You are on page 1of 7

JURNAL SENI TARI

ESTETIKA TARI PATTU’DU TOMMUANE DI KECAMATAN BANGGAE


KABUPATEN MAJENE

Huldia Syahbuddin1, Rahma2, Selfiana Saenal3


123
Program Studi Seni Tari, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni dan Desain
Email: 1Huldiasyahbuddin19@gmail.com

ABSTRACT

Huldia Syahbuddin 2021, Aesthetics of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of
Banggae, Majene Regency. This study aims to describe: 1) The integrity of the Pattu'du Tommuane
Dance in the District of Banggae, Majene Regency, namely in terms of (a) its compact movement and
the movement of attacking each other. (b) a floor pattern that uses two straight rows of floor patterns
facing each other to attack each other. (c) music accompaniment de'de pellamba which means music
will accompany the dancers from beginning to end. (d) the costumes used by the dancers are alang
pants without a shirt. (e) the properties used are shields and spears as symbols of war. (2) The
prominence of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of Banggae, Majene Regency, we can see
in part (a) the prominent motion is when attacking each other (b) the gong and drum instruments
sound more prominent and create an atmosphere of war. (c) the color of the pants (blue) that stands out
and does not wear a costume. (3) The balance of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of
Banggae, Majene Regency, can be seen from the element (a) the motion looks balanced because the
number of dancers is even so it looks neat. (b) Always use a balanced floor pattern. (c) accompaniment
music used by de'de pellamba to accompany the dance from beginning to end. (d) To support the most
prominent appearance, namely the accessories used by Tombi sare-sare, tombi tallu, teppang bobo,
kawari and passapu or petuyu'ulu (e) the place where the Pattu'du Tommuane Dance is performed on
the arena or open stage.

Keywords: Aesthetics, Pattu'du Tommuane Dance

ABSTRAK

Huldia Syahbuddin 2021, Estetika Tari Pattu’du Tommuane di Kecamatan Banggae


Kabupaten Majene. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: 1) Keutuhan Tari Pattu’du Tommuane
di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, yaitu dari segi (a)gerakannya yang rampak dan gerakan
saling menyerang. (b)pola lantai yang digunakan dua baris pola lantai lurus kesamping saling
berhadapan untuk saling serang satu sama lain. (c)musik iringan de’de pellamba yang artinya musik
akan mengiringi penari dari awal hingga akhir. (d)kostum yang digunakan penari adalah celana alang
tanpa baju.(e)properti yang digunakan adalah tameng dan tombang sebagai simbol peperangan.
(2)Penonjolan Tari Pattu’du Tommuane di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, dapat kita lihat
pada bagian (a)gerak menonjol adalah ketika saling serang menyerang (b) instrument gong dan
gendang terdengar lebih menonjol dan memunculkan suasana peperangan. (c) warna celana (biru)
yang terlihat menonjol dan tidak menggunakan kostum baju. (3)Keseimbangan Tari Pattu’du
Tommuane di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, dapat dilihat dari element (a)gerak terlihat
seimbang karena penari berjumlah genap sehingga terlihat rapih. (b)Selalu menggunakan pola lantai
yang seimbang. (c)musik iringan yang di gunakan de’de pellamba yang untuk mengiringi tari dari
awal hingga akhir. (d) Sebagai penunjang penampilan yang paling menonjol yakni aksesoris yang
digunakan Tombi sare-sare, tombi tallu, teppang bobo, kawari dan passapu atau petuyu’ulu (e)tempat
pertunjukan Tari Pattu’du Tommuane di panggung arena atau terbuka.

