You are on page 1of 18

CASSOWARY volume 2 (1): 68 - 85

ISSN : 2614-8900
E-ISSN : 2622-6545
©Program Pascasarjana Universitas Papua, https://pasca.unipa.ac.id/

Pengelolaan sampah botol plastik air mineral di Kota Sorong guna


menurunkan tingkat pencemaran lingkungan
Management of mineral water plastic bottles in Sorong City to reduce the level of
environmental pollution

Julian Kelly Kambu*, Eko Agus Martanto, Marlyn Lekitoo

Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua


Jalan Gunung Salju Amban Manokwari 98314

*E-mail : juliankellykambu@gmail.com

ABSTRACT: Sorong is one of the most advanced and most populous cities in the
province of West Papua, with a population of 2016 reaching 232,833 people and a
population growth rate of 3.21 percent per year (BPS, 2016). As the most populous city,
of course, the problem of waste becomes a significant threat, especially related to the
increasing volume of waste production both from households and businesses and also
the tendency to dispose of waste improperly that results in environmental pollution. The
purpose of this study was to determine the extent of environmental pollution due to
plastic waste in the City of Sorong, then look further at the management of mineral
water plastic bottles, and determine what factors influence the amount of plastic bottle
waste in the City of Sorong. The analytical method used in this research is descriptive
qualitative analysis. Based on the results of the study it can be seen that the waste
management process is carried out by several parties, among others: carried out by the
Government using an integrated management system, then by the community with an
individual management system, and by the private sector through the Sorong Raya
Garbage Bank. Factors that influence the amount of plastic bottle waste include: The
level of community / business actors' knowledge about waste, their attitude about waste
management, their behavior in managing waste, and the activities of government
administrators such as studies on waste, socialization of facilities and regulations, and
the adequacy of the APBD budget. and also external participation.

Keywords : Sorong, Garbage, waste management, pollution, plastic waste, waste banks.

ABSTRAK: Kota Sorong merupakan salah satu Kota termaju dan terpadat
penduduknya di wilayah Provinsi Papua Barat, dengan jumlah penduduk pada tahun
2016 mencapai 232.833 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 3,21 persen pertahun
(BPS, 2016). Sebagai kota terpadat tentu saja masalah sampah menjadi ancaman yang
cukup berarti, apalagi terkait dengan meningkatnya volume produksi sampah baik dari
rumah tangga maupun pelaku usaha dan juga kecenderungan membuang sampah tidak
pada tempatnya yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran lingkungan akibat sampah
plastik di Kota Sorong, kemudian melihat lebih jauh pengelolaan sampah botol plastik
air mineral, dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

68
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

banyaknya sampah botol plastik di Kota Sorong. Metode analisa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa proses pengelolaan sampah dilaksanakan oleh beberapa pihak, antara
lain: dilakukan oleh Pemerintah dengan menggunakan sistem pengelolaan terpadu,
kemudian oleh masyarakat dengan sistem pengelolaan individu, dan oleh swasta melalui
kegiatan Bank Sampah Sorong Raya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
banyaknya sampah botol plastik antara lain: Tingkat pengetahuan masyarakat/pelaku
usaha tentang sampah, sikapnya tentang pengelolaan sampah, perilakunya dalam
mengelola sampah, dan aktivitas administrator pemerintahan seperti kajian tentang
sampah, sosialisasi fasilitas dan peraturan, serta kecukupan anggaran APBD dan juga
partisipasi eksternal.

Kata Kunci : Sorong, Sampah, pengelolaan sampah, sampah plastik, bank sampah.

PENDAHULUAN 556,7937 kg/m3. (Laporan Rencana


Induk Penyelenggaraan Prasarana dan
Jumlah penduduk Kota Sorong Sarana Persampahan Kota SorongTahun
dengan tingkat pertumbuhan yang 2014).
relatif tinggi membawa akibat bertam- Sampah botol plastik air mineral
bahnya volume sampah. Pertambahan tidak dapat terurai secara alami.
jumlah volume sampah adalah berban- Tindakan yang dapat dilakukan dalam
ding lurus dengan pertambahan jumlah mengelola sampah plastik botol air
penduduk. Selain pertambahan volume mineral yakni dengan mulai mengum-
sampah akibat pertambahan jumlah pulkan, memilih jenis, memipihkan,
penduduk, fakta empiris juga menun- mencacah, sampai pada peleburan.
jukkan bahwa jenis sampah yang Salah satu solusi yang dapat diterapkan
dihasilkan dari kehidupan sehari-hari dalam penanganan sampah pastik ini
masyarakat semakin beragam seiring adalah dengan mendaur ulang. Bahan
dengan kehidupan masyarakat yang se- plastik merupakan bahan organik yang
makin konsumtif; volume sampah tidak bisa terurai oleh bakteri
anorganik semakin bertambah seiring (Murtadho Djuli dan Sa’is Gumbira. E,
dengan pola konsumtif kehidupan 1988).
masyarakat yang terus berkembang. Botol plastik jenis PET (Poly
(Perda Nomor 15 Tahun 2013). Ethylene Terephthalate) merupakan
Sampah Kota Sorong merupakan limbah plastik yang tidak dapat diurai
campuran sampah organik dan an oleh tanah sehingga keberadaannya
organik. Berdasarkan jenisnya sampah sangat mengganggu lingkungan
Kota Sorong dibedakan menjadi sampah sekitarnya. Pemanfaatan limbah botol
plastik, kertas/karton, kaca/botol, besi/ plastik yang dapat merubah bentuknya
kaleng, B3 dan organik. Hasil survey sangat diharapkan oleh masyarakat,
dan pengukuran langsung di lapang sehingga keberadaannya tidak meng-
menunjukkan bahwa sampah Kota ganggu lingkungan lagi. Polyethylene
Sorong juga didominasi oleh organik Terephthalate (plastik PET atau PETE)
(51,37%) dan plastik (17,12%) dengan adalah polimer jernih dan kuat dengan
massa jenis masing-masing 286,0242 sifat-sifat penahan gas dan kelembaban.
kg/m3 dan 123,9438 kg/m3. Massa Kemampuan plastik PET untuk
Jenis total sampah Kota Sorong menampung karbon dioksida (karbo-

