You are on page 1of 12

REVITALISASI TARI GIRING-GIRING PADA MASYARAKAT DAYAK BANYADU

DESA SETIA JAYA KECAMATAN TERIAK


KABUPATEN BENGKAYANG

Flora Anesta, Ismunandar, Winda Istiandini


Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP Untan Pontianak
Email:florafranklin41@yahoo.com

Abstract
The background of this research was the revitalization of Giring-giring dance in Setia
Jaya Village. The aim to be achieved was to revitalize the Giring-giring dance so that
it could relive in Dayak Banyadu community of Tekalong Hamlet, Setia Jaya Village,
Teriak District, Bengkayang Regency. The method of this research was descriptive
method, the design was qualitative. The approach of this research was ethnocoreology
approach which was based on the disciplines of sociology dance. The data collecting
techniques of this research were interview, observation and documentation. The
researcher applied the extension of observation and triangulation of sources to check
the validity of data in this research. The data analysis technique in this research was
reduction data, presentation data, and verification data. The results of this research
were the teaching Giring-giring dance through training in the community of Setia
Jaya Village, Teriak District, Bengkayang Regency. Furthermore, presenting the
Giring-giring dance in National Children's Day activities. Performing Giring-giring
dance in Cultural Congress activities and held a hamlet-level Giring-giring dance
competition in Setia Jaya village during the Giring-giring dance festival.

Keywords: Revitalization, Giring-Giring Dance, Bengkayang Regency

PENDAHULUAN giring sudah tidak pernah lagi ditarikan di desa


Tari Giring-giring merupakan tari yang Setia Jaya. Penyebabnya adalah karena tidak
hidup pada masyarakat suku dayak banyadu ada pewarisan dari generasi sebelumnya
dusunTekalong desa Setia Jaya. Desa Setia kepada generasi baru tari Giring-giring, selain
Jayamerupakan sebuah desa kecil yang itu para pelaku seni di desa tersebut sudah
terletak di Kecamatan Teriak Kabupaten menikah (berkeluarga), bermigrasi ke kota, dan
Bengkayang dengan mayoritas penduduk pekerjaan sehingga tidak memilki waktu untuk
adalah suku dayak banyadu. Dayak mengajarkan tari Giring-giring.Tidak ada
banyadu sendiri merupakan sub suku dari dokumentasi mengenai tarian Giring-giring ini.
dayak kanayatn. Tari Giring-giring ini Kurangnya kepedulian, kesadaran para
diperkenalkan oleh seorang wanita yaitu pelaku seni tari Giring-giring yang dulu pernah
Alm Ibu Florida Tince. Beliau berprofesi aktif untuk mewariskan tari Giring-giring
sebagai guru Seni Budaya di satu-satunya kepada generasi selanjutnya sehingga
sekolah dasar yang ada di dusun Tekalong menyebabkan kurangnya wawasan generasi
yaitu SD 33 Teriak. muda akan keberadaan tari Giring-giring,tidak
Pada awal tahun 80-an tarian ini sangat adanya sanggar seni lokal yang berusaha untuk
populer dan menjadi tarian kebanggaan melestarikan tari Giring-giringsebagai bagian
karena pernah menjadi juara 1 pentas seni dari identitas budaya khususnya kesenian tari
yang diadakan pada tahun 1985 yaitu di tradisi yang ada di Kabupaten
Sanggau Ledodan terakhir kali ditampilkan Bengkayang.Tari Giring-giringmerupakan tari
pada acara peresmian Gereja Santo Fius X rakyat karena hidup dan berkembang di
Bengkayang pada tahun 1989.Tari Giring- masyarakat dayak banyadu Dusun Tekalong

1
Desa Setia Jaya Kecamatan Teriak sebatas lutut. Warna hitam menjadi warna
Kabupaten Bengkayang. Menurut dominan pada busana tari giring-giring.
fungsinya tari Giring-giring merupakan tari Dengan di padukan garis merah pada bagian-
penyambutan. Gerak tari dilakukan secara bagian tertentu yang tentunya mempercantik
unison (bersama-sama) dengan tampilan baju itu sendiri. Sedangkan untuk
mengerakkan tangan dan kaki seperti penari laki-laki bagian atasan menggunakan
dihentakkan dan alat musik dibunyikan rompi, sedangkan bawahannya menggunakan
sehingga ada keselarasan antara gerak tari cawat dan warna yang mendominasi adalah
dan musik yang saling melengkapi. Saat warna hitam. Pada bagian kepala penari
menarikan tari ini banyak menggunakan menggunakan kain berwarna merah terang
pola lantai melingkar, dengan penari yang diikat melingkar di kepala kemudian pada
perempuan membentuk posisi melingkar bagian belakang kepala disematkan daun
dan laki-laki berada di tengah-tengah. rinjuang.
Penari perempuan bergerak mengelilingi Kurangnya minat remaja pada bidang seni
penari laki-laki yang berada di tengah tari terutama tari tradisi juga menjadi alasan
tersebut. peneliti untuk meneliti tarian ini. Artinya perlu
Tari Giring-giringpernah ditampilkan upaya untuk menghidupkan kembali tari
dengan jumlah penari 5 sampai 7 orang Giring-giring di dusun Tekalong desa Setia
penari. Terdiri dari 4 sampai 6 orang penari Jaya Kecamatan Teriak Kabupaten
perempuan dan 1 orang penari laki-laki. Bengkayang , maka dari itu target yang ingin
Tidak ada penokohan dalam tari giring- peneliti capai adalah agar tari Giring-giring
giring ini hanya saja bentuk gerak bisa dipelajari oleh kaum remaja khususnya
dibedakan dari gender (jenis kelamin) pelajar. Proses pewarisan ini dilakukan agar
maksudnya adalah gerak penari laki-laki tari Giring-giring dapat terus dikenal dan terus
dan perempuan berbeda karena dipengaruhi dilestarikan melalui generasi muda khususnya
oleh jenis kelamin. di dusun Tekalong desa Setia Jaya Kecamatan
Alat musik untuk melengkapi tari Teriak Kabupaten Bengkayang. Kegiatan
Giring-giring ini antara lain dau 1 set, 1 tersebut merupakan upaya yang dilakukan
tumba, dan1 agong (gong). Properti peneliti agar memperluas wilayah pengenalan
tariGiring-giring pada penari perempuan dan untuk keberlangsungan keberadaan tari
berupa pabayoyang terbuat dari bambu Giring-giring agar dapat terus dilesarikan.
yang kemudian diraut sehingga pada bagian Menurut Rustiyanti (dalam Maizarti,
ujungnya akan membentuk seperti rambut- 2013:81) revitalisasi adalah usaha untuk
rambut halus, ukurannya bermacam-macam memvitalkan atau menghidupkan kembali
mulai dari 20 cm hingga mencapai panjang sesuatu yang eksistensinya masih berarti
maksimal seperti tongkat pramuka. Pada sehingga perlu dijaga dan dikembangkan.
bagian tengah pabayo dilengkapi dengan Menurut Daryusti (dalam Maizarti, 2013:81)
garondong yang terbuat dari tembaga revitalisasi berarti sistem-sistem lokal yang ada
berbentuk bundar dan di bagian dalam harus diberi nafas baru, dilakukan secara
terdapat benda yang kecil sehingga ketika sistematis dan terencana.
penari bergerak akan mengeluarkan Sedangkan menurut Sumaryono dan
bunyi.Properti selanjutnya yang digunakan Suanda (2006:57) “rekonstruksi adalah usaha
khusus untuk penari laki-laki untuk meneliti atau menggali tarian yang sudah
adalahmandau(tangkit’n)sertatameng tidak hidup lagi atau hampir punah, kemudian
(jabang’k). disusun kembali atau disusun ulang”. Melalui
Busana penari perempuan pada bagian penelitian dengan langkah merekonstruksi
atasan menggunakan baju dengan bentuk kembali (menyusun ulang) tari Giring-giring
seperti rompi dan kancing di bagian tengah, menjadi suatu penampilan yang lebih menarik
kemudian bawahan menggunakan rok dengan tidak mengurangi jati diri dari kesenian

