You are on page 1of 6

3/31/2017 Volume 

11, Number 2, Year 2011

Chief Editor:
HOME  ABOUT  LOGIN  REGISTER  CATEGORIES  SEARCH
CURRENT  ARCHIVES  REVIEWERS  PUBLICATION ETHICS
Dr.Eng. Elin Yusibani, S.Si,
M.Eng. (GScholar|Scopus)
Home > Archives > Volume 11, Number 2, Year 2011
 
Managing Editor: U SE R

Tedy Kurniawan Bakri,
Volume 11, Number 2, Year 2011 Username
S.Farm., M. Farm.Apt.  Password
   Remember me
English Expert:
Table of Contents Login

Dalila  Husna  Yunardi,  B.Sc., Articles


M.Sc.
Index and harvest by:
Fashbir, S.T., M.S.; USING A USER MODEL FOR ENHANCING ASSESSMENT AND FEEDBACK PDF
IN E­LEARNING
 
Rajibussalim Rajibussalim
Associated  Editor:
ANTIDIABETIC ACTIVITY FROM ETHANOL EXTRACT OF KLUWIH’S LEAF PDF
Dr. Rahmi, M.Sc  (Artocarpus camansi)
Dr. Rosnizar, M.Sc. Marianne Marianne, Yuandani Yuandani, Rosnani Rosnani
Dr. Didik Sugiyanto, S.Si,
M.Si.  BIODEGRADABLE PLASTICS FROM A MIXTURE OF LOW DENSITY PDF
POLYETHYLENE (LDPE) AND CASSAVA STARCH WITH THE ADDITION OF
ACRYLIC ACID
  Susilawati Susilawati, Irfan Mustafa, Desy Maulina

THE EFFECT OF STORAGE TIME ON TOTAL OF FUNGI IN KANJI PEDAH PDF
Resmila Dewi, Risa Nursanty, Cut Yulvizar

GAS CROMATOGRAPHIC ANALYSIS OF ORGANOPHOSPATE AND PDF
PYRETROID COMPOUNDS IN MOSQUITO COILS
Sadli Sadli, Misrahanum Misrahanum

ANTIFUNGAL ACTIVITY FROM ETHYLACETATE EXTRACT OF Plumeria PDF
alba AGAINST Candida albicans J OU RN AL   CON TE N T
Murniana Murniana, Israhadi Israhadi, Khairan Khairan, Nurdin Saidi
Search 
 
 
Search Scope 
All

                                                                  Search
 
©2016 Jurnal Natural (JN), Indonesia, Banda Aceh: www.jurnal.unsyiah.ac.id/natural | Browse
eISSN 2541­4062 | pISSN 1411­8513 | Contact: jurnal.natural@fmipa.unsyiah.ac.id | The By Issue
JN site and its metadata are licensed under CC BY­SA  By Author
By Title
Other Journals
Categories

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/natural/issue/view/148 1/1
Jurnal Natural
Vol. 11, No. 2, Maret 2011

ANTIDIABETIC ACTIVITY FROM ETHANOL


EXTRACT OF KLUWIH’S LEAF (Artocarpus camansi)
Marianne1, Yuandani1, Rosnani2
1
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utaram (USU), 2Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
Email: anne_aceh@yahoo.com

Abstract. Research on antidiabetic activity of ethanol leaf extracts Kluwih (Artocarpus camansi)
has been carried out to determine the antidiabetic activity of ethanol extract of leaves kluwih
(EELK) of mice using glucose tolerance test. The study began by dividing the mice into 6 groups.
Group 1 was given 1% CMC, group 2 to group 4, given EELK 50, 100, 200, 400 mg / kg bw,
respectively, and group 6 administered with glibenclamide 0.45 mg/kg bw. Thirty minutes later
each group was given glucose 30 mg/kg bw. After 30 min of glucose loading, blood glucose levels
of mice were measured, and measured again at minute 60, 90, 120 and 150 minutes. The results
showed that the glucose tolerance test EELK a significant effect in lowering blood glucose levels
compared to controls at 30 and 60 minutes after administration of glucose. At minute 90 to 150,
the effect of blood glucose levels EELK restore back to normal. EELK demonstrated ability to
reduce blood glucose levels, and EELK doses of 50 and 100 mg/kg bw showed antidiabetic effects
better than a dose of 200 and 400 mg/kg bw. Increasing doses showed antagonistic effects: the
ability to increase blood glucose levels.

