You are on page 1of 12

TARI PATTENNUNG DI SULAWESI SELATAN

(PATTENNUNG DANCE IN SOUTH SULAWESI)


Tini Suryaningsi
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Alamat Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km.7 Makassar
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: tea4_thinie@yahoo.com

Abstract
This paper explains the weaving activities of people in South Sulawesi, which expressed through dance
movements called pattennung dance. The research method used is descriptive qualitative. Data collection
techniques are using literature studies, observations, and interviews. The results show that pattennung dance is
a dance that illustrates the weaving activities of Bugis women when they have leisure time. This dance is created
by its creator with deep appreciation and creates a beautiful, graceful movement. Every action has a meaning
that can be identified by linking the movements of the dancers with the weaving activities undertaken by the
weavers. Every element in the movement has a name by cultural activities starting from the beginning of the
weaving process to finishing the weaving work, namely the creation of silk woven fabric. In pattennung dance, it
can illustrate the agility, tenacity, and patience of the weaves when they do their work. It takes concentration
and focuses. Thus, it produces beautiful silk fabric. Therefore, the musical instrument is essential in
accompanying dancers to express every movement when fast or slow, movements when it requires patience and
perseverance, and actions that indicate the moving changing of the dancers. To show the beautiful movements in
the pattennung dance, it takes the cohesiveness of the dancers to create an element of beauty in the dance.

Keywords: pattennung, dancer, silk cloth

Abstrak
Tulisan ini menjelaskan tentang aktivitas menenun masyarakat di Sulawesi Selatan yang diekspresikan melalui
gerakan tari yang disebut tari pattennung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data berupa studi pustaka, pengamatan, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gerakan dalam tari pattennung menggambarkan aktivitas menenun wanita-wanita Bugis dalam mengisi waktu
senggang mereka. Tarian ini tercipta melalui penghayatan yang mendalam oleh penciptanya dan menciptakan
gerakan gemulai yang indah. Setiap gerakan memiliki makna yang diketahui dapat menghubungkan gerak para
penari dengan aktivitas menenun yang dikerjakan oleh para penenun. Setiap unsur dalam gerakan memiliki nama
sesuai dengan aktivitas budaya mulai dari awal proses menenun hingga selesai menenun, yaitu terciptanya kain
tenun sutera. Dalam tari pattennung, digambarkan kegesitan, keuletan, dan kesabaran oleh penenun ketika
mereka menenun. Dibutuhkan konsentrasi sehingga menghasilkan kain sutera yang indah. Oleh sebab itu,
instrumen musik sangat penting dalam mengiringi para penari untuk dapat mengekpresikan setiap gerakan ketika
cepat atau lambat, gerakan ketika membutuhkan kesabaran dan ketekunan, dan gerakan yang menandakan
terjadinya perpindahan tempat atau perpindahan gerakan para penari. Untuk menampilkan gerakan yang indah
dalam tari pattennung, dibutuhkan kekompakan dari para penari sehingga tercipta unsur keindahan dalam tarian
tersebut.

Kata kunci: pattennung, penari, dan kain sutera

PENDAHULUAN Kesenian merupakan salah satu unsur


kebudayaan. Kebudayaan sebagai hasil cipta
Tari merupakan salah satu unsur dalam
manusia merupakan ide yang terealisasi dalam
kesenian. Setiap daerah di Indonesia memiliki
bentuk karya. Wujudnya dapat berupa ide,
seni tari yang berbeda-beda. Kesenian pada
aktivitas, dan artefak. Kebudayaan dalam arti
setiap suku bangsa menunjukkan adanya ikatan
kesenian menurut (Koentjaraningrat, 1998, p.
lokal yang khas, seperti gerakan dalam seni tari
19) adalah ciptaan dari segala pikiran dan
menunjukkan bahwa kelokalan mereka
perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan
tereksplor menjadi unsur gerak gemulai dalam
indah sehingga dapat dinikmati dengan
sebuah tarian.

97
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

pancaindranya (yaitu penglihat, penghidu, tarian. Tidak lupa dengan instrumen alat musik
pengecap, perasa, dan pendengar). Oleh sebab yang digunakan dalam menghasilkan bunyi,
itu, kesenian adalah produk sosial dari suatu seperti gendang dan gong. Semuanya
masyarakat untuk memanjakan manusia dipadukan menjadi satu dalam setiap
dengan beragam karya budaya dalam berbagai pertunjukan seni tari. Menurut (Pujileksnono,
bentuk sesuai dengan tujuan dari karya cipta 2016, p. 151), seni tari merupakan perpaduan
yang diinginkan. Kemampuan untuk dari seni gerak, seni musik, seni suara, dan seni
mengekspresikan sebuah karya seni beragam rias. Perpaduan dari beberapa jenis kesenian
bentuknya, seperti seni lukis, seni patung, seni tersebut melahirkan sebuah gerakan yang
musik, seni tari, seni suara, dan lain berirama, teratur, dan indah. Secara universal,
sebagainya. Salah satu kesenian yang menjadi seni tari lahir dari tradisi untuk menyambut
fokus dalam tulisan ini adalah seni tari. tamu agung, upacara religi, ungkapan
Seni tari menunjukkan adanya bentuk kegembiraan, ekspresi kesedihan, dan
gerak gemulai yang diekspresikan seseorang ungkapan untuk saling bermusuhan (perang).
atau sekelompok orang dengan tujuan Secara umum, gerakan-gerakan dalam seni tari
memberikan unsur keindahan ketika dilihat ada yang dinamis-statis, lembut-atraktif,
oleh orang lain. Menurut Soedarsono dalam variatif-monoton atau perpaduan dari unsur-
(Soetopo, 2004, p. 4) bahwa tari adalah unsur tersebut.
ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam Kesenian dalam kajian antropologi
bentuk gerak ritmis yang indah. Tari menurut (Haviland, 1993, p. 227) merupakan
merupakan sebuah ungkapan, pernyataan, dan gejala kebudayaan. Para ahli antropologi
ekspresi dalam gerak yang memuat komentar- mengemban tugas untuk memotret, mencatat,
komentar mengenai realitas kehidupan, yang dan mendeskripsikan semua bentuk kegiatan
bisa merasuk di benak penikmatnya imajinatif yang mungkin terdapat dalam suatu
(penonton). kebudayaan tertentu. Karena manusia terus-
Munculnya sebuah gerakan dalam tari menerus menciptakan dan mengembangkannya
dapat diinterpretasikan sebagai suatu ke jurusan-jurusan yang baru. Pada akhirnya,
keadaan/situasi/aktivitas seseorang dalam harus sampai pada suatu cara analisis dan
melakukan sesuatu. Misalnya, dalam tari kemudian pada generalisasi-generalisasi
penjemputan tamu, tarianakan disesuaikan tertentu menjelaskan hubungan antara kesenian
dengan unsur gerakannya yang berisi ungkapan dan kebudayaan.
rasa syukur atas kedatangan tamu yang Tari pattennung yang menjadi fokus
ditunggu-tunggu. Selain itu, tari dapat dalam tulisan ini adalah tari yang
diekspresikan dengan menjalankan sebuah menggambarkan tentang aktivitas budaya
aktivitas sehari-hari dalam bentuk gerak masyarakat di Sulawesi Selatan dalam
gemulai penuh makna, seperti tari mallatu menenun benang menjadi kain. Melalui
kopi. Tari ini mengisahkan cerita tentang aktivitas keseharian tersebut, terciptalah tarian
bagaimana aktivitas masyarakat ketika pattennung yang kental akan nilai-nilai luhur di
memetik kopi bagi masyarakat Toraja. Ragam dalamnya. Setiap gerakan tidak hanya
jenis tari-tarian memiliki alur ceritanya, gerak menunjukkan keindahan, tetapi dibalik gerakan
sesuai dengan keadaan yang ingin tersebut menyingkap makna yang terkandung
disampaikan, dan terdapat unsur keindahan di dalam setiap gerakan yang ditampilkan. Oleh
dalamnya. Tinggal bagaimana manusia mampu sebab itu, sangat penting untuk mengangkat
mengekspresikannya dalam bentuk tarian. tari pattennung sebagai salah satu budaya yang
Kesenian dalam bentuk tarian tidak menarik untuk dikaji dalam perspektif
hanya dilihat dalam gerakannya, tetapi dapat antropologi tari.
didengar melalui suara pengiring (musik)
dalam gerakan tari yang seirama dengan suara
musik. Selain itu, tata rias dan tata busana turut
diperhitungkan dalam melakukan sebuah

