You are on page 1of 15

PROSIDING

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37


HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

GEOMOETRY OF ALASKOBONG FOLD

Aswin Mustofa1, Salahuddin Husein2, and Ignatius Sudarno2

1
Student at the Dept. of Geological engineering, Gadjah Mada University
2
Lecture at the Dept. of Geological engineering, Gadjah Mada University
Jl. Grafika 2, Yogyakarta 55281

Abstract

Alaskobong Fold is located in Alaskobong Village, Sumberlawang District, Sragen


Regency, Central Java Province. It lies in the western Kendeng Zone, an area that for
decades have received full attention for hydrocarbon exploration as it is close to the
profilic region of NE Java Basin. The study area is a 300m long gently hill cut by the N-
S railroad of Solo-Gundih and thus formed the 20 m separated eastern western walls
showing excellent exposures of the fold outcrops. Tectonics and soft-sediment
deformation developed in the carbonaceous sandstone and marl of the Kerek
Formation and produced a wide variety of geological structures that noticeable along
the eastern and western walls.

The main structure exposed in the central part of the hill is a synformal depression that
have been topographically inverted. Its trend apparently is different on both wall, NE-
SW in the eastern wall and E-W in the western wall. The northern part is characterized
by vertical beds and intensive strike-slip fault, whilst the western wall exposes gently
westward dips.

Those differences on the structural types and styles indicate a multiphase or


superposed tectonics. This study might provide an important contribution to
understanding of hydrocarbon traps and migration in the western Kendeng Zone.

Abstrak

Kompleks Lipatan Alaskobong terletak di Desa Alaskobong Kecamatan Sumberlawang


Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. Lokasi ini merupakan suatu bukit landai
sepanjang kurang lebih 300 m yang terpotong oleh lintasan rel (railcut) kereta api
jurusan Solo-Gundih dengan arah utara-selatan dan membagi bukit tersebut menjadi
tebing timur dan tebing barat. Deformasi tektonik yang berkembang pada perselingan
batupasir karbonatan dan napal Formasi Kerek menghasilkan bentuk dan jenis struktur
geologi yang sangat kompleks. Deformasi tektonik secara bertahap (multiphase
tectonic) akan memberikan geometri dan bentukan struktur yang sangat bervariatif dari
struktur utamanya, yaitu lipatan sinklin. Lipatan sinklin ini telah mengalami pembalikan
topografi (inversed topography) dengan orientasi arah memanjang sumbu yang
berbeda, relatif timurlaut-baratdaya pada tebing timur dan relatif timur-barat pada
tebing barat. Struktur penyerta lainnya juga berbeda pada kedua tebing yang hanya
terpisah jarak 20 m. Bagian utara dicirikan oleh kehadiran antiklin pada tebing timur
dan dip perlapisan relatif besar pada tebing barat. Bagian selatan dicirikan oleh
kehadiran perlapisan yang relatif tegak dengan struktur sesar yang intensif pada tebing
timur dan perlapisan landai pada tebing barat. Perbedaan-perbedaan struktur

24

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

tersebutlah yang mengindikasikan adanya proses tektonik multifase yang telah terjadi
di Bukit Alaskobong.

Geometri dan bentukan struktur akan sangat memberikan kontribusi yang berarti bagi
dunia perminyakan, baik sebagai pathways maupun structural trap bagi fluida
hidrokarbon. Kompleksitas struktur sinklin dan struktur-struktur atributnya sebagai hasil
proses tektonik multifase pada Bukit Alaskobong akan memberikan gambaran
bentukan struktur secara umum pada Zona Kendeng.

