You are on page 1of 14

POTRET KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG

PAKAIAN DI PASAR WISATA PURWODADI


KOTA PEKANBARU
Oleh:
BEDI
Pembimbing: Dra. INDRAWATI, M.Si
Jurusan Sosiologi ± Prodi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Riau
Pekanbaru
Kampus Bina Widya, Jl. H. R. Soebrantas KM 12,5 Simp. Baru
Kec. Tampan Kota Pekanbaru
Telp/Fax. : 0761 ± 63277

In this study the authors use survey research base with the type of descriptive
research. Sampling technique is done by simple random sampling. Primary data
obtained by observation and using questionnaires. The data analysis using
quantitative methods and frequency tables. Population and sample in this study was
the Merchants Clothes that are in the city of Pekanbaru Tourism Purwodadi Mart.
This study aims to determine the socio-economic life of street traders in the city of
Pekanbaru particularly clothing merchants and factors that encourage traders clothing
to immigrate to the city of Pekanbaru and why they chose that street merchants into a
job. The usefulness of this research into a particular entries Pekanbaru city
government in matters of employment and efforts to restrain the rate of growth,
especially migrants from outside the city of Pekanbaru, and this research is also
expected to be a reference and comparison to other studies related to this research.
Research results generally show that the clothing merchants dominated by ethnic
Minangkabau of West Sumatra. This clothing merchants do not need high education
and skills. From most of the clothing traders who perform the migration, the
permanent migrants (settled) on appeal circular migrants (not settle). The level of
income they earn an average of 100.000 - 200.000 day. Income they earn almost
meet their daily needs. Factors that drive to move and work as street vendors
(Clothier) in the city of Pekanbaru is based by 2 main things that is the driving factor
of the area of origin and pull factors of the city.

Kata Kunci: Clothier, Sosio Economic Life, Tourism Mart

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 1


PENDAHULUAN daerah perkotaan yang lazim kita kenal
Sosiologi pada hakikatnya dengan istilah Urbanisasi.
bukanlah semata-mata ilmu murni yang Pada umumnya konsep urbanisasi
hanya mengembangkan ilmu pengetahuan di artikan sebagai proses yang membawa
secara abstrak demi usaha peningkatan bagian yang semakin besar penduduk
kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi suatu negara berdiam di pusat perkotaan.
bisa juga menjadi ilmu terapan yang Mimpi untuk mengubah nasib dan
menyajikan cara-cara untuk mendapatkan kehidupan yang layak
mempergunakan pengetahuan ilmiahnya membuat arus urbanisasi di kota kian
guna memecahkan masalah praktis atau meningkat. Setiap tahun urbanisasi dan
masalah sosial yang perlu ditanggulangi berbagai bentuk perpindahan bentuk
(Horton dan Hunt, 1987:41). lainnya yang masuk ke kota pekanbaru
Sosiologi mempelajari perilaku semakin sulit dibendung. Bagi yang
sosial manusia dengan meneliti kelompok datang dan bekerja, ini akhirnya menjadi
yang dibangunnya. Kelompok tersebut beban berat bagi pemerintah kota.
mencakup keluarga, suku bangsa, Tak hanya masalah sosial seperti
komunitas dan pemerintahan, dan gelandangan dan sejenisnya, urbanisasi
berbagai organisasi sosial, agama, politik, juga berdampak pada masalah
bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi kependudukan dan masalah sosial lainnya.
mempelajari perilaku dan interaksi Di sati sisi kegiatan ekonomi dan sosial
kelompok, menelusuri asal usul penduduk yang dibarengi dengan
pertumbuhannya, serta menganalisis kebutuhan yang tinggi semakin
pengaruh kegiatan kelompok terhadap memerlukan ruang untuk meningkatkan
anggotanya. Masyarakat, komunitas, kegiatan penduduk sehingga
keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, menyebabkan semakin bertambahnya
mobilitas sosial, perubahan sosial, ruang untuk mendukung kegiatan sektor
perlawanan sosial, konflik, integrasi informal.
sosial, dan sebagainya adalah sejumlah Menurut Jayadinata (1999:146),
contoh ruang kajian sosiologi. Daerah karakteristik sektor informal yaitu
perkotaan merupakan wadah konsentrasi bentuknya tidak terorganisir, kebanyakan
pemukiman penduduk dari berbagai usaha sendiri, cara kerja tidak teratur,
kegiatan ekonomi dan sosial dan biaya dari diri sendiri atau sumber tak
mempunyai peran yang sangat penting resmi, dapatlah diketahui betapa
dalam kehidupan masyarakat. banyaknya jumlah anggota masyarakat
Perkembangan penduduk kota do negara yang memilih tipe usaha, karena mudah
sedang berkembang tidak saja dijadikan sebagai lapangan kerja bagi
mencerminkan pertambahan alami masyarakat strata ekonomi rendah yang
pendudk kota tetapi juga pertambahan banyak terdapat di negara kita terutama
arus penduduk dari desa ke kota yang pada kota besar maupun kota kecil.
cukup besar. Perpindahan arus penduduk Sejak terjadinya krisis ekonomi di
dari desa ke perkotaan yang sedang Indonesia pada tahun 1998 banyak sekali
berjalan di negara sedang berkembang kegiatan ekonomi yang cenderung beralih
sekarang ini sudah terjadi di Indonesia. pada sektor informal. Kegiatan ekonomi
Pertumbuhan penduduk kota disebabkan sektor informal salah satunya yaitu
oleh arus gerakan dari daerah pedesaan ke pedagang kali lima, hal ini bisa dilihat di
hampir semua kota-kota besar di

