You are on page 1of 11

PERENCANAAN TRANSPORTASI PERSAMPAHAN DI KOTA RANTEPAO KABUPATEN

TORAJA UTARA
Suharman Hamzah , M.Asad Nur Abdurahman2, Ishak Salempang3
1

Abstract : Transportation of garbage is a sub-system of targeted waste carrying garbage from the relocation site or
from waste sources directly to the Final Disposal (TPA). On Rantepao City, there is no cause irregularity of solid
waste transportation planning schedule and track the transport of waste transport. This is the reason for the research
was conducted in the city of Rantepao in the sample plan. The purpose of this study was to plan for the transport
system and the pattern of waste collection, analyzing the number of ritasi per day, and analyze the waste generation
Rantepao City community. In this plan, the method of transporting waste from TPS to TPA used was hauled Container
System (HCS) means 1 and garbage collection Individual Indirect. From the results of this study, the average time it
takes a vehicle transporting garbage to collect garbage from waste sources was 3.28 hours per ritasi and the average
time it takes a vehicle to transport garbage garbage from TPS to TPA is 1.05 hours / ritasi. To optimize the transport
system of solid waste in the city of Rantepao per first time round, the garbage collection process from waste sources
to the polls conducted on Monday - Saturday and for waste transportation time from TPS to TPA conducted on
Monday, Tuesday, Thursday and Saturday. The working time is 3 hours gathering starts at 05.00 and for the transport
working time is 4 hours started after all the trash is collected at polling stations. Every vehicle has one ritasi per day
in accordance with a predetermined working time. With this transport system, the expected volume of waste
transported over 90% of the total waste generation Rantepao City.

Keywords: transportation, trash, transport, gathering, rotation

Abstrak : Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada Kota
Rantepao, tidak ada perencanaan transportasi persampahan menyebabkan ketidakteraturan jadwal pengangkutan serta
jalur pengangkutan sampah. Hal inilah yang menjadi alasan penelitian ini dilaksanakan di Kota Rantepao sebagai
sampel perencanaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan sistem pengangkutan dan pola
pengumpulan sampah, menganalisis jumlah ritasi per hari, dan menganalisis timbulan sampah masyarakat Kota
Rantepao. Dalam perencanaan ini, metode pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang digunakan adalah Hauled
Container System (HCS) cara 1 dan metode pengumpulan sampah Individual Tidak Langsung. Dari hasil penelitian
ini, waktu rata-rata yang dibutuhkan kendaraan pengangkut sampah untuk mengumpulkan sampah dari sumber
sampah adalah 3,28 jam per ritasi dan waktu rata-rata yang dibutuhkan kendaraan pengangkut sampah untuk
mengangkut sampah dari TPS ke TPA adalah 1,05 jam/ritasi. Untuk mengoptimalkan system transportasi
persampahan di Kota Rantepao per 1 kali putaran, proses pengumpulan sampah dari sumber sammpah ke TPS
dilakukan pada hari Senin – Sabtu dan untuk waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan pada hari
Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu. Waktu kerja pengumpulan adalah 3 jam dimulai pada pukul 05.00 dan untuk waktu
kerja pengangkutan adalah 4 jam dimulai setelah semua sampah sudah terkumpul di TPS. Setiap kendaraan
melakukan 1 ritasi per hari sesuai dengan waktu kerja yang telah ditentukan. Dengan sistem transportasi ini,
diharapkan jumlah sampah yang terangkut lebih 90% dari total timbulan sampah Kota Rantepao.

