You are on page 1of 16

SUPERVISION OF WASTE MANAGEMENT AT SEMARANG CITY

Ikhsan Zirgantara, Ida Hayu Dwimawanti


Departemen Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, SH Tembalang Semarang
Kotak Pos. 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

Abstract

One of the crucial problems in urban areas is the problem of waste. Lots of big
cities in Indonesia are overwhelmed with handling waste including the city of
Semarang. Along with the increase in population, lifestyles and consumption
patterns of community contribute to producing waste in the city of Semarang. The
Environmental Services (DLH) is the agency responsible for waste problems that
occur in the city of Semarang, in this case carried out by the implementing
Technical Service Unit (UPTD) cleanliness of Region I-VIII as implementing
operational and technical elements of supporting the Environmental Services in
the field.UPTD has the task of carrying out part of the operational technical
activities of the Environmental Agency including cleaning services in the area.
The purpose of this research was to analyze the supervision carried out by the
Environment Services and obstacles faced in monitoring waste management in the
city of Semarang. The research method used is descriptive qualitative methods.
Data collection techniques are observation, interviews, documentation and data
triangulation. The indicator used to assess the activities of supervisory is standard
setting, job measurement, comparison, and corrective action. Based on these
indicators it can be know what are the obstacles in the process of supervision
waste management. The results of the study showed that supervision of the
implementation of waste management still has not been optimal because there are
still constraints encountered in the supervision process. These constraints are such
as the lack of human resources possessed in conducting supervision, lack of
facilities and infrastructure, and lack of public awareness in keeping the
environment. The advice that researchers gave was to increase the number of
human resources in supervision, improve facilities and infrastructure, improve
socialization activities to the public on the importance of protecting the
environment and and increased synergy with related agency to enforce regulation.

Keywords: Supervision, Human Resources, Facilities and Infrastructure,


Public Awareness.

1
PENDAHULUAN penduduk dari tahun – ketahun, gaya

A. Latar Belakang hidup dan pola konsumsi masyarakat


memberikan kontribusi dalam
Kepadatan jumlah penduduk
menghasilkan timbunan sampah di
menimbulkan persoalan atau
suatu wilayah terutama kota – kota
tantangan tersendiri serta
besar.
permasalahan kompleks yang
dihadapi oleh daerah perkotaan. Banyak kota besar di
Salah satu persoalan daerah Indonesia kewalahan menangani
perkotaan yang cukup krusial adalah sampah termasuk Kota Semarang.
masalah sampah kota yang Hal ini dapat dilihat dari
volumenya yang semakin meningkat meningkatnya volume sampah rata-
tiap tahunnya dan hal ini berbanding rata yang dihasilkan dari tahun ke
lurus dengan pesatnya laju tahun. Kota Semarang di tahun 2017
pertumbuhan dan perkembangan dengan jumlah penduduk mencapai
penduduk di daerah kota tersebut. 1,7 juta jiwa yang tersebar di 16
Menurut Sucipto ( 2012: 1), besarnya Kecamatan dan 177 kelurahan, setiap
sampah yang dihasilkan dalam suatu harinya menghasilkan lebih dari
daerah tertentu sebanding dengan 1000 ton sampah.1 Seiring dengan
jumlah penduduk, jenis aktivitas dan peningkatan jumlah penduduk dan
tingkat konsumsi penduduk tersebut perubahan gaya hidup masyarakat
terhadap barang atau material. belum lagi ditambah penduduk yang
Semakin besar jumlah penduduk atau datang dari daerah lain,
tingkat konsumsi terhadap barang menyebabkan wilayah Kota
maka semakin besar pula volume Semarang memiliki kecendrungan
sampah yang dihasilkan. Menurut peningkatan timbulan sampah setiap
Nurdjaman dalam ( Wati Hermawati, tahunnya.
dkk. 2015 ), jenis dan kualitas
sampah juga sangat dipengaruhi oleh
1
kehidupan masyarakat yang http://semarangkota.go.id/berita/read/7/b
cendrung bersifat konsumeritis, erita-kota/1574/semarang-hasilkan-
1000-ton-sampah-perhari-sekda-minta-
artinya seiring bertambahan jumlah warga-peduli.

