You are on page 1of 24

EVALUASI KINERJA PELAYANAN PERSAMPAHAN

DI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG RAYA1

PERFORMANCE EVALUATION OF WASTE MANAGEMENT


IN THE GREATER BANDUNG METROPOLITAN AREA

Krismiyati Tasrin
Shafiera Amalia

Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I


Lembaga Administrasi Negara
Jl. Kiarapayung Km. 4,7, Jatinangor, Sumedang
Email: chrissie_tasrin@yahoo.com, shafiera_amalia@yahoo.com

Abstract

In the Greater Bandung Metropolitan Area, waste is one of the crucial


issues must be addressed immediately. In this regard, this study intends to
investigate on how the existing condition of waste management in the Greater
Bandung Metropolitan Area, from the perspective of service providers.
Performance evaluation of waste management is divided into two, namely
evaluation of the input and output performance. The indicators used to define
the input performance includes 4 aspects: institutions, infrastructure, human
resources, and budget. Meanwhile, the output performance of waste
management were analyzed using three performance indicators, namely: 1) the
percentage of waste transported to Waste Disposall (TPA); 2) the pattern of
waste management applied in Temporary Waste Disposal (TPS) and Waste
Disposal (TPA), and 3) the level of community participation in waste
management. From this study, we conclude that in terms of inputs, the
performance of waste management in the City of Bandung and Cimahi is
considered better than that of the Bandung Regency and West Bandung
Regency. As a result, the output performance of waste management in the city of
Bandung and Cimahi looks better than the other two districts, especially in
terms of waste transportation to landfill and waste processing.

Keywords: performance evaluation, waste management

Abstrak

Persoalan sampah di wilayah Metropolitan Bandung Raya adalah salah


satu persoalan krusial yang harus ditangani segera. Terkait dengan hal tersebut,
penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang

1 Naskah diterima pada 1 Januari 2014, Revisi pertama pada 5 Maret 2014, Revisi kedua pada 17 Maret 2014, disetujui terbit pada
17 Maret 2014

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 35


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

bagaimana kondisi eksisting pelayanan bidang persampahan di kabupaten/kota


di wilayah Metropolitan Bandung Raya dilihat dari sudut pandang pemberi
layanan (service provider). Dalam hal ini, evaluasi kinerja pelayanan
persampahan mencakup dua hal yaitu: 1) evaluasi kinerja input; dan 2) evaluasi
kinerja output. Indikator yang digunakan untuk mendefinisikan kondisi
eksisting kinerja input meliputi empat indikator yaitu: kelembagaan,
infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM), dan anggaran. Sementara itu,
kinerja output dari pelayanan persampahan dianalisis dengan menggunakan
tiga indikator kinerja, yaitu: 1) prosentase terangkutnya timbulan sampah ke
TPA; 2) pola pengelolaan sampah yang diterapkan di masing-masing TPS dan
TPA, dan 3) tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dari
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dilihat dari sisi input, kinerja
pelayanan persampahan di Kota Bandung dan Kota Cimahi dinilai lebih baik
dibandingkan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Hal
ini selanjutnya mempengaruhi kinerja output-nya, dimana kinerja output
pelayanan persampahan di Kota Bandung dan Kota Cimahi terlihat lebih baik
dibandingkan dua kabupaten lainnya, terutama dilihat dari segi pengangkutan
timbulan sampah ke TPA dan pengolahan sampah.

Kata Kunci: evaluasi kinerja, manajemen persampahan

A. PENDAHULUAN angka asumsi produksi sampah adalah


Apabila berat rata-rata Gajah 3 liter/orang/hari (berdasar studi LIPPI
Asia adalah 5.821 kg, maka total berat tahun 1994) dan berat jenis sampah
3
sampah yang dihasilkan oleh wilayah sama dengan 0.25 kg/m maka dapat
Metropolitan Bandung Raya hampir diketahui bahwa produksi sampah di
sama dengan 1.000 ekor gajah setiap Wilayah Metropolitan Bandung Raya
harinya. Kalimat tersebut adalah adalah sebesar 5.821 ton per hari. Total
sebuah bentuk penganalogian yang berat tersebut hampir sama dengan
tidak berlebihan. Dengan berat 1000 ekor Gajah Asia yang rata-
menggunakan data jumlah penduduk rata memiliki berat 5.821 kg per ekor.
tahun 2012 dari masing-masing Agar lebih jelas perhitungannya dapat
kabupaten/kota dikalikan dengan dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Timbulan Sampah di Kawasan Metropolitan Bandung Raya


Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Jumlah Timbulan Sampah (per hari)
(jiwa)
M3 Ton

Kab. Bandung 3.235.615 9.707 2,427


Kab. Bandung Barat 1.537.402 4.612 1,153
Kota Bandung 2.437.874 7.314 1,828
Kota Cimahi 550.894 1.653 0,413
Bandung Raya 7.761.785 23.285 5,821
Sumber: Hasil Perhitungan dengan menggunakan asumsi produksi sampah = 3 liter/orang/hari; berat jenis sampah = 0.25 kg/m3

36 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Penganalogian pada bagian awal setelah kawasan Jabodetabek dan


menunjukkan betapa krusialnya Gerbangkertosusila. Perkembangan
persoalan persampahan di wilayah kawasan Metropolitan Bandung Raya
Metropolitan Bandung Raya. Pada sendiri dimulai dari perkembangan
dasarnya, timbulan sampah merupakan Kota Bandung sebagai ibukota
konsekuensi dari sebuah aktivitas yang Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya
terjadi di sektor ekonomi, sosial, perkembangan wilayah-wilayah di
budaya, dan sebagainya. Semakin sekitar Kota Bandung terjadi seiring
intens aktivitas di sebuah kawasan, dengan meluasnya aktivitas ekonomi,
semakin besar produksi sampah yang sosial dan budaya dari Kota Bandung
dihasilkannya. Bandung Raya atau ke wilayah sekitarnya. Intensitas
disebut juga wilayah Metropolitan pertumbuhan aktivitas tersebut salah
Bandung Raya adalah salah satu satunya ditunjukkan dengan
wilayah metropolitan di Indonesia meningkatnya Produk Domestik
yang berkembang cukup pesat. Regional Bruto (PDRB) di masing-
Kawasan yang meliputi Kota Bandung, masing kabupaten/kota di kawasan
Kabupaten Bandung, Kabupaten Metropolitan Bandung Raya Tahun
Bandung Barat dan Kota Cimahi ini 2007-2011 sebagaimana ditunjukkan
mempunyai populasi terbanyak ketiga dalam gambar berikut.

Sumber :Jawa Barat dalam Angka 2011


Gambar 1.
PDRB Atas Harga Konstan Menurut Kabupaten/Kota
di Kawasan Metropolitan Bandung Raya Tahun 2007-2010

Sebagai akibat dari dijelaskan sebelumnya, bahwa salah


perkembangan aktivitas ekonomi, satu persoalan yang cukup krusial di
sosial dan budaya yang pesat, kawasan kawasan Metropolitan Bandung Raya
Bandung Raya kemudian tumbuh adalah terkait dengan persoalan
dengan berbagai persoalan yang harus persampahan. Bahkan, Kota Bandung
segera ditangani. Sebagaimana yang merupakan salah satu daya tarik

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 37


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

dari kawasan Metropolitan Bandung merekomendasikan kepada Pemda


Raya pernah dijuluki sebagai “kota yang tergabung dalam suatu forum
sampah” karena terjadinya tragedi kerjasama persampahan di wilayah
“TPA Leuwi Gajah” yang terjadi pada Bandung Raya untuk memiliki
tahun 2005. Peristiwa ini semakin landasan hukum dan operasional yang
membuat persoalan persampahan jelas dalam bentuk Surat Keputusan
merupakan “PR” besar bagi Bersama (SKB). Selain itu penelitian
pemerintah daerah di kawasan ini juga merekomendasikan kepada
Metropolitan Bandung Raya. pemerintah daerah di wilayah Bandung
Dengan mempertimbangkan Raya untuk menyusun strategi untuk
begitu krusialnya persoalan sampah di menarik investasi swasta dalam
kawasan Metropolitan Bandung Raya, pengelolaan persampahan,
maka selanjutnya pertanyaan yang mempromosikan teknologi pengolahan
ingin dijawab dalam penelitian ini sampah, dan memperkuat partisipasi
adalah: “Bagaimana kondisi eksisting masyarakat dalam siklus manajemen
pelayanan sektor publik bidang persampahan. Sementara itu, terkait
persampahan di wilayah Metropolitan dengan aspek teknik operasional, pada
Bandung Raya dilihat dari sudut tahun 2011, West Java Province
pandang pemberi layanan (service Metropolitan Development melakukan
provider) yaitu pemerintah kabupaten/ kajian benchmarking pengelolaan
kota?” sampah di Singapura. Penelitian ini
merekomendasikan agar pengelolaan
Penelitian Sebelumnya Tentang sampah padat di perkotaan di wilayah
Persampahan Metropolitan Jawa Barat dilakukan
Sampai dengan hari ini, sudah dengan visi jangka panjang yang
banyak penelitian yang dilakukan terintegrasi dan berkelanjutan,
dalam upaya mencari berbagai didukung oleh upaya daur ulang dan
alternatif solusi bagi persoalan pengurangan sampah dari sumbernya,
pengelolaan sampah di wilayah serta melakukan swastanisasi kegiatan
Metropolitan Bandung Raya. pengumpulan dan daur ulang sampah.
Penelitian-penelitian tersebut
menghasilkan rekomendasi/usulan Positioning Penelitian
mengenai penanganan persoalan Berdasarkan uraian tersebut di
persampahan dilihat dari aspek atas, selanjutnya bagian ini akan
manajemen pengelolaan, teknik menjelaskan tentang positioning
operasional, dan sosial budaya. penelitian ini diantara penelitian-
Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang pernah dilakukan
aspek manajemen pengelolaan sampah sebelumnya. Secara umum, penelitian
diantaranya adalah Kajian Pengelolaan ini mencoba mengevaluasi kinerja
Bersama (Joint Management) pelayanan persampahan di wilayah
Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya dilihat
Perkotaan yang dilakukan oleh Pusat dari sudut pandang pemerintah daerah
Kajian Pendidikan dan Pelatihan selaku penyedia layanan (service
Aparatur (PKP2A) I LAN Bandung provider). Hal ini dipandang penting
pada tahun 2004. Penelitian ini mengingat salah satu agenda reformasi

