You are on page 1of 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/364921729

Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960an

Article · October 2022


DOI: 10.22146/jksks.77104

CITATIONS READS

0 745

1 author:

Ricky Irawan
Institut Seni Indonesia Denpasar
10 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Regional Songs of Indonesia View project

Regional popular music of Lampung View project

All content following this page was uploaded by Ricky Irawan on 30 October 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

VOLUME 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

LAGU-LAGU DAERAH INDONESIA PADA PANGGUNG MUSIK


NASIONAL 1950-1960AN

Ricky Irawan
Program Studi Musik, Institut Seni Indonesia Denpasar
rickyirawan@isi-dps.ac.id

Submitted: 16-08-2022; Revised: 05-09-2022; Accepted: 17-10-2022

ABSTRACT
Regional songs have played an essential role as a representation of Indonesianness in
the realm of music. It is not only an entertainment medium but is also accepted as an
articulation of the plurality and richness of the Indonesian race and culture. This article is
intended as an initial effort to trace when and how regional songs appeared and obtain
their meaning as an Indonesian identity. Using a historical approach and literature study
methods, the lens of observation is directed at the 1950-the 1960s as a period where
regional cultural issues intensively filled the spaces of discourse related to the formation
of national cultural identity. A search of related sources shows that the emergence and
popularity of these songs are part of the implications of cultural policy in the era of
Guided Democracy. The policy at that time encouraged art institutions, musicians, and
the national recording industry to mobilize Indonesian regional songs to appear in the
middle of the national music scene, both as a source of musical entertainment in line
with Soekarno’s idea of ​​national identity, and as a model of Indonesian popular music.
In that era, the songs known today as Indonesian regional songs were produced and
published modernly in the form of black disc recordings by national recording companies.

Keywords: Regional song, recording industry, cultural policy.

ABSTRAK
Lagu-lagu daerah telah memainkan peranan penting sebagai representasi
keindonesiaan dalam ranah musik. Ia tidak hanya menjadi media hiburan, namun
juga diterima sebagai artikulasi kemajemukan dan kekayaan suku bangsa dan budaya
Indonesia. Artikel ini ditujukan sebagai upaya awal untuk menelusuri, kapan dan
bagaimana lagu-lagu daerah muncul dan mendapatkan maknanya sebagai identitas
keindonesiaan. Menggunakan pendekatan historis serta metode kajian literatur, lensa
pengamatan diarahkan pada rentang 1950-1960an sebagai kurun di mana isu budaya
daerah intensif memenuhi ruang-ruang diskursus terkait pembentukan identitas
kebudayaan nasional. Penelusuran pada sumber-sumber terkait memperlihatkan
bahwa kemunculan dan popularitas lagu-lagu ini merupakan bagian dari implikasi
kebijakan budaya pada kurun Demokrasi Terpimpin. Kebijakan pada masa itu
telah mendorong lembaga-lembaga kesenian, musisi dan industri rekaman nasional
memobilisasi lagu-lagu daerah Indonesia tampil ke tengah-tengah panggung musik
nasional, baik sebagai sumber hiburan musik yang sejalan dengan gagasan identitas

19
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

nasional Soekarno, maupun sebagai model musik popular Indonesia. Pada kurun
itu, lagu-lagu yang hari ini dikenal sebagai lagu daerah Indonesia, diproduksi dan
dipublikasikan secara modern dalam bentuk rekaman piringan hitam oleh perusahaan-
perusahaan rekaman nasional.

Kata kunci: Lagu daerah, industri rekaman, kebijakan budaya.

PENGANTAR tahun 2017; Vocalista Harmonic Choir


Pertengahan tahun 2021 lalu viral - Institut Seni Indonesia Yogyakarta
di YouTube video berjudul “Indonesia membawakan lagu Angin Mamiri pada
Wonderland” karya Alfi Rev, sineas Singapore International Choral Festival
dan musisi asal Jogjakarta. 1 Video 2018; Twilite Chorus & Twilite Orchestra
berdurasi 10.52 menit ini menampilkan pimpinan Addie MS membawakan
kekayaan alam dan budaya Indonesia lagu Janger di Sydney Opera House
dari Aceh hingga Papua. Bersamaan 2009; Grazer Universitätsorchester
dengan atribut-atribut budaya daerah membawakan lagu Don Dap Dape pada
seperti rumah, pakaian, dan tarian Begegnungs Konzert „Indonesia MC meets
adat, lagu-lagu daerah Indonesia Austria“ tahun 2019. Sementara pada
ditampilkan silih berganti. Mulai dari panggung nasional, setiap tahunnya
lagu Paris Barantai (Kalimantan Selatan), lagu-lagu daerah ditampilkan di istana
Si Patokaan (Sulawesi Utara), Sajojo negara oleh orkestra dan paduan suara
(Papua), Soleram (Riau), Kampuang Nan Gita Bahana Nusantara (orkestra pelajar
Jauh di Mato (Sumatra Barat), Janger dari seluruh Indonesia) pada upacara
(Bali), Manuk Dadali (Jawa Barat), Anak memperingati hari kemerdekaan
Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur), Republik Indonesia.
dan Tak Lelo, Lelo Ledung (Jawa Tengah) Namun demikian, meski
dalam balutan gaya electronic dance menempati peranan penting dalam
music (EDM). Munculnya lagu-lagu ranah musik di Indonesia, masih sedikit
daerah dalam Indonesia Wonderland sekali perhatian dicurahkan untuk
ikut mengartikulasikan kemajemukan memahami latarbelakang lagu-lagu
sekaligus kekayaan suku bangsa dan daerah. Berbagai penelitian lebih banyak
budaya Indonesia. berfokus pada manfaatnya sebagai
Penggunaan lagu daerah sebagai alat mencapai tujuan pendidikan dan
representasi keindonesiaan dalam pembelajaran (lihat: Setyowati, 2020;
ranah musik bukannya tanpa preseden. Maulid, 2020; Aryani, 2019; Lestari
Menyebut beberapa contoh, The Resonanz et.al, 2018; Kurniyanthi et.al, 2017).
Children’s Choir menampilkan lagu Buku-buku terkait lagu daerah lebih
Yamko Rambe Yamko pada Musica banyak merupakan kompilasi lirik dan
Eterna Roma Grand Prix Competition notasi musik dari pada antologi yang
disusun berdasarkan perspektif kajian
https://www.youtube.com/
1
tertentu (lihat, Bayudi,2019; Redaksi
watch?v=aKtb7Y3qOck&ab_channel=AlffyRev
diakses 2/08-2022. Terang Sejati. 2019; Redaksi Pustaka

20
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Baru, 2016; Redaksi Dida Pustaka; 2016; Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,
Redaksi Media Pusindo, 2016; Redaksi Bali, Papua, dan seterusnya. Akumulasi
Cemerlang, 2013). Melihat dari sudut yang seluruh nyanyian itu disebut lagu daerah
berbeda, artikel ini hendak menelusuri, Indonesia.
kapan dan bagaimana lagu-lagu daerah Mayoritas provinsi di Indonesia
muncul dan mendapatkan maknanya memiliki lagu daerahnya masing-masing
sebagai representasi keindonesiaan pada dengan jumlah yang beragam. Jawa Barat
panggung musik nasional. misalnya dikenal sejumlah lagu seperti:
Untuk menjawab pertanyaan di Manuk Dadali, Cing Cang Keling, Es
atas, lensa pengamatan diarahkan pada Lilin, Tokecang, Bubuy Bulan. Sumatra
rentang 1950-1960an sebagai kurun Utara dikenal lagu-lagu Sinanggar Tullo,
di mana isu kebijakan budaya dan Dago Inang Sarge, Butet, Piso Surit, Sing
budaya daerah intensif mengisi ruang- Sing So, Rambadia. Diperlukan upaya
ruang diskursus publik sebagai upaya lebih lanjut untuk mengetahui berapa
pembentukan identitas nasional. Sejalan tepatnya jumlah lagu-lagu ini, mengingat
dengan itu, diskusi difokuskan pada kumpulan lagu-lagu daerah Indonesia
kebijakan pemerintah, peran lembaga yang dipublikasikan dalam bentuk
kesenian, musisi dan industri rekaman buku maupun rekaman musik, memiliki
dalam memobilisasi lagu-lagu daerah jumlah yang bervariatif. Beberapa
tampil ke tengah-tengah panggung musik misalnya ekslusiv hanya memuat lagu-
nasional. Data-data yang digunakan lagu yang popular di telinga masyarakat
dalam artikel ini bersandar pada data- (lihat: Simanungkalit, 2013; penerbit
data sekunder berupa hasil penelitian Eazy Book,2014), sementara sebagian
dalam bentuk artikel jurnal, buku-buku, lainnya berupaya menyusunnya dengan
serta arsip-arsip digital rekaman musik cara yang lebih lengkap (lihat: Redaksi
lagu daerah yang tersedia di internet. Media Pusindo, 2016; Bayudi,2019).
Menentukan apa yang termasuk
PEMBAHASAN dan tidak termasuk dalam kategori
Memaknai Lagu Daerah Indonesia lagu daerah melibatkan cara-cara
Lagu daerah dalam pengertian paling pandang tertentu. Untuk tujuan itu,
luas dipahami sebagai kategori di dalam beberapa ahli berupaya mengidentifikasi
khanasah musik Indonesia yang berisi karakteristik khusus dari lagu daerah
kumpulan nyanyian milik suatu suku/ guna membedakannya dengan lagu-
etnis di wilayah Indonesia. Nyanyian ini lagu lain yang juga berakar dari tradisi
menggunakan lirik berbahasa/ dialek musik di daerah. Banoe (2011: 234),
lokal dan sebagian besar bersifat anonim. Malatu (2014: 4), dan Ali (2010: 75)
Pengertian ‘daerah’ sendiri mengacu misalnya menyebutkan bahwa lagu
pada satuan wilayah administratif daerah ditandai dengan penggunaan lirik
provinsi, sehingga sejalan dengan itu berbahasa/ dialek lokal serta bersifat
dikenal sub kategori seperti lagu daerah anonim. Selain itu pula, lagu-lagu ini