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 2


Indonesia, ini berkembang sangat pesat. ini adalah membantu mengatasi masalah
Terlebih selama krisis moneter pengangguran dan sumber PAD bagi
menyebabkan banyak industri gulung Pemerintah Kota Pekanbaru.
tikar, sehingga banyak terjadi pemutusan Perkembangan pedagang kaki lima
hubungan kerja atau PHK. Hal ini pada dari waktu ke waktu sangat pesat
gilirannya menambah angka jumlahnya, karena pedagang kaki lima
pengangguran baru, yang nanti nya akan dapat mudah untuk dijumpai
muncul fenomena-fenomena baru konsumennya daripada pedagang resmi
pedagang kaki lima, ini sebagai jalan yang kebanyakan bertempat tetap. Situasi
keluar dari pengangguran. Kemampuan tempat dan keramaian dapat dimanfaatkan
sektor informal dalam menampung tenaga oleh para pedagang untuk mengais rejeki
kerja didukung oleh faktor-faktor yang halal. Dari uraian tersebut dapat diketahui
ada. Faktor utama adalah sifat dari sektor bahwa sektor informal pedagang kaki limi
ini yang tidak memerlukan persyaratan mempunyai peranan penting untuk
dan tingkat keterampilan khusus, sektor meningkatkan perekonomian terutama
modal kerja, pendidikan ataupun sarana masyarakat ekonomi lemah dan sektor ini
yang dipergunakan semuanya serba juga menyerap tenaga kerja yang
sederhana dan mudah dijangkau oleh mempunyai keahlian relatif minim.
semua anggota masyarakat atau mereka Pedagang kaki lima selalu memanfaatkan
yang belum memiliki pekerjaan dapat tempat-tempat yang senantiasa dipandang
terlibat didalamnya. Salah satu sektor sebagai profit, misalkan pusat kota, tempat
yang kini menjadi perhatian pemerintah keramaian hingga tempat-tempat yang
Kota Pekanbaru adalah sektor tenaga kerja dinilai berpotensi untuk menjadi objek
yang sifatnya informal. wisata. Mereka hanya berfikir bahwa apa
Sektor kerja informal ini yang mereka lakukan adalah untuk
beroperasi pada tempat-tempat tertentu di mencari nafkah tanpa memperdulikan hal-
setiap pusat keramaian di kota Pekanbaru. hal yang lain. Disatu sisi keberadaan
Ada beberapa komunitas pedagang kaki pedagang kaki lima mampu menyerap
lima yang ada di kota Pekanbaru, salah tenaga kerja dalam jumlah yang cukup
satunya adalah komunitas Pedagang besar serta menyediakan kebutuhan
Pakaian di Pasar Wisata Purwodadi Kota hidupbagi masyarakat. Tetapi lain hal
Pekanbaru. Pada awalnya pedagang keberadaan pedagang kaki lima dianggap
pakaian ini beroperasi di jalan H.R mengganggu keindahan dan ketertiban
Soebrantas Kelurahan Sidomulyo Barat , lingkungan kota. Inilah yang membuat
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Para pemerintah turun tangan dalam
pedagang ini menjajakan dagangan nya di permasalahan ini. Campur tangan
emperan toko dan pelataran parkir toko pemerintah dalam hal ini mempengaruhi
yang tak ayal membuat kemacetan di ruas pola kehidupan pedagang kaki lima. Dari
jalan H.R Soebrantas tersebut, dan oleh fenomena diatas, maka penulis tertarik
pemerintah kota Pekanbaru, pedagang ini XQWXN PHQHOLWL PDVDODK ³3RWUHW .HKLGXSDQ
ditertibkan dan dibuat sebuah komunitas Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Wisata
baru yaitu Pasar Wisata Purwodadi. Pasar 3XUZRGDGL .RWD 3HNDQEDUX´ 'LPDQD
wisata purwodadi ini terletak dijalan kawasan ini banyak terdapat para
purwodadi sekitar lima puluh kilometer pedagang/ pedagang pakaian.
dari jalan H. R Soebrantas. Sebuah sisi
positif dari keberadaan pedagang pakaian

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 3


Sesuai dengna latar belakang c. Diharapkan juga hasil penelitian ini
masalah yang ada, maka dapatdirumuskan dapat menjadi rujukan penelitian
permasalahannya sebagai berikut: lain yang berhubungan dengan
1. Faktor-faktor yang mendorong para penelitian ini.
pendatang untuk memilih pekerjaan d. Hasil penelitian diharapkan menjadi
sebagai pedagang pakaian di pasar bahan pengembangan dan
wisata purwodadi kota pekanbaru. pengkajian konsep-konsep tentang
2. Bagaimanakah Gambaran dari berbagai aspek dalam upaya
Pedagang Kaki Lima Khususnya pemberdayaan ketenagakerjaan agar
Pedagang Pakaian di Pasar Wisata mampu berjalan secara optimal
Purwodadi Kota Pekanbaru.
LANDASAN TEORI
Berdasarkan permasalahan yang Konsep Dasar
ada, maka tujuan penelitian ini adalah: Salah satu tantangan pembangunan
di Indonesia saat ini adalah mengatasi
a. Untuk mengetahui faktor-faktor
masalah pengangguran dan kesempatan
yang mendorong para pendatang
kerja. Sulitnya mengatasi masalah tersebut
bekerja sebagai Pedagang kaki Lima
karena jumlah pencari kerja relative
(PKL) di Pasar Wisata Purwodadi
banyak, sementara mutu pendidikan dan
Panam.
keterampilannya rendah atau tidak sesuai
b. Untuk mengetahui keadaan sosial
dengan permintaan lapangan kerja karena
ekonomi para pendatang yang
persaingan dalam arena pasar kerja yang
bekerja sebagai Pedagang Kaki
melibatkan pencari kerja dengan
Lima (PKL) khususnya pedagang
kemampuan memadai yang dibutuhkan
pakaian di Pasar Wisata Purwodadi
oleh sektor formal sangat tinggi. Bertolak
Purwodadi.
dari keadaan inilah, sektor formal menjadi
kantong penyangga bagi para pencari
Adapun manfaat yang bisa diambil
kerja yang kurang kompetitif tersebut
dari penelitian ini adalah:
sehingga aktifitas pada sektor ini
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
termanifestasi dalam banyak bentuk usaha
menjadi bahan masukan bagi
seperti perdagangan, industri kecil,
pemerintah khususnya pemerintah
macam-macam jasa dan sebagainya.
kotamadya Pekanbaru dalam
mengatasi masalah ketenagakerjaan
Sektor Informal
dan upaya menahan laju
Konsep sektor informal pertama
pertumbuhan penduduk yang berasal
kali dipergunakan oleh Keirt Hard dari
dari daerah lain disekitar kota
University of Manchester pada tahun 1973
Pekanbaru.
yang menggambarkan bahwa sektor
b. Diharapkan dapat memberikan
informal adalah bagian angkatan kerja di
gambaran yang jelas mengenai
kota yang berbeda di luar pasar tenaga
kondisi kehidupan sosial ekonomi
kerja yang terorganisir. Kemudian konsep
pedagang kaki lima, sehingga
informal dikembangkan oleh ILO dalam
pemimpin lembaga atau institusi
berbagai penelitian di Dunia Ketiga.
dapat mengambil langkah-langkah
Konsep itu digunakan sebagai salah satu
dalam hal penanganan masalah yang
alternatif dalam menangani masalah
ditimbulkan oleh pedagang kaki
kemiskinan di Dunia Ketiga dalam
lima.

