Professional Documents
Culture Documents
net/publication/340088198
CITATIONS READS
0 247
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Debora Chyntia Anggraeni on 22 March 2020.
ARTIKEL
Diajukan sebagai salah satu tugas pengganti UTS pada mata kuliah Komposisi Tahun
Akademik 2019-2020
PEMBIMBING
Dr. A. Wawan Jatnika, M.Hum
oleh
DEBORA CHYNTIA ANGGRAENI
15016031
tinggal. Apartemen menjadi alternatif tempat tinggal yang baik mengingat lahan
kosong di kota semakin sedikit. Selain itu, dalam beberapa gedung apartemen
biasanya juga terdapat fasilitas hiburan dan komersil, bahkan tempat kegiatan
perekonomian lain sehingga dapat berperan sebagai gedung yang memiliki banyak
fungsi (mixed-use).
kawasan mandiri untuk berbagai kegiatan, sehingga para penghuninya akan sedikit
gedung itu sendiri. Hal tersebut dapat menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan
metropolitan kota Bandung yang cenderung ramai. Bangunan ini memiliki potensi
struktur atas dan struktur bawah, yang aman dan tahan terhadap beban yang akan
muncul selama masa layan bangunan. Selain itu, Cibadak Building berada di daerah
Cibadak Building haruslah didesain sebagai suatu struktur tahan gempa. Hal ini
ditujukan agar Cibadak Building dapat menjadi bangunan dengan fungsi yang dapat
gedung”
ini ditentukan di awal perancangan sesuai dengan pertimbangan proyek baik dari
segi struktural maupun faktor lain. Spesifikasi material yang akan digunakan dalam
bekerja pada bangunan. Beban ini akan menentukan dimensi elemen struktur
gedung yang akan dibangun. Beban yang ada berasal dari berat bangunan, manusia,
interior dalam bangunan, efek lingkungan, serta gaya akibat kerja bangunan.
a. Beban mati
Berdasarkan SNI 1727:2012, beban mati adalah berat seluruh badan struktur
gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding
partisi tetap, finishing, serta komponen arsitektural dan struktural lain yang
terpasang.
Beban mati terbagi menjadi dua jenis, yaitu beban mati akibat berat elemen
struktur (DL) dan beban mati tambahan (Super-Imposed Dead Load/SIDL). Beban
mati tambahan yang bekerja pada struktur ini disebabkan oleh finishing, plumbing,
serta ME. Akan diasumsilkan SIDL bervariasi setiap lantai berdasarkan fungsi
bangunan.
b. Beban hidup
yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain
yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin,
beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati. Beban hidup mengacu
pada SNI 1727:2013 tabel 4-1. Beban hidup yang bekerja dibedakan berdasarkan
fungsi bangunan.
c. Beban hujan
Beban hujan dihitung menggunakan rumus yang ada pada SNI 1727:2013
pasal 8.
R=0,0098×〖(d〗_s+d_h) kN/m^2
Di mana:
d_s = kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang
tertutup
d_h = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas lubang
d. Beban gempa
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Perencanaan beban gempa
diatur dalam SNI 1726:2012 dan versi SNI terbaru yaitu SNI 1726:2019. Dalam
SNI tersebut, gempa yang diperhatikan adalah gempa yang kemungkinan terlewati
1726:2012, nilai faktor keutamaan gempa yaitu sebesar 1,0 untuk kategori
risiko bangunan II
batuan dasar untuk periode 0,2 detik (Ss) dan periode 1 detik (S1). Kedua
nilai tersebut didapat dari peta gempa Indonesia dari lampiran SNI
Gambar 3.1 Parameter Gerak Tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan
Dari kedua peta di atas, berdasarkan warna daerah dan range nilai
percepatan.
yang memerlukan koefisien situs Fa dan Fv yang dapat diambil dari Tabel 4
dan tabel 5 pada SNI 1726:2013. Pada SNI 1726:2019, kedua tabel tersebut
sebagai berikut:
SMS = Ss × Fa
SMS = S1 × Fv
dengan nilai koefisien pengecil. Hal ini mengacu pada Pasal 6.3 SNI
2
SDS = × SMS
3
2
SD1 = × SM1
3
Dari Tabel 8 dan Tabel 9 SNI 1726:2019 dapat ditentukan kategori desain
Dengan nilai SDS sebesar 0,9 g dan nilai SD1 sebesar 0,55 g serta
4. Respon spektra
suatu periode getar struktur berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu.
