You are on page 1of 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA


MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Sisca Dwi Novita Sari
1710104105

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ’Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Sisca Dwi Novita Sari
1710104105

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
ii
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA1

Sisca Dwi Novita Sari2, Suyani3


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Email: siscadwi05@gmail.com

Abstract: Hemoglobin (Hb) is a protein that is rich in iron, has an affinity (combining
power) with oxygen and with oxygen it forms oxihemoglobin in red blood cells. Anemia is
one of the health problems throughout the world, especially developing countries, which is
estimated to be 30% of the world's population suffering from anemia. Anemia occurs a lot in
the community, especially in adolescents and pregnant women. This study aims to determine
the relationship of nutritional status, menstrual cycle, and history of the disease with the
incidence of anemia. The research method used analytic survey with cross sectional approach
with a sample of 30 respondents female students at Muhammadiyah 5 High School
Yogyakarta. This study uses a questionnaire instrument using primary data. Chi-square
analysis was used so that the results showed that there was a relationship between nutritional
status and the incidence of anemia in adolescent girls in Muhammadiyah 5 Yogyakarta High
School with results (p = 0.039), then there was no relationship between the menstrual cycle
and the incidence of anemia in adolescent girls in Muhammadiyah 5 Yogyakarta High School
with results (p = 0.155), and there was no correlation between the history of the disease and
the incidence of anemia in female adolescents in Muhammadiyah 5 Yogyakarta High School
with results (p = 0.645). t is hoped that female students will maintain their diet so that their
nutritional status remains good so that they can prevent anemia.
Keywords : Factors for Occurrence of Anemia

Abstrak: Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang kaya zat besi, memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama
negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia
banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan status gizi, siklus menstruasi, dan riwayat penyakit dengan
kejadian anemia. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross
sectional dengan sample 30 responden siswi putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan instrumen angket dengan menggunakan data primer. Analisis
chi-square digunakan sehingga didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Muhammadiyah 5 Yogyakarta dengan hasil (p=0,039), kemudian tidak ada hubungan antara
siklus menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 5
Yogyakarta dengan hasil (p= 0,155), dan tidak ada hubungan riwayat penyakit dengan
kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta dengan hasil
(p=0,645). Diharapkan untuk siswi putri agar tetap menjaga pola makan agar status gizi tetap
baik sehingga bisa mencegah terjadinya anemia.
Kata Kunci: Faktor-Faktor Kejadian Anemia

iii
PENDAHULUAN
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang kaya zat besi, memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel
darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan seluruh
tubuh (Evelyn 2009). Menurut Word Health Organization (WHO, 2013), jika kadar
haemoglobin < 12 gr% disebut dengan anemia remaja. Anemia merupakan salah satu
masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30%
penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada
remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization (WHO, 2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Posisi
di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk prevalensi anemia remaja putri tersebut hampir
mendekati nilai ambang masuk kategori gawat (36,00%) (Dinkes, 2012).
Menyikapi hal ini, Peran aktif pemerintah dalam mengatasi anemia pada remaja saat ini
dapat dilihat dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam surat edaran Nomor
Hk.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan wanita
usia subur dalam pelaksanaan antara lain cara pemberian tablet tambah darah dengan dosis 1
tablet per minggu sepanjang tahun, pemberian tablet tambah darah dilakukan untuk remaja
putri usia 12-18 tahun, dan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri melalui UKS/M
institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum
tablet tambah darah bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-
masing.
Menurut studi pendahuluan data yang diperoleh dari petugas UKS dari bulan Juli 2017 -
Februari 2018. Gejala seperti lemah, lelah, muka pucat dan pusing yang sudah mendapatkan
penanganan dari petugas UKS berupa istirahat dan pemberian penambah darah oleh petugas
UKS sebanyak 15 siswi dan pada tanggal 17 April 2018 peneliti melakukan pemeriksaan Hb
terdapat 3 siswi yang mengalami anemia ringan dari 10 siswi. Faktor yang berpengaruh pada
siswi yang mengalami anemia, mereka tidak suka makan sayuran, dan juga mereka ada yang
ingin diet. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-faktor
yang berhubungan dengan Anemia pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 5
Yogyakarta 2018.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian survei analitik dengan pendekatan waktu
cross-sectional. Instrumen pengumpulan data berupa angket, dan pemeriksaan Hb. Teknik
sampling simple random sampling dengan jumlah sampel penelitian adalah 30 remaja putri di
SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Remaja Putri F %
1 12-14 tahun 1 3,3
2 15-18 tahun 29 96,7
Total 30 100,0
Tabel 1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur diketahui
bahwa responden yang berumur 12-14 tahun sebanyak 1 responden (3,3%), dan umur
15-18 tahun sebanyak 29 responden (96,7 %).

