You are on page 1of 14

Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

KESESUAIAN LOKASI DAN TANGGAPAN MASYARAKAT


UNTUK TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH
DI KOTA KOTAMOBAGU

Hariyono Gumalangit
Zetly E. Tamod
Bobby Polii

ABSTRACT
This study aims to analyze the appropriate location and community responses for waste landfill
sites and to determine the factors that limit the level of land suitability for waste landfill in Kota
Kotamobagu. The study was conducted in the designated area for the development of the Kotamobagu
Municipal TPA location based on the RTRW document of Kota Kotamobagu for three months from
February to March 2017. This research is observational. Research data is analyzed through quantitative
descriptive method. The results showed that in the area designated as the location of TPA development in
Kota Kotamobagu there is one candidate location that enter on the category of potential worthy in the
area of West Mongkonai region based on the criteria of the feasibility of SNI 03-3241-1994. Communities
around the landfill development/expansion sites for the TPA Poyowa Kecil tend to accept the presence of
waste landfill and for the development site of West Mongkonai region waste landfill, people in the area
tend to deny the existence of waste landfill sites. The limiting factor of land suitability for the landfill
location in Kota Kotamobagu is classified into two namely the main limiting factor that is the social
environment of the community in the form of rejection of the landfill location by the community around
the landfill site and the physical limiting factor which consists of land permeability, rain intensity and
agricultural area.

Keywords: land suitability, TPA, community response, Kota Kotamobagu, North Sulawesi
Province

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang layak dan tanggapan masyarakat untuk
lokasi TPA sampah serta faktor-faktor yang menjadi pembatas tingkat kesesuaian lahan untuk TPA
sampah di Kota Kotamobagu. Penelitian dilakukan di wilayah peruntukkan pengembangan lokasi TPA
sampah Kota Kotamobagu berdasarkan dokumen RTRW Kota Kotamobagu selama tiga bulan sejak
Februari sampai Maret 2017. Penelitian ini menggunakan data primer berupa wawancara dan bersifat
observasional. Data penelitian dianalisis melalui metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di wilayah yang diperuntukkan sebagai lokasi pengembangan TPA di Kota
Kotamobagu terdapat satu calon lokasi yang masuk pada kategori potensial layak yang berada di wilayah
Kelurahan Mongkonai Barat berdasarkan penilaian kriteria kelayakan SNI 03-3241-1994. Masyarakat
disekitar lokasi pengembangan/perluasan TPA sampah untuk TPA Poyowa Kecil cenderung menerima
keberadaan TPA sampah dan sebaliknya untuk lokasi pengembangan TPA sampah Mongkonai Barat,
masyarakat di wilayah tersebut cenderung menolak keberadaan lokasi TPA sampah. Faktor pembatas
kesesuaian lahan untuk lokasi TPA di Kota Kotamobagu digolongkan menjadi dua yakni faktor pembatas
utama yaitu lingkungan sosial masyarakat berupa penolakan terhadap lokasi TPA oleh masyarakat sekitar
lokasi TPA sampah dan faktor pembatas fisik yang terdiri dari permeabilitas tanah, intensitas hujan dan
kawasan pertanian.

Kata kunci: kesesuaian lahan, TPA, tanggapan masyarakat, Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi
Utara

97
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

PENDAHULUAN keberadaan TPA di lingkungannya, maka


keberhasilan operasional suatu TPA sangat
Latar Belakang dipengaruhi oleh persepsi masyarakat di
Sampah perkotaan akan tetap wilayah tersebut. Penetapan Lokasi TPA pada
merupakan salah satu persoalan yang rumit dasarnya juga untuk kepentingan masyarakat
yang dihadapi oleh pengelola kota dalam dalam upaya menangulangi sampah kota.
menyediakan sarana dan prasarana Kesulitan mendapatkan lahan TPA sampah di
perkotaannya. Di samping persoalan perkotaan, terutama di kota metro/besar
bagaimana menyingkirkan sampah secara antara lain disebabkan munculnya penolakan
baik agar kota tersebut menjadi bersih dan dan atau keberatan masyarakat terhadap calon
tidak mengganggu lingkungan, namun pula lokasi TPA sampah. Apabila hal ini tidak
bagaimana daerah yang kebetulan terpilih ditangani dengan tepat tepat akan
untuk lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) menimbulkan konflik sosial.
tidak mengalami degradasi kualitas Untuk dapat menentukan lokasi TPA
lingkungan akibat adanya TPA tersebut. yang memenuhi persyaratan tersebut
Kegiatan umum yang dilaksanakan di sebuah diperlukan analisis berbagai parameter
TPA adalah pengurugan atau penimbunan lingkungan dengan menggunakan berbagai
sampah di lahan yang tersedia. metode dan teknik penilaian. Kriteria
Proses penanganan sampah dimulai pemilihan lokasi TPA sampah di Indonesia
dari proses pengumpulan sampai dengan telah diatur dalam Surat Keputusan Badan
tempat pemrosesan akhir (TPA) secara umum Standar Nasional Indonesia melalui SK SNI 03-
memerlukan waktu yang berbeda sehingga 3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi
diperlukan ruang untuk menampung sampah Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.
pada masing-masing proses tersebut. Guna Berdasarkan Laporan Akhir
memenuhi kebutuhan ruang dalam Penyusunan Masterplan Pengelolaan
menetapkan lokasi TPA, seringkali dijumpai Persampahan Kota Kotamobagu tahun 2014,
masalah-masalah besar yang perlu ditangani salah satu permasalahan yang sedang
dengan seksama, seperti ketersediaan lahan, dihadapi oleh pemerintah Kota kotamobagu
konflik sosial yang berujung pada penolakan terkait dengan pengelolaan sampah saat ini
keberadaan TPA sampah dan penurunan mutu adalah lahan TPA eksisting di Poyowa kecil
lingkungan sehingga dalam pemilihan lokasi yang hampir penuh, sehingga pemerintah
TPA perlu diarahkan sebagai alat mitigasi Kota Kotamobagu harus membangunan TPA
dampak. baru yang membutuhkan lahan TPA yang
Pembuangan akhir sampah (TPA) baru.
adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan dan memusnahkan sampah Rumusan Masalah
dengan cara tertentu sehingga dampak negatif Mengamati beberapa permasalahan
yang ditimbulkan kepada lingkungan dapat pengelolaan sampah di Kota Kotamobagu
dihilangkan atau dikurangi. seperti yang telah diuraikan di atas, maka
Perkiraan-perkiraan dampak penting dapat dirumuskan permasalahan pokok yakni,
suatu lokasi TPA yang berpengaruh kepada kebutuhan lahan TPA sampah baru yang
masyarakat saat operasi maupun sesudah memenuhi persyaratan dan kriteria kesesuaian
beroperasi harus sudah dapat diduga lahan untuk lokasi TPA sehingga dapat
sebelumnya. Pendugaan dampak ini, meminimalisir terjadinya konflik sosial dan
diantaranya berkaitan dengan penerapan penurunan mutu lingkungan. Berdasarkan
kriteria pemilihan lokasi TPA sampah. permasalahan pokok tersebut, dapat
Mengamati beberapa fenomena kegagalan diidentifikasi beberapa hal mengemuka yang
operasional TPA di Indonesia disebabkan merupakan masalah-masalah mendasar yang
oleh adanya respon masyarakat terhadap melatarbelakangi perlu dilakukannya studi
mengenai Kesesuaian Lokasi dan Tanggapan

