You are on page 1of 9

PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dewi Ratih Rapisa


Universitas Lambung Mangkurat
rapisaratih@gmail.com

Abstract

The research departs from the problem of the average teacher lacks ability in identifying the
obstacles experienced Children with Special Needs. Therefore, the need for the ability of
teachers to identify Children with Special Needs in determining education services optimally.
The goal to be achieved in this research is to find out how the ability of teachers in identifying
children with special needs at Pasar Lama 3 Elementary School in Banjarmasin. In this
research, the research approach used is qualitative descriptive approach. Research subjects in
this study are principal, regular teachers and special need teachers at Pasar Lama 3 Elementary
School in Banjarmasin. The results showed that teachers at Pasar Lama 3 Elementary School in
Banjarmasin have not been able to do screening. Teachers do not provide tests to children using
appropriate identification instruments. Teachers at Pasar Lama 3 Elementary School in
Banjarmasin has been doing referral since the beginning of new students admission in school
especially at the beginning of the first year of primary school and or grade increase. Teachers at
Pasar Lama 3 Elementary School in Banjarmasin did not do classification because all the crew
were directly served in the regular class.

Keywords: Children with Special Needs, identification skill

Abstrak

Penelitian berangkat dari masalah rata-rata guru kurang memiliki kemampuan dalam
mengidentifikasi kendala yang dialami Anak Berkebutuhan Khusus. Oleh karena itu, kebutuhan
akan kemampuan guru untuk mengidentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dalam menentukan
layanan pendidikan secara optimal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam mengidentifikasi anak-anak berkebutuhan
khusus di Sekolah Dasar 3 SD di Banjarmasin. Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru reguler dan guru kebutuhan khusus di SD Pasar Lama 3 di Banjarmasin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru di SD Pasar Lama 3 di Banjarmasin belum dapat
melakukan skrining. Guru tidak memberikan tes kepada anak-anak menggunakan alat
identifikasi yang tepat. Guru di Sekolah Dasar 3 SD di Banjarmasin telah melakukan rujukan
sejak awal penerimaan siswa baru di sekolah terutama pada awal tahun pertama sekolah dasar
dan atau peningkatan kelas. Guru di SD Pasar Lama 3 Banjarmasin tidak melakukan klasifikasi
karena semua kru langsung dilayani di kelas reguler.

Kata Kunci: Anak Berkebutuhan Khusus, keterampilan identifikasi

16
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

A. PENDAHULUAN Berkebutuhan Khusus Di SDN Pasar Lama


3 Banjarmasin”.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Berdasarkan uraian latar belakang
merupakan anak yang memiliki ciri yang
masalah di atas, maka permasalahan-
berbeda dengan anak-anak pada umumnya, di permasalahan di atas dapat diidentifikasi
mana mereka mengalami hambatan dalam sebagai berikut di antaranya; guru-guru
pertumbuhan dan perkembangannya. Sekolah Dasar terutama lulusan selain
Keberagaman karakteristik ABK yang tidak Pendidikan Luar Biasa (PLB) belum
begitu mencolok dalam perbedaan, dapat mendapatkan wawasan tentang pendidikan
menyebabkan guru mengalami kesulitan ABK. Selain itu, perlunya kemampuan guru
untuk mengenalinya. Dengan adanya untuk mengidentifikasi ABK dalam
ketidaktahuan guru dalam mengenali ABK di menentukan layanan pendidikan secara
sekolah atau di kelasnya, maka hal ini akan optimal. Oleh karena itu, berdasarkan
berdampak bagi guru dalam memberikan uraian latar belakang masalah di atas, maka
layanan pembelajaran. Kesalahan dalam permasalahan dalam penelitian ini adalah
memberikan layanan kepada ABK karena bagaimanakah kemampuan guru dalam
ketidak tahuan guru, tidak dapat dianggap melakukan identifikasi anak berkebutuhan
hanya hal sepele. Oleh karenanya, sekarang khusus di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin.
ini di beberapa perguruan tinggi termasuk di
universitas terbuka yang mengelola program B. KAJIAN LITERATUR
studi pendidikan calon guru sekolah dasar
telah diberikan wawasan tentang ABK, Konsep anak berkebutuhan khusus
dengan harapan kelak bila mereka menjadi memiliki arti yang lebih luas dibandingkan
guru dapat memahami keberadaan dan dapat dengan pengertian anak luar biasa. Anak
memberikan layanan bagi ABK di sekolah berkebutuhan khusus adalah anak yang
atau di kelasnya secara tepat. Penjelasan dalam pendidikan memerlukan pelayanan
Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun yang spesifik, berbeda dengan anak pada
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini
menyebutkan bahwa pendidikan khusus mengalami hambatan dalam belajar dan
merupakan penyelenggaraan pendidikan perkembangan. Oleh sebab itu mereka
untuk peserta didik yang berkelainan atau memerlukan layanan pendidikan yang
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar sesuai dengan kebutuhan belajar masing-
biasa yang diselenggarakan secara inklusi masing anak.
atau berupa satuan pendidikan khusus pada Menurut Swassing (1985), identifikasi
tingkat pendidikan dasar dan menengah. mempunyai dua konsep yaitu konsep
Identifikasi ABK diperlukan agar keberadaan penyaringan (screening) dan identifikasi
mereka dapat diketahui sedini mungkin. aktual (actual identifikcation). Menurut
Permasalahan yang timbul pada sekolah SDN Wardani (1995) dalam Munawir Yusuf,
Pasar Lama 3 saat ini rata-rata guru kurang identifikasi merupakan langkah awal dan
memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi sangat penting untuk menandai munculnya
ABK yang mengalami hambatan. kelainan atau kesulitan pada anak
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti bekebutuhan khusus. Istilah identifkasi anak
tertarik untuk melakukan penelitian dengan dengan kebutuhan khusus dimaksudkan
judul, “Kemampuan Guru Dalam Melakukan sebagai usaha orang tua, guru, maupun tenaga
Identifikasi Anak kependidikan lainnya untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan pertumbuhan/