Kata Kunci: transportasi, sampah, pengangkutan, pengumpulan, ritasi

PENDAHULUAN menggunakan cara pengambilan sampah langsung


Latar Belakang dari bak sampah setiap rumah dan hanya beberapa
Kabupaten Toraja Utara merupakan salah Tempat Pembungan Sementara (TPS). Keadaan
satu kabupaten yang mengalami permasalahan ini menyebabkan system transportasi
kompleks di bidang transportasi persampahan ini, persampahan yang sama sekali tidak efektif dan
khususnya mengenai sistem pengangkutan efisien karena tidak disertai dengan perencanaan.
sampah pada Kota Rantepao. Proses pengambilan Khususnya pada sub bagian penentuan rute
sampah pada kecamatan ini dilakukan dengan pelayanan pengangkutan sampah sehingga terjadi

1.Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92172, INDONESIA


2. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92172, INDONESIA
penumpukan sampah di beberapa wilayah dan 2. Wilayah pelayanan pengangkutan sampah
banyaknya masyarakat yang tidak terlayani. Tidak yang direncanakan adalah Kelurahan
adanya perencanaan system transportasi Rantepao, Karassik, Singki’, Penanian,
pengangkutan menjadi kendala utama sehingga Rantepasele, Pasele, Malango’, Tallunglipu
system pengangkutan cenderung dilakukan secara dan Tagari
acak. 3. Asumsi jalanan tidak macet.
Dari gambaran permasalahan ini, sangat 4. Kendaraan yang digunakan adalah dump
penting untuk melakukan kajian lebih lanjut truck, arm roll truck, mini truck Kijang dan
tentang upaya untuk merencanakan system gerobak motor milik Dinas Tata Ruang dan
transportasi persampahan dengan satu kali putaran Pemukiman Kabupaten Toraja Utara.
rute agar menjadi efektif dan efisien. Atas dasar 5. Pola pengumpulan individual tidak langsung
inilah, penulis memilih judul sebagai Tugas Akhir (communal) dan system kontainer, waktu
: Perencanaan Transportasi Persampahan di pelayanan pada pagi hari dengan rute yang
Kota Rantepao Kabupaten Toraja Utara. berkelok, dan proses pengangkutan dengan
satu kali putaran rute.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diselesaikan dalam Tujuan Penelitian
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka
1. Bagaimana jalur transportasi persampahan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tugas
di Kota Rantepao yang efektif dan efisien? akhir ini adalah:
2. Bagaimana proses pengangkutan dengan 1. Merencanakan rute transportasi
satu kali putaran rute agar tidak terjadi persampahan yang efektif dan efisien pada
penumpukan sampah pada beberapa wilayah setiap wilayah pelayanan yang ada dengan
pelayanan? mempertimbangkan ketersediaan sumber
daya di Kabupaten Toraja Utara, khususnya
Batasan Masalah pada Kota Rantepao.
Untuk mengarahkan penulis agar penelitian 2. Mengoptimalkan proses pengangkutan
dan permasalahan yang dikaji lebih mendetail dan dengan satu kali putaran rute agar tidak
sesuai dengan Judul dan Tujuan Penulisan Tugas terjadi penumpukan sampah pada beberapa
Akhir ini, maka penulis membatasi masalah yang wilayah pelayanan.
akan dibahas berikut ini:
1. Kondisi penumpukan sampah yang TINJAUAN PUSTAKA
dimaksud adalah pada bak sampah di rumah Pengertian Sampah dan Permasalahannya
– rumah dan beberapa TPS yang tersebar di Sampah adalah limbah yang bersifat padat
Kota Rantepao. terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan
investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah yang dimaksud dengan penanganan sampah ialah
sampah yang timbul di kota (SNI 19-2454-2002). perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 atau menghilangkan masalah-masalah yang ada
tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kaitannya dengan lingkungan, yang dapat
kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam berbentuk membuang sampah saja atau
yang berbentuk padat. Kemudian yang dimaksud mengembalikan (recycling) sampah menjadi
dengan sampah spesifik adalah sampah yang bahan-bahan yang bermanfaat. Permasalahan
karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya sampah umumnya terjadi pada setiap kota di
memerlukan pengelolaan khusus. Indonesia, diantaranya adalah (Tchobanoglous,
Sumber Sampah 1993) :
Menurut Prihandarini (2004:11), berdasarkan 1. Bertambah kompleksnya masalah
sumbernya sampah digolongkan kepada dua persampahan sebagai konsekuensi logis dari
kelompok besar yaitu: pertambahan penduduk kota.
a. Sampah domestic. 2. Peningkatan kepadatan penduduk
b. Sampah non domestik. memerlukan peningkatan metode/pola
Sedangkan menurut SNI 19-3983-1995, pengelolaan sampah yang lebih baik.
sumber sampah berasal dari: 3. Keheterogenan tingkat sosial budaya
a. Perumahan; rumah permanen, rumah semi penduduk kota.
permanen, rumah non permanen. 4. Situasi dana serta prioritas penanganan relatif
b. Non perumahan; kantor, toko/ruko, pasar, rendah dari pemerintah daerah.
sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, 5. Pergeseran teknik penanganan makanan.
restoran, industri, rumah sakit, dan fasilitas 6. Keterbatasan sumber daya manusia untuk
umum lainnya. menangani masalah sampah.
7. Pengembangan perancangan peralatan
Pengertian Pengelolaan dan Penanganan persampahan yang sangat lambat.
Sampah 8. Partisipasi masyarakat umumnya masih
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun kurang terarah dan terorganisasi secara baik.
2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan 9. Konsep pengelolaan persampahan yang
sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, kadangkala tidak cocok untuk diterapkan,
dan berkesinambungan yang meliputi serta kurang terbukanya kemungkinan
pengurangan dan penanganan sampah. Sedangkan modifikasi konsep tersebut di lapangan.
menurut Hadiwiyoto (1983:23), pengelolaan Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan
sampah ialah usaha untuk mengatur atau Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul
mengelola sampah dari proses pengumpulan, di kota. Dalam menangani pengelolaan sampah
pemisahan, pemindahan, pengangkutan, sampai perkotaan ini akan selalu mengacu pada SNI 19-
2454-2002 mengenai Tata Cara Teknik
Operasional Sampah Perkotaan. (Sumber: Badan
Standarisasi Nasional tahun 2002)). Gambar Pola Pengangkutan Sampah Sistem
Diagram pola pengumpulan sampah: Individual Langsung
 Pengumpulan sampah melalui sistem
pemindahan di transfer depo tipe I dan II.

