You are on page 1of 10

J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal.

235-244 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X

PENDEKATAN TIPOLOGI DALAM PENGEMBANGAN


PARTISIPASI MASYARAKAT
(STUDI KASUS : PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN BERBASIS MASYARAKAT
DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR)

N. Saribanon, E. Soetarto, S. Hadi Sutjahjo, E. Gumbira Sa’id, Sumardjo


Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam & Lingkungan
Sekolah Pascasarjana IPB

Abstrsct

Residential solid waste is being a critical problem in many cities including Jakarta.
Community-based management is the most important strategy even when
sophisticated treatment such as bio-energy or waste industrial park would be
implemented soon, as every waste processing needs separated wastes.
Increasing the participation through community-based management is more
effective than change people’s perception and behavior on domestic wastes. In
some cases, to change community behavior in waste separation and recycling
need more than ten years i.e. at Kampong Banjarsari, but with appropriate support
system on social planning only took two years i.e. Kampong Rawajati. The
implementation constraint of this programme is on replication or expandability of
the programme to implemented in another place. There are also lack of
government’s significant efforts to push and to support that action. It’s true that
some communities develop the same model, but without acceleration and
expandable programme, the significance of that effort is very poor. This study
tried to ellaborate the model of a system based on spatial analyses to determine
residential typology and found five residential types i.e. high,middle-high,middle,
middle-lower and lower level of residential, quantitative analyses to determine
typology of community participation and found four types of community participation
i.e. moral-normative, moral-remunerative, calculative-remuneraive and calculative-
coercive. Qualitative analyses had been ellaborated to determine authority or
goverment policies typology especially on strengthening the government institution
and limiting the scope of government function. Breaking down from these
classification, three strategies could develop, namely community participation
strategy, infastructure development strategy and institutional management strategy.
Implementation of these models could accomodate the heterogeneity of
communities and give positive impact on social acceptability.
Key Words : Typology approach, community-participation, residential solid
wastes

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar sampah di DKI Jakarta plastik 13,25 persen dan sampah kertas
berasal dari rumah tinggal atau permukiman 20,57 persen, maka program daur ulang
(52,97 persen). Dengan komposisi sampah sangat potensial untuk dikembangkan(1).
organik sebesar 55,37 persen, sampah Apabila setengah saja dari sampah organik