38 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

birokrasi adalah untuk meningkatkan A. METODE PENELITIAN


pelayanan publik (public services) dan Objek Penelitian
bidang persampahan merupakan salah Objek penelitian ini adalah
satu bidang pelayanan publik yang kondisi eksisting pelayanan
semestinya memperoleh perhatian dan persampahan di wilayah Metropolitan
upaya penanganan yang serius dari Bandung Raya yang meliputi
pemerintah. Kabupaten Bandung, Kabupaten
Sebagaimana telah dijelaskan Bandung Barat, Kota Bandung, dan
pada bagian sebelumnya, terlihat Kota Cimahi. Pemilihan keempat
bahwa penelitian-penelitian yang kabupaten/kota ini didasarkan pada
pernah dilakukan sebelumnya lebih pertimbangan bahwa Kabupaten
banyak melihat persoalan persampahan Bandung, Kabupaten Bandung Barat
di wilayah Metropolitan Bandung Raya dan Kota Cimahi merupakan
dari sudut pandang teknis operasional kabupaten/kota yang berbatasan
dan manajemen pengelolaan. Namun langsung dengan Kota bandung dan
demikian belum banyak penelitian menjadi daerah penyangga
yang mencoba menjelaskan lebih detail (pheryphery) Kota Bandung. Kondisi
tentang kinerja input dan kinerja output ini menyebabkan ketiga kabupaten/
pelayanan persampahan yang kota ini banyak menerima manfaat
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/ ekonomi dan sosial sebagai daerah
kota di wilayah Metropolitan Bandung penyangga namun sekaligus
Raya selaku penyedia layanan (service menghadapi berbagai masalah sosial
provider). Untuk itu, penelitian ini akan dan lingkungan, termasuk didalamnya
mencoba melakukan evaluasi secara adalah masalah pengelolaan dan
komprehensif yang mencoba menggali pelayanan sampah.
kinerja pelayanan persampahan, dalam
hal ini kinerja input dan outputnya. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian dan
indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Variabel dan Indikator Kinerja Pelayanan Bidang Persampahan


Variabel Aspek Indikator Kinerja
Kinerja Input Kelembagaan  Bentuk lembaga dan implikasinya pada :
Pelayanan 1) cakupan kewenangan yang ditangani, 2) aksesibilitas
Persampahan terhadap sumber daya (infrastruktur, SDM dan
anggaran), dan 3) fleksibilitas penanganan urusan.
Sumber Daya  Kuantitas dan Kualitas SDM pengelola dan pelayanan
Manusia persampahan
Infrastruktur  Jumlah dan jenis sarana dan prasarana pengelolaan dan
pelayanan persampahan
Anggaran  Besaran anggaran pengelolaan dan pelayanan
persampahan
 Besaran pemasukan retribusi jasa pelayanan persampahan
Kinerja Output  Prosentase terangkutnya timbulan sampah ke TPA
Pelayanan  Teknik pengolahan sampah di TPS dan TPA
Persampahan  Tingkat Partisipasi masyarakat dalam pengolahan sampah

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 39


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada skala nasional, Undang-Undang


Penelitian ini menggunakan N o . 1 8 Ta h u n 2 0 0 8 t e n t a n g
pendekatan kualitatif yang Pengelolaan Sampah pada Pasal 4
dimaksudkan untuk memahami dan menyebutkan bahwa pengelolaan
menggambarkan kondisi eksisting sampah secara umum bertujuan untuk
pelaksanaan pelayanan persampahan meningkatkan kesehatan masyarakat
yang dilakukan oleh pemerintah dan kualitas lingkungan serta
kabupaten/kota di kawasan menjadikan sampah sebagai sumber
Metropolitan Bandung Raya. Adapun daya.
jenis penelitian ini adalah penelitian Terkait dengan penanganan
deskriptif. persampahan, dalam Pasal 5
disebutkan bahwa pemerintah dan
Metode Pengumpulan Data dan pemerintahan daerah bertugas
Informan Kunci menjamin terselenggaranya
Dalam penelitian ini diperlukan pengelolaan sampah yang baik dan
berbagai data, baik data primer maupun berwawasan lingkungan sesuai dengan
data sekunder. Adapun beberapa teknik tujuan sebagaimana dimaksud dalam
pengumpulan data yang digunakan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008
dalam penelitian ini adalah melalui tersebut. Di sini tugas pemerintah pusat
studi kepustakaan (desk research), dan pemerintah daerah adalah:
observasi, dan wawancara. Sementara a. M e n u m b u h k e m b a n g k a n d a n
itu, informan kunci (key informant) meningkatkan kesadaran
dalam penelitian ini adalah pihak-pihak masyarakat dalam pengelolaan
yang dianggap paling menguasai sampah;
tentang pelayanan persampahan di b. M e l a k u k a n p e n e l i t i a n ,
kabupaten/kota tersebut, diantaranya pengembangan teknologi
adalah PD Kebersihan Kota Bandung; pengurangan dan penanganan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan sampah;
Kota Cimahi; Dinas Perumahan, c. Memfasilitasi, mengembangkan
Penataan Ruang dan Kebersihan dan melaksanakan upaya
Kabupaten Bandung; UPTD pengurangan, penanganan, dan
Kebersihan Dinas Cipta Karya dan Tata pemanfaatan sampah;
Ruang Kabupaten Bandung Barat; dan d. Melaksanakan pengelolaan sampah
Badan Pengelola Sampah Regional dan memfasilitasi penyediaan
(BPSR) Jawa Barat. prasarana dan sarana pengelolaan
sampah;
A. K E B I J A K A N B I D A N G e. Mendorong dan memfasilitasi
PERSAMPAHAN pengembangan manfaat hasil
Subbab ini menjelaskan tentang pengelolaan sampah;
berbagai kebijakan yang mengatur f. Memfasilitasi penerapan teknologi
tentang pengelolaan sampah baik pada spesifik lokal yang berkembang
skala nasional maupun regional Jawa pada masyarakat setempat untuk
Barat yang menjadi payung bagi mengurangi dan menangani
pengambilan kebijakan pada skala sampah; dan
wilayah Metropolitan Bandung Raya. g. Melakukan koordinasi antar

40 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

lembaga pemerintah, masyarakat dan jejaring dalam pengelolaan


dan dunia usaha agar terdapat sampah;
keterpaduan dalam pengelolaan d) Menyelenggarakan koordinasi,
sampah. pembinaan, dan pengawasan kinerja
Sementara itu, Pasal 7 pemerintah daerah dalam
menjelaskan kewenangan pemerintah pengelolaan sampah;
pusat dalam penyelenggaraan e) M e n e t a p k a n k e b i j a k a n
pengelolaan sampah meliputi: penyelesaian perselisihan antar
a) Menetapkan kebijakan dan strategi daerah dalam pengelolaan sampah.
nasional pengelolaan sampah; Selanjutnya, dengan mengacu
b) Menetapkan norma, standar, pada Pasal 8 dan 9 UU No. 18 Tahun
prosedur, dan kriteria pengelolaan 2008, maka tugas dan kewenangan
sampah; Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
c) Memfasilitasi dan mengembangkan Barat dan Kabupaten/Kota dibawahnya
kerja sama antar daerah, kemitraan, dapat dijelaskan sebagaimana tabel
berikut:

Tabel 3. Tugas dan Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan


Pemerintah Kabupatan/Kota di Provinsi Jawa Barat
Pemprov Jawa Barat Pemkab/Kota
Tugas Wewenang Tugas Wewenang
1. Meningkatkan 1. Menetapkan 1. Meningkatkan 1. Menetapkan Perda
kesadaran kebijakan dan kesadaran kebijakan PS;
masyarakat; strategi; masyarakat; 2. Menetapkan lembaga
2. Penelitian dan 2. Memfasilitasi 2. Penelitian dan PS;
pengembangan kerjasama regional; pengembangan 3. Menetapkan NSPK;
teknologi; 3. Koordinasi, teknologi; 4. Melaksanakan
3. Memfasilitasi upaya pembinaan, dan 3. Memfasilitasi pelayanan perizinan
pengurangan, pengawasan kinerja upaya PS;
penanganan dan PS kabupaten/kota; pengurangan, 5. Meningkatkan
pemanfaatan; 4. Pengelolaan TPPAS penanganan dan kapasitas manajemen
4. Memfasilitasi regional; pemanfaatan; PS;
penyediaan 5. Menetapkan 4. Memfasilitasi 6. Memberikan bantuan
prasarana dan sarana lembaga PS penyediaan teknis kepada
PS regional; regional; prasarana dan kecamatan, pemerintah
5. Memfasilitasi 6. Menetapkan NSPK; sarana PS; desa, serta kelompok
pemanfaatan hasil 7. Memberikan izin PS 5. Memfasilitasi masyarakat;
pengolahan sampah; regional; pemanfaatan 7. Menyelenggarakan dan
6. Memfasilitasi 8. Bantuan teknis PS hasil pengolahan membiayai PS;
penerapan teknologi regional; sampah; 8. Menyusun rencana
spesifik lokal; 9. Meningkatkan 6. Memfasilitasi induk PS;
7. Koordinasi antar kapasitas PS penerapan 9. Melaksanakan
OPD dan regional; teknologi spesifik pengawasan PS;
kabupaten/kota; 10. Menyusun rencana local; 10. Mengevaluasi kinerja
8. Pelayanan induk PS regional; 7. Koordinasi antar PS;
pengaduan 11. Memfasilitasi OPD di 11. Melaksanakan wasdal
masyarakat. penyelesaian Kabupaten/ kota; PS.
perselisihan PS 8. Pelayanan
Regional. pengaduan
masyarakat.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 41