21
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

sebagian besar berasal dari nyanyian ciptaan Ki Narto Sabdo, Panon Hideung
rakyat di suatu daerah, yang secara ciptaan Ismail Marzuki, Kambanglah
implisit dikontraskan dengan musik- Bungo ciptaan Oslan Husein, dianggap
musik miliki kelompok elit dalam kategori sebagai lagu daerah meski penciptanya
musik adi luhung (art music). teridentifikasi. Sementara lagu Sewu Kuto
Berdasarkan ciri-ciri dijelaskan di Didi Kempot, lagu Pangandaran ciptaan
atas, lagu daerah seringkali dianggap Doel Sumbang, Sang Bumi Rua Jurai
sebagai sinonim lagu rakyat. Lagu atau ciptaan Saiful Anwar yang juga berbahasa
nyanyian rakyatnya secara ensensial lokal ditempatkan pada kategori lagu
berpusat pada konsep communal popular daerah. Selain itu pula, lagu
authorship dan oral transmission daerah juga memiliki lirik dan melodi
(Elbourne, 1975:10; Forcucci, 1984:16- yang relatif tidak berubah sebagaimana
18). Berbeda dengan musik seni (art nyanyian rakyat. 2 Pendek kata, tiga
music) yang merupakan ekspresi, ciri yang dipaparkan sebelumnya juga
aspirasi dan ide yang bersifat personal, terdapat pada kategori musik lain yang
lagu-lagu rakyat merupakan produk berasal dari daerah.
suatu kelompok suku/ etnis yang Berbeda dengan lagu-lagu rakyat
merefleksikan perasaan dan selera yang berakar kuat dari pertunjukan
komunal dari pada individual. Sejak ia tradisi serta melanjutkan idiom-
diciptakan komunal dan ditransmisikan idiom musik lokal, lagu daerah
oral, lagu yang diwariskan dari orang ke merepresentasikan karakteristik yang
orang, kelompok ke kelompok, generasi berbeda. Secara musikal ia cenderung
ke generasi ini bersifat adaptif dari waktu dipengaruhi oleh gramatikal musik
ke waktu. Beberapa kata atau bagian dari popular barat (Barendregt et.al, 2018:47;
lagu dapat salah dengar atau terlupakan. Wallach, 2008:34). Kalimat musiknya
Implikasinya, lagu-lagu ini tidak selalu sebagian besar merupakan pembagian
sama dan berubah-ubah, dan seringkali simetris frase tanya dan jawab. Melodi
penciptanya tidak diketahui. lagunya, meski beberapa menggunakan
Namun demikian, menempatkan skala pelog maupun slendro, umumnya
lagu daerah sebagai sinonim lagu rakyat lebih dipengaruhi oleh skala diatonis
menghadirkan kesulitan tersendiri. barat dari pada sistem musik tradisi
Sebagai contoh ilustrasi, dendang seperti pathet, maqomat dan sebagainya.
Minang, andung-andung Batak Toba, Aspek ritmenya, dalam banyak contoh
talimaa’ Dayak, nenggo Manggarai, menunjukan konsistensi dengan sistem
cokekan Jawa, Ladupahangu Sumba metrum musik barat yang ditampilkan
adalah beberapa contoh lagu-lagu rakyat
yang tidak pernah dianggap sebagai Meski mungkin saja awalnya diciptakan secara
2

lagu daerah, melainkan vokal/ nyanyian kolektif dan ditransmisikan secara oral, sebagian
besar lagu-lagu daerah Indonesia mengalami
tradisi. Di tempat lain, lagu-lagu proses standarisasi sebagaimana musik barat.
popular Gambang Suling yang diduga Ia direkaman dan dinotasikan sehingga saat ini
memiliki bentuk yang tetap.

22
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

lewat sukat simple (2/4, 4/4) maupun Instruksi Menteri Muda Pendidikan
compound (3/4, 6/8). Sementara Pengajaran dan kebudayaan No. 1
harmoninya merefleksikan sistem tanggal 17 Agustus 1959 pemerintah
kombinasi suara ala harmoni musik Orde Lama menetapkan 7 lagu yang
barat dan ditandai dengan penggunaan memiliki nilai historis dalam sejarah
chord yang diproduksi lewat instrumen perjuangan bangsa Indonesia sebagai
musik diatonis. Demikian pula struktur lagu wajib nasional (Mintargo,2017:43).
musik yang cenderung berbentuk lied Sebagaimana lagu-lagu wajib nasional
form dengan tema A dan B. yang diajarkan di sekolah-sekolah; lagu-
Ilustrasi di atas menunjukan bahwa lagu daerah juga dilekatkan pada dunia
lagu daerah tidak cukup dipahami pendidikan. Melalui Peraturan Menteri
sebagai lagu/ nyanyian rakyat semata. Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Tidak cukup pula hanya dilihat pula Nomor 22 Tahun 2006, lagu daerah
melalui penggunaan bahasa/ dialek ditempatkan sebagai materi yang wajib
lokal ataupun statusnya yang anonim. dipelajari siswa sekolah pada mata
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana pelajaran Seni, Budaya, dan Keterampilan
lagu daerah dipahami dalam konteks (SBK). Sejak di bangku sekolah dasar,
Indonesia? Apa yang menjadikan suatu siswa belajar menyanyikan lagu-lagu
lagu atau nyanyian dikategorikan sebagai ini. Pada ajang Festival dan Lomba
lagu daerah? Alih-alih merumuskan Seni Siswa Nasional (FLS2N), kompetisi
serangkaian karakteristik atau elemen- seni tahunan Kementrian Pendidikan
elemen musiknya, pada bagian ini saya dan Kebudayaan), ia menjadi lagu-
hendak menyarankan untuk melihat lagu yang wajib dibawakan oleh para
lagu-lagu daerah lewat dimensi fungsi peserta. Selain itu pula, setiap tahunnya,
dan makna yang disematkan kepadanya. lagu-lagu daerah ditampilkan oleh
Memahami lagu daerah dengan cara ini, orkestra dan paduan suara Gita Bahana
dapat menjadi kacamata yang berguna Nusantara yang beranggotakan pelajar
dalam melihat kompleks lagu/ nyanyian terpilih dari seluruh Indonesia pada
yang bersumber dari rakyat, etnis/ suku, acara kenegaraan memperingati hari
dan daerah di Indonesia. kemerdekaan Republik Indonesia di
Pada berbagai publikasi buku yang istana negara
beredar, lagu daerah selalu dilekatkan Tidak hanya itu, pemerintah juga
dengan lagu-lagu wajib nasional menerbitkan regulasi sebagai bentuk
Indonesia. Lagu wajib nasional sendiri perlindungan terhadap hak kekayaan
adalah kumpulan lagu-lagu berbahasa intelektual lagu-lagu daerah. Lagu
Indonesia yang difungsikan untuk daerah dinilai sebagai kesenian rakyat
memupuk semangat nasionalisme dan diwariskan secara turun-temurun yang
patriotisme. Lagu-lagu ini awalnya hak ciptanya dilindungi oleh pemerintah.
popular sebagai alat propaganda Hal ini diatur dalam Undang-undang
perjuangan melawan kolonialisme. Lewat Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