Pendekatan Tipologi dalam... J.Tek.Ling. 8:(3) :235-244 235


didaur ulang menjadi kompos secara partisipasi masyarakat. Dalam pengelolaan
individual seperti yang dilakukan di Kampung sampah, Pemerintah DKI Jakarta perlu
Banjarsari Cilandak Barat, maka mengenali efisiensi jangka panjang sebagai
pengurangan volume sampah dapat paradigma baru dalam manajemen, dan
mencapai 32,5 persen dari total volume tidak menekankan pada solusi jangka
sampah(2), padahal jumlah tersebut belum pendek. Konversi sampah secara proaktif
termasuk kegiatan daur ulang plastik dan tidak hanya berdampak pada efisiensi
kertas. Implementasi program daur ulang pengelolaan sampah dalam jangka panjang,
tersebut untuk seluruh DKI Jakarta tetapi juga bermanfaat positif bagi
kapasitasnya hampir menyamai TPST lingkungan(3).
Bojong yang direncanakan dapat mengolah Penelitian terhadap program pengelolaan
sampah sebanyak 33 persen dari total sampah permukiman berbasis masyarakat
volume sampah DKI Jakarta, tetapi batal yang telah berjalan di Taiwan,
dioperasikan. Saat ini fasilitas di TPST memperlihatkan bahwa perilaku masyarakat
Bojong telah dialihkan ke TPA Cilincing dan untuk mendaur ulang sampah dipengaruhi
direncanakan pada bulan Januari 2008 oleh sikap (attitude), norma subyektif
dapat mengolah sampah sebanyak 25% dari (subjective norm) dan pengendalian perilaku
total volume sampah DKI Jakarta. Salah (perceived behavioral control). Oleh karena
satu paradigma baru dalam pengelolaan itu, pendekatan secara multidimensional
sampah adalah perubahan dalam pada struktur keyakinan (belief) dalam
pendekatan pengelolaan sampah yang masyarakat, sangat diperlukan untuk
semula dianggap hanya sebagai pusat biaya membentuk perilaku (behaviour) dalam
(cost center) menjadi peluang untuk pengelolaan sampah (4) . Pengelolaan
menghasilkan pendapatan dari produksi sampah di masa yang akan datang perlu
daur ulang sampah dan pemanfaatan energi lebih dititikberatkan pada perubahan cara
dari sampah. Pergeseran ke arah paradigma pandang dan perilaku masyarakat dan lebih
baru dalam pengelolaan sampah tersebut mengutamakan keterlibatan masyarakat
memerlukan perubahan mendasar, baik dari dalam pengelolaannya (bottom-up), sebab
sisi pemerintah dengan mengubah pola terbukti pendekatan yang bersifat top-down
pengelolaan yang konvensional, maupun tidak berjalan secara efektif5).
masyarakat melalui pengembangan peran Keberlanjutan pengelolaan sampah
setiap komunitas dalam pengelolaan memerlukan sistem yang efektif dalam
sampah. mengatasi masalah lingkungan,
Implementasi pengelolaan sampah menghasilkan secara ekonomi dan dapat
berbasis partisipasi masyarakat dan upaya diterima oleh masyarakat. Sebagian besar
menumbuhkembangkan industri daur ulang model pengelolaan lingkungan, khususnya
sampah yang mampu menyerap banyak pengelolaan sampah, hanya memperhatikan
tenaga kerja dan konversi sampah menjadi aspek ekonomi dan lingkungan, serta
energi listrik, sejalan dengan rencana sangat sedikit mempertimbangkan aspek
sepuluh tahun ke depan sistem pengelolaan sosial, sehingga seringkali mengakibatkan
sampah di DKI Jakarta. Salah satu faktor implementasi model tersebut kurang
kunci dalam efektivitas dan efisiensi daur berhasil (6). Pendekatan tipologi dapat
ulang sampah dan pemanfaatan energi dari dijadikan dasar bagi perumusan sistem
sampah adalah pemilahan sampah dari pengelolaan sampah permukiman berbasis
sumbernya melalui partisipasi masyarakat. masyarakat, sebab dengan memper-
Oleh karena itu, kebijakan pemerintah DKI timbangkan aspek keberagaman dalam
Jakarta dalam pengelolaan sampah perlu permukiman di perkotaan, diharapkan
ditekankan pada kesungguhan dalam penerimaan dan partisipasi masyarakat
melakukan upaya untuk menumbuhkan dapat optimal.

