You are on page 1of 12

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI SPONS TERHADAP

Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus SERTA POTENSINYA


TERHADAP AKTIVITAS ANTI-UV
(Antibacterial Assay of sponges extract and fraction against Escherichia coli and
Staphylococcus aureus bacteria and its potential for anti-uv activity)

Monika Gabrielle1*, Deiske A. Sumilat1, Veibe Warouw1, Remy E. P. Mangindaan1,


Chatrien A. C. Sinjal1, Sammy N. J. Longdong2

1. Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK, UNSRAT


2. Program Studi Budidaya Perairan, FPIK, UNSRAT
*e-mail : monikagabrielleakay@gmail.com
Abstract
Sponge organisms produce bioactive compounds that are toxic as a means of self-
defense. The compound is known to have the potential as an antibacterial and anti-UV which can
absorb sunlight with the potential to be used as a material for making sunscreen. The purpose of
this study was to obtain antibacterial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus
bacteria and anti-UV activity from crude extracts and sponges fractions. The antibacterial test
done by agar diffusion method (Kirby and Bauer diffusion disc) and the crude extract and the
active fraction of antibacterial compounds were tested in a UV spectrophotometer to see its anti-
UV activity. As a result, 4 species of sponges were extracted and partitioned into water fractions,
methanol fractions, and n-hexane fractions. All samples were tested for antibacterial activity and
the results showed antibacterial activity against S. aureus by Plakortis sp. in crude extract (9 mm)
and water fraction (8.6 mm), Agelas sp. in crude extract (7 mm) and in E. coli bacteria shown by
Plakortis sp. in crude extract (12.6 mm) and water fraction (9 mm), Liosina sp. in the water
fraction (7.6 mm), Haliclona sp. in the water fraction (8 mm) and Agelas sp. in crude extract (10.3
mm). Crude extracts and water fractions were tested using a UV spectrophotometer for anti-UV
testing, the results showed that crude extract and all the water fractions of four species sponge
could absorb UV-B (λ 290-320 nm) and UV-A (λ 320-400 nm).
Keywords: sponges, antibacterial, partition, anti-UV

Abstrak
Organisme spons menghasilkan senyawa bioaktif yang bersifat toksik sebagai alat
pertahanan diri. Senyawa tersebut diketahui memiliki potensi sebagai antibakteri dan anti-UV
yang merupakan senyawa yang dapat menyerap sinar matahari dengan potensi dipakai sebagai
bahan pembuatan tabir surya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dan aktivitas anti-UV
dari ekstrak kasar dan fraksi spons. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar
(disc diffusion Kirby and Bauer) dan ekstrak kasar spons dan fraksi yang aktif senyawa
antibakterinya diujikan dalam UV spektofotometer untuk melihat aktivitas anti-UV. Dari hasil
penelitian didapatkan 4 jenis spons yang diekstrak dan dipartisi menjadi fraksi air, fraksi metanol
dan fraksi n-heksana. Seluruh sampel diuji aktivitas antibakterinya dan hasilnya menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus oleh spons jenis Plakortis sp. pada sampel
ekstrak kasar (9 mm) dan fraksi air (8,6 mm), Agelas sp. pada sampel ekstrak kasar (7 mm) dan
pada bakteri E. coli ditunjukkan oleh Plakortis sp. pada sampel ekstrak kasar (12,6 mm) dan
fraksi air (9 mm), Liosina sp. pada fraksi air (7,6 mm), Haliclona sp. pada fraksi air (8 mm) dan
Agelas sp. pada sampel ekstrak kasar (10,3 mm). Ekstrak kasar dan fraksi air yang ditemukan
aktif dalam pengujian antibakteri diuji menggunakan UV spektrofotometer untuk pengujian anti-
UV, hasil menunjukkan bahwa sampel ekstrak kasar dan fraksi air keempat jenis spons dapat
menyerap UV-B (λ 290-320 nm) dan UV-A (λ 320-400 nm).
Kata kunci: spons, antibakteri, partisi, anti-UV
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