2
Produksi sampah pada kurun Peraturan Daerah Kota
waktu enam tahun terakhir terhitung Semarang Nomor 6 Tahun 2012
dari tahun 2012 sampai 2017 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam
mengalami kenaikan tiap tahunnya Perda ini telah menjelaskan tentang
seiring dengan bertambahnya jumlah penerapan kegiatan pengurangan dan
penduduk Kota Semarang. Begitu penaganan sampah. Kegiatan
pula dengan volume sampah yang pengurangan sampah meliputi
terangkut, dari tahun 2012 sampai kegiatan pembatasan, penggunaan
2017 terus mengalami peningkatan, kembali dan pendauran ulang
walaupun tahun 2016 tidak terlalu sampah atau yang lebih dikenal
signifikan. Pada tahun 2016 volume dengan 3R. Konsep 3R ( Reduce,
sampah yang terangkaut mengalami Reuse, Recycle ) merupakan program
peningkatan dari 4349,00 m3 menjadi mengurangi atau meminimalisir
4445,00 m3, dan pada tahun 2017 sampah dimulai dari sejak
volume sampah terangkut kembali pengumpulan, pengangkutan, dan
meningkat 4445,00 m3 menjadi pembuangan sampah. Kegiatan
4544,07 m3. Namun kalau di lihat pengurangan sampah dapat
dari jumlah produksi sampah yang dilakukan dengan memanfaatkan
dihasilkan oleh penduduk Kota bank – bank sampah yang tersedia.
Semarang masih mangalami Sedangkan untuk kegiatan
peningkatan dan masih terdapat sisa penanganan sampah meliputi
sampah yang belum terangkut. Hal pemeliharaan, pengumpulan,
ini menunjukan bahwa dari tahun ke pengangkutan pengolahan dan
tahun produksi sampah semakin pemrosesan akhir.
meningkat dan pengangkutan
Namun upaya pemerintah
sampah di Kota Semarang belum
Kota Semarang ini belum mampu
optimal, dimana proses
mengatasi permasalahan sampah
pengangkutan sampah masih terdapat
yang ada. Sistem ini dipandang
sisa sampah yang belum terangkut
belum maksimal dalam mengatasi
sehingga dapat menimbulkan
persoalan sampah kota. Hal ini dapat
berbagai permasalahan.

3
dilihat dari dari data laporan menjadi indikasi kurangnya
permasalahan sampah yang masuk ke pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Lingkungan Hidup sebagai Dinas Lingkungan Hidup serta
instansi yang memiliki tugas dan Pemerintah Kota Semarang dalam
tanggung jawab dalam pengelolaan pengelolaan sampah di Kota
sampah di Kota Semarang mulai dari Semarang. Melalui penelitian ini
pengumpulan sampah, diharapkan dapat digali informasi
pengangkutan, sampai dengan yang berkaitan dengan bagaimana
pembuangan sampah di Tempat pengawasan pengelolaan sampah dan
Pembuangan Akhir (TPA). kendala-kendala apa saja yang
dihadapi dalam pengawasan
Pada Tahun 2017 terdapat
pengelolaan sampah di Kota
117 laporan permasalahan tentang
Semarang.
lingkungan dan sampah yang
dilaporkan masyarakat kepada Dinas B. Kajian Teori
Lingkungan Hidup Kota semarang 1. Administrasi Publik

melalui sistem Layanan Aspirasi dan Chandler dan Plano dalam

Pengaduan Online Rakyat (LAPOR), Yeremias T. Keban (2008: 3)

dan untuk tahun 2018 ada sekitar 178 mendefinisikan administrasi publik

laporan tentang permasalahan adalah proses dimana sumber daya

lingkungan dan sampah yang masuk dan personel publik diorganisir dan

ke Dinas Lingkungan Hidup Kota dikoordinasikan untuk

Semarang melalui sistem LAPOR memformulasikan,

maupun Aplikasi Lapor Sampah mengimplementasikan, dan

(SILAMPAH). (dikutip dari laporan mengelola keputusan-keputusan

Admin sistem LAPOR dan dalam kebijakan publik. Chandler

SILAMPAH Dinas Lingkungan dan Plano juga menjelaskan bahwa

Hidup Kota Semarang). administrasi publik merupakan seni


dan ilmu ( art and science ) yang
Banyaknya permasalahan
ditujukan untuk mengatur public
yang muncul dalam pengelolaan
affairs dan melaksanakan berbagai
sampah di Kota Semarang bisa
tugas yang telah ditentukan.

