You are on page 1of 12

Jurnal Environmental Science

Volume 1 Nomor 1 Oktober 2018.


p-ISSN : 2654-4490 dan e-ISSN : 0000-0000
Homepage at : ojs.unm.ac.id/JES
E-mail : jes@unm.ac.id

Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak (Ptb)
Kecamatan Turikale Kabupaten Maros

Bermanto Joyful Nimpa’


Jurusan Geografi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar, 2018, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to: (1) To identify and analyze the characteristics of street traders in Culinary Region
Pantai Tak Berombak (PTB) Turikale District of Maros Regency. (2) To identify and analyze the
factors that influence the development of enterprises in the Culinary Region Pantai Tak Berombak
(PTB) Turikale District of Maros Regency. (3) To know and analyze the business development
strategy carried out in order to develop optimally. Results showed (1) Characteristics of Street
Vendors by age in Culinary Region Pantai Tak Berombak (PTB) Turikale District of Maros Regency
dominated by the age group between 31-45 years. According to the education level is dominated by
street vendors who had high school education. While the characteristics of street vendors by sex that
most street vendors male. (2) Internal factors (knowledge and services) as well as external factors
(location and personality) are factors that influence the development of enterprises Street Vendors
Culinary Region Pantai Tak Berombak (PTB) Turikale District of Maros Regency. (3) Business
development strategies that do street vendors can develop optimally, due to social capital, social
networks and management.
Keywords: Street Vendors.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik pedagang kaki lima di
Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. (2) Untuk
mengetahui dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha di Kawasan
Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. (3) Untuk mengetahui
dan menganalisis strategi pengembangan usaha yang dilakukan agar dapat berkembang secara
maksimal. Hasil penelitian diperoleh (1) Karakteristik Pedagang Kaki Lima menurut umur di
Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten Maros didominasi
oleh kelompok umur antara 31-45 tahun. Menurut jenjang pendidikannya didominasi oleh Pedagang
Kaki Lima yang berpendidikan SLTA. Sedangkan karekteristik Pedagang Kaki Lima menurut jenis
kelamin yang terbanyak Pedagang Kaki Lima laki-laki. (2) Faktor internal (pengetahuan dan
pelayanan) serta faktor eksternal (lokasi dan kepribadian) merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pengembangan usaha Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB)
33 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. (3) Strategi pengembangan usaha yang dilakukan Pedagang
Kaki Lima dapat berkembang secara maksimal, karena memiliki modal sosial, jaringan sosial dan
manajemen.

Kata Kunci : Pedagang Kaki Lima


Peran UMKM dalam
1. PENDAHULUAN
perekonomian nasional dapat dilihat dari
Perekonomian merupakan bagian
kedudukannya sebagai pemain utama
yang tidak bisa dipisahkan dalam
dalam kegiatan ekonomi di berbagai
kehidupan manusia sehari-hari. Kebutuhan
sektor, penyedia lapangan kerja yang
akan sandang dan pangan harus dipenuhi
terbesar, pemain penting dalam
setiap harinya. Perekonomian suatu
pengembangan kegiatan ekonomi lokal
masyarakat juga memiliki peranan yang
dan pemberdayaan masyarakat, pencipta
penting untuk mengukur kestabilan suatu
bangsa dan negara. Tidak hanya itu, pasar baru dan sumber inovasi, dan
sumbangannya dalam menjaga neraca
tingkat pertumbuhan dan pembangunan
pembayaran melalui kegiatan ekspor. PKL
suatu negara juga dapat dilihat dari tingkat
sebagai salah satu komponen utama dari
ekonomi masyarakatnya (Haryanto,
Usaha Mikro yang terlibat dalam usaha
2011:15).
sektor informal, menghadapi lingkungan
Alternatif usaha bagi tenaga kerja
yang masih kurang kondusif, sehingga
yang tidak terserap dalam usaha sektor
menjadi faktor yang menghambat
formal adalah membuka usaha di sektor
eksistensi dan perkembangan bisnisnya
informal. Tenaga kerja yang berjumlah
(Jumhur, 2015: 2).
91,86% ini, yang terserap di sektor formal
Maros merupakan suatu kota yang
sebesar 30,51% dan sisanya sebesar
terletak di jalur trans sulawesi memiliki
68,49% terserap di Usaha Mikro/PKL. Ini
tempat yang strategis dalam
membuktikan bahwa alternatif usaha yang
mengembangkan usaha ekonomi. Dengan
ditempuh oleh tenaga kerja yang tidak
posisi tersebut masyarakat Maros lebih
terserap dalam usaha sektor formal adalah
dominan bermata pencaharian sebagai
dengan membuka usaha di sektor informal.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan pedagang. Selain sebagai pedagang
masyarakat Maros juga sudah mampu
hasil penelitian ILO, di mana 35%
penduduk Indonesia bekerja di sektor mengembangkan mata pencahariannya,
seperti wiraswasta dan pegawai negeri.
formal dan sisanya 65% bekerja di Usaha
Keberagaman mata pencaharian tersebut
Mikro/PKL. Menurut Badan Penanaman
membawa Kabupaten Maros semakin
Modal Asing, diperkirakan bahwa sekitar
maju dalam sektor sosial dan ekonomi.
70% modal domestik dan asing
Kemajuan tersebut dapat dilihat dari
diinvestasikan di kota-kota besar di
pembangunan ruko-ruko dan tenda-tenda
Indonesia, namun hanya menyerap sekitar
untuk kegiatan jual-beli.
10-16% tenaga kerja formal (Jumhur,
2015: 1). Masyarakat Maros yang bermata
pencaharian sebagai pedagang dalam
34 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