PENDAHULUAN gangguan seperti sedimentasi tinggi dan


banyaknya aktivitas wisata. Melihat
Indonesia sebagai negara yang memiliki kondisi yang demikian, maka organisme
keanekaragaman hayati laut tinggi di
spons harus beradaptasi dengan
dunia yang menjadi tempat tinggal bagi
banyak sekali organisme laut (Marzuki, lingkungannya, bentuk adaptasi dari
2018). Organisme laut seperti moluska, spons adalah dengan menghasilkan
tunikata, spons dan bryozoa telah diteliti metabolit sekunder yang perlu
menghasilkan senyawa bioaktif seperti dieksplorasi khususnya untuk menemukan
alkaloid, peptida, poliketida, dll yang senyawa bioaktif, khususnya dalam
berpotensi sebagai bahan baku obat- penelitian ini organisme spons akan
obatan (Thakur dan Muller, 2004).
diekstrak dan dipartisi untuk diuji aktivitas
Di Indonesia sudah teridentifikasi
sebanyak 850 jenis dan berpotensi untuk antibakteri melalui zona hambat dan anti-
ditemukan senyawa bioaktifnya (Warbung, UV melalui serapan panjang gelombang
2013). Berdasarkan studi-studi yang telah menggunakan UV spektrofotometer.
dilakukan sebelumnya terhadap
METODE PENELITIAN
organisme spons, organisme ini
menunjukkan adanya aktivitas Waktu dan Tempat Penelitian
farmakologis seperti antibakteri, antifungi,
antiviral, anti-inflamasi, antivirus, Sampel spons diperoleh dari perairan
antikanker, dll (Mehbub, dkk 2014). Hasil Pangalisang Bunaken melalui
metabolit sekunder dari spons sangat penyelaman (skin dive) dengan
menarik untuk diteliti karena memiliki menggunakan satu set alat snorkeling
potensi yang besar untuk dikembangkan pada kedalaman sekitar 3-7 meter.
dalam bidang farmasi salah satunya
sebagai antibakteri (Murniasih, 2003). Sampel selanjutnya dibawa ke
Demikian pula ditemukan senyawa anti- Laboratorium Biologi Molekuler dan
UV yang berupa turunan asam amino Farmasetika Laut, FPIK UNSRAT untuk
mycosporin (MAA) (λmaks = 330 nm) diteliti aktivitas antibakteri dan
pada spons yang dapat menyerap Laboratorium Kimia Analisis Farmasi,
paparan sinar UV-A (Bandaranayake dkk, FMIPA UNSRAT untuk pengujian aktivitas
1996). Pembentukan senyawa
anti-UV menggunakan alat UV
mycosporin merupakan hasil pertahanan
tubuh yang dilakukan organisme terhadap Spektrofotometer.
radiasi sinar matahari (Warouw dan
Losung, 2015). Pengambilan Sampel dan Identifikasi
Adapun dalam penelitian ini
pengujian antibakteri akan menggunakan Pengambilan sampel spons
bakteri gram (-) yaitu Escherichia coli dan dilakukan dengan cara memotong
bakteri gram (+) Staphylococcus aureus. organisme spons langsung dari
Menurut Melliawati (2015) E. coli substratnya sekitar 100-500 gr sebanyak
merupakan bakteri yang masuk kemulut 4 jenis. Sampel yang diperoleh
melalui tangan yang dapat menyebabkan diidentifikasi dengan membandingkan
gastroenteristis (peradangan usus) pada morfologinya (bentuk, warna dan tekstur)
manusia. Sedangkan S. aureus berdasarkan pedoman dari Gosliner dkk
merupakan bakteri yang masuk ke aliran (1996) dan Allen dkk (2007).
darah manusia dan menyebabkan
berbagai infeksi seperti, infeksi Alat dan Bahan
endokarium (lapisan dalam jantung),
infeksi tulang dan radang sendi (Archer, Peralatan yang digunakan
1998). penelitian ini adalah timbangan, botol
evaporasi, satu set rotary vacuum
Lokasi penelitian di Perairan evaporator, corong pisah, statif, klem,
Pangalisang Bunaken sering mengalami erlenmeyer, cawan petri, mikropipet,