236 Saribanon E., dkk. 2007


Dari uraian di atas jelas bahwa di Kecamatan Duren Sawit, (2) Kelurahan
permukiman selain sebagai sumber Kramat Jati di Kecamatan Kramat Jati, dan
penghasil sampah terbesar di DKI Jakarta, (3) Kelurahan Cibubur di Kecamatan
juga merupakan ujung tombak dalam upaya Ciracas. Selain itu, lokasi studi kasus
mengubah perilaku dan cara pandang berada di Banjarsari, Cilandak Barat-Jakarta
masyarakat terhadap sampah. Oleh sebab Selatan dan Rawajati, Pancoran-Jakarta
itu, pengelolaan sampah berbasis Selatan (bottom-up planning) serta
masyarakat dapat dimulai dengan Rawasari-Jakarta Pusat (top-down
menumbuhkan partisipasi masyarakat planning).
dalam pemilahan dan daur ulang sampah
di permukiman. Untuk itu, kajian 2.2. Teknik Pengambilan Sample dan
karakteristik masyarakat dan lingkungan Analisis Data
dalam setiap tipe permukiman menjadi
penting untuk menentukan pola partisipasi Rincian metode penelitiannya adalah
yang sesuai, sehingga dapat diterima sebagai berikut, metode penelitian dengan
secara sosial (social acceptability). Untuk pendekatan kuantitatif melalui metode
itu, penentuan pola partisipasi masyarakat survei. Pemilihan sampel responden
dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan penelitian kuantitatif dilakukan dengan
melalui pendekatan karakteristik perilaku teknik Stratified Random Sampling, yaitu
masyarakat dalam suatu komunitas yang teknik pengambilan sampel secara
dikaji berdasarkan tipologi kawasan proporsional berdasarkan strata yang
permukiman. ditentukan, yaitu wilayah administratif pada
lokasi penelitian. Penentuan jumlah sampel
1.2. Tujuan responden yang diambil dari populasi
Kepala Keluarga (KK) dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk memahami berdasarkan SK SNI 19-3964-1994 (1)
keterkaitan antara karakteristik kawasan sebagai berikut:
permukiman di perkotaan dengan perilaku
masyarakat terhadap sampah dan S = Cd “ P
pengelolaan sampah permukiman. Selain Cd = Koefisien Kota Metropolitan = 1
itu, juga bertujuan untuk menentukan P = Populasi Jiwa di lokasi penelitian
tipologi partisipasi yang sesuai dengan Data kemudian dianalisis dengan Path
karakteristik masyarakat dalam pengelolaan analysis yang merupakan bagian dari
sampah pada masing-masing tipologi Structural Equational Model (SEM) dengan
permukiman dan merumuskan suatu menggunakan software Lisrel 8.3 (7) .
strategi perencanaan sosial dalam Sebagian data ditabulasikan dan dianalisis
pengelolaan sampah permukiman berbasis secara deskriptif.
masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur. Penyusunan tipologi permukiman
dengan analisis spasial dari data GIS dan
2. METODOLOGI
data lapangan, serta pembobotan setiap
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian parameter dilakukan dengan teknik AHP.
Penyusunan strategi perencanaan sosial
Penelitian dilaksanakan selama sepuluh dalam pengelolaan sampah permukiman
bulan (Januari 2006 – Oktober 2006) di berbasis masyarakat dilakukan dengan
wilayah Jakarta Timur pada tiga kelurahan pendekatan sistem melalui simulasi model
yang berada di tiga kecamatan yang dipilih dengan software powersim.
secara purposif dan relatif dapat
merepresentasikan seluruh wilayah Jakarta
Timur, yaitu (1) Kelurahan Pondok Kelapa

Pendekatan Tipologi dalam... J.Tek.Ling. 8:(3) :235-244 237


3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap kawasan permukiman memiliki


