Professional Documents
Culture Documents
1
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
Desa Wisata Kandri mempunyai luas berbentuk pertunjukan musik yang memakai
wilayah 245,490 ha, terbagi menjadi 4 RW alat musik gembur, kendhang, karon, telon,
dan 26 RT. Setiap RW mempunyai ciri khas kempling dan kemanak yang hampir sama
nya masing-masing, misalnya di RW I dengan alat yang digunakan pada musik
mempunyai nama wisata edukasi yang akan rebana, dan bersifat dinamis yang dalam
dijadikan sebagai kampung Inggris dan perkembangannya berubah seperti
pendidikan alam, sedangkan di RW II terdapat penambahan alat keyboard dan gitar yang
arena perkebunan yang dilengkapi dengan tidak meninggalkan ciri khas kesenian
aneka buah, selain itu juga bisa dijadikan Kempling. Kesenian Kempling mempunyai
sebagai tempat untuk outbond, kemudian di wujud dengan adanya penyanyi, pemain
RW III sebagai kawasan budaya dan untuk kendang, pemain gembur, pemain karon,
pementasan kesenian berupa wayang kulit, pemain telon, pemain tipung dan pemain
wayang suket, ketoprak, jathilan, dan kemanak. Kesenian musik Kempling dalam
kesenian lesung. Kelurahan Kandri termasuk pertunjukannya memainkan lagu dengan lirik-
desa wisata yang ada di Semarang dan Desa lirik berbahasa Jawa dan Indonesia yang
Kandri mempunyai kekayaan seni dan budaya bernuansa Islami. Lagu yang dimainkan
yang tidak kalah menariknya jika seperti sholawat, puji-pujian, lagu Jawa dan
dibandingkan dengan desa wisata lainnya di adanya lagu hiburan berupa dangdut, pop,
Jawa Tengah. Ada kesenian di Semarang reggea, rock dan melayu. Kesenian Kempling
seperti tari Geol Denok, tari Gado-gado, adalah pertunjukan rakyat yang memiliki
Gambang Semarang dan salah satunya adalah fungsi selain sebagai media hiburan bagi
musik Kempling yang berada di Desa Wisata masyarakat umum tetapi juga digunakan
Kandri. (Wawancara : Masduki 21 Februari sebagai media komunikasi untuk
2017) menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya
Kesenian Kempling merupakan dimana kesenian musik Kempling pada jaman
kesenian yang sudah ada pada jaman Sunan Sunan Giri digunakan untuk media
Giri yang terdiri dari sembilan orang dan berdakwah. Pada tahun 1990an Kesenian
digunakan sebagai alat untuk berdakwah. Kempling sering dipentaskan untuk
Pada jaman Sunan Giri Kesenian Kempling memperingati acara hajatan, penyambutan
disajikan dalam bentuk musik rebana dengan tamu dan hari-hari besar lainnya. Keberadaan
alat musik seperti kempling, gembur, Kesenian Kempling saat ini tidak seperti di
kemanak, kendang, ketipung, telon, dan tahun 1990an dan mengalami penurunan dari
karon. Namun seiring berjalannya waktu yang sebulan bisa lima kali tampil namun
kelompok kesenian Kempling yang berdiri sekarang kurang lebih hanya dua kali
sejak tahun 1962 sempat berhenti dalam pertunjukannya. Mundurnya minat
mempertunjukan musik Kempling dari tahun masyarakat terhadap Kesenian Kempling
2010, hingga akhirnya melalui tangan para salah satunya karena masyarakat melihat
seniman Semarang, Kesenian Kempling bahwa kesenian Kempling dalam
diaktifkan kembali dan ditambah dengan alat pertunjukkannya sudah dianggap tidak cocok
musik seperti keyboard dan gitar di Desa dengan era modern tahun 2017 ini, pada
Kandri pada tahun 2016, kesenian Kempling tahun 2017 masyarakat lebih memilih untuk
juga berbeda dengan musik rebana dimana menikmati dan berkecimpung dalam
tidak memakai tamborin dan terbang sebagai kesenian-kesenian kreasi baru. (Wawancara :
alat musik. (Wawancara : Masduki 21 Masduki 21 Febuari 2017)
Februari 2017) Desa Wisata Kandri merupakan desa
Kesenian Kempling merupakan kesenian wisata di Kota Semarang dimana masyarakat
tradisional mempunyai ciri-ciri yaitu di desa tersebut secara tidak langsung turut
2
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
3
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