Kata Kunci: Estetika, Tari Pattu’du Tommuane

[1]
JURNAL SENI TARI

PENDAHULUAN

Seni tari sebagai salah satu unsur Majene, Banggae adalah salah satu kecamatan
kebudayaan bangsa merupakan salah satu yang ada di Kabupaten Majene Provinsi
bentuk kesenian yang harus dijaga dan Sulawesi Barat yang sampai saat ini masih
dilestarikan dalam era globalisasi seperti menjaga estetika dari tari Pattu’du Tommuane
sekarang ini. Seni tari yang memiliki gerak- yang selalu ditampilkan dalam berbagai acara-
gerak dan ciri khas dari masing-masing daerah acara kebudayaan di wilayah tersebut.
yang diikuti oleh faktor-faktor penunjang Tari Pattu’du yang merupakan tarian
sehingga terciptanya perbedaan-perbedaan yang berasal dari upacara pemujaan dan
tersebut, salah satunya pengaruh sosial, letak penghormatan kepada Penguasa/Raja.Pattu’du
geografis, agama dan berbagai macam hal pada masa lampau hanya dipergelarkan pada
yang bersifat dominan. Seperti halnya dengan upacara-upacara resmi kerajaan, seperti pada
tari Pattu’du yang berasal dari daerah Sulawesi upacara pelantikan Raja, upacara perkawinan
barat. Keindahan atau Estetika dipahami Putra atau Putri Raja, upacara sunatan Putra
sebagai sesuatu yang membahas tentang atau Putri Raja, dan upacara resmi Kerajaan
keindahan, keindahan yang berupa ciptaan lainnya. Penyajian Pattu’du pada masa itu
Tuhan seperti alam dan seisinya yang awalnya dipertunjukan di arena terbuka namun
membuat seseorang merasa tarpukau dengan seiring perkembangan zaman, tarian ini juga
keindahan-keindahan yang telah diciptakan dipertunjukkan di panggung proscenium serta
oleh Tuhan. Juga keindahan yang berasal dari mengalami perubahan-perubahan dari segi
ciptaan manusia seperti karya lukisan, bentuk maupun fungsinya. Pattu’du di Mandar
kerajinan tangan, nyanyian dan tarian-tarian menurut jenis kelamin penarinya terdiri dari
yang memiliki nilai-nilai keindahan Pattu’du Towaine (perempuan) dan Pattu’du
didalamnya. Tommuane (laki-laki). (Noor dan Ahmad,
Estetika tari merupakan bagian tak 2005:18).
terpisahkan dari masyarakat, keindahan tari Tari Pattu’du sebagai bagian dari tari
bukan hanya keselarasan dalam gerakan- tradisional suku Mandar di Sulawesi Barat,
gerakan badan, ruang dan musik. Untuk itu sudah banyak kali ditampilkan pada berbagai
estetika dipandang sangat perlu dalam acara. Demikian juga mahasiswa dan
penciptaan sebuah karya tari tradisional, pemerhati seni tari yang mengangkat dan
modern bahkan tarian yang memiliki gendre menulis secara emperis tentang latar belakang
seperti klasik, kontemporer dan lain-lain. lahirnya tari Pattu’du, bentuk penyajian tari
Dalam penelitian kali ini estetika digunakan Pattu’du. Namun disisi lain masih minimnya
untuk penelitian tari Pattu’du Tommuane pada yang mengangkat tentang tari Pattu’du
suku Mandar yang ada di Sulawesi Barat. Tommuane khususnya dari kacamata estetika
Suku Mandar adalah salah satu etnis tari Pattu’du Tommuane tersebut. Bertolak dari
terbesar di Sulawesi Barat. Selain Suku Bugis, uraian di atas, maka peneliti sebagai generasi
Makassar, dan Toraja, suku Mandar juga penerus, tertarik untuk mengetahui lebih
banyak tersebar di Sulawesi Selatan. Tidak mendalam melalui kajian ilmiah dengan
jauh berbeda dengan suku tetangganya yaitu mengangkat judul Estetika Tari Pattu’du
Bugis, suku Mandar juga memiliki ciri sebagai Tommuane di Kecamatan Banggae Kabupaten
suku yang tangguh di laut. Selain itu mata Majene.
pencaharian utama penduduknya adalah
sebagai nelayan, sama seperti suku-suku METODE PENELITIAN
lainnya di Indonesia, suku Mandar juga
memiliki kebudayaan yang tidak kalah Jenis penelitian ini adalah penelitian
menariknya, mulai dari tata cara pemerintahan, kualitatif. Metode ini disebut juga sebagai
makanan, pakaian, perayaan hari besar, metode artistik, karena proses penelitian lebih
upacara adat yang sakral, dan berbagai tradisi bersifat seni (kurang terpola) dan disebut
yang masih ada hingga saat ini. Seperti salah sebagai metode interpretative (sugiyono
satu upacara keagamaan sayyang pattu’du di 2016:7). Mendeskripsikan sebuah hasil
Provinsi Sulawesi Barat tepatnya di Kabupaten penelitian ke dalam sebuah tulisan yang telah