197
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

kertas cakram, laminar air flow, oven, fraksi pertama yaitu fraksi air (air berada
autoklaf, mistar, spatula, aluminium foil di lapisan bawah karena berat jenisnya
dan UV spektrofotometer. Sedangkan lebih berat dari etil asetat). Selanjutnya
bahan yang diperlukan adalah 4 jenis pelarut yang berada di atas fraksi air yaitu
spons, pelarut etanol 95%, aquadest, fraksi etil asetat ditampung ke dalam
metanol, etil asetat, n-heksana, erlenmeyer yang berbeda.
kloramfenikol, NaCl, pepton, agar dan Fraksi etil asetat selanjutnya
ekstrak daging. dievaporasi. Kegiatan partisi selanjutnya
dilakukan dengan menuangkan pelarut
metanol (semi-polar) 100 ml ke dalam
Sterilisasi Alat dan Bahan
corong pisah dan diikuti oleh hasil
Alat-alat yang digunakan untuk evaporasi etil asetat, kemudian
pengujian antibakteri pada penelitian ini ditambahkan pelarut n-heksana (non-
seperti tabung reaksi, cawan petri, polar) 100 ml. Setelah terbentuk lapisan,
erlenmeyer, dan beberapa peralatan kran corong pisah dibuka dan ditampung
lainnya dicuci bersih, dikeringkan dan lapisan pertama, yaitu fraksi metanol pada
dibungkus dengan kertas dan dimasukkan erlenmeyer, kemudian lapisan di atas
ke dalam oven selama 2 jam pada suhu yaitu fraksi n-heksana ditampung pada
150oC (sterilisasi kering). erlenmeyer berbeda. Fraksi air, metanol
dan n-heksana masing-masing
dievaporasi untuk selanjutnya dipakai
Ekstraksi dalam uji antibakteri dan anti-UV.
Sampel spons yang telah
dibersihkan, dipotong kecil dan dimaserasi Media Cair B1
di dalam botol yang sudah diberikan label Media cair B1 dibuat sebanyak 2
dan berisi etanol 95% sebanyak 200 ml media atau 2 erlenmeyer untuk kultur
selanjutnya ditimbang menggunakan bakteri uji. Banyaknya bahan untuk
timbangan. Maserasi dilakukan selama 1x membuat media cair B1 untuk satu
24 jam dengan 3x ulangan. Setelah itu erlenmeyer yaitu: pepton 0,25 g, ekstrak
dipisahkan filtrat dan debris. Hasil filtrat daging (meat extract) 0,15 g dan NaCl
diuapkan menggunakan rotary vacuum 0,15 g dan dilarutkan dalam aquadest
evaporator pada suhu 40o C hingga sebanyak 50 ml, selanjutnya
diperoleh ekstrak kasar. dihomogenkan menggunakan spatula,
setelah itu ditutup dan dibungkus
Partisi menggunakan aluminium foil lalu
Ekstrak kasar dari sampel spons disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o
akan dipartisi menggunakan metanol, etil C selama kurang lebih 15 menit.
asetat dan n-heksana dan air dengan
hasil akhir partisi sebanyak 3 fraksi, yaitu Kultur Bakteri
fraksi air (polar), fraksi metanol (semi- Bakteri uji E. coli dan S. aureus
polar) dan fraksi n-heksana (non-polar). diperoleh dari di Laboratorium Biologi
Pertama, pelarut air (polar) sebanyak 100 Molekuler dan Farmasetika Laut, Fakultas
ml dituang ke dalam corong pisah dan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
diikuti oleh ekstrak kasar sebanyak 10 gr, Sam Ratulangi Manado. Untuk
selanjutnya dicampur dengan pelarut etil pengkulturan, bakteri E. coli dan S. aureus
asetat (semi-polar) 100 ml. Perbandingan diambil menggunakan jarum ose dengan
pelarut dalam corong pisah adalah (1:1), cara digerus dan dimasukkan ke dalam
kemudian kocok corong pisah dan erlenmeyer yang telah berisikan media
diamkan selama beberapa saat sampai cair yang dibuat sebelumnya, kemudian
dua larutan terpisah membentuk 2 dibungkus menggunakan kertas
lapisan. Ketika kedua pelarut sudah alumunium foil dan diinkubasi selama 1 x
terpisah, kran corong pisah dibuka dan 24 jam.
pelarut yang paling bawah ditampung Media Padat B1
pada erlenmeyer sehingga didapatkan

198
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

Media padat B1 dibuat sebanyak 2 Kertas cakram kemudian ditotol dan


erlenmeyer untuk 2 bakteri uji. Untuk 1 diletakkan di atas media padat B1 yang
erlenmeyer diperlukan bahan-bahan telah dibuat dalam cawan petri dan diberi
seperti pepton 1 g, ekstrak daging (meat label. Setelah itu, cawan petri ditutup dan
extract) 0,6 g, NaCl 0,6 gram, agar 3 gram diinkubasi selama 1 x 24 jam. Jika daerah
dan aquadest sebanyak 200 ml. Seluruh sekitaran kertas cakram menunjukan
bahan dihomogenkan dan dibungkus adanya aktivitas antibakteri, maka akan
dengan kertas alumunium foil lalu terdapat zona hambat/ zona bening yang
disterilkan menggunakan autoklaf pada terbentuk di sekitar kertas cakram ekstrak
suhu 121oC selama 15 menit, kasar dan fraksi spons yang nantinya
selanjutnya media dibiarkan sampai akan diukur diameternya dalam satuan
hangat lalu masukkan bakteri yang telah (mm) menggunakan mistar berskala.
dikultur dengan media cair B1
menggunakan mikropipet berukuran 1000 Pengujian Anti-UV
µl sebanyak 2 ml, kemudian ditutup
Ekstrak dan fraksi spons yang
kembali menggunakan alumunium foil dan
akan diuji pada UV spektofotometer untuk
diaduk perlahan, setelah itu dituang
mengetahui apakah organisme spons
secukupnya (8-12 ml) ke dalam cawan
tersebut memiliki senyawa anti-UV.
petri yang sudah steril.
Pertama dilakukan pengenceran dimana 1
mg eksrak kasar dan fraksi spons
Kontrol
diencerkan dengan metanol 20%
Untuk melihat ada tidaknya zona sebanyak 100 ml kemudian hasil
hambat atau aktivitas antibakteri dari pengenceran diambil sebanyak 4 ml
sampel ekstrak kasar dan ketiga fraksi dimasukkan dalam suprasil kuvet, pada
hasil partisi diperlukan kontrol positif dan kuvet yang satunya dimasukkan pelarut
negatif. Kontrol positif merupakan tolak metanol 20% sebagai blanko (Luthfiyana
ukur dalam mengamati diameter zona dkk, 2016). Kemudian diuji pada alat UV
hambat yang dihasilkan oleh ekstrak spektofotometer dengan rentang panjang
sampel spons, dan kontrol negatif gelombang 290-400 nm. Selanjutnya,
berfungsi untuk melihat apakah pelarut diamati banyaknya sinar yang diabsorbsi.
metanol memberikan pengaruh terhadap
zona hambat ekstrak sampel atau tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun pembuatan kontrol positif yaitu
100 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 1 Organisme Uji
ml metanol, dan untuk kontrol negatif
digunakan pelarut metanol 95%.