2
itu sendiri. Menurut Goldbatt (dalam mencoba untuk memberikan pemecahan
Saputro, 2014:14) karakteristik festival masalah”. Peneliti menggunakan mwtode
antara lain: melibatkan banyak peserta, deskriptif untuk membahas upaya yang
tujuan utamanya menghibur khalayak, dilakukan dalam merevitalisasi tari Giring-
menunjukkan eksistensi perusahaan atau giring.
produknya, beragam sajian bisa disajikan Menurut Maizarti (2013:15) “penelitian
sekaligus, biasanya ada satu tema yang kulitatif adalah penelitian yang mampu
diangkat, dan khalayak sasaran spesifik. menangkap berbagai informasi dengan jelas
Berdasarkan pengertian diatas maka dalam teliti dan penuh makna. Penelitian kualitatif
penelitian ini peneliti melaksanakan adalah penelitian yang dilakukan secara
pertunjukan berupa festivaltari. Tema yang menyeluruh karena dalam penelitian kualitatif
diusung adalah “Revitalisasi Tari Giring- bukanlah sekedar melihat realitas yang tampak
giring” yang dilaksanakan di desa Setia (teramati) saja tetapi lebih jauh akan mencari
Jaya. Tujuannya adalah selain melibatkan apa yang sesungguhnya di balik apa yang
banyak orang khusunya kaum muda yang tampak tersebut”.Pendekatan penelitian yang
berpartisipsi dalam festival juga digunakan adalah pendekatan etnokoreologi
memberikan hiburan kepada penonton serta yang dilandasi disiplin ilmu sosiologi tari.
mengedukasi lewat penampilan yang Menurut Hadi (2005:11) “tinjauan atau
disajikan dalam acara festival dapat pandangan dari ilmu-ilmu sosial termasuk
mendorong kreativitas dalam dalam hal ini sosiologi, akan mencari tahu
mengekspresikan diri, sportifitas dalam tentang hakikat dan sebab musabab berbagai
berkompetisi melatih kepekaan dan pola pikiran dan tindakan manusia yang
kepercayaan diri mereka, dll. bersifat generalisasi empirik. Pola pikiran dan
Menurut Murgianto (dalam Masunah tindakan manusia itu berlaku kapan dan
dan Narawati, 2013:245) nilai tari dalam dimana saja terikat pada nilai dan kebudayaan
dunia pendidikan menurut hemat saya lingkungannya. Sosiologi adalah ilmu
bukan terletak pada latihan kemahiran dan pengetahuan empirik yang mempelajari gejala
keterampilan gerak (semata-mata) tetapi masyarakat social action”.
lebih kepada kemungkinan untuk Sumber data penelitian ini adalah
memperkembangkan daya ekspresi anak. narasumber yang mengetahui tentang tari
Tari harus mampu memberikan pengalaman Giring-giring di desa Setia Jaya. Peneliti
kreatif kepada anak-anak dan harus menggunakan sumber data primer dan
diajarkan sebagai salah satu cara untuk sekunder. Sumber data primer yang dimaksud
mengalami dan menyatakan kembali nilai antara lain ibu Kristina Rotang selaku penari,
estetik yang dialami dalam kehidupan. Ibu Silia selaku penari, Bapak Julfian selaku
penari, Bapak Yosafat selaku pemusik. Sumber
METODE PENELITIAN data sekunder, Ibu Tina selaku masyarakat
Dalam kegiatan penelitian revitalisasi setempat, Bapak Ambrosius Aam selaku suami
tari Giring-giring pada masyarakat dayak dari Alm ibu Tince.Data penelitian ini
banyadu Dusun Tekalong Desa Setia Jaya menggunakan data yang berkaitan dengan
Kecamatan Teriak Kabupaten kegiatan revitalisasi serta upaya yang
Bengkayangini peneliti menggunakan dilakukan dalam usaha untuk merevitalisasi
metode deskriptif.Menurut Widi (2010:84) tari Giring-giring. Data didapatkan dari hasil
“metode deskriptif merupakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi
penelitian yang mengumpulkan data untuk berupa video dan foto.
memberikan gambaran semua data/objek Teknik pengumpulan datadalam penelitian
penelitian kemudian dianalisis dan ini yaitu observasi, wawancara, dan
dibandingkan berdasarkan kenyataan yang dokumentasi. Observasi merupakan metode
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya pengumpulan data melalui pengamatan