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 4


hubungannya dengan pengangguran, bentuk hubungan seseorang atau
migrasi dan urbanisasi. segolongan orang dalam menciptakan
hidup bermasyarakat.
Sedangkan menurut Hidayat (1997),
sektor informal adalah lawan dari sektor Sedangkan kata ekonomi dalam
formal yang diartikan sebagai suatu sektor pengertian umum berarti mengatur rumah
yang terdiri dari unit usaha yang telah tangga. Rumah tangga yang dimaksud
memperolah proteksi ekonomi di disini bukan berarti rumah tangga dalam
pemerintah, sedangkan sektor informal pengertian sehari-hari, tetapi mempunyai
adalah unit usaha yang tidak memperoleh arti yang cukup luas. Dimana pengertian
proteksi ekonomi dari pemerintah. rumah tangga secara luas yaitu bentuk
Sementara itu Breman (dalam Manning, kerja sama antar manusia yang ditujukan
1991) menyatakan bahwa: untuk mencapai kemakmuran, yaitu segala
kemampuan manusia untuk memenuhi
³6Hktor informal adalah kumpulan
berbagai macam kebutuhan hidupnya dan
pedagang dan pedagang jasa kecil yang
sebaik-baiknya dengan mempergunakan
dari segi produksi secara ekonomi telah
alat pemuas kebutuhan itu sendiri yang
begitu menguntungkan, meskipun mereka
secara terbatas. Dengan demikian dapat
menunjang kehidupan bagi penduduk
dikatakan bahwa kehidupan ekonomi lebih
\DQJ WHUEHOHQJJX NHPLVNLQDQ´
menitik beratkan pada hubungan antar
Mengenai struktur informasi ini kenyataan hidup seseorang dengan tingkat
Breman (dalam Manning, 1991) kehidupannya yang pada umumnya
menambahkan bahwa sektor informal ditentukan oleh jumlah dan mutu barang
merupakan suatu istilah yang mencakup dan jasa yang dipergunakan oleh
GDODP LVWLODK ³XVDKD VHQGLUL´ PHUXSDNDQ seseorang sebagai suatu kebutuhan.
jenis kesempatan kerja yang kurang Terwujudnya kehidupan sosial ekonomi
terorganisir, sulit dicacah, sering seseorang tidak terlepas dari usaha-usaha
dilupakan dalam sensus resmi, persyaratan manusia itu sendiri dengan segala daya
kerjanya jarang dijangkau oleh aturan- dan upaya yang ada serta dipengaruhi oleh
aturan hukum. Mereka adalah kumpulan beberapa faktor pendorong antara lain
pedagang, pekerja yang tidak terikat dan dorongan untuk mengembangkan diri dari
tidak terampil, serta golongan-golongan kelompok. Semuanya terlihat dalam
lain dengan pendapatan rendah dan tidak bentuk hasrat, kehendak, kemauan, baik
tetap, hidupnya serba susah dan semi secara pribadi maupun yang sifatnya
kriminal dalam batas-batas perekonomian kelompok sosial.
kota.
Kehidupan sosial ekonomi dalam
Kata sosial dalam pengertian pengertian umum menyangkut beberapa
umum berarti segala sesuatu mengenai aspek yaitu pendidikan, kepercayaan,
masyarakat atau kemasyarakatan. Soejono status perkawinan, keadaan perumahan,
Soekamto (1983:464) mengemukakan kesehatan, status pekerjaan dan
EDKZD ³VRVial adalah berkenaan dengan penghasilan. Sedangkan Melly G.Tang
prilaku atau yang berkaitan dengan proses mengemukakan bahwa kehidupan sosial
soVLDO´ -DGL VRVial berarti mengenai ekonomi dalam ilmu kemasyarakatan
keadaan masyarakat. Dengan demikian sudah lazim mencakup tiga unsur, yaitu
dapat dikatakan bahwa kehidupan sosial pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan.
berarti suatu fenomena atau gejala akan

