You are on page 1of 18

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 40, NO. 2, DESEMBER 2013: 193 – 210

Mengurangi Bullying melalui Program Pelatihan


“Guru Peduli”
Edilburga Wulan Saptandari1, MG. Adiyanti2
Fakultas Psikologi Univeritas Gadjah Mada

Abstract. This study investigated a strategy of reducing bullying in elementary school through
“Guru Peduli” (“Teacher Care”) training. It was a training done for teachers. It aimed to increase
teachers’ awareness, knowledge and skills to prevent and reduce bullying. The aim of this quasi-
experimental research was to test the effectiveness of “Guru Peduli” training for reducing
elementary school bullying. Two elementary schools were involved as the experimental and
control groups. There were six classes were for class observation and six locations for playground
observation. The observations were done before and after the training. The data were analyzed
with Wilcoxon Signed-Rank and Mann-Whitney test. The data showed that there was a significant
difference of bullying between the experimental and control schools. There was also a significant
reduction of bullying in experimental school after the training.
Keywords: bullying, “Guru Peduli” training, teachers’ knowledge

Abstrak. Penelitian kuasi eksperimen ini menguji suatu program bagi guru yaitu pelatihan “Guru
Peduli” guna mengurangi bullying di sekolah dasar. Pelatihan ini ingin meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, dan keterampilan guru dalam mencegah dan mengurangi bullying. Subjek penelitian
ini adalah dua sekolah dasar, masing-masing sebagai kelompok kontrol dan eksperimen.
Observasi pada jam pelajaran dilakukan pada enam kelas di masing-masing sekolah dan observasi
di luar jam pelajaran dilakukan pada enam titik di halaman masing-masing sekolah. Kedua
sekolah diobservasi sebelum dan setelah pelatihan. Data yang didapatkan dianalisis melalui uji
Wilcoxon Signed-Rank dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara bullying di sekolah eksperimen dan sekolah kontrol. Terdapat
pula penurunan bullying yang signifikan pada sekolah eksperimen setelah pelatihan diberikan.
Kata kunci: bullying, pelatihan“Guru Peduli”, pengetahuan guru

Bullying1 merupakan perilaku agresif Smith, 2004; Veenstra, Lindenberg, De


tipe proaktif yang didalamnya terdapat Winter, Oldehinkel, Verhulst, & Ormel,
aspek kesengajaan untuk mendominasi, 2005; Bauman & Del Rio, 2006; Black &
menyakiti, atau menyingkirkan, adanya Jackson, 2007).
ketidakseimbangan kekuatan baik secara Bullying dapat dilakukan secara lang-
fisik, usia, kemampuan kognitif, keteram- sung maupun tidak langsung (Veenstra
pilan, maupun status sosial, serta dilaku- dkk., 2005). Bullying fisik, misalnya me-
kan secara berulang oleh satu atau bebe- mukul, mendorong, dan mengambil milik
rapa anak terhadap anak lain (Olweus, korban secara paksa, dan verbal, misalnya
1993; Sheras & Tippins, 2002; Gini, 2004, mengejek, menjuluki, dan menyoraki,
Pereira, Mendonça, Neto, Valente, & adalah bentuk bullying secara langsung.
Sedangkan bullying psikologis, misalnya
mengasingkan, memfitnah, dan meneror,
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat
melalui: wulansaptandari@gmail.com adalah bentuk bullying secara tidak
2 Atau melalui: mg_adi@ugm.ac.id langsung.

JURNAL PSIKOLOGI 193


SAPTANDARI & ADIYANTI

Bullying memiliki dampak yang luas terjadi di sekolah tempat para guru
pada kehidupan banyak anak dan tercer- tersebut mengajar (Saptandari, 2007).
min dalam kehidupan mereka saat dewasa Anak dan remaja yang diidentifikasi
(Pereira, dkk., 2004). Pelaku bullying sebagai pelaku bullying menunjukkan
berada dalam tingkat risiko yang lebih fungsi psikososial yang lebih rendah dari-
tinggi untuk terlibat dalam kriminalitas, pada teman-teman sekelasnya (Veenstra
penyalahgunaan alkohol, dan kenakalan, dkk., 2005). Mereka juga cenderung agre-
sedangkan korban berisiko mengalami sif, impulsif, tidak bersahabat, suka
depresi dan masalah harga diri pada masa mendominasi, antisosial, tidak kooperatif
dewasa (Veenstra dkk., 2005). terhadap teman-temannya, menunjukkan
Penelitian mengenai bullying telah kecemasan dan perasaan tidak aman,
dilakukan di berbagai negara. Hasil survei mengalami masalah penyesuaian diri,
National Center for Education Statistic di serta cenderung berpikir bias mengenai
Amerika Serikat menunjukkan bahwa aksi agresivitas (Craig, 1998; Toblin, Schwartz,
bullying meningkat dari 6% pada tahun Gorma, & Abou-esseddine, 2005). Pelaku
1999 menjadi 8% pada tahun 2001 (Virginia bullying biasanya merupakan anak dari
Youth Violance Project Team, 2003). Peneli- orangtua yang menerapkan disiplin fisik,
tian Craig, Pepler, dan Atlas (2000) cenderung menolak dan bermusuh, memi-
menunjukkan bahwa terjadi 2,4 insiden liki keterampilan pemecahan masalah
bullying per jam di ruang kelas dan 4,5 yang buruk, permisif terhadap perilaku
insiden bullying per jam di halaman agresi anak, serta mengajarkan anak untuk
bermain. Penelitian Pereira dkk. (2004) menyerang atau membalas jika mendapat
menunjukkan bahwa sejumlah 21,45% provokasi (Loeber & Dishion dalam
siswa sekolah menengah di Portugal Veenstra dkk., 2005).
merasa menjadi korban bullying. Penelitian Korban, seperti halnya pelaku, me-
Menesini dan Giannetti (dalam Gini, 2004) nunjukkan fungsi psikososial yang lebih
menunjukkan bahwa 42% siswa sekolah rendah daripada teman-teman sekelasnya.
dasar dan 28% siswa sekolah menengah di Korban cenderung menghindar, depresif,
Italia merasa menjadi korban bullying cemas, berhati-hati, diam, kurang pro-
teman sebaya. Sementara di Indonesia, sosial, merasa tidak aman, dan cenderung
penelitian yang dilakukan oleh Ratna lebih mudah berkonflik dengan teman
Juwita di beberapa SMP dan SMA di (Craig, 1998; Tani, Greenman, &
Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta menun- Schneider, 2003). Korban biasanya diang-
jukkan bahwa kasus bullying ditemukan gap teman-temannya sebagai “tidak
pada 70,65% SMP dan SMA di Yogyakar- sesuai”. “Ketidaksesuaian” itu membuat-
ta, lebih tinggi daripada kasus di Jakarta nya menjadi korban, dan pada saat yang
dan Surabaya (Suyatno, 2008). Hasil survei sama anak lain menghindarinya karena
pendahuluan dengan kuisioner yang takut dijadikan korban bullying atau
dilakukan oleh peneliti terhadap 37 orang kehilangan status sosial diantara teman-
guru yang terdiri dari delapan guru SD, temannya (Hoover, Oliver, & Thomson,
delapan guru SMP, 12 guru SMA, dan dalam Veenstra dkk., 2005).
sembilan guru SMK, menunjukkan bahwa
Aksi bullying paling tidak melibatkan
sebanyak 89,2% guru mengetahui atau
dua aktor utama yaitu pelaku dan korban.
pernah mendapat laporan bahwa bullying
Akan tetapi, banyak situasi menunjukkan
bahwa dalam aksi bullying muncul pula

