You are on page 1of 23

ARTIKEL ILMIAH

DAMPAK PROGRAM INDONESIA PINTAR PADA TINGKAT


SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN BANYUMAS

OLEH
PUTRI MUTIARA RAKISTA
F1B015008

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
DAMPAK PROGRAM INDONESIA PINTAR PADA TINGKAT
SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN BANYUMAS

THE IMPACT OF INDONESIA PINTAR PROGRAM AT ELEMENTARY


SCHOOL IN BANYUMAS REGENCY

Putri Mutiara Rakista, Paulus Israwan Setyoko dan Bambang Tri Harsanto
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Jenderal Soedirman
JL. HR. Bunyamin, 708. Grendeng Purwokerto Utara
Email: Putrimutiara514@gmail.com

ABSTRACT
Impact is a further result that occurs in the community as a consequence of
the existence of a policy. To find out how a program impacts both positive and
negative effects on the target group, a policy evaluation study is needed. The
Indonesia Pintar Program is the provision of cash assistance from the government
to school-aged children from poor families. The aim of the Indonesia Pintar
Program is to increase access for children aged 6 to 21 years to get education
services, prevent students from the possibility of dropping out of school and
attract students to drop out of school or not continue to get education services
again. This study focuses on the impact of smart Indonesian programs at the
elementary school level. The research method used in this study is a qualitative
method. This research was conducted at the elementary school level in Banyumas
Regency. The data analysis method used is an interactive analysis method. The
results of the study show that smart industrial programs at the primary school
level in Banyumas District have a positive impact on individual impacts,
organizational impacts, impacts on the community as well as the social
institutions and social systems. The recipients of the Indonesia Pintar Program
assistance are very helpful especially in meeting their school needs. They use the
funds to buy school needs such as uniforms, books, pens, bags, shoes and other
school needs that can support their motivation and learning achievement.

Keywords: Program Impact, Public Policy Evaluation, Indonesia Pintar Program,


poor students.

1
ABSTRAK

Dampak merupakan akibat lebih jauh yang terjadi di masyarakat sebagai


konsekuensi dari adanya suatu kebijakan. Untuk mengetahui bagaimana suatu
program membawa dampak baik positif maupun negatif kepada kelompok sasaran
maka diperlukan studi evaluasi kebijakan. Program Indonesia Pintar adalah
pemberian bantuan tunai dari pemerintah kepada anak usia sekolah dari keluarga
kurang mampu. Tujuan dari Program Indonesia Pintar adalah meningkatkan akses
bagi anak usia 6 sampai dengan 21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan,
Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah dan menarik siswa putus
sekolah atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan.
Penelitian ini terfokus pada dampak program indonesia pintar pada tingkat
sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada tingkat sekolah dasar di
Kabupaten Banyumas. Metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis interaktif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Program Indonesia Pintar
pada tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas memberikan dampak positif
terhadap dampak individu, dampak organisasi, dampak pada masyarakat serta
dapak pada lembaga sosial dan sistem sosial. Para penerima bantuan Program
Indonesia Pintar ini sangat terbantu khususnya dalam memenuhi kebutuhan
sekolahnya. Mereka menggunakan dana tersebut untuk membeli kebutuhan
sekolah seperti baju seragam, buku, pulpen, tas, sepatu dan keperluan sekolah
lainnya yang dapat menunjang motivasi dan prestasi belajarnya.

Kata Kunci: Dampak Program, Evaluasi Kebijakan Publik, Program Indonesia


Pintar, siswa miskin.

PENDAHULUAN
Dampak merupakan akibat lebih jauh yang terjadi di masyarakat sebagai
konsekuensi dari adanya suatu kebijakan. Dampak adalah perbedaan antara
indikator hasil dengan program dan indikator hasil tanpa program. Tetapi, sulit
untuk melihat seseorang atau sesuatu dalam keadaan yang berbeda pada saat yang
bersamaan. Jadi, meskipun indikator hasil setelah program dapat diamati,
indikator hasil tanpa program, yang biasa disebut sebagai kontra-fakta (counter-
factual), tidak dapat diamati (Suharyadi:2007).
Menurut Nugroho (2014), kebijakan adalah keputusan yang dibuat oleh
suatu lembaga pemerintahan atau organisasi yang bersifat mengikat para pihak
yang terkait dengan lembaga tersebut. Kata kebijakan sebenarnya adalah
terjemahan langsung dari kata “policy” sendiri secara etiomologis berasal dari
kata polis (bahasa yunani). Yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini

2
kemudian menjadi “politia” yang berarti negara, dan dalam bahasa inggris lama,
kata tersebut menjadi policie yang definisinya berkaitan dengan urusan
pemerintah atau administrasi pemerintah (Nugroho, 2014)
Kebijakan publik diturunkan menjadi program. Program-program yang
dilaksanakan pemerintah sekarang merupakan turunan dari kebijakan yang lebih
luas di atasnya. Dengan dibentuk dan dilaksanakannya program, maka kebijakan
akan lebih mudah diorganisir dan dilaksanakan. Setiap program memiliki suatu
konsekuensi dalam hal ini dapat berupa hasil, efek, maupun akibat dari program
tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana suatu program membawa dampak baik positif
maupun negatif kepada kelompok sasaran maka diperlukan studi evaluasi
kebijakan. Evaluasi kebijakan merupakan suatu tahapan dalam proses kebijakan
publik. Evaluasi kebijakan merupakan suatu tahapan untuk menilai atau mengukur
keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan suatu kebijakan publik.
Menurut Winarno (2014: 229), evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan
untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan. Evaluasi program bertujuan untk
menganalisa dampak terhadap partisipan yang bersumber dari keikutsertaan
mereka di dalam program. Hal ini tidak dapat disamakan dengan jenis lain
penilaian kebijakan atau program pengawasan.
Program Indonesia Pintar adalah pemberian bantuan tunai dari pemerintah
kepada anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu yang ditandai dengan
pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai kelanjutan dari Program Bantuan
Siswa Miskin. Kartu Indonesia Pintar diberikan kepada anak usia sekolah dari
keluarga yang memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan tujuan menjamin
seluruh anak usia sekolah dapat menempuh pendidikan dari Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Sesuai
dengan Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 yang mengamatkan pelaksanaan
Program Indonesia Pintar (PIP) sebagai penyempurnaan dari program sebelumnya
yaitu Bantuan Siswa Miskin. Program Indonesia Pintar bertujuan meningkatkan
akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan pendidikan hingga tamat

3
pendidikan menengah dan mencegah atau menarik peserta didik putus sekolah
(Kemendikbud, 2015:2).
Tabel 1. Rekapitulasi Data lulusan sekolah dasar yang tidak Melanjutkan dan
yang melanjutkan ke Jenjang SMP/MTs Tahun Pelajaran 2017/2018 di
Kabupaten Banyumas.

Tahun
Keterangan
2017/2018
Jumlah anak yang melanjutkan ke jenjang SMP/MTs 743
Jumlah anak yang terancam Putus Sekolah 74
Jumlah anak yang Putus Sekolah/Tidak Melanjutkan ke
72
jenjang SMP/MTs
Jumlah Lulusan Sekolah dasar 815
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, 2018

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan pada tabel 1 Kabupaten Banyumas,


untuk tahun pelajaran 2017/2018 dari 815 lulusan Sekolah Dasar di Kabupaten
Banyumas masih terdapat 146 siswa yang tidak melanjutkan kejenjang SMP/MTs.
Namun setelah di lakukan upaya penanganan terdapat 74 siswa yang mau
melanjutkan kejenjang SMP/MTs, sedangkan 72 siswa lainnya tetap tidak
melanjutkan ke jenjang SMP/MTs. Masih adanya anak putus sekolah pedahal
sekolah merupakan hak bagi anak anak. Jumlah anak terancam putus sekolahpun
juga banyak. Yang mengakibatkan anak putus sekolah atau anak terancam putus
sekolah adalah kemiskinan. Berikut merupakan tabel Jumlah dan presentase siswa
sekolah dasar penerima program indonesia pintar di Kabupaten Banyumas
2017/2018:

Tabel 2. Jumlah dan presentase siswa sekolah dasar penerima program


indonesia pintar di Kabupaten Banyumas 2017/2018

Keterangan Jumlah
Jumlah siswa sekolah dasar di Kabupaten Banyumas
135.111
2017/2018
Jumlah penerima program indonesia pintar di Kabupaten
65.034
Banyumas 2017/2018
Persentase Jumlah siswa sekolah dasar dengan jumlah
penerima program indonesia pintar di Kabupaten 48,133%
Banyumas

4
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, 2018

Tabel 2 menunjukan jumlah dan presentase siswa sekolah dasar penerima


Program Indonesia Pintar di Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2017/2018. Siswa
sekolah dasar di Kabupaten Banyumas berjumlah 135.111 siswa sedangkan
penerima Program Indonesia Pintar berjumlah 65.034 siswa. Terdapat presentase
jumlah siswa sekolah dasar dengan jumlah siswa penerima Program Indonesia
Pintar adalah 48,133 persen. Dapat disimpulkan bahwa hampir dari setengah
siswa sekolah dasar yang terdapat di Kabupaten Banyumas mendapatkan Program
Indonesia Pintar.
Permasalahan yang timbul pada pelaksaksanaan program indonesia pintar
pada tingkat pendidikan SD di Kabupaten Banyumas Berdasarkan berita dari
Radar Banyumas, diketahui bahwa di Kabupaten Banyumas terdapat puluhan ribu
siswa yang belum mencairkan dana PIP. Permasalahan lain dari pelaksanaan
Program Indonesia Pintar adalah mengenai penyaluran dana sehingga
menghambat proses belajar siswa, dengan permasalahan yang ada maka peneliti
tertarik untuk meneliti dampak program indonesia pintar pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) di Kabupaten Banyumas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Banyumas karena
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu Kabupaten yang menerima Program
Indonesia Pintar (PIP). Sasaran penelitian ini adalah penerima program indonesia
pintar (Siswa sekolah dasar dan orang tua siswa). Sasaran penelitian juga
ditujukan kepada pengelola program indonesia pintar dari Dinas Pendidikan dan
dari pihak dari Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Banyumas. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pemilihan informan
dalam penelitian ini menggunakan Accidental Sampling. Fokus dari penelitian ini
adalah dampak program indonesia pintar terhadap individu, organisasional,
masyarakat, lembaga dan sistem sosial pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Metode
analisis data yang digunakan adalah metode analisis interaktif yang