98
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)

Kebudayaan dalam Kesenian yaitu seniman, ia adalah pencipta karya seni


dan karyanya merupakan bagian dari produk
Berekspresi estetik merupakan salah satu
sosial yang sedikit-banyak dipengaruhi
kebutuhan manusia yang tergolong ke dalam
lingkungan serta masyarakatnya (Rahim, 2009,
kebutuhan integratif, yaitu kebutuhan yang
p. 49).
muncul karena adanya dorongan merefleksikan
keberadaannya sebagai makhluk yang
Nilai Budaya
bermoral, berakal, dan berperasaan.
Pemenuhan kebutuhan estetik, seperti Nilai budaya dapat dilihat dengan
pemenuhan sebagian besar pemenuhan mengamati berbagai kebiasaan melalui
kebutuhan lainnya, dilakukan manusia melalui penampilan sejumlah orang yang mewarisi
kebudayaannya. Dalam pemenuhan kebutuhan nilai itu dari generasi ke generasi. Dengan kata
estetik ini, kesenian menjadi bagian yang tidak lain, nilai-nilai dapat didefinisikan sebagai
terpisahkan. Kesenian merupakan unsur ukuran kebaikan atau keinginan yang
integratif yang mengikat dan mempersatukan ditampilkan manusia (Liliweri, 2014, p. 96)
pedoman-pedoman bertindak yang berbeda- Menurut (Setiadi, 2011, p. 119), nilai
beda menjadi suatu desain yang bulat, adalah konsep umum tentang sesuatu yang
menyeluruh, dan operasional serta dapat dianggap baik, patut, layak, pantas, yang
diterima sebagai hal yang bernilai (Rohidi, keberadaannya dicita-citakan, diinginkan,
2000, p. 9). dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan
Kesenian merupakan bagian dari sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan
kebudayaan sehingga seringkali kesenian bersama di dalam kelompok masyarakat
menjadi tema kajian budaya. Hal tersebut tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial
dikarenakan kesenian memiliki bobot besar terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat
dalam kebudayaan. Kesenian sarat dengan internasional.
kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi Menurut (Marzali, 2009, p. 105)
wujud dan ekspresi yang menonjol dari nilai- menjelaskan bahwa nilai adalah abstrak.
nilai budaya (Hanif, 2016, p. 133). Perhatian Sesuatu yang dibangun dan berada dalam
Antropolog terhadap kesenian difokuskan pikiran atau budi, tidak dapat diraba dan dilihat
untuk mengkaji kemampuan dan kemahiran secara langsung dengan pancaindra. Nilai
seniman dalam menuangkan gagasannya hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari
melalui media menjadi produk karya seni, yang ucapan, perbuatan, dan materi yang dibuat oleh
baik indah atau pun tidak, adalah menjadi manusia. Ucapan, perbuatan, dan materi adalah
bagian dari satu kesatuan kegiatan dalam manifestasi dari nilai. Lebih lanjut, Marzali
masyarakatnya. Ada tiga unsur dalam menjelaskan bahwa tugas dari seorang peneliti
kesenian, yaitu unsur karya, unsur publik seni, adalah mengecek, atau mencari nilai-nilai yang
dan unsur seniman. Unsur karya merupakan dihargai oleh suatu masyarakat melalui ucapan,
bagian kajian utama dari estetik. Unsur karya perilaku, dan hasil kelakuan anggota
seni sebagai sebuah produk yang mewujud masyarakat tersebut.
dalam bentuk tertentu juga menjadi penting
dalam antropologi seni sebab ia menjadi Seni Tari
penanda awal dimungkinkannya kelanjutan Tari adalah karya budaya yang
proses pengkajian dan analisis dalam suatu merupakan hasil pemikiran dari suatu daerah,
penelitian terhadap seniman sebagai pencipta disebut dengan kebudayaan daerah. Menurut
karya tersebut. Unsur publik seni yaitu (Nuraeni, 2013, pp. 26–27) kebudayaan daerah
sekumpulan orang, baik secara khusus maupun adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah
umum ―mengonsumsi‖ karya seni. Publik seni tertentu yang diwariskan secara turun-temurun
merupakan unsur yang kemudian menerima, oleh generasi terdahulu pada generasi
mengapresiasi, bahkan memesan suatu karya berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut.
yang diciptakan oleh seniman. Unsur ketiga, Budaya daerah muncul saat penduduk suatu

