You are on page 1of 9

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.4.387-395 Volume 14 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2019

Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam Broiler Periode
Finisher
Effect of Different Breeding Temperatures on the Physical Quality of Meat of Broiler Chicken
at Finisher Period
S. R. Rini, Sugiharto dan L. D. Mahfudz

Departemen Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro


Jln Prof. Soedarto, SH, Semarang (50275), Indonesia
Corresponding Author: rinis5225@gmail.com

ABSTRACT
The aim of this research was to determine differences the physical quality (pH, drip loss, WHC and colour) of
broiler chicken meat between two maintenance temperatures (comfortable temperature (23-24 ) and high
temperature (35-36 ). The materials used in this study were 20 male broiler finisher period (age 21 days) with
an average initial weight of 1.17 g ± 0.03 (CV = 2.94%), which 10 animals raised at a comfortable temperature
(23-24 ) and the other 10 animals were raised in high temperatures (35-36 ). On day 35, broilers were stunned
and sampled. Meat samples was taken from chest. Independent t test was used in the experiment to see the
difference in between.The results showed that the physical meat quality including at differentces maintance
between broiler raised at a comfortable temperature (23-24 ) and broiler were raised in high temperatures (35-
36 ) was significantly different effect (P<0.0 ) on pH, drip loss, WHC and meat colour (L* = lightness and
a*= redness), but did not significantly effect (P>0.05) on yellowness (b*) meat color. Conclution of this
research was broiler chickens raised at high temperatures have lower physical quality than broiler chickens
which are kept at a comfortable temperature.

Key words: male broiler, breeding temperature, physical quality meat

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas fisik (pH, drip loss, WHC dan warna) daging
ayam broiler broiler antara dua suhu pemeliharaan (suhu nyaman (23 - 24 ) dan suhu tinggi (35-36 ). Materi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor ayam jantan periode finisher (umur 21 hari) dengan rata-
rata berat awal 1,17 g ± 0,03 (CV = 2,94%), dengan 10 ternak dibesarkan pada suhu yang nyaman (23- 24 )
dan 10 ternak lainnya dibesarkan dalam suhu tinggi (35-36 ). Pada hari ke-35, ayam broiler disembelih dan
diambil sampelnya. Sampel daging diambil dari dada. Uji t test independen digunakan dalam penelitian ini untuk
dapat melihat perbedaan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik daging pada perbedaan
pemeliharaan antara broiler yang dipelihara pada suhu yang nyaman (23-24 ) dan broiler dipelihara pada suhu
tinggi (35-36 ) secara signifikan berbeda nyata (P<0,05) pada pH, drip loss, WHC dan warna mat (L * =
lightness dan a * = kemerahan), tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05 ) pada warna kekuningan (b *) daging.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi memiliki kualitas fisik yang
lebih rendah daripada ayam broiler yang dipelihara pada suhu yang nyaman.

Kata kunci: Ayam broiler jantan, suhu pemeliharaan, kualitas fisik daging.

PENDAHULUAN terhadap perubahan suhu lingkungan yang


ekstrim. Ayam broiler memiliki suhu dan
Ayam Broiler merupakan hewan kelembaban optimal untuk menunjang
homeothermis yaitu hewan dengan suhu pertumbuhan yaitu berkisar, 20-25℃ dan 50 -
nyaman 24 , dimana akan berusaha 70% (Sugito et al., 2011). Ayam broiler
mempertahankan suhu tubuhnya dalam memiliki efisiensi dalam mengubah pakan
keadaan relatif konstan dengan melalui menjadi daging yang baik serta
peningkatan frekuensi pernafasan dan pertumbuhannya cepat, ayam broiler juga
penurunan konsumsi pakan serta jumlah mudah mengalami stres apabila suhu
konsumsi air minum (Kusnadi, 2009). Ayam lingkungan tinggi (Setiaji dan Sudarman,
broiler merupakan ayam yang sangat rentan

