You are on page 1of 7

NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal.

60-66)

Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying pada


Anak

Novi Herawatia, Deharnitaa


a
Prodi D-III Keperawatan Solok, Poltekkes Kemenkes Padang, 25146, Indonesia
e-mail koresponensi: ophie_cut@yahoo.com

Abstract
Bullying is the child's aggressive behavior repeatedly towards his friend which causes the
victim. Factors causing bullying behavior at school include personality factors, interpersonal
communication of children with their parents (parenting), the role of peer groups and school
climate. Descriptive research, aimed at knowing the description of the factors causing
bullying behavior in children in SMPN 2 Solok City in 2018. The sampling technique is simple
random, with a sample of 79 people. Data collection was carried out May 22-28, 2018.
Analysis was carried out univariately and presented with a frequency distribution table. The
results showed more part (70.9%) of respondents did physical forms of bullying in the form
of hitting, more partially (58.2%) verbally in the form of dubbing, more in part (78.5%)
mentally in the form of silence (not care about). Most of the causes of bullying behavior from
family factors (82.3%) were due to seeing a commotion at home, from the school factor that
was partially less (46.8%) the school ignored problems between schools, from the peer factor
mostly (77.2%) because peers liked to taunt others friend. Schools especially counseling
teachers are expected to give special attention to student behavior at school to prevent
bullying from happening at school.
Keyword: students, bullying, causative factors

Abstrak
Bullying adalah perilaku agresif anak secara berulang terhadap temannya yang menyebabkan
adanya korban. Faktor penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah
faktor kepribadian, komunikasi interpersonal anak dengan orangtuanya (pola asuh), peran
kelompok teman sebaya dan iklim sekolah. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying
pada anak di SMPN 2 Kota Solok Tahun 2018. Teknik pengambilan sampel yaitu simple
random, dengan sampel berjumlah 79 orang. Pengumpulan data dilakukan 22-28 Mei 2018.
Analisa dilakukan secara univariat dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi. Hasil
penelitian menunjukkan lebih sebahagian (70.9%) responden melakukan bentuk-bentuk
bullying secara fisik dalam bentuk memukul, lebih sebagian (58,2%) secara verbal dalam
bentuk menjuluki, lebih sebagian (78,5%) secara mental dalam bentuk mendiamkan (tidak
memperdulikan). Penyebab perilaku bullying dari faktor keluarga sebagian besar (82.3%)
karena melihat adanya keributan di rumah, dari faktor sekolah kurang sebagian (46.8%)
sekolah mengacuhkan masalah antar sekolah, dari faktor teman sebaya sebagian besar
(77.2%) karena teman suka mengejek kepada sesama teman. Pihak sekolah terutama guru
konseling diharapkan dapat memberikan perhatian khusus terhadap perilaku siswa di sekolah
untuk mencegah terjadi bullying di sekolah.

Kata Kunci : anak sekolah, bullying, faktor penyebab

PENDAHULUAN tujuan yang disengaja untuk


Bullying didefinisikan sebagai mengakibatkan tekanan kepada orang lain
perilaku agresif yang muncul dengan