[2]
JURNAL SENI TARI

di seleksi untuk dituangkan ke dalam bentuk kemudian membentangkan tangan dan mundur
pendeskripsian. satu langkah sambil lompat, tangan kanan
Data yang telah terkumpul dari sumber- mengangkat tombak ke atas bahu dan tangan
sumber pustaka yang berkaitan dengan Tari kiri dimajukan ke depan seperti gerakan
Pattu’du Tommuane, observasi dilapangan dan menagkis lawan gerakan ini kemudian di ulang
wawancara bersama narasumber akan kembali sebanyak 5 kali sesuai dengan arah
dianalisis kemudian di reduksi kembali. Serta hadap dalam satu jenis pola lantai.
dideskripsikan dalam bentuk uraian agar Gerakan kedua iyalah berputar kearah
mendapat gambaran yang jelas tentang estetika kanan, kedua tangan yang memegang tombak
tari Pattu’du Tommuane di kecamatan dan tameng kemudian diayunkan dari kanan ke
Banggae, kabupaten Majene. kiri, gerakan ini diulang sebanyak 3 kali
sampai saling berhadapan. Penari saling
HASIL DAN PEMBAHASAN berhadapan masing-masing 3 di depan dan 3 di
belakang, lalu berjalan hingga saling
Hasil Penelitian berhadapan dengan tangan kanan mengangkat
tombak ke atas bahu dan tangan kiri
Bentuk Penyajian Tari Pattu’du memegang tameng dengan posisi siap
Tommuane di Kecamatan Banggae, menahan serangan dan posisi menyerang.
Kabupaten Majene. Gerakan ini menggambarkan seolah-olah
sedang melakukan peperangan yang di mana
Penyajian Tari Pattu’du Tommuane pada gerakan tersebut terlihat saling
berisi tentang gambaran umum dari tarian menyerang satu sama lain. Gerakan ini
tersebut seperti Penari atau pelaku, ragam dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan.
gerak, pola lantai, musik iringan, kostum, Pola lantai yang digunakan ada beberapa
aksesoris, make up, properti dan panggung macam yaitu pola lantai berbentuk lingkaran,
pertunjukan. Pattu’du Tommuane berarti laki- satu baris lurus kesamping, dua baris lurus
laki. Dimana pelaku utama dalam tarian kebelakang, pola lantai selang seling (zig-zag)
tersebut adalah laki-laki yang berjumlah 6 dan pola lantai berbentuk v di akhir
orang dengan usia rata-rata 9-12 yang belum pertunjukan. Dimana pertunjukan tersebut
baligh. Menurut bapak Tammalele saat menggunakan panggung arena yang dapat
wawancara, ketika berada di lapangan jumlah dilihat dari segala sisi.
penari diharuskan genap, sebab adanya Tarian ini menggunakan musik
gerakan saling menyerang dan menangkis gabungan (vocal dan instrumental)
sehingga pada Tari Pattu’du Tommuane instrumental yang digunakan masih bersifat
diharuskan berjumlah genap. tradisional yaitu gendang, calung, puik-puik
Sejauh ini Tari Pattu’du Tommuane dan gong yang masing-masing kontras antara
tidak memiliki nama ragam gerak karena instrumen dan gerak yang dinamis.
gerakan yang dilakukan mengalir mengikuti Adapun rias dan busana, riasan dalam
ketukan musik dan jika diperhatikan tarian ini tarian ini hanya sebatas pempertegas garis-
memiliki gerak yang bisa dibedakan menjadi garis wajah agar terlihat lebih segar dan busana
bagian gerak pertama dan kedua. Gerak dalam pertunjukkannya penari hanya
pertama Tari Pattu’du Tommuane di awali menggunakan celana pendek selutut berwarna
dengan 6 orang penari laki-laki remaja masuk biru dan tidak mengenakan baju atasan hanya
ke arena pertunjukan dengan berlari-lari kecil, bertelanjang dada sebagai ciri tari Pattu’du
sedangkan tangan kanan memegang kayu yang Tommuane pada umumnya. Sebagai penunjang
berbentuk tombak dan tangan kiri memegang penampilan yang paling menonjol yakni
tameng. Gerakan awal yaitu penari maju aksesoris yang digunakan Tombi sare-sare,
kedepan dengan gerakan seolah-olah mau tombi tallu, teppang bobo, kawari dan passapu
menombak. kemudian Tombak dan tameng atau petuyu’ulu. Serta tidak ketinggalan
diayunkan kekanan lalu kekiri kemudian tombak dan tameng yang setia menemani
tangan kanan mengayunkan tombak ke bawah penari dikala pertunjukan Pattu’du Tommuane
dan tangan kiri mengayunkan tameng ke atas. dimulai di panggung terbuka.
Kemudian penari mengayunkan tameng dan
tombak kedepan dada lurus dengan bahu