Spektrum respons desain dari struktur dapat ditentukan mengacu pada Pasal
a. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan
T
Sa = SDS (04 + 0,6 × )
T0
b. Untuk periode yang lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama
dengan SDS.
c. Untuk periode lebih besar dari Ts tetapi lebih kecil dari atau sama
persamaan:
SD1
Sa =
T
SD1
T0 = 0,2
SDS
SD1
Ts =
SDS
e. Kombinasi Pembebanan
terdapat kombinasi beban akibat gempa. Dalam kombinasi beban gempa, terdapat
faktor redundansi (ρ) yang ditentukan untuk struktur dengan KDS D sampai F.
ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua kondisi berikut dipenuhi di mana
dalam arah yang ditinjau harus sesuai dengan tabel 12 sebagai berikut:
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Tabel 12 SNI 1726:2012
Persyaratan untuk Masing-masing Tingkat yang Menahan > 35% Gaya Geser
Dasar
gaya gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya
masing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
geser dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang
dinding geser dibagi dengan tingkat, hsx, untuk konstruksi rangka ringan.
1. 1,4 (DL+SIDL)
2. 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 LL + 0,5 LR
3. 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 LL + 0,5 R
4. 1,2 (DL + SIDL) + 1,6 LR + LL
5. 1,2 (DL + SIDL) + 1,6 LR
6. 1,2 (DL + SIDL) + 1,6 R + LL
7. 1,2 (DL + SIDL) + 1,6 R
8. 1,2 (DL+SIDL) + LL + 0,5 LR
9. 1,2 (DL+SIDL) + LL + 0,5 R
10. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 1ρE𝑥 + 0,3ρE𝑦 + LL
11. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 1ρE𝑥 - 0,3ρE𝑦 + LL
12. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 1ρE𝑥 + 0,3ρE𝑦 + LL
13. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 1ρE𝑥 - 0,3ρE𝑦 + LL
14. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 0,3ρE𝑥 + 1ρE𝑦 + LL
15. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 0,3ρE𝑥 - 1ρE𝑦 + LL
16. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 0,3ρE𝑥 + 1ρE𝑦 + LL
17. (1,2 + 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 0,3ρE𝑥 - 1ρE𝑦 + LL
18. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 1ρE𝑥 + 0,3ρE𝑦
19. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 1ρE𝑥 - 0,3ρE𝑦
20. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 1ρE𝑥 + 0,3ρE𝑦
21. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 1ρE𝑥 - 0,3ρE𝑦
22. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 0,3ρE𝑥 + 1ρE𝑦
23. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) + 0,3ρE𝑥 - 1ρE𝑦
24. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 0,3ρE𝑥 + 1ρE𝑦
25. (0,9 - 0,2 SDS) (DL+SIDL) - 0,3ρE𝑥 - 1ρE𝑦
26. 0,9 (DL+SIDL)
3.3 Standar Desain Awal
Hal yang harus dilakukan pertama kali yakni melakukan desain awal untuk
dimensi balok, kolom, pelat, dan komponen struktur lain. Desain mengacu kepada
SNI 2847:2013.
4. METODE
yang didapatkan dari literatur dan sumber data untuk kemudian dianalisis dan
didesain.
5. PERMASALAHAN
hotel, apatemen, serta area hiburan dan komersil. Terdapat 13 lantai yang terdiri
dari 2 lantai basement untuk lahan parkir, 4 lantai untuk area komersial, serta 7
lantai untuk hotel dan apartemen. Cibadak Building terletak di Jalan Cibadak,
Wilayah proyek dibatasi oleh Jalan Cibadak pada sisi utara lahan, Jalan
Karang Anyar pada sisi selatan lahan, Gang Abuya pada sisi barat, Gang Kote pada
sisi timur, serta Toko Printing Pacific Jaya pada sisi barat daya yang memotong
rencana lahan proyek. Jalan Cibadak dan Jalan Karang Anyar merupakan jalan
dengan akses jalan satu arah, sedangkan Gang Kote memiliki akses 2 arah. Area
sekitar site merupakan daerah pertokoan dan perumahan warga. Di lokasi site
sendiri terdapat bangunan eksisting yang terdiri dari 1 lantai hingga 4 lantai.
