You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN

BERMOTOR
(Studi Kasus Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor Jenis Mobil Angkutan Penumpang di UPTD
Pengujian Kendaraan Bermotor Wiyung, Surabaya)

Karis Yuda Efendi

Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP

Abstract

The role of transportation in public society is very important today. Seeing the importance of the
role, government issued a policy of motor vehicle testing as part of efforts in conducting road safety
protection and preservation of the air. With the implementation of the Regional Regulation No. 6 of
2002. Motor Vehicle Testing is expected to be a solution for the problems of road safety and
sustainability of air. However, the presence of this regulation is felt not maximum preformance in
solving those problems. It is known from the various problems encountered in the field such as the
number of brokers, cheating from vehicle owners, lack of coordination of related parties, and lack of
awareness of vehicle owners. This research purposes to describe and analyze the implementation of
the Regional Regulation No. 6 of 2002 on the vehicle test in the Passenger Transport type PKB UPTD
Wiyung, Surabaya. In this study, researchers use a qualitative approach and the types of case studies, it
aims intensively studied phenomena that occur in the implementation of the vehicles test ranging from
executive, target groups, as well as related parties. While the data collection techniques the author
uses in-depth interviews and documentary studies. Further data have been obtained will be analyzed
with three grooves of data reduction, data display, and conclusion. From this research, it is concluded
that UPTD PKB Wiyung implement periodic testing of motor vehicle viewed from the communication
factor, resources, disposition, and a bureaucratic structure by implementing the policy as a whole is
good. It's just that the target groups, and stakeholders are still some lack of awareness of the
importance of motor vehicle testing. The drawback of this implementation is the lack of socialization to
increase public awareness, lack of communication with the Department of Industry as a service bureau
licensors, inadequate parking facilities location, the lack of commitment from the superintendent on
the highway, and manage the implementation of the SOP only pre test and test only. Based on these
findings the researchers propose some suggestions that need socialization raising compulsory test,
need communication with the Industry Department, there needs to be a commitment on the part of
supervisors, and standard operating procedures that need to be made after the test set.

Keywords: public policy, implementation, testing of motor vehicles

Pendahuluan kepadatan lalu lintas setiap harinya. Kemacetan


seringkali dijumpai hampir setiap ruas jalan
Suatu kebijakan publik tidak mempunyai terutama pada jam-jam sibuk, akibat lainnya
arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang adalah meningkatnya polusi udara. Untuk
dilakukan dengan program, kegiatan, atau mengurangi dampak negatif terhadap
proyek. Hal ini dikemukakan oleh Grindle dalam lingkungan dan menjaga keamanan,
Tachjan (2006:31) bahwa,”Implementation is keselamatan pengguna kendaraan bermotor,
that set of activities directed toward putting out maka perlu dilakukan pengujian kendaraan
a program into effect”. Pernyataan tersebut bermotor secara cermat oleh tenaga
menegaskan bahwa kebijakan publik untuk profesional sesuai dengan ketentuan (Sitorus
mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan, P,2010:1). Dalam Undang-undang Nomor 14
perlu adanya suatu kegiatan-kegiatan yang Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
dijalankan oleh semua pihak yang terkait secara Jalan disebutkan bahwa pengujian berkala
terstruktur.Tanpa adanya implementasi dari diwajibkan untuk mobil penumpang umum,
pelaksana, pengawas, maupun penerima, suatu mobil bus, mobil barang, kereta gandengan,
kebijakan publik akan menjadi sia-sia karena dan kereta tempelan yang beroperasi di jalan.
tidak ada keberlanjutan. Kebijakan pengujian berkala kendaraan
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor telah diimplementasikan di Indonesia
bermotor yang cukup pesat khususnya di kota- sejak tahun 1992 dengan dikeluarkanya
kota besar telah berdampak terhadap tingkat Undang-undang (UU) No. 14 tahun 1992
tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Untuk Mobil
16.552 18.939 22.474 25.245
pelaksanaanya diatur dalam Peraturan Penumpang
pemerintah (PP) No. 44 tahun 1993 tentang Mobil
14.328 16.363 19.590 21.951
kendaraan bermotor dan pengemudi. Beban
Sedangkan untuk petunjuk pelaksanaan Mobil Bus 3.973 4.586 5.374 5.881
teknisnya kementrian perhubungan pada saat Sepeda
itu mengeluarkan Keputusan menteri (KM) No. 95.209 106.969 133.568 154.636
Motor
71 tahun 1993. Pengujian berkala meliputi Jumlah 130.062 146.857 181.006 207.713
kegiatan pemeriksaan, pengujian fisik
kendaraan bermotor, dan pengesahan hasil uji. Sumber : Data POLRI (Dirjen LLAJ,2012:379)
Kendaraan yang dinyatakan lulus uji akan Kota Surabaya sudah
mendapat perpanjangan buku uji berkala mengimplementasikan peraturan tentang
selama enam bulan dan dilengkapi dengan pengujian berkala dari tahun 2002 yaitu dengan
tanda uji berkala, yaitu berat kosong terbitnya Perda no 6 tahun 2002. Meskipun
kendaraan, jumlah berat yang telah lama kebijakan tersebut di
diperbolehkan/diizinkan, daya angkut barang, implementasikan tetapi peraturan itu belum
masa berlaku surat/tanda uji dan kelas jalan maksimal, Chantika, O, D (2013:39) dalam
terendah yang boleh dilalui. Bagi kendaraan penelitianya di UPTD wiyung menyebutkan
yang dinyatakan tidak lulus uji berkala, maka “Implementasi kebijakan pengujian berkala
petugas penguji wajib memberitahukan secara kendaraan di Surabaya jika dilihat dari aspek
tertulis yaitu perbaikan-perbaikan yang harus organisasi, interpretasi dan pelaksanaanya
dilakukan, waktu dan tempat dilakukan sudah cukup baik”. Tetapi jika dilihat dari faktor
pengujian ulang tanpa dipungut biaya lagi. ekternal organisasi UPTD selaku implementor
(SOP,2008:4) masih terdapat berbagai kekurangan seperti
Tujuan pelaksanaan uji berkala kendaraan yang diungkapkan oleh bapak Syamsul (Penguji
bermotor berdasarkan Keputusan Menteri kendaraan) bahwa :
Perhubungan yaitu KM 71/1993 adalah sebagai
berikut : “Kesadaran masyarakat untuk melakukan
1. Memberikan jaminan keselamatan pengujian berkala kendaraannya masih
secara teknis terhadap penggunaan rendah, dan kalaupun melakukan
kendaraan bermotor; pengujian mereka masih banyak yang
2. Melestarikan lingkungan dari melakukan kecurangan seperti sebelum
kemungkinan pencemaran yang pengujian berkala kendaraan mereka
diakibatkan oleh penggunaan dikembalikan ke standar awal biar lolos
kendaraan bermotor di jalan; setelah lolos dirubah lagi.” (25 Februari
3. Memberikan pelayanan umum kepada 2013)
masyarakat.