5
dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014) yang terdiri dari
pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data serta verifikasi dan penarikan
kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan teori dari Samodra Wibawa. Untuk mengetahui
informasi dan permasalahan yang berkaitan dengan fokus penelitian, didasarkan
pada asumsi, pendapat, pandangan dan pemahanan informan dalam hal ini
pemerintah, pengelola Program Indonesia Pintar dan Penerima Program Indonesia
Pintar terhadap fokus penelitian.
1. Dampak Individual
Dampak terhadap individual dalam penelitian ini adalah dampak
yang dirasakan oleh perorangan. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
bahwa program indonesia pintar pada tingkat sekolah dasar yang
dilaksanakan di Kabupaten Banyumas ini berdampak positif terhadap
penerima program.
Menurut Latchanna dkk (2007: 51-52) dalam “Economics of
Education” bahwa secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah
kompleksitas yang didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap
komponen yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan)
hingga yang makro (nasional) yang meliputi sumber- sumber pembiayaan
pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektifitas dan
efisiensi dalam penggunaannya. Kondisi pemenuhan kebutuhan dan biaya
pendidikan siswa pada tingkat sekolah dasar di Kabupaten Banyumas
yakni perlengkapan dan peralatann sekolah siswa sudah cukup terpenuhi
dengan adanya bantuan dana dari program indonesia pintar. Oleh karena
itu siswa sekolah dasar di Kabupaten Banyumas dapat memenuhi
kebutuhan perlengkapan siswa. Kebutuhan dan biaya pendidikan siswa
meliputi seragam sekolah, buku, sepatu, tas, ATK dll.
Sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Nurmiati R (2017:63) mengemukakan bahwa pelaksaan Program

6
Indonesia Pintar ini tentu mempunyai dampak yang cukup signifikan
terutama dalam hal pemerataan pendidikan bagi mereka yang kurang
mampu dalam bidang ekonomi. Para penerima bantuan ini sangat terbantu
khususnya dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya. Mereka menggunakan
dana tersebut untuk membeli kebutuhan sekolah seperti baju seragam,
buku, pulpen, tas, sepatu dan keperluan sekolah lainnya yang dapat
menunjang motivasi dan prestasi belajarnya.
Aspek dampak individu dengan sub aspek terpenuhinya kebutuhan
dan biaya pendidikan siswa bukan hanya terpenuhinya perlengkapan,
peralatan dan biaya pendidikan siswa. Namun, terpenuhinya biaya
transportasi siswa ke sekolah dan terpenuhinya biaya kursus/les siswa
termasuk juga kepada kebutuhan pendidikan siswa sebagai pendukung dari
kegiatan pendidikan siswa.
Menurut Litman (2012) dalam jurnal internasional “Evaluating
Accessibility for Transportation Planning”. Transportasi salah satu tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas dan / atau mobilitas.
Aksesibilitas berkaitan dengan betapa sulitnya untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, sedangkan mobilitas berkaitan dengan kemampuan
untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebijakan atau proyek
yang meningkatkan mobilitas dapat meningkatkan aksesibilitas.
Biaya Transportasi siswa adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
siswa untuk melakukan proses transportasi. Untuk biaya transportasi siswa
dari rumah menuju sekolah sesuai dengan hasil penelitian bahwa biaya
transportasi siswa tidak begitu dibebankan dari dana program indonesia
pintar, karena rata-rata dari orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah
dasar yang dekat dengan rumahya. karena jarak dari rumah kesekolah
tidak begitu jauh sehingga siswa tidak perlu menggunakan transportasi
umum untuk pergi ke sekolah,biasan siswa siswi tersebut menempuh
perjalan dari rumah kesekolah dengan berjalan kaki atau di antar oleh
orang tua menggunakan kendaraan pribadi.

7
Indikator selanjutnya selain terpenuhinya biaya transportasi adalah
terpenuhinya biaya les/kursus siswa. Kursus merupakan salah satu
pendidikan yang diberikan di luar sekolah kegiatan belajar forman di
sekolah. kursus merupakan program belajar tambahan yang dilaksanakan
di luar program intrakurikuler sekolah.
Indikator terpenuhinya biaya les/kurus siswa bahwa melihat dari
pengamatan kondisi dan dana program indonesia pintar dengan besaran Rp
450.000/ tahun itu tidak memungkinkan untuk orang tua penerima siswa
mengikuti kegiatan belajar tambahan berupa les/kursus untuk belajar
tambahan anak di luar dari sekolah yang memerlukan biaya. Kemudian
kusus/les ini bukanlah kebutuhan pokok dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan.
Sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Arbainah (2017:6760) mengemukakan bahwa dana dari Program
Indonesia Pintar tersebut belum mencukupi kebutuhan dari peserta didik
dikarenakan dana yang diperoleh harus dibagi-bagi pemanfaatannya
seperti untuk biaya transportasi, uang saku, uang les, membeli buku dan
peralatan sekolah lainnya Sehingga nilai kecukupan dari Program
Indonesia Pintar ini belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik sebagaimana yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Kementerian
pendidikan dan budaya (2015:22) bahwa PIP ditujukan untuk membantu
biaya pribadi peserta didik agar dapat terus melanjutkan pendidikannya
sampai selesai jenjang pendidikan menengah. Dan pemanfaatannya adalah
untuk pembelian buku dan alat tulis sekolah; pembelian pakaian dan
perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll); transportasi siswa ke sekolah; serta
uang saku siswa ke sekolah.
Pelaksanaan program indonesia pintar pada tingkat sekolah dasar di
Kabupaten Banyumas memberikan dampak yang positif terhadap individu
dengan sub aspek terpenuhinya kebutuhan dan biaya pendidikan siswa
khususnya pada indikator terpenuhinya perlengkapan, peralatan dan biaya
pendidikan siswa, kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya adalah

8
pembayaran buku di sekolah, pembelian seragam sekolah, sepatu sekolah,
ATK, dan lain-lain.