3
langsung di lapangan atau lokasi terdapat di Kabupaten memiliki 18 desa yang
penelitian.Menurut Miles dan Hubeman salah satunya adalah desa Setia Jaya. Tari
(dalam Slameto, 2015:237) “paling tidak Giring-giring diperkenalkan oleh guru seni
dapat mencakup aspek: setting (lokasi budaya yaitu ibu Florida Tince (Alm) yang
penelitian), aktor (siapa yang akan merupakan penggiat seni di Kabupaten
diobservasi oleh aktor yang akan dijadikan Bengkayang. Di desa Setia Jaya inilah beliau
topik wawancara dan observasi), dan proses pertama kali menggajarkan kesenian tari
(sifat peristiwa yang dirasakan oleh aktor tradisional yaitu tari Giring-giring.
dalam setting penelitian)”.
Teknik dokumentasi adalah teknik HASIL PENELITIAN
yang digunakan untuk menjadi pendukung Bentuk Kegiatan Revitalisasi Tari Giring-
data-data yang diperoleh agar dapat giring
dipercaya dengan adanya bukti yaitu berupa 1. Pertemuan dengan narasumber pertama
foto-foto, rekaman berupa video yang (ibu Kristna Rotang)
hasilnya lebih akurat secara audiovisual. Pertemuan dilakukan pada hari Selasa
Menurut Muhajir (dalam Maizarti,2013:17) tanggal 29 Mei 2018 dengan menemui
analisis data merupakan upaya mencari dan narasumber yaitu ibu Kristina Rotang
menata secara sistematis catatan hasil bertempat di kediaman beliau di dusun
observasi, wawancara dan lainnya untuk Sentibak desa Setia Jaya. Beliau memaparkan
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap bahwa tari Giring-giring diajarkan oleh ibu
masalah yang diteliti.Teknik menguji Florida Tince (Alm) yang merupakan guru saat
keabsahan data dalam penelitian ini yaitu beliau duduk dibangku SD. Awal mula
triangulasi sumber. Menurut Sugiyono diajarkannya tari Giring-giring ini penari
(2010:330) triangulasi sumber untuk mengunakan aksesoris sederhana berupa tali
menguji kredibilitas data dilakuan dengan rapia yang dibentuk menyerupai rambut-
cara mengcek data yang diperoleh melalui rambut halus. Kemudian tali rapia yang
beberapa sumber. dibentuk menyerupai rambut-rambut
Menurut Miles dan Huberman (dalam halustersebut diikat pada pergelangan tangan
Sugiyono, 2016:337) langkah-langkah penari baik perempuan maupun laki-laki, tetapi
untuk menganalisis data terdiri dari 3 setelah mengalami perkembangan maka
tahapan, yaitu: 1)Reduksi data (Data dibuatlah pabayo yang berbahan dari bambu
Reduction)berarti merangkum, memilih hal- dengan ukuran panjang minimal 20 cm.
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal Atribut lainnya pada tari Giring-giring
yang penting, dicari tema dan polanya dan adalah garondong. Penari laki-laki
membuang yang tidak perlu. 2)Penyajian mengunakan mandau (tangkit’n) dan tameng
data (Data Display) dengan menyajikan (jabang’k) sebagai properti yang di pegang
data, maka akan dapat memudahkan untuk ketika menari. Garondong dan pabayo adalah
memahami apa yang terjadi, merencanakan dua atribut yang menjadi ciri khas dari tari
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang Giring-giring. Pembukaan tari Giring-giring
telah dipahami tersebut. 3) Verifikasi Data biasanya diawali dengan teriakan (tariu) yang
(Conclusion Drawing) kesimpulan awal dilakukan oleh penari laki-laki. Penari laki-laki
yang dikemukakan masih bersifat menjadi penari yang lebih dulu memasuki
sementara dan akan berubah bila tidak panggung yang kemudian disusul penari
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang wanita setelah mendengarkan tariu dari penari
mendukung pada tahap pengumpulan data laki-laki. Teriakan (tariu) merupakan kode
berikutnya. Penelitian revitalisasi tari untuk penari perempuan memasuki area
Giring-giring berlokasi di desa Setia Jaya panggung, kode untuk penari berganti pola
Kecamatan Teriak Kabupaten lantai. Gerakan penari laki-laki memiliki
Bengkayang.Salah satu kecamatan yang makna sebagai pembuka jalan agar bisa