387 | Pengaruh suhu pemeliharaan terhadap kualitas daging broiler periode finisher (Rini et al., 2019)
2006). Daging ayam broiler merupakan menjadi rendah dan kehilangan drip yang
bahan pangan sumber protein hewani yang lebih besar (Lawrie, 2003).
bergizi tinggi, lezat, mudah ditemui dan Tujuan dari penelitian ini adalah
memiliki harga yang relatif murah. Keadaan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu
ini memicu peningkatan permintaan daging pemeliharaan terhadap kualitas fisik yang
ayam dari tahun ke tahun. Tingkat konsumsi meliputi pH, drip loss, water holding
daging ayam pada tahun 2013 sampai dengan capacity (WHC) dan warna daging ayam
tahun 2017 menunjukkan bahwa rata-rata broiler. Manfaat dari penelitian ini adalah
konsumsi per kapita per minggu masing- dapat memberikan informasi tentang suhu
masing sebanyak 0,078 kg; 0,086 kg, 0,111 pemeliharaan yang berbeda dan efeknya
kg dan 0,124 kg (Badan Pusat Statistik, terhadap kualitas fisik daging ayam broiler.
2018). Hipotesis dari penelitian ini adalah ayam
Namun, seiring dengan peningkatan broiler yang dipelihara pada suhu yang tinggi
tingkat pendidikan dan pendapatan, memiliki kualitas fisik daging yang lebih
masyarakat saat ini mulai selektif dalam rendah dibandingkan dengan kualitas fisik
memilih daging ayam broiler. Hanya daging daging ayam broiler yang dipelihara pada
broiler dengan kualitas baik yang akan di suhu yang nyaman.
konsumsi masyarakat. Diantara parameter
kualitas daging, kualitas fisik yang meliputi MATERI DAN METODE
pH, water holding capacity (WHC) atau daya
ikat air, drip loss dan warna daging Penelitian dilaksanakan pada 8 - 23
merupakan hal yang menjadi perhatian Maret 2018. Pemeliharaan ayam dilakukan
konsumen. Terdapat beberapa faktor yang di Kandang Unggas Fakultas Peternakan dan
berpengaruh terhadap kualitas fisik daging Pertanian, Universitas Diponegoro,
ayam broiler, dan suhu lingkungan Semarang. Analisis pH dan drip loss
pemeliharaan merupakan salah satunya. dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan
Beberapa literatur menunjukkan bahwa stres Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
akibat suhu lingkungan yang tinggi sebelum Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis
ayam dipotong dapat menyebabkan WHC dilaksanakan di Laboratoium Ilmu
penurunan kualitas daging ayam broiler Nutrisi dan Pakan. Analisis warna daging
karena ayam akan mengalami heat stres. ayam broiler dilaksanakan di Laboratorium
Stres panas selama periode pertumbuhan Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.
broiler juga sering dikaitkan dengan Materi yang digunakan pada
karakteristik daging (Lucas dan Rostagno, penelitian ini adalah ayam broiler jantan
2013).Wang et al. (2017) menyatakan bahwa periode finisher berumur 21 hari sebanyak 20
stres sebelum pemotongan dapat ekor yang memiliki bobot awal rata-rata 1,17
menyebabkan akumulasi asam laktat dan g ± 0,03 kg (CV = 2,94 %). Penelitian ini
degradasi glikogen menjadi lebih cepat. Hal menggunakan 2 perlakuan suhu
tersebut akan menimbulkan penurunan pH pemeliharaan dengan masing-masing
daging menjadi lebih cepat dan suasana perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Perlakuan
daging menjadi lebih asam, dimana yang digunakan diantaranya: suhu
keasaman dalam daging tersebut dapat pemeliharaan tinggi 35₋ 36 dan suhu
menimbulkan denaturasi protein daging. pemeliharaan nyaman 23₋ 24 . Pakan yang
Ketika denaturasi protein terjadi, maka akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menyebabkan daging menjadi pale, soft, ransum komersil jenis Finisher S-12 yang
exudative (PSE) atau biasa disebut pucat, diproduksi oleh PT. Charoen Pokphan
lembek dan berair. Suhu lingkungan yang Indonesia Tbk dengan kadar air 11, 20%,
tinggi selain menyebabkan penurunan pH kadar abu 6,86%, kadar protei kasar 3,96%,
yang sangat cepat juga akan menyebabkan lemak kasar 4,19% dan serat kasar 21,27%
water holding capacity (WHC) daging (analisis laboratorium). Ruangan penelitian