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Dari tabel 3 di atas terlihat ada pembiayaan bersumber dari Anggaran


pembagian kewenangan antara Pendapatan dan Belanja Negara dan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Kabupaten/Kota. Daerah. Penyelenggaraan pengelolaan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampah tidak sepenuhnya menjadi
memiliki tugas dan kewenangan untuk tanggung jawab pemerintah. Peraturan
mengkoordinasikan pengelolaan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang
sampah di lingkup Kabupaten/Kota, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
termasuk di dalamnya memfasilitasi dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
kerjasama regional pengelolaan mengemukakan peran serta sektor
sampah di kawasan Provinsi Jawa swasta, yaitu produsen dan pengelola
Barat. Untuk memfasilitasi kerjasama kawasan pemukiman, kawasan
regional, Pemerintah Provinsi Jawa komersial, kawasan industri, kawasan
Barat juga memiliki wewenang untuk khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial
menyediakan dan mengelola sarana dan fasilitas lainnya; serta masyarakat
dan prasarana pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan
(TPPAS) regional; menetapkan sampah. Misalnya dalam kegiatan
lembaga pengelola sampah regional pengurangan sampah, pasal 12, 13 dan
dan menyusun rencana induk 14 dari Peraturan Pemerintah No 81
pengelolaan sampah regional. Tahun 2012 menyebutkan bahwa pihak
Sementara itu, Kabupaten/Kota di swasta (produsen) wajib melakukan
Provinsi Jawa Barat memiliki tugas dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
kewenangan untuk menyelenggarakan pembatasan timbulan sampah;
pengelolaan sampah di lingkungan pendauran ulang sampah; dan
Kabupaten/Kota. Untuk pemanfaatan kembali sampah. Dalam
menyelenggarakan pengelolaan kegiatan penanganan sampah, pihak
sampah tersebut Kabupaten/Kota swasta, yaitu pengelola kawasan
memiliki wewenang untuk menetapkan pemukiman, kawasan komersial,
Perda pengelolaan sampah; kawasan industri, kawasan khusus,
menetapkan NSPK; menyusun rencana fasilitas umum, fasilitas sosial dan
induk pengelolaan sampah di fasilitas lainnya juga diharuskan untuk
wilayahnya; menetapkan lembaga melakukan kegiatan pemilahan; dan
pengelola sampah; memfasilitasi pengumpulan sampah. Selain itu, pihak
penyediaan sarana-prasarana swasta diwajibkan juga menyediakan
pengelolaan sampah; membiayai sarana pemilahan sampah skala
pengelolaan sampah; serta melakukan kawasan dan menyediakan TPS; TPS
pengawasan, pengendalian dan 3R dan/atau alat pengumpul untuk
evaluasi kinerja pengelolaan sampah di sampah terpilah dalam melakukan
lingkungan Kabupaten/Kota. pengumpulan sampah.
Dilihat dari sisi pembiayaan, Partisipasi masyarakat juga
Pasal 24 Undang-Undang No. 18 diperlukan dalam pengelolaan sampah.
Tahun 2008 menjelaskan bahwa Dalam Peraturan Pemerintah No 81
pemerintah dan pemerintah daerah Tahun 2012 disebutkan bahwa
wajib membiayai penyelenggaraan masyarakat harus ikut serta dalam
pengelolaan sampah. Di sini kegiatan pemilahan sampah di

42 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

sumbernya dan kegiatan pengolahan penanganan sampah; b) Penyediaan


sampah. Dalam pasal 35 Peraturan fasilitas pengumpulan sampah; c)
Pemerintah No 81 Tahun 2012 Penanggulangan keadaan darurat; d)
disebutkan bahwa masyarakat berperan Pemulihan lingkungan akibat kegiatan
serta dalam proses pengambilan penanganan sampah; dan/atau e)
keputusan, penyelenggaraan dan Peningkatan kompetensi pengelola
pengawasan dalam kegiatan sampah.
pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga A. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Sub bagian ini berisi penjelasan
dan/atau pemerintah daerah. Peran tentang evaluasi kinerja pelayanan
serta tersebut dapat berupa: persampahan di wilayah Metropolitan
a. Pemberian usul, pertimbangan Bandung Raya yang dibagi menjadi
dan/atau saran kepada pemerintah dua yaitu: 1) evaluasi kinerja input; dan
dan/atau pemerintah daerah dalam 2) evaluasi kinerja output.
kegiatan pengelolaan sampah;
b. Pemberian saran dan pendapat Evaluasi Kinerja Input Pelayanan
dalam perumusan kebijakan dan Persampahan
strategi pengelolaan sampah rumah Yang dimaksudkan dengan
tangga dan sampah sejenis sampah indikator kinerja input dalam kajian ini
rumah tangga; adalah indikator masukan yang
c. Pelaksanaan kegiatan penanganan dipergunakan oleh pemerintah daerah
sampah rumah tangga dan sampah untuk mengukur jumlah sumberdaya
sejenis rumah tangga yang dalam melaksanakan suatu kegiatan,
dilakukan secara mandiri dan/atau dalam hal ini adalah kegiatan
bermitra dengan pemerintah pelayanan persampahan di wilayah
kabupaten/kota; dan/atau Metropolitan Bandung Raya. Indikator
d. P e m b e r i a n p e n d i d i k a n d a n dimaksud mengacu kepada empat
pelatihan, kampanye, dan aspek yaitu: Kelembagaan,
pendampingan oleh kelompok Infrastruktur, Sumber Daya Manusia
masyarakat kepada anggota (SDM), dan Anggaran (dana).
masyarakat dalam pengelolaan
sampah untuk mengubah prilaku Aspek Kelembagaan Pengelolaan
anggota masyarakat. Sampah di Wilayah Metropolitan
Dalam penyelenggaraan Bandung Raya
pengelolaan sampah, pemerintah Sejak kebijakan desentralisasi
kabupaten/kota dapat memungut digulirkan di Indonesia, melalui
retribusi kepada setiap orang atas jasa diberlakukannya UU No. 22 Tahun
pelayanan yang diberikan. Di dalam 1999 yang selanjutnya direvisi dengan
pasal 29 Peraturan Pemerintah No 81 UU No. 32 Tahun 2004, terjadi transfer
Tahun 2012 disebutkan bahwa retribusi kewenangan dan tanggungjawab
ditetapkan secara progresif penanganan berbagai fungsi publik dari
berdasarkan jenis, karaktersitik dan pemerintah pusat kepada pemerintah
volume sampah. Hasil retribusi dapat daerah. Salah satu kewenangan yang
digunakan untuk: a) Kegiatan layanan didesentralisasikan adalah

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 43


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

kewenangan Bidang Pekerjaan Umum dapat berdiri sendiri/mandiri atau


yang didalamnya mencakup digabungkan dengan penangan fungsi
kewenangan sub bidang persampahan. atau kewenangan lainnya.
Secara umum, masing-masing Berkaitan dengan urusan
kewenangan yang didesentralisasikan pengelolaan sampah, beberapa bentuk
oleh pemerintah pusat kepada lembaga yang menangani di masing-
pemerintah daerah tersebut harus masing kabupaten/kota di wilayah
dilaksanakan dan penanganannya Metropolitan Bandung Raya dapat
dapat diwadahi kedalam lembaga dijelaskan pada Tabel 4 berikut:
tertentu. Di sini, lembaga tersebut

Tabel 4. Kelembagaan Pelayanan Persampahan


di Wilayah Metropolitan Bandung Raya
Bentuk Lembaga
Nomenklatur
Kab/Kota Dasar Hukum Pelayanan Bidang
Lembaga
Persampahan
Kota PD Kebersihan Kota Perda No: 02/PD/1985 jo Lembaga Mandiri berbentuk
Bandung Bandung Perda No. 15 Tahun 1993 jo Badan Usaha Milik
Perda No. 14 Tahun 2011 Daerah/Perusahaan Daerah
Kabupaten Dinas Perumahan, Perda No. 20 Tahun 2007 Berbentuk bidang dalam
Bandung Penataan Ruang dan tentang Pembentukan Dinas (Eselon III) yang
Kebersihan (Bidang Organisasi Dinas Daerah meliputi 3 seksi
Kebersihan) Kabupaten Bandung dan
Peraturan Bupatu Bandung
No. 5 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Dinas Daerah
Kabupaten Bandung
Kota Cimahi Dinas Kebersihan dan Peraturan Daerah Kota Berbentuk bidang dalam
Pertamanan (Bidang Cimahi No. 2 Tahun 2011 Dinas (Eselon III) yang
Kebersihan) tentang Dinas Daerah Kota meliputi 2 Seksi
Cimahi.
Kabupaten UPT Kebersihan, Perbub No. 3 Tahun 2012 Berbentuk Seksi dan UPTD
Bandung Dinas Cipta Karya tentang Organisasi Perangkat dari suatu Dinas (Eselon IV)
Barat dan Tata Ruang Daerah Kabupaten Bandung
Barat
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber*)