Pengujian Antibakteri
Pengujian antibakteri menggunakan
konsentrasi ekstrak kasar spons 100
mg/ml dan konsentrasi sampel dari fraksi
air, metanol, dan n- heksana 10mg/ml A B
diambil masing-masing 20 µl
menggunakan mikropipet untuk ditotolkon
pada kertas cakram berukuran 6 mm
dengan daya serap 100 μl tiap kertas
cakram dan dimasukkan ke dalam wadah
steril yang telah diberi tanda. Adapun
banyaknya kertas cakram yang diperlukan
C D
adalah sebanyak 6 kertas cakram per
cawan petri, dan untuk kedua bakteri uji
Gambar 1. (A) Plakortis sp., (B) Liosina sp.,
dilakukan 3 kali ulangan untuk (C) Haliclona sp., (D) Agelas sp.
memastikan keakuratan data melalui
pengukuran zona hambat.

199
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

Ekstraksi S. aureus hanya ditunjukkan oleh kontrol


(+) saja, ulangan 1 (19 mm), ulangan 2
Setelah dimaserasi sebanyak 3
(21 mm), dan ulangan 3 (20 mm).
kali dan dievaporasi, diperoleh ekstrak
Sedangkan, pada media bakteri E. coli
kasar kemudian ditimbang menggunakan
zona hambat terdapat pada fraksi air dan
timbangan analitik (Tabel 1).
kontrol (+). Fraksi air ulangan 1 (7 mm),
Tabel 1. Berat sampel spons ulangan 2 (8 mm), dan ulangan 3 (8 mm)
Berat Berat
kemudian kontrol (+) ulangan 1 (18 mm),
Spons ulangan 2 (18 mm), dan ulangan 3 (18
Basah Ekstrak
Plakortis sp. (SPB 1) 470 g 27 g mm).
Liosina sp. (SPB 2) 450 g 26 g Haliclona sp. (SPB 3)
Haliclona sp. (SPB 3) 124 g 15 g Hasil pengamatan jenis spons
Agelas sp. (SPB 4) 100 g 16 g
Haliclona sp. dapat dilihat pada Gambar
4, dimana zona hambat pada media
Partisi bakteri S. aureus hanya ditunjukkan
Hasil ekstrak kemudian dipartisi kontrol (+) saja yang menunjukkan zona
dengan hasil akhir diperoleh 3 jenis fraksi, hambat pada ketiga ulangan, ulangan 1
yaitu fraksi air, fraksi metanol dan fraksi n- (20 mm), ulangan 2 (20 mm), dan ulangan
heksana. Masing-masing fraksi 3 (18 mm). Sedangkan, pada media
dievaporasi dan ditimbang menggunakan bakteri E. coli zona hambat terdapat pada
timbangan analitik (Tabel 2). fraksi air dan kontrol (+). Fraksi air
ulangan 1 (9 mm), ulangan 2 (8 mm), dan
Tabel 2. Berat fraksi spons ulangan 3 (7 mm) kemudian kontrol (+)
Fraksi Fraksi Fraksi ulangan 1 (17 mm), ulangan 2 (18 mm),
Spons
Air metanol n-heksana dan ulangan 3 (19 mm).
Plakortis sp. (SPB 1) 4300 mg 1130 mg 310 mg
Agelas sp. (SPB 4)
Liosina sp. (SPB 2) 5100 mg 610 mg 600 mg
Haliclona sp. (SPB 3) 3150 mg 730 mg 320 mg
Hasil pengamatan jenis spons
Agelas sp. (SPB 4) 5000 mg 1030 mg 300 mg Agelas sp. dapat dilihat pada Gambar 6,
dimana zona hambat pada media bakteri
Pengujian Aktivitas Antibakteri S. aureus dan E. coli pada ketiga ulangan
menunjukkan adanya zona hambat pada
Plakortis sp. (SPB 1) ekstrak kasar dan kontrol (+). Diameter
Aktivitas antibakteri melalui zona zona hambat pada media bakteri S.
hambat ditunjukkan pada kedua bakteri uji aureus ekstrak kasar ulangan 1 (7 mm),
oleh sampel ekstrak kasar dan fraksi air ulangan 2 (7 mm), dan ulangan 3 (7 mm)
(Gambar 2) dengan hasil pengukuran kemudian kontrol (+) ulangan 1 (19 mm),
zona hambat pada media bakteri S. ulangan 2 (16 mm), dan ulangan 3 (19
aureus fraksi air ulangan 1 (8 mm), mm). Pada media bakteri E. coli zona
ulangan 2 (8 mm), dan ulangan 3 (7 mm), hambat ekstrak kasar ulangan 1 (10 mm),
ekstrak kasar ulangan 1 (8 mm), ulangan ulangan 2 (12 mm), dan ulangan 3 (9 mm)
2 (9 mm) dan ulangan 3 (10 mm) kemudian kontrol (+) ulangan 1 (20 mm),
kemudian kontrol (+) (kloramfenikol) ulangan 2 (20 mm), dan ulangan 3 (18
ulangan 1 (18 mm), ulangan 2 (20 mm), mm).
dan ulangan 3 (18 mm). Pada media
bakteri E. coli zona hambat fraksi air
ulangan 1 (9 mm), ulangan 2 (9 mm), dan
ulangan 3 (9 mm), ekstrak kasar ulangan
1 (13 mm), ulangan 2 (13 mm), dan
ulangan 3 (12 mm) kemudian kontrol (+)
ulangan 1 (21 mm), ulangan 2 (20 mm),
dan ulangan 3 (20 mm).
Liosina sp. (SPB 2)
Hasil pengamatan jenis spons
Liosina sp. dapat dilihat pada Gambar 3,
dimana zona hambat pada media bakteri