69
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

nasi) membuatnya sangat ideal untuk didapatkan dengan metode pengamatan


digunakan sebagai botol-botol minuman langsung dan wawancara.
ringan (bersoda / terkarbonasi). Untuk mengetahui faktor-faktor
Tujuan penelitian ini adalah untuk yang berpengaruh terhadap banyaknya
mengetahuipengelolaan sampah botol sampah plastik yang disetor ke tempat
plastik air mineral, faktor-faktor yang pengelolaan sampah plastik di Kota
berpengaruh terhadap banyaknya Sorong digunakan beberapa variabel,
sampah botol plastik di Kota Sorong. antara lain: Pengetahuan penduduk/
rumah tangga dan pemilik usaha tentang
METODE PENELITIAN sampah,Sikap penduduk/rumah tangga
dan pemilik usaha dalam mengelola
Waktu penelitian dilaksanakan di sampah, Perilaku penduduk/ rumah
wilayah administrasi Kota Sorong tangga dan pemilik usaha dalam menge-
selama 8 (delapan) bulan mulai dari lola sampah, Aktivitas Administrator
bulan Oktober 2016 sampai dengan Pemerintahan dalam pengelolaan sam-
bulan Mei 2017. Metode yang pah (kajian, sosialisasi, alokasi dana,
digunakan dalam penelitian ini adalah dll),Dukungan faktor eksternal kepada
deskriptif kualitatif dengan teknik administrator pemerintahan.
survei. Analisa data yang digunakan
Desain Sampling dalam penelitian dalam penelitian ini terbagi dalam 2
ini, responden yang menjadi sampel (dua) bentuk dan tahapan, yakni analisa
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: tingkat timbulan sampah dan pence-
1. Administrator Pemerintahan, dalam maran serta analisis deskriptif kualitatif
hal ini kepala dinas kebersihan dan tentang lasti-faktor yang berpengaruh
Kepala Kelurahan (lurah); 2. Rumah terhadap banyaknya sampah botol
Tangga; 3. Pengusaha warung makan, lastic di Kota Sorong.
restoran, hotel dan rumah sakit.
Untuk kategori 1, dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
sensus terhadap seluruh populasi untuk
mengetahui berbagai karakteristik/ Pengelolaan Sampah
gambaran tentang besaran sampah botol Proses pengelolaan sampah botol
plastik dan pengelolaannya di wilayah plastik air mineral pada dasarnya
administrasi masing-masing. Sedangkan dikelola oleh pemerintah, masyarakat
pada kategori ke 2, akan dilakukan dan pihak swasta. Berikut ini
pengambilan sampel secara acak dan penjabaran pengelolaan sampah botol
berkelompok dengan cara multistage air mineral:
sampling.
Banyaknya sampel yang diambil Pengelolaan oleh pihak pemerintah.
dalam penelitian ini ditentukan dengan Pengelolaan persampahan yang
menggunakan Rumus Slovin (Walpole, dikelola oleh pemerintah daerah adalah
1995), dimana hasilnya adalah: Admi- sistem pengelolaan sampah secara
nistrator Pemerintahan sebanyak 41, terpadu. Sistem pengelolaan sampah
Rumah Tangga 100 responden, dan terpadu ini secara spesifik dikelola oleh
Usaha100 responden sehingga total Instansi Pemerintah Kota Sorong
jumlah responden yang menjadi obyek dengan agenda terbesar yaitu menye-
penelitian ada 241. Penelitian ini meng- diakan sarana dan prasarana penge-
gunakan data yang bersifat primer yang lolaan sampah yang memadai serta
menciptakan alur/pola penanganan

70
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

sampah yang tepat, sehingga volume Pemerintah Kota Sorong dalam hal
sampah yang timbul di Kota Sorong pengelolaan sampah antara lain:
setiap harinya dapat dikelola dan diatasi 1. Peningkatan sosialisasi terhadap
dengan baik. berbagai regulasi dan kebijakan serta
Hal ini sesuai dengan fenomena perencanaan di bidang pengeloaan
yang banyak terjadi dan dilakukan oleh sampah terhadap khalayak umum;
pemerintah di berbagai kota yang 2. Peningkatan pengetahuan aparat
terdapat di negara-negara berkembang, pemerintah dalam hal pengelolaan
yang lebih banyak disibukkan oleh sampah, melalui berbagai penelitian
berbagai aktifitas yang berhubungan atau studi yang langsung menyentuh
dengan pengumpulan dan pembersihan permasalahan persampahan di
sampah secara tradisional. Sedangkan masyarakat;
untuk negara-negara maju sudah 3. Perancangan anggaran yang tepat
berfikir untuk pengubahan sampah sasaran dan memadai dalam pengelo-
menjadi sumber energi dan bahan daur laan sampah;
ulang lainnya. Salah satu negara yang 4. Pemberdayaan masyarakat dan sek-
hampir serupa dengan Indonesia, tor bisnis dalam mengelola sam-pah
dimana pemerintah di kota-kota yang di Kota Sorong.
terdapat di negara tersebut memiliki
karakteristik aktifitas yang sama adalah Pengelolaan Sampah Botol Air
negara Tanzania (Mungure, 2008). Mineral Oleh Pihak Masyarakat
Sehingga perusahaan pengelola sampah (Individu)
bahkan memiliki fungsi untuk Pengelolaan sampah secara
melakukan pengumpulan sampah. individu oleh masyarakat baik rumah
Ada beberapa hal yang sudah tangga maupun pemilik usaha sudah
dicapai oleh pemerintah Kota Sorong secara mandiri dilakukan. Hal ini
dalam pengelolaan persampahan, antara seiring dengan meningkatnya pengeta-
lain: huan masyarakat terhadap berbagai hal
1. Sudah adanya aturan/regulasi yang tentang pengelolaan persampahan,
mendukung kegiatan pengelolaan seperti dampak yang akan ditimbulkan
persampahan di Kota Sorong, yaitu: oleh sampah, bagaimana memilah dan
Perda No 14 Tahun 2012 tentang menggolongkan sampah, serta penting-
retribusi pelayanan persampahan/ nya penggunaan kembali barang-barang
kebersihan, dan Perda No 15 Tahun yang masih bisa dipakai namun
2013 tentang pengelolaan sampah di berpotensi menjadi sampah (reusable).
Kota Sorong; Beberapa hal yang masih perlu
2. Telah hampir meratanya fasilitas- dilakukan terkait dengan penanganan
fasilitas atau infrastruktur pengelo- sampah yang dilakukan oleh masyarakat
laan sampah di berbagai wilayah (individu):
Kota Sorong, seperti TPS, dll a. Memberikan fasilitas pembuangan
3. Sudah ada pola/alur pengelolaan sampah yang spesifik sesuai dengan
sampah yang jelas, walaupun masih jenis sampah di tempat-tempat
harus disempurnakan lagi sehingga umum. Serta mengkampanyekan/
prosesnya bisa lebih efisien. mensosialisasikan kegiatan pemila-
han sampah kepada masyarakat
Sedangkan beberapa hal yang umum. Sehingga masyarakat yang
masih harus dioptimalkan lagi oleh belum mengetahui menjadi tahu, dan
yang sudah tahu akan termotivasi