[3]
JURNAL SENI TARI

Estetika Tari Pattu’du Tommuane di pakai untuk menyerang dan tameng yang
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene. digunakan untuk menahan sehingga fungsi
kedua properti ini menciptakan suatu kesatuan
Estetika Tari Pattu’du Tommuane yang nampak utuh. Bercermin dari kejadian
menggunakan teori dari Djaelantik (1999:35- pada zaman dahulu ketika orang-orang
57) mendefinisikan bahwa yang dinamakan berperang di daerah yang terbuka dan luas
estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari sehingga penggunaan tempat pertunjukan pun
segala sesuatu yang berkaitan dengan disesuaikan dengan Tari Pattu’du Tommuane
keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang merupakan tarian peperangan.
yang kita sebut keindahan. ketiga aspek Penonjolan (Dominance), Penonjolan
tersebut diantaranya adalah : yang bisa kita lihat dari Tari Pattu’du
Keutuhan (Unity), keutuhan yang Tommuane adalah gerak, ketika gerakan
dimaksudkan dalam Tari Pattu’du Tommuane menyerang dan menangkis yang dilakukan
merupakan gabungan beberapa aspek, yaitu silih berganti oleh penari. Sambil menyuarakan
keutuhan penari, gerak, musik iringan, kostum, teriakan hoi, hoi, hoi, setiap kali gerakan
property dan panggung pertunjukan. Keutuhan tersebut ditarikan yang menjadikannya unik
yang dapat kita lihat dari Tari Pattu’du dan menampilkan wujud dari gambaran
Tommuane melalui gerak, menurut Budayawan peperangan. Dari instrumen yang dimainkan
yang bernama bapak Tammalele dimana penari dalam pertunjukan Pattu’du Tommuane suara
yang menarikan Tari Pattu’du Tommuane gendang dan gonglah yang lebih menonjol atau
diharuskan laki-laki dan geraknya pun lebih dominan dibanding suara alat musik
merupakan penggambaran dari gerakan lainnya. Keunikan lainnya yang
berperang seperti menahan serangan dan saling memperlihatkan otot-otot atau tubuh penari
menyerang yang terdapat pada gerakan bagian sebagai simbol peperangan sehingga kostum
ke dua. Penari saling mengisi ketika yang satu yang dikenakan hanyalah celana pendek atau
menyerang dan satunya lagi menangkis. Sama disebut dengan celana alang dan tidak
halnya pada aspek pola lantai yang terdapat menggunakan atasan.
dalam Tari Pattu’du Tommuane yakni Keseimbangan (Balance),
melingkar seperti sedang mengepung dan dua Keseimbangan pada gerak dapat terlihat dari
baris pola lantai lurus ke samping saling jumlah penari yang diharuskan berjumlah
berhadapan untuk saling serang satu sama lain genap yakni 6 orang, yang terdiri dari masing-
seperti pada posisi ketika berperang dan masing 3 orang pada setiap kubu.dan terlihat
menciptakan sebuah hubungan yang saling sinkron ketika hendak melakukan gerakan
melengkapi satu sama lain sehingga nampak rampak maupun pada gerakan saling
untuh dan menciptakan penggambaran suasana menyerang. Berelasi dengan jumlah penari
perang. Melalui instrumen tradisional yang tersebut di atas, maka bentuk desain lantai
terdapat dalam Tari Pattu’du Tommuane yang digunakan dalam pertunjukan Pattu’du
dimainkan secara mengalun dan terdengar Tommuane juga seimbang antara pola yang
memiliki ketukan-ketukan yang sangat khas satu dengan lainnya. Semangat penari ketika
pada setiap bunyian. Dimana sesekali suara mendengar suara musik iringan tari Pattu’du
gendang diharuskan lebih menonjol sebab Tommuane dari awal hingga akhir pertunjukan
masyarakat setempat percaya bahwa suara mengguankan ketukan yang berulang secara
yang dihasilkan dari pukulan gendang dapat terus menerus. Sehingga musik yang
membakar semangat para prajurit sehingga hal mengiringi Tari Pattu’du Tommuane nampang
ini terlihat untuh dan sinkron antara satu tetap seimbang dengan gerakan yang ditarikan
dengan lainnya. Tidak hanya itu, kostum yang oleh penari. Dengan menggunakan aksesoris
digunakan juga terlihat utuh dan menjadi satu yang hampir menutupi bagian tubuh penari
kesatuan karena para penari sacara serentak yang tidak menggunakan kostum tampak
menggunakan kostum celana alang, yang terlihat seimbang dengan celana yang
dimana penggunaan kostum pada Tari pattu’du digunakan oleh penari dalam tarian tersebut.
tommuane disesuaikan dengan tema tari yaitu Keseimbangan juga meliputi panggung yang
bertemakan peperangan. Kesatuan yang digunakan dalam pertunjukan Pattu’du
nampak pada penggunaan properti ini terlihat Tommuane yang dapat dilihat dari segala sisi
dari alat yang digunakan yaitu tombak yang di