Pendahuluan adalah sinklin dan antiklin berikut


Zona Kendeng merupakan suatu zona sesar-sesar penyertanya, yang untuk
fisiografi Pulau Jawa yang terbentang selanjutnya akan disebut sebagai
dari timur Semarang, Jawa Tengah Kompleks Lipatan Alaskobong. Jurusan
hingga Sidoarjo, Jawa Timur (Gambar Teknik Geologi FT UGM semenjak
1). Zona ini telah lama menarik tahun 2001 telah menjadikan lokasi ini
perhatian para ahli kebumian karena sebagai tempat praktikum lapangan. Di
mengandung potensi hidrokarbon. sepanjang tebing timur bukit tersebut,
Zona ini mengalami proses tektonik para mahasiswa melakukan
yang kompleks, terutama di bagian pengamatan, pengukuran dan analisis
barat yang dicirikan oleh struktur berbagai unsur struktur geologi, seperti
perlipatan dan pensesaran yang rumit lipatan (folds), sesar (faults), kekar
(de Genevraye and Samuel, 1972). (joints), gores-garis (lineations) dan urat
Dikenalnya struktur perlipatan sebagai (veins). Selain itu beberapa field trip
salah satu perangkap hidrokarbon profesional, seperti BP-Migas (tahun
membuat studi tentang perlipatan pada 2005) dan AAPG Student Chapter
Zona Kendeng menjadi sangat menarik Universitas Diponegoro (tahun 2007)
dan dapat memberikan kontribusi bagi juga telah menjadikan Bukit
khasanah ilmu kebumian Pulau Jawa Alaskobong tersebut sebagai lokasi
khususnya. pengamatan. Makalah ini bermaksud
memaparkan tinjauan geologi struktur
Salah satu lokasi yang ideal untuk deskriptif untuk Kompleks Lipatan
mempelajari struktur perlipatan terdapat Alaskobong tersebut.
pada sebuah bukit di Desa Alaskobong,
Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Geologi Regional
Sragen. Letaknya tidak jauh dari jalan Zona Kendeng disebut pula sebagai
raya Sumberlawang–Kedungombo, Kendeng Anticlinorium atau Kendeng
dengan koordinat UTM 485454E, Ridge, karena tersusun oleh kompleks
9191714N. Struktur yang dijumpai antiklin berarah timur-barat. Nama lain
25

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

yang juga sering dipergunakan adalah Tengah tersingkap dan menunjukkan


Kendeng Deep, yang mengindikasikan perlipatan serta pensesaran yang
konfigurasi dasar cekungan sangat kompleks (Gambar 2).
sedimentasinya yang sangat dalam.
Dimensi Zona Kendeng memiliki Stratigrafi Zona Kendeng dicirikan oleh
panjang sekitar 250 km dan lebar dua kelompok batuan utama. Kelompok
sekitar 40 km di bagian barat, semakin pertama tersusun oleh endapan pada
menyempit ke arah timur hingga lingkungan laut dengan pengaruh
selebar 20 km (van Bemmelen, 1949). sedimen asal volkanik, berupa napal,
Ketinggian topografinya jarang ada batupasir tufan dan kalkarenit, yang
yang melebihi 500 m. Di utara Ngawi menyusun Formasi Pelang, Kerek,
terbentuk depresi pada sumbu Kalibeng, dan Sonde. Kelompok
perlipatan yang dapat dilalui oleh pertama tersebut diendapkan dalam
Bengawan Solo, dan sekaligus rentang waktu Oligosen Akhir hingga
membagi Zona Kendeng menjadi Pliosen (Gambar 3). Secara tidak
bagian dua bagian, yaitu bagian barat selaras kelompok pertama tersebut
dan bagian timur. ditutupi oleh kelompok kedua yang
disusun oleh endapan pada lingkungan
Zona Kendeng terlipatkan secara kuat darat, yaitu lingkungan rawa dan sungai
dan seringkali terpotong oleh banyak dengan pengaruh sedimen volkanik
sesar. Proses tektoniknya sangat muda yang kuat. Kelompok kedua tersebut
dan kemungkinan masih aktif. terdiri atas Formasi Pucangan, Kabuh,
Pembentukannya diperkirakan pada dan Notopuro, yang diendapkan
batas Pliosen Awal dan Pliosen Akhir selama Pleistosen hingga Holosen
(~ 3,5 juta tahun lalu), bersamaan (Gambar 3).
dengan semakin aktifnya volkanisme
modern Pulau Jawa (Lunt et al., 1996). Pada beberapa tempat di sepanjang
Zona Kendeng bagian timur umumnya aliran Bengawan Solo, seperti di
terlipat kuat, namun jarang yang Watualang dan di Ngandong, di atas
mengalami pensesaran, setidaknya permukaan erosional pada Formasi
tidak terekspresikan di permukaan. Kabuh dan Notopuro diendapkan
Umur batuannya pun relatif semakin endapan teras sungai berumur
muda ke arah timur. Sebaliknya pada Pleistosen Akhir hingga Resen yang
Zona Kendeng bagian barat, batuan- tersusun oleh batupasir dan
batuan tua yang berumur Miosen konglomerat polimik. Lehmann (1936)