98
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

Masyarakat Untuk Tempat Pemrosesan Akhir dituangkan dalam dokumen rencana tata
(TPA) Sampah di Kota Kotamobagu di ruang Kota Kotamobagu 2014-2034 yakni,
wilayah yang telah ditetapkan sebagai Desa Poyowa Kecil Kecamatan Kotamobagu
peruntukkan lokasi lokasi pengembangan Selatan dan Kelurahan Mongkonai Barat
TPA sampah di Kota Kotamobagu yakni: (1) Kecamatan Kotamobagu Barat Kota
lokasi mana yang layak untuk TPA sampah di Kotamobagu.
Kota Kotamobagu; (2) bagaimana tanggapan Wilayah kajian meliputi daerah yang
masyarakat sekitar terhadap keberadaan batas sosial dan batas administrasi. Gambaran
lokasi TPA sampah tersebut; dan (3) faktor- lokasi penelitian tersaji pada Gambar 8.
faktor apa yang menjadi pembatas tingkat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
kesesuaian lahan untuk lokasi TPA sampah di Januari sampai dengan bulan Maret 2017.
Kota Kotamobagu. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium
Fisika Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Tujuan Penelitian Universitas Sam Ratulangi Manado
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisa lokasi yang layak untuk
tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah di
wilayah peruntukkan pengembangan lokasi
TPA sampah di Kota Kotamobagu
berdasarkan kriteria standar kelayakan
yang berlaku untuk lokasi TPA sampah;
2. Menganalisa tanggapan masyarakat sekitar
terhadap keberadaan lokasi TPA sampah di
Kota Kotamobagu;
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi pembatas tingkat kesesuaian lahan
untuk lokasi TPA sampah di Kota
Kotamobagu.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan bagi pemerintah kota
Kotamobagu dalam perencanaan
pembangunan TPA sampah. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
2. Sebagai salah satu referensi bagi
mahasiswa/peneliti yang akan melakukan Bahan dan Alat Penelitian
studi lanjutan mengenai TPA di Kota Bahan utama yang dipergunakan
Kotamobagu. dalam penelitian ini yaitu lahan di wilayah
yang ditetapkan sebagai peruntukan
METODOLOGI PENELITIAN pengembangan lokasi Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) sampah di Kota Kotamobagu.
Waktu dan Tempat Penelitian Sedangkan bahan lainnya antara lain yakni,
Penelitian Penelitian ini dilakukan di peta dasar Kota Kotamobagu skala 1:25.000
wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan berupa peta administrasi dan peta perairan
pengembangan lokasi Tempat Pemrosesan (sumber pembuatan peta administrasi dan
Akhir (TPA) sampah dalam sistem sungai) dan peta tematik Kota Kotamobagu
persampahan di Kota Kotamobagu yang skala 1:25.000 berupa peta kemiringan lahan,