Sasaran dilaksanakannya pengujian Selain itu komunikasi antar elemen
berkala kendaraan bermotor adalah untuk implementor kadang tidak berjalan beriringan
menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas dan seperti yang diungkapkan bapak Deny (kepala
polusi udara akibat beroperasinya kendaraan UPTD PKB Wiyung) bahwa :
bermotor. Sedangkan manfaatnya diharapkan
tidak hanya dirasakan oleh pemilik kendaraan “Kecelakaan-kecelakaan yang selama ini
tetapi juga oleh masyarakat umum. terjadi sebenarnya bukan sepenuhnya
Implementasi PKB di Indonesia belum salah UPTD PKB Wiyung karena jika ada
berjalan sesuai tujuan terbukti masih tingginya kendaraan yang tidak layak jalan tanpa
angka kecelakaan di jalan raya, seperti terlihat melakukan pengujian tetap beroperasi itu
pada tabel di bawah ini: bukan hak dan tanggung jawab kami
menindak karena itu wewenang kepolisian”
(25 Februari 2013)
Edward mengajukan empat faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan yaitu
komunikasi, sumber daya (resources), disposisi,
Tabel 1.1 Kecelakaan kendaraan bermotor dan struktur birokrasi dalam Widodo
menurut jenisnya tahun 2006-2011 (2010:195). Empat faktor tersebut saling
Tahun berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi
Uraian
2008 2009 2010 2011 secara langsung terhadap implementasi
kebijakan. Keberhasilan implementasi kebijakan Tachjan (2006:26) menjelaskan tentang
publik ditentukan dengan adanya kejelasan unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang
standar dan tujuan yang diinginkan dan mutlak harus ada yaitu:
dikomunikasikan secara konsisten dan jelas, a. Unsur pelaksana
serta adanya kesediaan sumber daya yang b. Adanya program yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian serta
keberhasilan implementasi kebijakan dientukan c. Target group atau kelompok sasaran.
sejauh mana upaya memaksimalkan sumber Unsur pelaksana adalah implementor
daya dan faktor lain secara optimal. Peneliti kebijakan yang diterangkan Dimock & Dimock
memilih teori ini karena dalam implementasi dalam Tachjan (2006:28) sebagai berikut:
PKB di UPTD PKB wiyung masih kurangnya ”Pelaksana kebijakan merupakan pihak-
koordinasi antar pihak-pihak terkait, dan masih pihak yang menjalankan kebijakan yang
banyak biro jasa (calo) yang “dilegalkan” oleh terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran
pemerintah (Disperindag). organisasional, analisis serta perumusan
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui kebijakan dan strategi organisasi,
bahwa sepeda motor menduduki peringkat pengambilan keputusan, perencanaan,
teratas tingkat kecelakaan, sedangkan untuk penyusunan program, pengorganisasian,
kendaraan wajib uji berkala yang dalam Perda penggerakkan manusia, pelaksanaan
No. 6 tahun 2002 pasal 2 disebutkan operasional, pengawasan serta penilaian”.
“Kendaraan wajib uji meliputi mobil bus, mobil Sedangkan program Menurut Terry dalam
barang, kereta gandengan, kereta temple, Tachjan (2006:31) merupakan rencana yang
kendaraan khusus, mobil penumpang dan bersifat komprehensif yang sudah
kendaraan umum”. Mobil penumpang menggambarkan sumber daya yang akan
menduduki tempat teratas tingkat kecelakaan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan.
di jalan raya dibandingkan dengan kendaraan Program tersebut menggambarkan
wajib uji berkala yang lain. Melihat fenomena sasaran,kebijakan, prosedur, metode, standar
tersebut peneliti menfokuskan penelitian pada dan budjet.
mobil penumpang dengan JBB ≤ 3500 kg saja, Unsur implementasi kebijakan publik yang
diharapkan agar hasil yang dicapai lebih terakhir dalah target group atau kelompok
maksimal. Sedangkan pemilihan lokasi di UPTD sasaran, Tachjan (2006:35) mendefinisikan
PKB Wiyung berdasarkan Peraturan Walikota bahwa: ”target group yaitu sekelompok orang
Surabaya No. 26 tahun 2007 Pasal 1 yang atau organisasi dalam masyarakat yang akan
menyebutkan “UPTD PKB Wiyung yang menerima barang atau jasa yang akan
melayani pengujian kendaraan bermotor wajib dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”
uji JBB≤ 3500 kg dan uji berkala pertama kali 1. Model Implementasi Kebijn akan
pada Dinas Perhubungan” Widodo (2010:195) Edward III
Dari Penelitian dan fenomena yang ada mengajukan empat faktor atau yang
ditengah masyarakat, maka dalam penelitian ini berpengaruh terhadap keberhasilan atau
akan digambarkan bagaimana implementasi kegagalan implementasi kebijakan. Empat
Perda No.6 tahun 2002 di UPTD PKB Wiyung faktor tersebut antara lain meliputi :
yang dilihat dari fator komunikasi, sumber daya, a. Komunikasi
disposisi, dan struktur birokrasi. Komunikasi sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari
Implementasi Kebijakan Publik implementasi kebijakan publik.