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 5


Ilmu ekonomi yang saling Sedangkan menurut Wirosardjono
bertumpang-tindih dengan ilmu-ilmu (1985) sektor informal mempunyai ciri-
sosial dan prilaku lain seperti, psikologi, ciri sebagai berikut:
sosiologi, dan sejarah, menggunakan 1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik
metode-metode deduktif yang logika dan dalam waktu, permodalan maupun
geometri, serta metode induktif yaitu permintaan
statistik dan empiris. Oleh karena pakar 2. Tidak tersentuh oleh peraturan atau
ekonomi tidak melakukan eksperimen ketentuan yang ditetapkan oleh
yang terkendali seperti halnya pakar ilmu pemerintah sehingga kegiatannya
fisik, maka setiap pakar ekonomi harus bias sering dikatakan liar
memecahkan masalah-masalah 3. Modal, peralatan dan perlengkapan
metodologi yang mendaras, yaitu berusaha maupun omsetnya biasanya kecil
memisahkan dengan tegas deskripsi dari dan diusahakan atas dasar hitungan
pertimbangan nilai, menghindari harian.
kekeliruan post hoc dan kekeliruan 4. Tidak mempunyai keterikatan
komposisi, mengakui adanya subjektivitas dengan usaha besar.
yang tidak terelakkan dalam teori 5. Umumnya dilakukan oleh dan
observasi. Aktivitas ekonomi secara sosial melayani golongan masyarakat yang
didefinisikan sebagai aktivitas ekonomi berpendapatan rendah.
yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan 6. Tidak membutuhkan keahlian dan
sebaliknya mereka mempengaruhinya. keterampilan khusus sehingga dapat
Perspektif ini digunakan oleh Ibnu menyerap bermacam-macam tingkat
Khaldun dalam menganalisis nilai pekerja pendidikan tenaga kerja.
manusia, dalam arti mata pencaharian dan 7. Umumnya tiap suatu usaha
stratifikasi ekonomi sosial. memperkerjakan tenaga sedikit dan
dari hubungan keluarga, kenalan,
atau berasal dari daerah yang sama.
Ciri-Ciri Sektor Informal 8. Tidak mengenal suatu perbankan,
Pendapat lain juga dikemukakan pembukuan, perkreditan dan
oleh Hidayah (dalam Dahriani, 1995:22) sebagainya.
yang mengemukakan beberapa faktor Urip Soewarno dan Hidayat
pelengkap dari ciri-ciri sektor informal mengemukakan 11 ciri dari sektor
WHUVHEXW \DLWX ³)DNWRU SHOHQJNDS WHUVHEXW informal yang garis besarnya hamper
adalah modal sukar diperoleh; kredit bila sama seperti yang dikemukakan oleh
tersedia terutama dari lembaga keuangan Wirosardjono. Kesebelas ciri tersebut
tidak resmi. Selain itu, tidak ada peranan adalah:
serikat buruh (trade union), hubungan 1. Aktifitas pada sektor ini tidak
kerja berdasarkan saling mempercayai terorganisir secara baik karena tidak
antar majikan dan karyawan/pekerja, hasil melalui institusi yang ada;
produksi tersedia dalam persediaan 2. Kebijaksanaan pemerintah tidak
terbatas serta mulut-mulut berbeda dan sampai pada sektor ini, maka sektor
tidak ada atau hanya sedikit diperoleh informal tidak mempunyai
EDQWXDQ SHPHULQWDK´ hubungan langsung dengan
pemerintah;

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 6


3. Pada umumnya setiap unit usaha informal benar-benar merupakan sumber
tidak mempunyai izin usaha dari penghidup baru yang tidak menuntut
pemerintah; persyaratan terlalu berat dari pada
4. Pola kegiatan tidak teratur baik peminatnya.
dalam arti tempat atapun jam kerja; Konsep Operasional
5. Unit usaha pada sektor ini mudah
keluar masuk dari sub sektor ke lain Konsep operasional diartikan
sub sektor; sebagai sesuatu yang mengungkapkan
6. Teknologi yang digunakan termasuk pentingnya gejala-gejala, agar gejala yang
ke dalam teknologi yang sederhana; dimaksud dapat jelas dan terbentuk secara
7. Modal dan perpustakaan usaha sistematis. Konsep berasal dari definisi,
relatif kecil, maka skala operasi unit sedangkan definisi adalah sistem
usaha ini kecil pula; terminologi yang berbentu kalimat,
8. Skala operasinya kecil dan tingkat lambang atau rumus dimana kesemuanya
teknologinya sangat sederhana, ini menunjukkan gejala sebagaimana yang
maka untuk mengelola usaha tidak dimaksud dalam konsep.
diperlukan tingkat pendidikan Supaya memudahkan penelitian
tertentu, bahkan keahliannya didapat ini, maka penulis memberikan batasan-
dari sistem pendidikan non formal batasan konsep dan pengukuran yang
dan pengalaman; nantinya akan dipergunakan.
9. Kebanyakan unit usaha ini termasuk 1. Sektor informal, yaitu usaha sendiri
dalam one-man enterprice atau kalau yang tidak memiliki izin resmi, modal
mempunyai buruh, maka buruh relatif kecil, teknologi sederhana,
tersebut berasal dari lingkungan tidak menunut keterampilan khusus
keluarganya dan unit tersebut dan hanya mengandalkan tenaga kerja
dinamakan family enterprice; keluarga.
10. Sumber dana untuk modal tetap atau 2. Pendapatan, yaitu rata-rata
modal kerja kebanyakan berasal dari penghasilan bersih yang diperoleh
tabungan sendiri dan dari sumber sebagai keuntungan dari kegiatan
keuangan tidak resmi; berdagang yang dilakukan setiap
11. Hasil produksi dan jasa dari sektor bulannya. Ukurannya adalah:
ini dikonsumsikan oleh golongan x Tinggi : > Rp. 3.000.000,-/bulan
berpenghasilan rendah dan kadang- x Sedang : Rp. 1.500.000 ± Rp.
kadang oleh golongan menengah 3.000.000,-/bulan
keatas (Urip, 1978:425-427) x Rendah : < Rp. 1.500.000,-/bulan
Diantara kedua konsep pendirian 3. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan
sektor informal yang telah dikemukakan terakhir pedagang kaki lima.
oleh Wirosardjono dan Urip Soewarno lah Ukurannya adalah:
yang agak mendekati ketegasan. Dengan x Tinggi : Tamatan Akademi atau
ciri-ciri seperti yang dipaparkan diatas, Perguruan Tinggi
maka pendapat diatas semakin jelas bahwa x Sedang : Tamatan SLTA/SMU
pedagang kaki lima menjadi salah satu x Rendah : Paling tinggi tamatan
bagian dari sektor informal. Dengan ciri- SLTP/SMP
ciri yang dimiliki oleh sektor informal, 4. Jumlah tangungan, yaitu jumlah
maka pencari kerja serta pendatang baru anggota keluarga yang ditanggung
dengan mudah dapat memasukinya.sektor oleh pedagang. Ukurannya adalah:

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 7


x Besar : Apabila tanggungan motivasi dan keadaan social ekonomi
keluarga > 5 orang pedagang kaki lima khususnya pedagang
x Sedang : Apabila Pakaian di Pasar Wisata Purwodadi Jl.
tanggungan keluarga 3 ± 5 orang H.R Soebrantas.
x Kecil : Apabila tanggungan Lokasi dan WaktuPenelitian
keluarga < 3 orang
5. Lokasi berjualan, yaitu tempat yang Waktu penelitian ini yaitu pada
dipilih oleh para pedagang kaki lima awal bulan Januari 2013. Lokasi penelitian
untuk menjual barang dagangannya. adalah kelurahan Sidomulyo, yang
Strategis : Dipinggir jalan, ramai terdapat dikecamatan, dimana diwilayah
dikunjungi pembeli, aman dari ini banyak terdapat pedagang pakaian
petugas ketertiban maupun yang sebagai salah satu pekerjaan di
preman pasar atau tukang palak, sektor informal.
memiliki izin lokasi tidak resmi Polpulasi dan Teknik Penentuan
Kurang strategis : Pembeli Sampel
sedikit, banyak saingan, tempat
berjualan saling berdekatan Populasi dalam hal ini adalah semua
antara sesama pedagang kaki peagang kaki lima yang berada di
lima, tidak memiliki izin lokasi, kecamatan Sidomulyo, khususnya bagi
jarang terkena penertiban dari para pedagang pakaian. Yaitu sebanyak 10
petugas keamanan orang.
Tidak strategis : Dekat Teknik penetuan sampel yang
dengan pusat perbelanjaan digunakan adalah Simple Random
sejanis, rawan akan preman atau Sampling yaitu populasi tidak dipilih-pilih
tukang palak, sering terjaring namun ditentukan secara acak atau di
razia, tidak memiliki izin lokasi stratakan terlebih dahulu semua warga
usaha. tersebut agar menghilangkan penilaian
subjektif orang lain, dan jumlah responden
yang dijadikan sampel adalah 30 orang
METODE PENELITIAN yang diharapkan dapat mewakili populasi.
Dasar Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Dasar penelitian yang dilakukan a. Observasi
dengan menggunakan metode survei Penulis melakukan pengamatan
sebagai dasar penelitian. Dimana langsung dilapangan untuk
informasi dikumpulkan dari sebagian mendapatkan data yang diperlukan
individu untuk mewakili sebagian dan secara langsung mengadakan
populasi dan memperoleh suatu laporan penelitian terhadap sasaran dan objek
kejadian, perkembangan atau situasi masalah untuk mengetahui
secara lengkap dan terperinci dari objek objektifitas dari kenyataan yang ada
yang yang di teliti. dengan berdasarkan pada perencanaan
Tipe Penelitian yang sistematis.
b. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
Tipe penelitian ini adalah
Untuk memperoleh data secara jelas
deskriptif yang dilakukan untuk
dari responden yang dapat dijadikan
mendapatkan gambaran terperinci tentang
pegangan dari data yang diperlukan