99
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

penggunaan lahan, peta morfologi, peta Metode Pengambilan Sampel


geologi (sumber pembuatan peta lereng, peta Penelitian ini bersifat observasional
penggunaan lahan, peta bentuk lahan, geologi sedangkan metode yang digunakan adalah
dan zona sesar aktif), peta pola ruang Kota metode deskriptif kuantitatif.
Kotamobagu (sumber peta kawasan lindung), Pengumpulan data biofisik dilakukan
dokumen tata ruang Kota Kotamobagu dengan teknik survey melalui pengamatan
(sumber rencana peruntukan lahan), dokumen dan pengukuran karakteristik lahan di tingkat
rencana pengelolaan persampahan Kota lapang dengan menentukan sampel berupa
Kotamobagu dan SNI 03-3241-1994 (sumber unit lahan melalui beberapa tahapan yakni
pengharkatan kelayakan dan kesesuaian lahan sebagai berikut: (1) Membuat peta kajian
untuk lokasi TPA sampah), sampel tanah kesesuaian lahan pada tahap regional wilayah
serta bahan lainnya yang diperlukan dalam peruntukkan pengembangan/perluasan lokasi
pengujian di laboratorium. TPA sampah dengan memperhatikan batas
wilayah yang telah ditetapkan dan kemudian
membuat peta satuan lahan dengan cara
Metode Pengumpulan Data tumpang susun (overlay) dengan peta
Data yang digunakan dalam penelitian administrasi, peta kemiringan lahan, peta
ini adalah data melalui analisis tanah yang geologi, hidrologi, peta penggunaaan lahan,
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Jurusan peta bentuk lahan, dan peta perairan (sungai);
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sam (2) Menentukan tingkat kelayakan regional
Ratulangi Manado. setiap satuan lahan berdasarkan SNI 03-3241-
Bahan yang digunakan dalam 1994 untuk mengetahui zona kelayakan calon
penelitian ini, antara lain lahan peruntukkan lokasi TPA sampah; (3) Menentukan sampel
lokasi pengembangan TPA, peta dasar Kota penelitian yang dilakukan dengan cara
Kotamobagu skala 1:25.000 berupa peta menentukan populasi penelitian fisik lahan
administrasi dan peta perairan (sumber yakni, satuan lahan wilayah penelitian yang
pembuatan peta administrasi dan sungai) dan ditentukan berdasarkan hasil tumpang susun
peta tematik Kota Kotamobagu skala (overlay). Sampel penelitian fisik lahan
1:25.000 berupa peta kemiringan lahan, ditentukan pada unit lahan di wilayah
penggunaan lahan, peta morfologi, peta pengembangan/perluasan lokasi TPA; (4)
geologi (sumber pembuatan peta lereng, peta Mengambil sampel tanah untuk menilai
penggunaan lahan, peta bentuk lahan, geologi permeabilitas tanah di laboratorium; (5)
dan zona sesar aktif), peta pola ruang Kota Menganalisis data fisik lahan berdasarkan
Kotamobagu (sumber peta kawasan lindung), hasil pengamatan dan pengukuran satuan
dokumen tata ruang Kota Kotamobagu lahan di tingkat lapang serta hasil analisis
(sumber rencana peruntukan lahan) dan SNI laboratorium, dilanjutkan dengan
03-3241-1994 (sumber pengharkatan pengharkatan untuk mendapatkan kelas lahan
kelayakan dan kesesuaian lahan untuk lokasi biofisik lokasi TPA sampah; (6) Melakukan
TPA sampah), sampel tanah serta bahan interpretasi melalui peta wilayah penelitian
lainnya yang diperlukan dalam pengujian di dan potensi kesesuaian lokasi TPA
laboratorium. berdasarkan batasan penelitian.
Alat yang digunakan yaitu, software Pengumpulan data tanggapan
ArcGIS 10.1, GPS (Global Positioning masyarakat diperoleh melalui beberapa
System), Klinometer untuk mengukur tahapan yaitu: (1) Menyediakan peta wilayah
kelerengan, kamera, meteran untuk mengukur penelitian TPA sampah di Kota Kotamobagu
tinggi muka air tanah dan alat untuk untuk menentukan lokasi pengambilan sampel
pengambilan sampel tanah, serta angket yaitu masyarakat di sekitar lokasi
dalam bentuk kuesioner yang dilengkapi pengembangan/perluasan TPA sampah dan
dengan alat tulis menulis. masyarakat pemulung; (2) Populasi

100
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

ditentukan dengan metode purposive pengharkatan dari setiap jawaban pertanyaan


sampling (teknik penentuan sampel dengan dalam kuesioner dengan menggunakan skala
pertimbangan tertentu). Populasi yakni, Likert lalu ditabulasikan dan dideskriptifkan.
masyarakat kelompok usia produktif (15-64 Tingkat signifikansi dari setiap responden
tahun) yang terbagi atas kelompok keluarga terhadap pertanyaan tidak diuji dengan test
masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar statistik; dan (3)
lokasi pengembangan/perluasan TPA sampah Analisis deskriptif kesesuaian lokasi
pada jarak 500-1500 meter dan masyarakat TPA sampah melalui metode checklist yakni,
pemulung yang berada/tinggal di lokasi TPA membandingkan antara kelas kesesuaian
sampah; (3) Teknik pemilihan sampel lahan secara fisik dan kelas tanggapan
menggunakan desain sampling acak masyarakat untuk mengetahui lokasi yang
sederhana berdasarkan wilayah yang telah sesuai untuk TPA sampah.
dibatasi oleh batas administrasi dan sosial.
Jumlah sampel yang diambil menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
formula Slovin dalam Setiawan (2007),
dengan rumus yang digunakan sebagai Kesesuaian Lahan Secara Geofisik Pada
berikut: Tahap Kelayakan Regional dan Penyisih

dimana:
n = Ukuran Sampel
N = Populasi
d = galat pendugaan (0,1)
(4) Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan angket dan wawancara dalam metode
kuesioner berbentuk skala Likert di samping
pengamatan atas aktivitas masyarakat.
Responden menjawab butir-butir pertanyaan
dalam daftar pertanyaan yang telah disediakan
jawabannya; (5) Menganalisis tanggapan
berdasarkan data yang dikumpulkan dari
kuesioner di lapangan. Selanjutnya ditabulasi
dan di deskripsikan.

Analisa Data
Berdasarkan metode penelitian, maka
dilakukan: (1) analisis deskriptif kuantitatif
kesesuaian lahan fisik lokasi di wilayah Gambar 2. Peta Kajian Kesesuaian Lahan
peruntukkan pengembangan lokasi TPA Fisik Pada Kelayakan Regional
sampah melalui metode pengharkatan yang
mengacu pada kriteria-kriteria tahapan pada Pada Gambar 2, dapat digambarkan
SNI 03-3241-1994 yakni tahapan kelayakan secara umum wilayah kajian peruntukkan
regional dan penyisih; (2) analisis deskriptif pengembangan lokasi TPA sampah di Kota
kuantitatif tanggapan masyarakat terhadap Kotamobagu yang berada di dua lokasi yakni,
keberadaan lokasi TPA sampah melalui lokasi pengembangan/perluasan TPA sampah
penilaian persepsi dan pengetahuan Poyowa Kecil yang diwakili oleh unit lahan
masyarakat yang diukur dari indikator- I.b dimana lokasi TPA eksisting Poyowa
indikator variabel persepsi dan pengetahuan. Kecil berada pula pada lokasi tersebut dan
Pengukuran data responden melalui lokasi pengembangan TPA di Mongkonai