Mazmanian dan Sabatier dalam Winarno Implementasi yang efektif terjadi apabila
(2008:189) , menjelaskan lebih lanjut tentang para pembuat keputusan sudah mengetahui
konsep implementasi kebijakan adalah apa yang akan mereka kerjakan.
memahami apa yang senyatanya terjadi Pengetahuan atas apa yang mereka kerjakan
sesudah program dinyatakan berlaku atau dapat berjalan bila komunikasi berjalan
dirumuskan merupakan fokus perhatian dengan baik, sehingga setiap keputusan
implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian kebijakan dan peraturan implementasi harus
atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya dikomunikasikan kepada bagian personalia
pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu yang tepat. Selain itu, kebijakan yang
mencakup baik usaha-usaha untuk dikomunikasikanpun harus tepat, akurat,
mengadministrasikannya maupun untuk dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar
menimbulkan akibat/dampak nyata pada para pembuat kebijakan dan para
masyarakat atau kejadian-kejadian. Definisi implementor kebijakan pengujian berkala
tidak hanya melibatkan kendaraan bermotor tersebut akan semakin
konsisten dalam melaksanakan setiap hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen
kebijakan. saja.
Terdapat tiga indikator yang digunakan Sumber-sumber penting dalam
dalam mengukur keberhasilan variabel implementasi kebijakan antara lain:
komunikasi, yaitu: (Subarsono, 2006;90) (Widodo,2010:202)
1) Transmisi 1) Staff. Dalam konteks ini setiap staf
Penyaluran komunikasi yang baik akan harus memiliki keahlian dan
dapat menghasilkan suatu kemampuan untuk melaksanakan
implementasi yang baik pula. Seringkali tugas, anjuran, perintah dari atasan
yang terjadi dalam penyaluran (pimpinan). Di samping itu ia harus ada
komunikasi adalah adanya salah ketepatan dan kelayakan antara
pengertian (miskomunikasi), hal jumlah staf yang dibutuhkan dan
tersebut disebabkan karena keahlian yang dimiliki sesuai dengan
komunikasi telah melalui beberapa tugas pekerjaan yang ditangani;
tingkatan birokrasi, sehingga apa yang 2) Informasi. Informasi yang relevan dan
diharapkan terdistorsi di tengah jalan. cukup tentang bagaimana cara
2) Kejelasan informasi mengimplementasikan suatu kebijakan
Komunikasi yang diterima oleh dan kerelaan atau kesanggupan dari
pelaksana kebijakan haruslah jelas dan berbagai pihak yang terlibat dalam
tidak membingungkan. Dengan implementasi kebijakan tersebut. Hal
kejelasan informasi maka akan yang demikian ini dimaksudkan agar
mendukung pihak manapun dan para pelaksana tidak akan melakukan
menutup adanya kesalahpahaman suatu kesalahan dalam
yang berdampak pada hasil dari menginterpretasikan atau
kebijakan tersebut. Informasi tentang melaksanakan kebijakan tersebut.
pengujian berkala kendaraan yang 3) Kewenangan. Pada umumnya,
disampaikan melalui lisan dapat saja kewenangan harus bersifat formal agar
menimbulkan pertanyaan jelas atau kebijakan dapat dilaksanakan.
tidak. Kewenangan merupakan otoritas atau
3) Konsistensi legitimasi bagi para pelaksana dalam
Konsistensi informasi yang dimaksud melaksanakan kebijakan yang
adalah perlu adanya ketetapan dari ditetapkan. Ketika wewenang itu nihil,
suatu informasi untuk menghindari maka kekuatan para implementor
adanya kesalahan dari berbagai aspek, dimata publik tidak terlegitimasi,
dalam hal ini informasi yang sehingga dapat menggagalkan proses
disampaikan baik melalui lisan maupun implementasi kebijakan. Kewenangan
Draf Perda yang ada tidak berubah- diperlukan untuk menjamin dan
ubah khususnya dalam menyakinkan bahwa kebijaksanaan
pengimplementasian kebijakan yang akan dilaksanakan adalah sesuai
tersebut, karena selain informasi harus dengan yang mereka kehendaki
jelas juga harus konsisten agar 4) Fasilitas. Merupakan sarana yang
pelaksanaan berjalan sesuai dengan digunakan untuk operasionalisasi
yang seharusnya serta tujuan dari implementasi suatu kebijakan yang
kebijakan dapat terealisasi terwujud. meliputi, antara lain gedung, tanah,
dan sarana yang kesemuanya akan
b. Sumber Daya memudahkan dalam memberikan
Walaupun isi kebijakan sudah pelayanan dalam implementasi
dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, kebijakan .
tetapi apabila implementor kekurangan
sumberdaya untuk melaksanakan, c. Disposisi
implementasi tidak akan berjalan efektif. Disposisi adalah watak dan karakteristik
Sumberdaya tersebut dapat berwujud yang dimilik oleh implementer, seperti
sumberdaya manusia, yakni kompetensi komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.
implementor, dan sumberdaya finansial. Apabila implementer memiliki disposisi yang
Sumberdaya adalah faktor penting untuk baik, maka pelaksana akan menjalankan
implementasi kebijakan agar berjalan tugas dengan baik seperti yang diinginkan
dengan efektif, tanpa sumberdaya kebijakan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementer
memiliki sikap yang berbeda dengan
pembuat kebijakan, maka proses yang terfragmentasi (terpecah-pecah)
implementasi kebijakan juga menjadi tidak dapat meningkatkan gagalnya
efektif. komunikasi, di mana para pelaksana
1) Komitmen; Komitmen dari aparatur kebijakan akan punya kesempatan yang
pelaksana sebuah kebijakan dapat besar berita/instruksinya akan
menunjang berjalannya kebijakan terganggu. Fragmentasi birokrasi ini
tersebut sesuai dengan apa yang akan membatasi kemampuan para
diinginkan. Sebuah kebijakan tidak bisa pejabat puncak untuk
berjalan dengan baik dan mencapai mengkoordinasikan semua sumber daya
hasil yang diinginkan jika para aparatur yang relevan dalam suatu yuridiksi
pelaksananya tidak memiliki komitmen tertentu, akibatnya lebih lanjut adalah
untuk melaksanakan tugas dan terjadinya ketidak efisiensi dan
tanggungjawabnya sebagai pelaksana pemborosan sumber daya langka.