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 388


berukuran 1,35 x 1,35 m. Ruangan 23-24 °C dalam tube dan menambahkan Nacl 0,6 M
denagan air conditioner untuk pendingin sebanyak 4 ml. Campuran sampel dan NaCl
kandang, ruangan 35-36°C menggunakan divortex selama 30 detik dan diinkubasi
thermostat untuk pengatur suhu didalam selama 30 menit pada suhu 4℃. Tahap
kandang, heater yang terdiri dari 6 lampu berikutnya disentrifugasi (Sorvall RC-58
bohlam 60 watt, lampu LED sebanyak 4 Refrigerated Super speed Centrifuge) pada
buah untuk penerangan dimalam hari, 2889 rpm selama 30 menit pada 4 .
sirkulasi udara dengan blower exhause. Supernatan dibuang, dan endapan ditimbang.
Pakan diberikan pada pagi dan sore hari water holding capacity (WHC) dihitung
serta air minum diberikan secara ad libitum. dengan rumus:
Perlakuan dilakukan selama 12 jam dimulai Water holding capacity (WHC) =
dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 4 ml - supernatan yang dibuang (ml)
WIB, kemudian setelahnya heater dan air × 100%
4 ml
conditioner dimatikan, namun lampu
penerangan tetap menyala. Suhu dan Pengukuran warna daging
kelembaban di kedua kandang dicatat pada menggunakan alat chromatometer minolta
pukul 07.00 pagi, 13.00 siang dan pukul colour reader yang terdiri dari: L*
19.00 malam serta suhu dan kelembaban di (Kecerahan, a* dan b* (sistem warna
lingkungan kandang. CIELAB) pada permukaan posterior daging
Pengambilan data dilakukan pada dada. Warna diukur pada tiga sisi berbeda.
akhir pemeliharaan ketika ayam berumur 35 Analisa statistik data yang digunakan
hari (5 minggu). Pengambilan sampel untuk adalah Uji t (t-test) dengan membandingkan
analisis kualitas fisik daging dilakukan perbedaan kualitas fisik (pH, drip loss, WHC
dengan mengambil fillet pada bagian dada dan warna daging) yang dipelihara pada suhu
yaitu otot Pectoralis superficialis. Variabel tinggi 35-36℃ dan suhu nyaman 23-24℃.
kualitas fisik daging yang di analis yaitu pH,
drip loss, WHC dan warna daging. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH daging yang diukur pH awal (45
menit) dan pH akhir (24 jam) setelah Secara umum kualitas daging dapat
pemotongan. Pengukuran pH menggunakan dilihat dari paramater fisik daging. Sifat fisik
digital pH meter merk Eco Testr dengan daging yang diamati pada penelitian ini
ketelitian ± 0,1. meliputi pH, drip loss,water holding capacity
Pengujian drip loss dengan cara sampel (WHC) dan warna daging. Hasil analisis uji
daging yang akan digunakan ditimbang berat fisik daging ayam broiler periode finisher
awal (X) nya., selanjutnya dimasukkan dalam pada suhu pemeliharaan yang berbeda,
plastik wrap dan dimasukkan ke dalam ditampilkan pada Tabel 3.
refrigerator selama 24 jam. Sampel ditimbang
kembali untuk menentukan berak akhirnya (Y)
dengan sebelumnya diseka dengan tisu tanpa pH Daging
ditekan. Drip loss dihitung dengan rumus: Hasil analisis pH daging ayam broiler
x-y dengan perlakuan suhu pemeliharaan yang
Drip loss = × 100% berbeda dapat dilihat pada tabel 3,
x perhitungan analisis ragam terdapat pada
Pengukuran water holding capacity
lampiran 1 dan 2. Berdasarkan hasil uji t-test,
(WHC) dilakukan berdasarkan metode
pH daging ayam broiler pada kedua
Barbut (1993) yang diterapkan lee et al.
perlakuan adalah berbeda nyata (P<0,05).
(2015) dengan sedikit modifikasi. Pengujian
Rerata nilai pH daging dada ayam broiler
dimulai dengan menghaluskan daging dada
yang dipelihara pada suhu yang tinggi (35-
yang telah bersih dari kulit dan lemak
36ºC menurun dengan cepat dari 5,87 pada
sebanyak 2 gr, Menimbang wadah tube dan
45 menit postmortem menjadi 5,48 pada 24
sampel daging yang telah dihaluskan,
jam postmortem, sedangkan pada lingkungan
Memasukkan sampel daging tersebut ke

389 | Pengaruh suhu pemeliharaan terhadap kualitas daging broiler periode finisher (Rini et al., 2019)
pemeliharaan yang nyaman (23-24ºC) rerata yang dipelihara dengan rata-rata suhu
pH awal (45 menit postmortem) sebesar 6,24 pemeliharaan 33ºC dan kelembaban relatif
dengan pH akhir sebesar 5,83. Hasil 83% memiliki pH daging dada yang rendah
penelitian ini sesuai dengan penelitian yaitu sebesar 5,30.
Fernandes et al. (2016) bahwa ayam broiler

Tabel 3. Rataan dan standar deviasi pengaruh perlakuan terhadap kualitas fisik daging ayam
broiler
Suhu pemeliharaan
Variabel Uji t
T1 (35-36 ) T2 (23-24 )
pH 45 menit 5,84±0,12 6,12±0,15 s
pH 24 jam 5,48±0,10 5,83±0,14 s
Drip loss (%) 4,18±0,32 2,62±0,42 s
Water Holding Capacity (WHC) (%) 21,59±1,34 25,45±0,89 s
Warna daging
L* 54,03±0,87 50,30±1,25 s
a* 7,70±0,40 8,57±0,70 s
b* 13,43±0,61 13,07±0,80 ns
Ket. : berbeda nyata dengan taraf 5% pada superskrip yang berbeda, ns = nonsignifikan , s = signifikan.