Key words: ethanol extract of kluwih’s leaf, blood glucose, glucose tolerance

I. PENDAHULUAN menemukan obat alternatif dengan efikasi


yang lebih baik dan memungkinkan
Diabetes melitus menjadi permasalahan penderita diabetes mempunyai banyak
kesehatan dunia karena tingginya morbiditas pilihan pengobatan, sehingga meningkatkan
maupun vmortalitas yang ditimbulkan peluang untuk sembuh, minimal dengan
oleh penyakit tersebut [1]. Data World kadar glukosa darah yang terkontrol dan
Health Organization (WHO) Tahun 2008 efek samping yang minimal serta biaya yang
menyebutkan bahwa terdapat sekitar 180 relatif lebih murah.
juta orang dengan diabetes di seluruh dunia
dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat Dalam upaya untuk menyembuhkan
lebih dari dua kali lipat pada Tahun 2030. penyakitnya, penderita diabetes melitus
Negara Indonesia pada Tahun 2000 berada kerap kali memanfaatkan pengobatan
di urutan ke-4 terbanyak kasus diabetes tradisional yang berasal dari tumbuh-
setelah India, Cina, dan Amerika Serikat, tumbuhan. Jenis tumbuhan yang banyak
dengan prevalensi 8,6 persen dari total dimanfaatkan dan berpotensi sebagai
penduduk [2]. antidiabetes berasal dari famili Moraceae.
Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang
Meningkatnya prevalensi penyakit diabetes termasuk dalam famili Moraceae yaitu
melitus dari tahun ke tahun menunjukkan tumbuhan kluwih (Artocarpus camansi),
perlunya perhatian serius dalam terapi sukun (Artocarpus communis), nangka
penyakit tersebut. Terapi dengan obat-obat (Artocarpus nitidus). Ketiga tumbuhan ini
sintetis sering menemui kegagalan, antara telah lama dipakai secara tradisional tidak
lain disebabkan efek samping dan biaya hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga
yang tinggi akibat pengobatan jangka di negara-negara Pasifik, Papua New
panjang. Hal ini mendorong peneliti untuk Guinea, dan Asia tropis [3]. Peneliti tersebut

64
Antidiabetic Activity from Ethanol Extract of Kluwih’s Leaf (Artocarpus camansi)
(Marienne et al).

melaporkan bahwa buah sukun dipercaya pipet mikro, alat sentrifuga, tanur, alat
dapat memperbaiki fungsi hati, sedangkan pengukur glukosa darah (Optium™
daunnya digunakan untuk mengobati Xceed™), kolom kromatografi terbuka,
penyakit diabetes melitus, hipertensi dan kolom kromatografi vakum cair (KKVC),
penyakit hati berat seperti sirosis. dan lain-lain. Bahan: pelarut: n-heksana, etil
Berdasarkan kekerabatannya dalam satu asetat, metanol, etanol, silika gel 60 GF254,
genus artocarpus, peneliti berasumsi daun eter, magnesium klorida ( MgCl2), asam
kluwih memiliki kandungan kimia yang klorida (HCl), kloroform (CHCl3) Liberman
relatif sama dengan daun sukun serta Buchards (CH3COOH dan H2SO4), Asam
memiliki aktifitas yang mirip. Oleh karena pikrat, Asam tanat, Reagen Meyer (KI dan
itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk HgCl2), dan Reagen Dragendorf [KI,
membuktikan aktifitas farmakologinya. Bi(NO)3, Asam tartarat]. Bioindikator:
Tumbuhan dari genus artocarpus diketahui bioindikator yang dipakai adalah mencit usia
mengandung senyawa fenolik termasuk 2-3 bulan. Sampel: daun tumbuhan sukun
flavonoid, stilbenoids dan arylbenzofurans. (Artocarpus camansi: kulu) yang tumbuh di
Flavonoid diketahui memiliki aktifitas sekitar Darussalam, Banda Aceh.
antioksidan yang berkaitan dengan aktifitas
antidiabetes. [3] Isolasi sampel
Mengingat potensinya yang besar sebagai Sampel sebanyak 1 kg dimaserasi dengan
antidiabetes namun masih kurangnya etanol 96%, ekstrak yang diperoleh
informasi ilmiah penggunaan daun kluwih dikeringkan dan dibuat menjadi sediaan.
sebagai antidiabetes, maka dalam penelitian Penelitian mencakup skrining fitokimia dan
ini perlu dilakukan uji aktifitas antidiabetes uji toleransi glukosa. Uji toleransi glukosa
ekstrak etanol daun kluwih (Artocarpus menggunakan mencit jantan usia 3 bulan.
camansi), sehingga diperoleh informasi Awalnya mencit dibagi dalam 6 kelompok,
mengenai potensi dan keamanan daun dan diberikan sediaan uji sebagai berikut:
kluwih dalam terapi diabetes melitus. Jika kelompok I (kontrol) diberikan CMC 1%, II
ternyata efektif, data penelitian ini akan (pembanding) diberikan glibenklamid 0,45
dijadikan data pendukung pada uji klinis mg/kg bb, III-VI (uji) berturut-turut
ekstrak etanol daun kluwih terhadap pasien diberikan ekstrak etanol daun kluwih dosis
diabetes melitus. Selanjutnya ekstrak ini 50, 100, 200 dan 400 mg/kg bb. Tiga puluh
diharapkan dapat menjadi drug of choice menit kemudian setiap kelompok diberikan
atau suplemen dalam terapi pasien diabetes glukosa 30 mg/kg bb. Setelah 30 menit
melitus yang pada akhirnya mampu loading glukosa, kadar glukosa darah mencit
menurunkan morbiditas (angka kesakitan) diukur, dan diukur kembali pada menit ke
dan mortalitas (angka kematian) akibat 60, 90, 120 dan 150 menit.
penyakit tersebut.
Data yang diperoleh diolah secara statistik
menggunakan program Statistical Package
for the Social Sciences) SPSS 18. Uji
II. METODOLOGI PENELITIAN normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov dan uji nonparametric
Bahan menggunakan uji Kruskal Wallis dan Mann-
Whitney U dengan tingkat kebermaknaan
Sampel yang digunakan adalah simplisia
p<0,10 terhadap kontrol dan p<0,05
daun kluwih yang diperoleh dari Banda
terhadap pembanding (glibenklamid), guna
Aceh, Provinsi Aceh. Penelitian ini
mengetahui adanya perbedaan yang
dilakukan di Laboratorium Penelitian
bermakna antara kelompok kontrol,
Jurusan Farmasi, Universitas Sumatera
perlakuan dan pembanding.
Utara, Medan pada Tahun 2010.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian III. HASIL DAN PEMBAHASAN