99
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan penyelenggaraan dalam tari adalah sebuah
sosial yang sama sehingga menjadi kebiasaan bagian yang integral dari tari itu sendiri,
yang membedakan mereka dengan penduduk- misalnya, bunyi dari kerja rumit pada tari
penduduk yang lain. Seluruh kebudayaan lokal flamenco orang meksiko, hentakan kaki
yang berasal dari kebudayaan beragam suku di telanjang di atas lantai pada beberapa tarian
Indonesia merupakan bagian integral dari india klasik, atau pukulan dari tumit-ujung kaki
kebudayaan Indonesia. di lantai oleh penari tap. Tanpa dimensi bunyi,
Seni tari adalah seni dengan alat gerak. tak satu pun dari bentuk-bentuk tersebut akan
Tarian, dengan gerak sebagai medianya, lengkap.
memiliki banyak variasi, mulai tarian
konvensional sampai tarian kreatif. Tari METODE
Pendet, Tari Wali dari Bali adalah tarian
Metode yang digunakan adalah metode
konvensional yang memiliki aturan tersendiri.
kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang
Sementara, tari Jaipongan dari Sunda, atau
dikumpulkan berupa data primer dan data
tarian yang dilakukan oleh cheerleader adalah
sekunder. Pengumpulan data berupa
bentuk-bentuk tarian kreatif. Dalam kajian
wawancara dengan pelaku seni tari dan
antropologi, pada saat kita menemukan ada
informan yang mengetahui tentang tari
karya seni, apa pun jenis seninya, perlu
pattennung. Dalam wawancara dengan
ditelaah mengenai ide dasar dan sistem sosial
informan, dibutuhkan ilustrasi gerakan dan
yang terbentuk dengan adanya seni dimaksud
nama gerakan yang ada dalam tari pattennung.
(Sudarma, 2014, pp. 190–191).
Untuk setiap gerakan dapat dimengerti maksud
Menurut Hidajat dalam (Aprilina, 2014,
dari penciptanya tentang apa yang ingin
p. 2) bahwa seni tari yang berkembang di
disampaikan dalam setiap gerakan tari tersebut.
masyarakat dapat dibedakan menjadi tari
Untuk mendukung data yang diperoleh melalui
tradisional dan tari modern. Tradisional dapat
wawancara dan observasi, juga dibutuhkan
diartikan sebagai sebuah tata cara menari atau
data tambahan berupa studi pustaka melalui
menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh
literatur yang telah ada untuk dijadikan
sebuah komunitas etnik secara turun-temurun
tinjauan pustaka sebagai acuan penelitian ini.
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tari
Tari pattennung adalah milik masyarakat
tradisional di setiap daerah banyak mengalami
Sulawesi Selatan. Namun, untuk memfokuskan
perkembangan sehingga peran seorang penata
obyek penelitian tentang tari pattennung,
tari memungkinkan untuk ikut menjaga
peneliti menentukan salah satu kabupaten yang
eksistensi tarian tersebut agar tetap bertahan
terdapat di Sulawesi Selatan yang dapat
dan lestari.
memberikan informasi detail mengenai tari
Berdasarkan indra penglihatan manusia
tersebut. Penelitian tentang tari pattennung
menurut (Koentjaraningrat, 1998, p. 20),
yang ada di Sulawesi Selatan, peneliti
kesenian salah satunya adalah seni
memfokuskan pada salah satu daerah yang
pertunjukkan yang terdiri atas seni tari, seni
aktivitas masyarakatnya masih kental dengan
drama, dan seni sandiwara. Dalam seni
kegiatan menenun. Pemilihan lokasi penelitian
pertunjukkan, seni pendengaran turut berperan
dilakukan secara purposive, yakni di
di dalamnya dengan berbagai efek suara dan
Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
musik untuk menghidupkan suasana. Menurut
Pemilihan informan dilakukan dengan
(Royce, 2007, p. 216), kebanyakan tari
mencari informan kunci yang tahu dan
dipertunjukkan dengan beberapa jenis latar
mengerti tentang hal yang ingin diteliti, yaitu
belakang musik—kemudian lebih tepatnya,
seniman yang mengetahui tentang karya seni
bunyi-bunyi dari penggunaan fisik: kaki
tari pattennung, pelaku tari yang mengetahui
dengan tanah atau panggung, nafas dari orang
gerakan-gerakan dalam tarian pattennung,
yang dikaitkan dengan kegiatan yang memeras
peralatan yang digunakan, sampai pada arti
tenaga, gemerisik dari kostumnya. Kadang-
dari gerakan tari tersebut. Selain kriteria
kadang bunyi yang mengiringi

100
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)