17
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

perkembangan (fisik, intelektual, sosial, Secara umum tujuan identifikasi adalah


emosional/tingkah laku) dibandingkan untuk menghimpun informasi atau data
dengan anak normal seusianya. apakah seorang anak termasuk anak
Mengidentifikasi masalah berarti berkebutuhan khusus atau tidak. Selain itu
mengidentifikasi suatu kondisi atau hal untuk menghimpun informasi apakah
yang dirasa kurang baik. Masalah pada seorang anak mengalami
anak ini diperoleh dari keluhan-keluhan kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual,
orang tua dan keluarganya, keluhan guru, sosial, emosional, dan/atau sensoris
dan bisa didapat dari neurologis) dalam
pengalamanpengalaman lapangan, Seperti pertumbuhan/perkembangannya
dikatakan oleh Norman D.Sundberg (2002) dibandingkan dengan anak-anak lain
dalam Tin Suharmini (2005). ”Gathering seusianya (anak-anak normal). Menurut
informastion to be used for treatment Swassing (1985) dalam Moch. Sholeh YAI
(parents teachers,and physician) provide (1996), tujuan prosedur identifikasi adalah
data on the childs functioning”. Identifikasi merumuskan definisi; menentukan
dapat dilakukan oleh orangorang yang spesifikasi; menentukan prosedur, dan
dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan menempatkan anak. Sedangkan menurut
anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, Rice (1985), tujuan identifikasi adalah
gurunya, dan pihak-pihak lain. untuk menjabarkan karakteristik;
Identifikasi secara harfiah adalah merancang nominasi; menentukan alat tes
menemukan atau menemukenali. Setelah dan penjaringan data; me-review kasus dan
dilakukan identifikasi, kondisi seseorang menentukan program; dan melakukan re-
dapat diketahui, apakah pertumbuhan dan evaluasi.
perkembangannya normal atau tidak. Apabila Dalam rangka pendidikan inklusi,
mengalami kelainan atau penyimpangan, kegiatan identifikasi Anak Berkebutuhan
maka orang tua dapat mengelompokkan atau Khusus dilakukan untuk keperluan:
mengidentifikasi sebagaimana dalam penjaringan (screening); pengalihtanganan
kelompokknya, apakah termasuk anak (referal); dan klasifikasi.
tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, Penjaringan dilakukan terhadap semua
tunadaksa atau bahkan anak berbakat dan anak dikelas. Pada tahap ini identifikasi
sebagainya. Dengan diketahui atau berfungsi menandai anak-anak mana yang
diidentifikasinya anak sejak dini maka orang menunjukan gejala-gejala tertentu,
tua tentu akan lebih baik dalam memberikan kemudian menyimpulkan anakanak mana
pelayanan selanjutnya apalagi kalau sampai yang mengalami kelainan/penyimpangan
dikatehui anak tersebut sebagai anak tertentu, sehingga tergolong Anak
berkebutuhan khusus. Kegiatan identifikasi Berkebutuhan Khusus. Dengan alat
sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih identifikasi ini guru, orang tua, maupun
ditekankan pada menemukan secara kasar tenaga profesional terkait, dapat melakukan
apakah seorang anak tergolong anak dengan kegiatan penjaringan secara baik dan
kebutuhan khusus atau bukan. Sebagaimana hasilnya dapat digunakan untuk bahan
biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh penanganan lebih lanjut.
orang-orang yang dekat dengan anak, seperti Berdasarkan gejala-gejala yang dtemukan
orang tuanya, pengasuhnya, atau gurunya, pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-
maka orang tua dalam hal ini dapat anak dapat dikelompokkan menjadi dua
melakukan identifikasi terhadap anaknya. kelompok. Pertama, ada anak yang tidak
perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga

18
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

profesional) dan dapat langsung ditangani pelayanan pendidikan khusus di kelas


sendiri oleh guru dalam bentuk layanan reguler.
pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak
yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu C. METODOLOGI PENELITIAN
(referral) seperti psikolog, dokter,
orthopedagog (ahli PLB), dan atau therapis, Penelitian ini menggunakan pendekatan
baru kemudian ditangani oleh guru. Proses kualitatif dengan metode deskriptif.
perujukan anak oleh guru ke tenaga Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk dapat
professional lain untuk membantu mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas
mengatasi masalah anak yang bersangkutan dan rinci tentang kemampuan guru di SDN
disebut proses pengalihtanganan (referral). Pasar Lama 3 Banjarmasin dalam melakukan
Jika tenaga profesional tersebut tidak identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
tersedia dapat diminintakan bantuan ke Penggunaan metode deskriptif pada penelitian
tenaga lain yang ada seperti Guru ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau subjek penelitian. Data kualitatif yang
Konselor. diperoleh dari hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai sumber deskriptif yang memuat
Pada tahap klasifikasi, kegiatan penjelasan tentang proses yang terjadi dalam
identifikasi bertujuan untuk menentukan lingkungan penelitian. Data yang diperoleh
apakah anak yang telah dirujuk ke tenaga secara kualitatif dapat mengikuti alur
profesional benar-benar memerlukan peristiwa secara kronologis menilai sebab
penanganan lebih lanjut atau langsung akibat dalam lingkup pikiran subjek
dapat diberi pelayanan pendidikan khusus. penelitian. Melalui metode deskriptif, peneliti
Apabila berdasar pemeriksaan tenaga mengkaji
profesional ditemukan maslaah yang perlu
secara komprehensif terhadap
penanganan lebih lanjut (misalnya
fenomenafenomena dan kejadian yang
pengobatan, therapy, latihan-latihan terjadi di lokasi penelitian sesuai focus
khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal permasalahan yang telah ditentukan.
mengkomunikasikan kepada orang tua
Penelitian dilakukan di SDN Pasar Lama
siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak
3 Banjarmasin. Subjek penelitian merupakan
mengobati dan atau memberi therapy
sumber data yang memberikan kejelasan
sendiri, melainkan menfasilitasi dan
mengenai duduk persoalan yang dikaji dan
meneruskan kepada orang tua tentang
berdasarkan tingkat penguasaannya terhadap
kondisi anak yang bersangkutan. Guru
informasi yang akan diungkapkan informan
hanya akan membantu siswa dalam hal
yang mempunyai informasi lengkap dan
pemberian pelayanan pendidikan sesuai
cermat diutamakan menjadi subjek. Oleh
dengan kondisi anak. Apabila tidak
karena itu, subjek penelitian ini adalah guru
ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat
dan kepala sekolah.
bahwa anak yang bersangkutan
memerlukan penanganan lebih lanjut, maka Peneliti melibatkan diri secara langsung
anak dapat dikembalikan ke kelas semula dalam menggali informasi yang berkaitan
untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dengan data-data sesuai dengan pedoman
khusus. Kegiatan klasifikasi ini memilah- yang digunakan. Intrumen yang digunakan
milah mana Anak Berkebutuhan Khusus dalam penelitian ini berupa angket sebagai
yang memerlukan penanganan lebih lanjut instrumen pengumpulan data yang utama
dan dilengkapi dengan pedoman observasi
dan mana yang langsung dapat mengikuti
dan wawancara. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis

19
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

deskriptif kualitatif yaitu proses PLB), dan atau therapis, baru


penyederhanaan data ke dalam bentuk yang kemudian ditangani oleh guru. Namun
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin,
Teknik analisis data yang dilakukan guru dalam melakukan
adalah dengan mengolah hasil instrumen pengalihtanganan (referral) tergantung
yang telah diisi oleh para guru, dan pada hasil tes dari psikolog;
dipadukan dengan hasil observasi, c. Deskripsi Kondisi Objektif
wawancara serta dokumentasi. Kemampuan Guru dalam
Mengklasifikasi ABK di SDN Pasar
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Lama 3 Banjarmasin Berdasarkan
hasil studi dokumentasi, kemampuan
1. Hasil Penelitian
guru dalam menentukan mana ABK
Berdasarkan hasil wawancara dan
yang memerlukan penanganan lebih
studi dokumentasi yang dilakukan peneliti
lanjut dan yang mana dapat mengikuti
mengenai kemampuan guru dalam
pelayanan pendidikan khusus di kelas
melakukan identifikasi ABK di SDN Pasar
reguler dilihat berdasarkan hasil
Lama 3 Banjarmasin, maka diperoleh hasil pengamatan laporan perkembangan
penelitian yang bersifat informatif. anak dan hasil tes psikologi ABK.
Berikut ini akan diuraikan secara detail Apabila berdasar pemeriksaan tenaga
hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan professional ditemukan maslaah yang
penelitian: perlu penanganan lebih lanjut
a. Deskripsi Kondisi Objektif (misalnya pengobatan, therapy,
Kemampuan Guru dalam Melakukan latihan-latihan khusus, dan
Penjaringan (Screening) di SDN Pasar sebagainya) maka guru tinggal
Lama 3 Banjarmasin Berdasarkan mengkomunikasikan kepada orang tua
hasil studi dokumentasi guru tidak siswa yang bersangkutan;
melakukan penjaringan (screening) d. Deskripsi Kondisi Objektif Kendala
dengan memberikan alat tes yang dihadapi Guru dalam Melakukan
identifikasi hal ini dibuktikan dengan Identifikasi ABK di SDN Pasar Lama 3
tidak adanya instrumen identifikasi Banjarmasin Mengingat bahwa sekolah
yang dimiliki oleh guru. Dokumentasi hanya baru 2 tahun merintis layanan
yang terkumpul berupa hasil tes pendidikan inklusif, maka guru belum
psikologi dari tim psikolog, jadi proses memiliki pemahaman yang cukup
penjaringan (screening) seluruhnya di tentang ABK sehingga dianggap guru
serahkan pihak sekolah ke psikolog. belum kompetensi untuk memberikan
Guru hanya mengumpulkan dokumen tes kepada anak. Selain itu, guru belum
berupa akta kelahiran, riwayat memiliki instrumen identifikasi ABK.
kelahiran, kartu keluarga dan hasil tes Oleh sebab itu, guru belum dapat
dari psikolog; menentukan mana yang ABK dan mana
b. Deskripsi Kondisi Objektif yang bukan. Selama ini, hal tersebut
Kemampuan Guru dalam Melakukan dilakukan dengan bantuan psikolog;
Pengalihtanganan (Referral) di SDN
Pasar Lama 3 Banjarmasin e. Deskripsi Kondisi Objektif Upaya
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, Mengatasi Kendala Guru dalam
ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain Melakukan Identifikasi ABK di SDN
terlebih dulu (referral) seperti Pasar Lama 3 Banjarmasin
psikolog, dokter, orthopedagog (ahli

20
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Berdasarkan hasil Focus Group Ada beberapa langkah dalam rangka