Gambar Diagram Pelayanan masing-masing Pola Gambar Pola Pengangkutan Sistem

Operasional Persampahan Kota Transfer Depo Tipe I dan II

Pola pengumpulan sampah terdiri dari: )

1. Pola individual langsung. Bila mengacu pada sistem di negara

2. Pola individual tidak langsung. maju, untuk pengangkutan sampah dengan

3. Pola komunal langsung. sistem kontainer (transfer tipe III), pola

4. Pola komunal tidak langsung. pengangkutan adalah sebagai berikut:


a) Sistem Kontainer Angkat (Hauled

Pengangkutan Sampah Container System = HCS)

Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang Untuk pengumpulan sampah

bersasaran membawa sampah dari lokasi dengan sistem kontainer angkat (Hauled

pemindahan atau dari sumber sampah secara Container System = HCS), pola

langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau pengangkutan yang digunakan ada tiga

TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu cara:

komponen penting dan membutuhkan perhitungan  Sistem pengosongan kontainer cara 1

yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan  Sistem pengosongan kontainer cara

waktu angkut yang diperlukan dalam sistem  Sistem pengosongan kontainer cara 3

tersebut. b) Sistem Pengakutan dengan Kontainer

Pola Pengangkutan Sampah Tetap (Stationary Kontainer Sistem =

Berikut beberapa sistem pengangkutan SCS).