kebijakan. 2) Standar Prosedur Operasional; Prosedur
2) Kejujuran; Kejujuran adalah suatu sikap merupakan cara atau alur kerja. Dalam
yang mutlak dimiliki oleh seorang penelitian ini penulis maksudkan adalah
implementer, karena tanpa kejujuran cara atau alur kerja para pelaksana yang
di dalam melaksanakan kebijakan melaksanakan kegiatan-kegiatan pada
maka akan hilang kepercayaan dari tiap harinya sesuai dengan standar yang
pembuat kebijakan dan masyarakat ditetapkan.
terhadap pelaksana kebijakan.
Kejujuran itu harus terus diterapkan Metode Penelitian
pada saat memulai implementasi Dalam penulisan ini peneliti menggunakan
kebijakan sampai pencapaian hasil pendekatan kualitatif dan dengan jenis studi
yang telah ditargetkan sebelumnya. kasus, hal ini bertujuan mempelajari secara
3) Sifat Demokratis; Sifat demokratis intensif latar belakang, status terakhir, dan
adalah sifat aparat pelaksana untuk interaksi lingkungan yang terjadi pada satuan
dapat menerima segala kebijakan yang sosial seperti individu, kelompok, lembaga atau
ada serta melaksanakannya sesuai komunitas. Sedangkan teknik pengambilan data
tugasnya masing-masing dan juga penulis mengunakan wawancara mendalam
dapat menerima hasil-hasil yang telah dan studi dokumentasi. Selanjutnya data-data
dicapai. yang telah didapat akan analisis dengan tiga
alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan
d. Struktur Birokrasi penarikan kesimpulan.
Menurut Edward III, variabel keempat
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan Implementasi Pengujian kendaraan bermotor
implementasi kebijakan publik adalah di UPTD PKB Wiyung
struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber a. Komunikasi
untuk melaksanakan suatu kebijakan Komunikasi sangat menentukan
tersedia, atau para pelaksana kebijakan keberhasilan pencapaian tujuan dari
mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, implementasi kebiajkan publik. Implementasi
dan mempunyai keinginan untuk yang efektif terjadi apabila para pembuat
melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan keputusan sudah mengetahui apa yang akan
kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang
atau terealisasi karena terdapatnya mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi
kelemahan dalam struktur birokrasi. berjalan dengan baik, sehingga setiap
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut keputusan kebijakan dan peraturan
adanya kerjasama banyak orang, ketika implementasi harus dikomunikasikan kepada
struktur birokrasi tidak kondusif pada bagian personalia yang tepat. Selain itu,
kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan kebijakan yang dikomunikasikanpun harus
mengakibatkan sumber daya menjadi tidak tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi
efektif dan menghambat jalannya kebijakan. diperlukan agar para pembuat kebijakan dan
Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat para implementor kebijakan pengujian berkala
mendukung kebijakan yang telah diputuskan kendaraan bermotor tersebut akan semakin
dengan jalan melakukan koordinasi dengan konsisten dalam melaksanakan setiap
baik. kebijakan.
1) Fragmentasi; Dimensi fragmentasi Terdapat tiga indikator yang digunakan
menegaskan bahwa struktur birokrasi dalam mengukur keberhasilan variabel
komunikasi, yaitu:
1). Transmisi kendaraan serta pentingnya untuk
Penyaluran komunikasi yang baik melakukan uji sendiri belum
akan dapat menghasilkan suatu mendapatkan perhatian dari UPTD PKB
implementasi yang baik pula. Seringkali Wiyung.
yang terjadi dalam penyaluran Banyaknya calo di UPTD PKB
komunikasi adalah adanya salah Wiyung yang beratas namakan biro jasa
pengertian (miskomunikasi), hal merupakan suatu kegagalan dimensi
tersebut disebabkan karena komunikasi transmisi komunikasi UPTD. Hal tersebut
telah melalui beberapa tingkatan diakibatkan karena tidak adanya
birokrasi, sehingga apa yang diharapkan komunikasi antar instansi Pemerintah
terdistorsi di tengah jalan. Kota Surabaya. Di satu sisi UPTD PKB
Kebijakan pengujian kendaraan Wiyung selalu berupaya untuk menekan
bermotor telah dikomunikasikan kepada keberadaan biro jasa (calo) yang bisa
pelaksana kebijakan yaitu khususnya meresahkan pemilik kendaraan, tetapi di
kepada penguji kendaraan. Bentuk sisi lain biro jasa di lindungi oleh Surat
komunikasinya dengan cara tertulis Izin Usaha Perdagangan yang
maupun lisan, karena dilakukan dengan dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian,
dua cara tersebut para penguji bisa Perdagangan dan Penanaman Modal
secara langsung maupun tidak langsung Kota Surabaya. Jika selamanya belum
dalam memahami informasi yang ada. ada komunikasi dengan Disperindag,
Komunikasi yang dilakukan dengan maka usaha UPTD untuk menekan
langsung berupa pelatihan, pendidikan, jumlah calo akan tidak maksimal karena
diskusi, dan pembinaan. Secara garis terbentur dengan legalitas yang dimiliki
besar para penguji telah paham tentang para calo tersebut.