Discussion (FGD) yang telah pelaksanaan identifikasi anak
dilakukan oleh kepala sekolah, berkebutuhan khusus. Identifikasi dapat
koordinator inklusi dan guru regular dilakukan oleh orang-orang yang dekat
dari SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin (sering berhubungan/bergaul) dengan
bersama ahli (dosen Pendidikan Luar anak, seperti orang tuanya,
Biasa Universitas Lambung pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak
Mangkurat), maka di antaranya lain. Namun tahapan yang paling awal
terdapat beberapa upaya mengatasi adalah melakukan penjaringan
kendala guru melakukan identifikasi (screening). Menurut Swassing (1985)
ABK di SDN Pasar Lama 3 dalam Moch. Sholeh YAI (1996) bahwa
Banjarmasin, yaitu sebagai berikut. penjaringan dilakukan terhadap semua
1) Pertama, upaya mengatasi kendala anak dikelas. Pada tahap ini identifikasi
yang dihadapi guru dalam berfungsi menandai anak-anak mana
melakukan penjaringan yang menunjukan gejalagejala tertentu,
(screening) di antaranya yaitu kemudian menyimpulkan anak-anak
perlu meningkatkan wawasan mana yang mengalami
guru mengenai ABK agar dapat kelainan/penyimpangan tertentu,
menyusun instrumen identifikasi sehingga tergolong Anak Berkebutuhan
sederhana yang fungsional. Khusus. Berdasarkan hasil wawancara
2) Kedua, upaya mengatasi kendala dan studi dokumentasi pelaksanaan
yang dihadapi oleh guru dalam penjaringan (screening) di sekolah ini
melakukan pengalihtanganan ternyata dilakukan oleh psikolog, jadi
(referral) di antaranya yaitu perlu guru reguler maupun GPK tidak
mengadakan in House Training berperan langsung dalam proses
(IHT) yang dapat diikuti oleh para penjaringan (screening). Jadi peran
guru secara keseluruhan mengenai guru disini setelah ABK ditetapkan
pendidikan bagi ABK dan diterima, guru baru mengumpulkan data
terutama prosedur melakukan berupa riwayat kelahiran, data lengkap
identifikasi dan asesmen ABK. anak, data orang tua, akta kelahiran,
3) Ketiga, upaya mengatasi kendala kartu keluarga dan hasil tes psikologi
yang dihadapi oleh guru dalam kemudian di jadikan satu folder masing-
mengklasifikasi ABK di antaranya masing ABK. Alasan dari pihak sekolah
yaitu alangkah lebih baik jika menggunakan psikolog dari luar di
dapat memiliki konsultan atau karenakan pihak sekolah masih merasa
pendamping sekolah inklusif yang belum mampu melakukan identifikasi
berasal dar ahli sesuai dengan kepada ABK karena sekolah ini baru
disiplin ilmunya. ditunjuk menjadi sekolah inklusif
kurang lebih 2 tahun, dan saat itu masih
2. Pembahasan belum ada guru yang berlatar belakang
Berdasarkan hasil pembahasan sesuai Pendidikan Luar Biasa, rata-rata guru
dengan pertanyaan penelitian, berikut ini berlatar belakang PGSD, BK, Ilmu
merupakan hasilnya. Hukum dan lain- lain. Jadi penerimaan
a. Kemampuan Guru dalam Melakukan siswa ABK seluruhnya diserahkan ke
Penjaringan (Screening) di SDN Pasar
Lama 3 Banjarmasin