Nilai pH pada suhu pemeliharaan pH daging ayam broiler dimana pada


nyaman masih tergolong normal, karena pemeliharaan suhu lingkungan yang tinggi
menurut Le Bihan-Duval et al. (2008) dalam (35-36ºC) memiliki pH lebih rendah (asam).
Fernandes et al. (2016), nilai pH untuk Perbedaan nilai pH dan tingkat penurunan
daging ayam, khususnya daging dada, pH antara kelompok suhu pemeliharaan 35-
memiliki pH akhir (24 jam) postmortem 36ºC dan 23-24ºC dapat dikaitkan dengan
antara 5,7 sampai 5,9. Namun, pH daging konsentrasi asam laktat dalam jaringan otot
ayam broiler yang dipelihara pada suhu yang berbeda setelah pemotongan. Ayam
lingkungan yang tinggi berada dibawah broiler yang dipelihara pada suhu lingkungan
standar pH daging. Nilai pH akhir yang yang tinggi akan mengalami stres panas yang
rendah pada kelompok suhu pemeliharaan dapat meningkatkan pelepasan hormon,
35-36º dikategorikan sebagai daging pale, mempercepat penguraian glikogen otot oleh
soft, exudative (PSE). Hal ini sesuai dengan enzim-enzim glikolisis secara anaerob dan
Fletcher (2002) dalam Nkukwana et al. akumulasi asam laktat yang menyebabkan
(2015) yang melaporkan nilai rentang tingginya produksi asam laktat.
ambang pH, dimana nilai pH <5,7 Asam laktat yang tinggi dalam daging
dikategorikan sebagai daging PSE, nilai 5,7- akan mengakibatkan penurunan pH
6,1 untuk kualitas standar, dan nilai > 6,1 postmortem secara cepat dan pH akhir
untuk daging dark, firm, dry (DFD). Daging daging yang rendah. Hal ini didukung oleh
PSE ditandai dengan warna daging yang pernyataan Zhang et al. (2012) bahwa pH
pucat (pale), lembek (soft) dan basah pada akhir dada ayam yang mengalami stres panas
permukaan (exudative) (Song dan King, (5,72) menunjukkan pH akhir yang lebih
2015). rendah daripada yang berasal dari ayam yang
pH sangat mempengaruhi kualitas dipelihara pada kondisi thermoneutral (5,88).
daging, karena nilai pH adalah refleksi Hal tersebut merupakan akibat meningkatnya
langsung dari kandungan asam otot, dan tingkat postmortem glikolisis karena aktivitas
mempengaruhi keempukan, daya ikat air dan enzim glikolitik yang tinggi (kinase piruvat
warna daging (Toplu et al., 2014). Pada dan dehidrogenase laktat) dan lebih banyak
penelitian ini perbedaan suhu pemeliharaan piruvat yang diubah menjadi asam laktat
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 390


daripada ayam pedaging yang dipelihara daging. Hal ini sesuai dengan pendapat
pada kondisi thermoneutral. Sandercock et al. (2001) dalam Nkukwana et
al. (2015), bahwa denaturasi protein
Drip loss myofibrilar dan sarcoplasmic dapat
Hasil analisis drip loss daging ayam mengakibatkan fungsionalitasnya hilang
broiler dengan perlakuan suhu pemeliharaan sehingga kemampuan protein untuk mengikat
yang berbeda dapat dilihat pada tabel 3. Hasil air berkurang, menghasilkan water holding
analisis statistik menunjukkan bahwa drip capacity yang buruk dan memfasilitasi
loss daging (lampiran 3) berbeda nyata hilangnya konstituen sarcoplasmic yang larut
(P<0,05) antara ayam broiler yang dipelihara dari sel otot ke ruang ekstraseluler, akibatnya
pada suhu nyaman (23-24ºC) dan suhu meningkatkan drip yang keluar dari daging.
pemeliharaan tinggi (35-36ºC). Rerata nilai Santos et al. (2008) menemukan bahwa stres
drip loss (susut mentah) daging ayam broiler panas menyebabkan nilai WHC yang rendah
yang dipelihara pada suhu yang tinggi (35- karena hilangnya integritas membran akibat
36ºC) sebesar 4,18% sementara nilai drip meningkatnya kreatin kinase dan jumlah
pada pemeliharaan nyaman (23-24ºC) hematokrit yang menurun. Sandercock et al.
sebesar 2,62%. Nilai drip loss daging broiler (2001) dalam Brossi et al. (2018), mengamati
yang dipelihara pada suhu lingkungan tinggi bahwa peningkatan aktivitas kreatin kinase
1,56% lebih tinggi daripada nilai drip daging menyebabkan nilai drip loss yang lebih
yang dipelihara pada suhu nyaman. tinggi pada dada ayam.
Presentase drip loss dari kedua perlakuan
masih tergolong normal. Batas maksimum Water Holding Capacity (WHC)
untuk drip loss dalam daging ayam segar Hasil analisis Water Holding
yang diizinkan adalah 6,0% (Kato et al., Capacity (WHC) daging ayam broiler
2013). dengan perlakuan suhu pemeliharaan yang
Drip loss (susut mentah) merupakan berbeda dapat dilihat pada tabel 3 dan
kehilangan berat daging selama 24 jam post perhitungan analisis ragam terdapat pada
mortem. Umumnya, drip loss adalah proses lampiran 4. Berdasarkan hasil uji t-test,
berkelanjutan yang melibatkan transfer air Water Holding Capacity (WHC) daging
dari miofibril dalam jaringan otot ke ruang ayam broiler pada kedua perlakuan adalah
ekstraseluler (Yu et al., 2009). Perbedaan berbeda nyata (P<0,05). Rerata Water
suhu pemeliharaan berpengaruh terhadap Holding Capacity (WHC) daging ayam
drip loss daging ayam broiler. Ayam broiler pada penelitian ini yaitu pada suhu
pedaging dalam kelompok suhu tinggi pemeliharaan panas sebesar 21,59% dan suhu
memiliki drip loss daging yang lebih besar pemeliharaan nyaman sebesar 25,45%. Nilai
dibandingkan pada kelompok suhu nyaman, WHC pada suhu pemeliharaan nyaman
yang serupa dengan hasil Lu et al. (2017), tersebut masih tergolong baik, karena
yang menunjukkan kehilangan drip yang menurut Muchbianto (2009) dalam Pratama
lebih besar pada daging dada broiler yang et al. (2015) nilai WHC normal daging ayam
mengalami stres panas (32ºC). Perbedaan broiler segar berkisar antara 25-38%. Namun,
nilai drip loss tersebut dikaitkan dengan WHC daging ayam broiler yang dipelihara
fungsi protein di otot setelah pemotongan. pada suhu lingkungan yang tinggi berada
Ayam broiler yang dipelihara pada suhu 35- dibawah standar WHC daging. Hasil ini
36 akan mengalami stres panas sehingga sesuai dengan penelitian hasil Santos et al.
mempercepat rigor mortis dan terjadi (2016), yang menunjukkan nilai water
denaturasi protein. Denaturasi protein holding capacity yang lebih rendah pada
membuat protein daging memiliki daging dada broiler yang dipelihara pada
kemampuan mengikat air yang rendah dan kondisi stres panas (32 ).
mengakibatkan struktur daging terbuka Water Holding Capacity (WHC) atau
sehingga meningkatkan keluarnya drip pada daya ikat air merupakan suatu parameter