karakteristik tertentu, yang dapat
memberikan implikasi pada pola hubungan
dan partisipasi dalam pengelolaan sampah,
baik dalam sistem yang sedang berjalan,
maupun potensi partisipasinya dalam
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Analisis spasial sebagai bagian dari
penyusunan tipologi permukiman
dimaksudkan untuk menggolongkan
permukiman ke dalam kelompok-kelompok
yang memiliki kisaran karakteristik yang
sama. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
para pengambil keputusan dalam Gambar 1. Peta Tipologi Permukiman dlm
Pengelolaan Sampah di
menetapkan program-program partisipatif
Kelurahan Pondok Kelapa
yang sesuai dengan karakteristik
permukiman. memiliki tipe permukiman paling banyak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Kelurahan Kramat jati
aspek-aspek yang ditengarai dan Cibubur, seperti dapat dilihat pada
mempengaruhi terbentuknya tipologi Gambar 1 berikut.
permukiman berkaitan dengan pola Dari keseluruhan parameter yang diuji
partisipasi dalam pengelolaan sampah dalam menentukan tipologi permukiman,
berbasis masyarakat adalah luas bangunan, terdapat lima tipe yang dapat dibedakan
keteraturan kawasan dan kepadatan ruang, dengan karakteristik sebagai berikut :
infrastruktur pengelolaan sampah dan aspek
partisipasi dalam pengelolaan sampah. 1. Permukiman padat tidak teratur dengan
Nilai penting seluruh faktor tersebut luas bangunan kurang dari 40 m 2,
kemudian ditetapkan dengan metode AHP, dengan infrastruktur pengelolaan
sehingga dapat dibuat model matematika sampah minimal dan tidak ada
sederhana untuk penentuan tipe koordinasi, yang umumnya merupakan
permukiman dengan persamaan sebagai permukiman lapisan bawah.
berikut, 2. Permukiman padat tidak teratur dengan
luas bangunan 40 m2 - 80 m2, dengan
infrastruktur pengelolaan sampah yang
kurang memadai dan tidak terkoordinasi
dengan :
Y = Bobot Tipologi Permukiman dalam dengan baik, yang umumnya merupakan
Pengelolaan Sampah permukiman lapisan menengah bawah.
X1 = Bobot Keteraturan kawasan 3. Permukiman padat teratur dengan luas
X2 = Bobot Kepadatan ruang bangunan 80 m 2 -165 m 2 , dengan
X3 = Bobot Infrastruktur pengelolaan infrastruktur pengelolaan sampah yang
sampah
cukup memadai dan telah terkoordinasi
X4 = Bobot Luas bangunan
dengan baik serta mudah digerakkan
X5 = Bobot Partisipasi masyarakat
untuk pemilahan sampah karena
Berdasarkan hasil akhir overlay dari persepsi masyarakat telah cukup baik,
perhitungan di atas, maka contoh hasil akhir yang umumnya merupakan permukiman
penggolongan tipe permukiman dapat dilihat lapisan menengah.
pada Kelurahan Pondok Kelapa yang

238 Saribanon E., dkk. 2007


4. Permukiman sedang teratur dengan signifikan memberikan kontribusi terhadap
luas bangunan 165 m2-250 m2, dengan perilaku dalam mengelola sampah,
infrastruktur pengelolaan sampah yang sedangkan sikap seseorang terhadap
memadai dan telah terkoordinasi dengan pengelolaan sampah dipengaruhi oleh
baik serta mudah digerakkan untuk pengalaman individu tersebut dalam
pemilahan sampah karena persepsi merespon permasalahan pengelolaan
masyarakat cukup baik dengan tingkat sampah di lingkungannya. Tingkat
pendidikan relatif tinggi, yang umumnya pengetahuan memberikan kontribusi yang
merupakan permukiman lapisan signifikan terhadap terbentuknya persepsi
menengah atas. individu, sedangkan aksesibilitas terhadap
5. Permukiman tertata baik dengan ruang informasi, khususnya mengenai pemilahan
publik yang cukup dan luas bangunan di dan daur ulang sampah, secara signifikan
atas 250m 2 serta infrastruktur memberikan kontribusi terhadap persepsi
pengelolaan sampah yang memadai. individu dan partisipasi dalam pengelolaan
Meskipun demikian, partisipasi dalam sampah. Untuk itu, sejalan dengan
pengelolaan sampah umumnya hanya penelitian Chu et al. (4), salah satu faktor
sebatas kesediaan membayar retribusi penting dalam mewujudkan partisipasi
sampah dalam jumlah yang relatif besar. masyarakat adalah memperkuat struktur
Permukiman tersebut umumnya keyakinan melalui sistem pengelolaan yang
merupakan permukiman lapisan atas. jelas dan dukungan penuh dari pemerintah
daerah. Selain itu, adanya informasi yang
Dari kelima tipe tersebut, terlihat bahwa memadai dan peningkatan pengetahuan
aspek lingkungan fisik berkaitan erat masyarakat dalam berbagai hal yang
dengan pola dan tingkat partisipasi berkaitan dengan pengelolaan sampah.
masyarakat dalam mengelola sampah Pada pengelolaan sampah permukiman
permukimannya. Hal tersebut didasarkan berbasis masyarakat, setiap komunitas
pada teori bahwa manusia dengan atau masyarakat dalam suatu wilayah
lingkungan fisiknya, dalam hal ini lingkungan permukiman dan kelembagaannya dapat
tempat tinggalnya, membentuk suatu disetarakan dengan sebuah organisasi
lingkungan sosial budaya tertentu termasuk sebab sistem pemilahan sampah
dalam perilaku terhadap sampah dan memerlukan peran block leader dan
pengelolaan sampah permukiman. Lebih kebersamaan seluruh anggota masyarakat
ditegaskan lagi, bahwa ruang bukan semata- dalam wilayah atau komunitas tersebut.
mata gambaran dari suatu masyarakat, Selain itu, kelompok-kelompok masyarakat
tetapi ruang adalah masyarakat itu sendiri8). sebagai penggerak sistem pengelolaan
Interaksi sosial dalam suatu komunitas akan sampah merupakan kelembagaan yang ada
merujuk pada kepadatan ruang yang dalam masyarakat yang memiliki struktur
memungkinkan anggota dari komunitas dan fungsi tertentu, sehingga pendekatan
tersebut untuk saling bertemu dan komunitas permukiman tersebut sebagai
berinteraksi. sebuah organisasi sangat relevan. Untuk itu,
Model kontribusi berbagai faktor dalam melakukan analisis tipologi
terhadap terbentuknya partisipasi partisipasi masyarakat, digunakan adaptasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah teori organisasi kompleks dari Etzioni9) yang
permukiman, ditunjukkan pada Gambar 2 mengkaji partisipasi dari dua aspek, yaitu
berikut, Pada model di atas, terlihat bahwa tipe keterlibatan masyarakat dan tipe
faktor keyakinan memberikan kontribusi pelancaran pengaruhnya. Hasil penelitian
terbesar terhadap partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa dari lima tipe
dalam mengelola sampah, tingkat permukiman dengan karakteristik yang
pendidikan dan tingkat pendapatan secara dimiliki masing-masing tipe permukiman