[4]
JURNAL SENI TARI

(arena) atau di lapangan terbuka sesuai dengan dengan gerakan menyerang yang dilakukan
tarian peperangan pada umumnya. secara bergantian seperti sedang berperang,
seperti yang diperlihatkan pada pola lantai
Pembahasan Penelitian. yang digunakan yaitu lingkaran, dan lurus
sejajar kesamping dan kebelakang serta zigzag.
Estetika Tari Pattu’du Tommuane di Musik iringan pada Tari Pattu’du Tommuane
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene. yang dulunya hanya mengunakan gong dan
gendang kini telah menggunakan keke atau
Tari Pattu’du Tommuane bentuk puik-puik dan calung. Untuk penggunaan
penyajian pada zaman kaerajaan balanipa ini make up pada tari ini tdka mengunakan make
memiliki bentuk penyajian yang dimana penari up dan hanya mengunakan celana pendek yang
laki-lakinya menarikan tarian peperangan yang disebut celana alang tampa baju. Aksesoris
ada pada pernyataan sebelumnya, untuk pola Tari Pattu’du Tommuane terdiri dari pengikat
lantai pada tari ini hanya menggunakan pola kepala berbentuk segi tiga berwarna merah
lantai yang dapat seimbang antara baris kanan kotak-kotak yang di sebut Passapu’ atau dalam
dan kiri serta pola lantai melingkar, sedangkan bahsa mandar disebut Petuyu’ ulu. kalung
untuk alat musiknya hanya menggunakan alat dengan bentuk segi empat Tombi Sare-sare
musik gendang dan gong sebagi alat music dan kalung 3 susun yang berwarna emas Tombi
yang mengiringi Tari Pattu’du Tommuane. Tallu, pengikat lengan, pengikat pinggang
Kostum yang digunakan hanya menggunakan yang berbentuk segi 3 dengan warna merah
celana alang. Rias yang digunakan juga pada kotak-kotak disebut juga passapu.dan yang
zaman itu masih belum mengenakan riasan terakhir adalah kawari. Untuk propertinya
begituun untuk property tari belum menggunakan tombak dan tameng dengan
menggunakan tombak dan tameng hanya tempat pertunjukan lapangan terbuka.
menggunakan senjata yang ada pada zaman itu Estetika Tari Pattu’du Tommuane
sedangkan untuk tempat pertunjukan pada dengan menggunakan teori (A.A.M. Djelantik
tarian ini biasanya di tarikan di lapangan 1999:35-57). Dengan menggunakan indicator 3