2. Dampak Organisasional
Dampak dari suatu kebijakan dapat dirasakan oleh suatu organisasi
atau kelompok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak
langsung dapat berupa terganggu atau terbantunya pencapian tujuan
organisasi atau kelompok. Sementara itu, suatu kebijakan juga dapat
menimbulkan dampak tak langsung terhadap sebuah organisasi atau
kelompok, misalnya melalui peningkatan semangat kerja dan kedisiplinan
dari anggota organisasi atau kelompok itu sendiri.
Selain dampak individu, dalam aspek penelitian ini juga terdapat
aspek organisasi dimana sub aspek yang di teliti adalah kualitas
pendidikan yang baik dan layak dengan beberapa indikator yang diukur
salah satunya yaitu meningkatnya minat belajar siswa.
Menurut Eberly Center (2014) dalam jurnal internasional “Academic
Achievement Prediction: role of Interest in Learning and Attitude Towards
School “ oleh Kpolovie dkk (2014: 73-100) minat belajar dapat
ditingkatkan dengan tujuh langkah. (1) dengan mengartikulasikan tujuan
pembelajaran. (2) dengan membuat relevansi antara materi pembelajaran
dengan kehidupan akademik siswa. (3) dengan menunjukkan relevansi
materi ajar dengan kehidupan profesional siswa. (4) dengan menyoroti
berbagai penerapan pengetahuan dan keterampilan di dunia nyata. (5) guru
dapat menghubungkan pembelajaran dengan minat pribadi siswa. (6)
memberikan kebebasan bagi siswa untuk membuat keputusan atau pilihan.
Terakhir, guru dapat menunjukkan gairah dan sikap antusias untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Adapun menurut Renninger (2007) dan
Wellington (1990), dalam jurnal internasional “The Role of Interest in
Learning Science Through Stories” oleh Klassen dkk (2014 : 1-19)
bahwa ada beberapa cara untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah:
(1) membangun lingkungan pembelajaran informal, (2) membuat

9
lingkungan pembelajaran yang aktif, dan (3) menerapkan pembelajaran
kooperatif.
Maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar
sangatlah variatif. Sebagai agen utama dalam proses pembelajaran, guru
dapat meningkatkan minat siswa dengan menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan kooperatif, dengan melibatkan siswa sebanyak-
banyaknya dalam setiap langkah dalam proses pembelajaran melalui
komunikasi yang positif, dan mendekatkan pengetahuan dan implementasi
materi yang mereka pelajari di kelas pada kehidupan sehari-hari.
Meningkatnya minat belajar siswa merupakan suatu keadaan dimana
siswa mempunyai perhatian lebih terhadap keberlangsungan kegiatan
belajar di sekolah. Dengan terpenuhi kebutuhan dan perlengkapan anak,
maka minat belajar siswa secara tidak langsung akan meningkat.
Selain indikator meningkatnya minat belajar siswa, indikator lainnya
adalah peserta didik memiliki prestasi dalam berbagai kopetensi. Prestasi
dalam berbagai kopetensi merupakan suatu hasil yang telah di capai dari
suatu usaha. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2013,
Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah
mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau
menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.
Menurut Kpolovie (2014: 73-100) dalam jurnal internasional
“Academic Achievement Prediction: role of Interest in Learning and
Attitude Towards School.” Mengemukakan bahwa minat dan motivasi
belajar adalah dua faktor psikologis yang telah banyak dibuktikan secara
empiris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik
siswa di sekolah. Kemudian menurut Silvia (2012) dalam Black dkk
(2016: 1-16) yang berjudul “Foster Intrinsic Motivation” mengemukakan
bahwa Siswa yang memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi
biasanya ditandai dengan nilai akademik yang baik, memiliki kebiasaan
belajar yang terstruktur, memiliki pemahaman yang baik terhadap setiap