60
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

baik secara fisik maupun psikologi tingkah laku yang serius akan mengalami
(Randall, 1991 dalam Parsons, 2009). masalah kesehatan jiwa dan psikososial
Penelitian bullying di Yogyakarta dalam kehidupannya ketika dewasa,
terjadi 70,65 % kasus bullying di SMP dan seperti kelainan kepribadian, pelaku
SMA (Juwita, 2009 dalam Rudi, 2010). kriminalitas dan alkoholisme. Sebanyak
Sejiwa (2008) juga melakukan penelitian 40% dari anak-anak dengan kelainan
pada SMP dan SMA di tiga kota besar tingkah laku dapat tumbuh menjadi
yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya dewasa dengan kelainan kepribadian
dihasilkan bahwa 67% pelajar SMP dan antisosial. Anak –anak ini membutuhkan
SMA menyatakan tindakan bullying tindakan dini yang sangat serius,
pernah terjadi di sekolahnya. Survey Di pengkajian dan manajemen (Stuart, 2013).
kota Depok pun berdasarkan survey yang Bullying terjadi karena dipengaruhi
dilakukan oleh Khairani (2006) telah oleh beberapa faktor. Tumon (2014)
terjadi bullying di sekolah dasar sekitar dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
31,8%, serta penelitian oleh Tololiu, Keliat faktor keluarga, teman sebaya, dan
dan Daulima (2011) dengan hasil sekolah juga dapat membentuk perilaku
dipaparkan telah terjadi bullying pada bullying pada remaja, saat ketiga faktor
remaja di Depok sebesar 29,74 %. tersebut berjalan dengan tidak kondusif
Data dari KPAI bahwa sejak tahun maka remaja akan cenderung
2011 hingga 2015 sedikitnya 1.850 kasus melampiaskan gejolak emosinya dalam
kekerasan (bullying) yang terjadi di hal yang negatif, dalam hal ini salah
sekolah maupun di luar sekolah. Anak satunya adalah bullying.
sebagai korban kekerasan sekolah yang Penelitian Usman (2013)
menerima kekerasan fisik dan psikologi memaparkan bahwa ada pengaruh negatif
pada 2011 terdapat 56 kasus, 2012 terdapat yang signifikan antara kepribadian,
130 kasus, 2013 terdapat 96 kasus, 2014 komunikasi interpersonal remaja dengan
terdapat 159 kasus, dan 2015 ada 55 kasus. orang tua, peran kelompok teman sebaya
Anak sebagai pelaku kekerasan, pada 2011 dan iklim sekolah terhadap perilaku
terdapat 48 kasus, 2012 terdapat 66 kasus, bullying siswa. Semakin stabil dan baik
2013 terdapat 63 kasus, 2014 terdapat 67 kepribadian siswa, semakin baik
kasus, dan 2015 ada 39 kasus (Harnas, komunikasi interpersonal yang dibangun
2015). remaja dengan orangtuanya, semakin besar
Bullying terjadi tidak hanya dengan peran kelompok teman sebaya untuk
adanya pelaku, namun bullying juga mengajak temannya dalam menerapkan
menimbulkan korban. Bullying norma-norma positif yang ada dalam
menimbulkan perasaan tertekan karena mayarakat serta semakin kondusif iklim di
pelaku menguasai korban. Bagi korban, sekolah maka semakin rendah perilaku
kondisi tersebut menyebabkan kesakitan bullying pada siswa (Usman, 2013).
fisik, dan psikologis,kepercayaan diri yang Selanjutnya Yusuf (2012) dalam
merosot, malu, tarauma, tak mampu penelitiannya mengatakan bahwa perilaku
menyerang balik, merasa sendiri, serba bullying berkembang dari berbagai faktor
salah, dan takut sekolah, dan korban lingkungan yang kompleks. Tidak ada
merasa tidak ada yang menolong. faktor tunggal yang menyebabkan
Akhirnya korban mengasingkan diri dari munculnya bullying. Bullying dapat
sekolah, menderita ketakutan sosial, disebabkan oleh beberapa faktor bullying
bahkan cendrung ingin bunuh diri (Astuti, diantaranya individu, keluarga, sebaya,
2008). sekolah dan media. Faktor individu berupa
Berbagai bukti penelitian kepribadian, faktor keluarga berupa
menunjukan bahwa lebih kurang setengah pendisiplinan anak yang berlebihan atau
anak muda dengan kelainan gangguan pertengkaran. Faktor teman sebaya berupa