sampah:  Pengangkutan dengan SCS mekanis


 Pengangkutan dengan SCS manual
 Pengangkutan sampah dengan system
pengumpulan individual langsung (door to
door) Perancangan dan Perhitungan Pengangkutan
Sampah
1. Menghitung haul time (h)
h = a+ b. x dengan negara lainnya. Variasi ini terutama
Dimana : disebabkan oleh perbedaan, antara lain:
a = empirical haul time constant, h/trip 1. Jumlah penduduk dan tingkat
b = empirical haul time constant, h/trip pertumbuhannya.
x = jarak rata-rata, mile/trip 2. Tingkat hidup
2. Menghitung PHCS 3. Musim
PHCS = pc + uc + dbc 4. Cara hidup dan tingkat sosial ekonomi.
Dimana : 5. Iklim
pc = waktu mengambil kontainer penuh, 6. Jenis bangunan yang ada.
j/trip Pelaksanaan pengambilan contoh timbulan
uc = waktu utk meletakkan kontainer sampah dilakukan secara acak dengan jumlah
kosong, j/trip sampel dihitung menggunakan rumus berdasarkan
dbc = waktu antara lokasi, j/trip SNI-19-3694-1994 sebagai berikut:
3. Menghitung waktu per trip Jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK):
THCS = PHCS + h + s  S = C d√Ps
Dimana : dimana:
h = waktu yg diperlukan menuju lokasi yg S = Jumlah contoh (jiwa)
akan diangkut kontainernya Cd = Koefisien perumahan
s = waktu yg digunakan untuk menunggu di Cd = Kota besar / metropolitan
lokasi Cd = Kota sedang / kecil / IKK
PHCS = pick up time Ps= Populasi (jiwa)
4. Menghitung jumlah trip per hari  K=
Nd = [H(1-W) – (t1+t2)]/ THCS
dimana:
Dimana :
K = Jumlah contoh (KK)
Nd = jumlah trip, trip/hari
N = Jumlah jiwa per keluarga (asumsi
H = waktu kerja perhari, jam
dalam 1 KK ada 5 anggota keluarga)
t1 = dari garasi ke lokasi pertama
t2 = dari lokasi terakhir ke garasi
METODOLOGI PENELITIAN
W = factor off route (nonproduktif pada
Waktu Dan Tempat
seluruh kegiatan operasional)
Penelitian ini telah dilaksanakan di
Wilayah Pelayanan persampahan Kota Rantepao,
Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan
Kabupaten Toraja Utara. Waktu penelitian
Rata-rata timbulan sampah biasanya akan
dilaksanakan pada tanggal 7-16 Februari 2016.
bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah
dengan daerah lainnya, dan antara satu negara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Studi
Untuk penelitian ini, Kota Rantepao dibagi 6. Rantepasele 1650 20 4
7. Malango’ 4721 34 7
dalam beberapa wilayah yang disebut Wilayah 8. Tallunglipu 3976 32 6
9. Tagari 2180 23 5
Pelayanan. Wilayah Pelayanan tersebut, kemudian Jumlah 22671 220 44
Sumber : Berdasarkan hasil perhitungan
dibagi kedalam 9 wilayah yang berada di Kota
Dari hasil pengambilan data, diperoleh
Rantepao dengan total luas wilayah 5,11 Km2,
besar timbulan sampah dari 44 rumah yang terbagi
hanya 0,69% dari luas total Kabupaten Toraja
kedalam 9 Wilayah Pelayanan selama 7 hari. Besar
Utara.
timbulan tersebut kemudian dibagi dengan total
Penduduk Kabupaten Toraja Utara tahun 2015
jumlah orang untuk setiap wilayah pelayanan
berjumlah 222.400 jiwa yang tersebar di 21
sehingga dapat diperoleh besar timbulan dengan
Kecamatan. Kepadatan penduduk di Kabupaten
m3/orang/hari.
Toraja Utara pada tahun 2015 telah mencapai 193
Untuk wilayah pelayanan Malango’
jiwa/km².
dengan jumlah timbulan sampah terbesar yaitu
Pengumpulan Data
berkisar antara 8,89 m3/hari – 10,64 m3/hari. Dan