permasalahan yang dikaji. Sumber tersebut kreativitas musik yang dilakukan oleh grup
digunakan sebagai landasan pemikiran untuk kesenian kentongan Adiyasa dapat dilihat dari
mengkaji dan menganalisa permasalahan beberapa hal. Hal pertama yang menunjukan
yang berhubungan dengan “Pengembangan kreativitas musik dari grup kesenian
Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian kentongan Adiyasa adalah pembawaan lagu
di desa Wisata Kandri kota Semarang”. yang dibuat menjadi medley. Hal ini sering
Tinjauan pustaka dikembangkan melalui dilakukan oleh grup kesenian kentongan
penelaahan terhadap sumber-sumber buku Adiyasa saat melakukan pementasan. Dengan
dan skripsi secara mendalam, seperti hasil memainkan beberapa macam lagu menjadi
penelitian berikut Penelitian Bagus Nirwanto satu, grup kesenian kentongan Adiyasa
(2015) yang berjudul “Musik Hadroh Nurul menggunakan bridge. Variasi penggunaan
Ikhwan Di Kabupaten Pemalang : Kajian bridge pada saat pementasan menunjukan
Aransemen dan Analisis Musik”. Hasil kreativitas yang dimiliki oleh grup kesenian
penelitian tersebut membahas mengenai kentongan Adiyasa. Selain itu kreativitas
Hadrah merupakan kesenian musik Islam musiknya juga dapat dilihat dari pengolahan
yang ditampilkan dengan iringan-iringan dan pengembangan unsur musiknya, yaitu
rebana (alat perkusi) sambil melatunkan melodi dan ritmis.
syair-syair serta pujian terhadap Nabi Keempat, penelitian Syahrul Syah Sinaga
Muhammad SAW. Nurul Ikhwan merupakan (2001) yang berjudul “Alkulturasi Kesenian
kelompok musik Hadrah di Kabupaten Rebana”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Pemalang yang dalam komposisi musiknya kesenian Rebana adalah merupakan salah
menambahkan alat musik moderen, yakni satu jenis dari beberapa kesenian tradisional
keyboard, sehingga kelompok musik Hadrah yang bernafaskan Islam yang cukup pesat
Nurul Ikhwan sangat menarik dan berbeda berkembang di Jawa Tengah. Kesenian ini
dengan musik Hadrah pada umumnya. Terkait menurut fungsinya sangat berarti bagi
hal tersebut peneliti tertarik untuk masyarakat pendukungnya di samping
menjadikan Nurul Ikhwan sebagai obyek sebagai media dakwah, dzikir, berfungsi pula
penelitian. sebagai sarana hiburan baik bagi masyarakat
Kedua, penelitian Abdul Rachman yang pelaku maupun pengguna. Kesenian rebana
berjudul “Musik Tradisional Thong – thong yang berkembang di Jawa Tengah pada
Lek di Desa Tanjungsari Kabupaten kenyataannya terbagi menjadi tiga versi yaitu
Rembang”. Hasil dari penelitian menunjukkan versi Pekalongan, Semarangan dan Demak
bahwa kesenian tradisional Thong thong Lek sebagai hasil dari akibat akulturasi budaya
yang semula fungsinya hanya membangunkan atau kontak budaya, seperti adanya
orang sahur pada bulan Ramadhan, tetapi kini penambahan alat musik barat, bentuk dan
keberadaan musik tradisional Thong – thong irama, syair atau lirik yang dibawakan.
Lek ikut meramaikan kota Rembang padaa Keempat penelitian yang pernah
bulan Ramadhan. Thong – thong Lek pada dilakukan tersebut berbeda dengan penelitian
perkembangannya ada dua jenis, yaitu jenis yang akan dilakukan tetapi sangat bermanfaat
tradisi dan jenis elektrik. Semua alat untuk studi awal dan membantu memberikan
diletakkan di atas panggung kecuali konsep-konsep yang bisa diperlukan. Sebab,
kenthongan dibawa sendiri oleh pemainnya pencapaian yang ditargetkan dalam penelitian
berjalan di depan mobil panggung tersebut. ini adalah informasi tentang Pengembangan
Ketiga, penelitian Wahyu Sigit Sasongko, Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
(2017) yang berjudul “Kreativitas Musik Pada di Desa Wisata Kandri Kota Semarang oleh
Grup Kentongan Adiyasa di Kabupaten masyarakat untuk melestarikan Kesenian
Banyumas”. Hasil penelitian menunjukan
4
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
Musik Kempling di Desa Wisata Kandri kota : triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
Semarang. triangulasi waktu.