Pendekatan Tipologi dalam... J.Tek.Ling. 8:(3) :235-244 239


partisipasi masyarakat terwujud optimal.
Oleh karena itu, dalam pengelolaan sampah
permukiman berbasis masyarakat, yang
diperlukan adalah pola partisipasi yang
sesuai dengan kondisi masyarakat,
sehingga dapat diterima dan
diimplementasikan oleh masyarakat itu
sendiri.
Pada permukiman lapisan menengah
dan lapisan atas, terdapat perbedaan
pendekatan dengan permukiman lapisan
bawah. Pada permukiman lapisan bawah,
pendekatan ekonomi melalui program
Gambar 2. Model Persepsi, Sikap,
pengembangan masyarakat merupakan titik
Perilaku dan Partisipasi dalam
masuk yang tepat. Dalam hal tersebut,
Pengelolaan Sampah
pemerintah daerah dapat berperan langsung
Permukiman
sebagai agen peubah atau bermitra dengan
Dari Tabel 1 terlihat bahwa tipe pihak swasta melalui program Corporate
keterlibatan kalkulatif dan moral merupakan Social Responsibility/CSR(11). Adanya agen
dasar dalam peran serta masyarakat untuk peubah yang berasal dari luar semakin tidak
mengelola sampah di lingkungan diperlukan pada lapisan permukiman yang
permukiman. Sejalan dengan penelitian lebih tinggi. Pada permukiman lapisan
Johnston & Snizek(10), melalui pendekatan menengah, umumnya telah memiliki
kalkulatif dan moral, komitmen dan kinerja persepsi yang baik terhadap pengelolaan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam sampah disertai dengan tingkat kesadaran
pengelolaan sampah akan meningkat, yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, fasilitasi
meskipun penekanannya bergantung pada dari pemerintah daerah diperlukan untuk
tipe permukiman. Dari aspek pelancaran mendukung dan menumbuhkan partisipasi
pengaruh, pendekatan remuneratif antara masyarakat sesuai dengan tujuan
lain dengan tersedianya infrastruktur yang perubahan (paradigma baru) dalam
memadai atau insentif tertentu, merupakan pengelolaan sampah pada sumbernya,
tipe pendekatan yang dapat meningkatkan dalam hal ini permukiman.
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Beberapa karakteristik yang spesifik,
sampah permukiman. harus dimungkinkan untuk diakomodasi oleh
Pengembangan partisipasi masyarakat pemerintah berkaitan dengan bentuk dan
dalam pengelolaan sampah permukiman durasi dari fasilitasi yang diberikan sesuai
yang sesuai dengan karakteristik dengan karakteristik masyarakat sebab
masyarakat dapat ditentukan melalui tidak dapat diberlakukan program yang
pendekatan tipologi permukiman. umum sebagai bagian dari upaya
Keberhasilan pengelolaan sampah generalisasi yang sering mengakibatkan
permukiman tidak hanya ditentukan oleh kegagalan. Di pihak lain, sangat penting bagi
kebijakan pemerintah saja, tetapi ditentukan pemerintah daerah untuk menerapkan
juga oleh tingkat keterlibatan masyarakat program secara efektif dan efisien. Untuk
dalam seluruh tahap kegiatan. Dalam itu, penyusunan tipologi menjadi penting
konsep pemberdayaan masyarakat, bukan sebagai upaya mencapai program yang
masyarakat yang diberi penekanan harus tepat sasaran pada setiap karakteristik
berpartisipasi, tetapi bagaimana program masyarakat dengan tidak melakukan
pemberdayaan tersebut dapat beradaptasi generalisasi, tetapi tetap tidak
dengan kondisi sosial masyarakat sehingga meninggalkan unsur efisiensinya.