Pada penelitian ini, penulis menetapkan satu
timbulan sampah paling sedikit berada di wilayah
lokasi untuk dijadikan sampel penelitian yaitu
pelayanan Karassik dengan jumlah timbulan tidak
Kota Rantepao dengan bantuan kendaraan
lebih dari 3 m3/hari. Penelitian ini juga
pengangkut sampah, yaitu pengangkutan door to
menunjukkan, pada akhir pekan jumlah timbulan
door menggunakan dump truck berkapasitas 6 m3,
sampah setiap wilayah pelayanan rata – rata
arm roll truck berkapasitas 6 m3, minitruck kijang
mengalami kenaikan yang signifikan. Dari hasil
berkapasitas 3 m3 dan gerobak motor berkapasitas
pengamatan timbulan sampah rata – rata seorang
2 m3 .
penduduk di Kota Rantepao adalah sebesar 2,11
Perhitungan volume sampah menggunakan
liter/hari. Maka timbulan sampah di Kota
alat bantu yaitu wadah berbentuk tabung dengan
Rantepao adalah 22.671 jiwa dikali 2,11
luas alas 0.1256 m2 yang dilengkapi dengan skala
liter/jiwa/hari yaitu 47.864 liter/hari atau 47,86
ketinggian. Pengambilan contoh dilakukan dalam
m3/hari
7 hari berturut-turut pada lokasi pemukiman,
dengan pengukuran sampah pada pukul 06.00
Pembahasan
Wita. Pengukuran sampah dimulai pada tanggal 7
Dari hasil survey timbulan sampah, dapat
February 2016 sampai dengan tanggal 15
diketahui timbulan sampah Kota Rantepao adalah
February 2016.
2,11 liter/orang/hari. Sesuai dengan hasil
Tabel 4.1 Jumlah sampel dari setiap Wilayah
perhitungan data, kebutuhan TPS didasarkan pada
Pelayanan
Wilayah Jumlah
tingkat timbulan sampah penduduk/hari, jumlah
Populasi Jumlah
No. Pelayanan Sampel
(Jiwa)
(Jiwa)
KK penduduk serta luas wilayah.
1. Rantepao 1740 21 4
Tabel Kebutuhan TPS setiap kelurahan
2. Karassik 1371 19 4
3. Singki’ 2779 26 5
4. Penanian 1205 17 3
5. Pasele 3049 28 6
Jumlah Penambahan Total
atau TPA. Hasil kajian daya tampung TPS
No. Kelurahan TPS Awal TPS Kebutuhan
TPS
mennjukkan bahwa rata – rata TPS mampu
1 Rantepao 1 1 2
menampung hingga 200% timbulan sampah per
2 Karassik Tidak ada 1 1
3 Singki’ 1 1 2 hari penduduk.
4 Penanian 1 Tidak ada 1
5 Pasele Tidak ada 2 2 Dari perbedaan timbulan sampah ini, maka
6 Rantepasele Tidak ada 1 1
7 Malango’ 1 3 4 jadwal pelayanan persampahan harus di atur
8 Tallunglipu Tidak ada 3 3
9 Tagari Tidak ada 2 2 dengan baik. Untuk menghindari penumpukan
Sumber : Hasil pengolahan data
sampah yang terjadi, jadwal pelayanan
Untuk wilayah pelayanan Malango’,
persampahan disesuaikan dengan timbulan
dibutuhkan 4 TPS untuk menampung timbulan
sampah di semua Wilayah Pelayanan.
sampah masyarakat yang mencapai 9 m3/hari.
Jadwal pengangkutan 3 kali seminggu tidak
Untuk wilayah pelayanan Karassik, Penanian dan
bisa di aplikasikan di Kota Rantepao. Pada
Rantepasele hanya dibutuhkan 1 TPS karena
beberapa Wilayah Pelayanan, jumlah sampah
timbulan sampah di masing – masing wilayah
yang terangkut tidak mencukupi setidaknya 90%
pelayanan tersebut tidak lebih dari 3 m3/hari.
dari total timbulan sampah masyarakat. Untuk
jadwal pengangkutan 4 kali seminggu, yaitu pada
hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu, jumlah
Penentuan Jadwal Pelayanan Persampahan
sampah yang terangkut di semua Wilayah
Kapasitas TPS adalah 6 m3, baik itu
Pelayanan berada diatas 90%. Dari perbandingan
berupa container maupun bak sampah permanen.
tersebut, maka jadwal pelayanan persampahan