5
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
karena pegang itu bisa terlepas kalau kecil, pemain kempling besar, pemain
genggam dengan kuat ilmu yang didapat tidak kendang, pemain kemanak dan penyanyi atau
akan lepas atau dilupakan, (4) Gembur besar penyair lagu.
bermakna gegem watak yang berarti genggam Setelah Jaman Sunan Giri dan Sunan
sifat yaitu manusia harus mempunyai sifat Kalijaga, kini warga yang sadar pentingnya
baik dan harus menggenggam atau menjaga kesenian tersebut mulai tergerak untuk
sifat baik tersebut agar tidak terpengaruh oleh melakukan pelestarian dan menjaga kesenian
sifat takabur dan sifat jelek, dari kedua alat tersebut agar tetap dicintai oleh masyarakat.
gembur besar dan gembur kecil mempunyai Gerakan masyarakat untuk memulai kembali
arti manusia hidup di dunia harus saling kesenian Kempling pada tahun 1962 dan
membantu tanpa pandang jabatan, harta, dan dipertunjukan di berbagai tempat pengajian.
kasta, (5) Karon mempunyai makna manusia Semenjak tahun 1962 kesenian Kempling
harus berpegang teguh dengan pendiriannya dikelola oleh Bapak Samsi, peran Bapak Samsi
tidak mengikuti dan terpengaruh oleh orang selaku penanggung jawab sangat membantu
lain, (6) Telon bermakna telu lungon yang dalam upaya melestarikan Kesenian Kempling.
berarti tiga pergi yaitu manusia adalah Bapak Samsi tidak hanya sebagai pengelola
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan pelatih kesenian Kempling namun juga
maka manusia harus saling membantu dalam ikut menjadi pemain dalam Kesenian
segi ekonomi dengan cara sedekah, infak dan Kempling. Bapak Samsi selain menjadi
zakat. penanggungjawab juga menjadi pemusik serta
Setelah jaman Sunan Giri berakhir maka merangkap vokal ketika pertunjukan Kesenian
kesenian Kempling dilanjutkan oleh Sunan Kempling dipertunjukan.
Kalijaga yang merupakan orang seni asli Jawa. Kesenian Kempling terus berjalan sampai
Kesenian Kempling pada jaman Sunan 3 generasi dan pada tahun 2008 dilanjutkan
Kalijaga mengalami perkembangan yaitu oleh Bapak Masduki, namun pada tahun 2010
dengan penambahan alat musik kendang, upaya pelestarian kesenian Kempling berhenti
ketipung dan kemanak. Ketiga alat tersebut berjalan karena kesibukan. Hingga pada tahun
mempunyai makna seperti, (1) kendang 2012 desa Kandri menjadi desa wisata dan
bermakna manusia harus memegang teguh Bapak Masduki menjadi anggota Kelompok
pendiriannya dari awal hidup dampai mereka Sadar Wisata (POKDARWIS) pelestarian
mati, (2) ketipung bermakna manusia harus kesenian Kempling dimulai kembali dengan
memiliki rasa percaya diri, (3) kemanak mengadakan pertunjukan dan pelatihan.
bermakna manak atau lahir yaitu bentuk alat Perkembangan Kesenian Kempling di Desa
musik kemanak yang terbuat dari besi Kandri Kota Semarang dimulai sejak tahun
menyerupai alat kelamin wanita tempat 2016 oleh anggota Kenenian Kempling dan
keluarnya manusia untuk lahir di dunia maka para pecinta seni di Desa Kandri.