kebijakan pengujian kendaraan mulai 2). Kejelasan
dari maksud, tujuan, sasaran, serta Komunikasi yang diterima oleh
substansi kebijakan. pelaksana kebijakan haruslah jelas dan
Komunikasi kebijakan yang baik tidak membingungkan. Dengan
tidak hanya dilakukan kepada pelaksana kejelasan informasi maka akan
kebijakan saja tetapi kelompok sasaran mendukung pihak manapun dan
dan pihak-pihak terkait juga harus menutup adanya kesalahpahaman yang
mendapatkan informasi yang cukup berdampak pada hasil dari kebijakan
tentang kebijakan, tujuannya agar tersebut. Informasi tentang pengujian
kebijakan bisa terintegrasi dengan baik. berkala kendaraan yang disampaikan
Komunikasi yang dilakukan UPTD PKB melalui lisan dapat saja menimbulkan
Wiyung kepada pemilik kendaraan pertanyaan jelas atau tidak.
memang sudah dilakukan baik secara Komunikasi yang dilakukan
langsung maupun tidak langsung. Tetapi pemerintah kepada para pelaksana
komunikasi yang dilakukan terkesan kebijakan secara keseluruhan sudah
hanya menunggu pelanggan. Hal berjalan dengan baik, terbukti dengan
tersebut terbukti masih sangat jarang ditemuinya keluhan dari pemilik
minimnya sosialisasi yang dilakukan kendaraan tentang masalah pelayanan
kepada pemilik kendaraan, sehingga pelaksanaan pengujian. Selain itu
pemilik kendaraan lebih senang koordinasi antara penguji dengan UPTD
menggunakan jasa calo dalam pengujian yang selalu dilakukan tiap minggu,
karena pengetahuan mereka tentang membuat kejelasan sasaran, tujuan,
tata cara pengujian kendaraan sangat maksud, dan substansi kebijakan
minim. terjamin.
Komunikasi yang dilakukan UPTD Masih banyaknya para pemilik
PKB Wiyung kepada kelompok sasaran kendaraan yang menggunakan jasa calo
berdasarkan observasi dan wawancara merupakan bukti kegagalan komunikasi
dapat disimpulkan, komunikasi hanya yang dilakukan oleh pihak UPTD kepada
dilakukan berkaitan tentang teknis kelompok sasaran. Dari hasil wawancara
pelaksanaan pengujian, biaya pengujian, para pemilik kendaraan yang lebih
dan himbauan berkaitan pengujian. banyak ditemui menggunakan jasa calo
Sedangkan upaya komunikasi untuk mengungkapkan bahwa pengujian
menyadarkan pentingnya, manfaat, kendaraan itu rumit, lama, dan sulit.
sasaran dari pelaksanaan pengujian Tetapi berdasarkan hasil wawancara
dengan pemilik kendaraan yang adanya komitmen untuk melakukan
melakukan uji sendiri mengungkapkan komunikasi baik secara langsung
bahwa pengujian kendaraan itu mudah maupun tidak langsung dengan
dan cepat. Dari kedua fakta tersebut kelompok sasaran.
dapat disimpulkan bahwa pihak UPTD b. Sumber Daya
belum bisa merubah anggapan buruk Dalam suatu kebijakan bisa saja informasi
masyarakat tentang pengujian yang disampaikan sudah jelas dan konsisten
kendaraan. tetapi bukan hanya faktor tersebut yang
Banyaknya angkutan penumpang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Dalam
yang tidak layak jalan tetapi mempunyai hal ini sumber daya yang dimaksud adalah staf
buku layak jalan merupakan bentuk yang cukup, informasi, wewenang dan juga
pengabaian tujuan utama dari pengujian fasilitas atau sarana dan prasarana yang
kendaraan yaitu keselamatan dan mendukung jalannya pelaksanaan pengujian
kesehatan menjadi izin jalan. Masalah berkala kendaraan bermotor di UPTD PKB
tersebut diakibatkan karena komunikasi Wiyung. Indikator sumber daya terdiri dari
yang dilakukan UPTD PKB Wiyung beberapa elemen, yaitu:
kepada pemilik kendaraan kurang 1). Staf
maksimal yang membuat tidak jelasnya Sumber daya yang utama dalam
tujuan, sasaran, maksud serta substansi implementasi kebijakan adalah staf.
dari kebijakan tersebut. Kegagalan yang sering terjadi dalam
3). Konsistensi implementasi kebijakan salah satunya
Konsistensi informasi yang disebabkan oleh staf yang tidak
dimaksud adalah perlu adanya mencukupi, memadai, atau tidak
ketetapan dari suatu informasi untuk kompeten dibidangnya. Dalam hal
menghindari adanya kesalahan dari penguji kendaran bermotor sangat
berbagai aspek, dalam hal ini informasi diperlukan staf yang cukup serta
yang disampaikan baik melalui lisan memiliki kemampuan yang sesuai untuk
maupun Draf Perda yang ada tidak menjalankan tugasnya tersebut.
berubah-ubah khususnya dalam Kompetensi yang dimilik staf
pengimplementasian kebijakan tersebut. penguji di UPTD sudah sangat baik
Karena selain informasi harus jelas juga karena selalu bisa mengikuti
harus konsisten agar pelaksanaan perkembangan teknologi, seperti yang
berjalan sesuai dengan yang seharusnya terakhir penggunaan tablet dalam
serta tujuan dari pengujian berkala pengujian. Selain itu pelaksanaan
kendaran bermotor dapat terealisasi pelatihan yang rutin dilakukan juga
terwujud. membuat pengetahuan maupun
Komunikasi antara UPTD dengan keahlian penguji semakin tinggi.
penguji selaku pelaksana kebijakan rutin Faktor yang paling mempengaruhi
dilakukan tiap minggu sekali, yaitu perkembangan di UPTD adalah
membahas perkembangan maupun kepemimpinan yang baik di UPTD PKB
masalaha yang dihadapi dalam Wiyung, dengan adanya dukungan dari
pelaksanaan pengujian. Selain dilakukan kepemimpinan yang baru tersebut
dengan UPTD para penguji juga membuat perkembangan pelayanan di
melakukan pelatihan tiap 6 bulan sekali UPTD sekarang jauh lebih baik.