240 Saribanon E., dkk. 2007


Tabel 1. Tipologi partisipasi dalam Pe- negara, dalam hal ini pemerintah daerah,
ngelolaan Sampah Permukiman masih dominan (intermediate function)
berbasis Masyarakat
sebagai pengelola sampah, meskipun
dalam implementasinya tetap perlu
memberikan ruang bagi peran masyarakat,
sehingga strateginya adalah penguatan
kelembagaan(12).----------------------------------
Penguatan kelembagaan masyarakat
pada dasarnya akan semakin meningkatkan
kekuatan institusi negara dan semakin
membatasi atau mengurangi fungsi negara.
Kondisi umum yang terjadi di negara
berkembang memperlihatkan lingkup
tersebut, juga terpetakan beberapa (scope) fungsi negara yang tinggi, ditandai
karakteristik yang merujuk pada pola dengan diperlukannya peran yang besar dari
partisipasi tertentu, seperti terlihat pada aparat pemerintah untuk membuat dan
Tabel 1 di atas. menegakkan hukum dan kebijakan yang
berlaku. Di sisi lain, kekuatan institusi
Program pengelolaan sampah
negara relatif rendah dan tidak efektif,
permukiman berbasis masyarakat yang
sehingga dalam bagan yang dikembangkan
sesuai dengan karakteristik permukiman oleh Fukuyama 12), negara berkembang
dan masyarakatnya, diharapkan mampu termasuk Indonesia berada padai kuadran
menumbuhkan partisipasi masyarakat IV. Upaya yang perlu dilakukan dalam hal
dalam pengelolaan sampah. Program ini adalah mengarahkan otoritas negara
tersebut tidak lagi hanya bertumpu pada top- menjadi berada pada kuadran I, sehingga
down planning, tetapi juga melalui terjadi kondisi yang kondusif bagi
mekanisme partisipatif, sehingga lebih pengembangan partisipasi masyarakat.
bersifat bottom-up planning dengan sebesar- Selanjutnya, dalam mengembangkan
besarnya mengikutsertakan tokoh strategi pengelolaan sampah permukiman
masyarakat sebagai agent of change. Hal dengan didasari oleh ketiga tipologi
tersebut menjadi pertimbangan utama tersebut, maka diperlukan analisis yang
bedasarkan pengalaman proyek-proyek tidak hanya melibatkan satu jenis tipologi
percontohan dengan karakteristik top-down saja untuk menghindari pendekatan yang
planning yang tidak berjalan, sebab bersifat sektoral dan tidak terintegrasi. Oleh
mengabaikan pentingnya tumbuh dan sebab itu, penyusunan matriks strategi yang
berkembangnya partisipasi masyarakat saling menggabungkan antar tipologi penting
untuk mencapai keberhasilan program. Oleh untuk dibuat, sebelum menetapkan bentuk
strategi itu sendiri, seperti terlihat pada Tabel
karena itu, pemerintah sebagai pemegang
2 berikut, Implementasi ketiga strategi akan
kekuasaan (otoritas) dan pengelola sampah,
menghasilkan akselerasi dalam pengem-
perlu mengembangkan perangkat kebijakan
bangan partisipasi masyarakat sejalan
yang mampu menjawab aspirasi masyarakat dengan hasil penelitian yang memper-
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lihatkan bahwa masyarakat mau mengambil
sampah di lingkungannya(12). Berkaitan peran apabila terdapat kejelasan
dengan pengelolaan sampah permukiman mekanisme pengelolaan sampah.
berbasis masyarakat, peran pemerintah Pemodelan diperlukan untuk memudahkan
dalam pengelolaan kelembagaan sebagai melakukan estimasi seberapa besar
pendukung pastisipasi masyarakat relatif efektivitas dari upaya peningkatan
rendah dibandingkan dengan peran partisipasi masyarakat terhadap beban
pemerintah dalam pengembangan sampah yang harus dikelola oleh
infrastruktur dan penegakan hukum. Peran pemerintah daerah.Hasil simulasi di atas