194 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

warga sekolah yang menyaksikan aksi dewasa memilih untuk tidak terlibat atau
tersebut yang biasa disebut sebagai mengabaikan aksi bullying. Hal ini berkait-
bystander atau saksi mata, baik secara aktif an dengan adanya kepercayaan yang tidak
maupun pasif (Ahmed, 2005). Hasil pene- tepat mengenai bullying yang banyak
litian Craig dan kawan-kawan (2000) me- berkembang tidak saja pada anak tetapi
nunjukkan bahwa teman sebaya yang juga pada orang dewasa. Beberapa mitos
berperan sebagai bystander muncul yang berkembang terkait dengan bullying
sebanyak 85% dari aksi bullying di sekolah. antara lain adalah bahwa (1) bullying ada-
Terdapat empat jenis peranan bystander lah permainan yang menyenangkan, (2)
dalam aksi bullying, yaitu (1) mendukung bullying adalah satu tahap perkembangan
atau me-nyoraki, (2) terlibat sebagai dan jika anak sudah beranjak dewasa
pelaku, (3) menyaksikan dengan pasif, dan bullying akan berhenti dengan sendirinya,
(4) me-lakukan intervensi (Salmivalli dkk., (3) korban biasanya adalah anak yang
1996). aneh sehingga wajar jika mereka menjadi
Bullying di sekolah tidak dapat dipan- korban, serta (4) bullying dapat membuat
dang sebagai suatu perilaku yang berdiri anak menjadi kuat (Hoover dkk. dalam
sendiri dan hanya melibatkan pelaku, Frey dkk., 2005; Sheras, 2002).
korban, serta bystander. Bullying selalu Guru sebagai orang dewasa di sekolah
terkait dengan fungsi-fungsi lain yang ada sebenarnya memiliki peran penting dalam
dalam sekolah. Menurut Frey, Hirschstein, upaya pencegahan dan penanganan bull-
Snell, Edstrom, MacKenzie, dan Broderick, ying, antara lain untuk; (1) memberikan
(2005) terdapat empat faktor risiko terjadi- intervensi pada siswa ketika terjadi insi-
nya bullying, yaitu; (a) rendahnya kesa- den, (2) melakukan diskusi dan aktivitas
daran orang dewasa dan lemahnya sistem mengenai bullying, (3) membantu siswa
dukungan untuk mencegah bullying, (b) mengembangkan keterampilan manaje-
perilaku destruktif orang yang menonton, men kemarahan, problem-solving, dan
(c) kepercayaan siswa yang mendukung empati, (4) menciptakan kesempatan bela-
bullying, dan (d) rendahnya keterampilan jar yang kooperatif, dan (5) menciptakan
sosial-emosional siswa. Maka dari itu, kesempatan untuk siswa laki-laki dan
untuk merubah lingkaran bullying yang perempuan untuk bekerjasama (Froschl
terjadi di sekolah diperlukan peningkatan dkk., 1998). Guru yang memiliki kesada-
kesadaran dan intervensi dari orang ran untuk menolak bullying serta pengeta-
dewasa, pengembangan peraturan sekolah huan dan keterampilan yang memadai
yang jelas, dan perbaikan prosedur dalam dalam menangani bullying akan berpenga-
melacak dan merespon aksi bullying ruh pada keberhasilan intervensi terhadap
(Olweus, 1993). bullying di sekolah (Olweus, 1993; Froschl
Sikap dan strategi intervensi yang dkk., 1998; Frey dkk., 2005, Bauman & Rio,
diambil oleh guru dipengaruhi oleh empat 2006).
variabel, yaitu: tingkat kerawanan, empati, Penelitian ini akan menerapkan suatu
keinginan untuk melakukan intervensi, program penanganan bullying di sekolah
dan keterlibatan (Yoon & Kerber, 2003). bagi guru Sekolah Dasar melalui sebuah
Menurut hasil penelitian yang dilakukan pelatihan yaitu “Guru Peduli”. “Peduli”
oleh Gropper dan Froschl (dalam Froschl, merupakan akronim dari kata Peka Dan
Sprung, Mullin-Rindler, Stein, & Gropper, Unggul atasi buLLYing. Pelatihan “Guru
1998), sejumlah 71% guru dan orang Peduli” bertujuan untuk meningkatkan

JURNAL PSIKOLOGI 195


SAPTANDARI & ADIYANTI

kesadaran, pengetahuan, dan keterampil- berdasarkan kriteria memiliki latar bela-


an guru dalam menangani bullying. Guru kang yang relatif sama, kedua sekolah
yang telah mengikuti pelatihan “Guru merupakan sekolah berafiliasi agama yang
Peduli” diharapkan menjadi semakin peka sama, sama-sama terletak di tengah kota
dan unggul atau terampil dalam meng- dan berdekatan dengan perkampungan
atasi bullying. penduduk. Kedua sekolah juga bersedia
Guna mencapai tujuan tersebut, maka terlibat dalam program pencegahan bully-
pelatihan ini akan: (1) Memberikan pe- ing ini dan bersedia meniadakan kegiatan-
mahaman baru yang komprehensif me- kegiatan lain bertujuan serupa selama
ngenai bullying; (2) Memberi kesempatan penelitian dilangsungkan. Seluruh guru
pada peserta menemukan strategi yang akan menerima pelatihan untuk mening-
efektif dalam menangani bullying; (3) Men- katkan pengetahuan, kesadaran, dan kete-
dorong peserta untuk mengimplemen- rampilan dalam mencegah bullying.
tasikan hasil pelatihan.
Desain Penelitian
Modul pelatihan disusun dengan mengacu
pada program Quit It! (Froschl dkk., 1998) Penelitian ini merupakan penelitian
dan Steps to Respect: A Bullying Prevention kuasi eksperimen. Desain yang digunakan
Program (Committee for Children, 2001). dalam penelitian ini adalah the untreated
control group design with pre-test and post-
Penelitian ini bertujuan untuk meng-
test (Cook & Campbell, 1979) yang digam-
uji efektivitas pelatihan dalam meningkat-
barkan sebagai berikut:
kan kesadaran, pengetahuan, dan kete-
rampilan guru dalam menangani bullying
di sekolah sehingga pada akhirnya dapat KE O1 X O2
mengurangi tingkat bullying di sekolah. -----------------------
Hipotesis dalam penelitian ini adalah; (1) KK O1 O2
ada perbedaan perilaku bullying antara
sekolah yang mendapatkan pelatihan (Cook & Campbell, 1979).
dengan sekolah yang tidak mendapatkan KE : kelompok eksperimen
KK : kelompok kontrol
pelatihan; sekolah yang mendapat pela-
O1 : observasi bullying pre-test
tihan memiliki perilaku bullying yang lebih
O2 : observasi bullying post-test
rendah dibandingkan sekolah yang tidak X : perlakuan, yaitu pelatihan
mendapat pelatihan dan (2) ada perbedaan penanganan bullying
perilaku bullying di sekolah yang menjadi ---- : tanpa penugasan secara random
kelompok eksperimen sebelum dan sesu-
dah pelatihan; perilaku bullying sesudah Variabel Penelitian
pelatihan lebih rendah daripada sebelum
Variabel bebas dalam penelitian ini
pelatihan.
adalah pelatihan penanganan bullying
untuk guru dengan judul “Guru Peduli”
Metode (Guru Peka dan Unggul Atasi Bullying).
Pelatihan yang dilakukan meliputi aspek
Partisipan kesadaran, pengetahuan, dan keteram-
Partisipan dalam penelitian ini adalah pilan dalam menangani bullying. Pelatihan
dua sekolah dasar (SD) swasta terkemuka terdiri dari lima sesi yang dilaksanakan
yang ada di Yogyakarta. Sekolah dipilih

