You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.

2 /Desember 2015

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI


PURSED LIP BREATHING PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
DI RUANG RSU PUSAT PERSAHABATAN
JAKARTA
Seven Sitorus
Staf Pengajar Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta Kampus FIKES UPNVJ, Jl. Limo Raya RT 03/05, Limo, Depok,
Jawa Barat – 16515;
Email: sevens1973@yahoo.co.id

Abstract

Background: Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD) is disease characterized by


obstruction air flow in the breath not wholly reversible. One treatment can be done on improving
exercise tolerance is exercise respiration as pursed lip breathing ( PLB ). Purse lip breathing is a
techniques of breathing carried out to expelling air by creating power through in move closer
/pursed lips. Purpose: provide an illustration of the application of the practice of evidence based
nursing of pursed lip breathing in patients COPD in RSUP Persahabatan Jakarta. Method: the
implementation of the practice of evidence based nursing pursed lip breathing is applied to 12
people sample ( 10 men and 2 women ) diagnosed with COPD exacerbation. Result: the majority
of sex respondents is man as many as 10 ( 83,3 % ) persons and women as many as 2 ( 16,7 % ) a
person .mean the age of respondents is 61,5 years ± 10.4 .mean the value of PEF ( Peak
Expiratory Flow ), the value of the saturation oxygen , the value of respiratori rate before the
intervention in a consecutive manner is 131.6 ± 44.6; 92.1 ± 2.44; 31.5 ± 2 . While value after the
intervention is 175.0 ± 60.0; 97,1 ± 1.6; 22,6 ± 1.7 with P value = 0.001, α = 0.05. Conclusions:
there are significant influence the application of pursed lip breathing between before and after the
intervention in patients COPD. Advice: Intervention evidence based nursing can be applied to all
patients COPD so reached the quality of care of nursing based on research .

Keywords : COPD, pursed lip breathing.

PENDAHULUAN (Depkes, 2008). Penyakit paru


obstruktif kronik ini umumnya
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif disebabkan oleh polusi udara, radang
Kronik) merupakan penyakit yang akut saluran pernapasan yang
ditandai dengan hambatan aliran berkepanjangan, radang kronis
udara di saluran nafas yang tidak saluran pernapasan, gangguan sistem
sepenuhnya reversibel. Hambatan imunitas paru, sekret bronkus yang
aliran udara ini bersifat progresif dan berlebihan (Halim Danusantoso,
berhubungan dengan respons 2014). Gambaran klinis penyakit paru
inflamasi paru terhadap partikel atau obstruktif kronik ini adalah: Onset
gas yang beracun atau berbahaya (awal terjadinya penyakit) biasanya

43
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

pada usia pertengahan, perkembangan sedunia (COPD day) diperingati


gejala bersifat progresif lambat, setiap tanggal 18 November.
riwayat pajanan, seperti merokok,
polusi udara (di dalam ruangan, luar Hasil studi pendahuluan yang di
tempat kerja), sesak pada saat lakukan penulis melalui unit medical
melakukan aktivitas, hambatan aliran record Rumah Sakit Umum Pusat
udara umumnya ireversibel (tidak Persahabatan (2014), terdapat 1280
bisa kembali normal). orang pasien PPOK yang dirawat dan
92 orang pasien yang dilakukan
PPOK merupakan salah satu perawatan di IGD selama enam bulan
penyebab utama kesakitan dan terakhir. Hasil observasi yang
kematian di seluruh dunia. Data hasil dilakukan penulis selama satu bulan
Riset Kesehatan Dasar pada bulan November 2014 di
(RISKESDAS) pada tahun 2013 Instalasi Gawat Darurat pada pasien
menunjukkan bahwa prevalensi PPOK yang mengalami eksarsebasi
PPOK di Indonesia sebanyak 3,7%. akut ditangani dengan pemberian
Prevalensi PPOK diperkirakan akan oksigen, dan obat-obatan
terus meningkat sehubungan dengan bronkodilator melalui nebulizer
peningkatan usia harapan hidup maupun intravena dan pasien jarang
penduduk dunia, pergeseran pola sekali di ajarkan teknik latihan
penyakit infeksi yang menurun pernapasan seperti pursed lip
sedangkan penyakit degeneratif breathing dan kalaupun diajarkan
meningkat serta meningkatnya masih belum ada keseragaman antara
kebiasaan merokok dan polusi udara. satu perawat dengan perawat yang
WHO (2013) memprediksi bahwa lainnya, hal ini mungkin disebabkan
PPOK yang saat ini merupakan karena belum adanya SOP yang
penyebab kematian ke-4 di seluruh dibakukan mengenai pursed lip
dunia diperkirakan pada tahun 2020 breathing.
akan menjadi penyebab kematian
ketiga di seluruh dunia. Sebagai Melihat peliknya permasalahan pada
pengingat pentingnya masalah PPOK, pasien dengan PPOK, maka
WHO menetapkan hari PPOK penatalaksanaan yang tepat sangatlah