101
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

Barat yang diwakili oleh unit lahan I.a, II.a, TPA di Mongkonai Barat terdapat unit lahan
dan III.a serta unit lahan II.b dan III.b. utama I.a yang masuk pada kategori layak.
Pengamatan dan pengukuran Selanjutnya unit lahan potensial layak I.a
dilapangan masing karakteristik variabel yaitu sebagai lokasi pengembangan TPA di
variabel khusus, geofisik dan keruangan Mongkonai Barat seperti yang terlihat pada
dilakukan pada unit lahan yang telah Gambar 2.
ditentukan kemudian dikolaborasikan
sehingga mendapatkan hasil pengukuran
berdasarkan pembagian lokasi pengembangan
lokasi TPA yakni Poyowa Kecil dan
Mongkonai Barat.
Penilaian kesesuaian lahan geofisik
meliputi tahap kelayakan regional dan
kelayakan penyisih. Secara umum, gambaran
kajian kesesuaian pada tahapan kelayakan
regional. Untuk penilaian dilakukan
pengharkatan dengan membagi kelas
kelayakan tahap regional menjadi layak untuk
TPA sampah dan tidak layak untuk TPA
sampah seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran Karakteristik Variabel Khusus
Pada Kriteria Regional
Lokasi TPA Sampah berdasarkan Unit Lahan
Hasil Pengharkatan
Variabel Unit Lahan Utama
I.a I.b II.a II.b III.a III.b
Khusus
Kemiringan
Lereng 1 1 0 0 1 0 Gambar 2. Peta Potensi Kelayakan Lahan
Kondisi Geologi 1 1 0 1 1 1
Jarak Terhadap TPA Kota Kotamobagu
Badan Air 1 0 0 0 0 0
Jarak dari Pengharkatan dilakukan dengan
Pemukiman 1 0 1 0 0 0 membagi kelas kesesuaian lahan secara fisik
Jarak dari
Lapangan Terbang 1 1 1 1 1 1 menjadi tiga kelas yaitu; sangat sesuai
Jumlah 5 3 2 2 3 2 (kategori baik), cukup sesuai (kategori
Ket: 0 = tidak layak ; 1 = layak
sedang) dan kurang sesuai (kategori jelek).
Berdasarkan hasil perhitungan,
Menurut Drake dan Pereira (2002), interval kelas kesesuaian lahan secara fisik
hasil pengharkatan pada Tabel 10 merupakan dapat diketahui pada Tabel 2. Hasil kelas
faktor pembatas utama (indikator khusus) pengharkatan pada kelas kesesuaian lahan
dalam penetapan lokasi TPA sampah yang potensial secara fisik pada kriteria penyisih,
berwawasan lingkungan, sehingga dikatakan menunjukkan bahwa lokasi unit lahan pada
layak untuk TPA sampah apabila harkat wilayah peruntukkan pengembangan lokasi
mencapai jumlah maksimal (harkat lima) dan TPA sampah di Kota Kotamobagu berada
dapat dikatakan tidak layak jika dibawah pada pada kelas kesesuaian II dengan kategori
jumlah maksimal. cukup sesuai.
Berdasar hasil pengharkatan pada Berdasarkan penilaian pada Tabel 3
kriteria regional (Tabel 1), diketahui bahwa dan 4, diketahui total nilai 212 untuk calon
lokasi unit lahan I.b yang mewakili lokasi lokasi TPA pengebangan/perluasan TPA
pengembangan/perluasan TPA sampah Poyowa Kecil dan nilai 240 untuk lokasi
Poyowa Kecil berada pada kategori tidak pengembangan TPA Mongkonai Barat.
layak, sedangkan pada lokasi pengembangan

102
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

Tabel 2. Kelas Kesesuian Lahan Potensial Lokasi TPA Sampah Pengharkatan kelayakan penyisih,
Kelas kesesuaian Kelas interval Keterangan
I 301-410 Sangat sesuai dilakukan dengan membagi kelas kelayakan
II 195-300 Cukup sesuai lahan secara fisik menjadi lima kelas yaitu; 1)
III 86-194 Kurang sesuai
baik sekali (Bs), 2) baik (B), sedang (S), buruk
Data statistik deskriptif pada Tabel 1,3 (Br), buruk sekali (Brs) seperti yang tersaji
dan 4, dari 34 item (kriteria regional masing- pada Tabel 11 dan 12. Penentuannya
masing terdapat 5 item variabel khusus untuk unit dilakukan dengan metode checklist setelah
lahan pengembangan/perluasan lokasi TPA di dilakukan pengharkatan dari skor yang
Poyowa Kecil dan unit lahan pengembangan diperoleh (Tamod 2008).
lokasi TPA di Mongkonai Barat, kriteria penyisih Hasil pengukuran dan pengharkatan
masing-masing terdapat 12 item untuk variabel variabel umum, lingkungan geofisik dan
umum, geofisik, keruangan lokasi keruangan pada kriteria penyisih pada wilayah
pengembangan/perluasan TPA di Poyowa Kecil
peruntukkan pengembangan lokasi TPA
dan lokasi pengembangan TPA Mongkonai Barat.
sampah di Kota Kotamobagu yakni, lokasi
Tabel 3. Karakteristik Variabel Kriteria Penyisih Calon Lokasi
Perluasan TPA Sampah Poyowa Kecil pengembangan/perluasan TPA sampah di Desa
Variabel
Hasil
Pengukuran
Hasil
Harkat
Bs
Interpretasi Kelayakan
B S Br Brs
Nilai
Data
Poyowa Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan
Umum
5 4 3 2 1
dan lokasi pengembangan TPA sampah di
Batas dalam batas
Administrasi administrasi
50 √ 5 Kelurahan Mongkonai Barat Kecamatan
lebih dari
Pemilikan hak
atas tanah
satu
kepemilikan
9 √ 2 Kotamobagu Barat yang terdiri dari variabel
Jumlah pemilik
tanah
4 - 5 KK 15 √ 4 khusus dengan item-item karakteristik variabel
Lingkungan
Geofisik berupa batas (1) administrasi; (2) pemilikan hak
Permeabilitas
tanah
>10⁻⁶ cm/dtk 5 √ 1 atas tanah; (3) jumlah pemilik tanah, variabel
dimanfaatkan
Pemanfaatan air
tanah
dengan batas
hidrolis
15 √ 3 lingkungan geofisik dengan item-item
Kedalaman air
tanah
< 10 meter 40 √ 4 karakteristik variabel berupa (1)
> 1000
Intensitas hujan
mm/tahun
tidak ada
3 √ 1
permeabilitas tanah; (2) pemanfaatan air
Bahaya banjir 20 √ 5
Transport
banjir
antara 16-30
40 √ 4
tanah; (3) kedalaman air tanah; (4) intensitas
sampah menit
Keruangan hujan; (5) bahaya banjir; (6) transport sampah
berada
Kawasan lindung
didalam
kawasan
2 √ 1 dan variabel keruangan dengan item-item
Kebisingan dan
lindung
zona
karakteristik variabel berupa (1) kawasan
10 √ 3
Bau penyangga
tanah
lindung; (2) kebisingan dan bau; (3) kawasan
Kawasan
pertanian
pertanian
produktif
3 √ 1 pertanian dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Jumlah 212 34
Berdasarkan interpretasi kesesuaian
Tabel 4. Karakteristik Variabel Kriteria Penyisih Calon Lokasi TPA item-item karakteristik variabel pada Tabel
Sampah di Mongkonai Barat.
Interpretasi Kelayakan
12, diketahui bahwa untuk lokasi
Variabel
Hasil
Pengukuran
Hasil
Harkat
Bs
5
B
4
S
3
Br
2
Brs
1
Nilai
Data pengembangan TPA sampah di Poyowa Kecil
Umum
Batas dalam batas
berada pada kategori kelas Baik sekali (Bs)
50 √ 5
Administrasi
Pemilikan hak
administrasi
lebih dari pada dua item karakteristik yaitu, batas
satu 9 √ 2
atas tanah
Jumlah pemilik
kepemilikan administrasi dan bahaya banjir. Sedangkan
4-5 KK 15 √ 4
tanah
Lingkungan
pada kategori kelas baik (B) terdapat dua item
Geofisik
Permeabilitas > 10⁻⁶
5 √ 1
karakteristik yaitu, jumlah pemilik tanah dan
tanah cm/dtk
Pemanfaatan air
dimanfaatkan
dengan batas 15 √ 3
transport sampah, kelas sedang (S) terdapat
tanah
Kedalaman air
hidrolis
≥ 10 meter 50 √ 5
dua item karakterik yaitu pemanfaatan air
tanah
Intensitas hujan
> 1000
mm/tahun
3 √ 1
tanah dan zona penyangga dan satu item
Bahaya banjir
tidak ada
banjir
20 √ 5 karakteristik yakni, pemilikan hak atas tanah
Transport antara 15-30
sampah menit
40 √ 4 berada pada kategori kelas buruk (br) serta
Keruangan