4
dilewati ditandai dengan properti berupa yang disematkan garondong. Properti pada
mandau. Alat musik yang digunakan untuk penari laki-laki menggunakan mandau
menggiringi tari Giring-giring adalah agong (tangkit’n) dan tameng (jabang’k). Garondong
dan dau. Narasumber mengatakan bunyi juga dijadikan aksesoris di ikat di pergelangan
musik tari Giring-giring pada hentakkan kaki bagi penari laki-laki, sedangkan pada
kaki keempat itu senada dengan tabuhan penari perempuan garondong diikat
agong dan bunyi garondong yang diikat pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
pada pergelangan kaki penari. Jumlah Penari pada tari Giring-giring berjumblah
penari adalah 5 orang dengan 4 orang 7 orang dengan 6 penari perempuan dan 1
penari perempuan dan 1 orang penari laki- orang penari laki-laki.Pola lantai banyak
laki. menggunakan pola melingkar dengan penari
Busana penari wanita pada atasan laki-laki berada ditengah dan penari
menggunakan model baju berbentuk rompi perempuan bergerak menggelilingi penari laki-
tidak berlengan. Warna dominan adalah laki. Tari Giring-giring biasanya ditarikan
warna hitam dengan dipadukan garis sebagai tari penyambutan tamu-tamu besar.
berwarna merah. Untuk bawahan Alat musik yang mengiringi tari Giring-giring
menggunakan rok sebatas lutut yang juga adalah dau, tumba (ketubung), dan agong
diberi garis berwarna merah pada bagian (gong). Gerak tari hanya memiliki 1 ragam
ujung bawahnya. dan biasanya pada bagian gerak saja yang terus diulang-ulang selama
bawah baju dan bawah rok juga diberi menarikannya. Gerak kaki penari perempuan
garondong. Busana penari laki-laki pada pada saat menarikan tari giring-giring adalah
bagian atasan menggunakan bahan kulit gerak seperti menghentakkan kaki ke tanah
kayu dengan model rompi tidak berlengan, secara bergantian kaki kanan kemudian kaki
bawahannya menggunakan celana pendek kiri. Pada saat yang sama kedua tangan kanan
dan cawat. maupun kiri bergerak seperti menancapkan
Pola lantai pada tari Giring giring sesuatu ke bawah. Pada tahun 1985 ibu Sandia
hanya menggunakan 3 pola lantai saja yaitu dan kawan-kawan pernah mengikuti pentas
vertikal, horizontal, dan lingkaran. Pola seni yang diadakan di Sanggau Ledo dan
lantai pada tari Giring-giring adalah ketika mendapatkan juara pertama.
memasuki arena panggung penari berbaris
dengan garis pola vertikal, kemudian 3. Pertemuan dengan narasumber ketiga
membentuk pola horizontal dan selanjutnya (bapak Julpian)
lingkaran. Tari Giring-giring biasanya Pertemuan berikutnya adalah bertemu
ditampilkan sebagai tari penyambutan dengan bapak Julpian, pertemuan ini dilakukan
tamu-tamu besar seperti pada saat pada tanggal 2 Juni 2018 bertempat
peresmian geraja Santo Pius X Bengkayang dikediaman beliau di dusun Tekalong Desa
tahun 1989. Ketika ditarikan sebagai tari Setia Jaya. Beliau mengatakan bahwa penari
penyambutan maka ada prosesi menabur laki-laki menggunakan properti berupa mandau
beras kuning sebelum tari dimulai. (tangkit’n) dan tameng (jabang’k). Gerak
penari laki-laki lebih luas volume geraknya.
2. Pertemuan dengan narasumber kedua Dapat dilihat dari gerak penari laki-laki saat
(ibu Sandia) memainkan mandau dan tameng yang
Pertemuan selanjutnya peneliti dipegangnya baik itu ke arah bawah, keatas,
menemui narasumber kedua yaitu ibu kesamping, kekanan dan kekiri.
Sandia pada tanggal 30 Mei 2018, Saat menarikan tari Giring-giring pada
bertempat dikediaman beliau di jalan Uray bagian punggung dan dada penari dilukis
Dahlan kelurahan Bumi Emas Kecamatan dengan tato. Untuk bawahan penari laki-laki
Bengkayang. diperoleh data bahwa properti menggunakan celana pendek dan cawat. Pada
untuk penari perempuan berupa pabayo bagian kepala penari diikat dengan

5
menggunakan kain berwarna merah dan bagian tangan juga dilakukan gerak seperti
disematkan bulu burung ruai untuk menghentak kebawah dengan menggenggam
menambah kegagahan pada penari laki-laki. pabayo.Narasumber mengatakan gerakkan ini
Tari Giring-giring merupakan tarian untuk disebut dengan gerak Giring-giring. Berbeda
menyambut tamu kehormatan. Pemain dengan pada saat berjalan gerak pada saat
musik dengan jumlah personil 3 orang yang penari melakukan level bawah dengan posisi
diantaranya 1 orang memainkan gong, 1 kaki menjongkok gerak tangan menghentak
orang memainkan dau dan yang terakhir dilakukan kearah kiri kemudian dibalas kearah
memainkan tumba. kanan.

4. Pertemuan dengan narasumber ketiga 2. Proses latihan dengan narasumber ibu


(bapak Yosafat Lele) Sandia
Pertemuan dengan narasumber Selanjutnya pada proses pelatihan kedua
keempat dilakukan pada hari Minggu 3 Juni penari lakukan bersama ibu Sandia bertempat
2018 kediaman bapak Yosafat Lele di di kediaman beliau pada tanggal 3 Juni 2018.
dusun Tekalong desa Setia Jaya. Beliau Ibu sandia melakukan pergerakan dengan
merupakan salah satu pemusik yang melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri dan
memainkan musik iringan pada tari Giring- pada hitungan ke 4 beliau menghentakkan kaki
giring. Pada pertemuan ini beliau ke lantai. Gerak hentakkan kaki dilakukan
memaparkan saat belajar musik tari Giring- pada hitungan ke 4 dan ke 8. Gerak tangan
giring beliau masih duduk dibangku juga terlihat sama yaitu direntangkan dan
sekolah dasar. Ibu Florida Tince (Alm) telapak tangan menggenggan properti pabayo.
adalah adalah orang yang mengajarkan Gerak pada tangan juga seperti menancapkan
musik tari Giring-giring ini kepada beliau sesuatu ke arah bawah dilakukan pada
dan pada waktu itu bapak Yosafat Lele hitungan ke 4 dan ke 8.
memainkan alat musik yaitu dau. Tabuhan
musik adalah tabuhan yang diulang-ulang. 3. Proses latihan dengan narasumber
Tabuhan musik ini menjadi pendukung bapak Julpian
dalam tari Giring-giring. Bunyi pada Pelatihan berikutnya adalah bersama
tabuhan musik yang dimainkan selalu bapak Julpian bertempat dikediamannya di
seirama dengan hentakkan kaki penari. dusun Tekalong desa Setia Jaya pada tanggal 4
Juni 2018. Beliau memberikan dan
Proses Kegiatan Revitalisasi Tari Giring- menjelaskan gerak untuk penari laki-laki.
giring Gerak kaki selalu diawali dengan kaki kanan
1. Proses latihan dengan narasumber lalu kemudian gerak tangan memiliki gerak
ibu Kristina Rotang jangkauan yang agak luas dengan volume dan
Pelatihan materi gerak Pertama ruang yang besar.
dilakukan dengan narasumber pertama
yaitu ibu Kristina Rotang. Latihan gerak 4. Proses rekonstruksi gerak tari Giring-
pertama dilakukan di kediaman beliau di giring
dusun Sentibak desa Setia Jaya pada Setelah berlatih dengan 3 orang
tanggal 1 Juni 2018. Ibu kristina rotang narasumber yang merupakan penari tari
melakukan pergerakan dimulai dengan Giring-giring, maka peneliti melakukan
melangkah kaki kanan dan kemudian rekonstruksi gerak. Dengan menggabungkan
disusul kaki kiri. Langkah demi langkah materi gerak tari Giring-giring selama proses
pada hitungan ke 1 selalu dimulai dengan latihan yang dilakukan peneliti bersama
kaki kanan baru selanjutnya dibalas oleh dengan 3 orang narasumber yaitu ibu Kristina
kaki kiri. Kemudian pada hitungan ke 4 dan Rotang, ibu Sandia, dan bapak Julpian.Proses
ke 5 kaki dihentakkan ke lantai. Pada rekonstruksi adalah proses yang dilakukan