44
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

diperlukan. Tujuan penatalaksanaan Purse-lip breathing juga


pada pasien PPOK ini adalah memperbaiki pola nafas,
mencegah progresif penyakit, meningkatkan volume tidal dan
menghilangkan gejala, memperbaiki mengurangi sesak nafas. Selain itu
status kesehatan, mencegah dan PLB juga ditujukan untuk
mengobati penyulit, menurunkan memperbaiki pertukaran gas dan
mortalitas, mencegah dan mengobati penggunaan otot pernapasan. Manfaat
eksaserbasi, memperbaiki exercise lainnya dari PLB membantu menjaga
tolerance (Slamet H, dkk, 2013). jalan napas agar tetap terbuka dalam
mempertahankan tekanan positip
Salah satu penatalaksanaan yang jalan napas. Tujuan lain dari pursed
dapat dilakukan dalam memperbaiki lips breathing ini adalah untuk
exercise tolerance adalah latihan membantu klien memperbaiki
pernapasan seperti pursed lip transport oksigen, menginduksi pola
breathing (PLB). Purse-lip breathing napas lambat dan dalam, membantu
adalah suatu teknik pernapasan yang pasien untuk mengontrol pernapasan,
dilakukan untuk mengeluarkan udara mencegah kolaps dan melatih otot-
dengan menciptakan kekuatan otot ekspirasi untuk memperpanjang
melalui merapatkan/memonyongkan ekshalasi dan meningkatkan tekanan
bibir (Jadranka Sphahija, Michael de jalan napas selama ekspirasi, dan
Marchie and Alejandro Grassino, mengurangi jumlah udara yang
2005). terjebak (Smeltzer & Bare, 2013).

Purse-lip breathing sering dilakukan Pursed-lip breathing ini juga


oleh pasien secara spontan, saat bertujuan untuk memberikan manfaat
purse-lip breathing diaktifkan otot subjektif pada penderita yaitu
perut selama ekspirasi ternyata dapat mengurangi sesak, rasa cemas dan
memperbaiki pertukaran gas yang tegang karena sesak. Pernafasan
dapat dilihat dengan membaiknya pursed lip breathing dilakukan
saturasi oksigen arteri (John E, dengan cara penderita duduk dan
Hodgkin., Bartolome R, Celli., bernafas dengan cara
Gerilynn L. Connors , 2009). menghembuskan melalui mulut yang

45
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

hampir tertutup (seperti bersiul) darurat RSUP Persahabatan Jakarta.


selama 4-6 detik. Cara itu diharapkan Pasien yang terlibat dalam penerapan
dapat menimbulkan tekanan saat praktek keperawatan berbasis bukti
ekspirasi sehingga aliran udara ini sebanyak 12 orang ( 10 orang laki-
melambat dan meningkatkan tekanan laki dan 2 orang perempuan) yang
dalam rongga perut yang diteruskan terdiagnosa PPOK eksarsebasi. Tahap
sampai bronkioli sehingga kolaps kerja yang dilakukan dengan
saluran nafas saat ekspirasi dapat menggunakan dua metode tergantung
dicegah. dari kondisi pasien tersebut.