Kawasan lindung
di luar
kawasan 20 √ 5
lima karakteristik yang tersisa dikategori
lindung
zona
kelas buruk sekali (Brs) yaitu, permeabilitas
Kebisingan dan
penyangga 10 3
Bau
terbatas tanah, kedalaman air tanah, intensitas hujan,
tanah
Kawasan
pertanian
pertanian
produktif
3 √ 1 kawasan lindung dan kawasan pertanian.
Jumlah 240 39

103
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

Secara umum hasil interpretasi Tanggapan Masyarakat


kesesuaian kelas masing-masing item-item Tanggapan masyarakat terhadap lokasi
karakteristik variabel pada kriteria penyisih di TPA sampah di Kota Kotamobagu perlu dikaji
dominasi oleh kategori kelas kesesuaian untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
buruk sekali (Brs) sebanyak lima item, buruk menilai keberadaan TPA, disamping penilaian
(Br) dengan satu item, sedang (S) dengan 2 kesesuaian fisik lahan.
item, baik (B) dengan item dan baik sekali (Bs) Dalam hal ini, masyarakat dapat
2 item karakteristik variabel. menerima dengan segala konsekuensinya,
Sedangkan pada lokasi pengembangan menerima dengan konsekuensi tertentu atau
TPA Mongkonai Barat untuk hasil interpretasi bahkan menolak sama sekali keberadaan TPA
kesesuaian lahan untuk kriteria penyisih pada di lingkungan mereka. Tanggapan masyarakat
masing-masing item karakteristik variabel pada ini terkait erat dengan tingkat pengetahuan dan
Tabel 12, terlihat bahwa kelas kesesuaian pada persepsi masyarakat itu sendiri, untuk
masing-item karakteristik ini terdapat tiga item mengetahui tanggapan masyarakat terkait
karakteristik pada kategori kelas baik sekali keberadaan TPA sampah di Kota Kotamobagu
(Bs), dua item karakteristik pada kategori kelas yakni, dengan menganalisis tingkat
baik (B), satu item kategori kelas sedang (S), pengetahuan dan persepsi masyarakat yang
satu item kategori pada kelas buruk (Br) dan berada di dalam dan sekitar wilayah
tiga item kategori buruk sekali (Brs). Dalam pengembangan lokasi TPA sampah di Kota
penilaian pada Tabel 13, diketahui calon lokasi Kotamobagu dan dideskriptifkan.
layak potensial pengembangan lokasi TPA Populasi yakni, masyarakat kelompok
Mongkonai Barat mendapatkan total nilai usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun)
tertinggi yaitu, 240 dan untuk calon lokasi dalam satu keluarga. Kelompok usia produktif
pengembangan/perluasan TPA Poyowa Kecil dipilih berdasarkan kenyataan bahwa mayoritas
mendapatkan total nilai 212. Unit lahan yang penduduk pada dua kecamatan yakni,
memperoleh total nilai tertinggi diprioritaskan Kecamatan Kotamobagu Selatan dan
sebagai calon lokasi TPA sampah potensial. Kotamobagu Barat masuk dalam kategori
kelompok umur ini (Gambar 2 dan Tabel 5).
Pengharkatan
Calon Lokasi
Variabel Calon Lokasi
Pengembangan/
Pengembangan TPA
Perluasan TPA
Mongkonai Barat
Poyowa Kecil
Umum
Batas 50 50
Administrasi 9 9
Pemilikan Hak 15 15
Atas Tanah
Jumlah Pemilik
Tanah
Geofisik
Permeabilitas 5 5
Tanah 15 15
Pemanfaatan 5 50
Air Tanah 3 3
Kedalaman Air 20 20
Tanah 40 40
Intensitas Hujan
Bahaya Banjir
Transport
Sampah
Keruangan
Daerah Lindung 2 20
Zona 10 20 Gambar 2. Histogram Piramida Penduduk
Penyangga 3 3
Kecamatan Kotamobagu Barat 2015
Kawasan
Pertanian (Statistik Daerah Kecamatan
Jumlah 212 240 Kotamobagu Barat, 2016).

