itu. instrumen musik
irama musik pengiring. Kesesuaian gerak
berupa alat musik tradisional sangat penting
dengan irama menjadikan setiap gerakan
bagi para penari. Instrumen musik menjadi
selaras dan sesuai dengan irama musik
patokan para penari untuk gerakan harmonisasi
yang dimainkan. Penari akan tahu kapan
sehingga menghasilkan keserasian di antara
harus mengganti gerakan atau membentuk
mereka.
pola lantai melalui iringan musik tersebut.
Menurut (Kurniati, 2017, p. 51), irama
Pentingnya untuk mendengar musik
musik dalam seni tari merupakan serangkaian
pengiring agar setiap gerakan yang
bunyi dari alat musik yang diselaraskan dengan
dihasilkan seirama dan kompak.
gerak tari yang diperagakan. Dalam irama, ada
c. Penghayatan dalam tari
waktu untuk mengukur berapa lama rangkaian
Penghayatan merupakan hal yang penting
gerak yang satu dilakukan sebelum berpindah
dalam sebuah tarian. Melalui penghayatan
ke rangkaian gerak berikutnya. Waktu dalam
para penari, para penikmat/penonton akan
tari terbagi menjadi dua, yaitu tempo gerak dan
merasakan dan ikut terbawa dengan
irama gerak. Tempo gerak adalah waktu
suasana yang dilukiskan oleh para penari
sepanjang gerak dilakukan, sejak mulai
sehingga memberikan efek menenangkan,
bergerak sampai mengakhiri gerak. Sedangkan,
menggembirakan, dan kepuasan bagi para
irama gerak adalah waktu yang dipakai untuk
penikmatnya. Oleh sebab itu, ekspresi
menyelesaikan rangkaian gerak sehubungan
wajah dalam menghayati setiap gerakan
dengan tempo dan dinamika. Jika gerakan
sangat penting di dalam sebuah tarian
lembut atau halus menggunakan irama lambat
karena ekspresi wajah dapat membawa
dan tempo yang lama, gerakan keras dan
orang merasakan apa yang penari rasakan,
tegas, irama dan tempo yang digunakan adalah
seperti pada waktu riang, sedih, ataupun
cepat.
marah. Dalam tari pattennung ekpresi
Alat musik yang digunakan pada tari
wajah ditampilkan dengan senyuman dan
pattennung, yaitu gendang, kecapi, dan suling.
kelembutan untuk menggambarkan
Harmonisasi lantunan musik yang dikeluarkan
kesabaran, keuletan, dan kegembiraan
lewat bunyi-bunyian dari instrumen musik
dalam melakukan aktivitas menenun.
tersebut memberi nilai keindahan, selain enak
d. Pola seirama
untuk dilihat, juga enak didengar.
Pola seirama dalam tari pattennung, yaitu
Gendang merupakan alat musik yang
menggambarkan bagaimana setiap
dipukul dengan menggunakan tangan sehingga
gerakan yang ditampilkan sama, serasi,
105
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
106
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)
107
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108
108