Tinggi lantai pada gedung ini bervariasi bergantung pada fungsi ruang di
TINGGI LANTAI
B2-B1 3 m
B1-Level Ground 3 m
Level Ground-P1 5 m
P1-P2 5 m
P2-P3 4,2 m
P3-P4 3,54 m
P4-5 3,57 m
5-6 3,57 m
6-7 3,57 m
7-8 3,57 m
8-9 3,57 m
9-10 3,57 m
10-11 3,57 m
11-Atap 3,62 m
Total tanpa basement & atap 42,73 m
Total tanpa basement 46,35 m
TOTAL KESELURUHAN 52,35 m
6.2 Analisis Gambar Arsitektur
Dari denah dan tampak 3D yang terlihat pada perangkat lunak Sketch
Up, dapat dilihat bahwa gedung terdiri dari tower kembar dengan lantai
tipikal.
itu, dalam desain tower kembar seperti ini, lebih baik dimodelkan dalam 2
file yang berbeda. Jika dilakukan pemodelan terpisah seperti itu, perlu dicek
story drift kedua tower dan harus dipastikan saat tower mengalami drift
dan pemodelan 2 tahap, yakni pemisahan pemodelan antara struktur atas dan
struktur bawah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan respon gempa yang
diterima oleh struktur di atas tanah dan struktur di bawah tanah. Struktur Commented [DCA1]: blom pasti sumbernya, baru ada
statement orang
bawah tanah harus jauh lebih kaku disbanding dengan struktur di atasnya.
Struktur atas dimodelkan terlebih dulu dan dijepit di ground level. Setelah
3. Bentuk kolom
secara vertikal. Secara proses konstruksi, kolom bulat cenderung lebih sulit
dalam proses pengecoran. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan yakni
kolom struktural secara keseluruhan tetap berbentuk kotak, namun di
4. Bentuk pelat
yang tidak didesain untuk menahan beban. Hal ini cenderung menyulitkan
bagian beban pelat sehingga tebal pleat yang tidak akan menerima beban
dapat didesain lebih tipis dari pelat lain yang menerima beban.
atas tanah) dengan kedalaman kolam 3 meter. Hal ini akan menyebabkan
balok di lantai 3 ada yang putus dan tidak menerus. Balok kolam renang
ketidakberaturan struktur.
Gambar 6.7 Posisi Kolam Renang
akses jalan antar podium. Skywalk memiliki 3 jenis bentang, yakni 9 m; 11,3
Desain awal yang dibuat yakni desain balok, pelat, kolom, serta jembatan
struktur.
Tabel 6.9 Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah
Dari bentang balok struktur yang sudah ada pada tabel III.10, dihitung dimensi tebal
L
Balok Induk → h =
Rumus Tebal Minimum Balok { 12
L
Balok Anak → h =
16
Di mana:
Nilai tebal balok dibulatkan dengan kelipatan 50. Maka didapat tebal balok
Diasumsikan lebar penampang balok induk dan balok anak sebesar 0,5 kali
h
b=
2
h 700
b= = = 350 mm
2 2
Nilai tebal balok dibulatkan dengan kelipatan 50. Maka didapat lebar balok
berikut:
PRELIMINARY BALOK
Lmax h hbalok b bbalok
Balok
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Balok Induk 1 6000 486 500 250 250
Balok Induk 2 8000 647,619 650 325 350
Balok Induk 3 10000 809,524 850 425 450
Balok Anak 1 (kantilever) 2000 194 200 100 100
Balok Anak 2 6000 364 400 200 200
Balok Anak 3 11313,71 687 700 350 350
b. Desain awal pelat
Preliminary untuk pelat mengacu pada SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3 tentng
tebal minimum pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada tiap
sisinya. Dalam menentukan jenis pelat yang digunakan, terdapat ketentuan di mana
nilai β harus bernilai kurang dari sama dengan 2 untuk menggunakan pelat dua arah.
ly
β= ≤2
lx
Di mana:
Dari gambar arsitektur, pelat paling besar adalah pelat yang diapit balok induk 1
dan balok anak 3. Pelat tersebut akan dikaji untuk preliminary. Sisi terpanjang pelat
yaitu 6000 mm dan sisi terpendek pelat 4000 mm. Maka, denan menggunakan
ketentuan di atas:
6000
β= = 0,667 ≤ 2
4000
Maka, digunakan jenis pelat dua arah untuk struktur Cibadak Building. Langkah
Koefisien ini adalah hasil dari perbandingan modulus elastisitas dan inersia
Untuk preliminary, diasumsikan nilai fc′ untuk balok dan pelat bernilai
sama, maka nilai modulus elastisitas akan bernilai sama. Rumus α dapat
disederhanakan menjadi:
Ibalok
α=
Islab
Nilai α berbeda-beda untuk setiap segmen pada pelat tergantung jenis balok
yang ditentukan oleh posisi balok. Terdapat balok eksterior dan balok
interior.
balok interior merupakan balok yang berada di tengah struktur dan memiliki
dua perpanjangan pada kedua sisi. Diambil nilai tebal asumsi 150 mm.