21
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

pihak psikolog dan psikolog yang wawancara dan studi dokumen


menentukan ABK mana yang kemampuan guru dalam
diterima dan ditolak untuk pendidikan mengklasifikasi ABK dilakukan oleh
di sekolah ini. GPK. Hal itu dilakukan berdasarkan
b. Kemampuan Guru dalam Melakukan hasil pengamatan dari perkembangan
Pengalihtanganan (Referral) di SDN anak. Semua ABK yang berjumlah 20
Pasar Lama 3 Banjarmasin siswa mendapatkan pelayanan
Dalam proses identifikasi setelah pendidikan di kelas reguler dengan di
melakukan penjaringan (screening) dampingi GPK, jadi di sekolah tersebut
tahap selanjutnya adalah melakukan tidak ada kelas khusus ataupun kelas
pengalihtanganan (referral). Menurut transisi. Semua jenis hambatan pada
Swassing (1985) dalam Moch Sholeh ABK terlayani di kelas reguler.
Y.A Ichrom, Ph. D mengatakan d. Kendala yang dihadapi Guru dalam
berdasarkan gejala-gejala yang Melakukan Identifikasi ABK di SDN
dtemukan pada tahap penjaringan. Pasar Lama 3 Banjarmasin
Penelitian ini ternyata diperoleh Langkah awal yang dilakukan
informasi bahwa guru – guru di dalam menemukan dan menentukan
sekolah tersebut masih sangat sulit ABK di sekolah dasar adalah melalui
dalam melakukan pengalihtanganan identifikasi. Faktor yang
(referral). Dari hasil instrumen mempengaruhi kemampuan guru
wawancara dan studi dokumen yang dalam melakukan identifikasi anak
diberikan kepada kepala sekolah, guru berkebutuhan khusus di sekolah dasar
reguler dan GPK, jelas sekali kalau penyelenggara pendidikan inklusi
data tersebut menggambarkan guru- seperti di SDM Pakel ternyata
guru belum memiliki kemampuan dipengaruhi oleh banyak faktor. Guru
untuk melakukan pengalihtanganan di sekolah haruslah dapat memberikan
(referral). Hal tersebut dikarenakan layanan pendidikan pada setiap ABK,
latar belakang pendidikan guru di hanya sayangnya masih banyak guru-
sekolah tersebut kebanyakan bukan guru di sekolah dasar yang belum
dari PLB. Jadi, dalam melakukan memahami tentang ABK. Hal
pengalihtanganan (referral) sekolah demikian tentu saja mereka juga tidak
mengandalkan psikolog dari luar akan dapat memberirikan layanan
untuk melihat hasil dari kemampuan pendidikan yang optimal.
siswa ABK yang memerlukan e. Upaya Mengatasi Kendala Guru
perlakuan khusus. dalam Melakukan Identifikasi ABK di
c. Kemampuan Guru dalam SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin
Mengklasifikasi ABK di SDN Pasar Langkah pertama yang harus
Lama 3 Banjarmasin disiapkan dan diperhatikan adalah
Pada tahap klasifikasi, kegiatan memberikan bekal kemampuan kepada
identifikasi bertujuan untuk guru-guru agar memiliki kemampuan
menentukan apakah anak yang telah mengidentifikasi ABK. Kemampuan
dirujuk ke tenaga professional benar- identifikasi ini menjadi penting, sebab
benar memerlukan penanganan lebih selengkap apapun fasilitas dan dana
lanjut atau langsung dapat diberi atau dukungan sekolah namun bila
pelayanan pendidikan khusus. gurunya belum memiliki kemampuan
Berdasarkan hasil instrumen membedakan, mengenali ABK maka

22
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

jangan salahkan kalau akhirnya guru melakukan pengalihtanganan


akan salah dalam penanganan (referral), yaitu adanya anggapan
selanjutnya. Hal tersebut, sejalan kepala sekolah bahwa SDN Pasar
dengan yang disampaikan Hermanto Lama 3 Banjarmasin baru
(2008) bahwa mengasah kemampuan menyelenggarakan pendidikan
identifikasi anak berkebutuhan khusus inklusif terhitung sejak 2 tahun lalu
ini dapat dilakukan kapan, dimana tepatnya Mei 2015, sehingga saat ini
saja seperti dalam kelompok kerja sekolah masih sangat membutuhkan
guru, meminta penyuluhan ataupun bantuan psikolog dan melimpahkan
mencari dan membaca referensi yang sepenuhnya layanan pendidikan
terkait dengan identifikasi anak khusus ABK kepada koordinator
berkebutuhan khusus. inklusi dan para GPK; dan Kendala
yang dihadapi guru dalam
E. SIMPULAN DAN SARAN mengklasifikasi ABK, yaitu masih
terbatasnya bentuk layanan
1. Simpulan pendidikan khusus yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab diakomodasi oleh sekolah.
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. e. Upaya mengatasi kendala guru dalam
melakukan identifikasi ABK, yang
a. Guru di SDN Pasar Lama 3
terdiri dari: Upaya mengatasi kendala
Banjarmasin belum mampu
yang dihadapi guru dalam melakukan
melakukan penjaringan (screening).
penjaringan (screening), yaitu
Guru tidak memberikan tes kepada
meningkatkan wawasan guru tentang
anak dengan menggunakan instrumen
ABK dan diadakannya pelatihan guru
identifikasi yang sesuai.
tentang penyusunan instrument
b. Guru di SDN Pasar Lama 3 identifikasi ABK; Upaya mengatasi
Banjarmasin sudah melakukan kendala yang dihadapi guru dalam
pengalihtanganan (referral) sejak awal melakukan pengalihtanganan
penerimaan siswa baru di sekolah
(referral), yaitu guru perlu
khususnya pada masa awal tahun ajaran
membangun rasa percaya diri dan
kelas 1 SD dan atau kenaikan kelas.
penerimaan diri terhadap keberadaan
Oleh karena itu, guru tidak membuat
ABK di sekolah, sehingga guru dapat
database anak yang perlu
lebih percaya diri dan mandiri dalam
pengalihtanganan dan database anak
menangani layanan pendidikan khusus
yang tidak perlu pengalihtanganan.
walaupun tetap memerlukan masukan
c. Guru di SDN Pasar Lama 3 dan bantuan dari tenaga professional
Banjarmasin tidak melakukan lainnya; Upaya mengatasi kendala
klasifikasi karena seluruh ABK yang dihadapi guru dalam
langsung dilayani di kelas regular.
mengklasifikasi ABK, yaitu perlunya
d. Kendala yang dihadapi guru dalam tambahan program layanan lanjutan
melakukan identifikasi ABK, yang bagi ABK yang memerlukannya
terdiri dari: Kendala yang dihadapi dengan cara meningkatkan
guru dalam melakukan penjaringan kompetensi guru melalui berbagai
(screening), yaitu guru dianggap pelatihan dan dukungan sarana
belum kompeten untuk melakukan prasarana yang memadai.
identifikasi ABK secara mandiri;
Kendala yang dihadapi guru dalam