ini: labu maserasi, rotary evaporator, Dari hasil penapisan fitokimia, terlihat
melting point apparatus, berbagai alat gelas, bahwa simplisia dan ekstrak etanol daun
labu ekstraksi, timbangan, kromatografi kluwih mengandung berbagai senyawa
lapis tipis (KLT), penyemprot, hot plate kimia, seperti terlihat pada Tabel 1.
(Robusta), restrainer mencit, spuit, alat
suntik oral mencit, tabung Eppendorf, tip

65
Marianne, Yuandani, dan Rosnani

Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun kluwih
Glikosida Glikosida Steroid/
Kandungan kimia Alkaloid Flavonoid Saponin Tannin Glikosida
Sianogenik Antrakuinon Triterpenoid
Simplisia daun
Kluwih + + - + + - + +

Ekstrak etanol
+ + - + + - + +
daun kluwih

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa simplisia dan ekstrak etanol daun kluwih memiliki kandungan
alkaloid, flavonoid, tannin, glikosida, antrakuinon, dan steroid/triterpenoid. Hasil ekstraksi daun kluwih yang
diekstraksi dengan maserasi menggunakan etanol 96% , diperoleh randemen sebesar 23,67 %. Hasil uji
toleransi glukosa dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.

Tabel 2. Uji toleransi glukosa menggunakan ekstrak etanol daun kluwih dengan variasi konsentrasi

Kadar Glukosa Darah (mg/dL)


Kelompok
60 90 120 150
30 menit p p p p p
menit menit menit menit
Kontrol (CMC
324 ± 0 - 167 ± 1 - 106 ± 1 - 78 ± 1 79 ± 8
1%)
EEDK 50 0,037* 0,050#
274 ± 12 144 ± 1 109 ± 14 0,513 89 ± 8 0,513 101 ± 1 0,046*
mg/kg bb 0,050† 0,050†
EEDK 100 0,037*
258 ± 17 170 ± 8 0,513 106 ± 2 0,817 86 ± 3 0,046* 74 ± 4 0,513
mg/kg bb 0,050†
EEDK 200 0,037* #
243 ± 1 262 ± 19 0,050 138 ± 20 0,513 95 ± 7 0,050* 79 ± 4 0,827
mg/kg bb 0,050†
EEDK 400
310 ± 46 0,487 295 ± 15 0,050# 250 ± 21 0,050# 157 ± 25 0,050# 83 ± 1 0,513
mg/kg bb
Glibenklamid
166 ± 1 0,037* 57 ± 2 0,050# 38 ± 2 0,050# 32 ± 2 0,050# 33 ± 3 0,050#
0,45 mg/kg bb
Keterangan: nilai merupakan rata-rata kadar glukosa darah ± SEM (Standar Error Mean).
* = berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05)
#
= berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,10)

