You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 2 nomor 01, Februari 2019

A RETROSPECTIVE STUDY INJURIES IN SLEMAN BADMINTON PLAYERS

Nurwahida Puspitasari, SST.FT., M.Or 1) Devinta Yulia L, S.Ftr. 2)


1, 2)
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Jl. Ring Road Barat No.63 Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta
¹email : nurwahidapuspitasari@unisayogya.ac.id

Abstract
Background. Sports injury is a problem that arises in a person after doing physical activity or exercise both
when exercise and match,it can happen suddenly and difficult to avoid. Sports injuries for a professional athlete
can result in losing time following training and matches and decrease achievement. Therefore, information
about sports injuries in badminton to avoid and minimize injury is needed. Purpose. To understand the
demographics, investigate the types of injuries, and find out the 5 types of injuries that are most common in
badminton players. Research methods. This study is a retrospective study with a survey method. Results. The
results of this study show the demographics of badminton players in Sleman based on age dominated by 11-16
years old players as with 97 players (58%), for sex dominated by men with 101 players (60%), based on Body
Mass Index (BMI) dominated normal in 117 players (68%). The most common type of injury that occurs is soft
tissue injury consisting of bruising, strain, sprain, overstretch, and for hard tissue injury consisting of
dislocation. Five most common badminton injuries in order are: shoulder overstretch, knee injury, ankle strain,
tennis elbow and hamstring strain.

Keywords: Sports Injury, Badminton

Abstrak
Latar Belakang. Cedera olahraga merupakan masalah yang timbul dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas fisik ataupun olahraga baik dalam berlatih maupun bertanding, kejadiannya dapat tiba-tiba dan sulit
dihindari . Cedera olahraga dapat mengakibatkan seorang atlet profesional, kehilangan waktu mengikuti
latihan dan pertandingan serta menghambat prestasi. Oleh sebab itu, Informasi mengenai cedera olahraga
pada cabang olahraga badminton saat diperlukan, guna menghindari dan meminimalisir terjadinya cedera.
Tujuan. Mengetahui demografi, menyelidiki jenis cedera, dan mengetahui 5 macam cedera yang paling umum
pada pemain badminton. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian restrospektif dengan metode
survey. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukan demografi pemain badminton di Sleman berdasarkan usia di
dominasi usia11- 16 tahun sebanyak 97 pemain (58 %), berdasarkan jenis kelamin di dominasi laki- laki
sebanyak 101 pemain (60%), berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di dominasi normal sebanyak 117
pemain (68%). Jenis cedera yang terjadi yaitu cedera jaringan lunak terdiri dari: memar, strain, sprain,
overstretch, cedera jaringan keras terdiri dari dislokasi. 5 (lima) cedera paling umum pada badminton yaitu:
(1) overstretch bahu, (2) knee injury, (3) ankle strain, (4) tennis elbow dan (5) hamstring strain.