harus menghormati ibu dan menghargai Berikut merupakan hasil wawancara
kehidupan. Kesenian Kempling pada Sunan yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak
Kalijaga masih digunakan untuk berdakwah Samsi selaku mantan penaggungjawab
menyebarkan agama Islam ditanah Jawa kesenian Kempling dan pelatih Kesenian
sampai dikenal luas oleh masyarakat pada Kempling pada tanggal 3 Oktober 2017 yang
jamannya. Lagu – lagu yang dibawakan masih mengatakan tentang sejarah sanggar sebagai
sama seperti jaman Sunan Giri yaitu tembang berikut :
– tembang Jawa dan sholawatan. Bentuk “....kesenian Kempling telah ada sejak jaman
pertunjukan Kesenian Kempling berupa Sunan Giri, kesenian Kempling pernah
mengalami kevakuman selama 2 tahun juga
pemain karon, pemain telon, pemain gembur setelah desa Kandri menjadi desa wisata,
kecil, pemain gembur besar, pemain kempling sehingga pada tahun 2012 saya dan teman-
6
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
7
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
8
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
masyarakat melakukan pengembangan dalam keyboard, gitar dan kethuk. Pada tahun 1962
segi pembawaan lagu agar dapat terus permainan alat musik kesenian Kempling
dinikmati oleh masyarakat. Pengembangan sangat sederhana yang hanya menggunakan
lagu yang terdapat dalam Kesenian Kempling kempling, gembur, karon dan telon saja namun
di Desa Kandri Kota Semarang terdapat pada seiring berkembangnya waktu pada tahun
lagu yang dibawakan yaitu adanya lagu 2012 dalam pertunjukan Kesenian Kempling
populer dan dangdut sebagai langkah menarik menambahkan alat keyboard dan gitar sebagai
masyarakat agar menyukai kesenian seperti alat musik melodi agar penyanyi bisa
penambahan lagu Suket Teki, Lungset dan menentukan nada yang sesuai dan terkesan
Surat Cinta Untuk Starla. Namun penambahan lebih ramai dan enerjik dengan adanya saut –
genre dan lagu – lagu dalam kesenian sautan tabuh dan melodi saat dimainkan.
Kempling dilakukan dikarenakan
menyesuaikan permintaan dari penanggap Pengembangan Pertunjukan
kesenian. Jika sebenarnya Kesenian Kempling Pada tahun 1962 pertunjukan kesenian
dalam pertunjukannya biasa melantunkan Kempling hanya mempertunjukan musik saja
tembang jawa dan sholawatan, namun sebagai iringan pengajian sholawatan dan puji-
dikarenakan permintaan dari penanggap pujian. Tahun 2012 Kesenian Kempling dalam
meminta lagu – lagu populer dan dangdut petunjukannya mengalami perubahan seperti
dengan durasi pertunjukan 4 jam. Jadi materi dipertunjukkan dengan tari dan wayang. Pasar
yang harus di pelajari oleh pemusik kesenian Gunungpati adalah sebuah karya dari seniman
Kempling harus banyak dan siap untuk Kesenian Kempling dimana iringan tari yang
memainkan lagu sesuai keinginan penanggap. dibuat adalah lagu yang menceritakan desa-
Berikut merupakan hasil wawancara peneliti dessa yang ada di desa Wisata Kandri dan
bersama dengan Bapak Masduki selaku ketua tarian yang memiliki makna kehidupan warga
Kesenian Kempling pada tanggal 27 dan mata pencaharian di wilayah Kecamatan
September 2017 adalah sebagai berikut : Gunungpati yang merupakan kecamatan dari
“...pengeembangan durasi waktu dan lagu Desa Kandri Kota Semarang.