6
peneliti untuk menata ulang atau menata dan hitungan yang sama dengan penari
kembali gerak taridengan tetap bertumpu perempuan.Yang membedakan gerak kaki laki
pada gerak tari Giring-giring, serta laki dan perempuan adalah ruang gerak dan
menetapkan atau membakukan gerak volume gerak yang digunakan oleh penari laki-
tarinya. Tujuannya adalah agar saat laki lebih luas, dan besar. Gerak penari laki-
penyampaian gerak tari pada saat proses laki lebih lincah jika dibandingkan penari
latihan dapat dimengerti oleh para panari perempuan.
baru tari Giring-giring. Gerakkan penari perempuan saat
4.1 Rekonstruksi gerak kaki pada melakukan desain bawah ke 2 ujung kaki
penari perempuan dan penari laki- menjinjit dan tumit diangkat, posisi penari
laki menjongkok. Posisi kaki kanan maju sedikit
Posisi kaki penari diawali dengan kaki daripada kaki kiri, kemudian lutut untuk kaki
kanan dan kaki kiri berada ditempat. kiri menyentuh lantai dan posisi lutut kaki
Hitungan 1 kaki kanan diangkat melangkah kanan tidak menyentuh lantai. Bokong penari
kearah depan dan kaki kiri tetap berada di menduduki tumit kaki kanan dan kiri penari.
belakang kaki kanan. Kemudian pada Pada saat penari laki-laki saat melakukan
hitungan ke 2 dibalas oleh kaki kiri desain bawah adalah posisi kaki kiri penari
diangkat sedikit tetapi dengan posisi tetap laki-laki berlutut sedangkan kaki kanan maju
berada di belakang. Lalu pada hitungan ke kedepan dengan posisi tidak berlutut lutut kaki
3 disusul oleh kaki kanan dengan posisi membentuk siku-siku.
tidak berubah tetap berada di depan. Pada 4.2 Rekonstruksi gerak tangan pada penari
hitungan ke 4 barulah kaki kiri diangkat perempuan dan laki-laki
melangkah kearah depan dan dihentakkan Gerak tangan penari perempuan pada
ke lantai. Hentakkan kaki kiri dilakukan 2 awalan penari berdiri tegak dengan kedua
kali yaitu pada hitungan ke 4 dan ke 5 tangan direntagkan dengan telapak tangan
(double step). penari arahnya kedepan. Jari-jari kanan dan
Pada hitungan ke 4 posisi kaki berubah kiri dilipat dengan menggenggan properti
menjadi kaki kiri di depan dan kaki kanan berupa pabayo. Rentangan tangan tidak lurus
menjadi berada di belakang kaki kiri. Pada tetapi agak sedikit ditekuk membentuk sudut
hitungan ke 4 badan penari sedikit berupa siku-siku pada tangan penari. Pada
merendah. Setelah hitungan 1x4 selesai, hitungan awal 1, 2, dan 3 tangan tidak
hitungan ke 5 kaki kiri diangkat dan melakukan pergerakan. Kemudian pada
menghentak. Kemudian pada hitungan ke 6 hitungan ke 4 tangan diangkat sedikit
dibalas kaki kanan diangkat dengan posisi kemudian diturunkan sedikit seperti hendak
kaki kanan berada di belakang. Hitungan ke menancapkan sesuatu kearah bawah. Gerakan
7 dibalas lagi dengan mengangkat kaki kiri ini dituntaskan dengan sekali hitungan saja
posisi berada di depan. Pada hitunganke 8 yaitu pada hitungan ke 4 dan kembali
barulah kaki kanan diangkat dan dilakukan pada hitungan ke 5 dengan arah
dihentakkan ke lantai. torso penari arahnya serong depan kanan.
Gerak menghentak dilakukan dua kali Kemudian gerakkan tangan dibalas pada
pada hitungan 8 dan kembali pada hitungan hitungan ke 8 dan kembali kehitungan 1
1 (double step). Posisi kaki berubah dengan posisi torso serong depan kiri. Setelah
menjadi kaki kanan di depan sedangkan 1x8 hitungan awalan maka gerak tangan
kaki kiri berada di belakang. Pada hitungan kembali diulangi begitu seterusnya.
ke 8 badan agak merendah. Setelah Gerak tangan pada penari laki-laki
hitungan genap 1x8 maka gerakan kaki memiliki arah gerak ke kanan dan kiri memilki
penari diulangi kembali seperti saat awal ruang gerak lebih luas lincah. Gerak tangan
pergerakan. Gerak kaki pada penari laki- lebih bermain dengan properti tari berupa
laki dilakukan dengan gerakan langkah kaki tameng (jabang’k) pada tangan kiri dan