Pada SNI, ditentukan nilai αminimum sebesar 0,8. Di bawah ini akan
α1 (Interior)
INERSIA BALOK
b1 350 mm b2 150 mm 1
h1 150 mm h2 100 mm
A1 52500 mm2 A2 15000 mm2 2
y1 175 mm y2 50 mm
y total 147,222 mm Ibalok 293229167 mm4
α1 0,1738
INERSIA PELAT
bslab 6000 mm Islab 1687500000 mm
hslab 150 mm
b1 = 350 mm ; h1 = 150 mm
b2 = 150 mm ; h2 = 100 mm
h1 150
y1 = + h2 = + 100 = 175 mm
2 2
h2 100
y2 = = = 50 mm
2 2
A1 × y1 + A2 × y2 52500 × 175 + 15000 × 50
ytotal = = = 147,222 mm
∑A 67500
1
𝐼1 = × b × h3 + A × d2
12
1
𝐼1 = × 350 × 1503 + 350 × 150 × (175 − 147,222)2
12
𝐼1 = 138946759,3 mm4
1
𝐼2 = × b × h3 + A × d2
12
1
𝐼2 = × 150 × 1003 + 150 × 100 × (147,222 − 50)2
12
𝐼2 = 154282407,4 mm4
Inersia pelat:
1 1
𝐼slab = × b × h3 = × 6000 × 1503 = 1687500000 mm4
12 12
c. Menghitung nilai α1
Ibalok 293229166,7
α= = = 0,174
Islab 1687500000
α2 (Interior)
INERSIA BALOK
b1 950 mm b2 250 mm 1
h1 150 mm h2 350 mm
2 2
A1 142500 mm A2 87500 mm 2
y1 425 mm y2 175 mm
4
y total 329,891 mm Ibalok 4,549E+09 mm
α2 4,0433
INERSIA PELAT
bslab 4000 mm Islab 1,125E+09 mm
hslab 150 mm
α3 (Exterior)
INERSIA BALOK
b1 250 mm b2 150 mm 1
h1 150 mm h2 100 mm
2
A1 37500 mm A2 15000 mm2 2
y1 175 mm y2 50 mm
y total 139,286 mm Ibalok 250223214 mm4
α3 0,2966
INERSIA PELAT
bslab 3000 mm Islab 843750000 mm
hslab 150 mm
α4 (Exterior)
INERSIA BALOK
b1 500 mm b2 250 mm 1
h1 150 mm h2 350 mm
2 2
A1 75000 mm A2 87500 mm 2
y1 425 mm y2 175 mm
4
y total 290,385 mm Ibalok 3,558E+09 mm
α4 0,800
INERSIA PELAT
bslab 2125 mm Islab 597656250 mm
hslab 150 mm
Asumsi nilai tebal pelat awal dapat digunakan yaitu h = 150 mm.
c. Preliminary Kolom
serta luasan tributary area terbesar yang diterima kolom untuk setiap fungsi kolom
yang berbeda. Luas tributary area didapatkan dengan menggunakan bentang balok
berikut:
Tributary area atau area tributary menerima beban mati, beban mati
tambahan, beban hidup, beban gempa, serta beban hujan. Dalam preliminary design
kolom, digunakan beban mati dan beban hidup dengan kombinasi beban
1,2 DL + 1,6LL. Beban mati terdiri dari beban akibat elemen struktur dan beban
Khusus untuk lantai podium, terdapat beberapa kolom yang tidak menerus sampai
apartemen, sehingga beban yang diterima oleh kolom tersebut lebih kecil dari
kolom lain yang terdapat pada lantai yang sama. Namun, agar konservatif, kolom
LANTAI
Atap I-Atap II
11-Atap I
10-11
9-10
8-9
7-8
6-7
5-6
P4-5
P3-P4
P2-P3
Level Ground-P2
B1-Level Ground
B2-B1
Kolom Tinggi Ground-5
Beban mati kumulatif merupakan penjumlahan dari berat balok, pelat, serta
SIDL pada setiap lantai. Diambil contoh untuk beban mati yang diterima
oleh kolom level ground. Kolom level ground menahan beban dari lantai
berikut:
Balok Induk 1
DLbalok 1 = 30,254 kN
Balok Induk 2
DLbalok 2 = 42,850 kN
Dead Load
Bentangan balok 1 30,254 kN
Bentangan balok 2 42,850 kN
Berat Pelat 197,770 kN
Beban mati pelat dihitung dengan rumus yang sama seperti beban
tebal pelat
DLpelat = 2400 × 9,81 × tributary area ×
1000
150
DLpelat = 2400 × 9,81 × 56 × = 197,770 kN
1000
Beban mati kolom didapat dari volume kolom pada lantai atasnya.