Dari Tabel 4 tersebut di atas persampahan digabungkan dengan


terlihat bahwa Kota Bandung memiliki penanganan fungsi lainnya dalam suatu
lembaga pengelolaan sampah lembaga berbentuk Dinas, yaitu Dinas
berbentuk Perusahaan Daerah (PD) Perumahan, Penataan Ruang dan
yang cenderung mandiri (independent) Kebersihan untuk Kabupaten Bandung
dengan manajemen pengelolaan yang dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
berbeda dengan jenis lembaga untuk Kota Cimahi. Di kedua daerah
pengelolaan sampah yang ada di daerah ini, urusan persampahan ditangani oleh
lain. Sementara itu, untuk Kabupaten Bidang Kebersihan (setingkat Eselon
Bandung dan Kota Cimahi, III) yang masing-masing membawahi
penanganan urusan bidang tiga seksi (untuk Kabupaten Bandung)

44 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

dan dua seksi (untuk Kota Cimahi). dibawah Dinas atau SKPD bersumber
Hampir sama dengan dua dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
kabupaten/kota sebelumnya, Daerah (APBD) yang proses
penanganan urusan persampahan di pengajuannya sangat prosedural dan
Kabupaten Bandung Barat dilakukan rigid. Hal ini selanjutnya juga
oleh lembaga berbentuk Dinas yaitu mempengaruhi fleksibilitasnya
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. terhadap penanganan urusan. Dalam
Namun demikian, untuk Kabupaten lembaga berbentuk Perusahaan
Bandung Barat, urusan persampahan Daerah, manajerial sepenuhnya
dikelola oleh satu Seksi (yaitu Seksi menjadi kewenangan direksi, artinya
Persampahan) dan satu Unit Pelaksana manajemen memiliki fleksibilitas
Teknis Daerah (UPTD) Kebersihan dalam mengelola tanggungjawabnya
yang setingkat dengan Eselon IV. dalam penanganan persampahan di
Dari gambaran di atas terlihat Kota Bandung. Sementara itu, pada
bahwa lembaga yang mengelola lembaga dibawah Dinas, manajemen
pelayanan persampahan di wilayah pelayanan persampahan harus
Metropolitan Bandung Raya sangatlah mengikuti prosedur tertentu, baik
bervariasi. Variasi bentuk lembaga ini dalam hal pengajuan program kegiatan
tentunya akan berimplikasi pada maupun dalam hal pengadaan sarana
berbagai perbedaan dalam hal: 1) dan prasarana.
cakupan kewenangan yang ditangani, Dilihat dari bentuknya, lembaga
2) aksesibilitas terhadap sumberdaya berupa BUMD sesungguhnya dapat
(infrastruktur, SDM dan anggaran), dan dipandang cukup sesuai untuk
3) fleksibilitas penanganan urusan. menangani pelayanan publik bidang
Sebagai sebuah lembaga mandiri persampahan yang memang memiliki
berbentuk Badan Usaha Milik Daerah karakteristik berbeda dibandingkan
(BUMD), cakupan kewenangan yang dengan bidang-bidang lain. Dilihat dari
dimiliki oleh PD Kebersihan Kota sifatnya, penanganan sampah
Bandung lebih besar dibandingkan mengandung unsur “sosial” artinya
dengan bentuk lembaga lain sampah akan selalu ada atau diproduksi
sebagaimana yang terdapat pada setiap harinya. Dan idealnya,
Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan pembiayaan pengelolaan sampah
Kabupaten Bandung Barat. Hal ini diambil dari biaya jasa atau retribusi
terlihat dari adanya kewenangan untuk yang dibayarkan oleh masyarakat
melakukan kerjasama dengan sektor selaku salah satu produsen sampah. Di
swasta dalam kerangka meningkatkan sini masyarakat membayar jasa untuk
pendapatan daerah. Sementara itu, pengangkutan sampah dari rumah
dilihat dari aksesibilitasnya terhadap tangga ke Tempat Pembuangan
sumber daya, PD Kebersihan Kota Sementara (TPS). Berbeda dengan
Bandung juga terlihat memiliki penanganan sektor lainnya seperti air
aksesibilitas yang lebih baik mengingat dan listrik dimana bila pelanggan tidak
pembiayaannya diambil dari aset yang membayarkan jasa penggunaan air dan
disisihkan dari aset Pemerintah Kota listrik, maka pihak Perusahaan Daerah
Bandung sementara itu pembiayaan tinggal “memutus” sambungan kepada
pelayanan persampahan pada lembaga customer yang bersangkutan. Namun

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 45


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

tidak demikian halnya dengan sampah. digunakan baik pada proses


Ketika seseorang tidak membayar jasa pengumpulan dan pengangkutan
retribusi pengangkutan, maka tetap saja maupun pengolahan sampah. Pada
mau tidak mau petugas angkut sampah proses pengumpulan dan
akan mengangkut sampahnya dari pengangkutan sampah, sarana dan
tempat sampah ke TPS. Inilah mengapa prasarana yang dimaksudkan misalnya
pelayanan bidang persampahan bak/tempat sampah, sementara pada
mengandung unsur “pelayanan sosial” proses pengangkutan, armada
di dalamnya. angkutan sampah beserta kemampuan
Namun demikian, meskipun daya angkut masing-masing jenis
memiliki tingkat fleksibilitas dan armada. Informasi mengenai hal ini
independency dalam manajemen dipandang penting mengingat jumlah
pengelolaannya, bentuk lembaga dan kapasitas armada angkut akan
berupa BUMD tidak selalu menjamin menentukan berapa banyak sampah
terjadinya efektifitas dan efisiensi yang bisa terangkut ke TPS dan titik
pelayanan persampahan. Hal ini dapat k o m u n a l l a i n n y a k e Te m p a t
dilihat dari kasus Kota Bandung yang Pembuangan Akhir (TPA). Sementara
pada mulanya membentuk PD pada proses pengolahan sampah,
Kebersihan dengan maksud dan tujuan sarana dan prasarana yang
selain untuk menangani persoalan dimaksudkan adalah jumlah TPS dan
persampahan di Kota Bandung juga TPA berikut luasan dan kapasitasnya.
dimaksudkan untuk tujuan Secara umum bila dilihat dari
memperoleh keuntungan (profit). indikator infrastruktur yang digunakan
Namun demikian, dalam pada proses pengumpulan dan
perkembangannya PD Kebersihan pengangkutan sampah, maka dapat
Kota Bandung hingga kini belum disimpulkan bahwa rata-rata sarana
mampu men-generate income bagi prasarana yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Bandung. pemerintah daerah kabupaten dan kota
Persoalannya terletak pada beberapa di wilayah Metropolitan Bandung Raya
aspek baik dari sisi SDM, anggaran belum memadai. Ketidakcukupan
maupun infrastruktur. sarana prasarana pengumpulan dan
pengangkutan sampah ini disebabkan
Aspek Infrastruktur Pelayanan karena paradigma pengolahan sampah
Persampahan di Wilayah pada umumnya masih mengacu pada
Metropolitan Bandung Raya sistem kumpul – angkut – buang.
Ketersediaan infrastruktur Sementara produksi sampah terus
merupakan salah satu aspek krusial meningkat sebagai akibat dari
yang menunjang efektifitas dan pertambahan jumlah penduduk dan
efisiensi pelayanan pengelolaan peningkatan intensitas dari berbagai
persampahan. Itulah mengapa salah aktivitas baik ekonomi, sosial, budaya
satu indikator input yang digunakan dan sebagainya, maka kebutuhan
dalam penelitian ini adalah terkait ketersediaan sarana prasarana
dengan ketersediaan infrastruktur pengumpulan dan pengangkutan
pelayanan persampahan. Infratruktur sampah kian meningkat. Oleh karena
dimaksud meliputi infrastruktur yang itu, peningkatan sarana prasarana