dalam kesenian Kempling sebenarnya tinggal
menyesuaikan siapa yang nanggap mas,
paling lama waktu tampil dan banyaknya Pengembangan Kostum
lagu yang dibawakan kesenian Kempling di Kelompok Kesenian Kempling yang
pertunjukan sampai 4 jam namun pernah melestarikan Kesenian Kempling di Desa
hanya main selama 5-10menit di Lawang Kandri Kota Semarang melalui upaya
Sewu, jadi perkembangan lagu yang
dibawakan yaa menyesuaikan permintaan pengembangan kesenian salah satunya yaitu
dan durasi permintaan dari penanggapnya pengembangan kostum yang terdapat dalam
mas”. Kesenian Kempling. Pada tahun 1962 sampai
Pergembangan lagu dalam kesenian 2008 kostum yang dipakai adalah baju koko
Kempling di Desa Kandri Kota Semarang dapat putih, sarung dan kopyah. Dengan kostum
di kreasikan lagi sesuai permintaan dari yang sederhana dan bernuanasa Islam
penanggap kesenian namun dalam proses kesenian Kempling dapat bertahan dalam
pergembangan tetap berpegangan pada ciri tahun 1962 sampai 2008, kostum pada
khas kesenian Kempling yang sudah ada. rentang tahun 1962 sampai 2008 adalah milik
pribadi dan setiap pemain harus punya dan
Pengembangan Alat Musik dirawat sendiri. Adapun pengembangan
Pengembangan alat musik dalam kesenian kostum pasa tahun 2012 sampai sekarang
Kempling yang terdapat di Oemah Alas Desa dalam kesenian Kempling mempunyai 3
Kandri Kota Semarang dilakukan dengan kostum yaitu kostum lurik, kostum merah dan
penambahan alat musik berupa kendhang, kostum biru dengan sarung sebagai penutup
9
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
badan bagian bawah dan ikat sebagai penutup akhirnya menciptakan pengembangan
kepala. Kesenian Kempling dengan sebuah tarian dan
Pengembangan musik, alat musik, bentuk wayang. Kesenian Kempling yang
pertunjukan dan kostum dalam Kesenian dikembangkan Bapak Masduki dan para
Kempling di Desa Kandri Kota Semarang pelaku seni di Kota Semarang mendapat
dilakukan agar keberadaan Kesenian Kempling respon yang sangat baik oleh masyarakat,
di Kota Semarang tetap terjaga dan tetap Hingga akhirnya dari tahun 2012 menuju ke
dinikmati oleh masyarakat di Kota Semarang tahun 2017 Kesenian Kempling terus
dan sekitarnya. Kelompok Kesenian Kempling mengalami perbaikan pengembangan baik
Desa Kandri Kota Semarang berperan aktif dari segi Lagu, Alat Musik, Pertunjukan dan
dalam pengembangan Kesenian Kempling, hal Kostum.
ini dilakukan agar kesenian Kempling tetap Pertunjukan Kesenian Kempling pada
dapat menarik masyarakat dan dapat tahun 2012-2017 kurang lebih berdurasi
menyesuaikan pengembangan jaman dengan sekitar 10 menit, namun hal tersebut bisa
berpatokan pada nilai-nilai tradisi yang sudah berubah-ubah sesuai dengan permintaan dari
ada. Kesenian Kempling dari awal mula penanggap kesenian. Pengembangan Kesenian
terbentuk hingga tahun 2017 mengalami Kempling terus berjalan dengan mengadakan
pengembangan-pengembangan dalam bentuk kegiatan pelatihan musik yang terbuka dan
pertunjukannya. Berikut merupakan rutin melalui Kelompok Kesenian Kempling
penjelasan singkat proses pengembangan kepada masyarakat Kota Semarang.
kesenian Kempling. Pengembangan Kesenian Kempling di tahun
2012-2017 memang banyak baik dari segi
Pengembangan Kesenian Kempling lagu, alat musik, pertunjukan dan kostumnya
Pengembangan Kesenian Kempling namun hal tersebut tidak lepas dari nilai-nilai
menuju ke tahun 2009 mulai mengalami yang ada dan tetap mempertahankan keaslian
penurunan dalam pertunjukannya hal ini kesenian Kempling yang ada pada tahun 1962.
dikarenakan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti banyaknya para Kendala dalam Pengembangan Kesenian
pemain kesenian Kempling yang bekerja serta Kempling di Desa Wisata Kandri Kota
munculnya kesenian-kesenian kreasi baru yag Semarang
digemari masyarakat pada tahun 2009. Hal Kesenian Kempling dalam
tersebut menyebabkan keberadaan kesenian pengembangannya memiliki kendala yaitu :
Kempling mulai jarang ditemui sehingga
lambat laun minat masyarakat mulai menurun Pemuda Belum Sadar Untuk Melestarikan
dalam menikmati kesenian Kempling. Pada Kesenian Kempling
tahun 2010 Kesenian Kempling mengalami Generasi muda dibutuhkan untuk
kevakuman baik dari pemainnya maupun meregenerasi kelompok kesenian Kempling
penikmat seninya. supaya kesenian Kempling bisa dilestarikan
Kevakuman Kesenian Kempling dan ide-ide kreatif dari para pemuda untuk
berlangsung hingga tahun 2012 dimana Desa mengembangkan kesenian Kempling agar
Kandri dipilih menjadi desa wisata salah satu disukai oleh masyarakat.