= tidak berbeda bermakna terhadap glibenklamid (p<0,05)
p = angka uji kebermaknaan kelompok, baris pertama terhadap kontol (CMC 1%), baris kedua terhadap
pembanding (glibenklamid)

Gambar 1. Uji toleransi glukosa menggunakan ekstrak


etanol daun kluwih dengan variasi konsentrasi

Dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa pada diberi ekstrak etanol daun kluwih serta berbeda
pengukuran glukosa darah 30 menit setelah bermakna dibandingkan kelompok kontrol
pemberian glukosa, mencit yang diberi EEDK 50, (p<0,05). Kelompok yang diberi EEDK 400
100, dan 200 mg/kg bb menunjukkan rata-rata mg/kg bb menunjukkan rata-rata kadar glukosa
kadar glukosa darah yang lebih rendah dan darah yang lebih rendah dibandingkan kelompok
berbeda bermakna dibandingkan kontrol yang kontrol, namun perbedaan tersebut tidak berbeda
hanya diberikan CMC 1% (p<0,05). Begitu pula bermakna. Dibandingkan dengan glibenklamid,
halnya dengan mencit yang diberikan kelompok EEDK 50, 100 dan 200 mg/kg bb
glibenklamid, menunjukkan kadar glukosa darah menunjukkan efek yang tidak berbeda
yang paling rendah dibandingkan mencit yang dibandingkan glibenklamid, sehingga diduga, di

66
Marianne, Yuandani, dan Rosnani

_____________________________________________________________________________________________________________

30 menit pertama, kerja ekstrak tersebut sudah Dalam mekanisme penyembuhan penyakit
terlihat dan sebanding dengan efek kerja diabetes, flavonoid diduga berperan secara
glibenklamid. Efek antidiabetes ini diduga dari signifikan meningkatkan aktivitas enzim
berbagai komponen kimia yang terkandung dalam antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel β-
daun kluwih, salah satunya flavonoid. Flavonoid pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin
diketahui memiliki aktifitas antioksidan yang dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung di
diyakini mampu melindungi tubuh terhadap dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki
kerusakan yang disebabkan spesies oksigen sensitifitas reseptor insulin. Sehingga adanya
reaktif, sehingga mampu menghambat terjadinya flavonoid memberikan efek yang menguntungkan
penyakit degeneratif seperti diabetes melitus. pada keadaan diabetes melitus [4].