46 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

pengumpulan dan pengangkutan Cipatat, Kabupaten Bandung. TPA


sampah harus senantiasa dilakukan Sarimukti merupakan TPA hasil
oleh masing-masing lembaga kerjasama regional Pemerintah
pengelola persampahan di Propinsi Jawa Barat dengan Kota
Kabupaten/Kota. Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten
Selain itu, indikator sarana Bandung Barat yang dikelola oleh
prasarana yang digunakan pada proses Balai Pengelolaan Sampah Regional
pengolahan sampah yang meliputi (BPSR) dibawah Dinas Pemukiman
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Perumahan Pemerintah Propinsi
dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jawa Barat. Dalam hal ini, Pemerintah
juga kurang memadai. Sampai dengan Kota Bandung, Kota Cimahi dan
saat ini, persebaran lokasi TPS Kabupaten Bandung Barat memiliki
memang sudah cukup merata terutama kewajiban untuk membayar
di Kota Bandung dan Kota Cimahi. kompensasi pengolahan sampah
Namun karena keterbatasan sarana dan kepada Propinsi Jawa Barat sebesar Rp.
prasarana pengangkutan sampah dari 33.500,-/ton sampah yang dibuang ke
TPS ke TPA maka seringkali TPA Sarimukti dimana Rp. 29.000,-
ditemukan sampah masih menumpuk nya adalah porsi untuk Kompensasi
di TPS. Sementara itu untuk Kabupaten Jasa Pelayanan (KJP) dan Rp. 4.500,-
Bandung, dikarenakan cakupan nya untuk Kompensasi Dampak
wilayahnya yang sangat luas, maka Negatif (KDN).
titik persebaran TPS masih kurang.
Sementara itu, di Kabupaten Bandung Aspek Sumber Daya Manusia
Barat, sebagai kabupaten baru hasil Pelayanan Persampahan
pemekaran, sampai dengan saat ini Sumber daya manusia
masih terus berbenah dalam hal merupakan faktor yang sangat penting
pengolahan sampah termasuk di dalam suatu organisasi, baik organisasi
dalamnya terkait dengan penyediaan publik maupun privat. Becker., E.
sarana TPS. Dengan demikian, sarana Brian., et all. (2001: p. 7) menyebutkan
prasarana pengolahan sampah juga bahwa yang menjadi faktor diferensiasi
harus ditingkatkan jumlahnya. dalam perusahaan bukanlah akses
Terkait dengan infrastruktur kepada mesin dan peralatan, melainkan
pembuangan akhir sampah, sampai kemampuan untuk menggunakannya
dengan saat ini, Kota Bandung yang secara efektiflah yang membedakan.
memang memiliki persoalan Artinya, yang menjadi faktor
keterbatasan lahan untuk TPA, harus diferensiasi yang dimaksudkan di sini
bekerjasama dengan Provinsi Jawa adalah Sumber Daya Manusia (SDM).
Barat dalam hal pengadaan TPA. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa sebuah
Demikian pula halnya dengan Kota perusahaan yang kehilangan seluruh
Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. peralatannya namun tetap menjaga
Ketiga pemerintah kabupaten dan kota keterampilan dan pengetahuan tenaga
ini kemudian bekerjasama dengan kerjanya dapat kembali ke dalam bisnis
Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tersebut dengan relatif cepat.
membuang sampahnya melalui TPA Sementara itu, sebuah perusahaan yang
Sarimukti yang berada di Kecamatan kehilangan tenaga kerjanya, namun

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 47


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

tetap memiliki peralatan, tidak akan Dari segi kuantitas, Kabupaten


pernah pulih. Meskipun ditulis dalam Bandung dan Kabupaten Bandung
konteks organisasi bisnis atau privat, Barat menghadapi persoalan
namun esensi yang ingin disampaikan kekurangan SDM pelaksana pelayanan
adalah nilai strategis dari keberadaan persampahan. Kondisi ini disebabkan
SDM dalam sebuah organisasi. oleh luasnya wilayah dua kabupaten
Demikian pula halnya untuk tersebut. Selain itu, ketersediaan
menyelenggarakan pengelolaan dan anggaran untuk gaji pelaksana juga
pelayanan persampahan, aspek input terbatas. Hal ini mengakibatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) juga pelayanan persampahan di dua
memegang peranan penting. Di sini, kabupaten tersebut menjadi kurang
kuantitas dan kualitas SDM yang optimal. Pada tahun 2010, tingkat
tersedia menjadi salah satu faktor pelayanan kebersihan di Kabupaten
penentu keberhasilan pelayanan Bandung masih relatif kecil yaitu
persampahan. sebesar 10,76% untuk seluruh wilayah
Berdasarkan kondisi eksisting, Kabupaten Bandung dan baru 13,21%
sebagian besar SDM pelaksana untuk wilayah perkotaan. Sementara
pelayanan persampahan adalah tenaga Kabupaten Bandung Barat hanya
kontrak atau tenaga harian lepas mampu mengangkut sampahnya
dengan tingkat pendidikan yang tidak sebanyak 74.5 ton/hari dari total
terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan timbulan sampah 933 ton/hari atau
pekerjaan pengelolaan dan pelayanan sekitar 7.8% pada tahun 2013. Dari segi
persampahan lebih bersifat pekerjaan cakupan pelayanan, dari 16 Kecamatan
teknis seperti kegiatan pengumpulan di Kabupaten Bandung Barat, baru 10
sampah, pengangkutan sampah dan Kecamatan (62,5%) yang memperolah
pengolahan sampah yang memerlukan pelayanan persampahan. Kekurangan
pengetahuan dan keterampilan yang ini memang dirasakan oleh lembaga
relatif sedikit. Walau demikian, pengelola sampah di Kabupaten
pekerjaan tersebut memiliki resiko Bandung dan Kabupaten Bandung
yang cukup besar, baik resiko terpapar Barat. Oleh karena itu, upaya
polusi udara, air dan tanah maupun penambahan pelaksana pelayanan
resiko kecelakaan kerja. Dengan persampahan terus dilakukan,
demikian, pelaksana pengelola diantaranya adalah dengan
pelayanan persampahan perlu mengupayakan penambahan anggaran
diperhatikan kesejahteraannya baik untuk pengelolaan sampah.
dalam bentuk upah yang memadai Lebih rinci mengenai sumber
maupun asuransi yang dapat daya manusia pengelola pelayanan
memberikan perlindungsan finansial persampahan di wilayah Metropolitan
ketika pekerja sakit atau terjadi Bandung Raya dapat dlihat pada tabel
kecelakaan kerja. berikut:

48 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Tabel 5. Sumber Daya Manusia Pelayanan Persampahan


di Kabupaten/Kota Wilayah Metropolitan Bandung Raya
Kabupaten/Kota Kuantitas SDM Kualitas SDM/Pendidikan
Kota Bandung Pegawai Perusahaan: 1502 orang; Tidak tersedia data
Calon Pegawai: 14 orang; Pegawai
Harian : 103 orang
Kabupaten Bandung PNS : 167 orang; TKK : 14 orang; D3/S1/S2 : 25 orang; SLTA/D1 : 88
PHL : 174 orang orang; SLTP : 66 orang; SD : 169
orang
Kota Cimahi PNS : 70 orang; TKK : 55 orang; Tidak tersedia data
THL : 77 orang
Kabupaten Bandung PNS : 27 orang; CPNS : 15 orang; Tidak tersedia data
Barat PTT : 4 orang; PHL : 106 orang
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber*)

Berdasarkan tabel tersebut di saat ini pihak PD Kebersihan sedang


atas, selanjutnya dapat disimpulkan menghentikan proses penambahan
bahwa PD Kebersihan Kota Bandung pegawainya. Hal ini disebabkan oleh
memiliki keunikan karakteristik SDM karena munculnya berbagai isu tentang
dibandingkan dengan SDM pada tuntutan buruh terhadap kenaikan Upah
lembaga pengelolaan sampah di Kota Minimum Regional Jawa Barat.
Cimahi, Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat. Keunikan Aspek Anggaran Pelayanan
ini terletak pada status pegawai PD Persampahan
Kebersihan yang merupakan pegawai Anggaran merupakan aspek
perusahaan, sementara status pagawai input yang juga penting dalam
pada lembaga lain adalah Pegawai pengelolaan dan pelayanan
Negeri Sipil (PNS). Hal ini merupakan persampahan. Anggaran diperlukan
konsekuensi dari bentuk lembaga terutama untuk menggerakkan
pengelolaan sampah di Kota Bandung kegiatan termasuk didalamnya dalam
yang berbentuk Badan Usaha Milik kerangka untuk menyediakan berbagai
Daerah sementara lembaga lain di Kota sarana dan prasarana pelayanan
Cimahi, Kabupaten Bandung dan persampahan, membiayai
Kabupaten Bandung Barat merupakan program/kegiatan dan untuk
bagian dari Dinas atau SKPD. pembiayaan gaji pegawai. Setiap
Selanjutnya, bila ditinjau dari kabupaten/kota di wilayah
sisi kuantitas, SDM pada PD Metropolitan Bandung Raya memiliki
Kebersihan Kota Bandung jumlahnya kemampuan yang berbeda-beda untuk
sangat besar yaitu sebanyak 1603 orang menyediakan anggaran yang memadai
pada tahun 2013. Dari jumlah ini, bagi pelayanan persampahan di
paling besar adalah tenaga operasional wilayahnya. Berikut disajikan
lapangan seperti penagih dan pendata rangkuman anggaran pengelolaan
(143 orang), penyapu (693 orang), kru sampah di Kabupaten/Kota di wilayah
angkutan (213 orang). Dari hasil Metropolitan Bandung Raya.
wawancara dengan Ibu Taty, Kepala
Bagian Penelitian PD Kebersihan Kota
Bandung, diperoleh keterangan bahwa

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 49


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Tabel 6. Anggaran Pengelolaan Sampah di Wilayah Metropolitan Bandung Raya


Jumlah Rasio Anggaran/Jumlah
Kabupaten/Kota Anggaran 2013
Penduduk Penduduk/tahun
Kota Bandung Rp.84.000.000.000,- 2.437.874 Rp. 34.456
Kabupaten Bandung * Rp.14.281.619.585,-* 3.235.615 Rp. 4.413
Kota Cimahi Rp. 52.135.997.105,- 550.894 Rp. 94.638
Kabupaten Bandung Barat Rp. 4.369.000.000,- 1.537.402 Rp. 2.841
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber*)
Catatan: *) Data tahun 2012.