Kata kunci: Cedera Olahraga , Badminton

1
Bulutangkis adalah olahraga yang
1. Pendahuluan
disukai di seluruh dunia, juga jutaan orang
Bermain bulutangkis memang
di segala usia. Olahraga ini membutuhkan
menyenangkan dan menyehatkan. Namun,
perubahan kecepatan, kecepatan reaksi,
jika tak hati-hati bisa saja mengalami
daya tahan dan kekuatan otot, serta kerja
cedera saat melakukannya. Jangan salah
jantung yang tinggi. Ciri-ciri olahraga ini
lho, atlet profesional yang sangat mumpuni
adalah menggunakan raket dan bergerak
pun kerap dilanda cedera ketika bertanding.
mondar–mandir di lapangan serta
Contohnya, pasangan ganda campuran
menggunakan suatu benda yang dipukul.
kebanggaan Indonesia yang meraih gelar
Dalam permainan bulutangkis, sangat
Olimpiade Rio 2016, Tantowi Ahmad -
diperlukan kondisi fisik yang baik agar
Lilyana Natsir. Cedera lutut itu tepatnya
mampu melakukan gerakan-gerakan seperti
dialami Lilyana setelah meraih gelar
melompat, bergerak serta melakukan
bergengsi tersebut. Selanjutnya, pasangan
perubahan arah gerakan dengan cepat,
ganda putra kebanggaan Indonesia, yang
memukul dengan kuat dan cepat secara
kini menempati peringkat pertama dunia,
terus menerus. Beberapa tuntutan gerakan
Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya
tersebut tentunya juga beresiko
Sukamuljo, pernah gagal di ajang BCA
mengakibatkan cedera olahraga apabila
Indonesia Open Super Series Premier 2017.
pada pelaksanaannya tidak memahami
Kegagalan itu dipengaruhi karena kondisi
prinsip gerakan dasar dengan baik dan tidak
Kevin yang tak prima akibat cedera bahu
memiliki kondisi fisik yang cukup. Cedera
yang dialaminya. Selain Lilyana Natsir,
olahraga bisa terjadi karena kurangnya
pasangan ganda putri Indonesia Ni Ketut
persiapan pada fase persiapan (warm-up),
Mahadewi dan Rosyita Eka Putri pernah
kontrol program latihan (volume, intensitas,
gagal melakukan pertandingan kontra wakil
frekuensi, istirahat) yang diberikan, serta
Malaysia pada semifinal SEA Games 2017.
tidak adanya analisa teknik gerakan yang
Pasalnya, pasangan Indonesia itu mesti
aman dan benar dari cabang olahraga
mundur karena Rosyita mengalami cedera
tersebut [2].
pada lutut kaki kirinya (Hallodoc).
Dalam proses pembinaan atlet
Terakhir, atlet bulutangkis pria Anthony
jangka panjang, ketidakberhasilan dalam
Sinisuka Ginting mengalami cedera otot di
pencapaian prestasi ditentukan dari
detik-detik terakhir pertandingan final
beberapa faktor salah satunya adalah
bulutangkis beregu Asian Games 2018 saat
terjadinya cedera olahraga pada atlet
bertanding melawan atlet putra perwakilan
tersebut. Jumlah atlet junior yang
China, Shi Yuqi (Tribunnews).
mengalami drop-out dikarenakan
Cedera olahraga merupakan
mengalami cedera selama pembinaan
momok yang sangat menakutkan bagi
sebelum mencapai prestasi maksimal di
seorang atlet profesional, karena cedera
usia senior sebesar 71% dan hanya sekitar
akan membuat si atlet kehilangan waktu
10% dari jumlah keseluruhan atlet remaja
mengikuti latihan dan pertandingan.
yang meraih prestasi maksimal di usia
Akibatnya, atlet tidak memiliki
senior. Prevalensi cedera olahraga pada
kesempatan untuk menunjukkan prestasi
atlet usia remaja dari tahun ke tahun pun
terbaiknya, atau keadaan tersebut
terus mengalami peningkatan dan jenis
menghilangkan kesempatan atlet
cedera olahraganya pun semakin beragam.
profesional mendapatkan sumber
Hal ini yang dimungkinkan menjadi salah
penghasilannya [1].
satu faktor penyebab ketidakberhasilan atlet
dalam meraih prestasi. Sehingga, Informasi
2
mengenai cedera olahraga pada cabang Cedera olahraga adalah cedera
bulutangkis sangat penting guna yang terjadi pada sistem muskuloskeletal
menghindari dan meminimalisis terjadinya atau sistem lain sehingga dapat
cedera. mempengaruhi sistem muskuloskeletal,
Tujuan dari penelitian ini adalah terjadi baik pada waktu latihan,
untuk: Mengetahui demografi pada pemain pertandingan, maupun sesudahnya dengan
badminton, Menyelidiki jenis cedera pada indikator yaitu cedera sangat berat, cedera
pemain badminton, dan mengetahui 5 berat, cedera sedang, cedera ringan, dan
macam cedera yang paling umum pada cedera sangat ringan [5].Cedera olahraga
pemain badminton. merupakan masalah yang timbul dalam diri
Manfaat Penelitian: Penelitian ini seseorang setelah melakukan aktivitas fisik
bermanfaat untuk menambah wawasan bagi ataupun olahraga baik dalam berlatih
ilmu pengetahuan khususnya ilmu maupun bertanding, kejadianya dapat tiba-
fisioterapi dan olahraga dalam tiba dan sulit dihindari.
mengindetifikasi cedera olahraga pada
olahraga badminton. Hasil penelitian ini Dari beberapa penjelasan di atas,
diharapkan dapat menjadi upaya dalam maka dapat disimpulkan bahwa cedera
mencegah dan mengurangi resiko olahraga adalah segala bentuk kelainan dan
terjadinya cedera olahraga pada olahraga kerusakan yang terjadi dalam tubuh baik
badminton. pada struktur maupun fungsi tubuh yang
menimbulkan rasa sakit, diakibatkan
melakukan aktifitas gerak fisik dan
2. Tinjauan Pustaka
olahraga dan terjadi secara langsung atau
2.1 Olahraga Badminton tidak langsung.