196 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

dalam lima kali pertemuan dan satu kali lakukan di luar kelas, yaitu dua titik di
proses monitoring. halaman sekolah, dua titik di lorong, dan
Variabel tergantung dalam penelitian dua titik di kantin pada pagi hari ketika
ini adalah perilaku bullying. Perilaku siswa datang ke sekolah, pada jam
bullying dalam penelitian ini didefinisikan istirahat, serta pada siang hari ketika siswa
sebagai perilaku agresif yang sifatnya pulang sekolah, masing-masing 15 menit.
berulang dan dilakukan oleh pihak yang Hasil rekaman tersebut kemudian akan
lebih kuat terhadap pihak yang lebih diputar ulang dan dilakukan koding
lemah. Perilaku bullying diukur melalui terhadap peristiwa yang terjadi.
observasi dengan menghitung frekuensi Sistem koding yang digunakan dalam
perilaku bullying di sekolah. observasi adalah sistem kategori. Dalam
sistem kategori, ditentukan beberapa
Manipulasi perilaku yang telah didefinisikan secara
jelas untuk diobservasi. Secara khusus,
Manipulasi yang diberikan kepada
yang akan diuji dalam penelitian ini
kelompok eksperimen berupa pelatihan
adalah perilaku bullying, namun perilaku-
penanganan bullying bagi guru. Pelatihan
perilaku lain terkait dengan agresivitas
ini merupakan program pelatihan delapan
dan bullying akan tetap diobservasi dan
jam, terdiri dari lima sesi yang meliputi:
dianalisis. Kategori yang digunakan dalam
Sesi I : Pengantar observasi diadaptasi dari kategori perilaku
Sesi II : Bullying: Mengenal Lebih terkait bullying yang dilakukan dalam
Dalam observasi penelitian Frey dkk. (2005),
Sesi III : Apa yang Dapat Dilakukan yaitu; (a) Bullying, termasuk di dalamnya
Guru? adalah agresi fisik, verbal, dan psikologis
Sesi IV : Aplikasi dalam Kurikulum yang melibatkan (1) ketidakseimbangan
Sesi V : Menyusun Rencana Imple- kekuatan antara pelaku dan korban dan/
mentasi atau (2) dilakukan secara berulang, dalam
Lima sesi pelatihan dilaksanakan satu kali sesi observasi, oleh satu atau
dalam lima kali pertemuan dan diikuti sekelompok anak pada anak lain yang
dengan satu kali monitoring. tidak melakukan provokasi terlebih dahu-
lu; (a) Mendorong terjadinya bullying, di-
Pengukuran beri kode jika anak tertawa atau bersorak
ketika bullying terjadi. Juga diberi kode
Observasi Perilaku. Observasi dilakukan pada anak yang menonton aksi bullying
dengan menggunakan handycam yang secara pasif dalam jarak tidak lebih dari
dioperasikan kamerawan atau kamerawati 0,5 meter dari tempat kejadian bullying; (b)
yang merupakan mahasiswa Fakultas Agresi nonbullying, diberi kode jika terjadi
Psikologi yang telah lulus mata kuliah agresi fisik, verbal, maupun psikologis
Observasi dan Wawancara. Observasi tanpa melibatkan ketidakseimbangan
pada saat pelajaran dilakukan sebanyak kekuatan atau dilakukan secara berulang.
empat kali masing-masing selama 40 Sikap bossy dan argumentatif tidak
menit. Observasi pada enam kelas sampel, termasuk di dalamnya; (c) Perilaku sosial
yaitu masing-masing dua kelas pada kelas yang diterima, diberi kode jika anak
III, IV, dan V. Kelas dan mata pelajaran menunjukkan perilaku atau ucapan yang
yang sama diobservasi pada saat pre-test bersifat netral atau positif (misalnya:
maupun post-test. Observasi juga di-

JURNAL PSIKOLOGI 197


SAPTANDARI & ADIYANTI

memulai percakapan); (d) Perilaku Skala Sikap dan Perilaku terhadap Bullying
argumentatif, diberi kode untuk perlaku Skala Sikap dan Perilaku terhadap
atau ucapan negatif tetapi tidak agresif. Bullying diberikan pada periode waktu
Termasuk di dalamnya adalah perilaku sebelum dan setelah kelompok eksperi-
bossy, mempertahankan pendapat dan men menerima pelatihan penanganan
kemauan, dan sikap tidak peduli. bullying sebagai cek manipulasi. Masing-
Sebagai tambahan, dilakukan penca- masing skala terdiri enam buah skenario
tatan terhadap jenis bullying yang muncul, kasus (vignettes) mengenai bullying bentuk
intensitasnya, dampak terhadap korban, fisik, verbal, dan psikologis. Enam
dan dampak terhadap situasi kelas atau vignettes diadaptasi dari Bullying Attitude
sekolah. Dilakukan pula pencatatan ter- Questionnaire (Yoon & Kerber, 2003)
hadap respon orang dewasa dan sikap sedangkan enam vignettes lainnya disusun
siswa terhadap aksi bullying. Pencatatan oleh peneliti. Setelah dilakukan uji coba
ini bertujuan untuk melengkapi data terhadap 45 orang, dengan menggunakan
secara kualitatif guna melihat perubahan uji Spearman’s rho didapatkan hubungan
yang terjadi pada guru dan siswa. yang signifikan antara vignettes untuk pre-
test dan post-test (p≤0,01). Reliabilitas skala
Skala Pengetahuan Bullying diuji dengan teknik alpha cronbach dan
Skala Pengetahuan Bullying diberikan memiliki hasil koefisien reliabilitas untuk
pada periode waktu sebelum dan setelah pre-test adalah 0,874 dan untuk post-test
kelompok eksperimen menerima pelatihan adalah 0.903. Artinya kedua skala ini
penanganan bullying sebagai cek manipu- dinyatakan reliabel. Masing-masing kasus
lasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan diikuti dengan pertanyaan mengenai sikap
bahwa kelompok yang diberi pelatihan dan perilaku yang diambil guru terkait
telah memahami isi pelatihan dengan baik, dengan kasus tersebut. Pertanyaan sikap
dengan kata lain untuk menguji keberha- guru merupakan pertanyaan tertutup
silan manipulasi. dengan menggunakan lima pilihan jawab-
Pengujian kualitas aitem dalam skala an. Sikap yang ingin diketahui terdiri dari
ini dilakukan melalui uji coba terhadap 45 variabel opini terhadap kerawanan, emosi
orang dengan uji kesahihan butir, uji dan empati yang muncul, dan keinginan
reliabilitas, dan validitas skala. Hasil uji untuk melakukan intervensi. Sedangkan
kesahihan butir menunjukkan bahwa dari pertanyaan mengenai perilaku atau respon
28 butir aitem, sebanyak delapan butir guru terhadap pelaku dan korban meru-
digugurkan untuk mendapatkan 20 aitem pakan pertanyaan terbuka yang memung-
yang handal. Reliabilitas skala diuji kinkan guru menjawab sesuai pengala-
dengan teknik alpha cronbach dan memiliki mannya. Kemudian jawaban akan diko-
hasil koefisien reliabilitas dari 20 aitem ding dan diskor sesuai kategori yang telah
sebesar 0,865. Artinya skala ini dinyatakan disusun oleh Yoon dan Kerber serta
reliabel. Validitas alat ukur ini diuji Bauman dan Rio (Bauman & Rio, 2006).
melalui analisis rasional dengan melihat
kesesuaian antara blueprint skala dengan Hasil
aitem-aitem yang terdapat dalam skala,
yang dilakukan oleh orang yang memiliki Hasil Cek Manipulasi
kemampuan di bidang ini.
Cek manipulasi dilakukan guna me-
mastikan pemahaman subjek di kelompok