391 | Pengaruh suhu pemeliharaan terhadap kualitas daging broiler periode finisher (Rini et al., 2019)
kualitas daging yang sangat penting terkait Warna Daging
dengan seberapa besar kemampuan daging Hasil analisis warna daging ayam
dalam mengikat air, oleh karena itu WHC broiler (L* = kecerahan, a* = kemerahan dan
yang tinggi mengidentifikasikan daging b* = kekuningan) dengan perlakuan suhu
memiliki kualitas yang baik. Hasil penelitian pemeliharaan yang berbeda dapat dilihat
ini menunjukkan bahwa perbedaan suhu pada tabel 3. Nilai kecerahan, kemerahan dan
pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap kekuningan daging secara berurutan pada
WHC daging ayam broiler. Broiler yang suhu pemeliharaan 35-36 yaitu
dipelihara pada suhu 35-36 memiliki 54,03±0,87; 7,70±0,40 dan 13,43±0,61
WHC yang lebih rendah. Perbedaan nilai sedangkan suhu pemeliharaan 23-24 yaitu
WHC tersebut diduga akibat laju dan 50,30±1,25; 8,57±0,70 dan 13,07±0,80.
besarnya penurunan pH daging serta Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lu et
denaturasi protein daging. WHC daging al. (2017) yang melaporkan bahwa nilai L*
broiler yang rendah tersebut diduga akibat lebih tinggi untuk ayam pedaging yang
broiler mengalami stres panas saat dipelihara pada 32 daripada yang
pemeliharaan pada suhu tinggi (35-36 ) dipelihara pada 21 . Warna daging pada
sehingga mengakibatkan denaturasi protein perlakuan suhu 35-36 yaitu cenderung
otot. pucat karena nilai L* yang tinggi dan
Denaturasi protein dapat mengurangi termasuk kelainan warna daging yang biasa
kemampuan protein otot dalam mengikat air disebut pale, soft, exudative (PSE) sedangkan
dan menghasilkan kapasitas penahanan air warna daging pada perlakuan suhu 23-24
yang buruk. Hal ini sesuai dengan Zhu et al. tergolong normal. Menurut Qiao et al. (2001)
(2011), bahwa suhu tinggi dengan nilai pH dalam Downing et al. (2017) menyatakan
rendah diketahui menyebabkan denaturasi bahwa daging dada ayam broiler yang
protein sarkoplasma yang mengakibatkan memiliki nilai L* lebih dari 53 dikategorikan
koagulasi protein pada protein myofibrillar daging PSE, jika nilai L* adalah antara 48
akan berpengaruh pada interaksi antara dan 53 dianggap daging normal dan jika
permukaan protein dan fase air di sekitarnya, lebih rendah dari 46, itu bisa dianggap
sehingga mengurangi kapasitas menahan air. sebagai dark, firm, dry (DFD).
Wang et al. (2009) menambahkan bahwa Warna daging merupakan salah satu
stres panas mengakibatkan kemampuan kriteria kualitas penting yang terkait dengan
mengikat air oleh protein rentan terhadap pH, daya ikat air, kekuatan geser daging yang
kerusakan oksidatif sehingga meningkatkan menentukan kepuasan konsumen. Warna
drip dan susut masak. Selain denaturasi daging sebagai parameter penting untuk
protein otot, WHC juga dipengaruhi oleh indikator daging PSE yang langsung
nilai pH daging. WHC berkaitan dengan dipengaruhi oleh denaturasi protein di otot
nilai pH daging, dimana daging dengan pH dan pH postmortem (Barbut, 1997 dalam
rendah maka nilai WHCnya juga rendah Öztürk dan Serdarog˘lu, 201 ). Hasil
begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan
Öztürk and Serdarog˘lu (201 ), bahwa kualitas fisik daging ayam yang dipelihara
daging ayam dengan pH akhir rendah dan pada suhu panas (35-36 ) dan suhu nyaman
tingkat percepatan penurunan pH (23-24 ) memberikan perbedaan yang
postmortem akibat akumulasi asam laktat berbeda nyata (P<0,05) atau adanya
dapat menyebabkan rusaknya protein perbedaan terhadap kecerahan warna daging,
miofibriler sehingga protein kehilangan warna kemerahan dan kekuningan daging,
kemampuan mengikat air dan memiliki dimana ayam broiler yang dipelihara pada
kualitas water holding capacity daging yang suhu 35-36 memiliki nilai kecerahan (L*)
buruk. yang lebih tinggi serta kemerahan (a*) yang
lebih rendah. Nilai L* yang lebih tinggi pada
ayam broiler yang mengalami stres panas