Pursed lip breathing ini merupakan Tahap pertama yaitu sambil duduk
salah satu terapi intervensi dikursi, caranya: lipat tangan diatas
keperawatan non farmakologi dan abdomen, hirup napas melalui hidung
non invasive yang dapat mengurangi sambil menghitung hingga 3,
sesak napas (menurunkan frekwensi membungkuk ke depan 30 sampai 40
pernapasan), meningkatkan saturasi derajat dengan kepala terangkat
oksigen dan meningkatkan arus dengan sudut 16 sampai 18 derajat
puncak respirasi. Pursed lip breathing dan hembuskan dengan lambat
sangat mudah untuk dilakukan, oleh melalui bibir yang dirapatkan sambil
sebab itu penulis tertarik untuk menghitung hingga 7. Sedangkan
menerapkan Evidence Based Nursing tahap yang kedua yaitu sambil
Practice (EBNP)/ praktik berjalan, caranya: hirup napas sambil
keperawatan berbasis bukti tentang melangkah dua langkah, hembuskan
Pursed lip breathing ini. napas melalui bibir yang dirapatkan
sambil berjalan empat atau lima
METODE PENELITIAN langkah. Lama waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan
Pelaksanaan praktek keperawatan tahap kerja adalah 5 sampai dengan
berbasis bukti yang diterapkan oleh 10 menit. Setelah itu baru dilakukan
penulis adalah latihan napas dengan evaluasi untuk pendokumentasian.
metode pursed lip breathing pada Adapun evaluasi yang dilakukan
pasien PPOK di ruang instalasi gawat adalah dengan mencatat hasil sebelum

46
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

dan sesudah dilakukan intervensi Distribusi frekuensi pasien PPOK


berdasarkan usia, APE (pre dan post),
pursed lip breathing mencakup Saturasi Oksigen (pre dan post), RR
frekwensi pernapasan, arus puncak (pre dan post) di Ruang IGD RSUP
Persahabatan Jakarta (n = 12)
respirasi (APE) serta saturasi oksigen. Variabel Mean SD 95% CI
Alat yang digunakan untuk mengukur Usia 61.5 10.4 58.8 ; 68.1
hasil evaluasi yaitu jam tangan, peak APE PRE 13 44.6 103.2;160.0
1.6
flow metry, oksimetri. Berikut hasil
APE 175.0 60.0 136.8;213.1
penerapan praktek keperawatan POST
berbasis bukti di ruang IGD RSUP Saturasi 92.1 2.44 90.6; 93.7
Oksigen
Persahabatan Jakarta:
Pre
Saturasi 97.1 1.6 96.0; 98.2
HASIL PENELITIAN Oksigen
Post
Tabel 1
Distribusi frekuensi pasien PPOK
RR Pre 31.5 2.1 30.1; 32.8
berdasarkan jenis kelamin Di Ruang RR Post 22.6 1.7 21.5;23-7
IGD RSUP Persahabatan Jakarta (n =
12) Tabel 2. Menampilkan rata –
Variabel Jumlah Persentase
(n) (%) rata usia responden yaitu 61,5 tahun ±
Jenis 10,4 (95% CI : 58.8 ; 68.1). Rata –
Kelamin
Laki – laki 10 83,3 rata nilai APE (Arus Puncak
Perempuan 2 16,7 Ekspirasi) sebelum intervensi adalah
Tabel 1. Menunjukkan 131.6 ± 44.6 (95% CI: 103.2 ; 160,0)
mayoritas jenis kelamin responden dan rata-rata nilai APE setelah
berjenis kelamin laki – laki sebanyak intervensi adalah 175.0 ± 60.0 (95%
10 (83,3%) orang dan perempuan CI: 136.8 ; 213,1). Rata – rata nilai
sebanyak 2 (16,7%) orang. saturasi oksigen sebelum intervensi
adalah 92.1 ± 2.44 (95% CI: 90.6 ;
93,7), dan rata-rata nilai saturasi
oksigen setelah intervensi adalah 97,1
± 1,6 (95% CI: 96,0 ; 98,2). Rata –
rata nilai respiratori rate sebelum
intervensi adalah 31.5 ± 2.1 (95% CI:
Tabel 2 (95% CI: 30.1 ; 32,8), dan rata-rata