198 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

eksperimen terhadap materi yang disam- kontrol menunjukkan bahwa tidak terjadi
paikan dalam pelatihan. Cek manipulasi perbedaan yang signifikan antara pre-test
dilakukan dengan menggunakan skala dan post-test pada skor pengetahuan
pengetahuan serta sikap dan perilaku bullying serta sikap dan perilaku terhadap
terhadap bullying. Skala ini diberikan bullying.
sebelum pelatihan dan setelah seluruh
rangkaian proses pelatihan ”Guru Peduli” Hasil Uji Hipotesis
selesai.
Uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney
Uji t dilakukan guna mengetahui per- dilakukan untuk mengetahui perbedaan
bedaan antara pre-test dan post-test. Tabel 1 rerata perilaku bullying pre-test kelompok
menunjukkan bahwa pada kelompok eks- kontrol dengan pre-test kelompok ekspe-
perimen terjadi peningkatan yang signi- rimen serta perbedaan rerata perilaku
fikan pada pengetahuan bullying sesudah bullying post-test kelompok kontrol dengan
pelatihan (t = - 6,779, p<0,05). Peningkatan post-test kelompok eksperimen baik pada
skor sikap dan perilaku terhadap bullying jam pelajaran maupun di luar jam pelajar-
pada kelompok eksperimen pun terbukti an. Hasil analisis statistik menunjukkan
signifikan (t = - 2,994, p < 0,05). bahwa pada jam pelajaran tidak ada
Tabel 2 merupakan rangkuman hasil perbedaan yang signifikan pada pre-test
uji perbedaan rerata pada kelompok untuk perilaku bullying. Kelompok ekspe-
kontrol. Kelompok kontrol juga diberi rimen tidak menunjukkan perilaku bully-
skala pengetahuan bullying serta skala ing yang berbeda dibandingkan kelompok
sikap dan perilaku terhadap bullying kontrol pada saat pre-test. Sementara pada
dalam waktu yang bersamaan dengan post-test, uji Mann-Whitney menunjukkan
pemberian skala pada kelompok eksperi- hasil yang signifikan (p<0,05) antara
men untuk memastikan bahwa pening- kelompok eksperimen dan kontrol (lihat
katan skor hanya terjadi pada kelompok Tabel 3).
yang menerima pelatihan “Guru Peduli”. Pengujian yang dilakukan pada data
Hasil uji perbedaan dalam kelompok observasi diluar jam pelajaran menun-

Tabel 1
Rangkuman Hasil Uji Beda Rerata Cek Manipulasi Kelompok Eksperimen sebelum Pelatihan
(pre test) dan sesudah Pelatihan (post test)
Skala Waktu N Rerata SD t Sig. Keputusan
Pengetahuan bullying Pre-test 31 66,61 9,972 - 6,779 0,000 Ada perbedaan
Post-test 31 77,74 7,814 signifikan
Sikap dan perilaku Pre-test 31 59,61 4,372 -2,994 0,006 Ada perbedaan
terhadap bullying Post-test 31 61,55 5,065 signifikan

Tabel 2
Rangkuman Hasil Uji Beda Rerata Cek Manipulasi Kelompok Kontrol sebelum Pelatihan
(pre-test) dan sesudah Pelatihan (post-test)
Skala Waktu N Rerata SD t Sig. Keputusan
Pengetahuan bullying Pre-test 25 66,68 9,801 - 1,533 0,138 Tidak ada perbedaan
Post-test 25 68,64 9,673 signifikan
Sikap dan perilaku Pre-test 25 55,68 8,035 1,578 0,128 Tidak ada perbedaan
terhadap bullying Post-test 25 53,54 7,523 signifikan

JURNAL PSIKOLOGI 199


SAPTANDARI & ADIYANTI

Tabel 3
Rangkuman Hasil Uji Mann-Whitney pada Jam Pelajaran (dalam kelas)
Pre-test
Eksperimen Kontrol Signifikansi Keputusan
Rerata* SD Rerata SD
3,542 1,646 2,333 2,834 0,132 Tidak ada perbedaan signifikan
Post-test
Eksperimen Kontrol Signifikansi Keputusan
Rerata* SD Rerata SD
0,917 0,626 4,292 2,857 0,009 Ada perbedaan signifikan
* per jam pelajaran (40 menit)

Tabel 4
Rangkuman hasil uji Mann-Whitney di luar jam pelajaran (luar kelas)
Pre-test
Eksperimen Kontrol Signifikansi Keputusan
Rerata* SD Rerata SD
4,476 1,484 3,143 0,777 0,093 Tidak ada perbedaan signifikan
Post-test
Eksperimen Kontrol Signifikansi Keputusan
Rerata* SD Rerata SD
2,024 0,835 3,000 0,338 0,026 Ada perbedaan signifikan
* per 15 menit

jukkan bahwa tidak ada perbedaan yang Uji Wilcoxon Signed-Rank. Uji
signifikan pada pre-test untuk perilaku Wilcoxon Signed-Rank dilakukan untuk
bullying (lihat Tabel 4). Kelompok ekspe- membandingkan rerata pre-test kelompok
rimen tidak menunjukkan perilaku bully- eksperimen dengan post-test kelompok
ing yang berbeda dibandingkan kelompok eksperimen serta membandingkan rerata
kontrol pada saat pre-test. Sedangkan pada pre-test kelompok kontrol dengan post-test
post-test, uji Mann-Whitney menunjukkan kelompok kontrol.
hasil yang signifikan (p<0,05) pada perila- Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank me-
ku bullying. Rerata perilaku bullying (2,024 nunjukkan bahwa terjadi penurunan
per 15 menit) pada kelompok eksperimen perilaku bullying sebelum dan setelah
lebih rendah dibandingkan rerata perilaku pelatihan secara signifikan pada kelompok
bullying (3,000 per 15 menit) pada kelom- eksperimen saat jam pelajaran (z= - 2,201,
pok kontrol. p<0,05). Saat diluar jam pelajaran, uji
Uraian diatas menujukkan bahwa Wilxocon Signed-Rank menunjukkan bah-
hipotesis yang pertama diterima. Ada wa terjadi penurunan perilaku bullying (z=
perbedaan perilaku bullying antara sekolah -2,201, p<0,05) yang signifikan antara
yang mendapatkan pelatihan dengan sebelum dan sesudah pelatihan bagi ke-
sekolah yang tidak mendapatkan pelatih- lompok eksperimen (lihat Tabel 5).
an. Sekolah yang mendapatkan pelatihan Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank me-
“Guru Peduli” memiliki perilaku bullying nunjukkan bahwa justru terjadi pening-
yang lebih rendah dibandingkan sekolah katan perilaku bullying yang signifikan
yang tidak mendapat pelatihan. antara pre-test dan post-test pada kelompok

200 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

kontrol saat jam pelajaran (z = - 2,207, perilaku sosial diterima (PD), dan (4) peri-
p<0,05). Sementara itu, saat diluar jam laku argumentatif (PA). Hasil uji Mann-
pelajaran uji Wilcoxon Signed-Rank me- Whitney menunjukkan bahwa pada jam
nunjukkan tidak terjadi perubahan yang pelajaran tidak ada perbedaan yang
signifikan pada perilaku bullying antara signifikan pada pre-test untuk perilaku
pre-test dan post-test (lihat Tabel 6). mendorong terjadinya bullying, agresi non-
Berdasarkan hasil tersebut dapat bullying, sosial diterima, dan argumentatif
disimpulkan bahwa hipotesis yang kedua (lihat Tabel 7).
diterima. Ada perbedaan perilaku bullying Hasil uji Mann-Whitney juga me-
di sekolah yang menjadi kelompok ekspe- nunjukkan bahwa pada jam pelajaran
rimen sebelum dan sesudah pelatihan tidak ada perbedaan yang signifikan pada
Perilaku bullying pada kelompok ekspe- post-test untuk perilaku mendorong terja-
rimen sesudah pelatihan lebih rendah dinya bullying, agresi non-bullying, sosial
daripada sebelum pelatihan. diterima, dan argumentatif. Artinya, tidak
nampak perilaku terkait dengan bullying
Temuan yang berbeda antara kelompok kontrol
dan eksperimen pada saat pre-test maupun
Observasi yang dilakukan dalam
post-test (lihat Tabel 8).
penelitian ini, selain terhadap perilaku
bullying, juga dilakukan terhadap empat Hasil analisis statistik menunjukkan
perilaku lain yang terkait dengan bullying bahwa diluar jam pelajaran tidak ada
yaitu: (1) mendorong terjadinya bullying perbedaan yang signifikan pada pre-test
(MB), (2) agresi non-bullying (AN), (3) untuk semua perilaku (lihat Tabel 9).

Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Kelompok Eksperimen
Jam Pelajaran (Dalam Kelas)
Pre-test Post-test Z Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata* SD
3,542 1,646 0,917 0,626 -2,201a 0,028 Ada perbedaan signifikan
Di Luar Jam Pelajaran (Luar Kelas)
Pre-test Post-test Z Sig Keputusan
Rerata** SD Rerata** SD
4,476 1,484 2,024 0,835 -2,201a 0,028 Ada perbedaan signifikan
a Berdasarkan urutan positif; * per 40 menit; ** per 15 menit

Tabel 6
Rangkuman Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Kelompok Kontrol
Jam Pelajaran (Dalam Kelas)
Pre-test Post-test Z Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata* SD
2,333 2,823 4,292 2,857 -2,207b 0,027 Ada perbedaan signifikan
Di Luar Jam Pelajaran (Luar Kelas)
Pre-test Post-test Z Sig. Keputusan
Rerata** SD Rerata** SD
3,143 0,777 3,000 0,338 -0,631b 0,528 Tidak ada perbedaan signifikan
b Berdasarkan urutan negatif; * per 40 menit; ** per 15 menit

JURNAL PSIKOLOGI 201


SAPTANDARI & ADIYANTI

Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Mann-Whitney Perilaku Temuan pada Jam Pelajaran (dalam kelas) Pre-test
Pre-test
Eksperimen Kontrol Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata SD
MB 1,250 0,881 1,583 2,905 0,240 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 7,417 4,587 4,625 2,279 0,240 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 3,042 2,272 1,793 2,310 0,180 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 2,125 1,009 2,125 1,009 1,000 Tidak ada perbedaan signifikan
* per jam pelajaran (40 menit)

Tabel 8
Rangkuman Hasil Uji Mann-Whitney Perilaku Temuan pada Jam Pelajaran(dalam kelas) Post-test
Post-test
Eksperimen Kontrol Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata* SD
MB 0,417 0,303 0,667 0,846 0,937 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 5,250 1,782 8,167 3,445 0,132 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 5,208 5,600 1,667 1,147 0,818 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 2,625 0,647 3,583 2,871 0,485 Tidak ada perbedaan signifikan
* per jam pelajaran (40 menit)

Tabel 9
Rangkuman Hasil Uji Mann-Whitney Perilaku Temuan di luar Jam Pelajaran (luar kelas) Pre-test
Pre-test
Eksperimen Kontrol Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata* SD
MB 0,738 0,609 1,214 0,792 0,310 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 6,214 0,938 5,643 1,840 0,589 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 1,262 1,472 0,619 0,266 0,699 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 0,714 0,606 0,833 0,437 0,699 Tidak ada perbedaan signifikan
* per 15 menit

Kelompok eksperimen tidak menujukkan kan bahwa untuk empat perilaku terkait
perilaku terkait bullying yang berbeda bullying, yaitu mendorong terjadinya bull-
dibandingkan kelompok kontrol pada saat ying, agresi non-bullying, perilaku sosial
pre-test. diterima, dan perilaku argumentatif, tidak
Uji Mann-Whitney pada post-test an- terjadi perubahan yang signifikan antara
tara kelompok eksperimen dan kelompok pre-test dan post-test pada saat jam pela-
kontrol menunjukkan hasil yang berbeda. jaran. Saat diluar jam pelajaran pada
Terdapat perbedaan yang signifikan (p< kelompok eksperimen, uji Wilxocon
0,05) pada perilaku agresi non-bullying, Signed-Rank menunjukkan bahwa terjadi
perilaku sosial diterima, dan perilaku penurunan perilaku agresi non-bullying (z=
argumentatif pada saat post-test di luar jam -2,201, p< 0,05) dan peningkatan perilaku
pelajaran (lihat Tabel 10). sosial diterima (z = - 2.207, p<0,05) yang
signifikan antara sebelum dan sesudah
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed-
pelatihan bagi kelompok eksperimen.
Rank pada kelompok eksperimen didapat-
Akan tetapi, tidak terjadi penurunan yang

202 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

signifikan pada perilaku mendorong sosial diterima, dan perilaku argumentatif,


terjadinya bullying dan perilaku argumen- tidak terjadi perubahan yang signifikan
tatif saat di luar jam pelajaran (lihat Tabel antara pre-test dan post-test. Demikian pula
11). saat diluar jam pelajaran. Uji Wilcoxon
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed- Signed-Rank menunjukkan tidak terjadi
Rank pada kelompok kontrol didapatkan perubahan yang signifikan pula pada
bahwa saat jam pelajaran, untuk keempat semua perilaku antara pre-test dan post-test
perilaku yaitu mendorong terjadinya pada kelompok kontrol (lihat Tabel 12).
bullying, agresi non-bullying, perilaku

Tabel 10
Rangkuman Hasil Uji Mann-Whitney Perilaku Temuan di luar Jam Pelajaran (luar kelas) Post-test
Post-test
Eksperimen Kontrol Sig. Keputusan
Rerata* SD Rerata* SD
MB 0,786 0,540 1,309 0,901 0,394 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 3,905 0,583 5,190 0,796 0,002 Ada perbedaan signifikan
PD 5,929 1,842 0,786 0,358 0,002 Ada perbedaan signifikan
PA 0,595 0,567 1,572 0,998 0,026 Ada perbedaan signifikan
* per 15 menit

Tabel 11
Rangkuman Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Perilaku Temuan Kelompok Eksperimen
Jam Pelajaran (Dalam Kelas)
Z Sig. Keputusan
Pre-test Post-test
Rerata* SD Rerata* SD
MB 1,250 0,881 0,417 0,303 -1,753a 0,080 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 7,417 4,587 5,250 1,782 -0,7361 0,426 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 3,042 2,272 5,208 5,600 -0,524b 0,600 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 2,125 1,009 2,625 0,647 -1,476b 0,140 Tidak ada perbedaan signifikan
Di Luar Jam Pelajaran (Luar Kelas)
Pre-test Post-test Z Sig. Keputusan
Rerata** SD Rerata** SD
MB 0,738 0,609 0,786 0,540 -0,314a 0,753 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 6,214 0,938 3,905 0,583 -2,201a 0,028 Ada perbedaan signifikan
PD 1,262 1,472 5,929 1,842 -2,207b 0,027 Ada perbedaan signifikan
PA 0,714 0,606 0,595 0,567 -0,730a 0,465 Tidak ada perbedaan signifikan
aBerdasarkan urutan positif; b Berdasarkan urutan negatif; * per 40 menit; ** per 15 menit