104
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

Kelompok umur ini menyebar di tiap- untuk Desa Kopandakan I, Kelurahan


tiap keluarga yang bertempat tinggal disekitar Mongondow dan Kelurahan Mongkonai Barat
lokasi unit lahan pengembangan/perluasan masing-masing sebanyak 32 responden serta
TPA dengan jarak (range) permukiman 500- 10 responden pemulung untuk lokasi
1500 m. Jarak permukiman ini dipilih karena pengembangan/perluasan TPA sampah
pendugaan potensi dampak dari TPA sampah Poyowa Kecil.
secara langsung maupun tidak langsung Untuk lokasi pengembangan TPA
dengan pertimbangan bahwa di wilayah ini sampah di wilayah Mongkonai Barat, jumlah
sudah pernah ada TPA sampah yakni, TPA yang di dapatkan sebanyak 87 responden di
eksisting Poyowa Kecil sehingga diasumsikan Kelurahan Mongkonai Barat sebagaimana
pendugaan potensi dampak lokasi yang terlihat pada Tabel 5.
pengembangan/perluasan yang berdekatan
dan atau berbatasan langsung dengan lokasi Tanggapan Responden Terhadap
TPA eksisting ini, terhadap masyarakat Lokasi TPA Sampah
sekitarnya dan pemulung sama halnya dengan Persepsi merupakan suatu proses yang
potensi dampak akan keberadaan TPA ditempuh individu-individu untuk
eksisting sebelumnya. mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna (Tamod,
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok 2008).
Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Dalam penelitian ini, pengertian
Kotamobagu Selatan, 2015. (Statistik
persepsi tersebut disintesiskan dari indikator-
Daerah Kecamatan Kotamobagu Barat,
2016) indikator berupa; (1) dampak negatif TPA
Kelompok Jenis Kelamin sampah meliputi pencemaran lingkungan,
Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan kenyamanan tempat tinggal dan penurunan
0-4 1.407 1.448 2.855
5-9 1.395 1.348 2.743 kesehatan; (2) dampak positif TPA sampah
10-14 1.379 1.281 2.66 meliputi sumber mata pencaharian, manfaat
15-19 1.348 1.419 2.767
20-24 1.24 1.064 2.304 hasil olahan, pengurangan sampah yang
25-29 1.458 1.357 2.815 berhamburan, manfaat TPA; (3) Keberadaan
30-34 1.433 1.289 2.722
35-39 1.294 1.214 2.508 TPA sampah meliputi kondisi TPA sampah
40-44 1.193 1.123 2.316 eksisting dan keberlanjutannya, rasa aman
45-49 1.092 1.014 2.106
50-54 857 797 1.654 dari resiko bencana, pengembangan potensi
55-59 656 603 1.259 lahan sekitar; (4) Pengelolaan TPA sampah
60-64 484 453 937
65+ 609 621 1.23 meliputi sarana dan prasarana penunjang,
Jumlah 15.845 15.031 30.876 sistem pengelolaan TPA, kenyamanan atas
Sumber: Kotamobagu Selatan Dalam Angka, 2016.
lalu lintas sampah. Persepsi juga bertalian
Pemukiman yang berada dalam jarak dengan pengetahuan yang dipandang sebagai
(range) 500-2000 ini tersebar di beberapa kemampuan seseorang untuk mengenal,
wilayah yakni, Desa Poyowa Kecil dengan mengingat, mereproduksi bahan pengetahuan
jumlah keluarga 902 KK, Desa Kopandakan I yang pernah didapatkannya.
dengan jumlah keluarga 882, Kelurahan Poedjawijatna (1991) menyatakan
Mongondow dengan jumlah keluarga 500 KK bahwa macam pengetahuan dipandang dari
dan Kelurahan Mongkonai Barat dengan pengetahuan khusus yang berkenaan dengan
jumlah 675 KK. hal tertentu dan pengetahuan umum yang
Pengambilan sampel yang dilakukan berlaku bagi seluruh macam-macam dan
secara acak sederhana (setiap anggota sampel masing-masing obyek dalam
yang diambil dari populasi yang telah keanekaragamannya dan menjadi milik
ditentukan sebelumnya mempunyai peluang manusia berlandaskan pengalaman.
yang sama) dari jumlah sampel yakni, Desa Pengetahuan masyarakat sekitar TPA
Poyowa Kecil sebanyak 90 respondendan 96 dan pemulung diukur berdasarkan indikator
responden yang terbagi secara proporsional pengetahuan masyarakat dan pemulung

105
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

berupa wawasan pengelolaan, pengolahan


sampah dan indikator pengetahuan tentang
keberadaan dan fungsi TPA sampah.
Tabel 6. Kelas Tanggapan (Persepsi) Masyarakat
Terhadap Keberadaan Calon Lokasi
Pengembangan/Perluasan TPA Poyowa
Kecil
Kelas Tanggapan Kelas Interval keterangan
Positif 20-25 Menerima
Netral 11-19 Netral
Negatif 5-10 Menolak
Tanggapan masyarakat dihitung dari total
nilai yang diperoleh pada indikator keberadaan
TPA dengan membuat interval persepsi seperti
pada Tabel 6, kemudian dielaborasikan dengan
presentase pengetahuan masyarakat sekitar TPA
dan pemulung di lokasi TPA sampah Poyowa
Kecil.
Secara rinci pada Gambar 3, terlihat
persentase dominan dari indikator persepsi
lainnya yakni: (1) penilaian positif terhadap
dampak negatif yang yang timbul akibat adanya
TPA sampah buat masyarakat dan lingkungan
sekitarnya yang berkisar antara 56,25-73,33%
menilai positif berdampak, sementara pemulung
lebih cenderung menilai netral (70%); (2)
penilaian dampak positif yang ditimbulkan akibat
adanya TPA sampah oleh masyarakat sekitar
cenderung dinilai positif dengan kisaran 59,38-
76,67%, sebagian lagi yakni masyarakat yang
berada di wilayah Kopandakan I dan Mongkonai
Barat lebih cenderung netral (37,50-40.63%),
sementara sebagian pemulung memberikan nilai
positif dan dan sebagian lagi menilai netral dan
(3) penilaian mengenai pengelolaan TPA, secara Tanggapan responden masyarakat
umum masyarakat sekitar TPA dan pemulung terhadap keberadaan TPA dil wilayah lokasi
yang cenderung menilai positif dengan kisaran
pengembangan TPA di kelurahan Mongkonai
56,25-83,33%, kecuali masyarakat Mongondow
Barat pada umumnya menolak kehadiran TPA
yang memberikan nilai netral.
sampah di wilayah yang mereka tinggali.(
Hal ini terlihat pula dari kecenderungan
responden memberikan penilaian netral
terhadap indikator persepsi yakni: (1) penilaian
indikator dampak negatif dengan kisaran 70%;
(2) penilaian indikator dampak positif berkisar
45%; (3) penilaian indikator pengelolaan TPA,
sedangkan pada indikator (4) penilaian
keberadaan TPA sampah, respondenPersepsi
masyarakat di wilayah pengembangan lokasi TPA
apabila dihubungkan dengan pengetahuan
masyarakat bertalian dengan penilaian
pengetahuan keberadaan dan fungsi TPA sampah
dimana pengetahuan responden masyarakat di