26

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

dan van Bemmelen (1949) dengan kedudukan sayap-sayap yaitu


menginterpretasikan endapan teras N550E/460 dan N2570E/260 (Gambar 4).
tersebut sebagai bukti pengangkatan Dari data tersebut diperoleh kedudukan
Zona Kendeng yang menerus hingga sumbu sinklin yaitu N640E/780 (Gambar
saat ini, dimana sungai Bengawan Solo 5). Berdasarkan besarnya sumbu
dapat mempertahankan jenis aliran antarsayap (intelimb angle), yaitu 700,
anteseden ke arah utara. sinklin pada tebing timur ini dapat
diklasifikasikan sebagai tipe tertutup
Kompleks Lipatan Alaskobong (close) menurut Fleuty (1964).
Singkapan geologi di Bukit Alaskobong
merupakan suatu seri perselingan Pada bagian utara dari tebing timur
lempung, napal lempungan, batupasir terdapat struktur antiklin yang
tufan gampingan dan batupasir tufan dimensinya relatif lebih kecil. Antiklin ini
dari Formasi Kerek yang terkena mempunyai kedudukan sayap
0 0 0 0
deformasi tektonik dan membentuk N285 E/22 dan N100 E/19 dengan
sebuah struktur sinklin sebagai struktur kedudukan sumbunya N1020E/890
utamanya. Berdasarkan pada (Gambar 6b). Struktur antiklin tersebut
pengamatan struktur mikro dan juga menunjukkan adanya kehadiran
stratigrafi terukur, Anggara dan sesar-sesar pada sayap maupun
Pramumijoyo (2007) puncak antiklinnya (Gambar 6a). Pada
menginterpretasikan terjadinya sayap utara antiklin terdapat sesar naik
deformasi sin-sedimentasi yang dengan kedudukan N310E/300 dan
bertanggungjawab terhadap pola N900E/510 serta sesar turun dengan
struktur di Kompleks Lipatan kedudukan N780E/760 dan N2400E/400
Alaskobong. Selanjutnya proses pada puncak antiklinnya. Sesar-sesar
eksogenik yang berlangsung pasca tersebut diduga terbentuk akibat strain
pengangkatan daerah tersebut pada tubuh batuan selama deformasi
menyebabkan terbentuknya berlangsung, dimana sesar naik
pembalikan topografi (inversed terbentuk karena adanya proses
topography), dimana sumbu sinklin pemendekan (shortening), sedangkan
menjadi puncak bukit Alaskobong. sesar turun terbentuk karena adanya
proses pemanjangan (lengthening).
Tebing timur Proses yang sama diduga juga
Pada tebing timur secara keseluruhan menyebabkan terbentuknya sesar-
0 0
merupakan bentukan struktur sinklin sesar horisontal N240 E/21 yang