7
mandau (tangkit’n) pada tangan kanan. Pelatihan kedua bersama penari yang ada
Pada hitungan 1, 2, 3, dan 4 tangan kiri di desa Setia Jaya. Alasanya adalah desa setia
penari diayunkan kearah bawah samping jaya merupakan tempat kesenian tari Giring-
kanan, sedangkan tangan kanan posisinya giring tumbuh dan berkembang maka peneliti
mengangkat mandau (tangkit’n) keatas. ingin melibatkan kaum remaja yang ada di
Selanjutnya pada hitungan ke 5, 6, 7, dan 8 desa Setia Jaya untuk ambil bagian dalam
gerakan dibalas, dengan tangan kanan upaya revitalisasi tari Giring-giring. Proses
diayunkan kebawah samping kiri pelatihan tari Giring-giring yang kedua ini
sedangkan tangan kiri diangkat keatas. tidak melibatkan penari yang ada Bengkayang.
Gerak tangan penari laki-laki tidak berubah Karena jarak dan waktu yang ditempuh dari
meskipun saat melakukan level bawah. Bengkayang ke desa Setia Jaya memakan
waktu cukup lama yaitu ½ jam di perjalanan.
5. Pelatihan musik dengan pemusik tari Agar lebih efektif dan efisien. Proses pelatihan
Giring-giring oleh bapak Yosafat Lele dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan dengan
Alat musik yang digunakan adalah total 10 kali pertemuan.
berupa 1 buah gong, 1 set kenong, dan 1 Pada saat proses pelatihan peneliti
ketubung. Pada proses latihan ini bapak berperan sebagai informan kunci yang
Yosafat berusaha memainkan sekaligus menghubungkan atau mengkomunikasikan
menggingat kembali musik yang dulu gerak tari yang diajarkan oleh narasumber tari
pernah didengar dan dimainkan oleh beliau. Giring-giring kepada para penari tari Giring-
Proses latihan ini berlangsung dengan giring. Peneliti berperan sebagai media atau
sangat efektif dalam 2 kali pertemuan yang subjek utama (penghubung) yang mentransfer
didampingi oleh bapak Yosafat dan 5 kali gerak dari narasumber kepada penari baru tari
pertemuan latihan mandiri. Dimulai dari Giring-giring.
alat musik gong yang ditabuh dalam
hitungan penari adalah sebanyak 2x8, bunyi Hasil Kegiatan Revitalisasi Tari Giring-
gong dijadikan bunyi awalan. Kemudian giring
disusul dengan tabuhan kenong dan 1. Penampilan pertama tari Giring-giring
ketubung. Dalam upaya memperluas wilayah
pengenalan tari Giring-giring ini sebagaiaset
6. Proses pelatihan dengan penari tari kesenian tari tradisional lokal maka dilakukan
Giring-giring kerjasama antara peneliti dengan dinas Sosial
Proses latihan tari Giring-giring pemerintah daerah Kabupaten Bengkayang.
dilakukan peneliti sebanyak 2 kali dilokasi, Peneliti bertemu dengan Ibu Liberti Nungkat,
waktu, tempat, dan orang yang berbeda S.Sos., selaku Kepala Bagian Anak dan
pula. Pelatihan pertama yaitu bersama Perempuan.Pertemuan dilakukan pada tanggal
penari baru yang ada di Bengkayang. atas 16 Juli 2018, dan hasil pertemuan ini
pertimbangkan lokasi acara yaitu di membentuk sebuah kesepakatan bahwa tari
laksanakan di Bengkayang. Untuk Giring- giring ditampilkan pada acara Hari
menghemat biaya, dan waktu karena jarak Anak Nasional pada tanggal 23 Juli 2018 pada
antar persiapan pelatihan dengan pukul 08.00 WIB bertempat di Kantor Camat
pelaksanaan kegiatan yang singkat yaitu Kabupaten Bengkayang.
hanya 2 minggu masa pelatihan. Oleh
karena itu peneliti memutuskan untuk
memilih penari dan pemusik yang ada di
Bengkayang. Proses pelatihan dilakukan
selama 2 minggu dengan total 10 kali
pertemuan.

8
kesenian tari tradisional yaitu tari Giring-
giring. Jika dilihat dari karakteristik dari
sebuah festival maka festival tari Giring-giring
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
melibatkan orang banyak, ingin menunjukkan
eksistensi tari Giring-giring, tema yang
diangkat adalah revitalisasi tari Giring-giring,
dan sasaran spesifik peneliti adalah kaum
Gambar 1. Penampilan pertama tari muda yang ada di desa Setia Jaya.
giring-giring pada acara Hari Anak Mengedukasi kaum muda yaitu para
Nasional peserta yang ikut terlibat. Selama proses
2. Penampilan kedua diacara Kongres pelatihan berlangsung peneliti memberikan
Kebudayaan pengetahuan tentang semua aspek tentang tari
Kerjasama lainnya peneliti lakukan Giring-giring baik dari teknik dan prosedur
dengan Pemerintah daerah Kabupaten gerak tari Giring-giring, atribut tari Giring-
Bengkayang Dinas Pendidikan dan giring, iringan musik tari Giring-giring,
Kebudayaan. Pertemuan dilakukan pada bagaimana melakukan gerak tari dan properti
hari Senin tanggal 28 Mei 2018 peneliti tari sesuai dengan iringan musik agar terlihat
bertemu dengan Bapak Ahmad Sobari, selaras dan harmonis, memberikan ruang
M.Pd selaku Kepala Bagian kepada penari untuk bereksplorasi,
Kebudayaan.Hasil pertemuan ini membangun dan melatih kepercayaan diri
membentuk sebuah kesepakatan yaitu hasil mereka.
kegiatan pelatihan tari giring-giring ini akan Festival yang dilaksanakan merupakan
ditampilkan pada acara Kongres sebuah kompetisi maka ada indikator yang
Kebudayaan Kalimantan Barat yang akan dinilai.Oleh karena itu sajian yang
diselenggarakan oleh Balai Pelestarian ditampilkan haruslah memiliki bobot nilai seni
Nilai Budaya Kalimantan Barat yang akan dengan tetap berpijak pada ciri dan
dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 karakteristik dari tari Giring-giring itu
pukul 17.30 WIB bertempat di Aula Hotel sendiri.Selain itu peneliti juga ingin
Lala Golden Bengkayang. mengedukasi penonton yang ikut menyaksikan
penampilan dari para peserta dengan
memperkenalkan kembali tari Giring-giring
sehingga mereka tidak hanya sekedar
menonton tetapi tujuan dari peneliti untuk
mengajak mereka ikut dalam upaya pelestarian
kesenian tari Giring-giring tersebut. Wujud
dari fertival adalah sebagai berikut :
3.1 Tema Festival
Festival tari ini mengusung tema
“Revitalisasi Tari Giring-giring”.Alasan
Gambar 2. Penampilan kedua tari pemilihan tema ini adalah karena sesuai
Giring-giring pada acara Kongres dengan judul penelitian yaitu Revitalisasi Tari
Kebudayaan Giring-giring Pada Masyarakat Dayak
Banyadu Dusun Tekalong Kecamatan Teriak
3. Festival Tari Giring-giring di desa Kabupaten Bengkayang.
Setia Jaya 3.2 Tempat Waktu dan Pelaksanaan
Festival tari merupakan kegiatan atau Festival
strategi yang dipilih peneliti sebagai sarana Festival tari Giring-giring diadakan di
untuk mempertahankan atau pelestarian Desa Setia Jaya Kecamatan Teriak Kabupaten