terbuka. Dari bentuk penyajian di atas dapat bagian penting yaitu Keutuhan (Unity),
kita lihat bahwasnya Tari Pattu’du Tommuane Penonjolan (Dominance) dan Keseimbangan
pada masa kerajaan balanipa yangdifungsikan (Balance). Konsep keindahan sebagai suatu
sebagai tarian pemujaan kepada para dewa- karya yang diciptakan oleh manusia, yang
dewa karena pada zaman itu masih menganut memperoleh wujud keindahan dari berbagai
faham animism. macam elemen yang ada didalamnya. Yang
Tari Pattu’du Tommuane seiring dapat menimbulkan rasa senang, puas, aman
berkembangnya zaman kemudian mulai dan bahagia. Dimana elemen-elemen
beralih fungsi menjadi sebuah sajian yang keindahan pada tari Pattu’du Tommuane ini
dapat dinikmali oleh segala kalangan atau dapat kita jumpai pada elemen-elemen
dalam artian tarian ini kemudian beralih fungsi keutuhan tari Pattu’du Tommuane, penonjolan
sebagai tarian hiburan dan bisa juga sebagai tari Pattu’du Tommuane, dan keseimbangan
tarian penjemputan. Yang dimana pertama kali dari tari Pattu’du Tommuane.
dipentaskan pada acara porda sul-sel di Keutuhan secara keselurun dari bentuk
Kabupaten Majene pada tahun 1983. Berawal pementasan tari Pattu’du Tommuane seperti
dari sinilah kemudian Tari Pattu’du yang dikatakan oleh djelantik tentang keutuhan
Tommuane, di jadikan acuan setiap akan di dimana keutuhan memiliki hubungan yang
pentaskan hingga saat ini secara keseluruhan relevan antar bagian bukan berarti gabungan
bentuk penyajiannya ketika hendak di tarikan. semata-mata atau begitu saja, tetapi yang satu
Tari Pattu’du Tommuane sekarang ini memerlukan kehadiran yang lain, bagian-
mulai mengalami banyak perubahan mulai dari bagian saling mengisi hingga terjalin
fungsi pertunjukan tari Tari Pattu’du kekompakan antar bagian yang satu dengan
Tommuane hingga bentuk penyajian yang ada yang lainnya. Sementara itu elemen
pada bagian-bagian pada Tari Pattu’du selanjutnya dalam tari Pattu’du Tommuane
Tommuane. Sekarang ini bentuk penyajian tari adalah elemen penonjolan yang dimana pada
timmuane yang terdiri dari penari laki-laki elemen penonjolan merupakan bagian-bagian
yang berjumlah genap dengan usia reamaja, yang dipandang lebih penting dari pada yang