23
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Cipta, Pasal 10 Ayat 2 yang menjelaskan bagi Indonesia sebagai sebuah nation
bahwa: state dalam rangka pembangunan dan
”Negara memegang Hak Cipta atas penguatan identitas nasional. Dalam
folklore dan hasil kebudayaan istilah Booth dan McCawley (1982:15)
rakyat yang menjadi milik bersama, ini masa dimana Indonesia melihat ke
seperti cerita, hikayat, dongeng,
dalam (inward looking) membangun
legenda, babad, lagu, kerajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, integrasi dan otonomisasi pada ranah
dan karya seni lainnya”. kebudayaan. Soekarno merefleksikan
kesadaran pentingnya identitas
Perlindungan hukum terhadap
nasional lewat poin ketiga jargon
lagu-lagu rakyat ini antara lain juga
Trisakti, yaitu: berkepribadian dalam
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kebudayaan. Dengan kesadaran itu,
sengketa dan klaim sepihak terhadap
pemerintah mengambil kebijakan untuk
warisan budaya Indonesia. Hal ini pernah
mengintervensi dan mengontrol jalannya
terjadi pada lagu Rasa Sayange milik
pembentukan kebudayaan nasional
daerah Maluku, yang juga dianggap milik
Indonesia. Untuk memahami konteks
masyarakat Malaysia.
kebijakan ini, perlu terlebih dahulu
Melihat status dan fungsinya
didiskusikan bagaimana kebudayan
tersebut, menjadi pertunjuk bahwa
dikonsepsikan dan dikelola disepanjang
lagu daerah Indonesia pada dasarnya
pemerintahan Orde Lama, yaitu: masa
memainkan peranan sebagaimana
Demokrasi Konstitusional (1949-1959)
lagu-lagu nasional. Untuk itu, lagu
dan Demokrasi Terpimpin (1959-1965).
daerah dapat dimaknai sebagai suatu
Tod Jones dalam buku berjudul
kategori lagu berisi nyanyian rakyat
Culture, Power, and Authoritarianism
maupun lagu-lagu popular daerah yang
in the Indonesian State: Cultural
ditujukan untuk menumbuhkan sikap
Policy across the Twentieth Century to
nasionalisme serta kebanggaan terhadap
the Reform Era (2013) menunjukan
budaya bangsa. Hal ini juga menjelaskan
bagaimana perubahan sistem Demokrasi
mengapa lagu-lagu daerah menempati
Konstitusional kearah Demokrasi
posisi penting dalam konteks pendidikan
Terpimpin pada dasarnya merefleksikan
nasionalisme/ ebangsaank di sekolah,
perubahan sistem liberalisme menuju
dalam acara-acara formal kenegaraan,
otoritarinisme. Derasnya infiltrasi produk
maupun diplomasi budaya. Pada bagian
budaya asing di dalam negeri seperti
selanjutnya kita akan melihat bahwa
film, musik popular, kesusastraan,
peran dan fungsi semacam itu juga telah
fashion, dan seterusnya tidak lain
tampak pada masa pemerintah Orde
adalah ekses kebebasan, keterbukaan
Lama, khususnya pada masa Demokrasi
dan penghargaan terhadap hak-hak
Terpimpin.
individu yang inheren dalam demokrasi
konstitusional. Sebaliknya di era
Kebijakan Budaya 1950-1960an
Demokrasi Terpimpin, pemerintah
1957-1965 adalah kurun penting

24
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

bersikap konservatif dengan melakukan membatasi peran negara atau bahkan


intervensi dan kontrol terhadap ‘pasif’ dalam urusan kebudayaan. Tugas
pengaruh-pengaruh budaya asing di dan fungsi negara, menurutnya, hanya
dalam negeri. sebatas fasilitator kegiatan kelompok-
Kebebasan/ hak individu dan kelompok non-pemerintah tanpa
internasionalisme merupakan semangat harus ikut campur dalam menentukan
yang tumbuh dalam suasana demokrasi atribut-atribut budaya. Dengan begitu
konstitusional di tahun 50an. Semangat negara memberikan ruang alamiah
ini salahsatunya tercermin dalam kepada individu dalam masyarakat
konstitusi Undang-Undang Dasar untuk mengupayakan tumbuh-kembang
Sementara (UUDS) tahun 1950. Klausa kebudayaan.3 Tidak berbeda dengan itu,
UUDS Nomor 7 pasal 40 yang mengatur internasionalisme atau keterbukaan
tentang kebudayaan menjelaskan bahwa: terhadap dunia luar, juga menjadi isu
“Penguasa melindungi kebebasan yang mengemuka pada konferensi budaya
mengusahakan kebudayaan serta kedua di bulan Agustus 1950. Konferensi
kesenian dan ilmu pengetahuan. ini mengakat tema “Kebudayaan
Dengan menjunjung asas ini
Nasional dan Hubungannya dengan
maka penguasa memajukan
sekuat tenaganya perkembangan Kebudayaan Bangsa-Bangsa Lain”. Ki
kebangsaan dalam kebudayaan serta Hadjar Dewantara sebagai pembicara,
kesenian dan ilmu pengetahuan.” menganjurkan Indonesia seharusnya
(cetak miring dari penulis).
menyelami kebudayaannya sendiri
Semangat kebebasan dan sekaligus menyerap kebudayaan dari
keterbukaan semacam itu bukan berbagai negara untuk mengembangkan
sesuatu yang muncul dari ruang kosong. kebudayaan nasionalnya. Sementara
Forum diskusi antar para seniman, Sutan Takdir Alisjahbana teguh
budayawan, dan intelektual memainkan pada pemikirannya dalam polemik
peranan penting terhadap menguatnya kebudayaan, bahwa Indonesia harus
pandangan ini. Antara tahun 1948- memanfaatkan relasi dengan Belanda
1954 pemerintah, melalui kementrian untuk mengakses dan menyerap sebesar-
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan besarnya kebudayaan dan pengetahuan
(PPK) menginisiasi serangkaian barat demi kemajuan Indonesia.
kongres budaya yang menjadi kanal Atmosfer kebebasan dan
advokasi kebebasan dan keterbukaan keterbukaan tidak hanya mendorong
berkebudayaan. Pada kongres budaya banjirnya produk-produk budaya ‘luar’
pertama di Yogyakarta misalnya, para di dalam negeri, namun juga upaya
seniman, budayawan, dan intelektual dari pemerintah dan kaum intelektual
mendiskusikan bagaimana seharusnya
relasi negara dan kebudayaan. Dalam 3
Pandangan Sastroamidjojo ini mencerminkan
penolakan para intelektual terhadap praktik
pertemuan tersebut, Ali Sastroamidjojo propaganda budaya ala Jepang serta keinginan
selaku menteri PPK menyarankan untuk mengubahnya dengan model pengelolaan budaya
secara liberal ala Belanda.