61
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

pembiaran pertengkaran sebaya dan faktor dialami sesuai pernyataan tersedia, dengan
sekolah berupa pengawasan disiplin yang dua pilihan jawaban pernah dan tidak
lemah seperti bentuk hukuman dari pernah. Untuk faktor bullying responden
sekolah yang tidak membangun serta juga diminta untuk menjawab pertanyaan
ada faktor peran media. Semua factor dengan dua pilihan jawaban ya atau tidak.
tersebut yang mengarah pada perilaku Analisis data yang digunakan pada
bullying. penelitian ini adalah distribusi frekuensi
Yusuf dan Haslinda (2018) dalam dan persentase dari masing-masing
penelitiannya juga menyebutkan bahwa variabel secara univariat.
faktor yang menyebabkan bullying yaitu
faktor eksternal atau lingkungan, antara HASIL
lain kurangnya pengawasan dari orang tua, Analisa Univariat
pola asuh orangtua, perilaku agresif dari 1. Bentuk Perilaku Bullying
rumah, mengadopsi hukuman fisik yang
didapatkan dari orang tua, memiliki teman Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
yang sering melakukan tindak kekerasan Berdasarkan Tindakan Bentuk-Bentuk
terhadap anakmlain, sebagai wujud balas Perilaku Bullying Yang Dilakukan Di
dendam. Dan faktor internal dari dalam SMPN X Kota Solok Tahun 2018
individu sendiri. No Perilaku Bullying f %
Oleh karena itu perlu dilakukan 1 Bullying Fisik
penelitian terkait gambaran faktor Menampar 34 43
penyebab terjadinya perilaku bullying Memukul 56 70.9
pada anak SMPN X Kota Solok. Menendang 48 60.8
Memalak 28 35.4
METODE Menginjak kaki 32 40.5
Penelitian bersifat deskriptif, untuk Melempar dengan 20 25.3
mengetahui gambaran faktor penyebab barang
bullying. Populasi dalam penelitian ini Meludahi 10 12.7
adalah seluruh siswa kelas VIII (jumlah 11 Menolak (tidak 29 36.7
kelas) di SMPN X Kota Solok sebanyak menerima)
381 orang. Pengambilan sampel dilakukan 2 Bullying Verbal
dengan teknik proporsional simple Memaki 46 58.2
random sampling, menggunakan rumus Menghina 31 39.2
Slovin didapatkan jumlah sampel 79 Menjuluki 46 58.2
orang. Selanjutnya siswa setiap kelas Meneriaki 38 48.1
diproporsionalkan, untuk diambil sebagai Mempermalukan 21 26.6
sampel sejumlah 21%. Sehingga sesuai didepan umum
jumlah siswa setiap kelas diperoleh jumlah Menuduh 25 31.6
sampel 79 orang. Menyoraki 38 48.1
Metode pengambilan data dilakukan Menebar gossip 10 12.7
dengan wawancara pada siswa kelas VIII, Menfitnah 12 15.2
menggunakan kuisioner. Kuisioner 3 Bullying Psikologis
didesain oleh peneliti berdasarkan Memandang sinis 29 36.7
referensi. Kuesioner membahas tentang (memandang rendah)
bentuk perilaku bullying yang pernah Memandang penuh 52 65.8
dilakukan oleh siswa dan faktor penyebab ancaman
dari perilaku bullying diantaranya faktor Mempermalukan 39 49.4
keluarga, faktor sekolah dan faktor teman didepan umum
sebaya. Untuk bentuk perilaku bullying Mendiamkan (tidak 62 78.5
responden diminta untuk menjawab yang memperdulikan)

62
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

Mengucilkan 41 51.9 Teman menerima 51 64.6


Meneror dengan 8 10.1 perbedaan
pesan pendek, Teman suka mengejek 61 77.2
telepon genggam Teman membolos 38 48.1
atau email Menggunakan kata- 58 73.4
Memelototi 28 35.4 kata kasar

Tabel 1 menunjukkan bahwa Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor


berdasarkan bentuk perilaku bullying penyebab bullying dari faktor keluarga
sebagian besar (70.9%) responden lebih sebagian (82.3%) responden karena
melakukan bullying secara fisik dalam melihat adanya keributan di rumah, dari
bentuk memukul, lebih sebagian (58.2%) faktor sekolah kurang dari sebagian
responden melakukan perilaku bullying (46.8%) responden karena sekolah
verbal dalam bentuk menjuluki, lebih mengacuhkan apabila ada masalah antar
sebagian responden (78.5%) melakukan siswa, dan dari faktor teman sebaya
bullying mental/ psikologis dengan menunjukkan bahwa lebih sebagian
mendiamkan (tidak memperdulikan). (77.2%) responden, karena teman suka
mengejek yang menyebabkan terjadinya
2. Faktor Penyebab Bullying perilaku bullying.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden PEMBAHASAN