71
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

untuk melakukan pemilahan sampah diolah lebih lanjut oleh pabrik plastik di
karena telah terfasilitasi dengan baik; Jawa Timur.
b. Melakukan penertiban pelaksanaan Bank Sampah Sorong Raya
pengelolaan sampah yang dilakukan mengumpulkan berbagai jenis sampah,
masyarakat secara lebih serius, dalam garis besar sampah yang
seperti memberikan denda terhadap dikumpulkan dapat dikelompokkan
masyarakat yang membuang sampah menjadi 3 jenis yaitu, kertas, plastik,
sembarangan di pantai, sungai, jalan, dan logam.
dll; Untuk plastik, jenis sampah
c. Mengajak masyarakat yang telah yang BSSR kumpulkan antara lain:
memahami pentingnya kegiatan dari 1. PET, plastik berlogo daur ulang
bank sampah untuk ikut berpartisi- nomor 1 yang kami ambil adalah
pasi dalam mengurangi sampah, segala jenis plastik PET baik bening
khususnya sampah plastik. Sehingga maupun warna
masyarakat tidak sekedar paham 2. HDPE, plastik berlogo daur ulang
pentingnya pengelolaan sampah yang nomor 2 yang kami ambil adalah
baik, namun juga ikut andil dalam segala jenis plastik seperti jerigen,
mengurangi sampah yang ada di botol sabun, botol shampoo, botol
Kota Sorong. oli, dan sejenisnya
3. LDPE, plastik berlogo daur ulang
Pengelolaan Sampah Plastik Oleh nomor 4 yang kami ambil adalah
Pihak Swasta Melalui Bank Sampah plastik LDPE yang diambil hanyalah
Pengeloaan sampah di Kota botol infus dan tutup botol
Sorong juga ada yang dilakukan oleh 4. PP, plastik berlogo daur ulang nomor
pihak swasta. Salah satunya adalah yang 5 yang kami ambil adalah segala
dilakukan oleh Yayasan Misool jenis plastik PP baik yang digunakan
Baseftin dibawah pengawasan Misool untuk minuman gelas kemasan,
Eco Resort bersama Yayasan Anak peralatan makan, kursi dan meja
Sehat Persada yang pada Februari 2014 plastik, ember, dan sejenisnya
membangun sebuah program daur ulang 5. Others, plastik berlogo daur ulang
sampah yang sekarang kita kenal nomor 7 yang kami ambil adalah
sebagai Bank Sampah Sorong Raya. galon. Untuk ABS seperti helm dan
Bank Sampah Sorong Raya berdiri kap motor sementara BSSR tidak
sebagai perwujudan kepedulian akan mengumpulkannya terlebih dahulu
menciptakan lingkungan yang bersih.
Hingga tahun 2016 akhir sudah Sehingga secara keseluruhan jika
ada hampir 2800 nasabah yang tercatat dilihat secara persentase maka jumlah
yang bergabung di 56 Unit mandiri sampah yang terkumpul pada tahun
yang tersebar di Kota Sorong, Aimas, 2015 dan 2016 adalah seperti gambar 1.
Raja Ampat Utara dan Misool. Dari ke Dimana secara proporsi besarnya
56 unit yang ada tersebut, Bank Sampah sampah pada masing-masing jenis lebih
Sorong Raya dengan 22 karyawannya variatif dan proporsi yang hampir
berhasil mengumpulkan kurang lebih seimbang terkumpul pada tahun 2016.
700 ton sampah dalam tahun 2016, dan Sedangkan di tahun 2015 lebih banyak
mengolah secara mandiri 100 ton didominasi oleh sampah PET.
sampah yang dikumpulkan. Hasil
olahan sampah kemudian di jual untuk

72
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

Faktor-faktor apa saja yang


Terkumpul 2015
1%
berpengaruh terhadap banyaknya
1% 2%
PET sampah plastik botol air mineral
HDPE yang disetor ketempat pengelolaan
96%
LDPE
sampah plastik di Kota Sorong
PP
Pengetahuan Masyarakat Rumah
Tangga
Terkumpul 2016
PET Dari gambar 3dapat dilihat bahwa
30% 42% mayoritas masyarakat yang tinggal
HDPE
dalam rumah tangga, yaitu sebanyak
18% LDPE 70% menyatakan bahwa sampah
10%
PP didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak
terpakai dan harus dibuang. Selanjutnya
Gambar 1. Banyaknya Sampah Plastik untuk gambar 4 tentang penggolongan
Yang Terkumpul Menurut Jenisnya Di jenis sampah, terlihat bahwa pema-
Tahun 2015 – 2016 haman masyarakat cukup baik, yaitu
65% atau mayoritas menjawab tahu
Kemudian untuk jumlah plastik dengan jenis penggolongan sampah
yang diproduksi dari masing-masing organik dan anorganik. Dari sudut
jenis sampah juga mengalami pandang dampak secara negatif masya-
perubahan proporsi dari tahun 2015 ke rakat secara mayoritas, yaitusebanyak
tahun 2016. Dimana secara persentase 94% menyatakan bahwa sampah
jumlah plastik dari sampah PET menyebabkan penyakit dan mengurangi
menurun dari 71% menjadi 56% dan keindahan. Sedangkan hanya 6% dari
ada peningkatan di jumlah plastik dari mereka yang melihat secara lebih dalam
sampah selain PET menjadi lebih besar yaitu keberadaan sampah mencer-
dibanding dengan tahun 2015 (Gambar minkan status sosial yang rendah dan
2). tempat yang kumuh. Namun, jika dilihat
Produksi 2015 dari sisi positifnya, 92% masyarakat
11%
setuju jika keberadaan sampah dapat
3% PET menghasilkan uang jika diolah kembali.
15% HDPE Sedangkan untuk kepemilikan
71% masyarakat terhadap tempat pembua-
LDPE
ngan sampahdidapat informasi bahwa
PP
sebanyak 71% masyarakat memiliki
tempat pembuangan sampah pada
Produksi 2016 tempat tinggalnya dan mereka dapat
15% menunjukkannya, sedangkan sebanyak
PET
13%
8% memiliki namun tidak dapat
HDPE menunjukkan dengan berbagai alasan
16% 56%
LDPE dan sisanya sebanyak 21% mengaku
PP tidak memiliki tempat pembuangan
sampah di tempat tinggalnya. Hasil ini
Gambar 2. Banyaknya Produksi cukup positif, artinya mayoritas
Sampah Plastik Menurut Jenisnya masyarakat sadar akan pentingnya
Tahun 2015 – 2016 menyediakan tempat khusus untuk

73
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

mengelola sampah di tempat tinggalnya.


Namun, yang perlu untuk diupayakan
adalah bahwa masih ada sebanyak 21%
dari masyarakat yang butuh support 35% Ya, sampah organik dan
anorganik
untuk memiliki tempat pembuangan di 65% Ya, sampah basah dan
sampah kering
tempat tinggalnya sendiri.
Keadaan ini masih lebih baik jika
dibandingkan beberapa kota di Republik
Ghana, dimana mereka bahkan tidak Gambar 4. Pengetahuan Masyarakat
mau menyediakan tempat pembuangan Terkait Penggolongan Jenis-jenis
sampah ditempat tinggalnya sendiri. Sampah
dalam salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Essuman disebutkan Pengetahuan Masyarakat Tentang
bahwa sebagian besar atau lebih dari 40 Jenis Sampah yang Menjadi Sumber
persen penduduk di Kota Gbegbeyise, Pencemaran. Sebanyak 78% dari
Glefe, dan Mamprobi tidak bersedia masyarakat sepakat bahwa jenis sampah
menyediakan tempat sampah di tempat yang paling banyak menjadi sumber
tinggal mereka. Hal ini terjadi karena pencemaran adalah barang anorganik
sebagian besar dari mereka lebih dari plastik. Kemudian sekitar 17%
menyukai untuk membakar langsung menyatakan bahwa yang paling banyak
sampah yang diproduksi oleh rumah adalah sampah organik makanan.
tangganya masing-masing (Essuman, Sedangkan sisanya sebanyak 2%
2017). mamilih sampah organik lainnya dan
Sedangkan untuk pengetahuan 2% sampah anorganik lainnya serta 1%
masyarakat tentang Pencemaran sampah organik dari tanaman. Sehingga
lingkungan akibat sampah. Mayoritas bisa disimpulkan bahwa di Kota Sorong
masyarakat yaitu sekitar 51% sampah terbanyak berdasarkan
menganggap bahwa tingkat pencemaran pandangan masyarakat adalah sampah
di Kota Sorong masih biasa saja namun anorganik dari plastik. Selanjutnya, jika
perlu penanganan yang tepat. Kemudian dilihat lebih detail lagi maka sampah
sekitar 28% menyatakan bahwa tingkat botol minuman/air mineral menempati
pencemaran sudah parah tetapi masih urutan pertama pilihan masyarakat
bisa dikendalikan, sedangkan 18% dari untuk barang dari plastik yang paling
masyarakat mengatakan bahwa tingkat banyak mencemari lingkungan, yaitu
pencemaran sudah parah dan sulit untuk sebanyak 71% masyarakat memilihnya.
ditanggulangi lagi. Sisanya sebanyak Sedangkan sebanyak 18% memilih
2% mengatakan biasa saja dan belum bungkus/kemasan produk. Kemudian
terlalu penting untuk dipikirkan dan 1% sisanya sebanyak 7% memilih tas
menyatakan tidak tahu. plastik/kresek dan 4% memilih lainnya.
3% Sesuatu yang tidak terpakai
dan hrs dibuang