25
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

menyerap inspirasi model pengembangan dengan itu, musik klasik barat yang
kebudayaan dari luar. Amerika muncul sebelumnya dibawa oleh orang-orang
menjadi inspirasi baru modernitas. Belanda, menempati posisi yang semakin
Film-film Hollywood dikonsumsi hampir penting baik sebagai musik seni maupun
di seluruh Indonesia (Lindsay & Liem, hiburan. Tidak sedikit komponis nasional
2012:14). Rusia dan Republik Rakyat Indonesia yang terdidik dan terlatih
Cina tampil sebagai model kebudayaan dalam ilmu musik barat dan menulis
sosialis yang dipromosikan baik oleh karya lewat gramatikal musik klasik,
pemerintah maupun kalangan penulis antara lain seperti Cornel Simanjuntak,
dan sastrawan. Seperti yang dicatat Liem WR. Supratman, Amir Pasaribu, Ismail
(2013:171), berbagai karya sastra Cina Marzuki, dan tokoh-tokoh lainnya.
dan Rusia pada kurun ini diterjemahkan Genre-genre musik ini dianggap cocok
ke dalam bahasa di Indonesia dan mengartikulasikan gaya hidup baru
dipasarkan luas di kota-kota besar Indonesia modern yang tidak berbeda
seluruh Indonesia melalui jaringan dengan negara modern di belahan dunia
Yayasan Pembaharuan. Di samping lainnya (Barendregt et.al, 2018: 41).
itu pula, Mesir, Turki, dan Pakistan Optimisme dan kepercayaan diri
tampil sebagai model kebudayaan Islam yang direfleksikan melalui semangat
modern. Konferensi Islam Asia-Afrika kebebasan dan keterbukaan itu
di Bandung tahun 1955 menjadi salah berdampingkan dengan carut-marut
satu momonetum tumbuhnya organisasi permasalahan di lapangan. Ricklefs
seni dan budaya Islam di Indonesia (2007:471-494) misalnya, menyebut
seperti Himpunan Seni Budaya Islam periode ini sebagai “demokrasi coba-
(HSBI), Lembaga Seniman Budayawan coba” (democratic experiment) yang
Muslim Indonesia (LESBUMI) yang berisi kisah kegagalan para pimpinan di
mempengaruhi peta perkembangan pusat memenuhi cita-cita kemerdekaan.
kesenian dan kebudayaan yang sejalan Percobaan demokrasi ini gagal
dengan ajaran Islam (Chisaan, 2012:287). menyelesaikan permasalahan utama yang
Pada ranah musik, inspirasi itu dihadapi pemerintah seperti masifnya
datang dari berbagai belahan dunia, praktik korupsi, gerakan separatisme di
utamanya Eropa dan Amerika. Kombinasi daerah-daerah, rendahnya pertumbuhan
instrumen musik diatonik barat seperti ekonomi dan keadilan sosial. Belum lagi
tremolo gitar, drum, bas, dan keyboard ditambah dengan kabinet yang hampir
elektrik (chamberlin dan mellotron) setiap tahun berganti-ganti akibat
yang dikenal dengan istilah orkes, instabilitas politik.
menjadi media standar pertunjukan Soekarno melihat akar dari kompleks
musik di perkotaan. Format orkes ini permasalahan yang dihadapi negara belia
membawakan berbagai repertoar lagu- ini ada pada paham liberalisme yang
lagu dalam gaya jazz, rock and roll, dijalankan oleh pemimpin nasional.
cha-cha, calypso, dan hawaiian. Senada Mengutip Daniel Lev (1966:50),

26
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Soekarno menyerang liberalisme dan cita-cita kemerdekaan itu sendiri.


menganggapnya sebagai sesuatu yang Jargon anti-imperialisme dan
“asing” atau sistem “yang diimport” kolonialisme didengungkan Soekarno
dari luar. Atas dasar itu, Soekarno dalam pidato Manipol-USDEK. Kali ini
menyerukan perlunya untuk kembali tidak hanya pada ranah ekonomi dan
kepada jati diri bangsa. Pada saat politik, tapi juga pada ranah kebudayaan
yang sama ia mengusulkan “konsep” (neo kolonialisme dan imperialism).
Demokrasi Terpimpin yang dinilai Sebagaimana diungkapkan:
lebih mencerminkan semangat ke- “..melanjutkan perjuangan
Indonesiaan. Metode “lima puluh persen menentang imperialisme ekonomi
plus satu” diganti dengan sistem yang dan imperialisme politik, maka kita
tidak akan mengambil pusing hal
menekankan konsensus khas Indonesia,
imperialisme-imperialisme lain,
yaitu: gotong-royong dan musyawarah- misalnya imperialisme kebudayaan.
mufakat. Saya telah memberi instruksi
Sebagai suatu sistem yang lahir dari kepada menteri-muda Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan untuk
krisis, Demokrasi Terpimpin bukanlah
mengambil tindakan-tindakan di
konsep yang komplit dan selesai. Sejak bidang kebudayaan ini, untuk
Soekarno mengutarakan idenya itu, tidak melindungi kebudayaan nasional
seorang pun yang mengatahui persis isi dan menjamin berkembangnya
kebudayaan nasional.”
dan gagasan tersebut, termasuk Soekarno
sendiri. Menurut Legge (1972: 352-354), Kebijakan negara terkait
tujuan utama Soekarno lewat Demokrasi kebudayaan mengalami titik balik
Terpimpin adalah menciptakan seiring berlakunya kembali UUD 1945
mobilisasi massa dengan menggunakan sebagaimana tertuang dalam Dekrit
simbol-simbol dan ide-ide revolusi, Presiden 5 Juli 1959. Pasal 32 tentang
namun tanpa arahan dan rencana yang kebudayaan yang dinyatakan kembali
rinci. Gagasan ini menjadi sedikit lebih berlaku pada era Demokrasi Terpimpin,
terang di tahun 1959 lewat pidatonya menandai perubahan mendasar terkait
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi relasi dan orientasi negara pada ranah
Kita” (Rediscovery Our Revolution). kebudayaan. Pasal 32 UUD 1945 berbunyi
Belakangan pidato ini dikenal dengan “Pemerintah memajukan kebudayaan
Manifesto Politik: Undang-undang Dasar nasional Indonesia.” Frasa “kebebasan”
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi sebagaimana tampak dalam klausul
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan UUDS Nomor 7 Tahun 1950 dieliminir,
Kepribadian Indonesia (Manipol-USDEK). yang berimplikasi pada pembatasan
Di dalamnya, Soekarno mengklaim masyarakat dalam mengusahakan
bahwa gagasan Manipol-USDEK bukan kebudayaan. Selain itu pula pasal 32
hanya upaya untuk mengembalikan UUD 1945 memberikan legitimasi kepada
tujuan revolusi yang kehilangan arah, negara sebagai aktor utama pembentukan
namun juga sebagai jalan penyelesaian identitas kebudayaan nasional.

27
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Untuk menyukseskan doktrin yang terbagi atas banyak daerah, suku,


Manipol-USDEK, pemerintah mulai dan bangsa seperti Indonesia, gagasan
menegaskan pandangannya tentang budaya nasional menjadi problematis
produk-produk budaya yang dapat bahkan sejak istilah ini muncul dalam
diterima dan tidak dapat diterima Rancangan Undang-undang yang
dengan cara-cara otoriter (Kurniadi disusun oleh Badan Penyelidik Usaha-
& Ahyat, 2012:4). Sejak awal, dalam usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pidato Manipol-USDEK, Soekarno telah (BPUPKI). Hal ini direfleksikan oleh
mengkritik banjirnya musik popular Yampolski dalam artikelnya Forces for
barat yang ia lebeli dengan ngak ngik Change in the Regional Performing Arts
ngok. Lewat Penetapan Presiden (PP) of Indonesia (1996). Setidaknya istilah
Nomor 11 Tahun 1963 pemerintah ini dapat memiliki dua pemaknaan.
melakukan pelarangan musik-musik Pertama, budaya nasional berasal dari
ini untuk diedarkan, didengarkan, dan dan merupakan kelanjutan dari budaya-
dipertunjukan di seluruh Indonesia. 4 budaya etnis di daerah. Dengan kata lain,
Piringan-piringan hitam musik popular budaya nasional adalah total dari budaya-
barat dimusnahkan secara massal sejalan budaya daerah yang telah ada sebelum
dengan pengetatan import rekaman- kemerdekaan Indonesia. Kedua, budaya
rekaman musik. RRI radio jawatan milik nasional adalah kebudayaan Indonesia
pemerintah juga dilarang menyiarkan baru yang tumbuh-berkembang sejak
atau memfasilitasi musik-musik barat. lahirnya bangsa Indonesia. Atau, budaya
Contoh terbaik implikasi PP No 11 Tahun nasional adalah budaya yang ada setelah
1963 terhadap para pemusik dapat ide persatuan dan setelah kemerdekaan
dilihat pada kasus pemenjaraan Koes Indonesia lahir. (Lihat: Yampolksi,
Bersaudara atas dakwaan memainkan 1995:701-703).
lagu-lagu the Beatles, Elvis Presley, dan Pemerintah Orde Lama agaknya
lagu-lagu rock’n roll lainnya (Sen dan berupaya mengakomodir kedua
Hill, 2006:167). pandangan tersebut. Hal itu sebagaimana
Berbeda dengan pegertian budaya gagasan Mentri PPK Prijono, tentang
imperialis yang dilekatkan kepada kedudukan budaya daerah dalam konteks
budaya popular Barat dan Amerika, budaya nasional.5 Ia berpendangan bahwa
pengertian budaya nasional lebih
5
Profesor Prijono merupakan salahsatu tokoh
banyak menyisakan pertanyaan. Apa penting partai Murba. Ia menerima hadiah
kiranya yang dimaksud dengan budaya perdamaian Stalin pada tahun 1955 dan menjadi
Ketua Asosiasi Persahabatan Indonesia-China
nasional? Bagi negara multi-kultural dari tahun 1955–1957. Prijono yang memiliki
kedekatan dengan ideologi kiri, menjadi perumus
berbagai strategi pembangunan kesenian nasional
4
Musik yang dimaksud adalah musik popular ala negara-negara sosialis. Ia juga menginisiasi
Inggris dan Amerika seperti genre Rock’n Roll hubungan budaya dengan Rusia dan China
yang dimainkan the Beatles, Elvis Presley, dan mendorong Lembaga-lembaga kebudayaan
Evelyn Brothers dan lain-lain. Termasuk pula di di bawah kementrian PPK untuk memperkuat
dalamnya musik-musik melankolis yang dianggap kesenian nasional yang selaras dengan sentimen
merusak semangat revolusioner generasi muda. revolusi Soekarno.