106
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

wilayah pengembangan TPA (Kelurahan Tabel 8. Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi


Mongkonai Barat) ini tergolong rendah (kategori Pengembangan TPA Sampah
negatif) 44,83%, hal ini berbanding terbalik Mongkonai Barat
Kelas Kesesuaian
dengan penilaian indikator pengetahuan Responden
Kesesuaian
Tanggapan Masyarakat tentang
Keberadaan TPA Sampah Lahan
Masyarakat
responden tentang arti, bentuk dan karakteristik Fisik Lahan
Negatif Netral Positif
Mongkonai Tidak
sampah serta indikator wawasan pengelolaan dan Barat
II √
Sesuai
pengolahan TPA sampah yang masuk kategoriber
pengetahuan tinggi (penilaian positif) dengan Berdasarkan Tabel 7 dan 8, dapat
persentase masing sebesar 84,66% dan 57,47%, dijelaskan bahwa lokasi
seperti yang tersaji pada Gambar 6.
pengembangan/perluasan TPA Poyowa Kecil
berada pada kategori kesesuaian lahan cukup
sesuai untuk lokasi TPA sampah.Hal ini
bertalian dengan kesesuaian fisik lahan II
dengan kategori cukup sesuai ditunjang oleh
kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi
TPA yang cenderung menerima keberadaan
lokasi TPA sampah di lingkungannya.
Sedangkan untuk lokasi
pengembangan TPA sampah di wilayah
Kelurahan Mongkonai Barat berada pada
kategori tidak sesuai karena masyarakat di
Kelurahan Mongkonai Barat tersebut
cenderung menolak kehadiran TPA sampah di
Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi TPA wilayah tersebut. Gambaran kesesuaian lahan
Sampah Kota Kotamobagu untuk lokasi pengembangan TPA di Kota
Analisis kesesuaian lahan Kotamobagu seperti yang tersaji pada
dilaksanakan untuk menentukan tingkat Gambar 7.
kesesuaian lahan lokasi TPA sampah Berdasar hasil analisis kesesuaian
berdasarkan hasil analisis kesesuaian fisik lahan untuk lokasi TPA di Kota Kotamobagu
lahan dan analisis kesesuaian sosial sebagaimana yang tergambar pada Gambar 7,
masyarakat. secara umum dapat dikatakan di wilayah yang
Hasil analisis kesesuaian lahan dibagi diperuntukkan untuk pengembangan lokasi
menjadi tiga kelas, yaitu sesuai, cukup sesuai TPA sampah di Kota Kotamobagu yaitu Desa
dan tidak sesuai. Sedangkan untuk Poyowa Kecil dan Kelurahan Mongkonai
Penentuannya dilakukan dengan metode Barat tidak ditemukan lokasi yang memenuhi
checklist, yaitu membandingkan kelas kesesuaian lahan untuk lokasi TPA sampah.
kesesuaian lahan secara fisik dan kelas Dari hasil analisis tersebut, diketahui
tanggapan masyarakat seperti yang tersaji pula bahwa faktor lingkungan sosial
pada Tabel 6 dan 7. masyarakat yaitu penerimaan masyarakat
sekitar lokasi TPA terhadap keberadaan TPA
Tabel 7. Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi
Pengembangan/Perluasan TPA Sampah sampah yang menjadi faktor pembatas utama
Poyowa Kecil kesesuaian lahan untuk lokasi TPA sampah di
Responden
Kelas
Tanggapan Masyarakat
tentang Keberadaan TPA Kesesuaian
Kota Kotamobagu.
Kesesuaian
Masyarakat
Fisik Lahan
Negatif
Sampah
Netral Positif
Lahan Undang-Undang Dasar Negara
Poyowa Kecil II √
Cukup Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal
Sesuai
Kopandakan I II √
Cukup 28 H ayat satu menyebutkan ”Setiap orang
Sesuai
Cukup berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
Mongondow II √
Sesuai
Mongkonai Cukup
bertempat tinggal dan mendapatkan
II √
Barat Sesuai
Cukup
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
Pemulung II √
Sesuai berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