tersebut, faktor kemudahan berkomunikasi dan pekerjaan untuk mengisi waktu luang mereka.
bekerja sama juga turut dipertimbangkan Namun, hasil yang mereka dapatkan dari
dalam pemilihan informan. Karakteristik kegiatan menenun cukup menunjang ekonomi
informan juga tidak ditentukan oleh peneliti, keluarga.
tetapi didasarkan pada rekomendasi informan Bertenun bagi orang Bugis merupakan
sebelumnya. Melalui rekomendasi tersebut, keterampilan yang diperoleh secara turun-
peneliti segera menghubungi informan temurun melalui pola pewarisan. Perkembangan
berikutnya sampai data yang diperoleh teknologi membuat orang Bugis melakukan
mendapatkan kesatuan yang utuh (Endraswara, inovasi dengan mengadopsi dan memperbaharui
2012, p. 239). teknologi pertenunan yang telah dimiliki
sebelumnya. Bahan tenunan yang dahulu
PEMBAHASAN berasal dari serat kayu dan serat pandan,
Gambaran Umum Lokasi Penelitian kemudian menjadi benang kapas, dan akhirnya
menggunakan benang. Penenun mula-mula
Tari pattennung merupakan tari milik mengenal sutera dari pedagang India dan Cina.
masyarakat di Sulawesi Selatan. Kekhasan tari Penggunaan benang sutera membuat tenunan
tersebut terinspirasi oleh kegiatan menenun lebih baik dan lebih murah (Sarapang, 2012, p.
masyarakat Bugis- Makassar yang masih eksis 56).
hingga saat ini. Kegiatan menenun masyarakat Bugis
Kabupaten Wajo dengan ibu kotanya sehari-hari, yang berkembang ke industri
Sengkang, terletak di bagian tengah Provinsi rumahan yang bernilai ekonomi, saat ini cukup
Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 242 km menjadi produk lokal yang diunggulkan.
dari ibu kota provinsi, yaitu Makassar. Posisi Ragam motif tenun bersifat dinamis mengikuti
geografis Kabupaten Wajo antara 3 o 39o – 4o perkembangan zaman. Kain tenun Sengkang-
16o LS dan 119o 53o – 120o 27o BT. Luas Wajo saat ini cukup memiliki nama di
wilayahnya 2.506,19 km2 atau 4,01% dari luas khalayak umum. Oleh sebab itu, kegiatan
Provinsi Sulawesi Selatan. menenun tetap eksis sampai saat ini. Meskipun
Jumlah penduduk di Kabupaten Wajo alat tenun yang digunakan saat ini sudah tidak
berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 bersifat manual lagi tetapi sudah menggunakan
sebanyak 395.583 jiwa, yang terdiri atas mesin.
189.379 jiwa penduduk laki-laki, dan 206.204
jiwa penduduk perempuan. Setiap tahunnya
penduduk di Kabupaten Wajo mengalami
pertumbuhan sebesar 0,28 persen. Sedangkan,
rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan sebesar 91,84. Wilayah
administratif Kabupaten Wajo dari 14
kecamatan, memiliki 142 desa dan 48 kelurahan
sehingga keseluruhan desa/kelurahan menurut
kecamatan sebanyak 190.
Aktivitas budaya pada masyarakat
Wajo dapat dilihat dengan banyaknya aktivitas
menenun di daerah Wajo. Menurut (Syukur, Foto: Alat tenun
2013, p. 131,139), kegiatan dan pengetahuan Sumber: Dokumentasi pribadi
menenun sampai saat ini pada masyarakat
Gambar di atas merupakan salah
Bugis merupakan kearifan lokal yang dipahami
satu alat tenun yang digunakan oleh
sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat
masyarakat setempat untuk melakukan
bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik,
kegiatan menenun. Kegiatan tersebut dilakukan
yang melekat pada masyarakat pendukungnya.
di siang hari setelah selesai melakukan
Lebih lanjut, kalangan penenun di Wajo
aktivitas domestik mereka sebagai ibu rumah
menjadikan pekerjaan menenun sebagai

101
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

tangga. Alat yang digunakan merupakan Menurut (Kurniati, 2017, p. 13)


ATBM, atau Alat Tenun Bukan Mesin. Alat perbedaan tari tradisional dan tari kreasi, yaitu
tenun tersebut diadopsi dari luar Wajo tari tradisional mengandung nilai-nilai luhur,
bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola-pola
Tari Pattennung gerak tertentu dan terikat, telah berkembang
Tari pattennung merupakan salah satu dari masa ke masa dan mengandung nilai-nilai
tari kreasi yang idenya berasal dari kegiatan filosofis yang dalam, simbolis, religious dan
menenun orang Bugis dan diimplementasikan tradisi yang tetap. Sedangkan, tari kreasi
dalam gerakan tari. Tari pattennung adalah tari yang digarap untuk mengungkapkan
menceritakan tentang kegiatan menenun yang nilai-nilai baru, baik menggunakan materi lama
dilakukan mulai dari memintal benang sampai maupun dengan materi baru berdasarkan adat
proses selesainya kain hasil tenunan. Tarian ini dari suatu wilayah. Tari pattennung
diciptakan oleh Andi Siti Nurhani Sapada, mengandung nilai-nilai luhur dan nilai tradisi
pendiri Institute Kesenian Sulawesi tahun yang mencerminkan kehalusan, kelembutan,
1962. Tari pattennung merupakan tari yang dan kebersamaan dalam menjunjung tinggi
cukup terkenal, bahkan tahun 1975, Andi Siti nilai-nilai adat-istiadat orang Bugis-Makassar
Nurhani Sapada mementaskan tari Pattennung yang dapat tergambar pada ragam-ragam gerak
dan tari bosara di Australia. tari pattennung. Bentuknya merupakan bagian
Tari kreasi merupakan tari yang digarap dari tari pertunjukan yang lebih representatif
untuk mengungkapkan nilai-nilai dari suatu penataannya dengan menirukan gerak kegiatan
masyarakat. Tari pattennung merupakan tari manusia dalam menenun sarung.
yang menggambarkan bagaimana benang Unsur gerak dalam tari pattennung
ditenun menjadi sarung sutera (lipa sabbe) menggambarkan aktivitas menenun para
yang merupakan kerajinan tangan masyarakat perempuan Bugis dalam keseharian mereka.
Bugis. Penciptaan tarian pattennung Oleh sebab itu, dalam melakukan tari
terinspirasi oleh giat dan tekunnya masyarakat pattennung, ada tujuh gerakan dasar/inti yang
Sulawesi Selatan yang senang menenun. Oleh merupakan susunan dari gerakan awal hingga
karena itu, gerakan menenun oleh penciptanya akhir dalam kegiatan menenun. Unsur gerak
lahir dengan melihat, membayangkan gerakan- dasar dalam tari pattennung adalah sebagai
gerakan mereka ketika menenun. berikut:
Penari dalam tari pattennung lebih dari a. Monu
satu orang, biasanya berjumlah enam orang Gerakan dasar yang pertama dalam tari
atau genap. Namun, saat ini tari pattennung pattennung, yaitu monu. Monu adalah
dengan jumlah genap atau ganjil tidak menjadi aktivitas mengolah kapas menjadi benang.
masalah. Gerakan tari pattennung ketika Mengolah kapas menjadi benang dengan
dilakukan secara berkelompok akan cara dimasak dan ditarik-tarik sehingga
memberikan penampilan yang selaras, seirama, menjadi benang. Gerakan awal ketika
kompak, dan indah untuk disaksikan oleh indra melakukan monu, yaitu badan mengarah
penglihat, serta enak untuk didengar dengan ke kiri sambil kedua tangan juga
musik yang seirama dengan gerakan tarian. diayunkan ke kiri dengan lembut dan
Tari pattennung yang merupakan diteruskan ke arah kanan kemudian kedua
tari kreasi ditampilkan pada momen suka cita tangan digerakan ke atas dan ke bawah.
seperti momen penjemputan tamu, acara pesta Gerakan tersebut menggambarkan
adat, ataupun ditampilkan untuk kegiatan bagaimana perempuan melakukan gerakan
perlombaan. Tari pattennung saat ini tetap menarik kapas dan memasaknya dalam
eksis dan terus dikembangkan oleh masing- sebuah wadah sehingga kapas yang
masing sanggar seni. Hal tersebut diharapkan ditarik-tarik mengalami proses perubahan
dapat menambah kazanah kesenian terutama menjadi benang. Proses tersebut
seni tari masyarakat yang ada di Sulawesi mebutuhkan kesabaran karena dikerjakan
Selatan. secara manual dan membutuhkan waktu