27% Sesuatu yg berasal dr


kegiatan manusia termasuk
70% kotoran manusia
Tidak tahu

Gambar 3. Pengetahuan Masyarakat


Tentang Definisi Sampah yang
diketahui oleh mereka

74
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

tentang pengelolaan sampah. Sedangkan


Sampah organik sisanya sekitar 45% tidak pernah
2% 1% makanan

Sampah organik dari


mendengar. Sedangkan untuk program
17% 2% tanaman bank sampah dan keberadaannya, maka
Sampah organik lainnya
sekitar 37% masyarakat Kota Sorong
78%
Sampah anorganik
menyatakan pernah mendengar
barang dari plastik
sosialisasi melalui televisi, sedangkan
Sampah anorganik
lainnya
sebanyak 24% mendengar dari berita
lisan yang beredar di masyarakat.
Gambar 5. Pengetahuan Masyarakat Kemudian sebanyak 17% mendengar
Tentang Jenis Sampah yang Menjadi dari koran dan 10% mendengar dari
Sumber Pencemaran radio. Namun, masih ada juga sekitar
12% dari masyarakat yang mengaku
belum pernah mendengar sosialisasi.
7% 4% Botol minuman/air
mineral

Bungkus/kemasan
18% produk Ya, televisi
12%
71% Tas plastik/kresek
Ya, Radio

lainnya
37%
24% Ya, Koran

17%
Gambar 6. Pengetahuan Masyarakat Ya, Berita Lisan

tentang Sumber dari Jenis Sampah 10% Tidak/belum pernah


Anorganik Plastik yang Terbanyak dengar

Kemudian jika dilihat dari


pengetahuannya tentang adanya Gambar 8. Pengetahuan Masyarakat
Informasi/sosialisasi dari Pemerintah Tentang Adanya Informasi Terkait
Terkait Perda Pengelolaan Sampah, Keberadaan Bank Sampah serta Sumber
maka hasilnya adalah seperti gambar Informasi Tersebut
berikut.
Sikap Masyarakat Tentang Pengelo-
laan Sampah

Ya, Pernah
Tentang keberadaan tempat pem-
45% buangan sampah, sikap masyarakat
55% Tidak pernah
sangat positif. Hal ini bisa dilihat dari
grafik dibawah sebanyak 45% masya-
rakat menyatakan sangat setuju dan
sebanyak 47% menyatakan setuju.
Sehingga diatas 90% masyarakat me-
Gambar 7. Pengetahuan Masyarakat nyatakan sikap yang positif terhadap
tentang adanya Informasi/sosialisasi pernyataan ini. Kemudian pernyataan
dari Pemerintah Terkait Perda tentang pemisahan sampah organik dan
Pengelolaan Sampah anorganik, secara mayoritas yaitu seba-
nyak 98% menyatakan sangat setuju
Sekitar 55% masyarakat dan setuju. Selanjutnya untuk ajakan
menyatakan pernah mengetahui adanya tentang usaha pemisahan sampah yang
sosialisasi dari pemerintah terkait dilakukan oleh rumah tangga sebanyak
adanya Peraturan Daerah (PERDA)

75
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

60% masyarakat menyatakan setuju dan Secara mayoritas masyarakat


30% masyarakat menyatakan sangat setuju terhadap pendapat yang
setuju. menyatakan jika sampah anorganik
Kemudian sikap masyarakat seharusnya disetor ke bank sampah.
terhadap pernyataan jika sampah rumah Karena bank sampah juga merupakan
tangga harus dikurangi, sekitar 23% solusi untuk mengurangi jumlah sampah
masyarakat menyatakan sangat setuju di masyarakat, dan juga bahkan sangat
dan 58% masyarakat menyatakan setuju menguntungkan bagi masyarakat karena
terhadap pernyataan bahwa masyarakat ada income secara finansial yang bisa
harus mengurangi produksi sampah diperoleh dari hal tersebut. Sehingga
dalam rumah tangga. Selain mengura- sekitar 91% masyarakat menyetujui hal
ngi volume produksi sampah, penggu- ini, dan sisanya sebanyak 9% adalah
naan barang-barang daur ulang juga ragu-ragu, kurang setuju dan tidak
bisa menjadi solusi untuk memperkecil setuju.
banyaknya sampah yang terdapat di Jika dilihat dari ulasan tentang
lingkungan kita. Secara mayoritas, yaitu sikap masyarakat diatas, secara
sekitar 61% masyarakat menyatakan keseluruhan sikap masyarakat Kota
setuju untuk menggunakan barang- Sorong hampir selaras dengan sikap
barang daur ulang, bahkan 16% masyarakat yang ada di daerah Daerah
masyarakat mengaku sangat setuju Istimewa Yogyakarta. Dimana jika
terhadap langkah ini. Namun diantara dilihat dari sikapnya sebanyak 90,9%
mereka masih terdapat sekitar 7% yang masyarakat Yogyakarta memiliki sikap
kurang setuju dan 6% yang tidak setuju. yang baik, sedangkan untuk sikap yang
Sekalipun masih ada sekitar 23% kurang baik dalam mengelola sampah
dari masyarakat yang kurang setuju, hanya 9,1% saja (Mulasari, 2012).
tidak setuju dan ragu-ragu dalam
menggunakan bahan daur ulang, namun Perilaku Masyarakat dalam Pengelo-
hanya sekitar 6% yang ragu-ragu, laan Sampah
kurang setuju dan tidak setuju jika
sampah memang sebaiknya bisa didaur Setelah dilihat dari sudut pandang
ulang. Hal ini menunjukkan sikap yang sikap masyarakat terhadap pendapat-
positif, dimana hampir secara pendapat positif dalam rangka
keseluruhan, atau sekitar 93% pengelolaan sampah, dibawah ini akan
masyarakat menyetujui adanya langkah dielaborasi lebih lanjut tentang perilaku
daur ulang terhadap sampah. sehari-hari masyarakat dalam mengelola
Penggunaan barang-barang yang sampah di tempat tinggalnya.
dianggap menjadi sampah, namun Secara mayoritas atau sekitar 44%
sebenarnya masih bisa digunakan masyarakat menghasilkan sampah
kembali baik oleh orang yang sama sekitar 1 – 2 kg perhari, sedangkan 39%
maupun orang lain juga merupakan memproduksi sampah kurang dari 1 kg
salah satu langkah untuk mengurangi perhari, dan sisanya sebanyak 17%
volume sampah yang tersebar di menghasilkan lebih dari 2 kg sampah
lingkungan. Namun, langkah ini hanya perhari. Jika dilihat dari repetitifnya
disetujui oleh sekitar 90% masyarakat, sekitar 28% dari masyarakat yang
dan sisanya sebanyak 10% masih ragu- membuang sampah 1 – 2 kali dalam
ragu, kurang setuju dan tidak setuju sehari dan sekitar 7% yang bahkan
terhadap langkah tersebut. membuang sampah lebih dari 2 kali
dalam sehari. Tentunya hal ini akan

76
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

membuat volume sampah yang oleh sekitar 64% rumah tangga.