Dari tabel di atas terlihat bahwa 50%, sementara sisanya dipenuhi


Kota Bandung memiliki anggaran dengan bantuan/subsidi dari APBD.
pengelolaan sampah paling besar Sebenarnya, setelah hampir 11 tahun
dibandingkan dengan kabupaten/kota tidak pernah ada kenaikan tarif
lain di wilayah Metropolitan Bandung retribusi sampah, per 1 Mei 2013 yang
Raya. Walau demikian, anggaran lalu melalui Peraturan Walikota No.
pengelolaan sampah/penduduk/tahun 316 Tahun 2013, tarif jasa pengelolaan
yang paling besar adalah Kota Cimahi sampah mengalami kenaikan.
yaitu sebesar Rp. 94.638/orang/tahun Meskipun telah mengalami
atau sebesar Rp. 7.886/orang/bulan. kenaikan tarif, namun sampai dengan
Ketersediaan anggaran yang cukup saat ini, pemasukan dari retribusi
besar di Kota Cimahi menyebabkan sampah belum sepenuhnya mampu
pelayanan sampah di daerah ini cukup membiayai penyelenggaraan
memadai. Sementara di Kota Bandung, pengelolaan sampah di Kota Bandung.
dengan banyaknya penduduk yang Demikian pula halnya dengan
mendiami daerah ini, anggaran yang Kabupaten Bandung, dimana dari total
tersedia ini masih belum memadai kebutuhan anggaran pengelolaan
untuk memberikan pelayanan optimal sampah pada tahun 2010 sebesar Rp.
kepada masyarakat. Begitu pula 9.045.339.450,-, realisasi pendapatan
dengan Kabupaten Bandung dan dari retribusi jasa persampahan hanya
Kabupaten Bandung Barat, bila sebesar Rp. 1.804.057.950,- atau
dibandingkan dengan jumlah sebesar 19,94%. Prosentase ini
penduduk, anggaran yang tersedia meningkat dari tahun 2009 yang
masih jauh dari memadai. memerlukan anggaran pengelolaan
Dari tabel di atas juga terlihat sampah sebesar Rp. 9.150.208.000,-
bahwa Kota Bandung memiliki dan realisasi pendapatan sebesar Rp.
anggaran pengelolaan sampah sebesar 1.482.324.500,- atau sebesar 16,20%.
Rp. 84 Milyar pada tahun 2013. Sementara itu, untuk Kabupaten
Pemenuhan kebutuhan anggaran ini Bandung Barat, dari total kebutuhan
selama ini bersumber dari jasa anggaran pengelolaan sampah pada
pelayanan kebersihan (retribusi) dan tahun 2013 sebesar ± Rp.
bantuan APBD Kota Bandung 4.369.000.000,-, total penerimaan
(subsidi/public service). Berdasarkan retribusi adalah sebesar ± Rp.
hasil wawancara, kontribusi retribusi 1.128.000.000 atau ± 30%. Secara
untuk pengelolaan persampahan di umum, persoalannya sama yaitu masih
Kota Bandung berkisar antara 48 – rendahnya kesadaran masyarakat untuk

50 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

membayar retribusi sampah. dengan bentuk lembaga lainnya. Di


Sementara di sisi lain, penegakan sini, jasa pelayanan kebersihan
hukum berupa pemberian sanksi (retribusi) yang dipungut dari
terhadap masyarakat yang tidak mau masyarakat tidak harus masuk ke Kas
membayar retribusi sampah tidak ada Daerah terlebih dahulu, namun
sama sekali. langsung dapat dikelola oleh PD
Semestinya pemasukan dari Kebersihan. Pola ini memungkinkan
retribusi jasa pelayanan sampah PD Kebersihan memiliki keleluasaan
menjadi komponen utama pembiayaan dalam mengatur pola pengeluaran
pengelolaan sampah, namun ternyata anggaran setiap bulan sepanjang tahun
hal ini belum dapat dilakukan secara tanpa banyak dipengaruhi oleh pihak
optimal. Dalam beberapa peraturan eksternal di lingkungan Pemerintahan
daerah mengenai pengelolaan sampah Kota Bandung. PD Kebersihan
dan retribusi pelayanan persampahan, memiliki keleluasaan mekanisme
tidak disebutkan secara tegas sanksi untuk mengatur anggaran bagi kegiatan
yang dapat diterima masyarakat/swasta operasional maupun pembelian sarana
bila tidak membayar retribusi sampah. kebersihan baru yang diperlukan.
Pembayaran retribusi sampah saat ini Sementara itu, anggaran
masih tergantung pada kesadaran pelayanan kebersihan di Pemerintah
masyarakat dan peran aktif organisasi Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan
pengelola sampah dalam Kabupaten Bandung Barat bersumber
memungutnya. Tidak adanya sanksi ini dari APBD Daerah. Di sini, retribusi
menyebabkan penerimaan retribusi pelayanan persampahan yang dipungut
tidak optimal. Tidak optimalnya dari masyarakat masuk dahulu ke kas
penerimaan retribusi ini sangat Daerah sebagai PAD dan kemudian
dirasakan dampaknya oleh PD SKPD pengelola kebersihan menyusun
Kebersihan Kota Bandung. PD rencana permintaan anggaran kepada
Kebersihan Kota Bandung Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
menempatkan penerimaan retribusi Keuangan Daerah. Permintaan
sebagai penerimaan utama dalam anggaran ini pun belum tentu dapat
pelaksanaan pelayanan persampahan. disetujui seluruhnya oleh Dinas
Bila retribusi yang diterima sedikit, Pengelola Keuangan dan DPRD
tentu saja operasional pelayanan akan setempat, karena berbagai
terganggu. Dengan demikian, perlu pertimbangan seperti kebutuhan dan
adanya ketegasan dari pemerintah prioritas. Dengan demikian, anggaran
daerah untuk menetapkan aturan sanksi yang dimiliki oleh SKPD pengelola
bagi yang tidak membayar retribusi kebersihan sangat dipengaruhi oleh
pelayanan persampahan. persetujuan pihak lain yang sering kali
Lebih lanjut, bila ditinjau dari jumlahnya lebih sedikit dari yang
sisi fleksibilitas pengelolaan anggaran, dimintakan oleh SKPD pengelola
bentuk lembaga berupa Badan Usaha kebersihan. Mekanisme ini cukup
Milik Negara seperti PD Kebersihan menyulitkan bagi SKPD pengelola
Kota Bandung memiliki pola kebersihan untuk meningkatkan
pengelolaan atau mekanisme anggaran pelayanan kepada masyarakat,
yang berbeda bila dibandingkan misalnya SKPD pengelola kebersihan

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 51


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

merencanakan anggaran untuk rupiah. Dalam mekanisme pengadaan


penambahan sarana kebersihan atau barang-jasa, bila ada pembelian atau
perbaikan alat pengolah sampah, perbaikan peralatan yang nilainya di
namun karena anggaran yang diajukan atas 100 juta rupiah, harus melalui
tidak disetujui, atau disetujui namun lelang yang tentunya membutuhkan
anggaran yang disetujui lebih kecil dari waktu yang cukup lama. Sementara alat
yang dimintakan maka penambahan tersebut harus segera diperbaiki agar
sarana kebersihan atau perbaikan alat tidak mengganggu proses pengolahan
tersebut tidak jadi dilakukan atau sampah di TPA. Kendala dalam
jumlah penambahan sarana/perbaikan mekanisme penganggaran ini terjadi
alat berkurang dari yang direncanakan. karena bentuk organisasi pelayanan
Mekanisme penganggaran persampahan di Kabupaten Bandung,
APBD yang memiliki jeda waktu Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung
misalnya pada awal tahun dimana Barat merupakan SKPD yang harus
anggaran yang telah diajukan dan tunduk pada aturan penganggaran yang
disetujui belum turun karena berbagai telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu
kendala juga menyulitkan SKPD d i u p a y a k a n b e n t u k o rg a n i s a s i
pengelola kebersihan. Ketika itu, pelayanan persampahan adalah BUMD
SKPD pengelola kebersihan tidak atau BLUD seperti Kota Bandung
memiliki anggaran sementara kegiatan sehingga dapat memiliki keleluasaan
operasional pengelolaan sampah tetap dalam mekanisme penganggaran
harus berlangsung setiap hari, setiap kegiatan operasional sehari-hari
bulan sepanjang tahun, tidak mungkin ataupun unruk pengadaan dan
dihentikan karena alasan anggaran pemeliharaan peralatan.
belum ada, maka SKPD pengelola
kebersihan harus mencari cara untuk Evaluasi Kinerja Output Pelayanan
memperoleh dana talangan terlebih Persampahan
dahulu agar operasional pelayanan Selain membahas tentang
persampahan tidak berhenti. Misalnya kinerja pelayanan pengelolaan dari sisi
menurut Kepala UPTD Kebersihan input, penelitian ini juga mengkaji
Kabupaten Bandung Barat, pihaknya tentang kinerja output dari pelayanan
mensiasati kerterlambatan pencairan persampahan. Dengan mengetahui
anggaran ini dengan meminjam dana output atau keluaran organisasi
PAD dari Kas Daerah. Selain itu, kemudian dapat dianalisis apakah
menurut Dartoyo, Staf Ahli BPSR kegiatan yang dilaksanakan telah
Propinsi Jawa Barat kesulitan lain yang sesuai dengan rencana atau belum. Di
dihadapi adalah dalam pemeliharaan sini, indikator output dijadikan
atau perbaikan alat yang rusak. Ada landasan untuk menilai keberhasilan
beberapa peralatan dalam pengelolaan suatu organisasi penyedia layanan
sampah termasuk peralatan yang persampahan. Dalam penelitian ini,
perbaikannya memerlukan biaya yang kinerja output pelayanan persampahan
cukup mahal, seperti perbaikan diukur berdasarkan tiga indikator
buldoser atau eskavator yang kinerja, yaitu: 1) prosentase
digunakan di TPA. Perbaikan alat ini terangkutnya timbulan sampah ke TPA;
dapat memerlukan biaya ratusan juta dan 2) pola pengelolaan sampah yang