102
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)

yang lama untuk mengolah kapas menjadi bawah, dekat dengan dasar/lantai,
benang. kemudian diikuti oleh tangan kanan
b. Mapali diarahkan ke bawah sehingga tangan
Gerakan dasar kedua, yaitu mapali. kanan sejajar dengan tangan kiri
Mapali adalah gerakan memintal benang. menghadap ke bawah. Kedua tangan
Kapas yang telah berubah menjadi benang dimainkan/digerakkan lentik
kemudian dipintal, diperbaiki setiap menunjukkan aktivitas mewarnai benang
benang agar tidak kusut/memperbaiki dengan cara direndam pada sebuah wadah.
benang yang kusut. Posisi badan duduk Dalam proses macello digambarkan
(sedikit berlutut). Posisi tangan aktivitas yang membutuhkan ketekunan
menghadap ke depan kemudian tangan dan ketelitian untuk menghasilkan warna
kanan diayunkan ke sebelah kanan bawah, yang diinginkan.
sedangkan tangan kiri tetap di atas sambil d. Riassoi
jari tangan dilentikkan (ujung jari tengah Gerakan dasar keempat, yaitu riassoi.
dan ibu jari bersentuhan). Kemudian Riassoi adalah istilah untuk menjemur
diulang dari arah kiri, yaitu posisi jari benang yang telah selesai direndam.
tangan kiri diayunkan ke kiri dan tangan Gerakan tangan tetap di bawah kemudian
kanan tetap di depan. Gerakan tersebut mengarah ke samping kanan dengan
menunjukkan kegiatan memainkan kedua tangan dihentakkan bersamaan
benang, menarik banang, meluruskan sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
benang agar tidak kusut. Kemudian mengarahkannya dari bawah-tengah-atas.
benang dipintal dengan gerak tangan Kemudian, gerakan tersebut diulang pada
kanan ditarik ke kanan bawah dan tangan bagian sebelah kiri. Gerakan tersebut
kiri sejajar dengan kepala sambil menunjukkan sebuah gerakan menjemur
dilentikkan. Posisi tangan kanan kain yang telah diwarnai dan dijemur
diayunkan memutar sambil jari supaya kering dan siap untuk dilakukan
dilentikkan, kemudian kepala digerakkan proses berikutnya, yaitu masau.
melihat ke arah jari tangan dan kemudian e. Masau
diarahkan ke tangan kiri berulang. Gerakan dasar kelima, yaitu masau.
Gerakan tersebut merupakan gerakan Masau adalah aktivitas menarik benang
memperhatikan benang yang dipintal agar panjang untuk digulung. Sebelum benang
tidak kusut. Gerakan mapali masih ditenun, benang yang telah kering
lanjutan dari gerakan monu yang kemudian disau. Benang ditarik sampai
menampilkan gerakan dalam mengolah panjang dan digulung untuk persiapan
kapas menjadi benang. Dibutuhkan benang ditenun. Gerakannya, yaitu penari
kosentrasi dan fokus dalam kegiatan dalam posisi berdiri kemudian melangkah
mapal serta menjaga agar proses membuat ke belakang sambil kaki berjinjit. Gerakan
benang tidak putus karena akan diulang tersebut diulang pada posisi sebelah kiri.
lagi dari awal. Gerakan tersebut menggambarkan
c. Macello kegiatan menarik benang panjang untuk
Gerakan dasar ketiga, yaitu macello. disau, dibentangkan pada sebuah papan
Macello adalah gerakan mencelupkan yang lebar mencapai 20 cm. Proses
benang. Benang dicelupkan untuk massau merupakan proses yang
diwarnai sesuai dengan keinginan. membutuhkan banyak energi karena
Dengan kalimat lain bahwa macello benang digulung pada papan untuk proses
merupakan kegiatan mewarnai benang. pemintalan. Selain kesabaran dan
Gerakan dalam tari pattennung pada saat ketekunan, semangat dan gairah untuk
macello, yaitu gerakan tangan kiri yang menyelesaikan setiap tahap-tahap dalam
berada di samping kepala/sejajar dengan kegiatan menenun juga dibutuhkan.
kepala dilentikkan dan diayunkan ke Demikian juga yang digambarkan dalam