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 392


sesuai dengan laporan Aksit et al. (2006), lipid, yang mana keterkaitan antara warna
yang menunjukkan bahwa suhu pemeliharaan daging pucat dengan denaturasi protein
34 meningkatkan kecerahan daging. sarkoplasma menyebabkan peningkatan
Namun, nilai kekuningan (b*) dari daging hamburan cahaya di otot. Menurut Dadgar et
dada ayam broiler menunjukkan tidak al. (2010), bahwa stres panas sebelum
berbeda (p 0,05). Menurut barbut (1997) pemotongan dapat menyebabkan penurunan
dalam Tang et al. (2013) menyatakan bahwa konsentrasi pigmen total, dimana konsentrasi
observasi ini mungkin disebabkan oleh jenis pigmen yang lebih rendah dapat dikaitkan
otot karena nilai kecerahan (L*) dan dengan laju cepat glikolisis postmortem pada
kemerahan (a*) lebih penting dan sensitif suhu tinggi yang menghasilkan penurunan
daripada nilai kekuningan (b*) pada otot pH yang cepat dan penurunan intensitas
putih. warna dan denaturasi mioglobin.
Nilai kecerahan (L*) yang lebih tinggi Warna kemerahan (a*) daging
pada pemeliharaan dengan suhu tinggi berkorelasi dengan warna kecerahan daging
diduga karena stres panas pada broiler (L*). Menurut Dadgar et al. (2010), bahwa
sebelum pemotongan menyebabkan kecenderungan daging dada menunjukkan
tingginya asam laktat pada daging ayam nilai a* yang lebih tinggi (lebih merah)
broiler postmortem sehingga terjadi ketika nilai L* menurun (menjadi lebih
penurunan pH secara cepat yang gelap). Zhang et al. (2012) menyatakan
menghasilkan pH yang rendah dan denaturasi bahwa ayam broiler yang terkena stres panas
protein menyebabkan warna permukaan memiliki hasil penurunan nilai kemerahan
daging yang lebih pucat. Tingkat percepatan (a*) karena ada lebih banyak mioglobin
glikolisis postmortem mengubah warna otot. teroksidasi dalam ototnya. Tang et al. (2013)
Hal ini sesuai dengan pendapat Kanani et al. menambahkan bahwa nilai kemerahan
(2017), bahwa stres panas merangsang proses daging yang rendah tergantung pada nilai pH
glikolisis dan akibatnya penurunan pH yang rendah secara konsisten, yang berkontribusi
cepat dan fenomena ini menyebabkan daging pada reaksi redoks yang tidak biasa dari
pucat (PSE) serta menurunkan warna mioglobin dan hemoglobin. Penentuan warna
kemerahan daging dada broiler. Warna merah pada daging dipengaruhi oleh banyak
daging berkorelasi dengan pH daging faktor yaitu jumlah myoglobin, hemoglobin,
postmortem. pH yang rendah akan dan pigmen heme yang menentukan tingkat
menghasilkan warna daging yang pucat dan kemerahan daging (Ngoka dan Froning,
pH yang lebih tinggi memberikan warna 1982 dalam Wideman et al., 2016). Warna
daging yang lebih gelap. Sebagaimana yang kuning daging berasal dari pigmen dalam
dijelaskan Karunanayaka et al. (2016), pakan. Menurut Fletcher (2002) dalam
bahwa warna pucat pada daging karena pH Garcia et al. (2010), bahwa pigmen kuning
yang rendah yang terjadi akibat denaturasi pada daging unggas dipengaruhi oleh faktor-
protein myofibrilar dan sarcoplasmic. Adams faktor seperti keturunan genetik pada unggas,
dan Moss (2000) dalam King dan Whyte pigmen bahan pakan (carotenoid), kesehatan
(2006), menambahkan bahwa pH daging burung, dan pengolahan daging.
yang rendah cenderung meningkatkan
oksidasi oksiminoglobin (oxyMb) dan KESIMPULAN
deoxymyoglobin (deoxyMb) ke metimoglobin
(metMb) coklat, yang dikombinasikan Simpulan dari penelitian ini adalah
dengan tingginya hamburan cahaya dari ayam broiler yang dipelihara pada suhu
permukaan daging, sehingga memberikan lingkungan tinggi (35-36 memiliki
warna pucat pada daging. Langer et al. kualitas fisik daging yang lebih rendah
(2010) menyatakan bahwa tingkat perubahan dibandingkan dengan yang dipelihara pada
warna terkait erat dengan laju oksidasi suhu nyaman (23-24 .
mioglobin yang disebabkan oleh oksidasi