52 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

diterapkan di masing-masing TPS dan umum masih menggunakan paradigma


TPA, dan 3) tingkat partisipasi lama yaitu sistem kumpul – angkut –
masyarakat dalam pengelolaan buang. Paradigma dimaksud adalah
sampah. Lebih rinci mengenai evaluasi dimana pengelolaan sampah terbatas
kinerja ketiga indikator output tersebut hanya mengumpulkan,
dapat dijelaskan sebagai berikut: mengangkutnya lalu membuangnya di
tempat pembuangan sampah. Hal ini
Prosentase Terangkutnya Timbulan sebagaimana dijelaskan dalam hasil
Sampah ke TPA penelitian West Java Province
Pada dasarnya, sampah Metropolitan Development (2011)
merupakan suatu keniscayaan bagi yang menyebutkan bahwa Pemerintah
manusia, artinya, dalam proses untuk Daerah di wilayah Metropolitan
memenuhi kebutuhannya manusia Bandung Raya masih menggunakan
dapat dipastikan akan memproduksi/ cara atau metode konvensional dalam
menghasilkan sampah. Semakin mengelola sampah. Di sini, sampah
banyak penduduk yang mendiami yang dihasilkan oleh rumah tangga
suatu daerah, maka akan semakin dikumpulkan tanpa melalui tahap
banyak sampah yang dihasilkan. pemisahan jenis sampah terlebih
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa dahulu. Sampah ini selanjutnya dibawa
terkait dengan kinerja output dalam ke TPS (Tempat Penampungan
pelayanan persampahan, maka salah Sementara) di tingkat RW, Kelurahan
satu indikator yang digunakan untuk maupun Kecamatan, sebelum akhirnya
mengevaluasi adalah prosentase diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan
terangkutnya sampah ke Tempat Akhir). Secara umum, prosentase
Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini sampah yang terangkut ke TPA di
sebenarnya dikarenakan manajemen wilayah Metropolitan Bandung Raya
pengelolaan sampah di wilayah dapat dijelaskan pada Tabel berikut:
Metropolitan Bandung Raya secara
Tabel 7. Prosentase Sampah Terangkut Ke TPA
di Wilayah Metropolitan Bandung Raya
Kabupaten/Kota Timbulan Sampah/Hari Sampah yang diangkut/hari
(Ton) Jumlah (Ton) %
Kota Bandung 1500 1000 – 1100 66-72%
Kabupaten Bandung 3159 340 10,76%
Kota Cimahi 723 119 16,4%
Sumber: dari berbagai sumber*)

Dari tabel tersebut di atas terlihat dilihat dari sudut pandang pengelolaan
bahwa bila ditinjau dari prosentase sampah maka kinerja output pelayanan
sampah yang terangkut ke TPA, kinerja persampahan di Kota Cimahi secara
output pelayanan persampahan di Kota umum paling bagus dibandingkan
Bandung adalah yang paling tinggi dengan ketiga kota dan kabupaten
dibandingkan dengan Kota Cimahi, lainnya. Hal ini karena meskipun
Kabupaten Bandung dan Kabupaten prosentase sampah yang terangkut
Bandung Barat. Namun demikian bila hanya ke TPA Sarimukti hanya 16.4%

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 53


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

dari total timbulan sampah, namun mengevaluasi kinerja pelayanan


sisanya telah dikelola oleh masyarakat. persampahan dalam penelitian ini
Sementara itu, untuk Kabupaten adalah dilihat dari teknik pengolahan
Bandung, prosentase sampah yang sampah yang diterapkan di TPS dan
terangkut ke TPA masih sangat rendah TPA, artinya apakah metode yang
yaitu hanya sebesar 10,76% dari total digunakan masih menggunakan cara
timbulan sampah. Hal ini selain karena konvensional, yaitu ditimbun dan/atau
faktor luas wilayah juga karena dibakar atau telah menggunakan
keterbatasan sarana dan prasarana serta metode tertentu yang ramah
SDM dan anggaran yang tersedia, lingkungan. Bila dilihat dari kondisi
sementara total timbulan sampah yang eksisting saat ini, untuk wilayah
dihasilkan adalah yang paling banyak Metropolitan Bandung Raya, beberapa
dibandingkan produksi timbulan kabupaten dan kota seperti Kota
sampah dari kota dan kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten
lainnya di wilayah Metropolitan Bandung Barat tidak memiliki TPA
Bandung Raya. Hampir sama dengan mandiri sehingga dalam hal
Kabupaten Bandung yang kinerja pengelolaan akhir sampah harus
pelayanan pengangkutan sampah ke bekerjasama dengan daerah lain
TPA nya masih sangat rendah, dibawah koordinasi Balai Pengelolaan
Kabupaten Bandung Barat juga hanya Sampah Regional (BPSR) yaitu dengan
mampu mengangkut sampahnya adanya TPA Sarimukti yang berlokasi
sebanyak 74.5 ton/hari dari total di Kecamatan Cipatat, Kabupaten
timbulan sampah 933 ton/hari atau Bandung. Sementara itu, untuk
sekitar 7.8%. Kabupaten Bandung telah memiliki
TPA mandiri yaitu TPA Ciparay. Secara
Teknik Pengolahan Sampah di TPS lebih rinci lingkup operasional
dan TPA pengelolaan sampah lokal
Selanjutnya indikator output kabupaten/kota dan regional dapat
yang juga digunakan untuk dijelaskan pada gambar berikut:

Sumber: BPSR Pemprov Jawa Barat, 2013


Gambar 2.
Lingkup Operasional Pengelolaan Sampah Lokal dan Regional

54 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Sebagaimana terlihat dari Dilihat dari kondisi


gambar di atas, disini masing-masing eksistingnya, baik untuk TPA
kabupaten/kota yaitu Kota Bandung, Sarimukti maupun TPA Ciparay,
Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung keduanya menggunakan metode
Barat memiliki tanggungjawab untuk controlled landfill. Sistem ini
mengangkut sampah dari sumber merupakan perbaikan atau peningkatan
2
sampah ke TPS-TPS yang tersebar di dari sistem open dumping. Di sini,
seluruh wilayahnya dan dari TPS-TPS pelapis dasar yang digunakan adalah
tersebut ke TPA Sarimukti. Sementara lapisan geomembran, kemudian
itu, untuk Kabupaten Bandung yang sampah ditimbun dengan tanah setiap
telah memiliki TPA Mandiri yaitu TPA periode waktu tertentu, misalnya tujuh
C i p a r a y, h a r u s m e l a k u k a n hari. Dalam operasionalnya, untuk
pengangkutan sampah dari berbagai meningkatkan efisiensi pemanfaatan
titik komunal ke TPS dan dari TPS ke lahan dan kestabilan permukaan TPA,
T PA C i p a r a y s e k a l i g u s maka dilakukan juga pemerataan dan
bertanggungjawab untuk melakukan pemadatan sampah. Di Indonesia,
pengelolaan sampah di TPA tersebut. metode controlled landfill ini
Sebagaimana disebutkan di atas dianjurkan untuk diterapkan di kota
bahwa kinerja output pelayanan skala sedang dan kecil. Untul bisa
persampahan sendiri dapat dilihat dari melaksanakan metode ini, perlu
teknik pengolahan sampah yang penyediaan beberapa fasilitas, di
digunakan baik di tingkat TPS maupun antaranya: 1) Saluran drainase untuk
TPA. Di tingkat TPS, sebagian besar mengendalikan aliran air hujan; 2)
masih sekedar berfungsi sebagai Saluran pengumpul air lindi (leachate)
tempat pengumpul sampah sementara dan instalasi pengolahannya; 3) Pos
sebelum akhirnya diangkut ke TPA. pengendalian operasional; 4) Fasilitas
Namun demikian, beberapa TPS sudah pengendalian gas metan; dan 5) Alat
menggunakan metode 3R: Reduce, berat.
Reuse dan Recycle. Di Kota Bandung, Sebenarnya pilihan terbaik
dari 174 TPS yang ada 10 diantaranya adalah membangun TPA dengan sistem
merupakan TPS yang memiliki sanitary landfill, namun sistem ini
kegiatan 3R, seperti misalnya TPS cukup mahal baik dari sisi investasi
Pasar Gedebage, TPS Indramayu, dan maupun operasionalnya. Oleh
TPS Ciroyom. Demikian pula halnya karenanya, jika pemerintah daerah
dengan Kota Cimahi dimana dari total tidak mampu, sistem controlled landfill
timbulan sampah yang dihasilkannya, bisa menjadi pilihan. Hanya saja,
3
sebanyak 27,5% yaitu 287 m /hari atau sistem ini bersifat sementara sampai
13,8 ton per hari telah dikelola sendiri sistem sanitary landfill 3 dapat
dengan metode 3R. dilakukan. Sistem ini secara umum