melaksanakan kegiatan jual-beli, mereka mendorong mereka berhubungan dan


lebih memilih tempat yang strategis yaitu berinteraksi dengan dunia luar.
didekat jalur trans sulawesi, alasannya Saat ini masyarakat pedesaan
agar mudah dijangkau oleh para pembeli. khususnya di kabupaten Maros tidak kalah
Selain itu tempat yang telah disediakan kemajuannya dengan masyarakat
oleh pemerintah daerah seperti pasar yang pinggiran kabupaten Maros. Masyarakat
merupakan lembaga ekonomi. desa sekarang sudah banyak membuka
Pasar menjadi tempat usahanya sebagai pedagang, berbagai
berkumpulnya orang dari berbagai lapisan kegiatan jual-beli dapat ditemukan di
masyarakat dan tempat untuk kegiatan pinggiran jalan, dari membuka toko
memperjual belikan suatu barang pakaian, toko sepatu, toko sembako,
dagangan untuk memenuhi kebutuhan makanan, minuman, dan lain-lain.
hidupnya. Pasar merupakan salah satu Karakteristik Pedagang Kaki Lima
lembaga yang paling penting dalam di Kabupaten Maros memiliki dualisme
institusi ekonomi dan juga salah satu pandangan, yaitu positif dan negatif. Di
penggerak utama dinamika kehidupan sisi positif, PKL menyediakan peluang
ekonomi (Damsar, 2009:83). kerja bagi penduduk yang tidak terserap
Kemajuan kabupaten Maros di sektor formal dengan meningkatnya
bidang ekonomi tidak saja dilihat dari pengangguran dan pada saat yang sama
pembangunan ruko-ruko disekitar menyediakan barang dan jasa dengan
kabupaten Maros saja, namun disamping harga yang terjangkau bagi warga yang
itu kemajuan kabupaten Maros ditunjang kurang mampu. Di sisi negatif, PKL sering
dengan masyarakat desa yang semakin menyebabkan kemacetan, merusak wajah
kreatif dalam membuka usahanya. Dewasa kota, terkadang meninimbulkan kejahatan
ini banyak masyarakat desa yang sudah dan ketidaknyamanan sosial lainnya.
mampu membuka usaha sendiri dalam Beberapa faktor yang
bidang ekonomi yaitu dengan cara mempengaruhi kinerja PKL yaitu: faktor
berdagang dan bergabung dengan PKL internal dan eksternal, diantaranya sulitnya
(Pedagang Kaki Lima). mencari lokasi usaha yang sesuai dengan
Dengan tantangan hidup yang rencana tata ruang dan dukungan
semakin berat, lowongan pekerjaan yang pemerintah daerah terhadap penyediaan
terbatas, rendahnya tingkat pendidikan, lokasi usaha PKL masih sangat terbatas.
minimalnya lahan pertanian, kurangnya Akibatnya mereka melakukan kegiatan
keahlian pada masyarakat, serta padatnya usahanya pada fasilitas-fasilitas umum,
penduduk di pedesaan, maka masyarakat seperti badan jalan, trotoar, saluran air,
pedesaan berusaha untuk merubah jalur hijau, taman dan sebagainya.
kehidupan ekonominya dengan cara PKL yang memasarkan barang dan
berdagang. Kegiatan jual-beli ini jasa merupakan PKL yang paling sering
diharapkan dapat membantu masyarakat dan banyak ditemukan di setiap daerah.
pedesaan dalam memperoleh penghasilan Kehadiran PKL telah menjadi bagian dari
dan mencukupi kebutuhan hidupnya, serta gaya hidup masyarakat yang
35 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