Berdasarkan Faktor Penyebab Bullying Di Penelitian ini menunjukkan
SMPN X Kota Solok Tahun 2018 bullying fisik yang banyak dilakukan
No Faktor Penyebab f % adalah memukul (70.9%). Sejalan dengan
Bullying hasil analisis Kustanti (2015), bentuk
1 Faktor Keluarga perilaku bullying fisik yang paling banyak
Orang tua yang 42 53.2 dilakukan di SMP adalah memukul.
memaksakan Hermalinda (2017) juga mengungkapkan
kehendak bahwa bullying fisik yang banyak
Orang tua 22 27.8 dilakukan adalah mendorong siswa lain,
menggunakan melempar sesuatu dan menabrak siswa
kekerasan fisik lain. Menurut SEJIWA (2008), bullying
Melihat keributan di 65 82.3 secara fisik merupakan jenis bullying yang
rumah kasat mata, siapapun bisa melihatnya
Sering dianggap benar 14 17.7 karena sentuhan fisik antara pelaku
dalam masalah bullying dan korbannya. Perilaku ini dapat
2 Faktor Sekolah terjadi karena kebiasaan anak yang tidak
Hukuman sekolah 17 21.5 dapat mengontol tindakannya dan tidak
terlalu keras memikirkan akibat dari tindakannya.
Biasanya siswa melakukan tindakan ini
karena berbagai pemicu dari temannya.
Nasehat yang 13 16.5 Hasil penelitian ini didapatkan
bermanfaat bullying verbal yang banyak dilakukan
Sekolah 37 46.8 adalah menjuluki. Sesuai dengan analisis
mengacuhkan Kustanti (2015), bentuk perilaku bullying
masalah antar siswa verbal yang paling banyak dilakukan di
3 Faktor Teman Sebaya SMP adalah memanggil dengan nama
Mempunyai teman 58 73.4 julukan. Sama halnya dengan penelitian
sebaya/genk Hermalinda (2017) yang memaparkan
hampir sebagian perilaku bullying berupa

63
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

verbal, berupa 42.6% dengan memberikan melihat keributan di rumah (82.3%). Hal
julukan, 42.4% mengolok dengan sebutan. ini bisa disebabkan karena kurang mampu
Menurut SEJIWA (2008), bullying verbal keluarga dalam menyelesaikan masalah
merupakan bentuk perilaku yang dapat melalui musyawarah.
terdeteksi karena dapat tertangkap oleh Sedangkan untuk faktor penyebab
indra pendengaran. Hal ini terjadi karena terjadinya perilaku bullying dari faktor
kebiasaan bagi siswa yang menganggap sekolah Ariesto dalam Fransisca (2011)
biasa menjuluki seseorang itu. menyebutkan, bullying dapat berkembang
Hasil penelitian tentang bullying pesat dalam lingkungan sekolah yang
mental/psikologis yang paling banyak sering memberikan masukan negatif pada
ditemukan adalah mendiamkan. Hasil siswanya, misalnya berupa hukuman yang
analisis Kustanti (2015), bentuk perilaku bersifat tidak membangun sehingga tidak
bullying mental/ psikologis yang paling mengembangkan rasa menghargai dan
banyak dilakukan di SMP adalah menolak menghormati antar sesama anggota
berbicara. sekolah.
Faktor penyebab terjadinya Hasil observasi Asy’ari & Dahlia
bullying yaitu faktor eksternal dan internal. (2015), bahwa bullying dari faktor sekolah
Faktor internal adalah: (a) karakteristik bisa disebabkan karena kurangnya
kepribadian (b) kekerasan pada masa lalu tanggung jawab guru sebagai pendidik
dan (c) sikap orangtua yang memanjakan serta lemahnya pengawasan dari guru juga
anak sehingga tidak membentuk bisa membuat siswa mudah melakukan
kepribadian yang matang. Faktor eksternal tindakan bullying pada temannya ketika
adalah lingkungan sosial dan budaya proses pembelajaran.
(Hoover 1998, dalam Simbolon, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil
Ariesto dalam Fransisca (2011) penelitian, bahwa lemahnya pengawasan
mengungkapkan faktor penyebab dari sekolah seperti mengacuhkan apabila
terjadinya perilaku bullying dari faktor ada masalah antar siswa (46.8%). Hal ini
keluarga yaitu pelaku bullying yang bisa terjadi karena kepala sekolah jarang
biasanya berasal dari keluarga yang melakukan supervisi kelas atau mengawasi
bermasalah, seperti orang tua yang sering ketika guru sedang melakukan proses
menghukum anaknya secara berlebihan, pebelajaran, jam istirahat maupun jam
situasi rumah yang penuh stress, agresi dan kosong. Meskipun tugas kepala sekolah
permusuhan. bukan hanya mengawasi pekerjaan yang
Hasil analisis Lestari (2016), faktor dilakukan oleh tenaga pendidik, tetapi juga
keluarga yang besar dalam menyebabkan mengawasi perilaku siswa di sekolah
bullying yaitu keluarga yang tidak dalam upaya memberikan layanan yang
harmonis, peraturan rumah yang terlalu lebih baik pada peserta didik dan sekolah.
ketat. Tumon (2014) memaparkan pola Menurut Ariesto dalam Fransisca
asuh orangtua yang otoriter (10.6%) dan (2011), faktor penyebab terjadinya
orangtua yang sering bertengkar (4,8%) perilaku bullying dari faktor teman sebaya
membuat anak melampiaskan di luar yaitu disebabkan karena pada saat
rumah. Zakiyah (2017) memaparkan berinteraksi di sekolah maupun di
orangtua yang sering menghukum anak lingkungan sekitar rumah, kadang kala
berlebihan, pertengkaran orangtua membuat anak terdorong untuk
membuat anak meniru terhadap temannya. berperilaku bullying.
Hal ini sesuai dengan hasil Benites dan Justicia dalam Usman
penelitian yang diperoleh bahwa (2013) mengatakan bahwa kelompok
ditemukan perbedaan yaitu faktor teman sebaya yang memiliki masalah di
keluarga yang dominan dalam sekolah akan memberikan dampak yang
menyebabkan bullying yaitu anak sering negatif bagi sekolah seperti kekerasan,