Badminton adalah Suatu permainan yang 2.3 Klasifikasi cedera berdasarkan


saling berhadapan satu orang lawan satu orang penyebab
atau dua orang lawan dua orang, dengan
menggunakan raket dan shuttle sebagai alat 2.3.1 External Violence
permainan, bersifat perseorangan yang Adalah cedera yang timbul karena
dimainkan pada lapangan tertutup maupun pengaruh dari luar, misalnya Body contact
lapangan terbuka dengan berupa lapangan sport: sepakbola, tinju, karate. Alat- alat
yang datar terbuat dari beton, kayu, karpet olahraga: bola, stick hockey atau raket yang
ditandai garis sebagai batas lapangan dan terlepas dari pegangan. Keadaan sekitar:
lapangan yang tidak memenuhi persyaratan
dibatasi net pada tengah lapangan permainan
2.3.2 Internal violence
[3].
Cedera ini terjadi karena koordinasi otot
dan sendi yang kurang sempurna sehingga
2.2 Cedera Olahraga
menimbulkan gerakan- gerakan yang salah dan
mengakibatkan cedera. Ukuran tungkai yang
Cedera adalah kelainan yang terjadi
tidak sama panjang, serta ketidakseimbangan
pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya kekuatan otot- otot yang bersifat antagonis
nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat juga dapat menjadi factor internal penyebab
berfungsi dengan baik pada otot, tendon, cedera. Cedera juga dapat terjadi karena
ligament, persendian maupun tulang akibat kurangnya pemanasan, kurang konsentrasi,
aktivitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan atau pada saat fisik dan mental pemain sedang
[3]. Ada dua jenis katagori cedera yang sering lemah.
2.3.3 Overuse
terjadi dan dialami pada saat atlet melakukan Cedera ini timbul karena pemakaian
aktivitas fisik, yaitu trauma akut dan cedera otot yang berlebihan dan terjadi berulang-
karena pemakaian berlebih (overuse injury) ulang. Sifatanya biasanya perlahan- lahan
(Brukner&Khan, 2007). (bersifat kronis).
3
2.4 Klasifikasi cedera berdasarkan berat 2.7 Klasifikasi cedera berdasarkan
ringan cedera mekasime (biomekanika)
2.7.1 Traction
2.4.1 Cedera ringan Cedera yang disebabkan oleh adanya suatu
Cedera yang tidak diikuti kerusakan tarikan dari dua energy yang bergerak
yang berarti pada jaringan tubuh kita, misalnya
berlawanan arah. Bagian yang teregang
kekakuan otot otot dan kelelahan. Pada cedera
ringan biasanya tidak diperlukan pengobatan tersebut dapat mengalami cedera traction.
apapun, dan cedera akan sembuh dengan 2.7.2. Compression
sendirinya setelah beberapa waktu. Cedera yang disebabkan oleh dua energi
2.4.2 Cedera berat yang berasal dari arah berlawanan menuju ke
Cedera yang serius, dimana pada cedera satu titik. Daerah yang menerima energy disatu
tersebut terdapat kerusakan jaringan tubuh, titik inilah yang mengalami cedera
