Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Inklusi Dewata
Jurnal Inklusi Dewata
Education is the right of every citizen in Indonesia, as well as for students with
limited vision or visual impairments. People with visual impairments certainly have
the opportunity to experience formal schooling. At the junior high school level, blind
students feel the same lessons as other normal students such as science. Science
learning is an attempt to study the phenomena of the universe, such as studying
waves. Waves are divided into two, namely transverse and longitudinal.
Understanding waves can be done by visualizing the waveform. This becomes a
barrier for blind students because they cannot observe each of its forms. Students
with visual impairments rely heavily on their palpability in learning a variety of
things, therefore developed DEWATA: Demonstration of Wave Mechanical for the
Blind who hones the motor skills of students with visual impairment. This scientific
work is a research development or Research and Development. The method used is
4D which consists of the stages of defining, designing, and developing. This tool is
equipped with a user manual to help learn the shape, direction of propagation, and
direction of wave vibrations by actually touching the surface of the tool.
Abstrak
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia untuk
dapat menikmatinya yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 3 ayat
1, yang berbunyi, setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama
memperoleh pendidikan. Demikian pula dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bagian kesebelas pasal 32 tentang kewajiban
pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan khusus, yaitu pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Sisdiknas, yang berbunyi:
“warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
2◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu alam yang mempelajari tentang
konsep, teori, dan hukum-hukum yang ada di alam semesta. Untuk membuktikan
suatu konsep tersebut tidak sekedar paham secara teori saja tetapi memerlukan
eksperimen atau percobaan sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami secara
mendalam. Untuk memperdalam materi maka diperlukan media pembelajaran yang
khusus bagi anak tunanetra (Pradopo,1977; Tipler, 1998).
Berdasarkan observasi di sekolah SMP/MTs Luar Biasa/A diketahui bahwa
selama ini pembelajaran IPA yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode
ceramah. Metode ini dipilih karena rata-rata peserta didik tunanetra memiliki indera
pendengaran yang digunakan utuk menggantikan indera pengelihatannya. Pada
kurikulum yang digunakan di sekolah luar biasa (LB/A) terdapat pelajaran IPA,
dimana salah satu materi IPA khususnya fisika yang dipelajaridi jenjang SMP/MTs
LB A adalah gelombang mekanik. Pada kegiatan pembelajaran tentunya peserta didik
hanya mendengarkan dan menghafalkan materi gelombang mekanik. Hal ini
menyebabkan peserta didik tunanetra sulit dalam memahami konsep tersebut. Penting
kiranya untuk mengembangkan suatu alat yang mempermudah pembelajaran, yaitu
dengan mengembangkan alat yang dapat diraba secara langsung oleh peserta didik
tunanetra. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ternyata peserta didik lebih
mudah memahami materi IPA jika meraba dengan tangannya sendiri.
Konsep IPA fisika merupakan konsep yang mudah dipahami jika mengetahui
bentuk dan gambar tentang suatu materi. Pada era saat ini teknologi sangat membantu
dan bermanfaaat dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi inilah yang
juga menjadi sarana untuk pembelajaran IPA fisika karena dengan teknologi hal yang
tidak mungkin dilihat secara langsung dapat tergambar secara nyata.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan alat
peraga yang bisa digunakan oleh siswa tunanetra dengan menggunakan indera
perabaannya. Produk yang akan dikembangkan adalah DEWATA: Demonstration of
Wave Mechanical for Tunanetra, dengan adanya alat peraga ini diharapkan siswa
tunanetra dapat memahami materi gelombang dan dapat digunakan sebagai media
bagi guru dalam pembelajaran.
► 3
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Tinjauan Literatur
Ulasan Singkat Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Triningsih dan Winarti pada tahun 2014 tentang
pengembangan alat peraga taktual model atom untuk siswa tunanetra kelas VIII.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut ialah terciptanya sebuah alat peraga
pendidikan untuk materi berbagai model-model atom yang mengedepankan
penggunaan indra perabaan bagi siswa tunanetra, mendapatkan respon yang positif
karena mampu menjelaskan konsep model atom kepada siswa dan dapat
digunakan dalam skala luas.