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 8


untuk mengetahui lebih jauh Kemudian bedasarkan Peraturan
mengenai permasalahan yang diteliti Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru No. 3
sehingga dapat memudahkan untuk Tahun 2003 tentang Pembentukan
menganalisa data yang ada dan Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan
sebagai pedoman. Tenayan Raya, Kecamatan Payung
c. Analisa Data Sekaki, dan Kecamatan Rumbai Pesisir
Teknik analisa data yang digunakan menjadi 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan
adalah metode kuantitatif, dengan atau Desa. Maka dibentuklah kecamatan
menggunakan tabel frekuensi baru yang bertujuan agar terciptanya tertib
berdasarkan jawaban yang diperoleh pemerintahan dan pembinaan wilayah
dari responden maupun informasi dan yang cukup luas.
setiap jawaban dari responden atau
data-data yang didapatkan, c. Kependudukan
dikelompokkan dan dianalisa dengan Semakin meningkatnya kegiatan
melihat tingkat persentase. pembangunan di Kota Pekanbaru
menyebabkan meningkatnya usaha di
Gambaran Umum Daerah segala bidang yang pada akhirnya
a. Letak Geografis meningkatkan tuntutan dan kebutuhan
Letak Kota Pekanbaru secara masyarakatterhadap penyediaan fasilitas
geografis sangat strategis ditengah- dan utilitas perkotaan serta kebutuhan
tengah pulau Sumatera dan merupakan lainnya.
daratan yang mudah untuk Sebagaimana diketahui penduduk
dikembangkan, dengan ketinggian dari merupakan modal dasar pembangunan
permukaan air laut berkisar 5 ± 50 suatu daerah bila berkualitas baik, tapi
Meter. Posisi Kota Pekanbaru terletak sebaliknya penduduk yang besar akan
antara 1010 14 - 1010 34 Bujur Timur menjadi beban pembangunan jika laju
dan 00 25 - 00 Lintang Utara. pertumbuhan tinggi, idak terkendali dan
Adapun batas-batas Kota Pekanbaru kualitasnya rendah sehingga menyebabkan
adalah sebagai berikut: tidak seimbangnya antara jumlah yang
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan besar dengan daya dukung lingkungan.
Kabupaten Siak Sri Indrapura Kepadatan penduduk Kota Pekanbaru
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan dengan jumlah penduduk paling besar
Kabupaten Kampar yaitu berada di Kecamatan Marpoyan
3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Damai dengan jumlah 109.898 (Seratus
Kabupaten Kampar Sembilan Ribu Delapan Ratus Sembilan
4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Puluh Delapan) Jiwa. Sedangkan
Kabupatem Pelalawan. kecamatan dengan penduduk yang paling
sedikit jumlahnya adalah Kecamatan Sail
b. Luas Wilayah dengan jumlah 22.346 (dua puluh dua ribu
Pekanbaru yang pada mula nya adalah tiga ratus empat puluh enam) jiwa.
sebuah dusun atau perkampungan kecil,
kemudian tumbuh menjadi kota d. Kegiatan Perekonomian
berpendudukan puluhan ribu pada tahun Salah satu fungsi Kota Pekanbaru
1960-an, memasuki tahun 2004, kota yang adalahsebagai pusat perdagangan atau
sebelum perluasan, luasnya hanya 62,96 pusat perekonomian, baik untuk Kota
KM2, dan hanya terdiri dari 6 kecamatan. Pekanbaru maupun untuk Provinsi Riau

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 9


pada Umumnya, dengan adanya bidang Pada tabel berikut ini dapat dilihat
usaha atau sector usaha yang beraneka daearah asal para responden yang bekerja
ragam telah menyebabkankomposisi mata sebagai pedagang Pakaian di Pasar Wisata
pencaharian masyarakat Kota Pekanbaru Purwodadi Kota Pekanbaru:
yang heterogen, terpencar dalam berbagai
sektor pekerjaan. Tabel 1 : Distribusi Responden
Menurut Daerah Asal pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Pedagang Pakaian di Pasar Wisata
Identitas Responden Purwodadi Kecamatan Tampan
Berdasarkan judul penulisan, maka Kota Pekanbaru
dalam melakukan penelitian penulis No Daerah Asal Frekuensi Persentase
memilih responden yaitu para pedagang
1 Riau 6 20.00%
Pakaian yang ada di Pasar Wisata
Purwodadi Kecamatan Tampan Kota 2 Sumatera Barat 16 53.33%
Pekanbaru dan yang melakukan migrasi 3 Sumatera Utara 3 10.00%
ke kota Pekanbaru yang telah dipilih 4 Jawa 4 13.33%
secara acak atau simple random sampling.
5 DLL 1 3.33%
Para pedagang Pakaian yang ada di Pasar
Wisata Purwodadi Kecamatan Tampan JUMLAH 30 100.00%
kota Pekanbaru berasal dari daerah yang
ada di Pekanbaru yang penulis dapatkan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
adalah mereka yang berada di Kecamatan responden yang berasal dari Pekanbaru
Tampan dan Kecamatan lain di Kota ada 6 responden (20.00%), Daerah Asal
Pekanbaru. Sumatera Barat ada 16 responden
Daerah asal merupakan tempat (53.33%), Daerah Sumatera Utara ada 3
kelahiran seseorang. Tempat awal responden (10.00%), Daerah Asal Jawa
sebelum melakukan migrasi ke daerah ada 4 responden (13.33%), Dan Daerah
tujuan. Biasanya alasan seseorang untuk Asal Lainnya ada 1 responden (3.33%).
meninggalkan daerah asal mereka Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata
disebabkan oleh keinginan untuk pedagang Pakaian yang ada di Pasar
memperbaiki taraf hidup khususnya dari Wisata Purwodadi Kota Pekanbaru pada
segi perekonomian. Di daerah asal yang umumnya berasal dari Daerah Sumatera
sarana dan prasarananya sangat minim Barat dan Pekanbaru.
juga menjadi salah satu alasan seseorang Umur Respoden
melakukan perpindahan. Setiap individu
Umur merupakan hal yang penting
dalam suatu masyarakat memang selalu
bagi kehidupan manusia, karena sebagai
memiliki hak hidup lebih baik berupa
batasan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dan pendidikan. Untuk itulah,
kegiatan dalam kehidupannya dan tinggi
sangat sering dijumpai seseorang
rendahnya umur menentukan kapan
melakukan migrasi ke kota-kota besar
seseorang dapat bekerja. Umur juga
yang menjanjikan mereka untuk
merupakan modal dasar dalam kehidupan,
mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
dalam banyak jenis pekerjaan standar usia
Kota-kota besar seringkali digambarkan
menjadi syarat penerimaan dan menjadi
sebagai tempat yang tepat untuk
batas bagi seseorang untuk bekerja,
memperbaiki kehidupan sosial dan
berhenti dari pekerjaan oleh karena faktor
ekonomi seseorang.