4
Kemudian Nicholas Henry dalam manajemen publik adalah suatu studi
Pasolong (2014:8), mendefinisikan interdisipliner dari aspek – aspek
administrasi publik adalah suatu umum organisasi, dan merupakan
kombinasi yang kompleks antara gabungan anatara fungsi manajemen
teori dan praktek, dengan tujan seperti planning, organizing, dan
mempromosi pemahaman terhadap controlling dari satu sisi, dengan
pemerintah dalam hubungannya SDM, keuangan, fisik, informasi dan
dengan masyarakat yang diperintah, politik disisi lain. Dengan kata lain,
dan juga mendorong kebijakan manajemen publik merupakan proses
publik agar lebih responsive terhadap menggerakkan sumber daya manusia
kebutuhan sosial. Administrasi dan non manusia sesuai “perintah”
publik berusaha mengembangkan kebijakan publik.
praktik praktik manjemen agar sesuai
3. Pengawasan
dengan nilai efektifitas, efisiensi dan
Mufham Al-Amin (2006 : 49)
pemenuhan kebutuhan secara lebih
dalam bukunya yang berjudul “
baik.
Manajemen Pengawasan ”
2. Manajemen Publik
menjelaskan bahwa pengawasan
George Terry (2012: 4)
merupakan suatu kegiatan untuk
dalam bukunya yang berjudul “Azas
meyakinkan dan menjamin bahwa
– Azas Manajemen”, mendefinisikan
pekerjaan yang dilakukan telah
manajemen adalah sebuah proses
sesuai dengan rencana yang telah
yang khas, yang terdiri tindakan –
ditetapkan dengan cara mengukur
tindakan : perencanaan,
apa yang telah dicapai, menilai
pengorganisasian, pelaksanaan, dan
kegiatan, dan mengadakan tindakan-
pengawasan yang dilakukan untuk
tindakan perbaikan dan penyesuaian
menentukan serta mencapai sasaran -
yang dianggap perlu.
sasaran yang telah ditentukan melalui
Menurut Griffin (2004:167)
pemanfaatan sumber daya manusia
sistem pengawasan organisasi
serta sumber – sumber lain.
memiliki 4 (empat) langkah
Kemudian Overman dalam Keban
fundamental dalam setiap prosesnya.
(2008:92), mengemukakan bahwa

5
Langkah-langkah tersebut adalah 4. Menentukan kebutuhan akan
sebagai berikut : tindakan koreksi.
Tindakan perbaikan diartikan
1. Menetapakan standard.
sebagai tindakan yang
Standard adalah target yang
diambil untuk menyesuaikan
menjadi acuan perbandingan
hasil pekerjaan nyata yang
untuk kinerja dikemudian
menyimpang agar sesuai
hari. Standar yang ditetapkan
dengan standar atau rencana
untuk tujuan pengawasan
yang telah ditetapkan
harus diekspresikan dalam
sebelumnya.
acuan yang dapat diukur.
2. Mengukur kinerja. Kemudian menurut Mufham
Pengukuran kinerja adalah Al-Amin ( 2006 : 89-90 ) dalam
aktivitas konstan dan kontinu bukunya yang berjudul “ Manajemen
bagi sebagian besar Pengawasan ”, dalam proses dasar
organisasi. Agar pengawasan pengawasan paling tidak harus
berlangsung efektif, ukuran- melalui empat tahap yaitu :
ukuran kinerja harus jelas.
1. Menentukan standard.
3. Membandingkan kinerja
Standard berguna sebagai alat
dengan standard.
pembanding di dalam
Tahap ini dimaksudkan
melakukan pengawasan, atau
dengan membandingkan hasil
sebagai alat pengukur untuk
pekerjaan pegawai (actual
menjawab pertanyaan berapa
result) dengan standar yang
kegiatan telah dilaksanakan.
telah ditentukan. Hasil
2. Pengukuran hasil kerja.
pekerjaan karyawan dapat
Pengukuran dapat dilakukan
diketahui melalui laporan
terhadap pekerjaan yang
tertulis yang disusun
sedang atau telah dilaksnakan
karyawan, baik laporan rutin
sehingga prencanaan dapat
maupun laporan khusus.
menyesuaikan dan
menghindari permasalahn