2. Penelitian yang dilakukan olehQonita Alvi Navila tahun 2017 tentang
pengembangan modul pembelajaran materi getaran dan gelombang, bunyi dan
suara kelas VIII SMP/MTs berbasis unity of science. Hasil yang didapat adalah
bahwa dalam pengembangan modul pembelajaran, khususnya untuk materi fisika,
menggunakan beberapa inovasi terkait materi, mulai dari pengkorelasian dengan
ilmu agama, pemilihan tata letak ruang, ragam bahasa yang digunakan, serta
berbagai aspek pembelajaran yang lain. Apabila dikaitkan dengan sasaran murid
yang menyandang disabilitas, maka perlu menginovasi konten modul dan rancang
bangun alat peraga, yang dimana harus disesuaikan dengan karakteristik
penyandang disabiltas.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa pada tahun 2013 tentang urgensi
penggunaan alat peraga guna peningkatan hasil belajar siswa. Hasil yang
didapatkan adalah bahwa dalam tujuan peningkatan hasil belajar siswa, perlu
kiranya disediakan alat peraga materi pembelajaran, hal ini dimaksudkan guna
memvisualisasikan materi pembelajaran dan menginisiasi ketertarikan siswa pada
kegiatan pembelajaran, karena kegiatan belajar mengajar yang hanya
menggunakan metode ceramah kurang memberikan hasil belajar yang maksimal,
sehingga penting adanya alat peraga materi pembelajaran
4◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
4. Penelitian yang dilakukan oleh Susilah pada 2018 tentang perilaku siswa tunanetra
pada pembelajaran melalui media audio pada siswa MTs Yaketunis. Hasil yang
didapat bahwa dalam realita pelaksanan kegiatan belajar mengajar, sebelum
pembelajaran dimulai, perlu persiapan segala aspek pembelajaran. Penggunaan
media penyampaian pembelajaran yang berbentuk audio karena sasarannya adalah
peserta didik penyandang disabilitas tunanetra, tentu akan memakan alokasi waktu
yang lebih lama. Penyampaian materi oleh guru hanya difokuskan terhadap garis
besar materi tersebut.
Dasar Teori
1. Anak Tunanetra
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini salah satunya adalah penyandang
tunanetra, tunanetra ini merupakan sebutan untuk individu yang mengalami
gangguan pada indera pengelihatannya. Pada dasarmya, tunanetra dibagi menjadi
dua kelompok yaitu buta total dan kurang penglihatan (lowvision). Buta total bila
tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang
lumayan dapat dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka tidak bisa
menggunakan huruf lain selain huruf braille. Sedangkan, yang disebut low vision
adalah mereka yang bila melihat sesuatu, mata harus didekatkan, atau mata harus
dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang memiliki pemandangan
kabur ketika melihat objek. Untuk mengatasi permasalahan penglihatannya, para
penderita low vision ini menggunakan kacamata atau kontak lensa (Busono, 1988:
Somantri, 2006;Suhaeri, 1996).
Keanekaragaman informasi dan keanekaragaman pengalaman akan diperoleh
bila seseorang dapat bepergian dengan bebas dan mandiri. Untuk terciptanya
interaksi dengan lingkungan fisik maupun sosial dibutuhkan adanya kemampuan
berpindah-pindah tempat. Salah satu keterbatasan yang paling menonjol pada anak
tunanetra ialah kemampuan dalam melakukan mobilitas (kemampuan berpindah-
pindah tempat) karena terjadinya kerusakan pada indera pengelihatannya (Diah,
2012; Somantri, 2006).
► 5
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Fisika adalah salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang memahami tentang
gejala alam secara sistematis, konsep, hukum, postulat, maupun teori, dimana objek
fisika adalah gejala dan peristiwa alam yang dipelajari dengan metode ilmiah (Nurris,
2015; Suparno, 2007). Secara garis besar ilmu sains dapat artikan sbagai suatu ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai gejala alam yang dapat dibuktikan
secara ilmiah.
6◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
Memahami materi IPA khusunya fisika bagi anak tunanetra memang tidak
mudah karena konsep fisika membutuhkan pengamatan langsung. Keterbatasan
penglihatan ini tidak dapat dipungkiri cukup menghambat aktivitas anak tunanetra
dalam mempelajari dan memahami IPA fisika.
► 7
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
3. Materi Gelombang
1. Pengertian gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat dan membawa energi dari suatu
tempat ke tempat lain. Zat yang digunakan oleh gelombang sebagai perantara
untuk merambat dinamakan medium. Ketika terjadi fenomena gelombang maka
yang berpindah hanya energinya, sedangkan medium gelombang tidak ikut
berpindah. Energi dalam gelombang berasal dari suatu sumber getar. Gelombang
berasal dari pergeseran suatu bagian medium elastis dari kedudukan normalnya.
Karena sifat-sifat elastis medium, maka gangguan tersebut ditransmisikan,
akibatnya gelombang bergerak melalui medium.Gelombang dapat bergerak
melintasi jarak yang jauh, tetapi partikel-partikel dalam medium hanya bisa
bergetar dalam lingkup yang terbatas. (Giancolli, 2001; Halliday dkk,
1999;Sartono, 2014).