membutuhkan barang dan jasa. Setiap 2. Untuk mengetahui dan menganalisis


pedagang kaki lima, seharusnya memiliki faktor yang berpengaruh terhadap
strategi di dalam memasarkan produknya pengembangan usaha di Kawasan
sehingga dapat memperoleh penghasilan Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB)
lebih banyak lagi. Jumlah pedagang kali Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.
lima di Kawasan Kuliner Pantai Tak 3. Untuk mengetahui dan menganalisis
Berombak (PTB) Kecamatan Turikale strategi pengembangan usaha yang
Kabupaten Maros, sebanyak 96 pedagang dilakukan agar dapat berkembang
kaki lima, yang terdiri dari berbagai unit secara maksimal.
usaha, di antaranya: bakso, pangsid, aneka
jus, gorengan, sate ayam, sate daging sapi, 2. TINJAUAN PUSTAKA
aneka kue, martabak dan terang bulan, roti Strategi berdagang merupakan
bakar serta sarabba. salah satu cara atau langkah-langkah yang
Berangkat dari fenomena dan data dilakukan agar mampu mempertahankan
di atas, peneliti tertarik untuk meneliti " kelangsungan hidupnya dalam usaha-usaha
Strategi Pedagang Kaki Lima di Kawasan yang akan dilakukan salah satunya pada
Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Pedagang Kaki Lima (PKL) di kabupaten
Kecamatan Turikale Kabupaten Maros”. Maros.
Berdasarkan latar belakang di atas, Dalam strategi berdagang
maka peneliti dapat merumuskan Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat
masalahnya sebagai berikut: dikaitkan dalam beberapa hal antara lain:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi a. Modal Sosial
pedagang kaki lima di Kawasan Kuliner Modal sosial merupakan
Pantai Tak Berombak (PTB) kekuatan-kekuatan yang muncul dalam
Kecamatan Turikale Kabupaten Maros? diri masyarakat atau kelompok-
2. Faktor apakah yang berpengaruh kelompok atau organisasi serta lembaga
terhadap pengembangan usaha di untuk dapat bersosialisasi dengan
Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak masyarakat. serta sesuatu yang dapat
(PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten menghasilkan Jaringan Sosial (Social
Maros? Networks), Saling percaya (Trust) dan
3. Bagaimana strategi pengembangan Hubungan Timbal Balik (Reciprocity).
usaha yang dilakukan agar dapat b. Jaringan Sosial (Social Network)
berkembang secara maksimal? Jaringan merupakan sekelompok
Adapun tujuan yang ingin dicapai agen-agen individual yang berbagi
dalam penelitian ini adalah: norma-norma atau nilai-nilai informal
1. Untuk mengetahui dan menganalisis yang melampaui nilai-nilai atau norma-
karakteristik pedagang kaki lima di norma yang penting untuk transaksi-
Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak transaksi pasar biasa (Fukuyuma 2002:
(PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten 324). Jaringan sosial terjadi karena
Maros. adanya keterkaitan (connectedness)
antara individu dan komunitas.
36 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