tokoh yaitu Bapak Masduki mencoba
membangkitkan kembali kesenian Kempling Waktu Bagi Pemain Yang Bekerja
dan mengemas kesenian Kempling menjadi Para pemain kesenian Kempling yang
kesenian yang bisa dinikmati oleh semua bekerja mayoritas umur 30 tahun tidak bisa
kalangan masyarakat. Bapak Masduki dibantu mengikuti pelatihan atau pementasan karena
oleh para pecinta seni di Kota Semarang
10
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
terbentur atau bertabrakan dengan jam kerja Mencari Tanggapan dengan Cara
mereka. Kerjasama dengan Pemerintah,
Masyarakat, dan Teman antar Anggota
Pementasan yang diperoleh dari kerja
Belum Adanya Perusahaan Atau Organisasi
sama dengan masyarakat, teman antar
yang Memasarkan dan Menyebarluaskan
anggota, dan pemerintah digunakan untuk
Kesenian Kempling Secara Rutin
kepentingan pementasan kesenian Kempling
Pengembangan kesenian Kempling
dan kepentingan para pemain. Kepentingan
belum dapat diketahui secara luas. Hal ini
pementasan ini seperti mencari dana dan
dikarenakan belum adanya perusahaan dalam
supaya kesenian Kempling dapat dikenal oleh
bidang hiburan seperti perusahaan rekaman
masyarakat luas.
yang memasarkan pementasan kesenian
Kempling. Di Kota Semarang ini hanya
SIMPULAN
beberapa kali saja tampil dibeberapa desa,
Kesenian Kempling merupakan
televisi seperti MNCTV dan METRO TV
kesenian yang berada di Desa Kandri Kota
sehingga belum banyak diketahui masyarakat.
Semarang dan dilestarikan oleh Kelompok
Kesenian Kempling. Kesenian Kempling
Upaya Mengatasi Kendala dalam
muncul kembali di tengah masyarakat desa
Pengembangan Kesenian Kempling di Desa
Kandri berawal dari niat para seniman dan
Wisata Kandri Kota Semarang
masyarakat di Desa Kandri yang ingin
Upaya yang dilakukan untuk
membangkitkan dan melestarikan kembali
mengatasi kendala yang terjadi adalah sebagai
kesenian Kempling melalui Kelompok
berikut :
Kesenian Kempling. Sejarah kesenian
Kempling dibentuk oleh Sunan Giri yang
Mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan
bertujuan untuk berdakwah menyebarkan
Kelompok kesenian Kempling
agama Islam dalam bentuk kesenian. Setelah
melakukan sosialisasi dengan memberikan
jaman Sunan Giri berakhir maka kesenian
materi bagaimana kesenian Kempling
Kempling dilanjutkan oleh Sunan Kalijaga
terbentuk dan fungsinya agar pemuda sadar
yang merupakan orang seni asli Jawa.
akan pentingnya menjaga kesenian Kempling
Kesenian Kempling pada jaman Sunan
guna menumbuhkan dan mempertahankan
Kalijaga mengalami perkembangan yaitu
keseninan Kempling. Para pemuda diajak
dengan penambahan alat musik yaitu
untuk mengikuti pelatihan dan diberi
kendang, ketipung dan kemanak. Setelah
tanggungjawab untuk melestarikan kesenian
jaman Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, kini
Kempling supaya pemuda tergerak hatinya
warga yang sadar pentingnya kesenian
untuk terus mengembangkan kesenian
tersebut mulai tergerak untuk melakukan
Kempling.
pelestarian dan menjaga kesenian tersebut
agar tetap dicintai oleh masyarakat. Gerakan
masyarakat untuk memulai kembali kesenian
Mengatur Pemain yang Tampil
Kempling pada tahun 1962 dan dipertunjukan
Para pemain yang tidak bisa mengikuti
di berbagai tempat pengajian. Hingga pada
pelatihan atau pementasan karena jam
tahun 2012 desa Kandri menjadi desa wisata
bekerja maka akan digantikan oleh pemain
dan kesenian Kempling dimulai kembali
pengganti, jika pemain pengganti tidak bisa
dengan mengadakan pertunjukan dan
maka salah satu atau dua orang untuk
pelatihan.
bermain alat musik lebih dari satu.