103
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

sebuah tarian yang mengekspresikan hanya dapat dipahami dengan memperhatikan


semangat memintal benang dan persiapan gerakan dengan aktivitas nyata dalam menenun
menenun. sehingga dalam setiap gerakan diperlukan
f. Apparisi. gerakan yang dapat dimengerti oleh orang lain
Gerakan keenam, yaitu apparisi. Apparisi dengan runtut. Maksudnya adalah setiap
yaitu kegiatan memasukkan satu per satu gerakan dalam tarian harus jelas urutannya
benang ke dalam sisir tenun untuk sehingga setiap orang dapat memaknai unsur
selanjutnya akan dilakukan penenunan. gerakan tersebut.
Gerakan tersebut merupakan lanjutan dari Komposisi dalam tari pattennung
gerakan masau. Tangan kiri sejajar bahu, adalah serempak, yaitu para penari menarikan
tangan kanan diayunkan ke samping tari pattennung secara bersamaan, serentak
bawah dan digerakkan dua kali atas- atau serasi. Tidak ada gerakan yang terpecah
bawah. Proses apparisi juga tetapi seirama dalam gerak. Tari tersebut
membutuhkan konsentrasi dan kesabaran menunjukkan aktivitas menenun yang sama
untuk memasukkan benang pada sisir satu sama lain, tidak ada yang berbeda.
tenun untuk proses selanjutnya, yaitu Keserasian para penari dalam menarikan tari
matennung. Pada gerakan apparisi, alunan pattennung menunjukkan kekompakan dan
musik akan melambat menunjukkan kerja sama yang baik. Jika terjadi komposisi
kegiatan yang membutuhkan kosentrasi lain seperti selang-seling atau susul-menyusul,
dan fokus dalam proses tersebut. hal itu merupakan kreasi dari masing-masing
g. Mattennung penari yang menarikan tari pattennung.
Gerakan dasar ketujuh, yaitu mattennung. Gerak gemulai penari dalam
Mattennung merupakan gerakan memintal menarikan tari pattennung harus dapat
benang menjadi kain tenun khas (lipa dinikmati dengan indah oleh para penonton.
sabbe) masyarakat setempat. Penari dalam Dengan kata lain, gerakan harus lemah-lembut,
sikap duduk sambil tangan digerakkan ke gemulai, dan cantik. Oleh sebab itu, ekspresi
kanan ke kiri mengikuti hentakan musik para penari juga menjadi unsur penting ketika
pengiring yang menandakan suatu sedang menari. Ekspresi wajah
ekspresi menenun. Suara iringan musik menggambarkan bagaimana tarian tersebut
menghentak sebanyak sekali sebelah dapat dimengerti secara abstrak ketika ada
kanan, kemudian pindah ke sebelah kiri unsur kegembiraan, kesedihan, kegelisahan,
yang diikuti hentakan musik sebanyak dua kemarahan, dan lain sebagainya. Untuk tari
kali. Kemudian pindah lagi ke kanan pattennung, ekspresi penari menunjukkan
dengan hentakan musik dua kali. Iringan sebuah ketekunan dan kesabaran dengan
musik sangat penting dalam gerakan ekspresi wajah yang tenang namun penuh
menenun ini. Dalam kehidupan nyata, kegembiraan. Hal tersebut dapat dilihat dari
suara hentakan alat penenun sering senyuman para penari. Senyuman para penari
didengar oleh masyarakat dan penanda menunjukkan mereka melakukan aktivitas
bahwa sedang ada aktivitas menenun. menenun dengan senang hati dan keuletan
Demikian pula ketika menari, musik yang mereka membuahkan hasil, yaitu hasil tenunan
menghentak diperdengarkan agar penonton yang indah.
dapat merasakan proses menenun tersebut. Berdasarkan ragam gerak tarian
Gerakan-gerakan tersebut merupakan secara keseluruhan, ada beberapa aspek
unsur gerak gemulai yang menceritakan proses penting yang dapat diungkapkan dari tari
menenun mulai dari mengambil benang, pattennung. Aspek-aspek tersebut antara lain:
memintal, menyusun benang, manenun, sampai a. Kesesuaian gerak tubuh.
pada selesainya proses menenun dan Kesesuaian gerak tubuh dalam tari terdiri
mendapatkan hasilnya, yaitu kain tenun (lipa atas kesesuaian gerak pada diri sendiri dan
sabbe). Gerakan tari pattennung merupakan kesesuaian gerak dengan penari lainnya
gerak maknawi yang merupakan gerakan yang dalam satu kelompok tari. Kesesuaian

104
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)

gerak pada diri sendiri, yaitu bagaimana sesuai dengan setiap ketukan dalam tarian.
gerakan dalam tari pattennung selaras Perpindahan gerakan, pola lantai, irama,
dengan anggota tubuh sendiri. Ada dalam tari pattennung serempak, tidak ada
keselasaran dari masing-masing anggota gerakan dari salah satu penari yang
tubuh sehingga terlihat tidak kaku tetapi berbeda. Mulai dari awal musik
indah dan gemulai. Sedangkan, kesesuaian dimainkan sampai selesainya tampilan
gerak dengan penari lainnya, yaitu tari. Semua gerakan sama satu sama lain
bagaiamana gerakan yang ditampilkan sehingga kekompakan dan keserasian
selaras atau serasi atau sama dengan dilihat dari awal hingga akhir. Pola
gerakan dari penari lainnya sehingga seirama menunjukkan kekompakan dari
menampilkan gerakan tari yang kompak, para penari.
seirama, dan menciptakan harmoni
gerakan yang selaras. Instrumen Musik
b. Kesesuaian gerak dengan irama musik
Untuk mendapatkan harmoni dalam
Selain kesesuaian gerak dengan diri
tarian, peranan musik pengiring sangat
sendiri dan keselarasan dengan penari
penting di dalamnya. Para penari akan
lainnya, yang terpenting juga diperhatikan
menarikan tarian dengan panduan dari musik
adalah adanya kesesuaian gerak dengan
pengiring. Oleh sebab itu. instrumen musik
irama musik pengiring. Kesesuaian gerak
berupa alat musik tradisional sangat penting
dengan irama menjadikan setiap gerakan
bagi para penari. Instrumen musik menjadi
selaras dan sesuai dengan irama musik
patokan para penari untuk gerakan harmonisasi
yang dimainkan. Penari akan tahu kapan
sehingga menghasilkan keserasian di antara
harus mengganti gerakan atau membentuk
mereka.
pola lantai melalui iringan musik tersebut.
Menurut (Kurniati, 2017, p. 51), irama
Pentingnya untuk mendengar musik
musik dalam seni tari merupakan serangkaian
pengiring agar setiap gerakan yang
bunyi dari alat musik yang diselaraskan dengan
dihasilkan seirama dan kompak.
gerak tari yang diperagakan. Dalam irama, ada
c. Penghayatan dalam tari
waktu untuk mengukur berapa lama rangkaian
Penghayatan merupakan hal yang penting
gerak yang satu dilakukan sebelum berpindah
dalam sebuah tarian. Melalui penghayatan
ke rangkaian gerak berikutnya. Waktu dalam
para penari, para penikmat/penonton akan
tari terbagi menjadi dua, yaitu tempo gerak dan
merasakan dan ikut terbawa dengan
irama gerak. Tempo gerak adalah waktu
suasana yang dilukiskan oleh para penari
sepanjang gerak dilakukan, sejak mulai
sehingga memberikan efek menenangkan,
bergerak sampai mengakhiri gerak. Sedangkan,
menggembirakan, dan kepuasan bagi para
irama gerak adalah waktu yang dipakai untuk
penikmatnya. Oleh sebab itu, ekspresi
menyelesaikan rangkaian gerak sehubungan
wajah dalam menghayati setiap gerakan
dengan tempo dan dinamika. Jika gerakan
sangat penting di dalam sebuah tarian
lembut atau halus menggunakan irama lambat
karena ekspresi wajah dapat membawa
dan tempo yang lama, gerakan keras dan
orang merasakan apa yang penari rasakan,
tegas, irama dan tempo yang digunakan adalah
seperti pada waktu riang, sedih, ataupun
cepat.
marah. Dalam tari pattennung ekpresi
Alat musik yang digunakan pada tari
wajah ditampilkan dengan senyuman dan
pattennung, yaitu gendang, kecapi, dan suling.
kelembutan untuk menggambarkan
Harmonisasi lantunan musik yang dikeluarkan
kesabaran, keuletan, dan kegembiraan
lewat bunyi-bunyian dari instrumen musik
dalam melakukan aktivitas menenun.
tersebut memberi nilai keindahan, selain enak
d. Pola seirama
untuk dilihat, juga enak didengar.
Pola seirama dalam tari pattennung, yaitu
Gendang merupakan alat musik yang
menggambarkan bagaimana setiap
dipukul dengan menggunakan tangan sehingga
gerakan yang ditampilkan sama, serasi,