Pengukuran glukosa darah setelah 60 menit Pada menit ke 90, setiap kelompok mengalami
pemberian glukosa menunjukkan penurunan penurunan kadar glukosa darah dari menit ke 60.
glukosa darah yang cukup tajam pada kelompok Rata-rata kadar glukosa darah kelompok yang
kontrol, EEDK 50, EEDK 100 dan pembanding. diberikan EEDK lebih tinggi dibandingkan
Rata-rata kadar glukosa darah kelompok EEDK kelompok kontrol, bahkan kelompok EEDK 400
50 mg/kg bb dan glibenklamid lebih rendah mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang
dibandingkan kelompok kontrol dan berbeda bermakna dibandingkan kontrol.
bermakna (p<0,10), sedangkan kelompok EEDK
100 mg/kg bb, walaupun rata-rata kadar glukosa Pada menit ke 120, setiap kelompok mengalami
darahnya lebih rendah dibandingkan kelompok penurunan kadar glukosa darah dari menit ke 90.
kontrol namun tidak terdapat perbedaan yang Rata-rata kadar glukosa darah kelompok yang
bermakna. Selain itu, kelompok EEDK 50 mg/kg diberikan EEDK lebih tinggi dibandingkan
bb juga menunjukkan efek yang hampir sama kelompok kontrol, bahkan kelompok EEDK 100,
dengan glibenklamid, dimana secara rata-rata 200 dan 400 mg/kg bb menunjukkan perbedaan
kadar glukosa darah kedua kelompok tidak yang bermakna dibandingkan kontrol. Artinya
berbeda bermakna. efek peningkatan kadar glukosa darah dari EEDK
pada kelompok ini masih ada. Sedangkan
Kelompok EEDK dosis besar yaitu 200 dan 400 kelompok EEDK 50 mg/kg bb tidak menunjukkan
menunjukkan profil yang berbeda. Rata-rata kadar perbedaan yang bermakna. Artinya pemberian
glukosa darahnya lebih tinggi dibandingkan ekstrak pada kelompok ini tidak menunjukkan
kontrol, dan terjadi perbedaan yang bermakna. efek lagi.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin
besar dosis ekstrak etanol daun kluwih, maka Pada menit ke 150, masing-masing kelompok
semakin jauh perbedaan profil kadar glukosa rata-rata mengalami penurunan kadar glukosa
darahnya dibandingkan kontrol. Penelitian yang darah, namun tidak berbeda bermakna
dilakukan Adewole dan Ojewole (2007) dibandingkan kelompok kontrol serta tidak
menyebutkan bahwa tikus wistar yang diberikan menunjukkan efek hiperglikemia yang
ekstrak air dari kulit akar tumbuhan Artocarpus ditimbulkan oleh ekstrak. Sebaliknya pada
communis pada dosis 12,5 – 100 mg/kg bb kelompok EEDK 50 mg/kg bb, efek hiperglikemi
menunjukkan gejala poliuria, hipoinsulinemia, baru timbul pada menit ke 150.
dan hiperglikemia. Keadaan ini kemungkinan
berhubungan erat dengan Artocarpus camansi, Dari hasil penelitian di atas, diduga semakin
karena kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan tinggi dosis EEDK yang diberikan, semakin besar
satu suku dengan kekerabatan yang erat. Karena dan semakin cepat efek hiperglikemia yang
memiliki kandungan senyawa kimia yang hampir timbul. Semakin kecil dosis yang diberikan,
sama, maka kemungkinan akan menghasilkan semakin lambat munculnya efek hiperglikemia,
efek yang hampir sama pula. Diketahui juga dan semakin efektif menurunkan kadar glukosa
bahwa pemberian ekstrak air kulit akar darah.
Artocarpus communis tersebut meningkatkan
secara signifikan kandungan glikogen hati KESIMPULAN
(p<0,05), sedangkan aktivitas heksokinase dan
glukokinase menurun secara signifikan (p<0,05) 1. Simplisia dan ekstrak etanol daun kluwih
dibandingkan dengan kelompok kontrol. memiliki kandungan alkaloid, flavonoid,
Penemuan ini mengindikasikan bahwa ekstrak tannin, glikosida, antrakuinon, dan
Artocarpus communis (sukun) maupun steroid/triterpenoid.
Artocarpus camansi (kluwih) menginduksi 2. Ekstrak etanol daun kluwih memiliki
hiperglikemia akut pada hewan uji. kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa
darah, dosis 50 dan 100 mg/kg bb
menunjukkan efek antidiabetes yang lebih baik

67
Marianne, Yuandani, dan Rosnani

_____________________________________________________________________________________________________________

dibandingkan dosis 200 dan 400 mg/kg bb. Pathophysiologic Approach, edisi keenam,
Peningkatan dosis ekstrak etanol daun kluwih McGraw-Hill Companies, USA.
menimbulkan efek antagonis berupa
peningkatan kadar glukosa darah. 2. [WHO] World Health Organization 2009.
3. Semakin tinggi dosis semakin cepat efek Diabetes. http://www.who.int/3, diunduh
antagonis tersebut muncul. Ekstrak etanol Maret 2009.
daun kluwih pada dosis 50 mg/kg bb
menunjukkan efek yang paling baik terhadap 3. U.B. Jagtap, and V.A. Bapat. 2010.
penurunan kadar glukosa darah. Artocarpus: A review of its traditional uses,
phytochemistry and pharmacology. Journal of
UCAPAN TERIMA KASIH Ethnopharmacology 129 (2010) 142–166
Terima kasih kepada Lembaga Penelitian USU 4. Abdelmoaty, M.A., Ibrahim, M.A., Ahmed,
yang telah mendanai penelitian ini yang N.S., Abdelaziz, M.A. 2010. Confirmatory
bersumber dari Dana Masyarakat Tahun 2011. Studies on the Antioxidant and Antidiabetic
Effect of Quercetin in Rats. Indian Journal of
DAFTAR PUSTAKA Clinical Biochemistry 25(2):188-192. DOI:
10.1007/s12291-010-0034-x. Diunduh dari
1. C. L. Triplitt, Reasner, and C. A., Isley, W. http://www.springerlink.com/content/0r88r20
L. 2005. Diabetes Mellitus, 1333 dalam Dipiro 75j423701, September 2009
J. T., dkk., Eds, Pharmacotherapy A

68

You might also like