Penambahan TPS ini diharapkan mampu
Kota Rantepao dilakukan sebanyak 4 kali
menampung timbulan sampah untuk jangka waktu
seminggu.
2 hari. Berikut adalah kajian daya tampung semua
TPS di masing – masing Wilayah Pelayanan :
Perencanaan Pelayanan Pengumpulan Sampah
Rute pelayanan pengumpulan sampah
direncanakan dengan menggunakan bantuan
software Garmin Basecamp. Penggunaan software
ini untuk memudahkan pembagian jalur di setiap
Wilayah Pelayanan. Kendaraan pengumpul
sampah yang digunakan yaitu dump truck
sebanyak 4 unit, minitruck Kijang sebanyak 1 unit
Gambar Analisis Daya Tampung TPS
dan gerobak motor sebanyak 1 unit. Jarak tempuh
TPS di masing – masing Wilayah Pelayanan
setiap kendaraan berbeda – beda, tergantung dari
mampu menampung penumpukan sampah selama
luas wilayah pelayanan dan banyaknya sumber
2 hari. Pada hari kedua, akan dilanjutkan proses
sampah yang dilayani.
pengangkutan sampah untuk selanjutnya akan
diangkut menuju ke lokasi pemrosesan terakhir
Perencanaan transportasi ini menerapkan
pola pengangkutan sampah dengan system Perencanaan Pengangkutan Sampah
kontainer yang menggunakan armroll truck dan Dalam merencanakan system transportasi
pola individual tidak langsung (communal) yang ini, penelitian ini membutuhkan alat bantu
menggunakan dump truck, gerobak motor dan software yang berisi peta lokasi penelitian.
minitruck Kijang. Dari hasil pengamatan di Software yang digunakan untuk merencanakan
lapangan, waktu yang dibutuhkan petugas rute transportasi persampahan adalah Garmin
kebersihan untuk mengumpulkan sampah dari 1 basecamp. Peggunaan software ini dimaksudkan
rumah tangga adalah ±0,5 menit/rumah. Waktu untuk memudahkan pembagian jalur
kerja setiap kendaraan pengumpul dalam 1 hari pengangkutan sampah dari sumber sampah ke
adalah 4 jam, dimulai pada pukul 05.00 sampai TPS dan dari TPS ke TPA serta dapat mengetahui
dengan pukul 09.00. Pengumpulan sampah jarak tempuh kendaraan yang harus dilalui pada
dilakukan pada setiap hari Senin – Sabtu dengan masing-masing Wilayah Pelayanan. Untuk ritasi
hanya 1 kali ritasi per hari. Waktu untuk pengangkutan dihitung berdasarkan rumus
membongkar muatan di setiap TPS membutuhkan pengangkutan sampah system Hauled Container
waktu ±20 menit di setiap 1 TPS. System/HCS cara 1.
Untuk pola pengangkutan sampah
menuju ke pemrosesan terakhir
menggunakan yaitu system container angkut
Hauled Container System (HCS) cara 1
dengan arm roll truck dan dump truck.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah
yang paling ideal untuk Kota Rantepao
adalah menggunakan system pemindahan
Gambar Grafik waktu pengumpulan sampah (transfer depo) yaitu sistem tidak langsung.
kendaraan di setiap Wilayah Pelayanan Pola pengangkutan sampah menuju ke
Setiap kendaraan mampu menyelesaikan pemrosesan terakhir atau TPA
pekerjaan pengumpulan dalam jangka waktu rata menggunakan system container yaitu system
– rata ±4 jam. Sampah yang telah dikumpulkan container angkut (Hauled Container
dari sumber sampah, akan dikumpulkan di TPS System/HCS) cara 1 dengan arm roll truck
terdekat yang berada di dalam Wilayah Pelayanan. dan dump truck. Sistem Hauled Container
Dan pada pukul 09.00 setelah pekerjaan System yang digunakan di Kota Rantepao