105
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

menghasilkan suara yang menghentak. Kecapi memaknai/mengabstraksikan gerakan para


digunakan untuk menemani gendang sebagai penari dan aktivitas yang sedang digambarkan
alat musik petik sehingga menghasilkan suara dengan indah dan selaras satu sama lain.
musik yang nyaring dan mengalun indah. Musik dalam tari memberi instruksi para
Sedangkan, suling sebagai alat musik tiup penari untuk melakukan gerakannya. Melalui
menambah suara alunan instrumen musik yang musik pengiring, para penari dapat mengerti
indah untuk didengarkan. kapan waktunya untuk mengganti gerakan dan
Tempo musik dalam tari pattennung melakukan gerakan lainnya. Musik juga dapat
terbagi atas dua, yaitu tempo lambat dan tempo membantu penari ketika lupa pada gerakan
sedang. Tempo lambat dapat didengar pada yang harusnya ditarikan.
saat instrumen musik yang dimainkan menjadi
lambat dan penari melakukan gerakan yang Busana Penari
lambat nan lembut. Dalam tari pattennung, Tata busana penari juga penting untuk
tempo lambat dapat didengar pada saat penari diperhatikan ketika membawakan sebuah
akan memulai kegiatan monu, yaitu aktivitas tarian. Busana yang digunakan pada penari
awal dalam menenun. Tempo lambat menjadi unsur keindahan, termasuk di
menandakan sebuah aktivitas yang dalamnya tata rias. Busana atau pakaian yang
membutuhkan kosentrasi dalam melakukan digunakan oleh para penari disesuaikan dengan
monu. Tempo lambat diperoleh dari iringan jenis tarian yang digunakan. Harus disesuaikan
intrumen musik kecapi yang dimainkan secara dengan asal daerah tarian yang ditampilkan.
lambat. Kemudian tempo akan kembali normal Seperti dalam menarikan tari pattennung, para
(tempo sedang) dengan perpaduan bunyi penari menggunakan baju bodo, yaitu baju adat
gendang dan kecapi. Tempo sedang tersebut Bugis/Makassar.
menunjukkan keuletan para penari dalam
merangkai kapas menjadi benang, suatu
aktivitas yang dilakukan dengan hati senang.
Irama musik pada pertengahan tari
terhenti per detik (1 detik), kemudian
dilanjutkan lagi irama musik pengiring. Tanda
tersebut mencirikan ada benang yang putus dan
harus disambung lagi. Penikmat tari tersebut
dapat merasakan aktivitas para penenun yang
harus sabar dalam bekerja.
Peralihan posisi dan gerak dari duduk
kemudian berdiri (dari riassoi ke masau), ada
musik instrumen pembeda, sama seperti pada
saat para penari masuk dalam panggung
(memulai tarian). Musik tersebut merupakan Gambar 1: baju bodo
musik intro untuk masuk pada aktivitas Sumber: dokumentasi pribadi
kegiatan selanjutnya. Demikian pula pada
pergantian gerakan dari masau ke gerakan Selain menggunakan baju bodo, tidak
apparisi, musik intro dimainkan (musik untuk lupa segala aksesoris untuk mempercantik
penari melakukan gerakan berdiri ke gerakan busana digunakan. Bagian kepala diberikan
duduk). bando/kembang goyang. Penari menggunakan
Gerakan pada saat menenun, musik tambahan aksesoris bunga warna-warni,
menghentak seperti bunyi orang menenun, bangkarak (anting), geno (kalung berantai),
menunjukkan irama menenun, dan para penari sima (gelang pangkal lengan), ponto (hiasan
menunjukkan gerakan menenun. Irama dalam pergelangan tangan).
tari tersebut memberi tekanan untuk gerakan
para penari. Para penikmat tari tersebut dapat

106
Tari Pattennung di Sulawesi Selatan (Tini Suryaningsi)

Nilai-Nilai dalam Tari Pettennung Nilai keindahan dalam sebuah tarian


Tari pattennung merupakan tarian yang adalah penting untuk memberikan suguhan
menggambarkan aktivitas masyarakat ketika penampilan yang menawan, gemulai, dan
menenun. Aktivitas tersebut dilakukan oleh indah dipandang mata. Aktivitas menenun
perempuan-perempuan di waktu senggang. yang digambarkan melalui sebuah tarian
Namun, saat ini aktivitas menenun dijadikan bernilai estetika ketika ditampilkan dalam
sebagai pekerjaan untuk mendapatkan bentuk gerakan tari. Kita dapat
penghasilan. Hal tersebut dikarenakan kain menyaksikan proses menenun dalam
tenun yang dihasilkan saat ini sudah menjadi bentuk suguhan pertunjukkan yang
komoditas rumahan yang terkenal bukan saja menghibur dan hal tersebut memiliki
di wilayah mereka melainkan tersebar luas ke makna yang penting di dalamnya. Seperti
luar wilayah tempat mereka menenun. nilai-nilai yang dapat dimaknai dalam
Kegiatan menenun bagi masyarakat di setiap gerakan menenun yang
Wajo merupakan aktivitas yang di dalamnya dipertunjukkan oleh para penari. Selain itu,
terkandung nilai-nilai luhur dan mencerminkan untuk menambah keindahan dalam sebuah
karakter dari masyarakatnya. Pada tari tarian, nilai keindahan lainnya yang
pattennung, gerak gemulai para penari yang penting adalah bagaimana busana dan tata
ditampilkan pada kegiatan-kegiatan/acara- rias para penari menambah warna serta
acara daerah tidak hanya menampilkan tarian keindahan di dalamnya. Semua terpadu
semata tetapi di dalamnya mengandung nilai- menjadi satu sehingga memberikan
nilai yang penting untuk dianalisis. Adapun penampilan yang memiliki nilai keindahan
nilai-nilai yang terkandung dalam tari di dalamnya.
pattennung, yaitu: d. Nilai Kerja Keras
a. Nilai Ketekunan Kerja keras merupakan salah satu jalan
Para penari menampilkan gerakan gemulai meraih tujuan yang diinginkan. Dalam tari
yang menunjukkan aktivitas menenun yang pattennung digambarkan bagaimana
tergambarkan dalam sebuah usaha yang penenun selain tekun dan sabar, penenun
membutuhkan ketekunan. Untuk juga harus disertai dengan usaha atau kerja
menghasilkan sebuah kain tenun yang keras. Kerja keras menunjukkan usaha
indah, corak yang beragam, dibutuhkan pantang menyerah dalam menenun. Ketika
ketelitian, konsentrasi, dan keuletan dalam dalam menenun terjadi kesalahan atau
menenun. Oleh sebab itu, jiwa tekun dalam tarian menggambarkan benang yang
tergambarkan melalui tarian yang putus, mereka tidak menyerah, walau harus
ditampilkan yang mana kesungguhan hati mengulang lagi dari awal. Seperti ketika
para penenun terekspresikan untuk bekerja melakukan kegiatan masau (memintal
dan menghasilkan kain yang indah. benang). Memintal benang dilakukan
b. Nilai Kesabaran selama berjam-jam dan tidak boleh putus
Selain memiliki kesungguhan hati dalam dan kalau putus, maka akan diulang lagi
menenun atau tekun, dalam tari pattennung dari awal. Hal tersebut tidaklah mudah
dapat dilihat nilai kesabaran. Sabar bagi para penenun dan dibutuhkan kerja
digambarkan oleh para penari terhadap keras untuk mencapai hasil yang
perempuan-perempuan yang mengerjakan diinginkan.
usaha tenun mulai dari awal proses e. Nilai Semangat/spirit
menenun sampai menghasilkan kain tenun Aktivitas menenun adalah aktivitas yang
yang indah. Butuh kesabaran karena proses membutuhkan waktu yang lebih lama
menenun tidaklah instan tetapi karena melewati beberapa tahap. Oleh
membutuhkan waktu yang lama dalam sebab itu, semangat untuk bekerja sangat
menghasilkan satu kain tenun. dibutuhkan ketika akan melakukan
c. Nilai Keindahan kegiatan menenun. Dalam gerakan yang
ditunjukkan dalam tari pattennung