27

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

memotong sayap antiklin bagian sayap-sayapnya yaitu N790E/200 dan


selatan. Interpretasi berbeda N2780E/480 (Gambar 8). Dari data
dikemukakan oleh Anggara dan tersebut diperoleh kedudukan sumbu
Pramumijoyo (2007), dimana mereka sinklin yang relatif miring ke arah utara,
menduga antiklin dan sesar-sesar yaitu N930E/760 (Gambar 9).
penyertanya tersebut merupakan Berdasarkan besarnya sumbu
bentuk struktur bunga (flower structure) antarsayap (interlimb angle), yaitu 640,
positif akibat adanya pengaruh Sesar sinklin pada tebing barat ini dapat
Ngrau yang merupakan sesar geser diklasifikasikan sebagai tipe tertutup
sinistral dan terletak sekitar 40 km di (close) menurut Fleuty (1964).
utara Bukit Alaskobong.
Pada bagian utara dari tebing barat
Pada bagian selatan tebing timur tidak dijumpai struktur antiklin seperti
dijumpai adanya perlapisan batuan halnya di tebing timur, akan tetapi
yang relatif tegak dengan kedudukan hanya terdapat perlapisan batuan yang
batuan N2600E/750. Pada bagian relatif tegak yaitu dengan kedudukan
selatan ini juga terdapat struktur lipatan N600E/480.
minor (microfold) yang mempunyai
kedudukan sayap-sayapnya Pada bagian selatan dari tebing barat
N2350E/420 dan N1050E/520. Anggara terdapat beberapa jenis sesar naik
dan Pramumijoyo (2007) menduga dengan kedudukan N2570E/440 dan
lipatan minor tersebut terbentuk akibat N2860E/560. Batupasir tufan yang
deformasi sin-sedimentasi. Selain itu tergeser oleh sesar-sesar tersebut
perlapisan batuan yang relatif tegak mengindikasikan proses pematahan
tersebut terpotong oleh banyak sesar ketika proses pengendapan masih
dengan pola yang rumit. Diantaranya berlangsung (sin-sedimentasi), yang
kehadiran suatu sesar geser dekstral ditunjukkan oleh ujung tubuh batuan
0 0
dengan jurus N228 E/67 .dan pitch dari yang tidak beraturan (Gambar 10).
gores-garis 150 NE dan lebar zona Sesar naik N2570E/440 membentuk
hancuran sekitar 5 m (Gambar 7). lipatan minor (microfold) yang
sumbunya berarah relatif barat-timur.
Tebing barat Selain itu pada tebing timur bagian
Pada tebing barat secara keseluruhan selatan terdapat perlapisan batuan
juga merupakan bentukan struktur yang mempunyai kedudukan
0 0
sinklin yang mempunyai kedudukan N185 E/33 . Perlapisan batuan ini

28

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

menunjukkan adanya perlapisan yang sesar naik yang mempunyai


relatif miring ke arah barat. Perlapisan permukaan tidak rata, baik di tebing
tersebut terpotong oleh sayap sinklin timur maupun tebing barat. Struktur
sebelah selatan dengan kedudukan sesar-sesar naik yang berarah relatif
N2230E/280, yang mengindikasikan barat-timur merupakan produk dari
adanya gejala onlap (Gambar 11). tektonik kompresi, akan tetapi untuk
sesar-sesar turun dengan arah yang
Proses Tektonik Multifase sama dapat terbentuk akibat dari
Proses tektonik yang terjadi di Bukit proses lenghtening secara lokal pada
Alasklobong merupakan urutan proses zona crest maupun zona trough pada
multifase. Perberdaan proses tersebut sistem lipatan (Gambar 12a).
akan tercermin pada produk
strukturnya. Keberadaan struktur utama Dari data peta geologi regional
yang berupa sinklin dan sesar-sesar diperoleh adanya kelurusan utara-
atributnya akan memberikan gambaran selatan dan mengindikasikan
kekompleksitasan deformasi ductile- pegerakan sinistral. Kelurusan ini juga
brittle. Tektonik multifase yang terjadi tercermin pada daerah penelitian yang
umumnya merupakan deretan tektonik memisahkan tebing barat dan timur.
kompresi. Kelurusan tersebut merupakan suatu
lembah atau dapat merupakan zona
Tektonik pertama yang terjadi di daerah hancuran dari struktur sesar yang
Alaskobong yaitu tektonik kompresi besar. Produk struktur tersebut sebagai
yang berasal relatif dari arah utara- indikasi adanya tektonik baru (tektonik
selatan. Produk dari tektonik ini berupa kompresi kedua). Data-data lapangan
struktur perlipatan yaitu sinklin yang yang menunjukkan adanya tektonik
mempunyai sumbu relatif barat-timur. yang terbentuk dari gaya relatif
Adanya deformasi ductile-brittle akan baratlaut-tenggara adalah berupa
menghasilkan struktur sesar-sesar, baik sesar-sesar minor normal sinistral,
sesar turun maupun sesar naik, yang sebagai contoh yaitu sesar N3340E/840
mempunyai arah relatif barat-timur. dengan pitch dari gores garisnya 240
Tektonik ini terjadi pada saat sedimen NE. Struktur sesar sinistral yang
masih dalam keadaan lunak, atau memisahkan tebing barat dan timur ini
disebut dengan synsedimentary akan mengakibatkan sumbu sinklin
tectonic. Bukti adanya proses tersebut tergeser dan membentuk lipatan
adalah sanddikes dan struktur-sturktur antiklin di tebing timur bagian utara.