dihasilkan semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan pemisahan
hanya sekitar 34% saja dan sisanya
mengaku tidak tahu. Perilaku masya-
3% 3% 2% rakat yang baik dalam memilah sampah
Tidak setuju memang terbukti hanya dilakukan oleh
45% Kurang setuju sedikit masyarakat Kota Sorong. Hal ini
Ragu-ragu juga terjadi di Kabupaten Sleman
47%
Setuju Provinsi Yogyakarta, dimana hanya
Sangat setuju terdapat 45,5% masyarakatnya saja
yang memiliki perilaku baik dalam
mengolah sampah, sedangkan sebanyak
Gambar 9. Sikap Masyarakat Terhadap 54,5%, atau lebih banyak yang malah
Pernyataan Jika Tiap Rumah Harus kurang baik dalam mengolah sampah
Punya Tempat Pembuangan Sampah (Surahma, 2012). Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun pengetahuan dan sikap
masyarakat sudah baik, belum tentu
6% 7% perilaku mereka juga sinergi dengan
Tidak setuju
16% 10% sikap dan pengetahuan tersebut.
Kurang setuju
Sedangkan untuk perilaku masya-
Ragu-ragu
61% Setuju
rakat di beberapa Kota di Republik
Sangat setuju
Ghana dalam memilah sampah malah
lebih buruk jika dibandingkan warga
Kota Sorong. Tercatat di tiga kota di
Gambar 10. Sikap Masyarakat Terhadap Ghana yaitu Mamprobi, Glefe dan
Pernyataan Jika Rumah Tangga Gbegbeyise sebanyak hampir 70 persen
Memakai Barang Daur Ulang masyarakatnya tidak bersedia melaku-
kan pemilahan sampah berdasarkan
Kemudian jika dilihat dari jenis-jenisnya (Essuman, 2017).
kebiasaan masyarakat dalam membuang Sekitar 62% masyarakat manya-
sampah, mayoritas masyarakat Kota takan tidak pernah memanfaatkan
Sorong cenderung megandalkan kembali sampah botol plastik yang
keberadaan TPS yang ada di lingkungan mereka hasilkan. Sedangkan sisanya
tempat tinggal mereka, sekitar 65% sekitar 38% mengaku pernah memanfa-
masyarakat memiliki perilaku seperti atkan sampah botol plastik tersebut.
ini. Hal ini diduga akibat keterbatasan Kemudian rumah tangga yang mengaku
lahan tempat tinggal sehingga mereka pernah memanfaatkan bank sampah
tidak dapat membuat lobang tempat dalam mengelola sampah yang dihasil-
sampah di tempat tinggalnya masing- kan hanya sekitar 21%. Sedangkan yang
masing. Mayarakat yang memiliki tidak pernah memanfaatkan keberadaan
lobang tempat sampah hanya sekitar bank sampah adalah sebanyak 71%, dan
24% saja. Sedangkan yang lebih sisanya sebanyak 8% mengaku tidak
memprihatinkan masih ada sekitar 11% tahu. Kurangnya sosialisasi diduga
masyarakat yang membuang sampah menjadi salah satu penyebab
baik di pantai, sungai dan lainnya. ketidaktahuan atau bahkan kurangnya
Sebagian besar masyarakat tidak motivasi masyarakat dalam memanfa-
melakukan pemisahan sampah menurut atkan bank sampah.
jenisnya, setidaknya hal ini dilakukan

77
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

Tingkat Pengetahuan Tentang maupun swadaya masyarakat dalam


Sampah dari Pelaku Usaha rangkauntuk pengelolaan sampah.
Secara empirisdiperoleh informasi Kemudian didapat informasi juga
bahwa mayoritas pemilik usaha/ perusa- bahwa sebanyak 81% pemilik usaha/
haan, yaitu sebanyak 57% menyatakan perusahaan memiliki tempat pembua-
bahwa sampah didefinisikan sebagai ngan sampah pada tempat tinggalnya
sesuatu yang tidak terpakai dan harus dan mereka dapat menunjukkannya,
dibuang. Sedangkan sebanyak 43% sedangkan sebanyak 5% memiliki
mendefinisikan sebagai sesuatu yang namun tidak dapat menunjukkan dengan
berasal dari kegiatan manusia termasuk berbagai alasan dan sisanya sebanyak
kotoran manusia. 14% mengaku tidak memiliki tempat
Selanjutnya untuk pertanyaan pembuangan sampah di tempat tinggal-
tentang penggolongan jenis sampah, nya. Namun, yang perlu untuk diupaya-
terlihat bahwa pemahaman pemilik kan adalah bahwa masih ada sebanyak
usaha/perusahaan cukup baik, yaitu 19% dari masyarakat yang butuh
62% atau mayoritas menjawab tahu support untuk memiliki tempat pembua-
dengan jenis penggolongan sampah ngan di tempat usahanya sendiri.
organik dan anorganik. Sedangkan Sebanyak 76% pemilik usaha/
sisanya sebanyak 38% menggolongkan perusahaan mengetahui dan dapat me-
kedalam sampah basah dan kering. nunjukkan dengan benar keberadaan
Persoalan tentang sampah menyi- Tempat Pembuangan Sampah Semen-
sakan dampak dari hal tersebut, baik tara (TPS) di lingkungan tempat
dilihat dari sisi positif maupun negatif. tinggalnya. Sisanya sebanyak 24% me-
Dari sudut pandang dampak secara ngetahui namun tidak dapat
negatif pemilik usaha/perusahaan secara menunjukkan dengan benar letak TPS.
mayoritas, yaitu sebanyak 95% Kemudian untuk masalah kebera-
menyatakan bahwa sampah menyebab- daan bank sampah terdekat dengan
kan penyakit dan mengurangi keinda- lingkungan tempat tinggal pemilik
han. Sedangkan hanya 5% dari mereka usaha/perusahaan, hanya sebanyak 28%
yang melihat secara lebih dalam yaitu yang tahu dan dapat menunjukkan
keberadaan sampah mencerminkan dengan tepat. Sedangkan sebanyak 29%
status sosial yang rendah dan tempat Mengaku tahu namun tidak menunjuk-
yang kumuh. kan dengan tepat posisi bank sampah
Namun, jika dilihat dari sisi yang dimaksud, dan sisanya sebanyak
positifnya, 95% pemilik usaha/ peru- 43% mengaku tidak tahu dimana letak
sahaan setuju jika keberadaan sampah bank sampah.
dapat menghasilkan uang jika diolah Pada bagian ini akan dielaborasi
kembali, sedangkan kelompok masya- berbagai hal terkait pandangan pemilik
rakat yang pesimis dan menyatakan usaha/perusahaan terhadap tingkat
bahwa sampah tidak punya dampak pencemaran di Kota Sorong beserta hal-
positif hanya sekitar 5% saja. hal yang menyebabkan pencemaran
Jawaban pemilik usaha/perusa- tersebut.
haan terhadap pertanyaan-pertanyaan Beberapa pemilik usaha/perusa-
dibawah ini untuk mengelaborasi haan yaitu sekitar 33% menganggap
tentang kepemilikan terhadap sarana bahwa tingkat pencemaran di Kota
pembuangan sampah serta pengetahuan Sorong masih biasa saja namun perlu
masyarakat tentang sarana/fasilitas yang penanganan yang tepat. Kemudian
disediakan baik oleh pemerintah sekitar 48% menyatakan bahwa tingkat