9
Begkayang. Alasannyadalah disinilah terdiri dari 5 orang. Masing-masing dusun
tempat pertama kali tumbuh dan diwakili oleh 2 kelompok tim penyaji yang
berkembangnya kesenian tari Giring-giring. diantara nya kelompok rambune dan dara itam
Festival tari dilaksanakan di halaman adalah penyaji yang berasal dari dusun
SMPN 3 Teriak yang beralamat di jalan Tekalong. Kelompok dengan nama pabayo dan
raya desa Setia Jaya.Alasan peneliti tarigas adalah penyaji yang berasal dari dusun
memilih SMPN 3 Teriak adalah karena Sentibak. Syarat peserta festival adalah harus
memiliki halaman yang cukup luas jika remaja asli dari Desa setia Jaya yang berasal
dibandingkan dengan balai Desa Setia Jaya dari dusun Tekalong dan Sentibak, peserta
yang tidak memiliki halaman yang festival hanya diikuti oleh kaum remaja yang
memadai untuk berlangsungnya kegiatan berminat dan mau belajar tentang tari Giring-
festival tari Giring-giring, . Waktu giring.
pelaksanaan festival adalah, pada hari 3.7 Juri (tim penilai)
Jumat 26 Oktober 2018, pukul 09.00 WIB. Juri dalam festival ini terdiri dari 4 orang
3.3 Sasaran Penonton juri yang peneliti pilih 2 orang juri dipilih
Kaum muda khususnya remaja adalah berdasarkan latar belakang mereka dalam
sebagai sasaran utama dalam penelitian ini. pengalaman berkesenian kemudian 2 orang juri
Tujuan peneliti adalah agar selain peserta adalah juri umum. Juri pertama yang juga
festival maka kaum remaja yang ikut bertindak sebagai juri utama dan mengetahui
menonton perlombaan dapat mengenal dan banyak tentang tari Giring-giring adalah ibu
mengetahui keberadaan tari Giring-giring Kritina Rotang. Juri kedua adalah ibu Trivena
selain dari pada itu yang terpenting adalah Melina bertindak sebagai juri ketua yang
mengedukasi menumbuhkan rasa cinta memahami dan mengetahui aspek-aspek yang
terhadap kesenian tari tradisi lewat proses ada dalam sebuah penyajian tari. Juri ketiga
pelatihan sehingga dapat mencetak generasi dan keempat yaitu ibu Margarita R.Wollo,
pewaris tari Giring-giring. S.Th., dan Makrina Rina merupakan juri
3.4 Daya Tarik pendamping yang mewakili pandangan kaum
Daya tarik yang diangkat pada festival awam atau penonton.
ini yaitu tari Giring-giring. Tari Giring- 3.8 Tanggapan
giring memiliki satu ragam gerak saja Pada tanggal 26 Oktober 2018 bapak
walaupun hanya satu ragam gerak tetapi Hartono, S.Ag, selaku sekretaris desa Setia
tetap unik dan juga menarik. Karena gerak Jaya memberikan tanggapan bahwa kegiatan
tari didukung oleh musik serta properti tari revitalisasi merupakan kegiatan yang sangat
berupa pabayo dan garondong. Pola lantai positif dan semoga dapat terus dilakukan.
tari Giring-giring juga sangat sederhana Semoga semakin banyak kegiatan kesenian
berupa horizontal, vertikal, dan lingkaran. yang dapat melibatkan masyarakat khsusnya
Tetapi dalam hal ini peneliti memberi ruang kaum muda di desa Setia Jaya agar menjadi
kepada peserta untuk bereksplorasi dengan generasi muda yang aktif. Selain itu Beliau
pola lantai. memberi saran agar tari Giring-giring dapat
3.5 Musik Pengiring Tari dikembangkan dan dikreasikan agar lebih
Musik yang digunakan para peserta menarik dalam segi penyajiannya. Selain itu
menggunakan musik rekaman. Alasan peserta yang ikut terlibat merasa sangat senang
peneliti menggunakan musik rekaman karena sebagian dari mereka mengatakan
adalah untuk mengefektifkan biaya dan bahwa festival tari Giring-giring merupakan
juga waktu. pengalaman pertama mereka tampil didepan
3.6 Peserta orang banyak, sehingga mereka sanggat
Festival ini diikuti oleh 4 kelompok antusias karena memiliki pengalaman dalam
peserta dengan masing masing kelompok menari.