29

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Adannya struktur sesar sinistral yang mengikuti zona sesar yang lebih tua,
berjajar steping ke kanan akan yaitu sesar sinistral yang berarah utara-
menghasilkan transpresion (Gambar selatan. Sesar inilah yang diduga
12b). Akibatnya pada tebing timur penyebab sumbu sinklin di tebing timur
bagian akan nampak adanya antiklin tidak benar-benar barat-timur seperti
dengan sesar-sesar penyertanya dan halnya di tebing barat. Sumbu yang
antiklin tersebut tidak dijumpai di tebing membelok relatif ke arah timurtimurlaut-
barat bagian utara. baratbaratdaya ini dikarenakan terseret
oleh pergerakan sesar dekstral.
Tektonik yang ketiga terjadi akibat
adanya gaya tektonik kompresi yang Penutup
berasal dari arah relatif barat-timur. Deskripsi struktur geologi yang
Deformasi ini akan aktif terjadi apabila tersingkap di Bukit Alaskobong
deformasi dari selatan (yang umum menunjukkan pola struktur yang rumit.
terjadi di Pulau Jawa) berkurang Kerumitan pola tersebut tercermin dari
intensitasnya sehingga aktifitas perubahan jenis struktur geologi dari
volkanisme di cekungan-cekungan tebing timur ke tebing barat, dimana
Pulau Jawa berkurang juga. Hal kedua tebing tersebut hanya dipisahkan
tersebut dapat tercermin dalam oleh rail-cut selebar 20 m saja.
rekaman stratigrafi-stratigrafi yang Meskipun indikasi adanya deformasi
menunjukkan batuan nonvolkanik. sin-sedimentasi turut berperan dalam
Peristiwa ini terjadi pada saat Kala proses tektonik yang membentuk Bukit
Miosen Tengah (sekitar N18-N20) dan Alaskobong, namun kerumitan struktur
bersamaan dengan terdesaknya Kerak geologi yang dipaparkan di atas
Benua Eurasia oleh Kerak Samudra menuntut adanya keterlibatan tektonik
Pasifik dari arah timurlaut. Desakan- multifase. Adanya antiklin pada bagian
desakan itulah yang membentuk gaya utara tebing timur diduga merupakan
kompresi dari arah relatif barat-timur pengaruh kinematika transpression
(Gambar 12c). Gaya tektonik ini karena pengaruh stepping dari sesar
membentuk sesar dekstral berarah mayor pemisah kedua tebing. Sumbu
relatif timurtimurlaut-baratbaratdaya, sinklin yang memiliki orientasi timur-
dengan zona hancuran yang cukup barat pada tebing barat berubah
luas di bagian selatan dari tebing timur. orientasinya menjadi timurlaut-
Ketidakmenerusannya sesar ini di baratdaya pada tebing timur.
tebing barat dikarenakan zona sesar ini Perubahan orientasi sumbu sinklin

30

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

tersebut diduga akibat adanya permukaan (surface geology) yang


pengaruh seretan sesar geser dekstral didukung dengan pendekatan geofisika
yang dijumpai pada bagian selatan dangkal untuk mendapatkan informasi
tebing timur. Perlapisan yang tegak dan struktur geologi bawah permukaan
terpotong oleh suatu zona sesar geser (shallow sub-surface geology).
dekstral pada bagian selatan tebing Selanjutnya data-data tersebut dapat
timur berubah menjadi perlapisan yang dikembangkan untuk membangun
relatif landai dan miring ke arah barat suatu model 3 dimensi (3D structural
pada tebing barat. Sesar dekstral model) yang dapat memotret secara
tersebut diduga mengikuti zona sesar tepat sistem perlipatan pada Zona
sinistral pemisah kedua tebing, Kendeng.
sehingga kemenerusannya di tebing
barat tidak dijumpai. Referensi
Anggara, F. and S. Pramumijoyo
Sejarah panjang proses geologi (2007). Sinistral Strike-Slip Fault
semenjak awal pengendapan di along Kendeng Zone, Outcrop
Cekungan Kendeng pada Oligo-Miosen Data from Alas Kobong Area,
hingga awal pengangkatannya pada Central Java. Proceedings Joint
Plio-Pleistosen membentuk Convention Bali 2007 The 32nd
Antiklinorium Kendeng yang terus HAGI, The 36th IAGI, and The
berlanjut hingga sekarang 29th IATMI Annual Conference
memungkinkan terbentuknya sejarah and Exhibition, Bali, JCB2007-
deformasi yang kompleks. 078, 4 pp.
Kompleks Lipatan Alaskobong yang Fleuty, M.J. (1964). The Description of
mempunyai sejarah tektonik multifase Folds. Proceedings of Geological
mempunyai peranan yang sangat Association of London, 75, pp.
penting dalam aspek pathway maupun 461-492.
perangkap struktural hidrokarbon pada de Genevraye, P. and L. Samuel
Cekungan Kendeng. Keberadaan (1972). Geology of the Kendeng
struktur-struktur permukaan akan Zone (Central & East Java).
memberikan gambaran pada struktur Proceedings Indonesian
bawah permukaannya dan Zona Petroleum Association, First
Kendeng secara umum. Akan tetapi Annual Convention, Jakarta,
perlu untuk lebih mengembangkan pp.17-30.
penelitian geologi struktur berbasis data