200
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

A B
Gambar 2. Hasil pengujian antibakteri Plakortis sp. terhadap media (A) S.aures (B) E. coli

A B
Gambar 3. Hasil pengujian antibakteri Liosina sp. terhadap media (A) S.aures (B) E. coli

A B

Gambar 4. Hasil pengujian antibakteri Haliclona sp. terhadap media (A) S.aures (B) E. coli

201
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

A B

Gambar 5. Hasil pengujian antibakteri Agelas sp. terhadap media (A) S.aures (B) E. coli

Tabel 3. Rerata zona hambat spons

Rerata zona hambat (mm)


Bakteri Sampel
Plakortis sp. Liosina sp. Haliclona sp. Agelas sp.
(SPB 1) (SPB 2) (SPB 3) (SPB 4)
Ekstrak Kasar 9 - - 7
Fraksi Air 8,6 - - -
Fraksi Metanol - - - -
S.aureus
Fraksi N-heksana - - - -
Kontrol (+) 18,6 20 19,3 18
Kontrol (-) - - - -
Ekstrak Kasar 12,6 - - 10,3
Fraksi Air 9 7,6 8 -
Fraksi Metanol - - - -
E.coli
Fraksi N-heksana - - - -
Kontrol (+) 20,3 18 18 18
Kontrol (-) - - - -

Rerata zona hambat spons terhadap bakteri S. aureus


25

20
zona hambat (mm)

15

10

0
Plakortis sp. Liosina sp. Haliclona sp. Agelas sp.
Ekstrak kasar Fraksi Air Fraksi Metanol Fraksi N-heksana Kontrol (+) kontrol (-)
A

202
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

Rerata zona hambat spons terhadap bakteri E. coli


25

20
zona hambat (mm)

15

10

0
Plakortis sp. Liosina sp. Haliclona sp. Agelas sp.
Ekstrak kasar Fraksi Air Fraksi Metanol Fraksi N-heksana Kontrol (+) Kontrol( -)
B

Gambar 6. Grafik rerata zona hambat spons terhadap bakteri (A) S.aures (B) E. coli