misalnya robeknya otot atau ligament maupun
compression.
patah tulang. Kriteria cedera berat: Kehilangan
subtansi atau kontinuitas, Rusaknya atau 2.7.3 Bending
robeknya pembuluh darah, Peradangan local Cedera yang disebabkan oleh adanya
(ditandai oleh kalor, rubor, tumor, dolor dan bengkokan (biasanya hiperflexi atau
funsiolaesae). hiperektensi) sehingga ada bagian yang “over-
stretched”. Bagian yang over stretched inilah
2.5 Klasifikasi cedera berdasarkan waktu yang akan mengalami cedera bending.
2.7.4 Torsion
2.5.1 Cedera akut Cedera yang disebakan oleh adanya suatu
Cedera yang terjadi ketika latihan.
putaran sehingga bagian yang menerima
Beberapa gejala dari cedera akut adalah:
Terjadi secara mendadak (saat latihan), Nyeri, energy tersebut mengalami cedera.
Bengkak, Penurunan range of motion (bila 2.7.5 Shear stress
terjadi pada sendi), Kelemahan otot pada Cedera yang disebakan oleh adanya
ekstremitas yang cedera, Tampak abnormalitas energy yang arahnya berpoitongan. Bagian
pada sendi atau tulang (pada kasus dislokasi yang merupakan titik perpotongan arah energy
dan fraktur).
inilah yang akan mengalami cedera shear
2.5.2 Cedera Kronik
Cedera yang terjadi secara berulang- stress.
ulang didapat akibat dari overuse ataupun 2.7.6 Overuse
penyembuhan yang tidak sempurna dari cedera Cedera yang disebabkan oleh karena
akut. Gejala- gejala cedera kronik antara lain: adanya suatu bagian yang menerima
Bengkak, Nyeri ketika digunakan untuk bebanterus- menerus ditempat yang sama.
berlatih, Nyeri tumpul ketika istirahat maupun Bagian tersebut lama- kelamaan akan menjadi
latihan.
rentan dan kemudian akan timbul cedera
overuse.
2.6 Klasifikasi cedera berdasarkan struktur
jaringan yang terkena 2.7.7 Overload
2.6.1 Cedera Jaringan Lunak Cedera yang disebakan oleh karena bagian
Yang termasuk jaringan lunak adalah: (a) Skin tertentu menerima suatu beban yang melebihi
(kulit), Cedera pada kulit yang paling sering batas yang dapat diterimanya sehingga timbul
adalah ekskoriasi (lecet), laserasi (robek), cedera.
maupun puctum (tusukan). (b) Connective
tissue (jaringan ikat): tendon, ligament, fascia,
2.8 Macam- macam Cedera pada Badminton
membrane synovial.
2.6.2 Cedera Jaringan keras 2.8.1 Lepuh
Cedera ini terjadi pada tulang dan sendi. Cedera yang disebabkan oleh karena
Dapat ditemukan bersama dengan cedera gosokan terus menerus terhadap suatu
jaringan lunak. Proses penyembuhan kurang permukaan. Pada cedera ini penderita tidak
lebih sama dengan proses penyembuhan mengalami keluhan yang serius, namun dapat
jaringan lunak, yang termasuk cedera ini: mengganggu penampilan atlit, misalnya : lecet/
fraktur dan dislokasi.
lepuh, memar, sprain yang ringan.