Pendekatan Tipologi dalam... J.Tek.Ling. 8:(3) :235-244 241


menunjukkan bahwa pada tahun 2015 akan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
tercapai partisipasi masyarakat yang 4.1. Kesimpulan
optimal, sehingga jumlah sampah yang
1. Tipologi partisipasi dalam pengelolaan
dibuang ke TPA menjadi jauh berkurang.
sampah disusun berdasarkan tipe
Estimasi dari hasil pemodelan menunjukkan
keterlibatan masyarakat dan tipe
bahwa dengan jumlah penduduk DKI
pelancaran pengaruhnya. Pada
Jakarta pada tahun 2015 sebanyak 10,23
permukiman lapisan bawah, pola
juta jiwa, maka jumlah beban sampah yang
partisipasi yang sesuai adalah melalui
dibuang ke TPA atau dikelola oleh
pendekatan kalkulatif-koersif, dengan
pemerintah daerah hanya sebesar 1,15 juta
titik masuk menjadikan kegiatan
ton pertahun, sedangkan yang dapat dikelola
pengelolaan sampah sebagai kegiatan
melalui partisipasi masyarakat sebesar 2,34
juta ton pertahun. ekonomi. Pada permukiman lapisan
menengah bawah, pendekatan yang
Tabel 2. Setrategi Pengelolaan Sampah tepat adalah kalkulatif-remuneratif yang
Permukiman berbasis Masyarakat menekankan pada keuntungan ekonomi
melalui Pendekatan Tipologi bagi masyarakat dengan tawaran
fasilitas tertentu dari pemerintah. Pada
permukiman lapisan menengah,
pendekatan yang tepat adalah moral-
remuneratif dengan titik masuk (entry
point) pendekatan moral, 1. s e b a b
pada dasarnya mereka telah memiliki
wawasan dan persepsi yang cukup.
Pada permukiman lapisan menengah
atas dan lapisan atas, pendekatan moral-