[5]
JURNAL SENI TARI

laiinya, atau bisa kita sebut sebagai sesuatu alang ) dan pengikat pinggang. Selanjutnya
yang khas pada bagian-bagian yang ada adalah proprti yang bisa kita lihat Nampak
dilamnya yang mencangkup gerak, musik utuh karena menggunakan tombak dan tameng
iringan dan kostum. sebagai property dimana tameng yang
Keseimbangan pada tari Pattu’du berfungsi sebagai pelindung singkoron dengan
Tommuane terdapat pada bagian gerak, pola tombak yang berfungsi sebagai senjata untuk
lantai, musik iringan, aksesoris dan tempat menyerang. Dan keutuhan yang Nampak utuh
pertunjukan. Pada bagian-bagain tari Pattu’du adalah tempet pertunjukan yang mungganakan
Tommuane tersebut itu saling memeiliki tempat pertunjukan arena yang dapat dilihat
keterkaitan satu sama lain sebagai bentuk dari segala sisi karena bercermin sama orang-
pertunjukan yang Nampak memiliki orang zaman dahulu ketika berperang yang
keseimbangan yang ada di dalam bagian- diaman berada pada area yang luas.
bagian pada tari Pattu’du Tommuane.
Penonjolan tari Pattu’du Tommuane
secara keseluruhan dapat kita lihat dari aspek
yang mencangkup Gerak, musik iringan,
kostum. Dimana bagian penonjolan pada gerak
terdapat pada gerakan bagian ke 2 yang
Nampak saling serang menyerang. sedangkan
untuk musik iringannya bagian yang menonjol
dari semua ketukan alat musik yang digunakan
adalah alat musik gong dan gendang karena
Gambar 1.
dulu hanya menggunakan 2 alat musik yaitu
Penari dan pemusik Pattu’du Tommuane gong dan gendang. Kemudian pada bagian
(Dokumentasi: Huldia Syahbuddin 11 februari 2021) kostum yang meninjol adalah yang digunakan
adalah celana alang berwarna biru terang.
Keseimbanga tari Pattu’du Tommuan
KESIMPULAN DAN SARAN secara keseluruhan data kita lihat dari aspek
yang mencangkup Keseimbangan gerak, pola
Kesimpulan. lantai, musik iringan, aksesoris, dan tempat
pertunjukan. Keseimbangan yang Nampak
Keutuhan pada tari Pattu’du Tommuane pada gerakan yang dilakukan alah gerakan
secara keseluruhan dapat kita nikmati dari yang dilakukan adalah gerakan rampak yang
aspek Yang mencangkup keutuhan dari gerak, dialkukan penari yang menceritakan atau
pola lantai, musik iringan, kostum, property, menggambarkan kekompakan para prajurit
dan tempat pertunjukan. Keutuhan tari pattudu dulu ketika hendak akan pergi berperang
temmuane dari segi gerak mencangkup 2 kemudian pada gerakan bagian kedua
bagian gerak yang dimana pada bagian menceritakan peperangan yang terjadi diaman
gerakan tari Pattu’du Tommuane pada bagian gerakannya yang saling menyerang sehingga
pertama adalah menggambarkan kekompakan terlihat menceritakan suasana peperangan.
para prajurit dulunya sedangkan pada bagian Kemudian aspek keseimbangan dari pola lantai
kedua menggambarkan saling serang yang digunakan yaitu menggunakan pola lantai
menyerang sehingga secara keseluruhan tari yang menyeimbangkan penari ketika bergerak
Pattu’du Tommuane menggambarkan suasana seperti pada pola lantai yang menggambarkan
peperangan. Sedangkan dari aspek pola lantai 2 baris lurus kedepan dengan melakukan
bisa kita lihat dari formasi pola lantai yang gerakan rampak dan menggunakan pola lantai
dilakukan yaitu satu baris lurus kesamping, 2 baris lurus ke samping dengan melakukan
dua baris lurus kesmping dan kedepan dan gerakan saling menyerang silih berganti.
lingkaran. Aspek selanjutnya adalah musik Selanjutnya keseimbangan yang Nampak dari
iringan yang Nampak utuh karena musik musik iringannya yang dimana menggunakan
iringan yang digunakan mengiringi penari dari ketukan yang berulang ulang. Selanjutnya
awal menari hingga akhir. Kostum merupakan keseimbangan dari aksesoris yang digunakan
bagian selanjutnya yang Nampak utuh karena bisa Nampak seimbang karena penggunaan
keseluruhan penari hanya menggunakan aksesoris pada penari hamper menutupi bagian
kostum celana pendek berwarna biru ( celana tubuh penari yang tidak menggunakan kostum
[6]
JURNAL SENI TARI