JURNAL PSIKOLOGI 203


SAPTANDARI & ADIYANTI

Tabel 12
Rangkuman Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Perilaku Temuan Kelompok Kontrol
Jam Pelajaran (Dalam Kelas) Z Sig. Keputusan
Pre-test Post-test
Rerata* SD Rerata* SD
MB 1,583 2,905 0,667 0,846 -0,365a 0,715 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 4,625 2,279 8,167 3,445 -1,572b 0,116 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 1,793 2,310 1,667 1,147 -0,105b 0,916 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 2,125 1,009 3,583 2,871 -1,363b 0,173 Tidak ada perbedaan signifikan
Di Luar Jam Pelajaran (Luar Kelas) Z Sig. Keputusan
Pre-test Post-test
Rerata** SD Rerata** SD
MB 1,214 0,792 1,309 0,901 -0,314b 0,753 Tidak ada perbedaan signifikan
AN 5,643 1,840 5,190 0,796 -0,314a 0,753 Tidak ada perbedaan signifikan
PD 0,619 0,266 0,786 0,358 -0,813b 0,416 Tidak ada perbedaan signifikan
PA 0,833 0,437 1,572 0,998 -1,472b 0,141 Tidak ada perbedaan signifikan
aBerdasarkan urutan positif; b Berdasarkan urutan negatif; * per 40 menit; ** per 15 menit

Hasil Analisis Kualitatif ing secara fisik dan verbal sedangkan anak
perempuan lebih sering melakukan
Pencatatan kualitatif yang dilakukan
bullying secara verbal dan psikologis.
ketika observasi menunjukkan bahwa
Beberapa anak didapati melakukan
ketiga jenis perilaku bullying, yaitu fisik,
bullying dalam beberapa waktu observasi.
verbal, dan psikologis muncul pada
Bullying yang dilakukan juga ditujukan
kelompok kontrol maupun eksperimen.
pada beberapa anak yang sama. Hal ini
Bullying fisik yang terjadi adalah memu-
menunjukkan bahwa beberapa anak
kul, menendang, menarik rambut atau
berpotensi menjadi korban sedangkan
menjambak, mendorong dan menarik
beberapa anak lainnya berpotensi menjadi
secara paksa, menabrakkan diri, menju-
pelaku. Persamaan fisik yang menonjol
lurkan kaki dengan sengaja, memainkan
tidak terdapat pada pelaku maupun kor-
(melempar-lemparkan) barang milik orang
ban. Tidak semua pelaku memiliki tubuh
lain, serta meminta uang dengan paksa
yang besar dan tidak semua korban memi-
(memalak). Bullying verbal yang nampak
liki tubuh yang kecil. Namun nampak
dalam adalah mengejek, menyoraki, dan
bahwa pelaku cenderung menunjukkan
menjuluki. Sedangkan bullying psikologis
bahasa tubuh yang lebih percaya diri
yang muncul adalah mengasingkan dan
sedangkan korban nampak lebih cemas
menggosipkan. Bentuk-bentuk bullying ini
dan lemah.
nampak pada saat pre-test maupun post-
test. Hasil observasi post-test di kelompok
eksperimen mengindikasikan bahwa guru
Hasil observasi menunjukkan bahwa
dan siswa mengetahui perilaku-perilaku
anak laki-laki cenderung lebih sering
yang termasuk bullying. Ketika salah
menunjukkan perilaku bullying daripada
seorang siswa mengejek temannya, siswa
anak perempuan. Namun, didapati pula
yang lain menyatakan bahwa apa yang
beberapa anak perempuan yang memulai
dilakukannya adalah bullying. Guru pun
aksi bullying terhadap temannya. Anak
kemudian menyinggung mengenai pen-
laki-laki kerap didapati melakukan bully-

204 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

tingnya bersosialiasi secara positif. Saat singkat, perubahan yang signifikan belum
istirahat, ketika ada siswa yang memukul nampak. Masih banyak siswa yang belum
temannya, korban berkata bahwa apa memahami mengapa perlu ada gerakan
yang dilakukannya adalah bullying. Res- anti bulliyng. Masih banyak pula siswa
pon semacam ini nampak cukup mampu yang lupa pada kesepakatan kelas. Selain
membuat pelaku tidak melanjutkan aksi- itu, sebagian siswa yang berasal dari
nya. Pada kelompok kontrol, tidak nam- keluarga atau lingkungan yang permisif
pak respon seperti yang terjadi pada terhadap kekerasan, masih nampak kesu-
kelompok eksperimen. litan mengendalikan diri.

Hasil Monitoring
Diskusi
Sejumlah 40 orang guru mengumpul-
kan kembali lembar monitoring. Seluruh Pelatihan ”Guru Peduli” merupakan
guru yang tersebut menyatakan bahwa sebuah program psikoedukasi yang mem-
telah melakukan sosialisasi anti bullying di bantu guru untuk memahami bullying,
kelas. Sebanyak 13 orang guru (32,5%) secara sadar menolak segala bentuk aksi
menyatakan bahwa telah membuat sistem bullying, peka terhadap tindak bullying
reward secara terstruktur, misalnya dengan yang mungkin terjadi, serta terampil
memberi bintang pada siswa yang mela- dalam mencegah dan menangani aksi
kukan kebaikan dan memilih ”Superman of bullying. Setelah pelatihan, guru didorong
the Week” pada siswa yang menurut teman untuk mengaplikasikan apa yang telah
sekelasnya melakukan hal-hal yang terpu- didapat dalam pelatihan dalam proses
ji. Sebanyak 10 orang guru (25%) membuat pembelajaran. Satu bulan setelah pelatihan
kesepakatan bersama siswa mengenai selesai dilaksanakan monitoring terhadap
aturan dalam kelas. Enam orang guru aktivitas yang telah dilakukan guru guna
(15%) guru meminta para siswa membuat mencegah dan menangani bullying.
tulisan, lukisan, atau poster mengenai
Guru sekolah menyatakan bahwa
bullying dan memajangnya di dinding
sosialisasi mengenai eksperimen bullying
kelas dengan nama ”Pojok Anti Bullying”.
telah dilakukan kepada para siswa saat
Satu orang guru membentuk tim anti
kegiatan belajar mengajar. Beberapa guru
bullying di kelas yang terdiri dari para
juga telah melaksanakan aktivitas lain
siswa sendiri. Satu orang guru menyedia-
antara lain seperti membuat kesepakatan
kan ”pojok diam” bagi siswa yang sedang
kelas, memberikan penghargaan secara
merasakan emosi negatif. Satu orang guru
terstruktur pada siswa yang berperilaku
meminta para siswa menuliskan pikiran
baik, dan memasang hasil karya siswa
dan perasaannya pada buku refleksi.
terkait dengan bullying di tembok kelas.
Guru menyatakan bahwa sebagian Hasil pelaporan diri guru menunjukkan
besar siswa telah mampu mengidentifikasi bahwa guru merasa lebih mudah menegur
perilaku bullying. Hal ini membuat siswa siswa yang melakukan aksi bullying. Hal
dapat saling mengingatkan dengan ini sejalan dengan penelitian Alsaker
mengatakan ”bullying” pada teman yang (dalam Craig & Pepler, 2007) bahwa guru
melakukan tindak bullying. Guru pun yang berpartisipasi dalam program pence-
merasa lebih mudah ketika mengingatkan gahan bullying merasa lebih percaya diri
atau menegur siswa yang berperilaku dalam menangani masalah bullying, memi-
buruk, tidak sopan, dan kasar. Akan liki sikap yang lebih suportif terhadap
tetapi, karena waktu yang dirasa masih