pengumupulan berakhir, sampah yang berada di adalah sistem pengosongan bak kontainer
TPS akan diangkut oleh kendaraan lain untuk cara 1. Pada umumnya petugas kebersihan
selanjutnya di angkut ke lokasi pemrosesan sampah mengumpulkan sampah pada pagi
terakhir atau TPA. hari dimulai pada pukul 06.00 pagi.
Waktu kerja optimal untuk setiap Individual Langsung (door to door). Kendaraan
kendaraan pengangkut adalah 2,5 jam. pengangkut sampah mengangkut sampah
Untuk waktu pengangkutan dimulai pada langsung dari sumber sampah kemudian setelah
pukul 09.00 pagi sampai selesai. muatan penuh, sampah langsung dibawa ke
Tempat Pemorsesan Terakhir (TPA). Untuk Kota
Rantepao, pola pengangkutan individual langsung
menjadi pola pengangkutan yang digunakan di
Kota Rantepao. Tetapi pola ini tidak berjalan
dengan maksimal. Banyaknya penduduk yang
belum terlayani serta pergerakan kendaraan yang
tidak teratur menjadi penyebab tidak efisiennya
Gambar Grafik waktu pengangkutan pelaksanaan pola tersebut. Untuk waktu
sampah kendaraan di setiap Wilayah pengumpulan sampah dengan pola pengangkutan
Pelayanan sampah, disesuaikan dengan kapasitas kendaraan
Waktu pengambilan rata – rata setiap dan jumlah timbulan sampah orang/hari.
TPS di masing – masing wilayah pelayanan
adalah 0,43 jam atau 25 menit. Untuk
menghitung waktu pengambilan digunakan
rumus PHCS dengan Pc+Uc= 0,4 (Lampiran
Tabel) dan nilai Dbc adalah waktu tempuh
dari satu TPS ke TPS lainnya. Untuk waktu
ritasi, rata – rata kendaraan membutuhkan
1,1 jam atau 66 menit untuk mengangkut
dan mengambil sampah di satu TPS. Waktu
ini sudah termasuk dengan waktu pulang Gambar 4.5 Waktu Pengumpulan sampah dengan
pergi kendaraan tersebut. Nilai a dan b Pola Individual Langsung (door to door)
adalah koefisien konstanta kecepatan
(Lampiran Tabel). Nilai a dan b tergantung KESIMPULAN DAN SARAN
dari kecepatan kendaraan selama Kesimpulan
pengangkutan yaitu 50 km/jam. Dengan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
waktu kerja 4 jam, setiap kendaraan hanya 1. Perencanaan transportasi persampahan Kota
mampu melakukan 1 kali ritasi per hari. Rantepao dibagi kedalam 9 Wilayah
Pelayanan. Di setiap wilayah pelayanan
Alternatif Pola Pengangkutan Sampah terdapat TPS untuk menampung timbulan
Untuk altenatif pola pengangkutan sampah sampah penduduk. Penentuan jumlah TPS
di Kota Rantepao digunakan pola pengangkutan didasarkan terhadap besarnya timbulan
sampah di masing – masing Wilayah dimulai setelah semua sampah sudah
Pelayanan. Untuk pola pengumpulan terkumpul di TPS. Setiap kendaraan
sampah di semua Wilayah Pelayanan melakukan 1 ritasi per hari sesuai dengan
menggunakan pola individual tidak waktu kerja yang telah ditentukan. Dengan
langsung (communal) yaitu sampah sistem transportasi ini, diharapkan jumlah
dikumpulkan langsung dari sumber sampah sampah yang terangkut lebih 90% dari total
untuk dikumpulkan di setiap TPS di masing timbulan sampah Kota Rantepao.
– masing Wilayah Pelayanan dan kemudian Saran
akan diangkut oleh kendaraan lain menuju 1. Perlu dilakukan pengawasan lebih terhadap
ke lokasi pemrosesan akhir atau TPA. petugas pengangkut sampah. Pengawasan
Sementara untuk system pengangkutan yang dimaksud berkaitan dengan kesesuaian
sampah dari TPS ke TPA menggunakan jam kerja di lapangan dengan yang telah