28
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

“seni kita harus seni nasional dalam Yampolski menyebut bahwa eksistensi
semangat, tetapi bisa regional dalam genre musik ini lebih banyak ditemukan
bentuknya” (Jones, 2012: 99). Sebagai dalam bentuk rekaman dan disiarkan
tandingan produk-produk budaya asing, melalui radio dari pada dimainkan
pemerintah mulai memberikan perhatian di panggung- panggung pertunjukan
dan pengakuan terhadap budaya daerah (1995:706). Sebagian besar lagu-lagu
sebagai sumber pembentuk kesenian- dari genre inilah yang belakangan
kesenian nasional yang sejalan dengan dikenal pula dengan istilah musik daerah
identitas bangsa. Pengakuan itu juga Indonesia.
berarti memberikan kesempatan bagi
kesenian daerah untuk berkembang Lembaga Budaya dan Musik Daerah
dan memperkaya kebudayaan nasional Gagasan kebudayaan nasional pada
sejauh itu memiliki nilai kemajuan adab, dasarnya bersifat multitafsir. Feith (1967)
budaya, dan persatuan Indonesia. Hal misalnya, menunjukkan adanya oposisi
ini tampak misalnya pada penciptaan yang luas terhadap gagasan tersebut,
tari Serampang Duabelas versi Sumatra termasuk pula yang memodifikasinya
Utara yang proyeksikan menjadi tari sesuai dengan keinginan dan tafsiran
nasional menggantikan dansa barat yang masing-masing. Pendek kata, terdapat
kala itu digandrungi anak-anak muda. indikasi bahwa doktrin Manipol-USDEK
Tidak berbeda dengan itu, dalam dalam konteks kebudayaan tidak
konteks musik, pemerintah mendorong ditafsirkan secara seragam. Selanjutnya
munculnya musik-musik baru yang kita akan melihat bagaimana gagasan
berasal idiom-idiom daerah. Upaya identitas nasional itu ditafsirkan dan
itu tercermin misalnya pada inisiatif diterapkan oleh lembaga kebudayaan
RRI masa itu yang mempopularkan non-pemerintah.
istilah “”musik hiburan daerah” untuk Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra),
menyebut musik-musik berbahasa organisasi budaya Partai Komunis
daerah dengan menggunakan gramatikal Indonesia (PKI), merupakan salahsatu
musik diatonis barat sekaligus format lembaga yang mengadvokasi kesenian
orkes/ combo band.6 Untuk mendorong daerah sekaligus menjadi bagian penting
perkembangan genre musik ini, RRI pada panggung kebudayaan Indonesia
terlibat dalam proyek perekaman dan 1950-1965. Didirikan pada tanggal 17
pendistribusian genre musik hiburan Agustus 1950 - jika dirunut ke belakang -
daerah. Menarik untuk disinggung, Lekra sendiri adalah kumpulan seniman,
budayawan, dan intelektual yang tidak
Hiburan Daerah dijelaskan sebagai bagian dari
6
puas akan hasil keputusan serangkaian
kategori Musik Nasional. Ia merupakan nyanyian
berbahasa daerah gramatikal dan idiom musik
koferensi budaya yang dinilai pro
Barat. Hiburan Daerah meliputi lagu-lagu yang liberalisme kebudayaan (Jones, 2013: 76-
berasal dari daerah Melayu, Karo, Simalungun,
Tapanuli, Minang, Sumatera Selatan, Kalimantan, 84). Semangat kebebasan budaya pada
Sulawesi, Maluku, dan lainnya (Yampolsky, 1995: masa demokrasi konstitusional dikritik
706-707).

29
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

oleh Lekra sebagai sikap keberpihakan yang berfokus pada musik, yaitu:
terhadap kapitalisme dan budaya kaum Lembaga Musik Indonesia (LMI). Sejak
borjuis. Sebagaimana tampak dalam awal divisi ini telah mengadvokasi musik-
manifesto politiknya, Lekra berkeyakinan musik yang dianggap memiliki semangat
bahwa kegagalan cita-cita revolusi 17 revolusioner dan semangat kerakyatan.
Agustus 1945 salahsatunya disebabkan Musik-musik yang dimaksud, bentuknya
kegagalan para pekerja budaya dalam dapat berupa musik rakyat, musik
menghancurkan budaya kolonial dan diatonis barat, termasuk juga musik
menggantinya dengan kebudayaan tradisional yang diolah sebagai komposisi
rakyat (Foulcher, 1986: 209). baru sejauh itu mencerminkan semangat
Ketika Soekarno mengutarakan kerakyatan (Yuliantri, 2012:424).
penolakannya terhadap budaya imperialis Misi kebudayaan ke Tiongkok 26
barat dan berupaya memajukan budaya September 1963 meninggalkan catatan
nasional Indonesia; Lekra pada dasarnya penting upaya Lekra dalam menggiatkan
ada di perahu yang sama. Kesimpulan musik-musik rakyat/ daerah.
kongres nasional Lekra pada Januari Sebanyak 30 seniman diboyong untuk
1959 menyebut bahwa, musik barat yang mempertunjukan musik keroncong,
populer di kalangan anak muda Indonesia angkung, gamelan Jawa dan Sunda,
seperti ‘boogie-woogie’ dan ‘rock and termasuk pula lagu-lagu rakyat/ daerah.
roll’ bersifat ‘sensasional’, mengandung Tidak hanya dipertunjukan secara live
‘sentimentalitas kosong’. Untuk melawan dalam gala premier, beberapa dari lagu-
musik-musik itu, Lekra menggandeng lagu itu direkam dalam bentuk piringan
pekerja, mahasiswa, petani, perempuan hitam sebagai souvenir (gambar.2). Pada
dan pemuda untuk mengorganisir acara- piringan hitam tersebut, bersamaan
acara musik yang sejalan semangat dengan lagu-lagu propaganda seperti
kerakyatan dan semangat revolusi Pudjaan Kepada Partai, Nasakom,
(Farram, 2014:14). Untuk kepentingan Persahabatan Tiongkok Indonesia,
ini pula Lekra mendirikan divisi khusus turut direkam lagu-lagu daerah seperti

Gambar 2:
Cover piringan hitam misi budaya Lekra ke Tiongkok tahun 1963
(Sumber: https://historia.id/kultur/articles/alkisah-cenderamata-lekra-vQJQZ/page/1)