tingkat provinsi dan 1 tahun sekali Peningkatan kualitas pelayanan tersebut
tingkat nasional. Komunikasi yang kebanyakan berasal dari inisiatif dari
dilakukan dengan bagian pengendalian pimpinan UPTD dan didukung oleh
dan operasional telah konsisten Dishub selaku pimpinan tingkat kota.
dilakukan dengan tiap tahunnya Keadaan UPTD PKB Wiyung sejak
menyerahkan data hasil uji kendaraan pergantian kepemimpinan mulai dari
uji maupun data kendaraan yg tidak gedung, kualitas fasilitas, kualitas staf,
melakukan uji. serta kualitas pelayanan sangat jauh
Konsistensi komunikasi dengan berbeda, karena banyak
kelompok sasaran juga sudah baik peningkatannya.
terbukti dengan selalu adanya perbaikan Berdasarkan hasil wawancara di
sarana komunikasi yaitu dengan adanya atas diketahui bahwa di UPTD PKB
layar indek kepuasan pelanggan dan sms Wiyung jumlah masih kekurangan staf
getway. Hal tersebut menunjukan penguji dibandingkan dengan jumlah
kendaraan yang di uji tiap harinya. dalam Perda no 6 tahun 2002. Dan
Untuk mengatasi hal tersebut pihak kewenangan penguji untuk melakukan
UPTD berinisiatif untuk memaksimalkan melakukan uji diatur dalam Perwali No.
perkembangan teknologi dengan 10 tahun 2006. Sedangkan kewenangan
menggunakan sistem online pada setiap UPTD untuk menarik retribusi diatur
alat, dan hasilnya selain mengurangi dalam Perda No. 1 tahun 2011. Secara
beban pekerjaan penguji juga keseluruhan kewenangan UPTD PKB
menambah keakuratan pengujian serta Wiyung untuk melakukan pengujian
pengujian lebih cepat. kendaraan sudah sangat jelas diatur
2). Informasi dalam peraturan masing-masing.
Informasi merupakan sumber 4). Fasilitas
penting dalam pelaksaan kebijakan, Dalam pelaksanaan kebijakan
ketersediaan informasi yang cukup pengujian berkala kendaraan bermotor
sangat mendukung pelaksanaan memerlukan sarana dan prasarana
kebijakan. Informasi dalam hal ini seperti kantor, kendaraan dinas untuk
merupakan informasi mengenai menjalankan tugas pelaksana dengan
bagaimana melaksanakan atau baik.
menjalankan sebuah kebijakan. Fasilitas yang dimiliki UPTD untuk
Ketersediaan informasi tentang melakukan pengujian kendaraan secara
bagaimana cara mengimplementasikan keseluruhan sudah lengkap dan
pengujian kendaraan sudah sangat mengikuti perkembangan teknologi. Hal
cukup, semua informasi tentang tata itu terbukti UPTD Wiyung merupakan
cara tersebut dituangkan dalam SOP UPTD percontohan karena yang pertama
yang dimiliki UPTD. Pelatihan penguji kali dan saat ini masih satu-satunya yang
yang dilakukan rutin juga menjamin menggunakan tablet dan Sistem
ketersediaan informasi, baik Informasi Manajemen dalam pengujian
perkembangan maupun masalah- kendaraan.
masalah yang baru dalam pelaksanaan Target menghasilkan yang tidak
pengujian. terpenuhi membuat beban APBD untuk
Informasi yang berkenaan dengan pembiayaan fasilitas membengkak.
menyadarkan orang-orang yang terkait Untuk mengatas kesulitan pembiayaan
pengujian masih sangat minim terbukti fasilitas, peralatan, dan SDM,
masih banyaknya pelanggaran baik dari dimungkinkan adanya kerjasama dengan
pemilik kendaraan, biro jasa (calo) bengkel umu yang telah memenuhi
maupun pengawas kebijakan. Orang- syarat sesuai peraturan. Rencana
orang tersebut masih belum sadar untuk Pemerintah Kota untuk
melakukan dan mematuhi apa yang menswastanisasikan pengujian
menjadi tugas dan kewajibanya. kendaraan juga logis saja, seperti yang
3). Kewenangan diterapkan di DKI Jakarta. Selain itu juga
Pada umumnya, kewenangan harus untuk semakin mendekatkan pelayanan
bersifat formal agar kebijakan dapat kepada masyarakat. Pengawasan
dilaksanakan. Kewenangan merupakan merupakan kunci utama jika
otoritas atau legitimasi bagi para swastanisasi memang dilakukan pada
pelaksana dalam melaksanakan pengujian kendaraan di Surabaya.
kebijakan yang ditetapkan. Ketika Keberadaan UPTD PKB Wiyung di
wewenang itu nihil, maka kekuatan para pinggir kota dengan jalan utama untuk
implementor dimata publik tidak ke lokasi sempit dan sering terjadi
terlegitimasi, sehingga dapat kemacetan merupakan suatu kelemahan
menggagalkan proses implementasi fasilitas yang dimiliki oleh UPTD PKB.
kebijakan. Selain itu tempat parkir yang sempit
Kewenangan Pemerintah Kota juga membuat ketidak nyamanan
Surabaya untuk mengimplementasikan pemilik kendaraan untuk melakukan uji.
kebijakan pengujian kendaraan telah Hal tersebut menjadi keluhan para
jelas termuat dalam UU tentang pemilik kendaraan selama ini.
otonomi daerah. Dan kemudian diatur c. Disposisi
dalam UU tentang kendaraan dan lalu Disposisi adalah watak dan
lintas. Untuk kewenangan UPTD PKB karakteristik yang dimilik oleh
Wiyung untuk melakukan uji telah diatur implementer, seperti komitmen, kejujuran,
dan sifat demokratis. Apabila implementer dalam melaksanakan kebijakan maka
memiliki disposisi yang baik, maka akan hilang kepercayaan dari pembuat
pelaksana akan menjalankan tugas dengan kebijakan dan masyarakat terhadap
baik seperti yang diinginkan oleh pembuat pelaksana kebijakan. Kejujuran itu harus
kebijakan. Ketika implementer memiliki terus diterapkan pada saat memulai
sikap yang berbeda dengan pembuat implementasi kebijakan sampai
kebijakan, maka proses implementasi pencapaian hasil yang telah ditargetkan
kebijakan juga menjadi tidak efektif. sebelumnya.