23
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

2. Saran Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian dan Kualitatif Pemahaman Filosofis dan
pembahasan serta kesimpulan yang telah Metodologis ke Arah Penguasaan
dikemukan, berikut ini adalah beberapa Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja
saran yang diharapkan dapat menjadi Grafindo Persada.
masukan dan bahan pertimbangan, yaitu:
a. Bagi Sekolah Creswell, J.W. (1994). Research Design
Qualitative and Quantitative
1) Perlu diadakannya pengenalan
Approaches. USA: Sage
wawasan tentang anak
berkebutuhan khusus. Publications.
2) Perlu dilakukan pelatihan Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
identifikasi anak berkebutuhan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
khusus bagi guru reguler maupun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
GPK. Nasional. Jakarta: Depdiknas.
3) Perlu adanya diskusi terprogram
yang difasilitasi oleh pihak sekolah Gallagher & Kirk. (1986). Educating
bagi guru-guru ataupun semua yang Exceptional Children 5 Edition. Boston:
terlibat dalam pendidikan inklusif Hougton Mifllin Company.
di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin
Hemanto. (2008). Kemampuan Guru dalam
dan program-program yang
Melakukan Identifikasi Anak
mendukung suksesnya program Berkebutuhan Khusus di Sekolah
pendidikan inklusif di sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan
tersebut. Inklusi. Dinamika Pendidikan No.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya 2/Th. XV/September 2008. 94-107.
Beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini, diharapkan kepada Moch. Sholeh YAI. (1996). Identifikasi dan
peneliti selanjutnya yang berminat Pendidikan Dini Anak Berbakat.
melakukan penelitian dengan kajian Jakarta: Depdikbud Dirjen DIKTI.
yang sama diharapkan dapat lebih Munawir Yusuf. (2005).
mengembangkan penelitian ini dengan Asesmen
mengambil cakupan wilayah penelitian Perkembangan pada Anak
yang lebih luas. Hendaknya menambah
Tunagrahita. Jakarta: Departemen
jumlah informan dalam penelitian ini,
Pendidikan Nasional.
sehingga dapat menjadi pembanding
untuk menggambarkan penelitian Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
terhadap hasil dari kemampuan guru Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
dalam melakukan identifikasi anak dan R & D. Bandung: Alfabeta.
berkebutuhan khusus.
Tin Suharmini. (2005). Penanganan Anak
DAFTAR PUSTAKA Hiperaktif. Jakarta: DIKTI.
Abdurrahman, Mulyono. (1996).
Swassing, R. H. (1985). Teaching Gifted
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan and Adolescents. Colombus Ohio:
Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Charles E. Merril Publishing
Company.
Afrizal. (2014). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo. Wardani, I.G.A.K (1995). Metodelogi
Bidang Studi. Jakarta: BP3GSD.

24

You might also like