2 Sistem Open Dumping menggunakan prinsip kerja sederhana dimana sampah sekedar dibuang tanpa ada penanganan lebih lanjut.
Keuntungan utama dari sistem ini adalah murah dan sederhana, sementara kekurangannya, sistem ini sama sekali tidak
memperhatikan sanitasi lingkungan. Karena sampah hanya ditumpuk dan dibiarkan membusuk maka gundukan sampah tersebut
menjadi lahan subur bagi berkembangbiaknya berbagai jenis bakteri dan bibit penyakit, selain juga menimbulkan bau yang sangat
tidak sedap yang tercium dari puluhan bahkan ratusan meter.
3 Sistem Sanitary Lanfill merupakan sistem pengolahan sampah yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkunga. Di sini, ada
proses penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan dan penutupan sampah setiap hari. Penutupan sel sampah
dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari. Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional. Untuk

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 55


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

lebih bagus dari sistem open dumping Pemerintah mampu menginisiasi


meskipun masih tidak seideal sistem tumbuhnya kesadaran masyarakat di
sanitary landfill. Namun demikian, wilayahnya untuk berpartisipasi aktif
paling tidak sistem pengolahan sampah melakukan pengolahan sampah.
dengan controlled landfill sudah cukup Secara umum, tingkat kesadaran
ramah lingkungan. masyarakat di masing-masing daerah
di wilayah Metropolitan Bandung Raya
Tingkat Partisipasi Masyarakat masih rendah, hal ini terlihat dari masih
Dalam Pengolahan Sampah banyaknya masyarakat yang tidak
Bila kita sekedar mengacu pada membayar retribusi jasa pengangkutan
paradigma lama dalam proses sampah. Selain itu, untuk konteks
pengolahan sampah yaitu: kumpul – membuang sampah pada tempatnya
angkut – buang, maka dua indikator saja masih banyak masyarakat yang
kinerja output yang pertama sudah belum memiliki kesadaran. Sementara
cukup menjelaskan kinerja pelayanan paradigma: kumpul – angkut – buang,
persampahan. Namun, bila kita lebih sudah tidak cocok lagi diterapkan,
lanjut mencermati Undang-Undang mengingat keterbatasan
N o . 1 8 Ta h u n 2 0 0 8 t e n t a n g anggaran/biaya baik untuk proses
Pengelolaan Sampah, dalam Pasal 5 pengumpulan dan pengangkutan
disebutkan bahwa Pemerintah dan sampah maupun pada proses
Pemerintahan Daerah bertugas pengolahannya, maka keterlibatan
menjamin terselenggaranya masyarakat dalam proses pengolahan
pengelolaan sampah yang baik dan sampah mulai dari sumbernya adalah
berwawasan lingkungan. Tugas ini sebuah keharusan. Terlebih lagi bila
kemudian diuraikan lebih rinci dalam memperhatikan karakteristik sampah
Pasal 6 yang mana pada ayat (1) yang mana penyumbang terbesar dari
menyebutkan bahwa Pemerintah dan sampah yang dihasilkan di wilayah
Pemerintahan daerah bertugas untuk Metropolitan Bandung Raya setiap
menumbuhkembangkan dan harinya bersumber dari daerah
meningkatkan kesadaran masyarakat permukiman (65,56%) dengan
dalam pengelolaan sampah. Sementara prosentase terbesar adalah sampah
di sisi lain, dalam Pasal 12 (ayat 1) organik.
disebutkan bahwa setiap orang wajib Dari uraian tersebut di atas
mengurangi dan menangani sampah selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
dengan cara berwawasan lingkungan. perlunya partisipasi masyarakat dalam
Itulah mengapa kemudian penelitian pengelolaan sampah dikarenakan
ini menempatkan indikator kinerja masih terbatasanya pelayanan
output yang ketiga yang menjelaskan persampahan yang dilakukan oleh
tentang tingkat partisipasi masyarakat pemerintah. Keterbatasan pelayanan
dalam pengolahan sampah. Indikator ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
ini setidaknya dapat memberikan 1) adanya keterbatasan kapasitas TPA;
gambaran tentang sejauh mana 2) keterbatasan jumlah dan kapasitas
meminimalkan potensi gangguan timbul maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun untuk menerapkannya
diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal. Di Indonesia, metode sanitary landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota besar dan metropolitan. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, sama
seperti fasilitas dalam sistem controlled landfill tentu dengan kebutuhan jumlah dan spesifikasi yang berbeda.

56 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

pengangkutan sampah dari sumber ke Dan dalam kaitannya dengan teknik


TPS dan TPA sehingga tidak dapat pengolahan sampah, di TPA Sarimukti
menjangkau seluruh masyarakat; serta dan Ciparay telah menggunakan
3) keterbatasan metode pengolahan system controlled landfill yang lebih
sampah di TPA. Adapun bentuk baik dari sistem open dumping.
parisipasi masyarakat dalam Persoalan sampah di wilayah
pengelolaan sampah terutama dalam Metropolitan Bandung Raya
melakukan pengolahan sampah di merupakan permasalahan yang
sumbernya. Pengolahan sampah dari komplek yang penyelesaiannya
sisi hilir ini dapat dilakukan dengan memerlukan harmonisasi kerjasama
melakukan pemilahan sampah di antar berbagai pihak baik pemerintah,
sumber untuk tujuan kemudahan swasta maupun masyarakat. Selain itu,
pengolahan selanjutnya dan melakukan koordinasi antara pemerintahan daerah
3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). kabupaten/kota dan provinsi baik segi
administratif maupun secara teknis
A. PENUTUP operasional juga diperlukan. Dan yang
Berdasarkan hasil analisis dan paling utama adalah pelibatan
pembahasan di atas, dapat ditarik masyarakat yang sesungguhnya harus
kesimpulan bahwa kinerja input menjadi ujung tombak dalam
pelayanan pengelolaan sampah di manajemen pengelolaan sampah
Kabupaten/Kota di wilayah mengingat paradigma kumpul – angkut
Metropolitan Bandung Raya cukup – buang tidak lagi menjadi alternatif
variatif. Kota Bandung dan Kota yang cukup solutif ditengah
Cimahi memiliki kinerja input keterbatasan sumber daya, baik
pelayanan persampahan yang lebih anggaran, SDM dan sarana prasarana
baik dibandingkan dengan Kabupaten sementara intensitas aktivitas ekonomi,
Bandung dan Kabupaten Bandung sosial, budaya dan sebagainya semakin
Barat. Hal ini terlihat, baik dari aspek meningkat. Dalam hal ini, masyarakat
kelembagaan, infrastruktur, SDM harus di dorong untuk melakukan
maupun anggaran. Sementara itu, pengolahan sampah secara mandiri
dilihat dari kinerja output pelayanan melalui pemilahan dan pengolahan
persampahan terutama bila dilihat dari sampah pada skala rumah tangga dan
indikator terangkutnya timbulan komunitas.
sampah ke TPA, Kota Bandung dan
Kota Cimahi memiliki kinerja yang DAFTAR PUSTAKA
lebih baik dari Kabupaten Bandung dan Balai Pengelolaan Sampah Regional
Kabupaten Bandung Barat. Dinas Permukiman dan
Selanjutnya, bila dilihat dari sisi Perumahan Pemerintah Provinsi
pengolahan sampah, tingkat partisipasi Jawa Barat. (2013). Pengelolaan
masyarakat di Kota Cimahi terlihat Te m p a t P e n g o l a h a n d a n
lebih tinggi, meskipun bila dilihat Pemrosesan Akhir Sampah
secara umum, tingkat partisipasi (TPPAS) Regional Jawa Barat.
masayarakat dalam hal pengolahan Bandung.
sampah di wilayah Metropolitan Becker., E. Brian., et. all (2001: p.7).
Bandung Raya masih sangat rendah. The HR Scorecard: Mengaitkan

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 57


Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Krismiyati Tasrin & Shafiera Amalia

Manusia, Strategi dan Kinerja. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun


Harvard Business School Press. 2012 tentang Pengelolaan
Jawa Barat dalam Angka. (2011). Sampah Rumah Tangga dan
(http://pusdalisbang.jabarprov.g Sampah Sejenis Rumah Tangga.
o.id/ pusdalisbang/images/
Tim Kajian PKP2A I LAN. (2004).
attachments/284_PDRB.pdf,
diakses 15 Mei 2013). Pengelolaan Bersama (Joint
Kabupaten Bandung Barat. (2013). Management) Pelayanan
Profil Pengelolaan Persampahan di Wilayah
Persampahan di Kabupaten Perkotaan. PKP2A I LAN
Bandung Barat. Kabupaten Bandung.
Bandung *) Undang-Undang No. 18 Tahun 2008
Kementerian Pekerjaan Umum, Badan tentang Pengelolaan Sampah
Penelitian dan Pengembangan West Java Province Metropolitan
Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Development. (2011).
Lingkungan. (2011). Uji Model Pengelolaan sampah padat
Kerjasama Pemerintah, Swasta perkotaan di wilayah
dan Masyarakat dalam metropolitan di Jawa Barat:
Pengelolaan TPPAS Regional. Belajar dari Pengalaman di
(sosekling. pu.go.id/.../ S i n g a p u r a .
Uji%20Model%20Kerjasama% (metropolitan.jabarprov.go.id/fi
20Pemerintah,%20S. Diakses 4 le/laporan/LaporanSampah_
September 2013)*). 28122011.pdf. Diakses 4
Pemerintah Kota Cimahi. (2012). Data September 2013).
Sarana Pengangkutan
Persampahan Kota Cimahi
Tahun 2012. Cimahi*).

58 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014

You might also like