c. Management cara berdagang dianggap strategis dalam suasana


Dalam hal ini ada beberapa lingkungan yang informal (Haryono,
teknik untuk memulai dengan usaha 1989).
cara berdagang antara lain: Faktor internal terdiri dari
1) Pemasaran pengetahuan pedagang dalam menjual dan
Pemasaran merupakan pelayanan pedagang terhadap pembeli.
sesuatu yang harus dikerjakan Faktor eksternal adalah faktor yang
dengan membuat sesuatu produk mempengaruhi Pedagang Kaki Lima dari
agar tersedianya di tempat usaha, luar, terdiri dari faktor lokasi dan faktor
dengan mengatur pajangan (display) Customer Behaviouri (kepribadian).
dan memelihara penyediaan produk Hipotesis dalam penelitian ini,
untuk penjualan mendatang atau adalah:
memahami, menciptakan, 1. Faktor internal dan eksternal
mengkomunikasikan, dan merupakan faktor yang berpengaruh
memberikan nilai serta kepuasan terhadap pengembangan usaha
kepada konsumen. Pedagang Kaki Lima di Kawasan
2) E-commerce Kuliner Pantai Tak Berombak (PTB)
E-commerce merupakan Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.
suatu prosedur berdagang atau 2. Strategi pengembangan usaha yang
mekanisme jual beli di internet. Di dilakukan Pedagang Kaki Lima dapat
mana pembeli dan penjual berkembang secara maksimal.
dipertemukan di dunia maya. 3. METODE PENELITIAN
3) Loyalitas Pelanggan Jenis penelitian yang akan
Perilaku setelah pembelian dilakukan ini adalah merupakan penelitian
suatu produk ditentukan oleh deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini,
kepuasan atau ketidakpuasan akan Peneliti bermaksud mendeskripsikan dan
suatu produk sebagai akhir dari menjelaskan tentang bagaimana
proses penjualan. karakteristik pedagang kaki lima di
Pengertian PKL dalam pengaturan Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak
ini diartikan secara luas, karena tidak (PTB) Kecamatan Turikale Kabupaten
hanya bagian jalan/trotoar, tetapi Maros; menjelaskan faktor internal dan
mencakup pula tempat-tempat untuk eksternal terhadap usaha kuliner; dan
kepentingan umum yang bukan strategi pengembangan usaha yang
diperuntukkan tempat usaha serta tempat dilakukan agar mampu berkembang.
lain yang bukan miliknya. PKL adalah Adapun variabel dalam penelitian
orang yang dengan modal yang relatif ini adalah:
sedikit berusaha bidang produksi dan 1. Faktor internal adalah faktor dari
penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk dalam yang dapat mempengaruhi
memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di perkembangan usaha.
dalam masyarakat, usaha tersebut a. Pengetahuan adalah penguasaan
dilaksanakan pada tempat-tempat yang pengetahuan dalam menjual, yaitu
37 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