393 | Pengaruh suhu pemeliharaan terhadap kualitas daging broiler periode finisher (Rini et al., 2019)
Saran Kato, T., C.F. Barbosa, E.I. Ida, A.L. Soares,
Kajian yang lebih lanjut diperlukan M. Shimokomaki dan M. R. Pedrao.
untuk sepenuhnya menjelaskan efek stres 2013. Broiler chicken PSE (pale, soft,
panas pada pemeliharaan ayam broiler exudative) meat and water release
terhadap kualitas fisik daging khususnya during chicken carcass thawing and
warna daging, terutama pada waktu yang Brazilian Legislation. Brazilian. Arch.
berbeda dari paparan serta temperatur Biol. Technol, 56 (6): 996-1001.
pemeliharaan yang berbeda.
King, N.J. dan R. Whyte. 2006. Factors That
DAFTAR PUSTAKA Influence Cooked Meat Color. Journal
Food Sci. 71 (4): 31-40.
Aksit, M., S. Yalcın, S. Ozkan, K. Metin and
D. Ozdemir. 2006. Effects of Kusnadi, E. 2009. Perubahan malonaldehida
temperature during rearing and crating hati, bobot relatif bursa fabricius dan
on stress parameters and meat quality rasio heterofi l/limfosit (h/l) ayam
of broilers. Journal Poultry Sci. broiler yang diberi cekaman panas.
85:1867-1874. Jurnal Media Peternakan. 32 (2): 81 -
87.
BPS. 2017. Statistik Indonesia 2017. Katalog
BPS: 1101001. Badan Pusat Statistik. Langer, R.O.S., G.S. Simões, A.L. Soares, A.
Jakarta.http://www.bps.go.id/index.php Oba, A. Rossa, M. Shimokomaki dan
/ publikasi/326. 22 Juni 2017. E.I. Ida. 2010. Broiler transportation
conditions in a Brazilian commercial
Brossi, C., N. Montes-Villanueva, J.D. Rios- line and the occurrence of breast PSE
Mera, E.F. Delgado, J.M. Menten, C.J. (pale, soft, exudative) meat and DFD-
Contreras-Castillo. 2018. Acute heat like (dark, firm, dry) meat. Brazilian.
stress detrimental effects transpose Arch. Biol. Technol. 53 (5): 1161-
high mortality rate and affecting broiler 1167.
breast meat quality. Journal Scientia
Agropecuaria. 9 (3): 305-311. Lee, N., V. Sharma, N. Brown dan A.
Mohan. 2015. Functional properties of
Dadgar, S., E.S. Lee, T.L.V. Leer, N. bicarbonates and lactic acid on chicken
Burlinguette, H.L. Classen, T.G. Crowe breast retail display properties and
dan P.J. Shand. 2010. Effect of cooked meat quality. Journal Poultry
microclimate temperature during Sci. 94: 302–310.
transportation of broiler chickens on
quality of the pectoralis major muscle. Lu, Z., X. He,B. Ma,L. Zhang,J. Li,Y. Jiang, G.
Jornal Poultry Sci. 89 :1033-1041. Zhou dan F. Gao. 2017. Chronic heat stress
impairs the quality of breast-muscle meat
Downing, J.A., M.J. Kerr dan D.L. Hopkins. in broilers by affecting redox status and
2017. The effects of pre-transport energy-substance metabolism. Journal
supplementation with electrolytes and Agriculture Food Chemical, 65 (51):
betaine on performance, carcass yield and 11251-11258.
meat quality of broilers in summer and
winter. Journal Livestock Sci. 205: 16-23. Nkukwana, T.T., V. Muchenje, P.J. Masika, E.
Pieterse, L.C. Hoffman dan K. Dzama.
Kanani, P.B., M. Daneshyar, J. Aliakbarlu dan F. 2015. Proximate composition and variation
Hamian. 2017. Effect of dietary turmeric in colour, drip loss and pH of breast meat
and cinnamon powders on meat quality from broilers supplemented with Moringa
and lipid peroxidation of broiler chicken oleifera leaf meal over time. Animal
under heat stress condition. Journal Production Sci. 56: 1208-1216.
Veterinary Research Forum. 8 (2): 163-
169. Öztürk, B. dan M. Serdarog˘lu. 201 . Quality
characteristics of PSE-like Turkey