4
2.8.2 Luksasio / subluksasio dari artikulasio 3. Metode Penelitian
humeri
Pada sendi bahu sering terjadi luksasio / 3.1 Rancangan Penelitian
subluksasio karena sifatnya globoidea (kepala
sendi yang masuk ke dalam mangkok sendi
Penelitian ini merupakan penelitian
restrospektif dengan metode survey.
kurang dari separuhya). Cedera pada sendi
bahu ini sering terjadi karena pemakaian sendi 3.2 Tempat dan Waktu
bahu yang berlebihan atau body contact sport,
kita harus memperhatikan bahwa sendi bahu Penelitian ini dilakukan di klub
sangat lemah, karena sifatnya globoidea bulutangkis Kabupaten Sleman yang terdaftar
dimana hanya diperkuat oleh ligamentum dan resmi di PBSI kota Yogyakarta pada rentang
otot-otot bahu saja. waktu Januari- Mei 2019.
2.8.3 Strain dari otot-otot atap bahu
3.3 Teknik Pengambila Sampel
(rotator cuff)
Yang paling sering kena adalah tendon Teknik pengambilan sampel dalam
supraspinatus. Biasanya terjadi karena tarikan penelitian ini adalah total sampling.
yang tiba-tiba, misalnya, jatuh dengan tangan Sampel dalam penelitian ini yaitu pemain
lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan club badminton di Sleman yang terdaftar
beban berat yang dipegang dengan tangan. di PBSI Yogyakarta sebanyak 168
2.8.4 Tenis Elbow populasi.
Suatu keadaan yang sering terjadi dengan
gejala nyeri dan sakit pada posisi luar siku, 3.4 Instrumen Penelitian
tepatnya pada epikondilus lateralis humeri.
Biasanya terjadi karena pukulan top spin back Instrumen dalam penelitian ini adalah
hand yang terus-menerus, jadi bersifat over kuisioner pencatatan cedera yang sebelumnya
use. dikembangkan oleh Wong et al (2010).
2.8.5 Ankle Adaptasi bahasa dan format dilakukan untuk
Sprain ankle juga dikenal sebagai cidera menyesuaikan kondisi sosio-demografis
ankle atau cidera ligament ankle, pada subyek penelitian di Indonesia.
umumnya sprain ankle ini terjdi karena
robeknya sebagian dari ligament (torn partial 3.5 Teknik Pengumpulan Data
ligament) atau keseluruhan dari ligament (torn
ligament) dan hampir 85% kasus sprain ankle Penelitian ini menggunakan angket
ini mengenai ligament talofibular anterior. kuisioner sebagai metode pengumpulan
2.8.6 Cedera Anterior Cruciate Ligament data, angket kuisioner di nilai lebih praktis
(ACL) dan efisien karena dalam waktu yang
Anterior Cruciate Ligament (ACL) bersamaan peneliti dapat memperoleh data
adalah urat di dalam sendi yang menjaga dari responden dalam waktu singkat dan
kestabilan sendi lutut. Cedera ACL sering dengan jumlah yang cukup banyak.
terjadi pada olah raga high-impact, seperti Teknik pengumpulan data sebagai berikut:
sepak bola, futsal, tenis, badminton, bola
(a) Peneliti meminta daftar nama atlet
basket dan olah raga bela diri. Pada umumnya
ACL dapat cedera pada keadaan ketika sedang disetiap klub bulutangkis di Yogyakarta.
lari mendadak berhenti kemudian berputar (b) Peneliti ini meminta persetujuan atlet,
arah sehingga menyebabkan lutut terpuntir pemain dan orang tua/wali untuk mengisi
atau lompat dan mendarat dengan posisi lutut angket kuisioner yang telah dibagikan. (c)
terpuntir. Peneliti memberi angket.(d) Atlet mengisi
angket didampingi orang tua/wali. (e)
Peneliti mengumpulkan kembali angket
yang telah diisi.