78
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

pencemaran sudah parah tetapi masih 5% 14% Ya, sudah parah dan
sulit ditanggulangi lagi
bisa dikendalikan, sedangkan 14% dari
pemilik usaha/perusahaan mengatakan 33%
Ya, parah tetapi masih
bahwa tingkat pencemaran sudah parah 48% bisa dikendalikan
dan sulit untuk ditanggulangi lagi.
Sisanya sebanyak 5% menyatakan tidak Ya, masih biasa saja
namun perlu
tahu. penanganan yang
Gambar 13. Pengetahuan Pelaku
Usaha Tentang Tingkat Pencemaran
80
Akibat Sampah di Kota Sorong
60
Sampah botol minuman/air
40
mineral menempati urutan pertama
20 pilihan pemilik usaha/perusahaan untuk
barang dari plastik yang paling banyak
0
< 1 Kg 1 - 2 Kg > 2 Kg
mencemari lingkungan, yaitu sebanyak
57% masyarakat memilihnya. Sedang-
Gambar 11. Banyaknya Sampah yang kan sebanyak 33% memilih bungkus/
Diproduksi Rumah Tangga dalam kemasan produk. Kemudian sisanya
Sehari sebanyak 5% memilih tas plastik/kresek
dan 5% memilih lainnya.
Sekitar 62% pemilik usaha/
Lebih dari 2 kali perusahaan menyatakan pernah menge-
tahui adanya sosialisasi dari pemerintah
1 - 2 kali terkait adanya Peraturan Daerah
(PERDA) tentang pengelolaan sampah.
1 kali Sedangkan sisanya sekitar 38% tidak
pernah mendengar. Hal ini harusnya
0 50 100 150 menjadi PR buat pemerintah daerah
khususnya untuk lebih mensosia-
Gambar 12. Frekuensi Rumah Tangga lisasikan PERDA tersebut.
Membuang Sampah dalam Sehari Terkait keberadaan bank sampah,
sekitar 19% pemilik usaha/perusahaan
Sebanyak 67% dari pemilik di Kota Sorong menyatakan pernah
usaha/perusahaan sepakat bahwa jenis mendengar sosialisasi melalui televisi,
sampah yang paling banyak menjadi sedangkan sebanyak 34% mendengar
sumber pencemaran adalah barang dari berita lisan yang beredar di
anorganik dari plastik. Kemudian masyarakat. Kemudian sebanyak 14%
sekitar 19% menyatakan bahwa yang mendengar dari koran dan 14%
paling banyak adalah sampah organik mendengar dari radio. Namun, masih
makanan. Sedangkan sisanya sebanyak ada juga sekitar 19% dari pemilik
14% mamilih sampah organik lainnya. usaha/perusahaan yang mengaku belum
Sehingga bisa disimpulkan bahwa di pernah mendengar sosialisasi.
Kota Sorong sampah terbanyak
berdasarkan pandangan pemilik Sikap Pemilik Usaha/Perusahaan
usaha/perusahaan adalah sampah Dalam Pengelolaan Sampah
anorganik dari plastik.
Tentang keberadaan tempat
pembuangan sampah, sikap pemilik

79
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

usaha/perusahaan sangat positif. Seba- harus mengurangi produksi sampah


nyak 43% masyarakat menyatakan dalam rumah tangga. Hal ini merupakan
sangat setuju dan sebanyak 38% signal positif dari pemilik
menyatakan setuju. Sehingga diatas usaha/perusahaan yang semakin peduli
81% pemilik usaha/perusahaan me- terhadap lingkungan, namun diantara
nyatakan sikap yang positif terhadap mereka masih ada sekitar 9% yang
pernyataan ini. merasa kurang setuju dan 5% yang
Kemudian pernyataan tentang bahkan tidak setuju dengan pendapat ini
pemisahan sampah organik dan anor- serta 10% masih ragu-ragu.
ganik, secara mayoritas yaitu sebanyak Selain mengurangi volume
95% menyatakan sangat setuju dan produksi sampah, penggunaan barang-
setuju. Hal ini menunjukkan pemilik barang daur ulang juga bisa menjadi
usaha/perusahaan sadar akan penting- solusi untuk memperkecil banyaknya
nya pemisahan jenis-jenis sampah untuk sampah yang terdapat di lingkungan
mendukung program daur ulang kita. Secara mayoritas, yaitu sekitar
sampah. 38% pemilik usaha/perusahaan menya-
Kemudian untuk ajakan tentang takan setuju untuk menggunakan
usaha pemisahan sampah yang barang-barang daur ulang, bahkan 24%
dilakukan oleh rumah tangga sebanyak masyarakat mengaku sangat setuju
62% masyarakat menyatakan setuju dan terhadap langkah ini. Namun diantara
33% masyarakat menyatakan sangat mereka masih terdapat sekitar 10%
setuju. Sedangkan sisanya sebanyak 5% yang kurang setuju dan 14% yang tidak
masih ragu-ragu. setuju.
Tidak terdapat pemilik
Sampah organik usaha/perusahaan yang merasa tidak
makanan
19% setuju, kurang setuju maupun ragu-ragu
14% Sampah organik
dalam pernyataan bahwa sampah
67% lainnya

Sampah anorganik seharusnya bisa didaur ulang. Hal ini


barang@ dari plastik
menunjukkan sikap yang positif,
dimana secara keseluruhan, yaitu 100%
Gambar 14. Pengetahuan Pelaku Usaha masyarakat menyetujui adanya langkah
Tentang Jenis Sampah yang Menjadi daur ulang terhadap sampah.
Sumber Pencemaran Penggunaan barang-barang yang
dianggapmenjadi sampah, namun
5% 5% Botol minuman/air sebenarnya masih bisa digunakan
mineral
kembali baik oleh orang yang sama
Bungkus/kemasan
produk maupun orang lain juga merupakan
33%
57% Tas plastik/kresek salah satu langkah untuk mengurangi
volume sampah yang tersebar di
lainnya
lingkungan. Namun, langkah ini hanya
disetujui oleh sekitar 90% pemilik
Gambar 15. Pengetahuan Pelaku Usaha usaha/perusahaan, dan sisanya sebanyak
Tentang Sumber Jenis Sampah 10% masih ragu-ragu, kurang setuju dan
Anorganik Plastik Terbanyak
tidak setuju terhadap langkah tersebut.
Secara mayoritas pemilik
Sekitar 19% pemilik usaha/ usaha/perusahaan setuju terhadap
perusahaan menyatakan sangat setuju pendapat yang menyatakan jika sampah
dan 57% masyarakat menyatakan setuju anorganik seharusnya disetor ke bank
terhadap pernyataan bahwa masyarakat