1
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Remaja Putri
No Status Gizi F %
1 Kurus 8 26,7
2 Normal 17 56,7
3 Gemuk 5 16,7
Total 30 100,0
Tabel 2 distribusi frekuensi status gizi pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 5
Yogyakarta diketahui bahwa paling banyak responden memiliki status gizi normal yaitu
sebanyak 17 responden (56,7%), status gizi kurus sebanyak 8 responden (26,7%), dan
status gizi gemuk sebanyak 5 responden (16,7%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri


No Siklus Menstruasi F %
1 Siklus Panjang 22 73,3
2 Siklus Pendek 8 26,7
Total 30 100,0
Tabel 3 distribusi frekuensi siklus menstruasi pada remaja putri di SMA
Muhammadiyah 5 Yogyakarta diketahui bahwa paling banyak responden siklus panjang
menstruasinya yaitu sebanyak 22 responden (73,3%), dan siklus pendek yaitu sebanyak
8 responden (26,7%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Pada Remaja Putri


No Penyakit Riwayat F %
1 Tidak 20 66,7
2 Ya 10 33,3
Total 30 100,0
Tabel 4 distribusi frekuensi riwayat penyakit pada remaja putri di SMA
Muhammadiyah 5 Yogyakarta diketahui bahwa paling banyak responden tidak
memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 20 responden (66,7%), dan yang memiliki
riwayat penyakit yaitu sebanyak 10 responden (33,3%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Remaja Putri


No Kejadian Anemia f %
1 Tidak Anemia 24 80,0
2 Anemia 6 20,0
Total 30 100,0
Tabel 5 distribusi frekuensi kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Muhammadiyah 5 Yogyakarta diketahui bahwa paling banyak responden tidak anemia
yaitu sebanyak 24 responden (80,0%), dan anemia sebanyak 6 responden (20,0%).

2
Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia

Status Kejadian Anemia Nilai p


Gizi Tidak Anemia Anemia

F % F %
Normal 15 88,2 2 11,8 0,039
Kurus 4 50,0 4 50,0
Gemuk 5 100,0 0 0,0
Total 24 80,0 6 20,0

Berdasarkan Tabel 6 Hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada


remaja putri dapat disimpulkan bahwa status gizi normal dengan tidak anemia
berjumlah 15 (88,2%), status gizi normal dengan anemia berjumlah 2 (11,8%),
status gizi kurus dengan tidak anemia berjumlah 4 (50,0%), status gizi kurus dengan
anemia berjumlah 4 (50,0%), status gizi gemuk dengan tidak anemia berjumlah 5
(100,0%), dan status gizi gemuk dengan anemia berjumlah 0 (0,0%). Setelah
dilakukan uji statistik menggunakan chi square dapat disimpulkan bahwa nilai p-
value 0,039 < α (0,05) maka dapat disimpulkan Ho ditolak Ha diterima yang artinya
ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.

Tabel 7. Tabulasi Silang Hubungan Siklus Menstruasi Terhadap Kejadian


Anemia

Siklus Menstruasi Kejadian Anemia Nilai p


Tidak Anemia Anemia

F % F %
Siklus Panjang 16 72,7 6 27,3 0,155
Siklus Pendek 8 100,0 0 0,0
Total 24 80,0 6 20,0

Berdasarkan Tabel 7 Hubungan siklus menstruasi terhadap kejadian anemia


pada remaja putri dapat disimpulkan bahwa siklus panjang menstruasi dengan tidak
anemia berjumlah 16 (72,7%), siklus panjang menstruasi dengan anemia berjumlah
6 (27,3%), siklus pendek menstruasi dengan tidak anemia berjumlah 8 (100,0%),
dan siklus pendek menstruasi dengan anemia berjumlah 0 (0%). Setelah dilakukan
uji statistik menggunakan chi square dapat disimpulkan bahwa nilai p-value 0,155 >
α (0,05) maka dapat disimpulkan Ho diterima Ha ditolak yang artinya tidak ada
hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia.