107
Pangadereng, Vol. 6 No. 1, Juni 2020 :97 - 108

digambarkan bagaimana ekspresi para University Press.


penari ketika melakukan kegiatan Hanif, M. 2016. Kesenian Dongkrek (Studi
menenun. Selain kesabaran, kosentrasi, dan Nilai Budaya Dan Potensinya Sebagai
ketekunan, juga diperlukan semangat untuk Sumber Pendidikan Karakter).
bekerja sehingga setiap pekerjaan dapat Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 1(2),
terselesaikan dengan baik karena 132.
dikerjakan dengan suka cita. Nilai Haviland, W. 1993. Antropologi Jili 2. Jakarta:
semangat/spirit menunjukkan sebuah Erlangga.
energi positif dalam bekerja sehingga Koentjaraningrat. 1998. Pengantar
menghasilkan apa yang menjadi tujuan dari Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi II.
aktivitas tersebut. Dalam tari pattennung, Jakarta: Rineka Cipta.
spirit ditunjukkan oleh para penari sebagai Kurniati. 2017. Seni Pertunjukan Tari
bentuk kerelaan dan kegembiraan dalam Pattennung. Retrieved from
melakukan aktivitas tersebut. Dengan https://www.scribd.com/document/34010
9998/Modul-03-Pattennung
demikian, spirit/semangat dalam
mengerjakan aktivitas menenun sangat Liliweri, A. 2014. Pengantar Studi
penting dalam menyelesaikan pekerjaan Kebudayaan. Bandung: Nusa Media.
dengan baik. Marzali, A. 2009. Antropologi &
Pembangunan Indonesia. Jakarta:
PENUTUP Kencana.
Nuraeni, H. G. & M. A. 2013. Studi Budaya di
Tari pattennung adalah tarian khas dari
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sulawesi Selatan. Tari pattennung merupakan
Pujileksono, S. 2016. Pengantar Antropologi,
tarian yang menggambarkan aktivitas
Memahami Realitas Sosial Budaya.
masyarakat Bugis yang fokus dalam kegiatan Malang: Intrans Publishing.
menenun. Ketika penari menarikan tari
Rahim. 2009. Seni dalam Antropologi Seni.
pattennung, dapat dilihat bagaimana penari
Imaji, Vol.5 No.2(Agustus 2009), 44–55.
menggambarkan kegiatan menenun mulai dari
Rohidi, T. R. 2000. Kesenian dalam
gerakan monu sampai gerakan mattennung atau
Pendekatan Kebudayaan. Bandung:
mulai dari awal sampai selesai dan STISI Press.
diperlihatkan hasil dari tenunan tersebut.
Royce, A. P. 2007. Antropologi Tari. Jakarta:
Melalui tari, para penikmat tari pattennung
Balai Pustaka.
dapat ikut memaknai gerakan penari melalui
Sarapang, S. S. dkk. 2012. Tenun Wajo dalam
gerak gemulai yang diperagakan.
Menghadapi Badai Krisis Ekonomi 1930-
Melalui gerakan para penari, ditarik 1998. Makassar: De Lamacca.
nilai-nilai yang terkandung dalam tarian
Setiadi, E. 2011. Pengantar Sosiologi,
tersebut. Nilai-nilai tersebut terdiri atas nilai Pemahaman Fakta dan Gejala
ketekunan, nilai keuletan, nilai keindahan, dan Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi,
nilai kerja keras yang menjadi satu kesatuan dan pemecahannya. Jakarta: Kencana.
dalam tarian. Oleh sebab itu, sangat penting Soetopo, S. 2004. Seni Tari sebagai Muatan
ekspresi wajah para penari dan iringan musik Lokal: Sebuah ALternatif. Jurnal
untuk menegaskan keindahan dalam tari Harmonia.
pattennung. Sudarma, M. 2014. Antropologi untuk
Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana
DAFTAR PUSTAKA Media.
Aprilina, F. A. D. 2014. Rekonstruksi Tari Syukur. 2013. Kearifan Lokal dalam Sistem
Kuntulan sebagai Salah Satu Identitas Sosial Ekonomi Masyarakat Penenun
Kesenian Kabupaten Tegal. Seni Tari, 3 Bugis-Wajo. Jurnal Seni Budaya, 28(2),
(1) (Juni 2014). 130.
Endraswara, S. 2012. Metode Penelitian BPS Kabupaten Wajo. 2018. Profil Kabupaten
Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada Wajo dalam Angka Tahun 2018.

108

You might also like