80
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

sampah. Karena bank sampah juga lanjut tentang perilaku sehari-hari


merupakan solusi untuk mengurangi masyarakat dalam mengelola sampah di
jumlah sampah di masyarakat, dan juga tempat tinggalnya.
bahkan sangat menguntungkan bagi
masyarakat karena ada income secara Secara mayoritas atau sekitar 61%
finansial yang bisa diperoleh dari hal pemilik usaha/perusahaan menghasilkan
tersebut. Sehingga sekitar 90% sampah sekitar lebih dari 2 kg perhari,
masyarakat menyetujui hal ini, dan sedangkan 19% memproduksi sampah
sisanya sebanyak 10% adalah ragu- kurang dari 1 kg perhari, dan sisanya
ragu. juga sebanyak 19% menghasilkan
Jika dilihat dari ulasan tentang antara 1 - 2 kg sampah perhari.
sikap masyarakat diatas, secara Terdapat sekitar 47% dari pelaku
keseluruhan pemilik usaha/perusahaan usaha yang membuang sampah 1 kali
di Kota Sorong memiliki sikap yang dalam sehari dan sekitar 28% yang
positif terhadap permasalahan sampah, membuang sampah antara 1-2 kali
bahkan cenderung menyetujui terhadap dalam sehari serta sisanya sekitar 25%
langkah-langkah positif yang bisa membuang sampah lebih dari 2 kali
diambil untuk menyelesaikan masasalah dalam sehari. Tentunya hal ini akan
sampah ini. Hal ini seharusnya menjadi membuat volume sampah yang
support bagi pihak pemerintah maupun dihasilkan semakin meningkat.
swasta yang berkecimpung di masalah Kemudian jika dilihat dari
pengelolaan sampah, untuk dapat lebih kebiasaan masyarakat dalam membuang
efektif lagi dalam melaksanakan sampah, mayoritas pemilik usaha/
perannya dalam mengurangi volume perusahaan di Kota Sorong cenderung
sampah yang beredar di lingkungan megandalkan keberadaan TPS yang ada
masyarakat. di lingkungan tempat tinggal mereka,
sekitar 66% pemilik usaha/perusahaan
memiliki perilaku seperti ini. Hal ini
5%
diduga akibat keterbatasan lahan tempat
33% Ragu-ragu usaha sehingga mereka tidak dapat
Setuju
membuat lobang tempat sampah di
62% tempat usahanya masing-masing. Pe-
Sangat setuju
milik usaha/perusahaan yang memiliki
lobang tempat sampah hanya sekitar
24% saja. Sedangkan yang lebih
Gambar 16. Sikap Pelaku Usaha memprihatinkan masih ada sekitar 10%
Terhadap Pemisahan Sampah Menurut pemilik usaha/perusahaan yang
Jenisnya membuang sampah baik di pantai,
sungai dan lainnya. Hal ini tentunya
menjadi catatan, khususnya Pemerintah
Perilaku Pemilik Usaha/Perusahaan Daerah untuk mengajak pemilik usaha/
dalam Pengelolaan Sampah perusahaan memanfaatkan TPS serta
membangun fasilitas TPS di tempat-
Setelah dilihat dari sudut pandang tempat yang masih belum ada TPS-nya.
sikap pemilik usaha/perusahaan Sebagian besar pemilik suaha/
terhadap pendapat-pendapat positif perusahaan tidak melakukan pemisahan
dalam rangka pengelolaan sampah, sampah menurut jenisnya, setidaknya
dibawah ini akan dielaborasi lebih hal ini dilakukan oleh sekitar 48%

81
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

pemilik suaha/perusahaan. Sedangkan Pemilik usaha/perusahaan yang


yang melakukan pemisahan hanya mengaku pernah memanfaatkan bank
sekitar 43% saja dan sisanya mengaku sampah dalam mengelola sampah yang
tidak tahu. Sehingga bisa disimpulkan dihasilkan hanya sekitar 5%. Sedangkan
bahwa masih banyak pemilik suaha/ yang tidak pernah memanfaatkan kebe-
perusahaan yang belum termotivasi radaan bank sampah adalah sebanyak
untuk melakukan pemisahan sampah, 86%, dan sisanya sebanyak 9%
hal ini perlu dicari solusinya agar mengaku tidak tahu. Kurangnya sosiali-
kedepan pemilik suaha/perusahaan sasi diduga menjadi salah satu penyebab
semakin sadar pentingnya pemisahan ketidaktahuan atau bahkan kurangnya
sampah untuk memudahkan pengklasi- motivasi pemilik usaha/perusahaan da-
fikasian dalam proses daur ulang. lam memanfaatkan bank sampah.
Sekitar 52% pemilik usaha/
perusahaan menyatakan tidak pernah Upaya Administrator Pemerintahan
memanfaatkan kembali sampah botol Dalam Melakukan Kajian atau
plastik yang mereka hasilkan. Sedang- Sosialisasi Tentang Pengelolaan
kan sisanya sekitar 48% mengaku Sampah Kepada Masyarakat
pernah memanfaatkan sampah botol
plastik tersebut. Hal ini tentunya harus Dalam melakukan pengelolaan
mendapat perhatian khusus, karena sampah, sudah seharusnya pemerintah
menurut pendapat mayoritas pemilik daerah melalui instansi terkait harus
usaha/perusahaan sampah botol plastik mengetahui letak permasalahan yang
merupakan sampah anorganik yang ada di masyarakat. Baik ditinjau dari
paling banyak berkontribusi terhadap sisi kelengkapan fasilitas pendukung
pencemaran lingkungan di Kota Sorong. dalam pengelolaan sampah maupun
informasi tentang hal-hal yang menjadi
penyebab/sumber terbesar produksi
15 sampah di masyarakat. Selain itu sudah
seyogyanya pula pemerintah daerah
10
melakukan sosialisasi terhadap berbagai
5 aturan maupun langkah-langkah atau
0
program yang sedang dilaksanakan
< 1 Kg 1 - 2 Kg > 2 Kg dalam kaitannya dengan pengelolaan
sampah.
Gambar 17. Banyaknya Sampah yang Secara empiris dapat diketahui
dihasilkan Pelaku Usaha per Hari bahwa ternyata hanya 62% dari admi-
nistrator pemerintah tingkat kelurahan
di Kota Sorong yang pernah melakukan
10 kajian/identifikasi terhadap kebutuhan
fasilitas pengelolaan sampah di
5 masyarakat yang ada di wilayahnya.
0 Sedangkan sisanya sebanyak 38%
1 kali 1 - 2 kali Lebih dari belum pernah melaksanakan. Kemudian
2 kali yang pernah melakukan kajian atau
penelitian yang berkaitan dengan
Gambar 18. Frekuensi Pelaku Usaha informasi tentang sumber sampah yang
Membuang Sampah Per Hari ditimbulkan masyarakat hanya sekitar

82
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

38%, sedangkan sisanya sebanyak 62% menyatakan bahwa anggaran/dana yang


belum pernah melaksanakan. dialokasikan untuk pengelolaan sampah
Selanjutnya sekitar 77% dari tidak/belum memadai. Sedangkan yang
administrator pemerintah tingkat menyatakan cukup memadai ada sekitar
kelurahan mengaku pernah melakukan 31%. Serta sisanya sekitar 15%
sosialisasi terkait fasilitas pengelolaan mengaku tidak tahu tentang hal ini. Hal
sampah yaitu bank sampah ke ini perlu mendapat perhatian serius,
masyarakat. Sedangkan sisanya sekitar sehingga kedepannya ketersediaan
23% menyatakan diri belum pernah anggaran/dana yang memadai bisa
melaksanakan sosialisasi terkait hal dijamin untuk mendapatkan pengelo-
tersebut. Untuk masalah sosialisasi yang laan sampah yang lebih optimal lagi.
berkaitan dengan Peraturan Daerah Sedangkan untuk ketersediaan
tentang pengelolaan sampah, 62% dari anggaran yang berasal selain dari
administrator pemerintah tingkat APBD (swadaya, dan lain-lain) ada
kelurahan menyatakan pernah melaku- sekitar 8% yang menyatakan memiliki
kannya, sedangkan 38% sisanya hal tersebut. Sedangkan sekitar 77%
mengaku tidak pernah melaksana- atau mayoritas dari administrator
kannya. pemerintah tingkat kelurahan menya-
takan tidak ada. Dan sisanya sekitar
Upaya Administrator Pemerintahan 15% mengaku tidak tahu tentang hal
dalam Mengalokasikan Dana Untuk tersebut.
Pengelolaan Sampah
15% Ya, cukup
Selain melakukan kajian atau memadai
penelitian terkait dengan pengelolaan 31%
Tidak, belum
sampah, maka yang tidak kalah penting 54% memadai
adalah pengalokasian anggaran yang Tidak tahu
dilakukan Pemerintah Daerah dalam
kaitanya dengan program-program pe- Gambar 20. Kecukupan Anggaran
ngelolaan sampah. Karena tanpa APBD untuk Pengelolaan Sampah
anggaran yang memadai berbagai Menurut Administrator Pemerintahan
kreatifitas program-program dan
langkah-langkah yang direncanakan Keberadaan Dukungan Eksternal
untuk mengelola sampah tidak akan Terhadap Administrator Pemerin-
dapat dilaksanakan dengan optimal. tahan dalam Kegiatan Pengelolaan
Sampah