47
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

nilai respiratori rate setelah intervensi breathing sebelum dan sesudah


adalah 22,6 ± 1,7 (95% CI: 21,5 ; intervensi pada pasien PPOK. Karena
23,7) . nilai p ˂ 0.05 maka Ho di tolak. Jadi
dapat disimpulkan ada pengaruh yang
Tabel 3 signifikan antara nilai sebelum dan
Analisis rata-rata selisih nilai APE,
Saturasi Oksigen, RR sebelum dan sesudah penerapan pursed lip
sesudah dilakukan intervensi Pursed breathing sebelum dan sesudah
Lip Breathing di Ruang IGD RSUP
Persahabatan Jakarta (n = 12) intervensi pada pasien PPOK.
Variabel Kelompok Mean SD P Value
Arus Pre 131.6 44.6 PEMBAHASAN
Puncak Post 175.0 60.0 0,001
Ekspirasi
Rata-rata selisih nilai APE sebelum
Saturasi Pre 92.1 2.4
0,001
dan sesudah intervensi latihan
Oksigen Post 97.1 1.6
Respiratori Pre 31.5 2.1 napas pursed lip breathing.
0,001
Rate Post 22.6 1.7
Hasil penerapan praktik keperawatan

Berdasarkan hasil analisis berbasis bukti mengenai latihan napas

pengukuran rata-rata arus puncak pursed lip breathing terhadap APE,

ekspirasi sebelum intervensi adalah dapat disimpulkan ada pengaruh yang

sebesar 131.6 ± 44.6 dan setelah signifikan dengan p=0,001, α 0,05.

intervensi adalah sebesar 175.0 ± Hasil ini sejalan dengan penelitian

60.0; rata-rata saturasi oksigen yang dilakukan oleh Jadranka

sebelum intervensi adalah sebesar Spahija, Michel De Marchie and

92.1 ± 2.4 dan setelah intervensi Alejandro Grassino, (2005) pada 8

adalah sebesar 97,2 ± 1,6; rata-rata orang pasien PPOK (6 laki-laki dan 2

respiratori rate sebelum intervensi perempuan) dengan rata-rata (±SD)

adalah sebesar 31,5 ± 2,1 dan setelah umur 58 tahun ± 11 tahun dan rata-

intervensi adalah sebesar 22,6 ± 1,7 rata arus puncak ekspirasi menit

dengan 12 responden pada tabel.3 pertama terdiri dari 1,34 ± 0,44± L (

diatas menggunakan uji Dependent T- 50 ± 21% prediksi). Hasilnya:

test di dapatkan nilai P value = 0.001, Terdapat hubungan yang signifikan

yang berarti pada alpha 5% ada antara PLB dengan sesak napas saat

pengaruh penerapan pursed lip aktivitas terutama pada puncak

48
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

ekpirasi pernapasan dengan nilai fungsi paru dan analisa gas darah,
estimasi p=0,002). Kesimpulan: pola pernapasan, dan otot pernapasan.
pengaruh PLB pada sesak napas Kesimpulannya: PLB dapat
terkait dengan perubahan kenaikan memperbaiki fungsi pernapasan
tidal volume dan puncak ekspirasi pasien dengan penyakit primer
pernapasan. maupun sekunder. Hubungan pola
pernapasan dengan prosedur PLB
Rata-rata selisih nilai saturasi digambarkan terlebih pada masalah
oksigen sebelum dan sesudah psikologis dan ventilasi yang efisien.
intervensi latihan napas pursed lip Adanya tahanan fase ekspirasi
breathing. pernapasan terutama dikaitkan pada
keterlibatan mulut namun secara
Beranjak pada penerapan praktik signifikan perubahan sementara
keperawatan berbasis bukti mengenai terjadi pada pola pernapasan dan
latihan napas pursed lip breathing penggunaan otot-otot pernapasan.
terhadap saturasi oksigen, dapat Hasilnya adalah tidal volume
disimpulkan ada pengaruh yang meningkat, penurunan konsumsi
signifikan dengan p=0,001, α 0,05. oksigen, perbaikan analisa gas darah
hasil ini sejalan dengan penelitian (saturasi oksigen).
yang dilakukan oleh G.A.de.F.
Fregonezi, V.R.Resqueti, and R.Guell Rata-rata selisih nilai RR sebelum
Rous (2004). Pada artikel ini, mereka dan sesudah intervensi latihan
mereview artikel tentang PLB yang napas pursed lip breathing.
sudah dipublikasikan mulai tahun Beranjak pada penerapan praktik
1964 sampai dengan 2003 sebanyak keperawatan berbasis bukti mengenai
15 penelitian dengan desain RCT latihan napas pursed lip breathing
(Randomized Clinical Trials) baik terhadap saturasi oksigen, dapat
menggunakan kontrol group maupun disimpulkan ada pengaruh yang
tidak menggunakan kontrol group. signifikan dengan p=0,001, α 0,05.
Lebih jelasnya, mereka melihat Hasil ini sejalan dengan penelitian
beberapa sesi mengenai salinan yang dilakukan oleh Frank J.Visser,
tulisan mengenai pengaruh PLB pada Sunil Ramlal, P.N. Richard