Upaya pengembangan yang dilakukan
adalah Pengembangan Kesenian Kempling
11
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
12
Indonesian Journal of Conservation 7 (1) (2018): 1-14
Rosdakarya.Murtana, I Nyoman. (2011). Strategi Sedyawati, Edi. (1984). Tari : Tinjauan Dari
Pelestarian Seni Sakral Menuju Berbagai Segi. Jakarta : Pustaka Jaya.
Pembentukan Program Studi Cagar Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni
Budaya. ISI Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan.
Nirwanto, Bagus. (2015). “ Musik Hadroh Nurul Sinaga, Syahrul Syah. (2001). Akulturasi Kesenian
Ikhwan Di Kabupaten Pemalang : Kajian Rebana. Harmonia Jurnal pengetahuan dan
Aransemen dan Analisis Musik”. Pemikiran Seni. Vol 2, No 3.
Prestisa, Galuh. (2013). Bentuk Pertunjukan Dan Sinaga, Syahrul Syah. (2006). Fungsi dan Ciri Khas
Nilai Estetis Ksenian Tradisional Terbang Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah.
Kencer Baitussolikhin Di Desa Bumijawa Harmonia Jurnal pengetahuan dan
Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Pemikiran Seni. Vol 7, No 3.
Harmonia Jurnal. Vol 2, No 1. Semarang: Soedarsono, R. M. (1991). Seni Pertunjukan
sendratasik unnes Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta :
Pontoh, Nia Kumasih. (1992). http:// Depdikbud.
www.scribd.com/ doc/ 148998463/ Soedarsono, R. M. 1978. Pengantar Pengetahuan
Pengertian- Pelestarian# scribd dan Komposisi Tari. Yogyakarta : ASTI
Rachman, Abdul. “Musik Tradisional Thong–Thong Yogyakarta.
Lek di Desa Tanjungsari Kabupaten Soeharto. M. (1992. Kamus Musik. Jakarta
Rembang”, dalam harmonia edisi khusus Sondang, P. Siagian. (2012. Teori Motivasi dan
dies natalis unnes xlii maret 2007, Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
halaman 72-77. Semarang: sendratasik Sugiarto, Eko. (2013). Nilai-Nilai Karakter dalam
unnes Pembelajaran Apresiasi Seni Berbasis
Risang Ayu, Miranda. (1996, “Problem Multikultural. Jurnal sabda. Volume 8,
Pengembangan Seni Kontemporer Islam, tahun 2013: 52-62.
Jakarta:Yayasan Festival Istiqlal”. Sugiarto, Eko, Tjetjep Rohendi Rohidi, & Dharsono
Rochaeni, Eni. 1980. Seni Musik Tiga. Bandung : Sony Kartika. (2017). The Art Education
Ganesa Exact. Construction of Woven Craft Society in
Rohendi, Tjetjecep Rohidi. ( 2011). Metodologi Kudus Regency. Harmonia: Journal of Arts
Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Research and Education 17 (1), 87-95.
Nusantara Sugiyono. (2010. Metode Penelitian Pendidikan
Rohidi, Tjetjep. Rohedi. Pendekatan Sistem Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&B.
Sosial Budaya dalam Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Semarang: IKIP Press. Sumarsono. (1993). Pemertahanan Bahasa Loloan
Sasongko, Wahyu Sigit. (2017). Kreativitas Musik di Bali. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pada Grup Kentongan Adiyasa di Pengembangan Bahasa.
Kabupaten Banyumas. Jurnal Seni Musik. Sunarko, Hadi. 1985). Seni Musik I. Klaten : PT.
Vol 6, No 2. Jurusan Seni Drama, Tari dan Intan Pariwara.
Musik: UNNES Sunarto, B. (1987). “Kehidupan Musik gamelan di
Sedyawati, Edi. (2008). Budaya Indonesia: Kajian Tengah Kebudayaan Massa”. Paper for
Arkeologi Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Student Seminar ASKI Surakarta.
Raja Grafindo Persada. Yuwono, J. S. E. (1995). Megalitik Indonesia dan
Ambiguitas Pamaknaanya. Jurnal Artefak.
13
Aprelian L.R., dkk., Pengembangan Kesenian Kempling Sebagai Upaya Pelestarian
Di Desa Wisata Kandri Kota Semarang
14