3
Tabel 8. Tabulasi Silang Hubungan Riwayat Penyakit Terhadap Kejadian
Anemia

Riwayat Kejadian Anemia Nilai p


Penyakit Tidak Anemia Anemia

F % F %
Tidak 18 81,8 4 18,2 0,645
Ya 6 75,0 2 25,0
Total 24 80,0 6 20,0

Berdasarkan tabel 8 Hubungan riwayat penyakit terhadap kejadian anemia pada


remaja putri dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18 responden (81,8%) tidak
memiliki penyakit dengan tidak anemia, 4 responden (18,2%) tidak memiliki
riwayat penyakit dengan anemia, 6 responden (75,0%) yang memiliki penyakit
dengan tidak anemia, dan 2 responden (25,0%) yang memiliki penyakit dengan
anemia. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan chi square dapat disimpulkan
bahwa nilai p-value 0,645 > α (0,05) maka dapat disimpulkan Ho diterima Ha
ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian
anemia.

PEMBAHASAN
Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta
Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta diperoleh
kejadian anemia sebanyak 20,0% (6 responden) dari 30 responden yang mengalami anemia.
Pada saat saya penelitian di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta kebanyakan remaja putri
tidak suka mengkonsumsi sayuran hijau dan selalu ingin diet, jadi remaja putri ada yang
mengalami anemia karena faktor tersebut.
Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari zat gizi tertentu. IMT merupakan indeks berat badan seseorang dalam
hubungannya dengan tinggi badan yang ditentukan dengan membagi berat badan dalam
satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan meter kuadrat.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden didapatkan bahwa status gizi normal
dengan tidak anemia berjumlah 15 (88,2%), status gizi kurus dengan tidak anemia berjumlah
4 (50,0%), dan status gizi gemuk dengan tidak anemia berjumlah 5 (100,0%). Penelitian ini
juga didapatkan data responden yang mengalami anemia dengan status gizi normal dengan
anemia berjumlah 2 (11,8%), status gizi kurus dengan anemia berjumlah 4 (50,0%), dan
status gizi gemuk dengan anemia berjumlah 0 (0,0%). Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan chi square dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian anemia. Hasil nilai p-value 0,039 < α (0,05) maka dapat disimpulkan Ho ditolak Ha
diterima yang artinya ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian di SMA sekota Metro oleh Riyanto
(2010) yang menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

4
kejadian anemia (p = 0,018). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Gunatmaningsih
(2007) di SMA Negeri Jatibarang Brebes bahwa menunjukan ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia defisiensi besi (p=0,002 dan OR=2,18).
Hubungan Siklus Menstruasi dengan Anemia pada Remaja Putri
Siklus Menstruasi merupakan keadaan menstruasi remaja putri meliputi siklus
menstruasi dan lama menstruasi. Siklus menstruasi teratur (21-30 hari) dan tidak teratur
dikategorikan siklus menstruasi pendek (>21 hari) Dan panjang (≥30 hari). Siklus menstruasi
adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ-organ
yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden didapatkan bahwa siklus panjang
menstruasi dengan tidak anemia berjumlah 16 (72,7%), dan siklus pendek menstruasi dengan
tidak anemia berjumlah 8 (100,0%). Penelitian ini juga didapatkan data responden yang
mengalami anemia dengan siklus panjang menstruasi dengan anemia berjumlah 6 (27,3%),
dan siklus pendek menstruasi dengan anemia berjumlah 0 (0%). hasil uji statistik
menggunakan chi square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara siklus
menstruasi dengan kejadian anemia. Hasil nilai p-value 0,155 > α (0,05) maka dapat
disimpulkan Ho diterima Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara siklus menstruasi
dengan kejadian anemia.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Dian (2011), bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia. Hasil uji statistik menggunakan
korelasi spearman, didapatkan hasil nilai p-0,161 (nilai p > 0,05). Maka Ho diterima,
sehingga tidak ada hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian anemi pada remaja
putri. Kelemahan pada penelitian ini tidak diteliti tentang banyaknya darah yang keluar saat
menstruasi dan penentuan siklus menstruasi. Siklus menstruasi tidak memiliki hubungan
yang bermakna karena dipengaruhi oleh lama dan banyak (hari) saat darah keluar banyak,
dan keduanya memiliki hubungan yang berlawan yaitu semakin tinggi lama dan banyak (hari)
meningkatkan resiko terjadinya anemia.
Hubungan Riwayat Penyakit dengan Anemia pada Remaja Putri
Riwayat penyakit di diagnosis dengan remaja putri memiliki penyakit malaria dan
kecacingan. Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh
tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS
juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk
pengobatan penyakit. Penyakit infeksi yang menyerang tubuh, seperti malaria juga
mempunyai komponen otoimun dalam merusak dan menghancurkan tubuh manusia.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden didapatkan bahwa yang tidak memiliki
riwayat penyakit dengan tidak anemia berjumlah 18 (81,8%), dan yang memiliki riwayat
penyakit dengan tidak anemia berjumlah 6 (75,0%). Penelitian ini juga didapatkan data
responden didapatkan bahwa yag tidak memiliki riwayat penyakit dengan anemia berjumlah
4 (18,2%), dan yang memiliki riwayat penyakit dengan anemia berjumlah 2 (25,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian anemia. Hasil nilai p-value 0,645 > α
(0,05) maka dapat disimpulkan Ho diterima Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan
antara riwayat penyakit dengan kejadian anemia.
Hal ini sejalan dengan Briawan, D (2010) Hasil uji korelasi menunjukkan tidak
terdapat hubungan signifikan antara riwayat penyakit dengan status anemia (p > 0.1).