6
yang timbul. Pengukuran pekerjaan, melakukan perbandingan
pekerjaan dapat dilakukan dan pengambilan tindakan koreksi.
melalui laporan baik secara Berdasarkan indikator tersebut dapat
lisan maupun tertulis, diketahui apa saja yang menjadi
pengawasan langsung atau kendala dalam proses pengawasan
dengan menggunkan alat – pengelolaan sampah.
alat teknis lainnya. 4. Pengelolaan Sampah
3. Melakukan perbandingan. Menurut Undang-Undang
Maksud dari perbandingan Nomor 18 Tahun 2008 tentang
adalah untuk mengetahui Pengelolaan Sampah, sampah adalah
apakah antara hasil yang sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
dicapai dengan standar atau proses alam yang berbentuk
terdapat suatu perbedaan dan padat. Untuk itu, sampah harus
jika ada perbedaan berapa dikelola agar tidak membahayakan
besarnya. lingkungan dan kesehatan manusia.
4. Melakukan tindakan koreksi. Kemudian Menurut Damanhuri. E.
Melakukan tindakan koreksi dan Tri Pami (2010)
atas penyimpangan yang mengidentifikasi kegiatan
terjadi merupakan tahap akhir operasional pengolaan atau
dan sangat penting dalam manajemen (termasuk pemilahan)
proses pengawasan. Semakin sampah kota yang meliputi kegiatan
cepat tindakan koreksi perencanaan implementasi,
dilakuakan, maka semakin monitoring, evaluasi, pelaporan dan
tepat pula tujuan pengawasan pembiayaan.
dapat tercapai. C. Metode Penelitian

Kendala yang dihadapi dalam Penelitian ini dilaksanakan di

kegiatan pengawasan pengelolaan Dinas Lingkungan Hidup Kota

sampah dalam penelitian ini dilihat Semarang. Penelitian menggunakan

dari proses pengawasan mulai dari pendekatan kualitatif yang bersifat

penetapan standar, pengukuran deskriptif. Prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa

7
kata-kata tulisan atau lisan dari HASIL DAN PEMBAHASAN
orang-orang dan perilaku yang dapat A. Pengawasan Pengelolaan Sampah

diamati. Pemilihan informan di Kota Semarang

didasarkan pada teknik purposive 1. Penetapan Standar


Penetapan standar merupakan
sampling, dimana pemilihan
langkah atau proses pertama dalam
informan berdasarkan orang yang
sebuah kegiatan pengawasan.
dianggap paling tahu tentang apa
Standar digunakan sebagai ukuran
yang sedang diteliti yaitu pegawai
atau alat pembanding dalam
Dinas Lingkungan Hidup Kota
menjalankan proses pengawasan agar
Semarang. Sumber data yang
kegiatan tersebut dapat berjalan
digunakan yaitu data primer dan data
sesuai dengan rencana yang telah
sekunder. Data primer dalam
ditetapkan sebelumnya. Dinas
penelitian ini diperoleh peneliti
Lingkungan Hidup Kota Semarang
secara langsung dari sumbernya baik
dalam melaksanakan tugasnya
melalui observasi, dokumentasi foto
memiliki regulasi atau ketetapan
maupun wawancara dengan
untuk pengelolaan sampah yang
informan. Data sekunder merupakan
sudah diatur dalam beberapa
data pendukung berupa buku,
peraturan yang saling berkaitan dan
laporan, arsip, dan dokumen. Teknik
melengkapi satu sama lain,
pengumpulan data adalah observasi,
diantaranya Undang-Undang Nomor
wawancara dokumentasi dan
18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
triangulasi. Teknik analisis data yang
sampah, Peraturan Daerah Kota
digunakan meliputi mereduksi data,
Semarang Nomor 6 tahun 2012
menyajikan data dan penarikan
tentang pengelolaan sampah,
kesimpulan. Sedangkan untuk
Peraturan Mentri Dalam Negeri No.
menguji kualitas data dilakukan
33 tahun 2010 tentang pedoman
melalui uji kredibilitas, uji
pengelolaan sampah, Peraturan
transferability, uji depandebility dan
Walikota Semarang No 72 Tahun
uji konfirmability.
2016 tentang Kedudukan, Sususnan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Tata