49
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Dekhuijzen, Yvonne F.Heijdra (2010) sehingga hasil APE yang didapat


yang menyatakan nilai rata-rata tidak akurat.
frekuensi pernapasan menurun secara
signifikan dengan p˂0,001dan SD: SARAN
3,1 kali pernapasan/menit, sehingga Intervensi keperawatan berbasis

dapat disimpulkan perbaikan bukti yang sudah diterapkan oleh

kapasitas inspirasi setelah PLB penulis, dapat dilaksanakan oleh

mengindikasikan berkurangnya perawat ruangan sehingga dapat

sedikit hiperinflasi pada pasien PPOK meningkatkan kualitas asuhan

berat. keperawatan yang diberikan. Namun


sebelum diterapkan sebaiknya dibuat

KESIMPULAN dulu standar prosedur operasional


(SPO) yang disahkan oleh direktur
Penerapan praktek keperawatan rumah sakit umum pusat
berbasis bukti pursed lip breathing Persahabatan.
pada pasien PPOK didapatkan hasil
yang efektif sehingga dapat REFERENSI
disimpulkan terdapat pengaruh yang Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kemeterian
signifikan antara pemberian Kesehatan RI. Laporan Hasil
intervensi keperawatan latihan napas Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013.
pursed lip breathing terhadap arus LITBANG DEPKES
puncak ekspirasi (APE), saturasi RI.Jakarta.2013.

oksigen, dan respiratory rate (RR) Depkes (2008). Pedoman


dengan p=0,001, α 0,05. Namun Pengendalian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Menteri
penerapan latihan napas pursed lip Kesehatan Republik Indonesia,
breathing ini mempunyai kelemahan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
yaitu tidak dapat dilaksanakan bagi 1022/MENKES/SK/XI/2008.
pasien yang menggunakan gigi palsu
Frank J.Visser, Sunil Ramlal, P.N.
atau ompong, hal disebabkan karena Richard Dekhuijzen, Yvonne
akan mengganggu tiupan pernapasan F.Heijdra (2010) dengan judul
“Pursed Lips Breathing
pasien pada saat ekspirasi maksimal Improves Inspiratory Capacity
in Chronic Obstructive
Pulmonary disease: clinical

50
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

investigations”. Karger AG, (2009). Pulmonary


Basel. Respiration 2011;81:372- Rehabilitation. USA. Elsevier.
378. DOI:10.1159/000319036.
Slamet H, dkk,( 2013). Buku Ajar
G.A.de.F.Fregonezi, V.R.Resqueti, Ilmu Penyakit paru. Departemen Ilmu
and R.Guell Rous (2004) Penyakit Paru, FK Unair RSUD Dr.
dengan judul “Pursed Lip Soetomo. Surabaya.
Breathing: Review Article”.
Arch Bronconeumal Rumah Sakit Umum Pusat
2004;40(6):279-82. Persahabatan (2014). Angka
Kejadian PPOK. Unit Medical
Halim Danusantoso,( 2014). Buku Record.
saku ilmu penyakit paru, Edisi
2. Jakarta. EGC. Smeltzer,S.C., Bare, G.B. (2013).
Buku Ajar Keperawatan
Jadranka Sphahija, Michael de Medikal Bedah. (Edisi 8
Marchie and Alejandro Volume.1). Alih Bahasa:
Grassino, (2005), Effects of Waluyo, A., dkk, Jakarta; EGC.
Imposed Pursed Lip Breathing
on Respiratory Mechanics and World Health Organization (WHO).
Dyspnea at Rest and During Chronic Obstructive Pulmonary
Exercise in COPD. Chest: Aug Disease (COPD). WHO.
2005; 128,2; Proquest Nursing Geneva. 2013.
& Allied Health Source pg.640.

John E, Hodgkin., Bartolome R,


Celli., Gerilynn L. Connors

51

You might also like