30
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Tarik Lajar (Maluku), Atiraja (Sulawesi Musisi, Industri Rekaman, dan Musik
Selatan), Sing Sing So (Batak), dan Daerah
Erkata Bedil (Batak Karo). Dekade 1950-1960 menyaksikan
Seiring dengan kedekatan Soekarno tumbuhnya embrio industri rekaman
dengan gerakan Kiri di tingkat nasional, musik nasional (Barendregt et.al,
aktivitas LMI semakin terikat pada 2018:46). Perusahaan gramofon
aktivitas politik. Musyawarah Nasional seperti Colombia Phonograph, Odeon,
pertama LMI pada 31 September-5 Beka, British Gramophone Company,
Oktober 1964 di Jakarta menghasilkan dan anak perusahaannya yang pada
keputusan bersama melawan pengaruh permulaan abad 20 menguasai pasar di
musik-musik yang dianggap kegila- Indonesia tidak lagi mendominasi. Sejak
gilaan, dan menjalankan garis kebijakan pemerintah Orde Lama resmi melarang
Bung Karno di bidang musik. Konferensi penampilan dan pemutaran musik ngak
nasional ini menyarankan anggota LMI, ngik ngok di panggung dan di stasiun
baik secara mandiri maupun bersama Radio Republik Indonesia, perusahaan-
pemerintah, melakukan penelitian dan perusahaan rekaman yang dimiliki,
pengumpulan data tentang musik dan dikelola oleh pengusaha lokal seperti
lagu-lagu daerah. Hal ini misalnya Irama Record, Remaco, dan Lokananta
tampak pada kerjasama Lekra dan tampil kepermukaan. Berbeda dengan
pemerintah Jakarta dalam proyek survei perusahan-perusahaan rekaman milik
dan observasi musik hiburan rakyat pengusaha asing, perusahan rekaman ini
Betawi seperti musik gambus, keroncong, berfokus pada pasar musik nasional, serta
dagelan, topeng, reog, bobodoran, dan terlibat dalam kebijakan kebudayaan
lenong. pemerintah dengan mendukung isu
Meskipun memiliki kesamaan musik nasional (Sen and Hill, 2006:165).
agenda menjadikan musik rakyat/ daerah Irama Record (1951-1967) adalah
sebagai musik nasional, Lekra dan LMI salah satu perusahaan rekaman pertama
memiliki penafsiran tersendiri terkait milik pengusaha lokal yang memainkan
bagaimana musik nasional Indonesia peranan penting pada panggung musik
seharusnya. Hal ini sebagaimana nasional. Didirikan oleh seorang perwira
disimpulkan oleh Yuliantri (2012: 427) Angkatan Udara, Soejoso Karsono (mas
bahwa Lekra cenderung mengembangkan Jos), Irama Record bermarkas di garasi
musik-musik daerah yang memiliki nilai rumah di Jalan H Agus Salim No 65,
dan watak ‘revolusioner’ baik bentuk Jakarta. 8 Perusahaan ini turut andil
maupun kontennya. Lagu genjer-genjer
merupakan contoh yang paling popular.7 di tahun 1942. Untuk kepentingan politik,
lagu Genjer-genjer dipopulerkan oleh PKI dan
dikumandang di setiap kegiatan yang melibatkan
Genjer-Genjer adalah lagu rakyat popular yang
7 anggota dan simpatisan PKI.
merupakan hasil kreasi M. Arief, seorang musisi 8
Jos mendirikan perusahaan ini berawal dari
Osing terkenal asal Banyuwangi (Parlindungan, kegemarannya mengoleksi berbagai rilisan
2014:239). Awalnya Genjer-genjer diciptakan piringan hitam dari berbagai negara. Dari
sebagai media kritik atas penjajahan Jepang hobi ini, ia juga saling bertukar info mengenai

31
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Gambar 3: cover piringan hitam orkes Teruna Ria produksi Irama Record
Sumber: https://www.discogs.com/artist/3660278-Oslan-Husein

mengorbitkan musisi/ penyanyi ternama kebijakan pemerintah. Soejoso Karsono


di zamannya, seperti Nick Mamahit, bersama musisi dengan berbagai
Mus Mualim, Jack Lesmana, Zaenal latarbelakang, bereksperimen merekam
Arifin, Mus D.S, Bing Slamet, Sam dan mempublikasikan musik-musik
Saimun, Oslan Husein, Titiek Puspa, berbahasa daerah. Salahsatu yang
Nien Lesmana, Lilies Suryani, dan menuai keberhasilan adalah album
masing banyak lagi. Musik-musik yang piringan hitam bersama Orkes Teruna
diproduksi meliputi berbagai genre Ria pimpinan Mus D.S. Orkes Teruna
musik hiburan, mulai dari jazz, pop, Ria (sebelumnya Orkes Cubana Teruna
keroncong, gambang kromong, kasidah, Ria). Orkes ini didirikan oleh kumpulan
gambus, serta lagu-lagu berbahasa pemuda Sumatra Barat yang meratau
daerah (Barendegt et.al, 2018:47-48). ke Ibukota. Anggotanya adalah Zainal
Pasca pelarangan musik ngak ngek Arifin, Rozaman, Rachmat, Indroto,
ngok, Irama Record memfokuskan pada Hans Runtukahu, Ichsan, dan Sofjan,
musik-musik yang sejalan dengan sementara Oslan Husein dan Mus DS
menjadi penyanyi utamanya. Sejak
bisnis rekaman dari para pengusaha rekaman
tahun 1959, Orkes Teruna Ria dan
dari banyak negara. (https://entertainment. Ir a m a Recor d ter b ila n g p r od uk tif
kompas.com/read/2018/07/28/150022810/
irama-label-rekaman-pertama-indonesia- mempublikasikan lagu-lagu daerah
setelah-merdeka?page=all). lihat: https://tirto. Indonesia yang diaransemen ulang
id/soejoso-karsono-bapak-studio-rekaman-
pertama-indonesia-derK dengan gaya pop barat maupun irama

32
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Gambar 4:
Album Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso
Sumber:

Gambar 5:
Lagu O Ina Ni Keke (orkes Mus Mualim) Gambar 6: album Gambang Suling (Orkes
Lokananta)
Sumber: https://www.45cat.com/record/
sp50id Sumber: https://www.discogs.com/
release/12642479-Chrisbiantoro-Orkes-
Lokananta-Gambang-Suling

latin (Cabrera, 2020: 42). Lagu-lagu yang Slamet, dan musisi-musisi lainnya,
mereka rekam tidak hanya lagu-lagu Irama Record merekam album Mari
daerah Minang, namun juga merambah bersuka ria dengan Irama Lenso. Lagu ini
lagu-lagu daerah Jawa dan Sunda. merupakan pengiring tari lenso (Maluku)
Beberapa lagu daerah dalam album ini yang diharapkan dapat menandingi
meliputi Ayam Den Lapeh, Babendi- dansa-dansi ala barat (Weintraub,
bendi, Panon Hideung, Es Lilin, Lempong 2019:6; Cabrera, 2020:43). Album Irama
Sagu, Kampuang Nan Jauh di Mato, Lensi sendiri mendapat restu langsung
Kambanglah Bungo Parauitan.9 dari Soekarno sebagaimana tampak
Keberhasilan orkes Teruna Ria dalam cover albumnya (gambar 4). Selain
mendorong Irama Record kembali itu, bersama Mus Mualim dan Titiek
merekam lagu-lagu serupa. Menggandeng Puspa juga memproduksi lagu daerah
Titiek Puspa, Jack Lesmana, Bing Minahasa, yaitu: O Ina Ni Keke (gambar
5). Selain itu, perusahaan rekaman
9https://langgam.id/oslan-husein-dan-pentas- ini juga berkerjasama dengan orkes
nasional-musik-minang/ diakses 13/06/2022

33
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Lokananta pimpinan Benito Alan dan yang berperan penting dalam mendorong
vokalisnya Chrisbiantoro merilis album popularitas musik-musik daerah
Gambang Suling (gambar.6). (Barendregt et.al, 2018:47). Lokananta
Pada tahun 1960 Irama Record didirikan pada 1956 di Surakarta sebagai
mengorbitkan Lilies Suryani, seorang bentuk realisasi dari gagasan Direktur
penyanyi belia yang berbakat, dengan Jenderal Radio Republik Indonesia
merilis album Tjai Kopi (gambar 7). Album (RRI) pada 1954. Pendirian perusahaan
ini terdiri dari 4 buah lagu, yaitu: Tjai Kopi rekaman milik negara ini didasarkan
(Lilies Suryani), Di Dalam Taman Bunga pada dua tujuan utama. Pertama,
(Ismail Marzuki), Tepui-tepui (Sofjan), untuk menyempurnakan diskotik RRI
dan Di Kala Malam Tiba (Lilies Suryani) sebagai upaya menyediakan konten-
yang di iringi oleh orkes Suita Rama konten siaran. Kedua, untuk menambah
pimpinan Moeslihat. Lagu Tjai Kopi sendiri produksi piringan hitam nasional yang
berbahasa Sunda namun melodinya diharapkan dapat berkontribusi bagi
merupakan adaptasi dari lagu Indung- perkembangan kebudayaan nasional
indung milik masyarakat Kalimantan Indonesia dan mengurangi pengaruh-
Timur. Sementara lagu Tepui-tepui dikenal pengaruh kebudayaan asing sebagaimana
sebagai lagu daerah Lampung. Tidak kebijakan pemerintah. Dalam konteks
berbeda dengan album-album rekaman ini pula, kehadiran lokananta secara
Irama Record sebelumnya. Instrumen eksplisit merupakan upaya melawan
musik popular barat serta genre Hawaiian pengaruh-pengaruh musik popular barat
dan irama latin digunakan sebagai genre terhadap kehidupan musik nasional dan
musik pengiringnya. musik daerah. (Puguh, 2018:427).
Lokananta memproduksi berbagai
jenis pertunjukan, baik itu musik tradisi,
musik religius, lagu-lagu perjuangan, hingga
teater tradisi seperti wayang, ketoprak,
dan dhagelan. Philip Yampolsky (dalam
Puguh, 2018:428) menyederhanakan
berbagai jenis pertunjukan ini dalam 3
kategori, yaitu: musik nasional, hiburan
daerah, dan musik dan teater daerah.
Pada kategori hiburan daerah Lokananta
telah merekam berbagai lagu-lagu yang
Gambar 7: Cover Album Tjai Kopi (Lilies saat ini dikenal sebagai lagu daerah.
Suryani & Orkes Suita Rama)
Beberapa contoh dari itu adalah lagu
Sumber: https://digitalcollections.
universiteitleiden.nl/view/item/54619 Babendi-bendi, Seringgit Dua Kupang,
Ayo Mama yang dibawakan oleh orkes
Selain Irama Record, Lokananta Lokanada pimpinan B.Y Supardi dengan
juga merupakan perusahaan rekaman penyanyi Yetty Daulay, dan Sofjan Naan