Berdasarkan arah getar dan arah rambat, gelombang dibedakan menjadi dua
jenis yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang
transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus terhadap arah
getarnya, contohnya gelombang pada tali, gelombang permukaan air, dan
gelombang cahaya. Sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang yang
arah merambatnya searah dengan arah getarnya, contohnya gelombang bunyi dan
gelombang pada pegas. Gelombang longitudinal ini terdiri dari rapatan dan
regangan. Rapatan adalah daerah-daerah dimana kumparan-kumparan mendekat
selama sesaat. Regangan adalah daerah-daerah dimana kumparan-kumparan
menjauh selama sesaat. Rapatan dan regangan berhubungan dengan puncak dan
lembah pada gelombang transversal. Gelombang transversal dan gelombang
longitudinal dapat digambarkan secara grafis pada gambar berikut
Gambar 1.
Gelombang Transversal
8◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
Gambar 2.
Gelombang Longitudinal
► 9
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan merupakan sebuah
cara untuk mengembangan atau menvalidasi produk dalam pembelajaran. Salah satu
cara untuk terlaksananya pengembangan ini dengan cara melakukan penelitian (Borg
& Gall, 1983). Metode penelitian yang digunakan adalah 4D yang terdiri dari tahap
studi pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan pengembangan
(develop).Alur pengembangan dapat dilihat seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.
Alur Pengembangan
10 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
► 11
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
revisi terhadap alat. Kemudian penilaian dengan beberapa ahli yaitu ahli
materi, ahli media, guru. Serta menguji kelayakannya dari lembar respon
peserta didik.
12 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
3. Langkah pembuatan
Langkah langkah pembuatan alat yang dilakukan dalam pembuatan alat ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendesain bentuk alat peraga gelombang longitudinal melalui aplikasi Corel
Draw dan mencetak gambar/pola gelombang longitudinal dengan ukuran A4.
2. Menyediakan papan triplek berukuran 40 x 30cm.
3. Menempelkan hasil cetakan gambar/ pola iatas kertas nava.
4. Menempelkan kabel sesuai dengan bentuk gelombang/ pola yang ada dengan
menggunakan lem.
5. Tempelkan kertas nava ke atas papan triplek yang telah disediakan.
6. Tempelkan tulisan braile yang telah dicetak pada mika.
► 13
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Gambar 4.
Skema DEWATA pada Alat Peraga Gelombang Transversal Tampak Atas
14 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
Gambar 5.
Skema DEWATA pada Alat Peraga Gelombang Transversal Tampak
Samping
Gambar 6.
Pedal/Pengayuh
► 15
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Gambar 6.
Skema DEWATA pada Alat Peraga Gelombang Longitudinal Tampak Atas
16 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
► 17
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Gambar 9. merupakan produk alat peraga yang pertama dibuat. Karena setelah
dikonsultasikan masih terdapat banyak kekurangan pada alat tersebut yaitu pada
bentuk rapatan dan renggangan gelombang kurang begitu dapat dibedakan dan bentuk
yang kurang simetri antara renggangan pertama dan renggangan kedua. Sehingga
dilakukan revisi produk dengan berdasarkan masukan-masukan yang diterima. Pada
produk kedua gambar 10. bentuk rapatan dan renggangan dapat jelas dibedakan untuk
dilakukan perabaan. Cara membedakannya yaitu dengan meraba sela-sela antara
gelombang, pada pola rapatan dapat diraba pada jarak antar kabel (didalam lingkaran
pola) dimana jaraknya lebih dekat (dapat diraba dengan satu jari). Sedangkan pada
pola renggangan jarak celahnya dapat diraba dengan dua jari. Ditambahkan pula
keterangan beserta huruf braille
c) Modul Braille
Modul braille digunakan sebagai pedoman melakukan percobaan bagi anak
tunanetra. Modul braille ini dilengkapi dengan materi singkat mengenai materi
gelombang, alat dan bahan yang digunakan dalam alat peraga, dan petunjuk
penggunaan alat peraga.
18 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
► 19
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
pada arah gerak dan arah rambatan gelombang selain itu alat ini juga dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk melakukan praktikum/percobaan.
20 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
C. Implementasi DEWATA
Pembelajaran IPA khususnya Fisika sangat erat kaitannya dengan praktikum
maupun pemanfaatan alat peraga. Hal ini karena karakteristiknya yang menuntut
pengalaman nyata bagi siapa saja yang mempelajarinya. Selain itu kegiatan ini dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, mengembangkan keterampilan proses dasar,
dan sebagai penunjang pemahaman materi pembelajaran.