Gambar 3. Model Pengurangan Sampah yang dibuang ke TPA melalui pengembangan


partisipasi masyarakat

242 Saribanon E., dkk. 2007


normatif sangat sesuai dalam Development (TA-Package No. DKI 3-
mewujudkan partisipasi masyarakat. 11).
Pengelolaan sampah dapat didekati 2. Wardhani, C. 2004
dengan pendekatan gaya hidup (life
3. Gumbira-Said, E. 2003. Paradigma
style) yang merupakan bagian dari
bisnis berorientasi pembangunan
wawasan dan tanggung jawab
berkelanjutan : fokus khusus
masyarakat dalam peningkatan kualitas
manajemen ekoefisiensi. Di dalam :
lingkungan dan pelestarian alam.
Visi Baru Kehidupan Kontribusi Fritjof
2. Strategi perencanaan sosial partisipatif
Capra dalam Evolusi Pengetahuan dan
dalam pengelolaan sampah permukiman
Implikasinya pada Kepemimpinan.
disusun berdasarkan tipologi
Penerbit PPM. Jakarta.
permukiman, tipologi partisipasi dan
tipologi otoritas, yang menghasilkan 4. Chu P.Y., C.C. Huang, and J.F. Chiu.
strategi pengembangan infrastruktur, 2004. Reexamining the decomposition
strategi partisipasi komunitas dan and crossover effects in expanded
strategi pengelolaan kelembagaan. theory of planned behaviour Models-A
Strategi tersebut dapat mendukung study of household waste recycling
penerimaan (social acceptability) dan behaviour. The Journal of Solid Waste
partisipasi masyarakat dalam Technology and Management. 30(1) :
implementasi pengelolaan sampah 37-51.
permukiman berbasis masyarakat. 5. Kholil. 2004. Rekayasa Model Sistem
Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu
4.2. Saran Berbasis Nirlimbah (Zero Waste) Studi
1. Penyebarluasan informasi menjadi Kasus di Jakarta Selatan. [Disertasi].
bagian pertama yang penting untuk Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
dilakukan oleh pemerintah berkaitan 6. Morrissey, A and J. Browne. 2004. A
dengan pengelolaan sampah berbasis methodology for community based
masyarakat. Bentuk dan jenis informasi waste management decisions. The
perlu disesuaikan dengan sasaran Journal of Solid Waste Technology and
penerima informasi tersebut dan tidak Management. 30(3) pp. 170-182.
terjebak dalam penggunaan media yang 7. Loehlin JC. 2004. Latent Variable Mo-
sangat umum karena jangkauannya dels an Introduction to Factor, Path,
terlalu luas. and Structural Equation Analysis. 4th ed.
2. Menggandeng kemitraan dengan pihak Lawrence Erbaum Associates,
swasta merupakan salah satu strategi Publishers. New Jersey.
yang mampu bersinergi dengan
8. Castells, M. 1997. The Rise of The
keseluruhan program, terutama apabila
Network Society. Blackwell Publishers
dikaitkan dengan program CSR dan DKI
Inc. Massachusetts.
Jakarta tidak akan pernah kekurangan
perusahaan untuk diajak bermitra. 9. Etzioni, A. 1964. Complex Organiza-
tions a Sociological Reader. Holt
DAFTAR PUSTAKA Rinehart and Winston. NY.
10. Johnston, GP III and WE. Snizek.
1. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. 2007. Combining Head and Heart in
Laporan Survei Lapangan Produksi dan Complex Organizations: A Test of
Komposisi Sampah. WJEMP IBRD Etzioni’s Dual Compliance Structure
Loan 4612-IND / IDA Credit 3519-IND. Hypothesis. http://abstract/44/12/
Solid Waste Management for Jakarta : 1255. [23 Maret 2007].
Master Plan Review and Program

Pendekatan Tipologi dalam... J.Tek.Ling. 8:(3) :235-244 243


11. Achda, BT. 2006. The Sociological 12. Fukuyama, F. 2004. State-Building
context of Corporate Social Governance and World Order in the 21st
Responsibility Development and Century. Cornell University Press,
Implementation in Indonesia. Corporate Ithaca NY.
Social Responsibility and
Environmental Management Journal
13(5):300-305.

244 Saribanon E., dkk. 2007

You might also like