64
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

perilaku membolos, dan rendahnya sikap bukan hanya pintar tapi juga berperilaku
menghormati kepada sesama teman dan baik. Perlu kerjasama dengan orangtua
guru. dalam menciptakan lingkungan yang
Hasil analisis Lestari (2016), kondusif di rumah dan sekolah demi masa
ditemukan bahwa dua dari tiga pelaku depan anak.
bullying yang diwawancarai memiliki
teman sebaya yang cendrung ke arah UCAPAN TERIMA KASIH
negatif. Mereka senang menggerombol
1. Kepala Sekolah SMPN X Kota Solok
dan hura-hura kemana saja mereka mau.
dan staf yang telah memfasilitasi
Di sana mereka cendrung tidak menerima
berlangsungnya penelitian ini
kehadiran orang lain di dalam genk
2. Responden yang telah bersedia
mereka. Begitu juga dengan hasil
berpartisipasi dalam penelitian ini.
penelitian Karina, dkk (2013) pada remaja
SMK di Kota Bogor didapatkan peran
kelompok sebaya berpengaruh negatif DAFTAR PUSTAKA
terhadap perilaku bullying remaja.
Semakin terikat remaja dengan sebayanya Astuti, Ponny Retno. (2008). Meredam
maka akan semakin tingi bullying: 3 cara efektif mengatasi
kecendrungannya terlibat dalam perilaku kekerasan pada anak. Gramedia
bullying. Widiaswara Indonesia.
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian, bahwa faktor penyebab Asy'ari, Hasyim & Dahlia, Lia, (2015).
terjadinya perilaku bullyimg dari faktor School Bullying Pada Siswa SMP
teman sebaya yaitu sebanyak 73,4% teman Al Fajar Ciputat Tangerang Selatan
menggunakan kata-kata kasar terhadap Banten. Jurnal Idaroh, Vol. 1, No.
sesama. Hal ini dapat disebabkan telah 1, Juni, 1 - 14 .
bercampurnya berbagai macam karakter Fransisca, Mudjijanti. (2011). School
dan daerah dari siswa di sekolah, dan pada Bullying dan Peran Guru dalam
tingkat SMP ini siswa sangat rentan untuk Mengatasinya. Naskah Krida
terpengaruh dengan perilaku dari teman Rakyat 12 Desember 2011.
mereka.
Hermalinda (2017). Hubungan
KESIMPULAN DAN SARAN Karakteristik Remaja dengan
Kesimpulan penelitian ini sebagai Perilaku Bullying pada Siswa SMP
berikut: bentuk bullying terbanyak secara di Kota padang. Jurnal
fisik yaitu memukul, secara verbal yaitu Keperawatan Sudirman. Vol 12 No
menjuluki dan secara mental dalam bentuk 1 Maret 2017.
mendiamkan (tidak memperdulikan).
Karina, Hastuti, Alfiasari. (2013). Perilaku
Berdasarkan faktor penyebab bullying
Bullying dan Karakteristik Remaja
didapatkan faktor keluarga yaitu sebagian
serta Kaitannya dengan
besar (82.3%) melihat adanya keributan di
Karakteristik Keluarga dan Peer
rumah, faktor sekolah yaitu kurang
Group. Jurnal Ilmiah Kel & Kons.
sebagian (46.8%) sekolah mengacuhkan
Januari 2013. Vol 6 No 1.
apabila ada masalah, serta faktor sebaya
yaitu lebih sebagian (77.2%) teman suka Kustanti, Erin Ratna. (2015). Gambaran
mengejek kepada sesama teman. Bullying Pada Pelajar Di Kota
Semarang. Jurnal Psikologi Undip
Diharapkan bagi pihak sekolah lebih
Vol.14 No.1 April 2015.
memberikan perhatian ekstra bagi siswa
terkait perilaku sehingga generasi bangsa