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 394


pectoralis major muscles generated by high chickens. Canadian Journal Animal
post-mortem temperature in a Local Science. 93 : 453-460.
Turkish slaughterhouse. Korean Journal
Food Science Animal. 35 (4): 524-532. Toplu, H.D.G., A. Nazligül, S. Karaarslan,
M. Kaya dan O. Yagin. 2014. Effects
Pratama, A., K. Suradi, R.L. Balia, H. of heat conditioning and dietary
Chairunnisa, H. AW Lengkey, D.S.
ascorbic acid supplementation on
Sutardjo, L. Suryaningsih, J. Gumilar, E.
Wulandari dan W.S. Putranto. 2015. growth performance, carcass and meat
Evaluasi karakteristik sifat fisik karkas quality characteristics in heat-stressed
ayam broiler berdasarkan bobot badan broilers. Ankara Üniv Vet Fak Derg,
hidup. Jurnal Ilmu Ternak, 15 (2): 61-64. 61: 295-302.

Santos, C.C., E.F. Delgado, J.F.M. Menten, Wang, R.R., Pan, X.J. dan Z.Q Peng. (2009)
A.C.M. Pedreira, C.J.C. Castillo, G.B. Effects of heat exposure on muscle
Mourão, C. Brossi, I.J. O. da Silva. 2008. oxidation and protein functionalities of
Sarcoplasmatic and myofibrillar protein pectoralis majors in broiler. Journal
changes caused by acute heat stress in Poultri Sci. 88: 1078-1084.
broiler chicken. Sciece Agriculture. 65 (5):
453-458. Wang, R.H., R. R. Liang, H. Lin, L.X. Zhu,
Y.M. Zhang, Y.W. Mao, P.C Dong,
Santos, V.A.B., A.G. Ganecco, J. Lolli, M.P.
Berton, R.D. Cássia, G. Mitzi BM, M.M. L.B. Niu, M.H. Zhang and X. Luo.
Boiago, L. Miyagusku, H. Borba dan P.A. 2017. Effect of acute heat stress and
de Souza. 2016. Broiler meat quality slaughter processing on poultry meat
evaluation created in simulated conditions quality and postmortem carbohydrate
of heat. Journal Food Process Technology, metabolism. Poultry Sci. 96 (3): 738-
7 (11): 1-9. 746.
Setiaji, D dan A. Sudarman. 2006. Ekstrak Yu, L.H., E.S. Lee, J.Y. Jeong, J.H. Choi dan
daun beluntas (Pluchea indica less.) C.J. Kim. 2009. Effects of post-mortem
sebagai obat antistres pada ayam temperature on the physicochemical
broiler. Jurnal Media Peternakan. 28 properties of hot-boned chicken breast
(2): 45-51. muscles. Korean Journal Food Science
Animal Resource. 29 (1): 55-61.
Song, D.J. dan A.J. King. 2015. Effects of
heat stress on broiler meat quality. Zhang, Z. Y., G. Q. Jia, J. J. Zuo, Y. Zhang,
World's Poult. Science Journal, 71: J. Lei, L. Ren dan D.Y. Feng. 2012.
701-709. Effects of constant and cyclic heat
stress on muscle metabolism and meat
Sugito, Fakhrurrazi dan M. Isa. 2011. Efek quality of broiler breast fillet and thigh
pemberian ekstrak Jaloh dikombinasi meat. Journal Poultry Sci. 91 :2931-
dengan probiotik dan kromium 2937.
terhadap profil hematologi dan titer
antibodi vaksin ND pada ayam broiler Zhu, X., M. Ruusunen, M. Gusella, M. Ylä-
yang mengalami stres panas. Jurnal Ajos, X. Xu, G. Zhou and E. Puolanne.
Agripet. 11(2): 8 – 15. 2013. High early post-mortem
temperature induces activation of
Tang, S., J. Yu, M. Zhang dan E. Bao. 2013. AMP-activated protein kinase and
Effects of different heat stress periods development of pale, soft and
on various blood and meat quality exudative characteristics in turkey
parameters in young Arbor Acer broiler muscles. Meat Science, 93: 600–606

395 | Pengaruh suhu pemeliharaan terhadap kualitas daging broiler periode finisher (Rini et al., 2019)

You might also like