Dari data yang ditampilkan pada sp. (8 mm). Dapat disimpulkan bahwa
tabel 3 dapat dilihat bahwa zona hambat senyawa antibakteri pada kedua jenis spons
yang dihasilkan dari ekstrak kasar maupun terhadap bakteri E. coli bersifat polar dan
fraksi air spons terhadap bakteri S. aureus aktifitas antibakteri memiliki spektrum kerja
dan E. coli memiliki nilai yang bervariasi sempit karena tidak dapat menghambat
namun cenderung lebih rendah nilainya jika bakteri gram (+) yaitu S. aureus (Jolanda
dibandingkan dengan zona hambat pada dkk, 2019). Ketidak-reaktifan antibakteri
kontrol (+) (kloramfenikol). Menurut Davis terhadap bakteri E. coli pada ekstrak kasar
dan Stour (1971) dalam Melkianus dkk spons jenis Liosina sp. dan Haliclona sp. di
(2019) kekuatan aktivitas antibakteri dapat lokasi yang sama ditemukan juga pada
digolongkan sebagai berikut, diameter zona penelitian yang dilakukan oleh Liem dkk
hambat ≤ 5mm (lemah), 5-10 mm (sedang), (2019).
10-20 mm (kuat) dan > 20 mm (sangat Jenis spons Agelas sp.
kuat). Pada tabel 3 Plakortis sp. menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
menunjukkan aktivitas antibakteri yang terhadap kedua bakteri uji pada sampel
sedang terhadap bakteri S. aureus pada ekstrak kasar yang tergolong sedang pada
sampel ekstrak kasar (9 mm) dan fraksi air bakteri S. aureus (7 mm) dan tergolong kuat
(8,6 mm) sedangkan pada bakteri E. coli, pada E. coli (10,3 mm). Sedangkan pada
sampel ekstrak kasar menunjukkan aktivitas ketiga fraksi tidak ditemukan aktivitas
antibakteri yang kuat (12,6 mm) dan pada antibakteri karena tidak terdapatnya zona
fraksi air (9 mm) tergolong sedang. hambat pada saat pengamatan. Dapat juga
Pada spons jenis Liosina sp. dan diketahui bahwa spons jenis Agelas sp.
Haliclona sp. keduanya tidak menunjukkan memiliki spektrum kerja antibakteri yang
aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram luas.
(+) S. aureus karena tidak ditemukan zona Hasil pengamatan pada kontrol (+)
hambat pada seluruh sampel kecuali kontrol menunjukkan zona hambat yang lebih besar
(+) saat dilakukan pengamatan pengujian dibandingkan dengan ekstrak kasar dan
antibakteri. Namun, pada media bakteri E. ketiga fraksi terhadap kedua bakteri uji.
coli keduanya menunjukkan aktivitas Penggunaan kontrol (+) pada penelitian ini
antibakteri yang tergolong sedang pada adalah antibiotik kloramfenikol yang telah
fraksi air Liosina sp. (7,6 mm) dan Haliclona diketahui memiliki spektrum kerja yang luas

203
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Dari hasil pengujian antibakteri yang


(Rahmawati, 2015). telah dilakukan sebelumnya ditunjukkan
Kontrol (-) yang digunakan adalah bahwa sampel ekstrak kasar dan fraksi air
metanol 95% karena pelarut yang adalah sampel yang menghasilkan zona
digunakan untuk melarutkan larutan uji hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji.
adalah metanol 95%. Dari hasil yang Maka pada pengujian ini, sampel ekstrak
ditunjukkan, kontrol (-) tidak memiliki zona kasar dan fraksi air 4 jenis spons diujikan
hambat pada kedua bakteri uji sehingga pada alat UV-1800 SHIMADZU
dapat diketahui bahwa aktivitas antibakteri spektrofotometer untuk mengetahui serapan
yang ditunjukkan oleh ekstrak kasar spons. sampel pada λ 290-400 nm.
Plakortis sp. dan Agelas sp. serta fraksi air Ekstrak kasar dari spons Plakortis
dari spons Plakortis sp., Liosina sp., dan sp. menunjukkan adanya serapan pada λ
Haliclona sp. adalah murni senyawa aktif 290-320 nm (UV-B) sebesar 4 Å selanjutnya
yang terkandung dalam sampel. Dapat puncak kedua juga menunjukkan adanya
dipastikan juga bahwa pelarut yang dipakai absorbsi UV-A λ 320-400 nm dengan nilai
sebagai kontrol (-) tidak memberikan absorban tertinggi sekitar 2,7 Å pada λ 370-
pengaruh pada zona hambat yang 400 nm. Hal yang sama juga ditunjukkan
terbentuk (Jolanda dkk, 2019). pada fraksi air Plakortis sp, dimana terdapat
Dari 4 jenis spons tidak ditemukan serapan sebesar 4 Å pada λ 290-320 nm
adanya aktivitas antibakteri pada fraksi (UV-B) sedangkan pada λ 320-400 nm (UV-
metanol dan n-heksana. Ketidak-reaktifan A) terdapat serapan yang nilai absorbsi
fraksi tersebut dalam menghambat tertinggnya 4 Å pada λ 320-330 nm dan
pertumbuhan bakteri uji menunjukkan menurun sampai 1,7 Å dan naik lagi sampai
bahwa senyawa metobolit sekunder yang 2,3 Å pada λ 370-400 nm (Gambar 7).
larut dalam metanol maupun n-heksana Ekstrak kasar dari spons Liosina sp.
tidak memiliki aktivitas antibakteri (Zakharia menunjukkan adanya serapan pada λ 290-
dkk, 2017). 320 nm (UV-B) sebesar 4 Å selanjutnya
Spons yang memiliki aktivitas pada λ 320-400 nm menunjukkan adanya
antibakteri sangat erat hubungannya absorbsi UV-A dengan nilai absorban
dengan lingkungan dimana organisme tertinggi sekitar 4 Å pada λ 330 nm namun
tersebut menetap. Produksi senyawa turun drastis pada λ 340 nm sampai pada
metabolit sekunder spons akan lebih besar nilai absorban 2 Å dan tetap stabil sampai
ketika tekanan lingkungannya relatif tinggi, λ 400 nm. Hal yang sama juga ditunjukkan
sebaliknya jika tekanan lingkungan relatif pada fraksi air Liosina sp, dimana terdapat
rendah maka spons akan menghasilkan serapan sebesar 4 Å pada λ 290-320 nm
senyawa yang kecil (Rinehart, 1992 dalam (UV-B) sedangkan pada serapan UV-A
Opa dkk, 2018). Berdasarkan penelitian terjadi penurunan sampai 1 Å pada λ 330
yang dilakukan, ekstrak kasar dari spons nm dan tetap konstan sampai λ 400 nm
jenis Plakortis sp. dan Agelas sp. tergolong (UV-A) (Gambar 8).
kuat untuk aktivitas antibakteri, berprotensi Ekstrak kasar dari spons Haliclona
untuk dijadikan sebagai bahan obat sp. menunjukkan adanya serapan pada λ
antibakteri. Sedangkan aktivitas antibakteri 290-320 nm (UV-B) sebesar 4 Å selanjutnya
spons jenis Liosina sp. dan Haliclona sp. pada λ 320-400 nm menunjukkan adanya
perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui absorbsi UV-A dengan nilai absorban
potensinya sebagai bahan dasar obat. tertinggi sekitar 4 Å pada λ 320-330 nm
Keempat jenis spons yang telah diuji perlu namun turun drastis pada λ 340 nm sampai
diteliti lebih lanjut untuk dapat menentukan pada nilai absorban 1,7 Å dan tetap stabil
senyawa antibakteri apa yang terkandung sampai λ 400 nm. Pada fraksi air Haliclona
dalam spons tersebut. sp terdapat serapan sebesar 4 Å pada λ
290-320 nm (UV-B) sedangkan pada (UV-
Pengujian Aktivitas Anti-UV A) terdapat serapan dengan nilai tertinggi