5
3.6 Teknik Analisis Data 4.2.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis
kelamin
Semua data yang dihasilkan dari
kuesioner akan dimasukkan ke dalam Grafik 2
program SPSS versi 22. Seluruh prosedur Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
statistik diuji menggunakan statistic
deskriptif seperti frekuensi dan persentase
akan digunakan untuk menggambarkan
informasi tentang kejadian cedera pada
atlet bulutangkis.

4. Hasil Penelitian

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian


Grafik 2 menunjukan dari 168 sampel, jenis
Penelitian ini dilaksanakan di 15 klub kelamin laki-laki memiliki jumlah sampel paling
PBSI badminton di kabupaten Sleman. PBSI banyak yaitu 60 %, perempuan memiliki jumlah
Yogyakarta menaungi beberapa klub yang ada sampel lebih sedikit yaitu 40%.
di kabupaten Sleman diantaranya adalah PB
Pancing Sembada, PB Bintang Utara, PB 4.2.3 Karakteristik Sampel Berdasakan IMT
Natuna, PB Jaya Raya Satria, PB PWS, PB
Putra Sleman, PB Sumber Mulya, PB Taruna, Grafik 3
PB Fajar Group, PB Mataram Raya, PB Janti Distribusi Sampel Berdasarkan IMT
Sport Junior, PB Osiadajo, PB Senopati, PB
Diamond Baru, PB Modjo Art Of Badminton.

4.2 Deskripsi data

4.2.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Grafik 1
Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Grafik 3 Menunjukan dari 168 sampel,


Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) normal
memiliki jumlah paling banyak yaitu 68%,
sedangkan kategori obesitas memiliki jumlah
paling sedikit yaitu 3 %, kategori kurus 15%,
kategori gemuk 14%.

Grafik 1 menunjukan bahwa dari 168 4.3 Hasil Penelitian


sampel, usia 11-16 tahun memiliki jumlah paling
banyak yaitu sebanyak 58 % (97 sample), 4.3.1 Kejadian Cedera
sedangkan usia 17-22 tahun memiliki jumlah paling
sedikit yaitu sebanyak 17 % (12 sample). Tabel 1. Kejadian Cedera
Cedera Frekuensi %
Ya 96 57,1
Tidak 72 42,9
Total 168 100

Tabel 1. Menunjukan dari 168 sampel, ada


96 sample (57,1 %) pernah mengalami cedera dan
72 sampel (42,9 %) tidak pernah mengalami
cedera.