10
bacaan. Selain itu menurut Prospero dan Vohra (2007) dalam Sturges, dkk
(2016: 26-31) yang berjudul “Academic Performance in Human Anatomy
and Physiology Classes” mengemukakan bahwa adapun siswa yang
memiliki minat dan motivasi belajar yang rendah, biasanya memiliki
kecenderungan untuk menarik diri, tidak masuk sekolah, putus sekolah,
memiliki rasa cemas yang relatif tinggi, serta memiliki hasil akademik
yang rendah.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa minat belajar merupakan
faktor pendorong siswa dalam belajar yang didasari atas ketertarikan atau
rasa senang dan keinginan siswa untuk belajar. Minat belajar juga
merupakan aspek pembangun motivasi, fenomena yang terbentuk akibat
interaksi sosial, dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Minat
belajar siswa meningkat dengan adanya Program Indonesia Pintar
sehingga secara tidak langsung prestasi belajar siswa dikelaspun
meningkat karena minat belajar siswa meningkat.
Indikator yang lain selain meningkatnya minat belajar dan peserta
didik memiliki prestasi dalam berbagai kopetensi adalah peserta didik
memiliki karakter yang baik. Perserta didik memiliki sikap dan karakter
yang baik merupakan sifat yang dimiliki oleh siswa yang mempengaruhi
sikap siswa itu sendiri. Pendidikan karakter merupakan upaya
menanamkan nilai-nilai moral dan budi pekerti kepada peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran.
Tujuan pelaksanaan pendidikan karakter dikemukakan Asmani
(2011:32) adalah untuk membentuk pribadi supaya menjadi manusia yang
baik. Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam kegiatan
pembelajaran melalui tahapan-tahapan secara sinergis. Asmani (2011:85)
dapat menanamkan nilai-nilai karakter yang dilakukan peserta didik perlu
memahami komponen karakter yang baik, yaitu: moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral felling (penguasaan emosi, perasaa),
dan moral action (perbuatan bermoral).

11
Menurut Lickona (2012: 51) dalam “Character Matters”. Dia
mengatakan karakter itu adalah kecenderungan batin yang dapat
diandalkan untuk merespons situasi dengan cara yang baik secara moral.
Kemudian dia menambahkan, bahwa karakter yang dikandung memiliki
tiga bagian yang saling terkait: pengetahuan moral, perasaan moral, dan
perilaku moral. Menutut Lickona (2013:57), mengatakan bahwa meskipun
sekolah mampu meningkatkan pemahaman awal para siswanya ketika
mereka ada di sekolah, kemudian bukti-bukti yang ada menunjukkan
bahwa sekolah mampu melaksanakan hal tersebut, sikap baik yang
dimiliki oleh anak-anak tersebut perlahan akan menghilang jika nilai-nilai
yang diajarkan di sekolah tersebut tidak mendapatkan dukungan dari
lingkungan rumah.
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian milik Patrikakou (2008)
dalam jurnal internasional “The Power of Parent Involvement: Evidence,
Ideas, and Tools for Student Success” mengemukakan bahwa pelibatan
orangtua berarti partisipasi orangtua secara regular, dua arah, dan
komunikasi penuh makna terlibat dalam pembelajaran akademik siswa dan
aktivitas sekolah lainnya Menurut Henderson dan Berla (1994) dalam
“Centre for Child Well Being” mengungkapkan Ketika sekolah
melibatkan para orang tua dan para siswa, maka ada dampak yang
signifikan, ketika orang tua terlibat di sekolah, tidak hanya di rumah,
anakanak menjadi lebih baik dan mereka tinggal di sekolah lebih nyaman.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa dengan adanya
program indonesia pintar tidak berdampak besar terhadap perubahan
karakter dan sikap peserta didik atau siswa penerima program tersebut.
Meskipun memang ada beberapa siswa yang mengalami perubahan pada
sikap dan karakter dengan adanya program indonesia pintar tersebut.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa dampak yang besar
dalam perubahan karakter siswa adalah dengan melakukan pendidikan
karakter entah di sekolah ataupun dirumah. Perubahan karakter siswa
adalah hasil didikan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah,

12
bagaimana cara mengarahkan dan memotivasi siswa tersebut sehingga
memiliki sikap moral dan karakter yang baik.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pentingnya pelaksanaan program indonesia pintar yang berdampak cukup
baik terhadap peningkatan minat belajar siswa. Hasil dari pembahasan di
atas bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan dan perlengakapan siswa maka
hal tersebut berdampak terdahap peningkatan minat belajar siswa, prestasi
siswa serta siswa memiliki karakter yang baik. Namun hal ini kembali lagi
kepada individu masing masing anak dan dukungan motivasi dari
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
3. Dampak pada Masyarakat
Dampak terhadap masyarakat oleh sebuah kebijakan menunjukkan
sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi kapasitas masyarakat
dalam melayani anggotanya, karena masyarakat merupakann suatu unit
yang melayani para anggotanya.
Dalam aspek dampak pada masyarakat terdapat sub aspek dalam
penelitian ini yaitu menurunka kesenjangan partisipasi pendidikan antar
kelompok masyarakat. Partisipasi pendidikan adalah keikut sertaan atau
keterlibatan seseorang dalam kegiatan pendidikan. Untuk peningkatan
angka partisipasi di Kabupaten Banyumas cukup tinggi. Peningkatan
angka partisipasi pendidikan tersebut tidak sepenuhya dampak dari adanya
Program Indonesia Pintar. Namun salah satu penyebab dari meningkatnya
angka partisipasi pendidikan juga dipengaruhi dari adanya Program
Indonesia Pintar. Partisipasi pendidikan pada tingkat sekolah dasar di
Kabupaten Banyumas tidak memberikan dampak yang besar dikarenakan
belum meratanya bantuan dana Progam Indonesia Pintar yang diberikan.
Selanjutnya, dalam sub aspek dalam penelitian ini yaitu menurunka
kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat terdapat
indikator lain yaitu adanya peningkatan akses pendidikan siswa dalam
mendapat layanan pendidikan. Akses layanan pendidikan adalah pelayanan
pendidikan yang harus dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh

13
keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasai dan bahasa. Salah satunya
yaitu adanya fasilitas yang memadai untuk mekakukan kegatan
pendidikan, gedung sekolah, perpustakaan, lapangan sekolah, ruang kelas
yang nyaman, listrik, sarana dan prasarana sekolah.
Sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional Sarana dan Prasarana
bahwa semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana
pendidikan seperti media pendidikan, peralatan pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, perabot, dan perlengkapan lainnya. Semua satuan
pendidikan harus dilengkapi dengan prasarana pendidikan seperti lahan,
ruang kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
perpustakaan, dan prasarana pendukung lainnya.
Menurut Ayeni dkk (2012:62) dalam “Imporving Learning
Insfratucture and Environment for Sustainable Quality Assurance Practice
in Secondary Schools in Ondo State, South- West, Nigeria”
mengemukakan bahwa Infrastruktur pembelajaran sekolah mengacu pada
situs, bangunan, perabot dan peralatan yang berkontribusi terhadap
lingkungan belajar positif dan pendidikan berkualitas bagi semua siswa.
Kualitas fasilitas belajar yang tersedia di lembaga pendidikan memiliki
hubungan positif dengan kualitas kegiatan belajar mengajar yang pada
gilirannya mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Lembaga pendidikan menjadi salah satu fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah agar warga masyarakat dapat meningkatkan kemampuan,
keterampilannya serta juga sebagai tempat untuk mendidik calon kader
generasi bangsa pada masa mendatang. Masyarakat kurang mampu
(miskin) identik dengan keterbelakangan pendidikan. Alasan
ketidakmampuan ekonomi menjadi salah satu penghambat mereka untuk
bersekolah sehingga prestasi dan kemampuan mereka tidak dapat
berkembang.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arbainah
(2017:6761) .pada penelitian terdahulu bahwa Program Indonesia Pintar di
Desa Tajur Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dapat dikatakan cukup

14
tepat, dibuktikan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh beberapa guru
dan kepala sekolah yang terletak di Desa Tajur mengatakan Program
Indonesia Pintar sudah tepat sasaran, disebabkan karena penerima Program
Indonesia Pintar adalah peserta didik yang tidak mampu. Meskipun sudah
tepat sasaran, namun ada beberapa kekurangan dari Program Indonesia
Pintar, karena peserta didik yang mendapatkan Program Indonesia Pintar
jumlahnya masih kurang banyak.
Program Indonesia Pintar pada tingkat sekolah dasar di Kabupaten
Banyumas tidak berdampak besar terhadap peningkatan akses layanan
pendidikan. Dikarenakan belum meratanya Program Indonesia Pintar.
Namun, akses dari sisi sarana dan prasarna pendidikan yang diberikan
pada Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas sudah cukup nyaman,
memadai dan baik sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional tentang
Sarana dan Prasarana sekolah.
Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa pelaksanaan program
program indonesia pintar pada tingkat sekolah dasar di Kabupaten
Banyumas memberikan dampak yang positif terhadap menurunnya
kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat yang
ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi pendidikan di sekolah.
Namun, meningkatnya angka partisipasi pendidikan di Kabupaten
Banyumas tidak sepenuhnya di karenakan oleh Program Indonesia Pintar.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa program Indonesia Pintar
tidak memberikan dampak terdahap peningkatan akses layanan pendidikan
di Sekolag Dasar yang ada di Kabupaten Banyumas.
4. Dampak pada Lembaga Sosial dan Sistem Sosial
Kebijakan yang dimaksud tidak hanya untuk mengubah atau
mempengaruhi lembaga lembaga, melainkan kebijakan tersebut akan
mempengaruhi berbagai dimensi sosial yang lain. Dengan adanya
perubahan yang terjadi dalam sistem sosial merupakan akibat dari banyak
faktor, bukan hanya merupakan akibat atau dampak dari sebuah kebijakan.

15
Program Indonesia Pintar pada tingkat sekolah dasar yang
dilaksanakan di Kabupaten Banyumas pada sub aspek Sistem Sosial lebih
baik dari terjalinnya hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
penerima program. memberikan dampak positif. Dilihat dari indikator-
indikator dalam penelitian ini, salah satunya adalah terkait meningkatnya
kesiapan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Kesiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi merupakan kondisi dimana seseorang telah mencapai pada tahapan
siap untuk dapat menyesuaikan perubahan untuk ke jenjang yang lebih
tinggi. Mempersiapkan diri baik secara mental, maupun fisik untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Meningkatnya minat belajar siswa
maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesiapan siswa
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Siswa lebih terdorong dan
termotivasi untuk lebih semangat belajar.
Terdapat beragam pengertian motivasi belajar yang dipaparkan para
ahli. Misalnya, Petri (1981) seperti yang dikutip oleh Cetin (2015: 95-106)
dalam jurnal internasional “Academic Motivation and Self-Regulated
Learninig in Predicting Academic Achievement in College”
mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah pemelihara atau
pembimbing perilaku serta kekuatan bawaan dari siswa. Sebagai sebuah
konsep, motivasi belajar didefinisikan sebagai faktor internal yang
memilki empat komponen, yaitu peluang untuk sukses, kuatir untuk gagal,
minat, dan tantangan.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa motivasi belajar merupakan
daya dalam diri siswa yang mendorongnya untuk mau dan tekun belajar,
melakukan usaha yang terbaik dan terarah dalam proses pembelajaran
untuk mencapai hasil terbaik yang merupakan tujuan yang dimiliki dan
dipelihara selama proses pembelajaran berlangsung.
Selanjutanya bahwa dengan adanya Program Indonesia Pintar pada
tingkat sekolah dasar di Kabupaten Banyumas tersebut menyebabkan
orang tua lebih terdorong untuk menyekolahkan anaknya. Dikarenakan