204
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

yaitu 4 Å pada λ 320 nm dan turun drastis pada nilai absorban 1,7 Å dan tetap stabil
sampai 0,7 Å di λ 330-400 nm (Gambar 9). sampai λ 400 nm. Pada fraksi air Agelas sp,
Ekstrak kasar dari spons Agelas sp. terdapat serapan sebesar 4 Å pada λ 290-
menunjukkan adanya serapan pada λ 290- 320 nm (UV-B) sedangkan λ 320-400 nm
320 nm (UV-B) sebesar 4 Å selanjutnya (UV-A) terdapat serapan dengan nilai
pada λ 320-400 nm menunjukkan adanya tertinggi yaitu 4 Å pada λ 320 -330 nm dan
absorbsi UV-A dengan nilai absorban turun drastis sampai 0,3 Å di λ 340-400 nm
tertinggi sekitar 4 Å pada λ 320-340 nm (Gambar 10).
namun turun drastis pada λ 350 nm sampai

Hasil spektrofotometer dari spons Plakortis sp. (SPB 1)

A B
Gambar 7. (A) Hasil spektrofotometer sampel ekstrak kasar Plakortis sp. (B) Hasil
spektrofotometer sampel fraksi air Plakortis sp.

Hasil spektrofotometer dari spons Liosina sp. (SPB 2)

A B
Gambar 8. (A) Hasil spektrofotometer sampel ekstrak kasar Liosina sp. (B) Hasil
spektrofotometer sampel fraksi air Liosina sp.

205
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

Hasil spektrofotometer dari spons Haliclona sp. (SPB 3)

A B
Gambar 9. (A) Hasil spektrofotometer sampel ekstrak kasar Haliclona sp. (B) Hasil
spektrofotometer sampel fraksi air Haliclona sp.

Hasil spektrofotometer dari spons Agelas sp. (SPB 4)

A B
Gambar 10. (A) Hasil spektrofotometer sampel ekstrak kasar Agelasp. (B) Hasil spektrofotometer
sampel fraksi air Agelas sp.
Berdasarkan pengujian melalui UV bentuk pertahanan diri terhadap paparan
spektrofotometer ditunjukkan bahwa sampel sinar matahari. Namun perlu dilakukan
ekstrak kasar dan fraksi air keempat jenis penelitian lebih lanjut untuk menentukan
spons yaitu Plakortis sp., Liosina sp., senyawa anti-UV yang terkandung dalam
Haliclona sp., dan Agelas sp. mampu spons sebagai bahan pembuatan tabir
mengabsorbsi UV-A dan UV-B dengan nilai surya.
serapan UV-B (λ 290-320 nm) seluruh KESIMPULAN
sampel adalah 4 Å. Sedangkan untuk UV-A
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan
(λ 320-400 nm) seluruh sampel
bahwa
menunjukkan nilai serapan tertinggi pada λ
1. Ekstrak empat jenis spons berhasil
320-330 nm dengan nilai 4 Å dan
diperoleh dari Perairan Pangalisang
mengalami penuruann pada λ 340-400 nm
Bunaken dan fraksi yang didapatkan
dengan nilai serapan paling kecil
melalui teknik partisi yaitu fraksi air,
ditunjukkan pada fraksi air spons Agelas sp.
fraksi metanol dan fraksi n-heksana.
sebesar 0,3 Å. Keempat jenis spons
2. Aktivitas antibakteri spons jenis
menunjukkan kemampuan dalam
Plakortis sp. dan Agelas sp ditemukan
menghasilkan senyawa anti-UV sebagai
pada kedua bakteri uji sedangkan spons