34
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Gambar 8: Cover Piringan Hitam Orkes Lokanada


Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/54104

Gambar 9: Cover Piringan Hitam Orkes Pusaka


Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/54781

(lihat gambar 8). Sementara itu kerjasama rekaman musik. Di tahun 1964 Remaco
Lokananta dengan Orkes Pusaka pimpinan diambil alih oleh seorang produser
Achmad Zaelani melahirkan album Tjantik rekaman bernama Eugene Timothy.
Manies dengan penyanyi Alida van de Di tangan Eugene Timothy ini, tidak
Loosdrecht, Netty, dan Achmad Zaelani sedikit musisi kenamaan Indonesia
sendiri. Pada album ini Netty dan Zaelani era 50an hingga 70an yang sempat
membawakan lagu Kitjir-Kitjir lagu daerah dinaungi label Remaco Records, seperti
Betawi (gambar 9). Ernie Djohan, Enteng Tanamal, Pattie
Republic Manufacturing Company Bersaudara, Bob Tutupoly, Benyamin
atau dikenal dengan nama Remaco Sueb, Eddy Silitonga, Roma Irama, Elvy
(1954-1978) memiliki andil yang Sukaesih, Ade Manuhutu, Koes Plus, The
tidak kalah penting dalam mendorong Rollies, Bimbo, Panbers, Favorites Group,
munculnya lagu-lagu daerah. Label D’Lloyd, The Mercy’s, Muchsin & Titiek
rekaman ini didirikan oleh Moestari Sandhora. Sebelum akhirnya dinyatakan
dan Titien Soemarni yang sebelumnya pailit pada tahun 1978, Remaco dikenang
hanya sebagai perusahaan percetakan sebagai macan label musik Indonesia

35
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Gambar 10: Cover album Butet (Orkes Gambar 11: Cover album A Sing Sing So
Pusaka Nada) (Orkes Pusaka Nada)
Sumber: https://archive.org/details/ Sumber: https://archive.org/details/
pusakapnp003 pusakapnp004

yang berhasil bertahan dalam konversi lagu-lagu daerah Indonesia. Sebagian


media vinyl ke kaset.10 besar dari itu adalah lagu-lagu rakyat,
Sebelum menjadi label rekaman sisanya adalah lagu-lagu ciptaan baru.
yang fokus memproduksi lagu-lagu Meski demikian, tampak bahwa berbagai
bergenre keroncong dan Hawaiian, lagu-lagu itu dibawakan dengan gaya
Remaco telah banyak mencetak rekaman dan selera musik baru sebagai hiburan
lagu-lagu daerah. Salahsatu yang cukup sebagaimana musik popular umumnya.
dikenal adalah cetakan piringan hitam Lewat format orkes, yang melibatkan
Orkes Pusaka Nada pimpinan S.G.P alat musik gitar, bass, piano, drum,
Nainggolan berjudul Butet (gambar 10) serta gaya aransemen genre musik
dan A Sing Sing So (gambar 11). Pada pop dan irama latin, lagu-lagu daerah
dua album rekaman ini terdapat tiga lagu ini tampil sebagai alternatif musik-
yang saat ini dikenal sebagai lagu-lagu musik popular barat yang dilarang oleh
daerah Sumatra Utara, yaitu Butet, Sing pemerintah Orde Lama. Tidak hanya
Sing So, dan Ala Tipang. itu, penggunaan media dan teknologi
Beberapa contoh arsip rekaman perekaman musik modern mendorong
piringan hitam yang telah didiskusikan di lagu-lagu daerah mendapatkan status
atas memperlihatkan keberadaan lagu- prestius di panggung musik nasional
lagu yang hari ini dikategorikan sebagai pada dekade 60an.
T ur b ulen si p olitik 1 9 6 5 y a ng
10
Lihat:https://dennysakrie63.wordpress.
com/2013/12/07/membongkar-harta karun-
diikuti turunnya Soekarno sebagai
remaco/ & https://www.cnnindonesia.com/ presiden menandai perubahan kebijakan
hiburan/20180421181516-227-292536/ budaya Indonesia selanjutnya. Orde
perjalanan-lala-timothy-merawat-harta-
musik-remaco-records Baru di bawah Soeharto, membuka

36
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

kembali pasar musik popular barat di ngek-ngok) maupun sebagai model musik
tanah air dan diikuti oleh banjirnya yang sejalan dengan gagasan budaya
rekaman musik band-band Inggris nasional Indonesia.
Amerika seperti Rolling Stone dan Deep Kebijakan budaya pada masa
Purple. Musik popular barat kembali Demokrasi Terpimpin mendorong berbagai
menancapkan pengaruhnya pada publik Lembaga, musisi dan industri rekaman
musik di dalam negeri. Tidak hanya untuk menafsirkan dan menjalankan
itu, western lifestyle yang ditandai garis kebijakan tersebut dalam berbagai
dengan celana jeans, gaya rambut Mick cara dan penafsiran. Meskipun memiliki
Jager, bahasa prokem menjadi ‘standar kesamaan agenda menjadikan musik
budaya’ dikalangan generasi muda urban rakyat/ musik daerah sebagai musik
perkotaan. Kelompok musik rock lokal nasional serta mendapatkan status
seperti God Bless, the Rollies, lagu-lagu prestisius di dalam negeri, Lekra dan
pop sentimental, serta dangdut muncul LMI memiliki konsepsi tersendiri terkait
kepermukaan panggung musik nasional, musik nasional Indonesia. LEKRA
berkompetisi dengan musik-musik cenderung mengembangkan musik-
daerah yang sebelumnya diproyeksikan musik rakyat/ daerah yang memiliki nilai
menjadi musik nasional Indonesia. dan watak ‘revolusioner’ baik bentuk
maupun kontennya.
KESIMPULAN Sementara itu dalam ranah musik
Lagu-lagu daerah Indonesia hiburan, musisi dan industri rekaman
dimaknai sebagai suatu kategori lagu memproduksi berbagai lagu-lagu
berisi nyanyian rakyat maupun lagu-lagu berbahasa daerah dengan gaya dan
popular daerah yang ditujukan untuk selera baru. Lewat aransemen genre
menumbuhkan sikap nasionalisme, musik popular barat, irama latin, serta
persatuan, serta kebanggaan terhadap penggunaan instrumen musik diatonis
budaya bangsa. Hal ini menjelaskan barat; label rekaman musik seperti
mengapa lagu-lagu tersebut menempati Irama Record, Lokananta, dan Remaco
posisi penting dalam konteks pendidikan merekam lagu-lagu daerah Indonesia
nasionalisme/kebangsaan di sekolah, dalam media piringan hitam. Berbagai
pada upacara formal kenegaraan, rekaman musik daerah tersebut meliputi
maupun dalam ajang-ajang internasional lagu-lagu yang berasal dari Sumatra
dalam rangka diplomasi budaya Barat, Sumatra Utara, Lampung, Jakarta,
Indonesia. Makna dan fungsi itu telah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawsi Utara,
disematkan sejak era pemerintah Orde Kalimatan Timur dan seterusnya. Lagu-
Lama, khususnya pada era Demokrasi lagu itu hari ini dikenal sebagai lagu-
Terpimpin yang mendorong musik-musik lagu daerah yang menjadi representasi
daerah tampil kepermukaan panggung keindonesiaan dalam ranah musik. Tidak
musik nasional. Baik untuk melawan hanya itu, lagu-lagu daerah juga menjadi
pengaruh musik popular asing (ngak- media untuk menumbuhkan sikap