8
Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kota sementara ke tempat pembungan
Semarang, serta Peraturan Walikota akhir sampah.
Semarang No 114 Tahun 2016 Kegiatan pengawasan
tentang Pembentukan, Kedudukan, pengelolaan sampah tidak akan
Susunan Organisasi, Tugas dan terlaksana dengan baik jika tidak ada
Fungsi serta Tata Kerja Unit keterlibatan pihak-pihak atau orang
Pelaksana Teknis Kebersihan dalam proses pelaksanaannya
Wilayah I-VIII pada Dinas Kegiatan pengawasan pengelolaan
Lingkungan Hidup. sampah yang dilakukan oleh Dinas
Kegiatan pengawasan yang Lingkungan Hidup Kota Semarang
dilakukan oleh Dinas Lingkungan dilaksanakan oleh pengawas dan
Hidup Kota Semarang dimaksudkan melibatkan beberapa pihak, seperti
agar pelayanan kebersihan dapat masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
terlaksana dengan baik terutama dinas - dinas atau instansi terkait agar
untuk menjamin pengelolaan sampah memudahkan kegaitan pengawasan
terkendali untuk setiap wilayah. Hal yang dilakukan.
ini sesuai dengan tujuan pengelolaan Menurut Al-Amin (2006: 84)
sampah yang terdapat dalam sarana dan prasarana tidak dapat
Peraturan daerah Kota Semarang No dipisahkan dari aktivitas manajemen.
6 tahun 2012 tentang pegelolaan Semua itu merupakan sumber daya
sampah, dimana tujuannya adalah yang harus dimiliki oleh setiap
untuk meningkatkan kesehatan organisasi atau instansi untuk
masyarakat dan kualitas lingkungan mendukung kelancaran proses
serta menjadikan sampah sebagai manajemen. Kegiatan pengawasan
sumberdaya yang berguna. Lalu pengelolan sampah tidak akan
Sasaran kegitan pengawasan tersebut berjalan dengan baik tanpa adanya
adalah pelaksanaan tugas mulai dari sarana dan prasarana yang
kegiatan penyapuan, pengumpulan, mendukung kegiatan tersebut.
pengangkutan dan pembuangan Pengawasan yang dilakukan
sampah dari tempat pembuangan memiliki sarana dan prasarana yang
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah

9
untuk masing – masing Unit lalu prosedur pengangkutan sampah
Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan dengan menggunakan truk armroll.
Wilayah Dinas Lingkungan Hidup
2. Pengukuran Pekerjaan
Kota Semarang mulai dari alat
operasional teknis di lapangan seperti Jumlah petugas pengawas
armada truk armroll, truk dump, pengelolaan sampah pada masing
container, TPS, depo container, serta masing UPTD Kebersihan wilayah
kendaraan roda dua. Namun satu sampai delapan Dinas
demikian jumlahnya masih terbatas. Lingkungan Hidup Kota Semarang
jumlahnya berbeda-beda untuk setiap
Setiap kegiatan yang
UPT. Bedasarkan hasil wawancara
dilkukan harus memiliki kejelasan
yang peneliti dapat dilapangan
prosedur, begitu juga kegitan
jumlah koordinator lapangan atau
pengawasan dalam pengelolaan
pengawas untuk masing masing UPT
sampah. Pengawasan yang dilakukan
sangat terbatas sekali. Sedangkan
harus memiliki prosedur sehingga
wilayah dalam pelaksanaan tugasnya
memudahkan petugas untuk
mencakup dua Kecamatan untuk
melakukan tindakan pengawasan.
setiap UPT. Untuk wilayah satu
Kegiatan pengawasan yang
(Kecamatan Semarang Tengah dan
dilakukan oleh UPTD Kebersihan
Kecamatan Semarang Utara) terdapat
DLH Kota Semarang telah memiliki
dua orang pengawas, wialayah dua
prosedur atau SOP yang jelas dalam
(Kecamatan Semarang Timur dan
kegiatan penanganan sampah seperti
Kecamatan Gayamsari) memiliki
seperti : prosedur penyapuan jalan,
satu orang pengawas, wilayah tiga
prosedur pemantauan pengumpulan
(Kecamatan Pedurungan dan
sampah, prosedur pengangkutan
Kecamatan Genuk) memiliki satu
sampah dengan menggunakan truk
orang pengawas, wilayah empat
dump di TPS, prosedur
(Kecamatan Semarang Selatan dan
pengangkutan sampah dengan
Kecamatan Gajahmungkur) memiliki
menggunakan truk dump non TPS
satu orang pengawas, wilayah lima
(Kecamatan Candisari dan

10
Kecamatan Tebalang) tidak memiliki pengangkut. Namun tidak semua
pengawas, wilayah enam wilayah atau tempat dapat diawasi
(Kecamatan Banyumanik dan secara keseluruhan karena terkendala
Kecamatan Gunungpati) memiliki jumlah pengawas dan luas daerah
satu orang pengawas, wailayah tujuh yang diawasi.
(Kecamatan Semarang Barat dan
Kemudian untuk Objektifitas
Kecamatan Tugu) memiliki satu
dan keakuratan informasi yang
orang pengawas dan wilayah delapan
diterima adalah melalui kegiatan
(Kecamatan Ngaliyan dan
pengawasan yang dilakukan oleh
Kecamatan Mijen) memiliki dua
pengawas setiap hari dan secara
orang pengawas.
langsung dilapangan, serta juga bisa
Untuk frekuensi pengawasan, dalam bentuk laporan yang diterima
pengelolaan sampah dilakukan setiap dari sistem LAPOR atau dengan
hari dari pagi sampai sore hari aplikasi SILAMPAH.
dengan memantau kondisi di Tingkat permasalahan
lapangan. Kegitan pengawasan yang sampah yang sering terjadi
dilakukan mulai dari pagi hari dilapangan bermacam macam
dengan memantau kondisi lapangan bentuknya, mulai dari sampah
khusunya TPS dan kegiatan buangan liar, masalah over kapasitas
pengangkutan sampah oleh armada penampungan sehingga sampah-
dari TPS untuk dibuang ke TPA. sampah menumpuk di TPS, serta
Setiap pagi pengawas atau juga ada sampah tebangan pohon
koordinator lapangan akan turun yang dilakukan oleh masyarakat.
kelapangan untuk berkeliling ke Lalu untuk kendala yang dihadapi
wilayah kerja masing – masing untuk dalam kegaiatan pengawasan
melihat kondisi dilapangan, pengelolaan sampah dapat dilihat
memantau tempat-tempat seperti dari dua sumber. Dari dalam
TPS, titik rawan penumpukan organisasi kendala yang dihadapi
sampah dan proses pengangkutan berupa jumlah sarana dan prasarana
sampah yang dilakukan oleh armada dan sumber daya manusia atau