206
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

Liosina sp. dan Haliclona sp. hanya Melliawati, R. 2015. Escherichia coli dalam
ditemukan pada bakteri Escherichia coli. kehidupan manusia. BioTrends, 4(1):
3. Pengujian anti-UV pada UV hal. 10-14.
spektrofotometer menunjukkan bahwa Murniasih, T. 2003. Metabolit sekunder dari
sampel ekstrak kasar dan fraksi air spons sebagai bahan obat-
keempat jenis spons dapat menyerap obatan. Jurnal Oseana (3): hal. 27-33.
UV-B dan UV-A. Opa, S., Bara, R., Gerung, G., Rompas, R.,
Lintang, R., dan Sumilat, D. 2018. Uji
DAFTAR PUSTAKA aktivitas antibakteri fraksi n-heksana,
metanol dan air dari ascidian
Allen, G dan Steene, R. 2007. Indo-Pasific
Lissoclinum sp. Jurnal pesisir dan laut
Coral Reef Field Guide. Tropical Reef
tropis, 1(1): hal. 69-80.
Research, Singapore. ISBN: 981-00-
Rahmawati, M. 2015. Uji Aktivitas
5687-7
Antimikroba Ekstrak Etanol dan Air
Archer, G. L. 1998. Staphylococcus aureus:
Rimpang Pacing (Costus spiralis)
a well-armed pathogen. Reviews of
Terhadap Bakteri Escherichia coli,
Infectious Diseases, 26(5): hal. 1179-
Shigella dysenteriae, Salmonella
1181.
typhimurium, Bacillus subtilis,
Gosliner, T., Behrens, D. W., dan Williams,
Staphylococcus aureus Serta Fungi
G. C. 1996. Coral reef animals of the
Candida albicans [skripsi]. Fakultas
Indo-Pacific: animal life from Africa to
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Hawaii exclusive of the vertebrates.
Universitas Islam Negeri Syarif
Sea Challengers.
Hidayatullah, Jakarta.
Jolanda, S., Wewengkang, D. S., dan
Thakur, N. L., dan Müller, W. E. 2004.
Jayanto, I. 2019. Aktivitas antimikroba
Biotechnological potential of marine
ekstrak dan fraksi alga (Halimeda
sponges. Jurnal Current
opuntia) terhadap Escherichia coli,
Science, 86(11): hal. 1506-1512.
Staphylococcus aureus dan Candida
Warbung, Y. 2013. Daya hambat ekstrak
albicans. Pharmacon, 8(2): hal. 57-65.
spons laut Callyspongia sp terhadap
Liem, J., Bara, R., Sumilat, D., Warouw, V.,
pertubuhan bakteri Enterococci
Losung, F., dan Wantasen, A. 2019.
faecalis. e-GIGI, 1(2).
Bioprospeksi antibakteri beberapa
Warouw, V. dan Losung, F. 2015. Potensi
jenis spons dari Perairan Pangalisang
Substans Anti-uv Dari Serangga Laut
Bunaken. Jurnal pesisir dan laut
Family Gerridae Di Tasik Ria Mokupa
tropis, 1(1): hal. 7-12.
Manado, Sulawesi Utara. Jurnal
Marzuki, I. 2018. Eksplorasi spons
LPPM Bidang Sains dan
indonesia: seputar kepulauan
Teknologi, 2(2): hal. 95-102.
spermonde. Nas Media Pustaka,
Zakaria, Z., Soekamto, N. H., dan Firdaus,
Makassar.
F. 2017. Aktivitas antibakteri dari
Mehbub, M., Lei, J., Franco, C., dan Zhang,
fraksi artocarpus integer (Thunb.)
W. 2014. Marine sponge derived
Merr. Dengan metode difusi agar
natural products between 2001 and
(Antibacterial Activity of Artocarpus
2010: Trends and opportunities for
Integer (thunb.) Merr. Fraction by
discovery of bioactives. Marine
Difusi Agar Method). Jurnal Industri
drugs, 12(8): hal. 4539-4577.
Hasil Perkebunan, 12(2): hal. 1-6.
Melkianus, B., Fatimawali, F., dan Sudewi,
S. 2019. Uji aktivitas antibakteri
ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap bakteri
Klebsiella
pneumonlae. Pharmacon, 8(1).

207

You might also like