5
Riwayat penyakit dikategorikan sebagai ada tidaknya penyakit yang pernah diderita selama
sebulan terakhir yang berhubungan dengan anemia (tuberculosis, malaria, dan keluar cacing).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta yang
mengalami anemia yaitu mendapatkan hasil sebanyak 6 responden (20,0%). Ada hubungan
antara status gizi dengan kejadian anemia dengan hasil (p-value (0,039) < α (0,05)), tidak ada
hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia dengan hasil (p-value (0,155) > α
(0,05)), dan tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian anemia dengan
hasil (p-value (0,645 > α (0,05)).
Saran
1. Bagi Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi di
perpustakaan bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang
berhubungan dengan faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja putri.
2. Bagi UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
Diharapkan di UKS SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta dapat menambahkan
informasi bagi mahasiswi tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia
seperti status gizi, siklus menstruasi, dan riwayat penyakit.
3. Bagi Remaja Putri SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta
Bagi remaja putri SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta yang telah mengetahui hasil
dari pemeriksaan Hb, status gizi, siklus menstruasi, dan riwayat penyakit, diharapkan
mampu melakukan peningkatan hb dan sebagai bentuk untuk persiapan kehamilan. Selain
itu tetap melakukan penanganan anemia terhadap peningkatam gizi dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti daging, ikan, ayam, sayuran, kacang-
kacagan, tempe, kemudian menghindari makanan yang menghambat zat besi seperti teh,
kopi dan susu, dan melakukan olahraga secara teratur.

6
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Bogor. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.


Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI hal 134
Rineka Apta Jakarta.
Arumsari. 2008. Faktor Resiko Anemia pada Remaja Peserta Program Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi. Bogor : Skripsi
GMSK IPB.

Astuti, D. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes Muhammadiyah Kudus. ISSN
2407-9189

Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika.

Baliwati. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dillah. 2010. Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMA Negeri 18 Bogor. Skripsi.
Bandung : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Institut
Pertanian Bogor.

Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2012. Laporan Gizi DIY.

Dinkes DIY. 2012. Angka Prevalensi Anemia pada Remaja di Yogyakarta. Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013). Profil Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2013. (Online),
(http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2012/14_Profil_Kes.Prov.DIYogyakarta_2012.pdf, diakses pada tanggal 17
Januari 2017).

Evelyn, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.

Handayani. 2008. Kesehatan remaja, Jakarta: Salemba Medika

Hayati, RM. 2010. Pengetahuan dan Sikap Anemia Defisiensi Besi dan Dampaknya terhadap
Kesehatan Reproduksi di MAL IAIN Medan Tahun 2009/2010. Medan: Universitas
Sumatera Utara. 12

Hendrik. 2009. Problem Haid, Fenomena mengatur dan menormalkan siklus menstruasi,
volumen serta masa berlangsungnya perdarahan. Penerbit : Nuha Medika.

Kemenkes RI. 2013. Jumlah penduduk usia remaja. Jakarta

7
Khomsan A. 2010. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah.
Proverawati. 2011. Anemia dan anemia kehamilan. Yogyakarta :Penerbit Nuha
Medika.

Riskesdas 2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika.

Robertus EA. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Tim Futsal
Putra SMK Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta. 2014

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu

Subrullah. 2011. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja
Putri Umur 14-16 di SMA Yaspen Tubu Ibu Depok. Skripsi. Jakarta : Fakultas Syarif
Hidayatullah.
Wijanarka, M. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like