11
petugas yang digunakan belum sampah di Kota Semarang, maka hal
memadai dan masih terbatas. tersebut menjadi ukuran keberhasilan
Sedangkan kendala dari luar dalam menjalankan tugas
organisasi yang dihadapi adalah pengawasan pengelolaan sampah.
kurangnya kesadaran masyarakat Namun pada kenyataannya
dalam menjaga lingkungan untuk keberhasilan kegiatan pengawasan
tidak membuang sampah pengelolaan sampah yang dilakukan
sembarangan. belum dapat tercapai dengan
3. Melakukan Tindakan maksimal karena masih terdapat
Perbandingan permasalahan-permasalahan yang
Setelah melakukan muncul mengenai persoalan sampah.
pengukuran pekerjaan, tahapan Hal ini disebakan karena beberapa
selanjutnya adalah melakukan faktor seperti keterbatasan sarana
tindakan perbandingan. Dalam prasarana serta jumlah sumber daya
tindakan perbandingan peneliti manusia dalam pelaksanaan
menggunakan gejala mengukur dan pengelolaan sampah. Sehingga
menilai tingkat keberhasilan mempengaruhi keberhasilan kegiatan
pengawasan pengelolaan sampah pengawasan pengelolaan sampah
yang dilakukan oleh Lingkungan dilakukan.
Hidup Kota Semarang. Hal ini dapat 4. Melakukan Tindakan
dilihat dari kebersihan wilayah dan Perbandingan
pelaksanaan tugas pengawasan. Jika Selanjutnya dalam melakukan
masalah sampah yang muncul dapat tindakan koreksi, peneliti melihat
teratasi, tugas dilaksankan dengan bagaimana tindak lanjut penyelesian
baik, tidak ada sampah yang permasalahan yang timbul. Tindakan
menumpuk di TPS maupun di luar koreksi yang diambil oleh Dinas
TPS, semua sampah terangkut dan Lingkungan Hidup Kota Semarang
dibuang ke tempat pembuangan ketika diketahui terjadi kesalahan
akhir, kondisi lingkungan bersih, atau permasalahan dalam
serta sedikitnya jumlah laporan yang pengelolaan sampah adalah dengan
masuk mengenai permasalahan langsung menindaklanjuti

12
permasalahan yang muncul tersebut belum semua masyarakat mengerti
sesuai dengan prosedur yang sudah dan mengetahuinya.
ada. Permasalahan atau
penyimpangan yang muncul di lihat PENUTUP
atau dibuktikan dulu kebenarannya A. Kesimpulan

dilapangan oleh korlap atau petugas Berdasarkan hasil penelitian


dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang terdekat dengan lokasi. Jika
pengawasan pengelolaan sampah yang
terbukti memang terdapat
dilakukan Dinas Lingkungan Hidup
pelanggaran atau permasalahan, baru
Kota Semarang belum maksimal dapat
dikoordinasikan untuk diambil
dilihat dari empat tahapan proses
tindakan oleh petugas dilapangan.
pengawasan, yaitu penetapan standard,
Selain itu dalam upaya meningkatan pengukuran pekerjaan, melakukan
pengawasan pengelolaan sampah, tindakan perbandingan dan melakukan
Dinas lingkungan Hidup Kota tindakan koreksi. Belum maksimalnya
Semarang dalam mengatasi kegiatan pengawasan pengelolaan
permasalahan sampah sudah sampah yang dilakukan oleh Dinas

melakukan beberapa upaya atau Lingkungan Hidup Kota Semarang ini


disebabkan oleh kendala – kendala yang
kegiatan seperti sosialisasi peduli
dihadapi dalam melaksanakan kegiatan
lingkungan kepada masyarakat,
pengawasan pengelolaan sampah di
pemberian teguran maupun sanksi
Kota Semarang. Kendala dalam
kepada pelanggar, namun upaya
melakukan kegiatan pengawasan ini
pemberian teguran maupun sanksi merupakan hambatan – hambatan yang
kepada masyarakat yang melanggar terjadi pada tahapan proses pengawasan
peraturan ini sulit dilakukan karena seperti penetapan standard, pengukuran
sangat jarang untuk bisa ditemukan pekerjaan, melakukan tindakan
pelaku yang melakukan pelanggran perbandingan dan melakukan tindakan
tersebut. Lalu juga ada penggunaan koreksi pada pengelolaan sampah di

sistem LAPOR dan meluncurkan Kota Semarang. Kendala –kendala yang


dihadapi dalam pengawasan pengelolaan
inovasi yang disebut Aplikasi Lapor
sampah di Kota Semarang antara lain
Sampah (SILAMPAH), namum
sebagai berikut :