menjelaskan manfaat barang yang Berombak (PTB) Kecamatan Turikale


ia tawarkan kepada pembeli. Kabupaten Maros yang berjumlah 96
b. Pelayanan adalah cara pedagang pengusaha. Peneliti menggunakan sampel
untuk menanggapi permintaan jenuh, yaitu sebanyak 96 Pedagang Kaki
pembeli dan sikap pedagang Lima sebagai sampel.
terhadap pembeli. Pada umumnya dalam analisis ini
2. Faktor eksternal adalah faktor dari hanya menghasilkan distribusi frekuensi
luar yang dapat mempengaruhi dan presentasi dari tiap variabel. Misalnya
perkembangan usaha. distribusi frekuensi responden
a. Lokasi adalah tempat berdasarkan: umur, jenis kelamin, tingkat
menawarkan barang dagangan pendidikan dan sebagainya.
tanpa menghiraukan public space Analisis bivariate yang dilakukan
(tempat umum). terhadap dua variabel yang diduga
b. Customer Behaviour adalah berhubungan atau berkorelasi. Misalnya
kepribadian yang dimiliki oleh jenis kelamin, jenis usaha, tingkat
setiap manusia dengan pendidikan, jumlah keluarga, dan asal
karakteristik yang unik dan mula menjadi pedagang terhadap
berbeda satu sama lain. Hal ini pendapatan kaki lima. Dalam analisis
karena kepribadian dapat terkait bivariate ini dilakukan analisis proporsi
dengan perilaku konsumen. atau presentasi, dengan membandingkan
3. Strategi pengembangan usaha distribusi silang antara dua variabel yang
a. Modal Sosial adalah kekuatan- bersangkutan.
kekuatan yang muncul dalam diri 4. HASIL
masyarakat atau kelompok- Pedagang kaki lima biasanya
kelompok atau organisasi serta digunakan untuk penjual yang menggelar
lembaga untuk dapat lapak di trotoar atau emperan toko.
bersosialisasi dengan masyarakat. Ternyata istilah pedagang kaki lima karena
b. Jaringan Sosial adalah pedagang itu jualan dengan gerobak roda
sekelompok agen-agen individual tiga ditambah dua kaki orang yang
yang berbagi norma-norma atau mendorong gerobak. Jadi mereka dibilang
nilai-nilai informal yang kaki lima.
melampaui nilai-nilai atau norma- Dengan adanya tempat atau ruang
norma yang penting untuk yang agak lebar itu kemudian para
transaksi-transaksi pasar biasa pedagang mulai banyak menempatkan
c. Manajemen adalah cara gerobaknya untuk sekedar beristirahat
memasarkan produk sehingga sambil menunggu adanya para pembeli
terjual. dagangannya. Seiring perjalanan waktu
Populasi adalah keseluruhan subjek banyak pedagang yang memanfaatkan
penelitian. Populasi dalam penelitian ini lokasi tersebut sebagai tempat untuk
adalah keseluruhan dari jumlah Pedagang berjualan sehingga mengundang para
Kaki Lima di Kawasan Kuliner Pantai Tak pejalan kaki yang kebetulan lewat untuk
38 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

membeli makanan, minuman sekaligus yang merupakan alih profesi akibat PHK
beristirahat. Berawal dari situ maka dan lain sebagainya.
Pemerintah Kolinial Belanda menyebut Setelah puluhan tahun berlalu, saat
mereka sebagai Pedagang Kaki Lima Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk
buah pikiran dari pedagang yang berjualan pedagang kaki itu justru dipakai pedagang
di area pinggir perlintasan para pejalan untuk berjualan. Kalau dulu namanya
kaki atau trotoar yang mempunyai lebar pedagang emperan, sekarang disebut
lima kaki. pedagang kaki lima. Pada hal jika menurut
Seiring perjalanan waktu para sejarahnya, mereka seharusnya disebut
pedagang kaki lima ini tetap ada hingga pedagang kaki lima.
sekarang, namun ironisnya para pedagang Berdasarkan hasil penelitian yang
ini telah dianggap mengganggu para dilakukan terhadap 96 Pedagang Kaki
pengguna jalan karena para pedagang telah Lima di Kabupaten Maros, ditemukan
memakai ruas jalan dalam menggelar kelompok umur pedagang kaki lima antara
dagangannya. Namun bila menengok 31 - 45 tahun ternyata lebih banyak
kembali pada masa penjajahan Belanda jumlahnya dari pada kelompok umur
dahulu, antara ruas jalan raya, trotoar lainnya.
dengan jarak dari pemukiman selalu Jenjang pendidikan Pedagang Kaki Lima
memberikan ruang yang agak lebar didominasi oleh Pedagang Kaki Lima yang
sebagai taman maupun untuk resapan air. berpendidikan SLTA, yakni sebanyak 68
Hal ini sangat berbeda dengan Pedagang Kaki Lima atau sebesar 70,83
sekarang, di mana antara trotoar dengan persen. Mayoritas Pedagang Kaki Lima
pemukiman tidak ada jarak sama sekali, adalah laki-laki yang berjumlah 68
pembuatan taman-taman yang ada di sisi Pedagang Kaki Lima atau sebesar 70,83
pinggir jalan terkesan seadanya, sehingga persen, sedangkan responden perempuan
tidak mampu untuk meresap air apabila sebanyak 28 Pedagang Kaki Lima atau
hujan. Ini fakta bukan fenomena, ini sebesar 29,17 persen.
kenyataan dan bukan rekaan. Lantas tidak
sepenuhnya kesalahan itu dialamatkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
pada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Terhadap Pengembangan Usaha di
notabene memang dirasakan sangat Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak.
mengganggu para pengguna jalan. Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak
Sungguh ironis memang, disatu sisi merupakan salah satu kawasan yang di
mereka mencari nafkah, satu sisi mereka dalamnya terjadi sangat banyak transaksi
juga mengganggu kenyamanan para jual beli dalam setiap harinya. Para
pengguna jalan. Dalam hal ini pemerintah pedagang kaki lima ini harus beroperasi
harus lebih jeli dalam mengambil tindakan lebih cepat dibandingkan pedagang-
dan juga menegakkan peraturan. Lapangan pedagang yang ada di sekitar kawasan
pekerjaan yang sulit juga mendukung tersebut. Tak heran kalau mereka ada yang
maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah mulai beroperasi sekitar jam 16.00
sore.
39 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