Pada tahapan percobaan alat dengan sasaran anak tunanetra, objek
memberikan problem dimana pada proses pemahaman materi gelombang, didapatkan
bahwa terjadi miskonsepsi terhadap konten materi dikarenakan penyampaiannya
hanya sebatas audio saja, sedangkan untuk visualisasinya tidak diberikan secara
maksimal karena terhenti di penggambaran secara audio juga, sehingga pemahaman
anak sangat terbatas. Kemudian setelah diberikan treatment visualisasi materi
gelombang dengan alat ini, didapatkan progres yang berbeda, dimana anak
memberikan respon yang postif terkait aspek-aspek yang terdapat di alat tersebut,
mulai dari arah getaran yang dapat diketahui, pemahaman akan satu gelombang
terdiri dari satu bukit satu lembah, maupun satu regangan satu rapatan, serta
memahami besaran frekuensi suatu gelombang.
Melalui media pembelajaran DEWATA yaitu Alat Peraga Materi Gelombang
untuk anak tunanetra ini, dapat membuat pembelajaran materi gelombang mekanik
bagi anak tunanetra menjadi lebih mendalam, lebih umumnya yang berhubungan
tentang bentuk visualisasi gelombang transversal dan longitudinal. Alat ini dapat
menggambarkan secara konkret/nyata tentang konsep gelombang mekanik. Serta
dapat mengembangkan keterampilan inkuiri, sikap ilmiah, juga membuat tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
D. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan telah dikembangkan Voment
Electrical (Voltage Measuring Tools of Electrical Materials): Alat ukur tegangan DC
berbasis suara untuk anak tunanetra pada materi listrik dinamis dengan metode 4D. Hasil
► 21
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
uji kelayakan alat menunjukkan bahwa Voment Electrical (Voltage Measuring Tools of
Electrical Materials): Alat ukur tegangan DC berbasis suara untuk anak tunanetra pada
materi listrik dinamis layak untuk digunakan dalam pembelajaran fisika.
E. Pengakuan
Naskah ini merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh 3 mahasiswa Program
Studi Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Naskah ini telah
dipresentasikan di Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung pada Januari 2020. Terima
kasih kepada Program Studi Pendidikan Fisika dan Fisika UIN Sunan Kalijaga atas
dukungan moral, spiritual, dan memberi motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
22 ◄
DEWATA
Alat Peraga Gelombang Mekanik untuk Tunanetra
REFERENSI
Penting: Gunakanlah minimal 25 referensi yang berupa artikel jurnal ilmiah maupun buku
Arif, Furchan. 2007. Pengantar Penelitia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Busono, Mardiati. 1988. Diagnosis Dalam Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Diah, W. 2012. “Ketunanetraan, PDF”. Dalam http: // eprins. uny. ac.id, 21
Januari 2018, 13.58
Freedman, Young. 2002. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Halliday, David. 1999. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Latifah. 2013. Penggunaan Alat Peraga Meteran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
bagi Siswa Berkesulitan Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Luar Biasa.
Universitas Sebelas Maret.
Nasution. 2012. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Navila, Qonita Alvi. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Materi Getaran Dan
Gelombang, Bunyi Dan Suara Kelas VIII SMP/MTs Berbasis Unity Of Science.
Skripsi. Semarang: FST UIN Walisongo.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho Adi, Agung. 2010. Mekatronka. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurris Septa Pratama. 2015. Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Higher Order
Thinking (HOTS) Pada Kelas X di Sma Negeri Kota Yogyakarta. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika. 6(1): 104-112.
Pradopo, Soekini. 1977. Pendidikan Anak-anak Tunanetra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Priatmoko, Sigit. 2018. Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0. Jurnal Studi
pendidikan Islam. Vol 1 No 2.
Sartono. 2014. Rangkuman Ilmu Alam Superlengkap. Yogyakarta: Panda Media
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suhaeri, HN. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.
► 23
Moh. Lutfi, Ricky, Iqlides, Frida Agung R, Winarti
Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta:
Kanisus
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susilah. 2018. Perilaku Siswa Tunanetra Pada Pembelajaran Melalui Media Audio Pada Siswa
MTs Yaketunis. Skripsi.Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
Soemantri, T.S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT RafikaAditama
Thiagarajan, S. Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instruction Development for Training
Teachers of Expectional Children. Minneapolis: Leadership Training Institute.
Tipler, P.A. 1998. Fisika Universitas untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
Triningsih, Wahyu,dan Winarti. 2014. Pengembangan Alat Peraga Taktual Model Atom untuk
Siswa Tunanetra Kelas VIII. Jurnal Inklusi. Volume 1 No. 2: 159-174.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
24 ◄