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 10


umur yang tidak memungkinkan lagi Perpindahan penduduk dari desa ke
untuk bekerja. Oleh karena itu perbedaan kota banyak dipengaruhi oleh informasi
umur seseorang selalu menunjukkan tentang kota, setidaknya berita yang
adanya kematangan dalam berfikir, juga mereka dapatkan tentang kota menjadi
kekuatan fisik dalam beraktivitas. bekal bagi mereka untuk memulai
kehidupan di kota. Dengan melakukan
Latar Belakang Kehidupan Sosial perpindahan penduduk ke Pekanbaru para
Suku Bangsa pendatang yang berasal dari daerah lain
Sebagaimana kita ketahui bahwa yang nantinya akan bekerja di sektor
bangsa Indonesia memiliki bermacam- informal sebagai pedagang Pakaian tentu
macam suku bangsa yang tersebar di tanah mereka tidak langsung pindah begitu saja
air. Tabel berikut ini dapat dilihat suku tanpa ada yang memberi dorongan baik
bangsa yang ada pada para Pedagang dari diri sendiri maupun orang lain.
Pakaian di Pasar Wisata Purwodadi Kota Tabel Distribusi Responden Menurut
Pekanbaru. yang Memberikan Dorongan Agar
Pindah Ke Kota Pekanbaru
Tabel 4 : Distribusi Responden
Yang Memberikan
Menurut Suku Bangsa pada No Frekuensi Persentase
Dorongan
Pedagang Pakaian di Pasar Wisata 1
Diajak oleh Sanak
8 26.67%
Purwodadi Kecamatan Tampan Keluarga
Mendengar Cerita
Kota Pekanbaru 2 dari Orang dan 3 10.00%
Diajak oleh Teman
No Suku Bangsa Frekuensi Persentase
3 Kemauan Sendiri 13 43.33%
1 Melayu 5 16.67%
Dorongan dari Istri
2 Jawa 6 20.00% 4 6 20.00%
/ Suami
3 Batak 3 10.00% JUMLAH 30 100.00%
4 Minangkabau 16 53.33% Pada tabel di atas terlihat bahwa
5 Dan Lain-lain 0 00% adanya ajakan dari sanak keluarga untuk
JUMLAH 30 100.00% pindah ke kota Pekanbaru sebanyak 8
responden (26.67%), Faktor Mendengar
Dari data di atas menunjukkan bahwa cerita dari orang dan diajak oleh teman
di Pasar Wisata Purwodadi Kota sebanyak 3 reponden (10.00%), Faktor
Pekanbaru para pedagang pakaian Kemauan Sendiri sebanyak 13 responden
terdapat 4 suku bangsa, yaitu suku (43.33%), dan Faktor Dorongan dari
Melayu, Jawa, Batak dan Minang Kabau. istri/suami sebanyak 6 responden
Menurut hasil penelitian yang diperoleh (20.00%). Faktor yang sangat
bahwa suku minang Kabau menempati mempengaruhi para pendatang khususnya
jumlah terbanyak pada pedagang pakaian para pedagang pakaian di Pasar Wisata
di Pasar Wisata Purwodadi Kota Purwodadi ini untuk Pindah ke Kota
Pekanbaru, yaitu 16 responden (53.33%), Pekanbaru adalah adanya kemauan
suku jawa 6 responden (20.00%), suku sendiri, selanjutnya faktor dari sanak
melayu 5 responden (16.67%) dan keluarga.
selanjutnya nya suku batak 3 reponden Akan tetapi peranan sanak keluarga
(10.00%). yang ada di kota Pekanbaru mempunyai
pengaruh yang sagat besar untuk pindah
Proses Perpindahan ke Kota Pekanbaru ke kota Pekanbaru. Mulanya hanya

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 11


mendapatkan informasi tentang keadaan Persaingan hidup di kota sangat
kota, kemudian diajak untuk berkunjung tinggi, sehingga banyak yang berusaha
ke kota dan milihat langsung keadaan untuk
yang sebenarnya, sehingga akhirnya mencari pekerjaan tambahan untuk
memutuskan untuk pindah ke kota mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pekanbaru, ini menunjukkan bahwa Disamping sebagai pedagang pakaian di
besarnya peranan sanak keluarga dan Pasar Wisata Purwodadi yang lazimnya
teman di kota dalam memberi informasi beroperasi sore hingga malam harinya,
bagi para migran dari daerah lain, juga para pedagang ini juga melakukan
dalam mengajak dan menemani responden aktifitas pekerjaan lain di pagi hingga sore
ke kota untuk pertama kalinya. harinya sebelum melakukan pekerjaan
Status Perkawinan sebagai pedagang pakaian. Dan ada pula
Perkawinan adalah suatu hubungan yang berjualan pakaian keliling sebelum
yang sah dari dua orang yang berlainan berjualan di Pasar Wisata Purwodadi ini.
jenis. Seseorang cenderung mancari
pekerjaan disebabkan karena adanya status Keadaan Tempat Tinggal
perkawinan. Seseorang yang telah Tempat tinggal adalah tempat
menikah tentunya memiliki tanggung berlindung dari pengaruh cuaca di
jawab yang besar dibandingkan dengan luar,tempat istirahat dan sebagainya,
seseorang yang belum menikah. maupun sebagai tempat berkumpulnya
manusia atau keluarga dalam kehidupan
Pendapatan Sebagai Pedagang Pakaian sehari-hari, sehingga tempat tinggal
Berbagai jenis aktivitas manusia merupakan salah satu kebutuhan pokok
tentunya mengharapkan imbalan, apalagi bagi kehidupan manusia.
yang bernilai ekonomi tentunya. Imbalan
yang dimaksud adalah pendapatan yang Hubungan Sosial Di Kota Pekanbaru
diperoleh pedagang kaki lima dalam Migrasi desa-kota dari suatu tempat
bentuk uang atau penghasilan dari ke tempat lain, yang dilakukan para
pekerjaan yang telah mereka lakukan pendatang Pakaian tentunya secara penuh
dalam bentuk pedagang pakaian terlibat dalam kehidupan perkotaan,
khususnya. khusunya Kota Pekanbaru. Mereka juga
Penghasilan yang mereka dapatkan berintegrasi dan berinteraksi dengan para
tergantung tempat mereka berjualan, jenis penduduk Kota Pekanbaru lainnya, juga
pakaian yang mereka perdagangkan dan pada teman-teman, rekan sesama
modal dari usaha pedagang pakaian Pedagang Pakaian,sesama daerah asal dan
tersebut. Dari hasil survey yang dilakukan, terutama pada sanak saudara yang berada
rata-rata yang memiliki penghasilan tinggi di Kota Pekanbaru.
yang berada disekitar bagian depan
deretan tempat mereka berjuala, hal ini KESIMPULAN DAN SARAN
dikarenakan modal usaha yang besar Kesimpulan
untuk mendapatkan tempat yang strategis. Berdasarkan data-data yang diperoleh
Tempat yang strategis dan lumayan besar dari para responden yang telah
tergantung dari harga sewa tempat memberikan keterangan secara terinci
tersebut. kepada penulis tentang yang berkenan
Pekerjaan Sampingan dengan motivasi dan keadaan sosial
ekonomi pedagang kaki lima yang berada