1). Komitmen Upaya UPTD dalam menciptakan
Komitmen dari aparatur pelaksana aparat yang jujur ditunjukan dengan
sebuah kebijakan dapat menunjang pemberian tunjangan yang cukup besar
berjalannya kebijakan tersebut sesuai kepada penguji kendaraan,serta
dengan apa yang diinginkan. Sebuah pemasangan CCTV di tempat-tempat
kebijakan tidak bisa berjalan dengan yang di anggap berpotensi terjadi
baik dan mencapai hasil yang diinginkan korupsi. Selain itu untuk membuat jera
jika para aparatur pelaksananya tidak aparat yang memang terbukti
memiliki komitmen untuk melaksanakan melakukan kecurangan, UPTD PKB
tugas dan tanggungjawabnya sebagai Wiyung akan tegas memberi sanksi
pelaksana kebijakan. mutasi bahkan pemecatan.
Komitmen dari UPTD untuk Penggunaan Sistem Informasi
meningkatkan pelayanan bisa dibilang Manajemen juga merupakan usaha
sudah baik karena banyak peningkatan UPTD untuk meningkatkan kejujuran
pelayanan mulai dari pelayanan pengujian. Karena semua hasil uji
administrasi sampai pelayanan langsung secara otomatis terhubung
pengujian sendiri. Peningkatan dengan server sehingga para penguji
pelayanan tersebut mendapatkan tidak ada kesempatan untuk melakukan
apresiasi dari pemerintah pusat dengan kecurangan pengujian. Faktor
dijadikanya UPTD PKB Wiyung sebagai pendukung terciptanya kejujuran di
UPTD PKB percontohan tingkat nasional UPTD Wiyung karena kepemimpinan
berkaitan tentang kualitas pelayanan. yang mempunyai komitmen untuk
Masalah dalam dimensi komitmen menciptakan birokrasi yang bersih dari
di sini adalah kurangnya komitmen dari korupsi.
pengawas kebijakan yaitu Dishub Kota 3). Sifat Demokratis
Surabaya khususnya Bidang Sifat demokratis yang penulis
Pengendalian dan Operasional. maksud adalah sifat aparat pelaksana
Buruknya pengawasan tersebut terlihat untuk dapat menerima segala kebijakan
dari masih banyaknya kendaraan yang yang ada serta melaksanakannya sesuai
tidak uji maupun kendaraan yang tugasnya masing-masing dan juga dapat
melakukan kecurangan hasil uji bisa menerima hasil-hasil yang telah dicapai.
dengan mudah tanpa ketakutan Memberi perlakuan yang sama
beroperasi di jalan raya. kepada semua pemilik kendaraan baik
Komitmen seharusnya juga itu calo maupun pemilik kendaraan
ditunjukan oleh pemilik kendaraan sendiri merupakan sifat demokratis yang
selaku kelompok sasaran dengan mau ditunjukan UPTD PKB Wiyung. Selain itu
menerima konsekuensi-konseuensi dari sifat mau menerima dan siap untuk
kebijakan. Komitmen ini belum terlihat ditugaskan oleh penguji juga merupakan
dari kelompok sasaran karena pemilik cerminan sifat demokratis penguji.
kendaraan yang sering bahkah sebagian d. Struktur Birokrasi
besar melakukan kecurangan dalam Menurut Edward III, variabel keempat
setiap uji, yaitu dengan melakukan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pembenahan kondisi kendaraan implementasi kebijakan publik adalah
sebelum uji agar lulus uji, setelah itu struktur birokrasi. Walaupun sumber-
mengembalikan kondisi kendaraan sumber untuk melaksanakan suatu
seperti semula. kebijakan tersedia, atau para pelaksana
2). Kejujuran kebijakan mengetahui apa yang seharusnya
Kejujuran adalah suatu sikap yang dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk
mutlak dimiliki oleh seorang melaksanakan suatu kebijakan,
implementer, karena tanpa kejujuran di kemungkinan kebijakan tersebut tidak
dapat terlaksana atau terealisasi karena manajemen prosedur yang dimiliki UPTD
terdapatnya kelemahan dalam struktur PKB memang sudah baik, karena yang
birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menilai bukan instansi internal
menuntut adanya kerjasama banyak orang, pemerintah tetapi instansi swasta yang
ketika struktur birokrasi tidak kondusif telah teruji kualitasnya.
pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini Kelengkapan SOP jika dilihat dari
akan mengakibatkan sumber daya menjadi keberlanjutan setelah lulus uji masih
tidak efektif dan menghambat jalannya terdapat kekurangan, karena dalam SOP
kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana tersebut belum diatur secara terperinci
harus dapat mendukung kebijakan yang tentang pelaksanaan pengawasan
telah diputuskan dengan jalan melakukan kendaraan yang telah lulus uji
koordinasi dengan baik. dilapangan. Dan belum ada juga SOP
1). Fragmentasi tentang pengawasan kendaraan yang
Dimensi fragmentasi menegaskan telah uji di jalan raya, sehingga para
bahwa struktur birokrasi yang pemilik kendaraan yang akan melakukan
terfragmentasi (terpecah-pecah) dapat kecurangan hasil uji sangat terbuka
meningkatkan gagalnya komunikasi, di peluangnya.