6
4.3.2 Klasifikasi Cedera 4.4 Pembahasan

Tabel 2 Klasifikasi Cedera 4.4.1 Berdasarkan Usia


Cedera Frekuensi % Pada pemain badminton di kabupaten
Knee Injury 18 27 Sleman menunjukan bahwa dari 168 sampel,
Hamstring Strain 9 14 usia 11-15 tahun memiliki jumlah paling
banyak yaitu sebanyak 87 pemain (35,2%),
Quadriceps Strain 5 8
sedangkan usia 16-20 tahun memiliki jumlah
Tendon Achilles Injury 6 9 paling sedikit yaitu 22 pemain (13,1%) dan
Ankle Strain 16 25 usia 5-10 tahun memiliki jumlah 59 pemain
Calf Strain 11 17 (35,2%).
Memar Paha 4 6 Hal ini didukung oleh penelitian
Memar lutut 6 9 Andri (2015) Angka kejadian cedera pada usia
dini di bawah 12 tahun di Yogyakarta
Memar Siku 8 12
disebutkan prosentase cedera pada sendi leher
Memar Kepala 5 8 sebesar 5,4%, prosentase cedera pada sendi
Memar Mata 1 1 bahu sebesar 7,8%, prosentase pada sendi siku
Tennis Elbow 14 21 sebesar 3,9%, prosentase cedera pada
Overstrech Bahu 20 31 pergelangan tangan sebesar 8,5%, prosentase
Overstrech Perut 4 6 cedera pada sendi jari tangan sebesar 11,6%,
Overstrech Pinggang 8 12 prosentase cedera pada pinggang sebesar
7,0%, prosentase cedera pada panggul sebesar
Overstrech Lengan 10 15
8,5%, prosentase cedera pada sendi lutut
Bawah sebesar 19,4%, dan prosentase cedera untuk
Knee ligament rupture 1 1 jari kaki sebesar 13,2%.
Faciitis Plantaris 8 12 Menurut penelitian yang dilakukan
Wrist Dislocation 1 1 oleh Hemawan (2015) Cedera dapat
Wrist Strain 3 5 disebabkan karena gerakan atau latihan yang
berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu
Total 158 100%
relatif lama atau mikro trauma. Faktor umur
sangat menentukan karena sangat
Tabel 2 menunjukan dari 168 sampel, mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
klasifikasi cedera paling tinggi adalah Overstretch jaringan. Kesimpulan dalam penelitian ini
bahu dengan jumlah 20 sampel (31 %) sedangkan berdasarkan kejadian cedera dengan
klasifikasi cedera paling rendah adalah memar karakteristik usia, didapatkan hasil bahwa
mata, robek ligamen lutut, wrist dislokasi dengan kejadian cedera pada pemain badminton anak-
jumlah masing – masing 1 sampel (1 %). anak cukup tinggi didukung oleh penelitian
yang dilakukan Gunawan (2017) Berdasarkan
4.3.3 5 (Lima ) Cedera Paling Umum Pada usia paling banyak usia kurang dari 10 tahun
Badminton sebanyak 72 orang (45,3%).
Table 3. 5 (lima) Cedera Paling Umum Pada 4.4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Badminton Karakteristik sampel berdasarkan
Cedera Frekuensi Peringkat jenis kelamin menunjukan dari 168 sampel,
Overstrech Bahu 20 1 jenis kelamin laki-laki memiliki jumlah
Knee Injury 18 2 sampel paling banyak yaitu sebanyak 101
Ankle Strain 16 3 sampel (60 %), jenis kelamin perempuan
Tenis Elbow 14 4 memiliki jumlah sampel lebih sedikit dengan
jumlah 67 sampel (40 %).
Hamstring Strain 9 5
Pada penelitian ini didapatkan
Total 77 bahwa jenis kelamin laki-laki mengalami
cedera paling banyak dibandingkan dengan
Tabel 3. Menunjukkan 5 cedera paling sampel perempuan. Hal ini didukung oleh
umum pada badminton yaitu: (1) overstretch bahu, penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
(2) knee injury, (3) ankle strain, (4) tennis elbow Gunawan (2017) menyebutkan bahwa Jenis
dan (5) hamstring strain. kelamin laki-laki lebih sering mengalami
cedera dibandingkan perempuan yaitu 43