107
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

Selaras dengan hal tersebut dalam hidup; (f) menjamin terpenuhinya keadilan
konsideran “pada huruf a” undang-undang generasi masa kini dan generasi masa depan;
nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan (g) menjamin pemenuhan dan perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari
(UUPPLH) disebutkan bahwa “Lingkungan hak asasi manusia; (h) mengendalikan
hidup yang baik dan sehat merupakan hak pemanfaatan sumber daya alam secara
asasi setiap warga negara Indonesia bijaksana; (i) mewujudkan pembangunan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H berkelanjutan; dan (j) mengantisipasi isu
Undang-Undang Dasar Negara Republik lingkungan global.
Indonesia Tahun 1945”. Merujuk pada konteks perundang-
undangan diatas, maka perlu
direkomendasikan pengkajian wilayah
peruntukkan alternatif untuk pengembangan
lokasi TPA di Kota Kotamobagu yang
memenuhi kriteria kelayakan dan aspek
penerimaan masyarakat sekitar terhadap
keberadaan lokasi TPA tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pada wilayah yang telah ditetapkan
sebagai peruntukkan lokasi pengembangan
lokasi TPA sampah terdapat satu calon
lokasi pengembangan TPA sampah di
Mongkonai Barat yang dikategorikan
potensial layak yang berdasarkan penilaian
kriteria regional pada tahapan kelayakan
SNI 03-3241-1994 sebagai Standar Baku
yang dipergunakan dalam penentuan lokasi
TPA sampah.
2. Tanggapan masyarakat dan pemulung di
sekitar lokasi pengembangan/perluasan
Gambar 7. Peta Potensi Kelayakan Lahan TPA Kota TPA sampah di Poyowa Kecil cenderung
Kotamobagu menerima keberadaan TPA dengan
memberikan penilaian netral-positif.
Pada pasal tiga Undang-Undang Sedangkan untuk lokasi pengembangan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan TPA di Kelurahan Mongkonai Barat, 58%
Hidup disebutkan bahwa perlindungan dan dari warga masyarakat yang berada di
pengelolaan lingkungan hidup bertujuan: (a) wilayah tersebut memberikan penilaian
melindungi wilayah Negara Kesatuan negatif (kategori menolak) kehadiran TPA
Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau sampah di lingkungan mereka.
kerusakan lingkungan hidup; (b) menjamin 3. Faktor Pembatas (limiting factor) adalah
keselamatan, kesehatan, dan kehidupan keadaan yang mendekati atau melampaui
manusia; (c) menjamin kelangsungan batas toleransi. Faktor-faktor yang menjadi
kehidupan makhluk hidup dan kelestarian pembatas (limiting factor) tingkat
ekosistem; (d) menjaga kelestarian fungsi kesesuaian lahan untuk lokasi TPA di Kota
lingkungan hidup; (e) mencapai keserasian, Kotamobagu digolongkan menjadi dua
keselarasan, dan keseimbangan lingkungan yaitu, faktor pembatas utama dan faktor

108
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume Volume 13 Nomor 3, September 2017 : 97 - 110

pembatas kesesuaian fisik lahan. Faktor DAFTAR PUSTAKA


pembatas utama yaitu lingkungan sosial
masyarakat berupa penolakan sebagian Anonim. 2014. Peraturan Daerah Kota
besar masyarakat terhadap keberadaan Kotamobagu Nomor 8 Tahun 2014
TPA sampah dan faktor pembatas fisik Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
lahan berupa permeabilitas tanah, Kota Kotamobagu 2014-2034. Kota
intensitas hujan dan kawasan pertanian Kotamoabagu.
produktif. Anonim.2014. Laporan Akhir Penyusunan
Masterplan Pengelolaan Persampahan
Saran Kota Kotamobagu.Badan Perencanaan
Rekomendasi alternatif kepada Pembangunan Daerah. Kota
Stakeholder yakni Pemerintah Kota Kotamobagu.
Kotamobagu antara lain:
1. Alternatif 1, dengan pertimbangan bahwa BPS Kota Kotamobagu. 2016. Kotamobagu
diwilayah yang telah ditetapkan sebagai Selatan Dalam Angka, 2016. Badan
peruntukkan pengembangan lokasi TPA Pusat Statistik Kota Kotamobagu.Kota
sampah di wilayah Kota Kotamobagu tidak
Kotamobagu.
terdapat lokasi yang sesuai dengan kriteria
pemilihan lokasi TPA sampah, maka perlu BPS Kota Kotamobagu. 2016. Statistik
adanya pengkajian wilayah peruntukkan Daerah Kecamatan Kotamobagu Barat,
alternatif untuk pengembangan lokasi TPA 2016. Badan Pusat Statistik Kota
sampah yang baru yang memenuhi kriteria Kotamobagu.Kota Kotamobagu.
kesesuaian lahan untuk lokasi TPA
sampah. BSN. 1994. SNI Nomor: 03-3241-1994, Tata
2. Alternatif 2, dengan pertimbangan dalam Cara Penentuan TPA. Badan
rangka terselenggaranya kebijakan Standarisasi Nasional. Jakarta.
pemerintah Kota Kotamobagu yang telah
tertuang dalam dokumen RTRW Kota Drake, M. and G. Pereira, 2002.GIS for
Kotamobagu mengenai wilayah Landfill, www.idrisi.clarku.edu.
peruntukkan pengembangan lokasi TPA
sampah serta untuk optimalisasi Otieno dan Reddy. 1999. Aspect of Design of
penggunaan peruntukkan lahan yang a Sanitary Landfill Site For the Durban
tersedia. Pada wilayah pengembangan Metropolitan Area, Proceedings
lokasi TPA di Kelurahan Mongkonai Barat Sardinia. Seventh Internasional Waste
yang sudah memenuhi aspek kelayakan Management and Landfill Symposium.
teknis yang telah ditetapkan dalam standar
baku pemilihan lokasi TPA sampah yakni, Poedjawijatna. 1991. Tahu dan pengetahuan:
SNI 03-3241-1994 Tata Cara Pemilihan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat. Rineke
Lokasi TPA dapat di dorong menjadi Cipta, Jakarta.
lokasi yang layak secara teknis bagi
lingkungan dan masyarakat yang berada di Setiawan N. 2007. Penentuan Ukuran Sampel
wilayah tersebut, dalam hal ini pemerintah Memkai Rumus Slovin dan Tabel
Kota Kotamobagu perlu lebih intensif Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan
untuk mensosialisasikan penyelenggaraan Aplikasinya. Makalah disampaikan
kegiatan tersebut baik secara individual pada Diskusi Ilmiah Jurusan Sosial
maupun kolektif sehingga masyarakat bisa Ekonomi Fakultas Peternakan Unpad 22
menerima kehadiran TPA sampah di November 2007. Fakultas Peternakan
wilayah tersebut. Unpad. Bandung.

109
Kesesuaian Lokasi Dan Tanggapan Masyarakat...................(Hariyono Gumalangit, Zetly Tamod, Bobby Polii)

Tamod, 2008. Studi Mitigasi Sampah Kota Tchobanolous, G., Theisen, H. and Vigil, S. A.,
Manado.Disertasi. Program 1993. Integrated Solid Waste Management,
Pascasarjana, Fakultas Pertanian. Engineering Principles and Management
Universitas Brawijaya Malang. Malang. Issues. McGraw-Hill International Editions,
New York.

110

You might also like