Hauled Container System/HCS cara 1. terjadwalkan, ketuntasan dalam mengangkut
Waktu rata – rata pengumpulan sampah dari sampah di wilayah pelayanan.
sumber sampah ke TPS adalah 3.28 jam per 2. Perlu penambahan armada pengangkutan
ritasi dengan jarak tempuh yang berbeda di sampah seperti kendaraan gerobak motor
masing – masing Wilayah Pelayanan. Dan untuk melayani wilayah – wilayah yang
untuk pengangkutan dari TPS ke TPA tidak bisa dijangkau oleh truk dan juga arm
membutuhkan waktu rata – rata 1,05 jam/rit. roll truck untuk lebih mempersingkat waktu
Untuk pengumpulan sampah kendaraan pengangkutan ke lokasi TPA.
yang digunakan adalah dump truck 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
sebanyak 5 unit, minitruck Kijang 1 unit dan mengetahui estimasi biaya operasional dari
gerobak motor 1 unit. Pengangkutan sampah setiap kendaraan pengangkut sampah yang
dari TPS ke TPA menggunakan kendaraan digunakan.
arm roll truck sebanyak 3 unit dan dump 4. Untuk penanganan permasalahan sampah,
truck sebanyak 2 unit. dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak
2. Untuk mengoptimalkan system transportasi terutama dari masyarakat itu sendiri.
persampahan di Kota Rantepao per 1 kali
putaran, proses pengumpulan sampah dari DAFTAR PUSTAKA
sumber sammpah ke TPS dilakukan pada Anonim. 2010. Materi Pelatihan Berbasis
hari Senin – Sabtu dan untuk waktu Kompetensi Bidang Persampahan (Balai
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2,
dilakukan pada hari Senin, Selasa, Kamis Wiyung. Surabaya.
dan Sabtu. Waktu kerja pengumpulan adalah Aspian, Suparmi A. 2009. Optimasi Pola
3 jam dimulai pada pukul 05.00 dan untuk Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
waktu kerja pengangkutan adalah 4 jam Kota Muara Teweh Melalui Pendekatan
Zonasi. Universitas Diponegoro. Pengelolaan Sampah. Republik Indonesia.
Semarang. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Metode Tchobanoglous, George. 1983. Integrated Solid
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Waste Management Engineering Principle
Timbulan Sampah. Badan Standarisasi and Management Issues. McGraw-Hill
Nasional. Companies, Incorporated. New York.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Spesifikasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Timbulan Sampah Kota. Badan Pengelolaan Sampah,
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan. Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Pengelolaan
Sampah di Permukiman. Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara.
2014. Selayang Pandang Kabupaten
Toraja Utara. BPS Kab. Toraja Utara.
Toraja Utara.
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2010. Diktat
Kuliah TL-3104 (Versi 2010). Program
Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB.
Bandung.
Hadijah Fahmi, Rizky. 2013. Analisis Rute Jalan
Pengangkutan Sampah di Kota Makassar
(Studi Kasus: Kecamatan Tamalanrea).
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Joseph, Christian S. 2011. Analisis Sistem
pengangkutan Sampah Kota Makassar
dengan Metode Penyelesaian Vehicle
Routing Problem (VRP) (Studi Kasus:
Kecamatan Mamajang). Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2008.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang

You might also like