65
NERS: Jurnal Keperawatan, Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 60-66)

KPAI.go.id. (2014). KPAI: Kasus Bullying Stuart, G. W. (2013). Principles and


dan Pendidikan Karakter. Practice of Psychiatric Nursing (9
ed.). Missouri: Mosby, Inc
Lestari, Windy Sartika. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Penyebab Bullying Tololiu, T., Keliat, B.A., & Daulima, N. H.
Di Kalangan Peserta Didik. C (2011). An effective assertive
Repository.uinjkt.ac.id Diambil behaviour training in avoiding
dari bullying to adolescent at Depok,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspac Indonesia. Journal of Psychosocial
e/handle/123456789/33376 Nursing & Mental Health Services.
Harnas. (2015). Dibalik maraknya
Tumon, Matraisa Bara Asie. (2014). Studi
kekerasan di sekolah. Selasa, 22
Deskriptif Perilaku Bullying pada
September 2015 12:58 WIB
Remaja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Diambil dari
Universitas Surabaya Vol.3 No.11
http://www.harnas.co/2015/09/22/
tahun 2014.
di-balik-marak-kekerasan-di-
sekolah Usman, Irvan. (2013). Kepribadian,
Komunikasi, Kelompok Teman
Masdin. (2013). Fenomena Bullying
Sebaya,Iklim Sekolah, dan
dalam Pendidikan. Jurnal Al-
Perilaku Bullying. Jurnal
Ta'dib. Vol. 6 No. 2 Juli -
Humanitas (Indonesian
Desember 2013.
Psycological Journal). Vol 10 No 1
Parsons, L. (2009). Bullied teacher bullied Januari 2013
student. (Grace Worang,
Yusuf, Ahmad. Haslinda. (2018).
Penerjemah). Jakarta: PT Grasindo.
Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Anak: Optimalisasi
Rudi, T. (2010). Informasi perihal Peran Pendidik dalam Perspektif
bullying. Edisi Maret 2010. Hukum. Prosiding Seminar
Diakses Januari 2017. Nasional Pendidikan. STKIP Andi
https://bigloveadagio.files.wordpre Matappa Pangkep. 5 Mei 2018. Hal
ss.com/2010/03/informasi_perihal 158-173.
_bullying.pdf
Yusuf, Husmiati & Fahrudin, Heru.
SEJIWA. (2008). Mengatasi Kekerasan di (2012). Perilaku Bullying:
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Asesmen Multidimensi dan
Anak. Jakarta: Grasindo Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi
Undip Vol.11 No 2, Oktober 2012
Simbolon, M. (2012). Perilaku Bullying
Pada Mahasiswa Berasrama. Zakiyah, Ela Zain. (2017). Faktor Yang
Jurnal Psikologi, 39 (2), hlm. 233- Mempengaruhi Remaja Dalam
243. Melakukan Bullying. Jurnal
Penelitian & PPM. Vol 4 No 2 Juli
2017.

66

You might also like