13
1. Kurangnya Sumber Daya dapat diawasi oleh satu
Manusia (SDM) atau tenaga orang pengawas.
teknis dalam kegiatan 2. Menambah sarana dan
pengelolaan sampah termasuk
prasarana yang digunakan
didalamnya jumlah pengawas.
dan mendukung dalam
2. Jumlah sarana dan prasarana
kegiatan pengelolaan sampah
dalam pengelolaan sampah
seperti penggunaan sarana
masih terbatas dan belum
teknologi CCTV untuk setiap
memadai.
3. Kurangnya kesadaran TPS agar pengawasan
masyarakat dalam menjaga sampah dapat berjalan
lingkungan, hal ini terlihat optimal. Selain itu juga dapat
dimana masih terdapat menambah jumlah armada
masyarakat belum membuang truk armroll, truk dump,
sampah pada tempatnya. container, TPS serta
kendaraan roda dua sehingga
B. Saran
dapat menyesuaikan dengan
1. Melakukan penambahan
kebutuahan dan kondisi di
jumlah Sumber Daya
lapangan .
Manusia (SDM) atau tenaga
3. Meningkatkan kegiatan
teknis termasuk didalamnya
sosialisasi kepada
pengawas yang profesional
masyarakat akan pentingnya
dan kompeten dalam
menjaga lingkungan untuk
kegiatan pengelolaan sampah
tidak membuang sampah
yang dilakukan oleh masing
sembarangan dan pengenalan
– masing UPT Kebersihan
upaya yang telah dilakuan
Wilayah Dinas Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup
Hidup Kota Semarang.
dalam mengatasi dan
Minimal satu UPT terdapat
meningkatkan pengawasan
dua orang pengawas
permasalahan sampah.
sehingga setiap Kecamatan
4. Peningkatan sinergi dengan
dinas terkait untuk

14
menegakkan regulasi atau Keban, Yeremias T. 2008. Enam
peraturan sanksi terhadap Dimensi Strategis
tindakan membuang sampah Administrasi Publik:
tidak pada tempatnya. Konsep, Teori dan Isu.
Yogyakarta: Gava Media.
Daftar Pustaka
Pasolong, Harbani. 2014. Teori
Buku
Administrasi Publik.
Al-Amin, Mufaham. 2006.
Bandung: Alfabeta.
Manajemen Pengawasan.
Terry, George R. 2012. Azas – Azas
Kalam Indonesia: Jakarta.
Manajemen. Bandung : PT
Damanhuri, Enri. dan Tri Padmi.
Alumni.
2010. Diklat Kuliah TL-
3104. Pengelolaan Sampah. Peraturan
Bandung: Institut Teknologi Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Bandung. 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Perda Kota Semarang Nomor 6
Dani Sucipto, Cecep. 2012.
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Teknologi Pengolahan Daur
Sampah.
Ulang Sampah. Yogyakarta:
Peraturan Mentri Dalam Negeri No.
Gosyen Publishing.
33 tahun 2010 tentang
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. pedoman pengelolaan
Edisis Ketujuh. Jakarta: sampah.
Erlangga. Peraturan Wali Kota Semarang
Nomor 72 tahun 2016
Hermawati, Wati, Harti Ningsih,
tentang kedudukan,
Ikbal Maulana, Sri
susunan organisasi, tugas
Wahyono, Wahyu
dan fungsi, serta tata kerja
Purwanta. 2015.
Dinas Lingkungan Hidup
Pengelolaan dan
Kota Semarang.
Pemanfaatan Sampah di
Peraturan Walikota Semarang No
Perkotaan. Yogyakarta:
114 Tahun 2016 tentang
Plantaxia.

15
Pembentukan, Kedudukan, sampah-perhari-sekda-
Susunan Organisasi, Tugas minta-warga-peduli.
dan Fungsi serta Tata Diakses pada tanggal 25
Kerja Unit Pelaksana September 2017
Teknis Kebersihan
Wilayah I-VIII pada Dinas
Lingkungan Hidup.
Internet
http://semarangkota.go.id/berita/rea
d/7/berita-
kota/1574/semarang-
hasilkan-1000-ton-

16

You might also like