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 12


di kota Pekanbaru. Setelah data tersebut mencarika alternatif lain untuk tetap
dianalisa secara kuantitatif maka dapat memperoleh penghasilan. Bagi
ditarik kesimpulan sebagai berikut: pemerintah daerah tindakan yang
1. Faktor yang mendorong para dilakukan bukanlah menertibkan dan
pendatang dari asal sebagai penjual mengusir seperti yang dilakukan
Pakaian sebagai suatu pekerjaan, beberapa tahun dan beberapa bulan
yaitu: yang lalu. Tetapi sebaiknya
Adanya dorongan untuk bekerja di pemerintah mengadakan pembinaan
kota dan ajakan untuk bekerja sebagai sebagai unit usaha yang bertujuan
penjual Pakaian. Peran sanak keluarga mengembangkan kegiatan usaha
dan teman juga tidak lepas membantu pedagang kaki lima karena meraka
mencarikan pekerjaan ketika para adalah kelompok yang memounyai
pendatang dari desa berada di kota. potensi untuk menjadikan usaha
Latar belakang kehidupan sosial formal. Disamping itupula,
para penjual Pakaian di pantai losari pemerintah harus meminimalisir
rata-rata berasal dari suku Pekanbaru. jumlah pedagang kaki lima di pantai
Kebanyakan tingkat pendidikan yang losari, karena tiap tahunnya akan
dimiliki penjual Pakaian hanya semakin bertambah.
sebatas SD dan SMP, sehingga 2. Kepada pemerintah dan pedagang
mendorong mereka untuk terjun ke kaki lima khususnya penjual Pakaian
sektor informal. Karena bekerja di sebaiknya membentuk suatu
sektor informal tidak memerlukan organisasi yang dapat menampung
pendidikan dan keterampilan yang aspirasi mereka yang bertujuan untuk
tinggi. melindungi dan membantu para
2. Keadaan sosial ekonomi penjual pedagang kaki lima dari segala
Pakaian di pantai losari cukup macam hambatan yang dirasakan
memadai. Sebagai pekerja di sektor selama ini.
informal, keadaan tempat tinggal 3. Dalam pembinaan dan pengembagna
mereka yang status kepemilikan sektor informal sebaiknya saling
rumah sendiri yang terbuat dari mendukung dan berkesinambungan,
setengah batu. Kesadaran yang tinggi baik pihak pemerintah yang terkait
akan pentingnya kesehatan bagi maupun dari pihak swasta mengingat
kelangsungan hidup, hubungan yang peranannya dalam mengatasi
baik antar sesama penjual Pakaian ketenagakerjaan yang cukup besar.
walaupun persaingan tetap ada.
Saran
1. Sektor informal pedagang kaki lima DAFTAR PUSTAKA
khususnya para penjual Pakaian,
tampaknya harus patut diperhitungkan Abustam, Muhammad Idrus. 1989. Gerak
dalam konteks permasalahan tenaga penduduk pembangunan dan
kerja secara umum. Tindakan perubahan sosial, Jakarta: UI-Press.
bijaksana yang patut di lakukan oleh An-nat, B. 1993. Implementasi Kebijakan
pihak terkait terhadap kaki lima Penanganan PKL : Studi Kasus di
khususnya penjual Pakaian adalah Yogyakarta dan DKI ± Jakarta.
bukan tindakan mematikan Beberapa koleksi hasil penelitian
kesempatan kerja mereka tanda

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 13


program Pascasarjana Magister http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang
Administrasi Publik, UGM. _Kaki_Lima
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi
Ekonomi, Jakarta: Kencana Prenata
Media Group
Faisal, Sanapiah. 2007. Format-format
Penelitian Sosial, Jakarta: PT
RajaGrafindo persaja
Khairuddin. 1992. Pembangunan
Masyarakat, Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Manning, Chris dan Tadjuddin Noer
Effendi. 1991. Urbanisasi,
Pengangguran, dan Sektor Informal
di Kota, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Munir, R. 2000. Migrasi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia.
Narwako, J. Dwi dan Bagong Suyanto.
2006. Sosiologi: Teks Pengantar &
Terapan, Jakarta: Kencana Prenata
Media Group
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul
Jannah. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi,
Jakarta: PT. Rajagrifindor Persada
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011.
Pengantar Sosiologi Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan
Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya, Jakarta: Kencana
Soekanto, Soejono. 2006. Sosiologi Suatu
Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Suharto, Edi. 2009. Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Bandung: PT Refika Aditama.

Internet:
Anonim, Pedagang Kaki Lima, diakses
tanggal 02 Februari 2011

Jom Fisip Volume 1 No.2 ² Oktober 2014 14

You might also like