Motif atau alasan orang menjadi yang baik, dan memiliki lokasi yang
pedagang kaki lima adalah kebanyakan strategis serta memiliki kepribadian yang
karena tidak punya tempat usaha, modal tulus, maka usaha pedagang kaki lima
yang dimilikinya kecil dan menjadi akan meningkat.
pedagang kaki lima barang yang dijual Strategi Pedagang Kaki Lima
lebih cepat laku. dalam Menjual Barang di Kawasan
Pedagang kaki lima agar usahanya Kuliner Pantai Tak Berombak.Umumnya
bisa berkembang dan tetap bisa bertahan, Pedagang Kaki Lima menyatakan strategi
maka mereka harus mendaftarkan dirinya yang dilakukan sebelum memulai usaha
kepada dinas pariwisata yang berada di yaitu melakukan survey lokasi terlebih
mana mereka menekuni usahanya. dahulu dan sebagian besar Pedagang Kaki
Pendapatan atau penghasilan Pedagang Lima mendapatkan modal dagangan
Kaki Lima umumnya mendapatkan mereka menggunakan modal sendiri.
sebesar Rp.500.000 – Rp.1.000.000,- per Sebanyak 18 orang atau 18,75 %
hari. Pedagang Kaki Lima menyatakan bahwa
Sebanyak 34 orang atau 35,42 % dalam berdagang mereka memilih menjual
Pedagang Kaki Lima yang menyatakan bakso dan pangsid, sedangkan 20 orang
faktor yang berpengaruh terhadap atau 20,83 % Pedagang Kaki Lima
perkembangan usaha pedagang kaki lima menyatakan dalam berdagang mereka
adalah faktor internal, yaitu dengan memilih menjual aneka jus, sebanyak 12
memiliki pengetahuan dan pelayanan yang orang atau 12,50 % Pedagang Kaki Lima
baik, artinya dengan memiliki pengetahuan menyatakan bahwa dalam berdagang
yang cukup dan pelayanan yang baik mereka memilih menjual gorengan, dan 46
terhadap konsumen, maka akan orang atau 47,92 % Pedagang Kaki Lima
memberikan perkembangan usaha menyatakan dalam berdagang mereka
pedagang kaki lima. memilih menjual lainnya (jual sate ayam,
Sedangkan 30 orang atau 31,25 % sate daging sapi, aneka kue, martabak dan
Pedagang Kaki Lima menyatakan faktor terang bulan, roti bakar serta sarabba).
eksternal, yaitu dengan memiliki lokasi Sebanyak 40 orang atau 41,67 %
dan kepribadian yang tulus, artinya dengan Pedagang Kaki Lima menyatakan strategi
lokasi yang strategis atau lokasi yang dalam pengembangan usaha yang
berada di tempat keramaian serta para dilakukan yaitu dengan memiliki modal
pedagang kaki lima memiliki kepribadian sosial, sedangkan 30 orang atau 31,25 %
yang baik akan memperoleh Pedagang Kaki Lima menyatakan strategi
perkembangan usaha. dalam pengembangan usaha yang
Selanjutnya dari hasil penelitian dilakukan yaitu dengan memiliki jaringan
diperoleh 32 orang atau 33,33 % Pedagang sosial, dan 26 orang atau 27,08 %
Kaki Lima menyatakan bahwa faktor Pedagang Kaki Lima menyatakan strategi
kedua poin tersebut. Sebenarnya, bilamana dalam pengembangan usaha yang
pedagang kaki lima memiliki unsur atau dilakukan yaitu dengan memiliki
faktor pengetahuan yang tinggi, pelayanan manajemen yang baik.
40 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