37
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

nasionalisme, patriotisme, dan kecintaan Elbourne, R. P.. 1975. “The Question


terhadap budaya bangsa. of Definition” Yearbook of the
International Folk Music Council,
DAFTAR PUSTAKA Vol. 7 (1975), pp. 9-29
Aryani, Dina. 2019. “Penggunaan Metode Farram, Steven. 2014. “Ganyang!
Demonstrasi untuk Meningkatkan Indonesian Popular Songs from
Prestasi Belajar Siswa dalam Mata the Confrontation Era, 1963–1966”
Pelajaran Seni Budaya Materi Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Pokok Lagu-Lagu Daerah” dalam Volkenkunde 170 (2014), pp. 1–24.
Jurnal Penelitian Pendidikan LPPM Doi: 10.1163/22134379-17001002
Universitas Pendidikan Indonesia, Feith, Herbert. 2006. - The Decline
Vol 19, No 2 (2019). of Constitutional Democracy in
Barendregt, Bart, Peter Keppy, and Henk Indonesia. Equinox Publishing.
Schulte Nordholt. 2018. Popular Forcucci, S. L. (1984). A folk song
Music in Southeast Asia Banal history of America: America through
Beats, Muted Histories. Amsterdam its songs. Englewood Cliffs, NY:
University Press-the University of Prentice-Hall Inc.
Chicago Press. Foulcher, Keith. 1986. “Social
B a y u d i , W i l d a n . 2 0 1 9 . Terlengkap commitment in literature and the
Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Lagu arts: The Indonesian ‘Institute
Daerah, Dan Lagu Anak Indonesia. of Peoples’ Culture’ 1950–1965”.
Penerbit Laksana. Clayton, VIC: Centre of Southeast
Booth, Anne & Peter McCawley. 1982. Asian Studies, Monash University.
Perekonomian Indonesia Sejak Jones, Tod. 2013. Culture, Power, and
Pertengahan Tahun Enampuluhan Authoritarianism in the Indonesian
(terj. Boediono). Jakarta: LP3ES. State: Cultural Policy across the
Cabrera, Daniel Antonio Milán.2020. Twentieth Century to the Reform Era.
“Pengaruh Musik Amerika Latin Koninklijke Brill NV, Leiden, The
Terhadap Indonesia” dalam Sorai: Netherlands.
Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Kurniadi, Agil & Ita Syamtasiah Akhyat.
Musik. Volume 13 No. 1 Juli 2020. 2014. “Indoktrinasi Manipol USDEK
P.36-50 sebagai Hegemoni Politik 1959-
Chisaan, Choirotun. 2012. “In Search 1967” dalam Jurnal Fakultas Ilmu
of an Indonesian Islamic Cultural Budaya, Universitas Indonesia, pp.
Identity, 1956-1965” in Heirs to 1-19.
the World Culture: Being Indonesia Kurniyanthi, Ni Made Feby, I Wayan
1950-1965 (ed. Lindsay & Liem). Wiarta, I Wayan Darsana. 2017.
Koninklijk Instituut voor Taal- “Pengaruh Model Pembelajaran
, Land- en Volkenkunde Press, Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Leiden. Berbantuan Lagu Daerah

38
Ricky Irawan, Lagu-Lagu Daerah Indonesia pada Panggung Musik Nasional 1950-1960An

Terhadap Kompetensi Pengetahuan tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.


Matematika” dalam MIMBAR PGSD Vol. 167, no. 4 (2011), pp. 386-404.
Undiksha, VOL. 5 NO. 2. Parlindungan, Utan. 2014. Mitos Genjer-
Legge, J.D. 1972. Sukarno: A political Genjer: Politik Makna dalam Lagu.
biography. London: Allen Lane, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Penguin Press. Politik Volume 17, Nomor 3, Maret
Lev, Daniel S. 1966. The Transition to 2014 (236-253)
Guided Democracy: Indonesian Puguh, Dhanang Respati. 2018.
politics, 19571959. Ithaca. NY: “Perusahaan Rekaman
Cornell Modern Project Monograph Lokananta, 1956-1990-an dalam
Series. Penyebarluasan Seni Pertunjukan
Liem, Maya H.T. 2013. “Bridge to the Jawa Surakarta” dalam SASDAYA,
Outside World Literary Translation Gadjah Mada Journal of Humanities,
in Indonesia, 1950-1965” Heirs to Vol. 2, No. 2 (May 2018), pp. 425-
the World Culture: Being Indonesia 450.
1950-1965 (ed. Lindsay & Liem). Redaksi Cemerlang Publishing. 2013.
Koninklijk Instituut voor Taal- Super Lengkap Koleksi Lagu
, Land- en Volkenkunde Press, Wajib,Nasional & Daerah. Penerbit
Leiden. Cemerlang Publishing.
Lindsay, Jenifer & Maya H.T Liem Redaksi Pustaka Baru, 2016. Koleksi
(Ed). 2012. Heirs to the World Lengkap Lagu-lagu Daerah & Wajib
Culture: Being Indonesia 1950-1965. Nasional. Penerbit Pustaka Baru
Koninklijk Instituut voor Taal-, Press.
Land- en Volkenkunde. Redaksi Dida Pustaka. 2016. Koleksi
Maulida. Optimalisasi Perkembangan Lengkap Lagu Wajib Nasional &
Motorik Halus Anak Melalui Daerah. Penerbit Rexa Pustaka
Permainan Lagu Daerah “Ampar- Redaksi Terang Sejati. 2019. Kompilasi
Ampar Pisang” dalam Cakrawala Superlengkap Lagu Wajib Nasional
Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia & Daerah. Penerbit Terang Sejati
Dini. Vol 11, No 1 (2020). Ricklefs, M. C. 2001. A History of
Mintargo, Wisnu. 2017. “Peran Lagu Modern Indonesia since c.1200
Perjuangan dan Pendidikan (Third Edition). First published
Kesadaran Nasionalisme di 2001 by PALGRAVE Houndmills,
Indonesia” dalam PROMUSIKA: Basingstoke, Hampshire.
Jurnal Pengkajian, Penyajian, dan Sen, Krishna & David T. Hill. 2000. Media,
Penciptaan Musik  Institut Seni Culture, and Politic in Indonesia.
Indonesia Yogyakarta. p:41-46 Oxford Univeristy Press, United
Nordholt, Henk Schulte. 2011. “Indonesia State of America.
in the 1950s Nation, modernity, and Setiowati, Shintya Putri. “Pembentukan
the post-colonial state” Bijdragen Karakter Anak Pada Lagu Tokecang,

39
Jurnal Kajian Seni, Vol. 09, No. 01, Oktober 2022: 19-40

Jawa Barat” dalam Jurnal Ilmu Weintraub, Andrew N. 2019. “Titik Puspa:
Budaya, V o l . 8 N o . 1 ( 2 0 2 0 ) : Gendered Modernity in 1960s and
January-June. 1970s Indonesian Popular Music”
Simanungkalit, Nortier. 2013. Lagu in Vamping the Stage Female Voices
Daerah dan Nasional. Penerbit of Asian Modernities (ed. Weintraub
Gramedia Pustaka Utama Indonesia. & Barendregt). University of Hawai‘i
Trianti Lestari, N. K., Kristiantari, Press.
M. R., & Ganing, N. N. (2018). Yampolski, Philip. 1995. “Forces for
“Pengaruh Model Pembelajaran Change in the Regional Performing
Talking Stick Berbantuan Lagu Arts of Indonesia” Bijdragen tot de
Daerah Terhadap Hasil Belajar Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel
IPS” dalam International Journal of 151, 4de Afl., Performing Arts in
Elementary Education,  1(4), 290– Southeast Asia, pp.701-725.
297. https://doi.org/10.23887/ijee. Yuliantri, Rhoma Dwi Aria. 2012.
v1i4.12960 “Lekra and Ensembles Tracing The
Wallach, Jeremy. 2008. Modern Noise, Indonesian Musical Stage” Heirs to
Fluid Genres: Popular Music in the World Culture: Being Indonesia
Indonesia, 1997-2001. University of 1950-1965. Koninklijk Instituut voor
Wisconsin Press. Taal-, Land- en Volkenkunde Press,
Leiden.

40

View publication stats

You might also like