16
faktor dari kesiapan anak dan orang tua untuk melanjutkan ke jenjang
berikutnya. Kesiapan orang tua disini untuk menyekolahkan anaknya ke
jenjang adalah menyiapkan pembiayaan pendidikan. Biaya adalah
sejumlah pengeluaran dalam bentuk uang yang berbuhungan dengan
perolehan berbagai faktor input pendidikan, misalnya : guru, buku,
gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya (Thomas, 1971:31) dalam
“The Productive School – A System Analysis Approach to Educational
Adminstration”.
Sesuai dengan hasil penelitian bahwa Program Indonesia Pintar pada
tingkatkat Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas memberikan dampak
positif. Dengan berkelanjutannya bantuan dana Program Indonesia Pintar
hingga SMA/SMK maka hal tersebut dapat membantu orangtua dalam
menyiapkan pembiayaan untuk anak ke jenjang berikutnya. Dengan
adanya bantuan dana dari Program Indonesia Pintar dapat meringankan
beban orang tua dalam membiayai pendidikan anak. Dana Indonesia Pintar
tersebut dapat digunakan orang tua untuk membeli kebutuhan dan
perlengkapan siswa. Kebutuhan pokok yang dibutuhkan untuk
melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu pembelian seragam sekolah,
buku, ATK, tas dan sepatu sekolah siswa.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
pelaksanaan program program indonesia pintar pada tingkatkat Sekolah
Dasar di Kabupaten Banyumas memberikan dampak yang positif terhadap
Lembaga Sosial dan Sistem Sosial dengan sub aspek Sistem Sosial lebih
baik dari terjalinnya hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
penerima program. pada indikator meningkatnya kesiapan siswa
pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, hal tersebut
ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan siswa dan meningkatnya
minat belajar siswa. Program Indoneisa Pintar dilakukan dengan
pemberian dana sebesar Rp 450.000/tahun yang diberikan dan dikelola
sacara langsung oleh orang tua siswa penerima program. Maka dari itu
orang tua lebih leluasa untuk mengkontrol pengeluaran untuk kebutuhan.

17
Dengan terkelolanya dana Program Indonesia Pintar dengan baik dapat
membantu orang tua dalam menyiapkan pembiayaan untuk anak ke
jenjang berikutnya. Program Indonesia Pintar ini juga diakui sebagai solusi
dari permasalahan masyarakat terkait malahnya biaya pendidikan anak.
Dengan adanya bantuan dari Program Indonesia Pintar ini masyarakat
akan lebih sadar terhadap pentingnya pendidikan. Sehingga dengan
besarnya peran dari bantuan dana Program Indonesia terhadap
keberlangsungan pemenuhan kebutuhan dan biaya pendidikan siswa.
Maka, hal tersebut dapat meningkatkan angka partisipasi pendidikan dan
menurutnnya angka putus sekolah di Kabupaten Banyumas. Namun dana
bantuan dari Program Indonesia Pintar ini menuai kontra dikarenakan
dengan adanya program indonesia pintar ini orang tua menjadi
ketergantungan pada dana tersebut. Kemudian penggunaan dana bantuan
program indonesia pintar yang rata-rata pengeluaran dana yang dilakukan
untuk membeli kebutuhan, perlengkapan dan biaya pendidikan siswa tidak
dilaporkan oleh orangtua kepada pengelola program di sekolah mengenai
penggunaan dana tersebut.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


Program Indonesia Pintar ini berdampak positif terhadap individu
dengan sub aspek terpenuhinya kebutuhan dan biaya pendidikan siswa
khususnya pada indikator terpenuhinya perlengkapan, peralatan dan biaya
pendidikan siswa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya adalah
pembayaran buku di sekolah, pembelian seragam sekolah, ATK, tas sekolah
siswa dan lain lain . Dengan terpenuhinya kebutuhan dan perlengakapan
siswa maka hal tersebut berdampak terdahap peningkatan minat belajar siswa,
prestasi siswa serta siswa memiliki karakter yang baik. Namun hal ini
kembali lagi kepada individu masing masing anak dan dukungan motivasi
dari orang tua, Karena pendidikan paling penting dan berdampak besar berada
pada lingkungan keluraga.