10
Gambar 3. Penampilan kelompok Gambar 4. Penampilan
rambune kelompok tariga

Gambar 5. Penampilan kelompok Gambar 6. Penampilan


pabayo kelompok

Hasil penilaian dari keempat juri terhadap individu dalam kehidupan bermasyarakat,
penampilan para peserta maka diperoleh : berbangsa, dan bernegara serta mengapresiasi
juara pertama tim tarigas, juara kedua tim dan mengembangkan diri melalui kesenian tari
dara itam, juara ketiga tim rambune, dan tradisional dan salah satunya adalah seni tari
juara keempat tim pabayo. Pada tim tarigas Giring-giring sehingga dapat mencetak
kekompakan, ketepatan gerak,serta generasi pewaris kesenian.
ketepatan teknikdalam menarikan tari 1. Pendidikan Formal
Giring-giring langkah kaki penari Hasil penelitian dikontribusikan lewat
perempuan berbeda jika dibandingkan jalur pendidikan Formal melalui Pendidikan
dengan langkah penari laki-laki yang formal yang merupakan jalur atau
memilki ruang dan volume gerak yang luas layananpendidikan yang berlangsung di
dan besar. kepercayaan diri dan kerapian sekolah, terstruktur, dan berjenjang, yang
pada masing-masing penari tampak jelas terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
jika dibandingkan dengan kelompok yang menengah, dan pendidikan tinggi. Melalui
lain. Oleh sebab itu kelompok tarigas pembelajaran seni budaya di sekolah penelitian
berhasil mendapatkan juara pertama. revitalisasi tari Giring-giring dapat
disampaikan lewat kegiatan apresiasi,
Kontribusi hasil Revitalisasi Tari Giring- eksplorasi, dan ekspresi.
giring terhadap dunia pendidikan
Pendidikan adalah upaya yang
terstruktur dan terencana dilakukan secara 2. Pendidikan Nonformal
sadar demi terciptanya suasana belajar dan Pendidikan nonformal adalah pendidikan
proses pembelajaran yang aktif dan efektif di luar sekolah diperlukan untuk mendukung
agar peserta didik dapat mengembangkan pendidikan yang lebih baik merupakan jalur
kemampuan yang ada pada dirinya untuk yang dilakukan diluar pendidikan formal atau
memilki kekuatan spiritual (agama), diluar sekolah namun dapat dilaksanakan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, secara terstruktur dan berjenjang pula, melalui
serta keterampilan yang diperlukan setiap kegiatan ekstrakurikuler tari dengan

11
melakukan kegiatan berupa latihan fisik. di desa Setia Jaya deng instasi Pemerintah
Kegiatan olah tubuh adalah kegiatan fisik Daerah Kabupeten Bengkayang untuk
yang dilakukan diawal yang bertujuan melestarikan tari Giring-giring kembali.
untuk mempersiapakan tubuh agar lebih Setelah mengenal dan mengetahui kembali tari
siap untuk melakukan kegiatan fisik Giring-giring peneliti berharap masyarakat di
Latihan gerak tari Giring-giring merupakan desa Setia Jaya dapat semakin mencintai dan
sesi memasuki gerak, pelatihan gerak memiliki kesenian tari Giring-giring sehingga
dengan menggunakan musik merupakan dari rasa mencintai dan memiliki ini
kegiatan bergerak bersama dengan musik masyarakat desa Setia Jaya dapat terus
iringan, hal ini dilakukan agar saat melestarikan tari Giring-giring.Masyarakat
menarikan tari Giring-giring dapat etnik Dayak mampu menjaga kesenian tari
dilakukan dengan baik dan benar. giring-giring serta mempertahankan
keberadaan kesenian tari Giring-giring didalam
KESIMPULAN DAN SARAN kebudayaan tradisional. Penelitian ini bagi
Kesimpulan dunia pendidikan dapat membantu untuk
Berdasarkan hasil pengolahan dan meningkatkan kesadan akan pentingnya
analisis data yang telah dilakukan kebudayaan tradisional khususnya tradisional
disimpulkan bahwa bentuk kegiatan daerah setempat.
revitalisasi tari Giring-giring dilakukan
dengan beberapa kegiatan diantaranya DAFTAR RUJUKAN
adalah observasi awal yang dan wawancara Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari.
yang dilakukan untuk menggali informasi Yogykarta: Pustaka
lewat narasumber ibu Kristina Rotang, ibu Maizarti. 2013. Ketika Tari Adat Ditantang
Sandia, bapak Julpian, bapak Yosafat Lele. Revitalisasi. Yogyakarta: Media Kreativa
Tahap-tahap proses kegiatan Masunah, Juju dan Tati Narawati, 2003. Seni
revitalisasi tari Giring-giring adalah proses dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat
latihan gerak dengan narasumberdan proses Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
latihan dengan penari baru Tari Giring- Seni Tari Tradisional (P4ST) UPI
giring.Tari Giring-giring mendapatkan Saputro Johan. 2014. Perencanaan Event
warna baru dalam penyajiannya, baik dari Management Festival Kesenian
segi gerak tari Giring-giring maupun unsur- Yogyakarta Sebagai Media Komunikasi
unsur pendukung lainnya. Tari Giring- identitas Yogyakarta. Yogyakarta:
giring ditampilkannya pada acara Hari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Anak Nasional, acara Kongres Sumaryono, Suanda, Endo. 2006. Tari
Kebudayaan, dan festival revitalisasi tari Tontonan. Jakarta: Lembaga Pendidikan
Giring-giring di desa Setia Jaya. Seni Nusantara
Tujuan pendidikan memberikan Slameto. 2015. Metode Penelitian dan Inovasi
layanan pendidikan kepada peserta didik Pendidikan. Salatiga: Universitas Kristen
untuk gembangkan potensi-potensi agar Satya Wacana
dapat berguna serta bermanfaat bagi orang Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
banyak. Hasil penelitian dikontribusikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
melalui 2 jalur pendidikan yaitu pendidikan R&D. Bandung: Alfabeta
formal yaitu melalui mata pelajaran seni Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan
budaya disekolah, pendidikan nonformal Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
melalui kegiatan ekstrakurikuler tari. R&D. Bandung: Alfabeta
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi
Saran Penelitian Sebuah Pengenalan dan
Beberapa saran yang disampaikan Penentuan Langkah Demi Langkah
setelah pelaksanaan penelitian ini adalah Pelaksanaan Penelitian. Surabaya: Graha
Perlu adanya kerjasama antara masyarakat Ilmu

12

You might also like