7
orang (72,9%) dibandingkan 16 orang yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam
(27,1%). tubuh.
4.4.3 Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Karakteristik data sampel 5. Kesimpulan
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarka hasil penelitian didapatkan 5 cedera
menunjukan dari 168 sampel, Kategori Indeks paling umum pada badminton yaitu: (1)
Massa Tubuh (IMT) normal memiliki jumlah overstretch bahu, (2) knee injury, (3) ankle strain,
paling banyak yaitu sebanyak 117 sampel (4) tennis elbow dan (5) hamstring strain.
(69,6%), sedangkan kategori Indeks Massa
Tubuh (IMT) obesitas memiliki jumlah paling
sedikit yaitu sebanyak 2 sampel (3,36%). REFERENSI
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada
pemain badminton di kabupaten Sleman [1] Afriwardi. 2010. Ilmu Kedokteran
adalah normal, Indeks Massa Tubuh (IMT)
untuk mengetahui status gizi atlet, IMT Olahraga. Jakarta: EGC.
merupakan cerminan bentuk tubuh ideal
seorang atlet, dimana jika seorang atlet [2]. Wibowo, Hardianto (1995). Pencegahan
memiliki komposisi tubuh yang ideal maka dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.
akan mempermudah gerakan atlet dalam Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
suatu pertandingan karena berat badan dapat [3] Kusuma. Identifikasi Cidera Olahraga
mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan Atlet Badminton Usia Anak Dan
power seorang atlet. Indeks massa tubuh juga Remaja Sebagai Bentuk Evaluasi
menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya Program Latihan . Mandala of Health.
keluhan musculoskeletal.
Volume 7, Nomor 1, Januari 2014.
4.4.4 Kejadian Cedera pada Pemain Badminton
[4] Jefri, Erlisa Candrawati, Ragil Catur Adi
W. 2018. Analisis Faktor Risiko Sport
Cedera pada jaringan lunak merupakan Injury Pada Atlet Bulutangkis. Nursing
cedera yang paling mendominasi pada pemain News Volume 3, Nomor 1, 2018
badminton,yaitu: memar, strain, sprain, overstretch. [5] Sheung, Wong Wing (2010). A
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh Restropective Study of Injuries in
benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di Hongkong Badminton Players. Diakses
bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah tanggal 1 Februari 2017
kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler https://www.yumpu.com/en/docu
merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini
ment/view/29466540/aretrospective-
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman
pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup,
study-of-injuries-inhong- kong-
timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas badmitnon-players-by.
disebut hermatoma. Nyeri pada memar biasanya [6] Zeth Boroh, Nani Cahyani.
ringan sampai sedang dan pembengkakan yang Penatalaksanaan Cedera Tendinitis
menyertai sedang sampai berat. Patella Pada Atlet Bulutangkis. Jurnal
Sprain adalah cedera pada ligamentum, Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor
cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai 2, Juli 2016.
cabang olahraga. Sprain adalah cedera pada sendi, [7] Triyastika Kurnia Putri. 2014. Faktor
dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal
ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak
Risiko Cedera Pergelangan Kaki Pada
atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang Atlet Bulutangkis Di Surabaya.
dari sendi. Sedangkan strain adalah kerusakan pada Skripsi. Prodi Pendidikan Dokter
suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan Universitas Katolik Widya Mandala
yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Cedera yang terjadi pada jaringan keras Surabaya
yaitu: dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya sendi
dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering [8] Halodoc. 08 August 2018. Awas, Ini
terjadi pada atlet bulutangkis yaitu pada bagian Cedera yang Biasa Terjadi saat
sendi bahu, ankle (pergelangan kaki), lutut, dan Bermain Bulutangkis.
panggul. Faktor yang menyebabkan resiko
https://www.halodoc.com/awas-ini-
terjadinya dislokasi adalah ligamen yang kendor
karena pernah memiliki riwayat cedera, kekuatan cedera-yang-biasa-terjadi-saat-
otot yang menurun atau karena faktor eksternal bermain-bulutangkis.
8
[9] Artikel ini telah tayang di
Tribunwow.com dengan judul
Anthony Ginting Alami Cedera di
Final Bulutangkis Asian Games,
Jokowi Langsung Besuk dan Beri
Pujian,
http://wow.tribunnews.com/2018/08/2
3/anthony-ginting-alami-cedera-di-
final-bulutangkis-asian-games-jokowi-
langsung-besuk-dan-beri-pujian.

Nama Penulis

1. Nurwahida Puspitasari memperoleh gelar


SST. FT dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta Solo Jawa
Tengah tahun 2011 dan M. Or dari
Universitas Sebelas Maret Surakarta
tahun 2015.
2. Saat ini sebagai Staf Pengajar Program
Studi Fisioterapi Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

You might also like