Beban mati didapat dengan rumus yang sama dengan beban mati
pelat dan balok, yakni berat jenis dikalikan dengan volume kolom.
d. Perhitungan kumulatif beban mati
Level ground memiliki fungsi sebagai area komersil. Beban mati tambahan
pada level ground terdiri dari beban area komersil serta tambahan beban
Cara untuk menghitung beban hidup serupa dengan cara menghitung beban
SIDL, yaitu dengan mengalikan beban hidup pada SNI dengan luasan area
ground:
Pu merupakan nilai beban ultimate yang bekerja pada struktur kolom. Untuk
Nilai DL, SIDL, dan LL yang digunakan merupakan nilai beban yang sudah
5. Menghitung Ag
rumus berikukt:
Pu𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑
Ag 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 =
0,375 × fc′
9098,681
Ag 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 = = 0,693 m2
0,375 × 35
6. Menghitung nilai a
terdapat 4 jenis dimensi kolom. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variasi
kl
λ= < 22
r
Struktur kolom adalah jepit-jepit sehingga nilai k = 0,65. Nilai r dapat dicari
dengan menggunakan akar dari I/A atau penyerdehanaan berupa 0,3h untuk
0,65 × 3,57
λ= = 8,59 < 22 (OK)
0,3 × 0,9
kolom yang berbeda tidak boleh melebihi 1,3. Contoh pengecekan untuk
0.95
= 1,06 < 1,3 (OK)
0.9
Penyesuaian
LANTAI Dimensi Kolom
(m)
Atap I-Atap II 0,6
11-Atap I 0,6
10-11 0,75
9-10 0,75
8-9 0,75
7-8 0,75
6-7 0,75
5-6 0,75
P4-5 0,75
P3-P4 0,9
P2-P3 0,9
Level Ground-P2 0,9
B1-Level Ground 0,9
B2-B1 0,95
Kolom Tinggi Ground-5 1,5
Jika dalam analisis didapati ada elemen struktur yang tidak kuat menahan
beban, maka akan dilakukan penyesuaian dimensi. Baik itu untuk balok, kolom,
maupun pelat.
d. Preliminary Jembatan
Sebagaimana dinyatakan dalam bab II, dalam struktur terdapat 3 jenis skywalk.
Ketiga skywalk ini akan di-refer sebagai jembatan karena proses desainnya sama
SPESIFIKASI UMUM
Panjang jembatan 19500 mm Gambar arsitek
Bentang jembatan 4500 mm Gambar arsitek
Jumlah girder 3 buah Asumsi
Spasi bentang 1500 mm Bentang/jumlah
Jumlah girder merupakan asumsi, yang akhirnya menghasilkan jarak antar girder
Tinggi girder mengacu kepada tinggi girder minimum yang diatur pada
lebar girder 350 mm. Tebal pelat jembatan diambil serupa dengan tebal pelat
3. Menentukan pembebanan
Beban yang terjadi untuk skywalk 19,5 m merupakan beban mati akibat
berat sendiri, beban SIDL, serta beban hidup. Beban SIDL diasumsikan
sebesar 1 kN/m2 yang sudah mencakup beban marka jalan, beban papan,
serta beban keramik/batu skywalk (bila diperlukan). Sedangkan beban hidup
diambil asumsi sebesar 500 kg/m2 atau sebesar 4,905 kN/m2 yang dianggap
dengan area tributari yang diterima girder agar menjadi beban garis.
KOMBINASI PEMBEBANAN
yang diterimanya. Didapat gaya dalam dan diagram gaya sebagai berikut:
GAYA DALAM
Momen maksimum 1342,749 kN-m SAP2000
Geser maksimum 275,617 kN SAP2000
Joint 1 (Sendi) 275,617
Kombo 1
Joint 2 (Rol) 275,617
Base Reaction (kN)
Joint 1 (Sendi) 246,921
Kombo 2
Joint 2 (Rol) 246,921
Tabel 6.22 Diagram Gaya Dalam Jembatan 19,5 m
Diagram momen
Diagram geser
akan dicek apakah termasuk T palsu atau T murni. Untuk ketiga jembatan,
RENCANA PEMASANGAN
RENCANA PEMASANGAN
Saat dihitung, tulangan masih bernilai sekitar 3% dari luas gross beton. Nilai
bertulang tetap dapat dirancang dan dicor meski padat. Oleh karena itu,
AASHTO LRFD 2012. 2012. Bridge Design Specification 6th Edition 2012.
Washington, DC: AASHTO LRFD
Imran, Iswandi & Fajar Hendrik. 2014. Perencanaan Lanjut Struktur Beton
Bertulang. Bandung: Penerbit ITB Bandung