38% Menurut 77% dari administrator


Ya, pernah
pemerintah tingkat kelurahan telah ada
62% Tidak pernah
partisipasi masyarakat dalam pengelo-
laan sampah, walaupun masih belum
maksimal. Sedangkan 15% menyatakan
Gambar 19. Kegiatan Sosialisasi tidak ada partisipasi dari masyarakat,
PERDA Pengelolaan Sampah oleh dan sisanya sebanyak 8% mengaku
Administrator Pemerintahan tidak tahu.
Sedangkan untuk partisipasi dari
Sebanyak 54% dari administrator pemilik usaha/perusahaan, hanya sekitar
pemerintah tingkat kelurahan 8% dari administrator pemerintah

83
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

tingkat kelurahan yang menyatakan ada 1. Total timbulan sampah perhari di


walupun belum maksimal, dan lainnya kota sorong sebesar 170.547,75
sebanyak 46% menyatakan tidak ada kg/hari dari 6 (enam) distrik di Kota
dan 46% lainnya mengaku tidak tahu. Sorong, dengan rata-rata timbulan
Selanjutnya untuk partisipasi dari sampah perhari sebesar 28.424,63
LSM, hanya sekitar 46% dari adminis- kg/hari atau 17.054,78 liter/hari atau
trator pemerintah tingkat kelurahan 17,05 m¬¬3/hari yang diasumsikan
yang menyatakan ada walupun belum dari berat jenis sampah nasional
maksimal, dan sisanya sebanyak 54% dimana sampah 1 kg sama dengan
menyatakan tidak ada. 0,6 liter.
Tidak jauh berbeda dengan 2. Proses pengelolaan sampah botol air
partisipasi pemilik usaha/perusahaan, mineral pada dasarnya dikelola oleh
keberadaan partisipasi dari lembaga pemerintah dan masyarakat. Pengelo-
pendidikan juga hanya diakui oleh 8% laan persampahan yang dikelola oleh
dari administrator tingkat kelurahan. pemerintah daerah adalah dengan
Sedangkan sebagian besarnya itu sistem pengelolaan sampah secara
sebanyak 46% mengaku tidak tahu, dan terpadu.Pengelolaan sampah yang
38% menyatakan ada walaupun belum dilakukan masyarakat adalah pe-
maksimal. Yang cukup menggem- ngelolaan sampah secara individu
birakan yaitu ada sekitar 8% dari yaitu dengan cara pembakaran dan
administrator tingkat kelurahan yang ditimbun untuk mengurangi volu-
mengakui bahwa ada partisipasi dari menya dan pembuangan akhir berupa
kelompok ini di wilayahnya. penimbunan sisapembakaran serta
Selanjutnya secara mayoritas atau sampah lainnya yang tidak dapat
sekitar 69% dari administrator peme- dibakar.Sistem ini dapat dilakukan
rintah tingkat kelurahan menyatakan diwilayah yang belum dapat dilayani
perlunya dibangun kemitraan dengan oleh sistem pengelolaan terpadu.
sektor bisnis dalam pengelolaan 3. Faktor-faktor yang diduga mem-
sampah. Sedangkan yang menyatakan berikan pengaruh terhadap banyak-
tidak perlu hanya sekitar 23% dan nya sampah plastik di Kota Sorong
sisanya sebanyak 8% menyatakan antara lain:
belum perlu untuk sekarang. a. Tingkat Pengetahuan Masyarakat
dan pemilik usaha/perusahaan
Ya, perlu
Tentang Sampah;
b. Sikap Masyarakat dan pemilik
23% Belum perlu usaha/perusahaan Tentang Penge-
8% untuk sekarang lolaan Sampah;
69%
Tidak perlu c. Perilaku Masyarakat dan pemilik
usaha/perusahaan dalam Penge-
Gambar 21. Perlunya Dibangun lolaan Sampah;
Kemitraan Dengan Sektor Bisnis d. Upaya Administrator Pemerin-
Menurut Administrator Pemerintahan tahan Dalam Melakukan Kajian
atau Sosialisasi Tentang Penge-
KESIMPULAN lolaan Sampah Kepada
Masyarakat;
Berdasarkan hasil dan e. Upaya Administrator Pemerin-
pembahasan pada bab IV dapat ditarik tahan dalam Mengalokasikan
beberapa kesimpulan, antara lain: Dana Untuk Pengelolaan Sampah;

84
CASSOWARY volume 2 (1): 18 - 85

f. Keberadaan Dukungan Eksternal karta.” Kes Mas Vol: 6 No. 3,


Terhadap Administrator Pemerin- September 2012: 144 – 211.
tahan dalam Kegiatan Pengelolaan Mungure, J.M., 2008, Governance and
Sampah. community participation in
4. Jika dibandingkan dengan beberapa Municipal Solid Waste manage-
daerah lainnya pengetahuan masya- ment, case of Arusha and Dar es
rakat Kota Sorong sudah cukup baik, Salaam Tanzania
bahkan lebih baik dari beberapa kota Murtadho Djuli dan Sa’is Gumbira E.,
besar lainnya di Indonesia. Namun 1988. Penanganan dan Peman-
yang perlu dibenahi adalah faatan Limbah Padat. Mediya-
partisipasi dari masyarakat yang tama Sarana Perkasa. Jakarta.
tercermin dari perilakunya, dimana PP Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
masih terdapat sebagian masyarakat Pengelolaan Sampah Rumah
yang memiliki perilaku tidak baik Tangga dan Sampah Sejenis
dalam pengelolaan sampah, seperti Sampah Rumah Tangga.
membuang sampah di sungai, pantai, Perda Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
dll. Retribusi Sampah.
Perda Nomor 15 Tahun 2013 Tentang
DAFTAR PUSTAKA Pengelolaan Persampahan.
Walpole Ronald E, Raymond H Myers.
BPS Kota Sorong. 2016. Kota Sorong 1995. “Ilmu Peluang Dan
Dalam Angka 2016. Kota Statistika untuk Insinyur dan
Sorong. Ilmuwan”, edisi ke-4, Penerbit
Essuman, Nasir Kofi. 2017. Knowledge, ITB, Bandung.
Attitudes and Practices of
Coastal Communities on Waste
Management in Ghana. Thesis
for Novia University of Applied
Sciences – degree. Raseborg/
Raasepori, 2017.
Marojahan, Ricky. 2015. “Hubungan
Pengetahuan Masyarakat Ten-
tang Sampah Dengan Perilaku
Mengelola Sampah Rumah
Tangga di RT 02 dan RT 03
Kampung Garapan Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang.”
Forum Ilmiah Vol: 12 Nomor 1,
Januari 2015.
Mulasari, Surahma Asti. 2012.
“Hubungan Tingkat Pengeta-
huan dan Sikap Terhadap Peri-
laku Masyarakat dalam Mengo-
lah Sampah di Dusun Padukuhan
Desa Sidokarto Kecamatan Go-
dean Kabupaten Sleman Yogya-

85

You might also like