mana para pelaksana kebijakan akan Kebijakan untuk mencapai kata
punya kesempatan yang besar sukses memang perlu kesadaran semua
berita/instruksinya akan terganggu. pihak untuk mencapai tujuan dari
Fragmentasi birokrasi ini akan kebijakan baik dari pelaksana, kelompok
membatasi kemampuan para pejabat sasaran, maupun pihak-pihak terkait.
puncak untuk mengkoordinasikan Tetapi jika belum ada kesadaran dari
semua sumber daya yang relevan dalam salah satu pihak maka perlu adanya
suatu yuridiksi tertentu, akibatnya lebih aturan untuk membatasi kecurang dari
lanjut adalah terjadinya ketidak efisiensi kelompok tersebut. Dalam kasus ini
dan pemborosan sumber daya langka. perlu adanya SOP tentang pengawasan
Wewenang pelaksanaan pengujian maupun perbaikan SOP yang telah ada
kendaraan yang sepenuhnya menjadi dengan menambahkan pencantuman
tanggung jawab pemerintah hasil uji pada komputer di pintu masuk
Kota/Kabupaten membuat struktur terminal-terminal sehingga bias terlihat
birokrasinya tidak terfargmentasi besar. kendaraan yang melakukan kecurangan.
Karena semua tugas maupun tanggung
jawab penguji terpusat di Dinas Kesimpulan
Perhubung Kota membuat instruksi yang Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan
diberikan pusat bisa jelas tanpa melalui bahwa UPTD PKB Wiyung dalam
tingkatan-tingkatan yang bisa membuat mengimplementasikan pengujian berkala
komunikasi terputus dan lamban. kendaraan bermotor dilihat dari faktor
Sistem pembinaan maupun komunikasi, sumber daya, disposisi, dan
pendidikan yang dimonopoli oleh Dinas struktur birokrasi oleh pelaksana kebijakan
Perhubungan bisa menjadikan tenaga secara keseluruhan sudah baik. Hanya saja dari
penguji yang benar-benar dipersiapkan kelompok sasaran, dan pihak-pihak terkait
untuk pengujian. Hal itu bagus untuk masih kurang. Kelemahan dari implementasi ini
menciptakan tenaga profesional dan adalah belum adanya sosialisasi untuk
kompeten selain itu untuk menyamakan meningkatkan kesadaran masyarakat, tidak
standar pengujian tingkat nasional. adanya komunikasi dengan disperindag selaku
2). Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberi izin biro jasa, fasilitas lokasi parker
Prosedur merupakan cara atau alur kurang memadai, kurangnya komitmen dari
kerja. Dalam penelitian ini penulis pengawas di jalan raya, dan SOP hanya
maksudkan adalah cara atau alur kerja mengatur pelaksanaan pra uji dan uji saja.
para pelaksana yang melaksanakan
kegiatan-kegiatan pada tiap harinya Daftar Pustaka
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Buku-Buku
UPTD PKB Wiyung sejak 2008 yang Direktorat Jendral Perhubungan Darat. 2012.
talah mempunyai SOP bersertifikat ISO Perhubungan Darat dalam Angka 2011.
merupakan suatu kelebihan dari instansi Jakarta: Kementrian Perhubungan
pemerintahan yang lain. Dengan Edwards, G, 2003, Implementasi Kebijakan
bersertifikat ISO tersebut menunjukan Publik, Lukman Offset: Yogyakarta
Jones, Charles O, 1994, Pengantar Kebijakan 01, Dinas Perhubungan Kota Surabaya:
Publik (Public Policy), PT. Rajagrafindo Surabaya
Persada: Jakarta Pemerintah Republik Indonesia . 2009. Undang-
Parsons, W, 2005, Public Policy (Pengantar Teori undang No. 22 Tahun 2009 Tentang La/u
dan Praktik Analisis Kebijakan), Prenada Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta.
Media : Jakarta Pemerintah Republik Indonesia, 1993,
Subarsono, 2006, Analisis Kebijakan Publik: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
Konsep, Teori, dan Aplikasi, Pustaka Km.71 Tahun 1993 Tentang Pengujian
Pelajar : Yokyakarta Berkala Kendaraan Bermotor,
Usman, Husaini dan Purnomo S Akbar, 2009, Departemen Perhubungan: Jakarta.
Metodologi Penelitian Sosial, PT Bumi Pemerintah Republik Indonesia, 1993,
Aksara : Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Widodo, Joko, 2007, Analisis Kebijakan Publik, Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan
Konsep dan Aplikasi Analisis Proses dan Pengemudi, Dinas Perhubungan:
Kebijakan Publik, Bayu Media Publishing: Jakarta
Malang
Widodo, Joko, 2010, Good Governance telaah
dari dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi, Insan Cendekia: Surabaya
Winarno, Budi, 2008, Kebijakan Publik Teori &
Proses, PT.Buku Kita: Jakarta
Laporan Penelitian
Chantika, O, D. “Kinerja Organisasi UPTD
Pengujian Kendaraan Bermotor Wiyung
Kota Surabaya”. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya: FISIP Unair.
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan. 2012. Evaluasi Kualitas Udara
Perkotaan 2012. Jakarta: Kemetrian
Lingkungan Hidup
Sitorus, P. 2010. Implementasi Pengujian
kendaraan bermotor di Daerah sebagai
Upaya Peningkatan Keselamatan
Angkutan Jalan. Jakarta: Kemetrian
Perhubungan
Suryana, Siti,E,L. 2009. “Implementasi Kebijakan
tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di
Kabupaten Aceh Tamiang”. Tesis tidak
diterbitkan, Medan: Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Peraturan-peraturan
Pemerintah Kota Surabaya, 2002, Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun
2002 tentang Pengujian Kendaraan
Bermotor, Dinas Perhubungan Kota
Surabaya: Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, 2006, Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 10 Tahun 2006
tentang Jabatan Fungsional Penguji
kendaraan bermotor, Dinas Perhubungan
Kota Surabaya: Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, 2011, Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun
2011 tentang Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan
Kota Surabaya: Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, 2012, Prosedur
Mutu Pengujian Kendaraan Bermotor-ISP-

You might also like