31

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Lehmann (1936). Morphologische Pringgoprawiro, H. (1983). Biostratigrafi


Studien auf Java. Geogr. Abh. 3 dan Paleogeografi Cekungan
Reihe H9, Frankfurt, 74 pp. Jawa Timur Utara, Suatu
Lunt, P., D. Schiller, and T. Kalan Pendekatan Baru. Desertasi
(1996). East Java Geological Doktor, ITB Bandung, 1983.
Field Trip. Indonesian Petroleum van Bemmelen, R.W. (1949). The
Association, 57 pp. Geology of Indonesia, Gov.
Marshak, S. and G. Mitra (1988). Basic Printing Office, The Hague: Matin
Methods of Structural Geology. Nijhoff, 732 pp.
Prentice Hall, New Jersey, 442
pp.

32

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 1. Pembagian fisiografi Pulau Jawa bagian timur (de Genevraye and Samuel, 1972). Kotak berwarna merah
mengunjukkan lokasi daerah penelitian.

Gambar 2. Peta geologi Zona Kendeng bagian barat (de Genevraye and Samuel, 1972). Kotak berwarna merah
mengunjukkan lokasi daerah penelitian.

33

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 3. Kolom stratigrafi Zona Kendeng bagian barat (Pringgoprawiro, 1983).

Gambar 4. Mosaik foto tebing timur.

34

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 5. Penentuan sumbu sinklin tebing timur dengan analisa stereografis. Metode menurut Marshak and Mitra
(1988).

35

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 6. a. Foto antiklin tebing timur bagian utara, beberapa mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT UGM tengah
melakukan pengukuran struktur. b. Analisa stereografis penentuan sumbu antiklin. Metode menurut
Marshak and Mitra (1988).

Gambar 7. Foto sesar geser dekstral yang memotong perlapisan tegak di bagian selatan tebing timur. Tampak
beberapa mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT UGM tengah melakukan pengukuran struktur.

Gambar 8. Mosaik foto tebing barat.

36

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 9. Penentuan sumbu sinklin tebing barat dengan analisa stereografis. Metode menurut Marshak and Mitra
(1988).

Gambar 10. Sesar naik pada sayap selatan tebing barat. Bentuk tidak beraturan dari ujung lapisan batupasir tufan
yang tergeser mengindikasikan proses terpotongnya batuan tersebut ketika sedimentasi tengah
berlangsung (sin-sedimentasi).

37

 
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

Gambar 11. Perlapisan batuan yang relatif miring ke arah utara pada bagian selatan tebing barat (pada bagian kanan
foto) dan menumpang secara menyudut terhadap batuan yang relatif miring ke arah barat (pada bagian
kiri foto).

Gambar 12. Pendugaan sejarah deformasi multifase di Bukit Alaskobong. a. Tekonik pertama yang membentuk
struktur antiklin pada saat sedimentasi berlangsung. b. Tektonik kedua yang menunjukkan adanya sesar
sinistral yang stepping dan membentuk antiklin. c. Tektonik terakhir terjadi dengan arah gaya relatif barat-
timur dan menyebabkan orientasi sumbu sinklin berbeda pada kedua tebing.
38

You might also like