JURNAL PSIKOLOGI 205


SAPTANDARI & ADIYANTI

korban, dan merasa lebih dapat bekerja dengan bullying. Sesuai dengan panduan
sama dengan orangtua menyelesaikan observasi dalam penelitian Frey dkk.
masalah bullying. Menurut pengamatan (2005), terdapat empat perilaku lain yang
guru, secara umum nampak pula beberapa diobservasi, yaitu: (1) perilaku mendorong
perubahan pada siswa. Siswa dapat saling terjadinya bullying, (2) perilaku agresi non-
mengingatkan jika melihat temannya bullying, (3) perilaku sosial diterima, dan
melakukan tindak bullying. Hal ini mendo- (4) perilaku argumentatif. Pada jam pela-
rong siswa yang melakukan bullying jaran di kelompok eksperimen, nampak
menghentikan aksinya. Menurut Abelson penurunan perilaku bullying yang signifi-
(dalam Frey dkk., 2005), jika banyak orang kan sebelum dan sesudah pelatihan.
berpartisipasi dalam kegiatan anti bullying, Walaupun secara umum telah menunjuk-
intervensi dalam kategori yang ringan pun kan kecenderungan ke arah yang positif,
dapat membawa dampak yang besar bagi empat perilaku lain yaitu perilaku men-
banyak siswa di sekolah. dorong terjadinya bullying, agresi non-
Hasil pengujian hipotesis menunjuk- bullying, perilaku sosial diterima, dan
kan bahwa pelatihan ”Guru Peduli” efektif perilaku argumentatif tidak menunjukkan
untuk mengurangi perilaku bullying di perbedaan yang signifikan. Salah satu
sekolah dasar. Hal ini diketahui dari kemungkinan penyebabnya adalah pro-
adanya perbedaan yang signifikan dalam gram pelatihan guru lebih berfokus pada
observasi perilaku bullying antara sekolah pencegahan dan penanganan bullying
yang mendapatkan pelatihan dan sekolah bukan pada peningkatan keterampilan
yang tidak mendapatkan pelatihan. Hasil sosial anak. Bullying merupakan masalah
yang signifikan pun didapatkan dalam uji relasi yang membutuhkan solusi berkaitan
perbedaan perilaku bullying pada kelom- dengan relasi antar manusia. Anak mem-
pok eksperimen sebelum dan sesudah butuhkan bantuan untuk memahami
pelatihan. Perilaku bullying pada kelom- bahwa bullying adalah sesuatu yang salah,
pok eksperimen menurun secara signi- mengembangkan sikap hormat dan empa-
fikan antara sebelum dan sesudah pe- ti pada orang lain, serta belajar bagaimana
latihan. bergaul dan saling mendukung (Craig &
Pepler, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa
Keyakinan akan pengaruh pelatihan
untuk meningkatkan keberhasilan pro-
dalam penurunan perilaku bullying ini
gram anti bullying, selain membantu anak
dikuatkan dengan hasil cek manipulasi.
memahami apa itu bullying serta cara
Subjek dalam kelompok eksperimen
mencegah dan menanganinya, perlu pula
mengalami penurunan secara signifikan
ditujukan untuk membantu anak dalam
dalam hal pengetahuan, sikap, dan peri-
meningkatkan keterampilan sosialnya.
laku terhadap bullying sesudah mengikuti
pelatihan. Sementara pada kelompok Aspek pengetahuan, sikap, dan peri-
kontrol, pengetahuan, sikap, dan perilaku laku guru terhadap bullying nampak
guru terhadap bullying tidak mengalami meningkat secara signifikan antara pre-test
penurunan yang signifikan. dan post-test pada kelompok eksperimen.
Pada kelompok kontrol tidak nampak
Observasi yang dilakukan dalam
perubahan yang signifikan pada ketiga
penelitian ini, selain terhadap perilaku
aspek ini. Hal ini menujukkan bahwa guru
bullying yang muncul baik saat pelajaran
telah memiliki pengetahuan dan keteram-
maupun di luar jam pelajaran juga dila-
pilan yang cukup untuk menangani
kukan terhadap perilaku lain yang terkait

206 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

bullying. Hasil monitoring juga menunjuk- ubah sebuah situasi sosial yang kaku atau
kan bahwa guru telah memulai langkah- telah terbentuk (Fox & Boulton, 2003).
langkah nyata untuk mencegah dan mena- Hasil observasi menunjukkan bahwa
ngani bullying. Keadaan ini merupakan pada kelompok eksperimen maupun kon-
suatu hal yang positif mengingat bahwa trol perilaku bullying lebih sering muncul
perubahan terjadi dengan diawali oleh di luar jam pelajaran dibandingkan saat
kesadaran, pengetahuan, dan keterampil- jam pelajaran. Menurut Craig dkk. (2000),
an yang memadai. Namun demikian, potensi bullying relatif sama antara di
meskipun program anti bullying berguna dalam kelas maupun di luar kelas. Akan
untuk meningkatkan kesadaran, pengeta- tetapi, kesempatan belajar sosial seperti
huan, dan kompetensi dalam menghadapi melihat, menerima, dan termotivasi untuk
bullying, suatu program intervensi tidak melakukan agresi lebih banyak muncul di
dapat diharapkan secara drastis mengu- halaman sekolah daripada di dalam kelas.
rangi insiden bullying dan kekerasan Selain itu, peraturan mengenai perilaku
(Merrell, Gueldner, Ross, & Isava, 2008). siswa lebih banyak terdapat di dalam
Program anti bullying sebaiknya dilakukan kelas daripada di luar kelas. Perilaku
secara menyeluruh mulai dari level bermain di luar kelas juga memberi
individu, hubungan dyadic, kelompok kesempatan munculnya bullying yang
teman sebaya, guru, karyawan, kelas, lebih besar.
sekolah, dan keluarga (Craig dkk., 2000;
Pepler dkk., dalam Fox & Boulton, 2003). Kelemahan Penelitian
Keluarga, seperti yang dilaporkan guru, Observasi melalui handycam kurang
memiliki kaitan yang erat dengan perilaku dapat mendeteksi perilaku bullying tidak
anak di sekolah. Perubahan perilaku langsung, misalnya gosip. Faktor jumlah
kurang nampak pada siswa yang berasal kelas pada observasi saat jam pelajaran
dari keluarga yang cenderung permisif dan jumlah titik lokasi pada observasi di
terhadap tindak kekerasan. Maka suatu luar jam pelajaran yang sedikit juga
program anti bullying perlu mempertim- menjadi kelemahan penelitian ini. Jumlah
bangkan keadaan sosial serta melibatkan unit analisis yang lebih besar memung-
masyarakat di sekitarnya. Bahkan, disa- kinkan generalisasi yang lebih kuat. Jeda
rankan bagi sekolah untuk melibatkan waktu antara observasi pertama, pelatihan
lembaga atau komunitas yang dapat guru, dan observasi kedua pun singkat.
bekerjasama dengan sekolah dan mem- Waktu yang lebih panjang serta moni-
bantu sekolah dalam melaksanakan toring terus-menerus diperlukan untuk
program pencegahan bullying (Thompson, melihat daya tahan dan keberlanjutan
Arora, & Sharp, 2002). perubahan.
Waktu yang cukup juga dibutuhkan
untuk melakukan suatu perubahan yang
Kesimpulan
berkelanjutan. Jangka waktu antara pre-test
dan post-test yang singkat mungkin menja- Pelatihan “Guru Peduli” terbukti
di salah satu penyebab tidak terjadinya efektif untuk mengurangi perilaku bullying
perubahan yang signifikan atas seluruh di Sekolah Dasar. Perilaku bullying di
perilaku yang diobservasi. Waktu yang sekolah terbukti menurun setelah guru
lebih panjang diperlukan untuk meng- mendapat pelatihan serta melakukan