baju sehingga Nampak menutupi. Majene.Makassar.Universitas Negeri


Keseimbangan pada tempat pertunjukan yang Makassar.
menggunakan panggung pertunjuka arena yang Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks
dapat dilihat dari segala sisi sehingga bisa dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka
dilikmati sajian tari Pattu’du Tommuane ini. Book Publisher.
Hidajat, Robby. 2011. Koreografi dan
Saran Kreativitas pengetahuan dan
pertunjukan praktikum koreografi.
1. Diharapkan kepada Masyarakat Majene Yogyakarta: Kendil media pustaka
dan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan seni Indonesia
agar tetap melestarikan kebudayaan yang Jazuli, M. 1996. Peta Dunia Seni Tari.
telah ada selama ini Di Kabupaten Majene Sukoharjo: Farisma Indonesia.
khususnya Tari Pattu’du Tommuane yang Kusudiarjo, Bagong. 1981. Tentang Tari.
merupakan tarian yang berasal dari Yogyakarta: Nur Cahaya.
Kabupaten Majene. Lathief, Halilintar.1982.Tari Tradisional
2. Pengembangan Tari Pattu’du Tommuane Pa’bitte Passapu di Kajang
membutuhkan pengarahan dan perhatian Bulukumba (Sebuah Pengantar
yang lebih dari pemerintah. Pengarahan Penelitian). Yogyakarta: LBS
dan perhatian ini diharapkan berasal dari Yogyakarta.
Direktorat Kesenian Departemen Murgiayanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi.
Pendidikan dan kebudayaan baik dari Wedatama Widya Sastra.
pemerintah Kabupaten Majene maupun Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
perhatian dari Provisinsi Sulawesi Barat. Kualitatif . Bandung: Rosdakarya.
3. Diharapkan kepada para budayawan yang Najamuddin, Munasiah. 1982. Tari tradisional
telah mengembangkan Tari Pattu’du Sulawesi Selatan, Makassar,Bhakti
Tommuane ini agar kiranya dapat lebih Centra Baru.
dipopulerkan dan diajarkan kepada Noor, Novianty dan Ahmad Hasan. 2005.
seniman-seniman khususnya pengamat Tarian Tradisional Mandar di
dari bidang kesenian tari. Kabupaten Majene. Majene: Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Majene.
Padalia, Andi. 2002.Tari Pattukduk Suatu
Asdy,Ahmad. 2006. Jelajah Budaya Mengenal Kajian Antropologi Seni Tentang
Kesenian Mandar.Jakarta pusat. Pergeseran Orientasi Nilai dari Sakral
Yayasan Maha Putra ke Profan di Tinambung Polmas.
Asdy, Ahmad. 2019. Mengenal Pattu’du Makassar: Tesis Pasca Sarjana UNM.
Tradisional Mandar.Tinggas-tinggas. Sedyawati, Edi. 1991. Budaya Indonesia.
Yayasan Maha Putra. Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada
Djaelantik,M,A.A. 1999. ESTETIKA sebuah Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni.
pengantar . Bandung.Masyarakat Seni Bandung, ITB.
Pertunjukkan Indonesia. Soedarsono, 1977. Komposisi Tari, Elemen-
Hidayat. 2005.Wawasan Seni Tari .Universitas elemen Dasar, Yogyakarta, ASTI.
Negeri Malang: 7 november 2013 Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis.
Harjana,Suka.1995.Seni Pertunjukkan Bandung: Alfabeta
Indonesia. Yogjakarta:Masyarakat Sumaryono.dan Suanda, Endo. 2006. Tari
Seni Indonesia. Tontonan. Jakarta: Lembaga
Hidajat, Robby. 2011. Koreografi Dan Pendidikan Seni Nusantara.
Kreatifitas.Yogjakarta:Kendil Media Wahyudiyanto. 2008.Pengetahuan Tari. ISI
Pustaka Seni Indonesia Surakarta: Press Solo.
Suryodiningratan.
Mustika, Ika Ayu.2013.Makna Simbolik
Kostum Tari Pattu’du Tommuane di
Kabupaten

[7]

You might also like