18
Selanjutnya pelaksanaan program program indonesia pintar pada
tingkat sekolah dasar di Kabupaten Banyumas memberikan dampak yang
positif terhadap menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar
kelompok masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi
pendidikan di sekolah. Namun, meningkatnya angka partisipasi pendidikan di
Kabupaten banyumas tidak sepenuhnya di karenakan oleh Program Indonesia
Pintar. Program Indonesia Pintar tidak membarikan dampak terdahap
peningkatan akses layanan pendidikan di Sekolah Dasar yang ada di
Kabupaten Banyumas.
Program Indoneisa Pintar di Kabupatean Banyumas dilaksanakan
dengan dilakukan pemberian dana sebesar Rp 450.000/tahun yang diberikan
dan dikelola sacara langsung oleh orang tua siswa penerima program. Maka
dari itu orang tua lebih leluasa untuk mengkontrol pengeluaran untuk
kebutuhan. Pengelolaan dana Program Indonesia Pintar yang dilakukan
dengan baik dapat membantu orang tua dalam menyiapkan pembiayaan untuk
anak ke jenjang berikutnya. Dengan adanya bantuan dari Program Indonesia
Pintar ini masyarakat akan lebih sadar terhadap pentingnya pendidikan.
Sehingga dengan besarnya peran dari bantuan dana Program Indonesia
terhadap keberlangsungan pemenuhan kebutuhan dan biaya pendidikan siswa.
Maka, hal tersebut dapat meningkatkan angka partisipasi pendidikan dan
menurutnnya angka putus sekolah di Kabupaten Banyumas.
Program Indonesia Pintar ini menuai kontra dikarenakan dengan adanya
program indonesia pintar ini orang tua menjadi ketergantungan pada dana
tersebut. Kemudian penggunaan dana bantuan program indonesia pintar yang
rata-rata pengeluaran dana yang dilakukan untuk membeli kebutuhan,
perlengkapan dan biaya pendidikan siswa tidak dilaporkan oleh orangtua
kepada pengelola program di sekolah mengenai penggunaan dana tersebut.
Hal lain yang menjadi kekurangan dalam Program ini adalah kurang
meratanya pemberian program sehingga masih terdapat anak yang kurang
mampu belum mendapatkan bantuan biaya pendidikan.

19
Maka dari itu seharusnya pemerintah memberikan kewenangan yang
luas kepada pegelola program dari pihak sekolah agar turut berperan aktif
dalam mengambil keputusan kebijakan Program Indonesia Pintar. Karena
pihak sekolah merupakan pihak yang mengetahui secara langsung kondisi
anak yang membutuhkan bantuan untuk biaya pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arbainah. 2017. “Evaluasi Program Indonesia Pintar Di Desa Tajur Kecamatan
Long Ikis Kabupaten Paser”. E-Journal Administrasi Negara, Volume 5,
Nomor 4, 2017 : 6751-6764 ISSN 2541-6740, ejournal.an.fisip-
unmul.ac.id.
Asmani, M. A. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Diva Press .
Ayeni and M. A. Adelabu, “Imporving Learning Insfratucture and Environment
for Sustainable Quality Assurance Practice in Secondary Schools in Ondo
State, South- West, Nigeria,” International Journal of Research Studies in
Education, Vol. 1, No.1, 2012, pp. 61-68.
Cetin, B. (2015). Academic Motivation and Self-Regulated Learninig in
Predicting Academic Achievement in College. Journal of International
Education Research, 11 (2), 95-106
Klassen, S., & Klassen, C. F. (2014). The Role of Interest in Learning Science
Through Stories. Interchange , 1-19
Kpolovie, P. J., Joe, A. I., & Okoto, T. (2014). Academic Achievement
Prediction: role of Interest in Learning and Attitude Towards School.
International Journal of Humanities Social Sciences and Education, 1 (11),
73-100.
Latchanna, G, dan Hussein, J. O, 2007, Economics of Education, New Delhi:
Discovery Publishing House.
Litman, T., 2012. “Evaluating Accessibility for Transportation Planning –
Measuring People’s Ability To Reach Desired Goods and Activities”.
Victoria Transport Policy Institute, 2012. http://www.vtpi.org/access.pdf.
Accessed Dec. 11, 2012.Arbainah (2017:6760)
Lickona, Thomas. 2012. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Nurmiati. 2017 “Dampak Program Indonesia Pintar Terhadap Siswa Miskin Di
Sma Negeri 1 Masalle Kabupaten Enrekang”. Pendidikan Sosiologi FIS-
UNM.
Patrikakou, E. N. 2008. “The Power of Parent Involvement: Evidence, Ideas, and
Tools for Student Success”. Synthesis Series: Academic Development
Institute. Diperoleh dari http://www.centerii.org.
Suryahadi, Asep. 2007. Kumpulan Bahan Latihan Pemantauan Evaluasi
Program-Program Penanggulangan Kemiskinan. Modul 4 : Persyaratan

20
dan Unsur-Unsur Evaluasi yang Baik. Jakarta: Bappenas.
www.ditpk.bappenas.go.id
Sturges, D., Maurer, T. W., Allen, D., Gatch, D. B., & Shankar, P. (2016).
Academic Performance in Human Anatomy and Physiology Classes: A 2
Year Study of Academic Motivation and Grade Expectation. Advances
Psychology Education , 26-31.
Thomas, J. Allan. 1971. The Productive School – A System Analysis Approach to
Educational Adminstration. New York : John Willy & Sons. Inc.
Winarno, Budi; 2014; Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus;
Yogyakarta; Center of Academic Publishing Service (CAPS).

21

You might also like