JURNAL PSIKOLOGI 207


SAPTANDARI & ADIYANTI

aktivitas nyata guna pencegahan dan dan faktor budaya yang memiliki penga-
penanganan bullying. ruh terhadap perilaku agresi.
Hasil analisis kualitatif yang didapat Saran yang dapat diberikan pada ins-
melalui lembar refleksi dan evaluasi guru, titusi pendidikan dan profesional dengan
lembar monitoring, serta pencatatan kua- berpijak pada hasil penelitian ini adalah
litatif pada saat observasi menunjukkan dengan melakukan pendekatan yang
bahwa pelatihan ini telah membantu guru komprehensif dan sistemik dalam upaya
dan siswa dalam upaya pencegahan dan penceahan dan penanganan bullying. Cara-
penanganan bullying. Beberapa hasil cara yang dapat daitempuh yakni: (1)
positif yang menonjol antara lain adalah Melakukan sosialiasi dan pelatihan
guru merasa memiliki pengetahuan dan mengenai bullying serta cara mencegah
keterampilan yang cukup untuk mencegah dan mengatasinya, salah satunya dengan
dan menangani bullying serta nampak menggunakan modul pelatihan “Guru
perubahan perilaku pada guru dan siswa Peduli”. (2) Mengadakan gerakan nyata
ketika dihadapkan pada situasi tertentu dalam usaha pencegahan dan penanganan
yang mengarah pada bullying. bullying. Gerakan dapat dimulai dengan
cara yang sederhana, misalnya melalui
penyusunan peraturan sekolah mengenai
Saran
bullying, pembuatan artikel mengenai
Saran yang dapat diberikan bagi pene- bullying di majalah dinding, lomba
liti berikutnya dengan topik yang sama, menggambar dengan tema anti bullying,
adalah sebagai berikut: (1) Pengukuran mengadakan hari persahabatan, mema-
perilaku bullying sebaiknya tidak hanya sang CCTV di tempat-tempat yang tidak
mengandalkan kamera video. Sebaiknya terjangkau pengawasan guru, dan seba-
dilengkapi dengan pelaporan diri atau gainya. (3) Melakukan sosialiasi pada
skala lain yang memungkinkan siswa orangtua mengenai bullying dan usaha
menyampaikan pengalamannya terkait yang telah dilakukan sekolah serta
dengan aksi bullying. (2) Rentang waktu mengajak orangtua untuk bekerjasama
antara pengambilan data pre-test dan post- dengan sekolah dalam usaha pencegahan
test sebaiknya lebih panjang dan dan penanganan bullying.
dilakukan proses monitoring secara ber-
kala setelah pelatihan. Proses monitoring Kepustakaan
ini dilakukan terutama untuk mengetahui
sejauh mana guru telah melakukan upaya Ahmed, E. (2005). Pastoral care to regulate
pencegahan dan penangan bullying. Hal school bullying: Shame management
ini sangat berguna untuk meningkatkan among bystanders. Pastoral Care, 23(2),
pemahaman dan ketrampilan subjek 23-29.
sehingga efektivitas pelatihan semakin Bauman, S., & Rio, A.D. (2006). Preservice
besar. (3) Perlu dilakukan penelitian teachers’ responses to bullying
pendahuluan secara lebih detil dan men- scenarios: Comparing physical, verbal,
dalam mengenai pemahaman dan sikap and relational bullying. Journal of
guru tentang bullying sebelum penelitian Educational Psychology, 98, 219-231.
dilaksanakan, dan (4) Perlu dilakukan
Black, S.A., & Jackson, E. (2007). Using
analisis terhadap variabel jenis kelamin
bullying incident density to evaluate
the olweus bullying prevention pro-

208 JURNAL PSIKOLOGI


PROGRAM PELATIHAN, “GURU PEDULI”, BULLYING

gramme. School Psychology Internatio- Gini, G. (2004). Bullying in Italian School


nal, 28, 623-638. An Overview of Intervention Pro-
Committee for Children. (2001). Steps To grammes. School Psychology Interna-
Respect: A Bullying Prevention Program. tional, 25, 106-116.
Diunduh dari: http://www. Hoover, J.H., Oliver, R.L., & Thomson,
bullyingresourches.org/tanggal 18 K.A. (1993). Perceived Victimization
April 2008. by School Bullies: New Research and
Cook, T.D., & Campbell, D.T. (1979). Future Direction. The Journal of
Quasi-Experimentation Design and Humanistic Education and Development,
Analysis Issues for Field Settings. Boston: 32(2), 76–84.
Houghton Mifflin Company. Merrell, K.W., Gueldner, B.A., Ross, S.W.,
Craig W.M. (1998). The relationship & Isava D.M. (2008). How effective are
among bullying, victimization, de- school bullying interventions
pression, anxiety, and aggression in programs? A meta-analysis of inter-
elementary school children. Personality vention research. School Psychology
and Individual Differences, 24, 123-130. Quarterly, 23, 26-42.

Craig, W.M., Pepler, D.J., & Atlas, R. Olweus, D. (1993). Bullying at School: What
(2000). Observations of bullying in the we know and what we can do. Oxford:
playground and in the classroom. Blackwell
School Psychology International, 21, 22- Pereira, B., Mendonça, D., Neto, C.,
36. Valente, L., & Smith, P.K. (2004).
Craig, W.M., & Pepler D.J. (2007). Under- Bullying in Portuguese School. School
standing bullying: from research to Psychology International, 25, 241-254.
practice. Canadian Psychology, 48, 86- Salmivalli, C., Karhunen, J., & Lagerspetz,
93. K. (1996). How Do the Victims
Frey, K.S., Hirschstein, M.K., Snell, J.L., Respond to Bullying? Aggressive
Edstrom, L.V.S., MacKenzie, E.P., & Behavior, 22, 99-109.
Broderick, C.J. (2005). Reducing play- Saptandari, E.W. (2007). Bullying di
gorud bullying and supporting beliefs: sekolah dasar. Makalah Mata Kuliah
An experimental trial of the steps to Seminar Isu-isu Kontemporer Psikologi
respect program. Developmental Psycho- Pendidikan. (Tidak Dipublikasikan).
logy, 41, 479-491 Yogyakarta: Fakultas psikologi Uni-
Froschl, M., Sprung, B., Mullin-Rindler, N., versitas gadjah Mada.
Stein, N., & Gropper, N. (1998). Quit Sheras, P., & Tippins, S. (2002) Your Child:
It! A Teacher’s Guide on Teasing and Bully or Victim? Understanding and
Bullying for Use with Students in Grades Ending School Yard Tyranny. Fireside: A
K-3. Washington DC: NEA Profes- Skylight Press Book
sional Library Suyatno. (2008). Guru Perlu Tahu Bullying
Fox, C.L., & Boulton, M.J. (2003). (Tindak Kekerasan) di Sekolah. Diunduh
Evaluating the effectiveness of a social dari: http://www.garduguru.com.
skills training (SST) programme for tanggal 14 September 2008.
victims of bullying. Educational Tani, F., Greenman, P.S., & Schneider, B.H.
Research, 45(3), 231-247. (2003). Bullying and the big five: A

JURNAL PSIKOLOGI 209


SAPTANDARI & ADIYANTI

study of childhood personality and edschool.virginia.edu/ tanggal 14


participant roles in bullying incidents. September 2008.
School Psychology, 21,131-146. Veenstra, R., Lindenberg, S., De Winter,
Thompson, D., Arora, T., & Sharp, S. A.F., Oldehinkel, A.J., Verhulst, F.C., &
(2002). Bullying: Effective Strategies for Ormel, J. (2005). Bullying and Victi-
Long-Term Improvement. London: mization in Elementary School: A
RoutledgeFalmer Comparison of Bullies, Victims, Bully/
Toblin, R.L., Schwartz, D., Gorma, A.H., & Victims, and Uninvolved Preado-
Abou-esseddine, T. (2005). Social- lescents. Developmental Psychology, 41,
cognitive and behavioral attributers of 672-682.
aggressive victims of bullying. Applied Yoon, J.S., & Kerber, K. (2003). Bullying:
Developmental Psychology, 26, 329-346. Elementary teachers’ attitudes and
Virginia Youth Violence Project Team. intervention strategies. Research in
(2003). What Is Bullying?. Diunduh Education, 69, 27-34.
dari: http://www.youthviolence.

210 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like