5. PEMBAHASAN yang baik akan memperoleh peningkatan


Karakteristik Pedagang Kaki Lima usaha.
menurut umur di Kawasan Kuliner Pantai Dari beberapa jawaban pedagang
Tak Berombak (PTB) Kecamatan Turikale kaki lima tersebut mengenai kondisi dan
Kabupaten Maros didominasi oleh eksistensi (keberadaan) pedagang kaki
kelompok umur antara 31-45 tahun, lima di Kawasan Kuliner Pantai Tak
sedangkan kelompok umur yang terkecil Berombak (PTB) Kecamatan Turikale
adalah kelompok umur kurang dari 31 Kabupaten Maros, dilatar belakangi oleh
tahun. Karekteristik Pedagang Kaki Lima beberapa hal diantaranya yaitu: (a) Tidak
menurut jenjang pendidikannya punya tempat usaha. (b) Modal kecil. (c)
didominasi oleh Pedagang Kaki Lima yang Lebih cepat laku.
berpendidikan SLTA, sedangkan yang Untuk mendapatkan hasil yang
berpendidikan sarjana strata satu sebanyak maksimal dalam berusaha, harus memiliki
8 Pedagang Kaki Lima atau sebesar 8,34 pengetahuan dan pelayanan yang
persen. Dan karekteristik Pedagang Kaki memadai, lokasi usaha yang strategis serta
Lima menurut jenis kelamin yang para pedagang kaki lima harus memiliki
terbanyak Pedagang Kaki Lima laki-laki. kepribadian yang baik.
Menurut para ahli ada dua faktor Hasil penelitian modal sosial yang
yang mempengaruhi Pedagang Kaki Lima paling tinggi, artinya dengan memiliki
dalam berusahaa, yaitu faktor internal kekuatan dari diri sendiri para pedagang
terdiri dari pengetahuan pedagang dalam kaki lima, maka para pedagang kaki lima
menjual dan pelayanan pedagang terhadap tersebut berinisiatif untuk melakukan
pembeli; dan faktor eksternal adalah faktor usaha dengan maksud untuk memenuhi
yang mempengaruhi Pedagang Kaki Lima kebutuhan primernya, sehingga dapat
dari luar, terdiri dari faktor Lokasi dan dijelaskan bahwa usaha yang dilakukan
faktor kepribadian. Berdasarkan hasil oleh para pedagang kaki lima sebahagian
penelitian, strategi dalam peningkatan dari unsur modal sosial. Sejalan apa yang
usaha pedagang kaki lima yang dilakukan tercantum dalam teori yang mengatakan
yaitu dengan memiliki pengetahuan dan bahwa strategi berdagang Pedagang Kaki
pelayanan yang baik, artinya dengan Lima (PKL) dapat dikaitkan dalam dengan
memiliki pengetahuan yang cukup dan modal sosial dalam rangka meningkatkan
pelayanan yang baik terhadap konsumen, usahanya. Demikian pula jaringan sosial
maka akan memberikan peningkatan usaha terjadi karena adanya keterkaitan
pedagang kaki lima. Sedangkan strategi (connectedness) antara individu dan
dalam peningkatan usaha kaki lima yang komunitas.
dilakukan yaitu dengan memiliki lokasi Unsur manajemen merupakan
dan kepribadian yang tulus, artinya dengan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan
lokasi yang strategis atau lokasi yang kegiatan ekonomi atau kegiatan berusaha,
berada di tempat keramaian serta para artinya dalam mengembangkan usahanya
pedagang kaki lima memiliki kepribadian sebahagian pedagang kaki lima
menggunakan manajemen dalam
41 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

menjalankan usahanya. Hanya saja B. Saran-saran


manajemen yang dijalankan sangat 1. Kepada Pedagang Kaki Lima (PKL)
sederhana karena pendidikan yang harus menuruti aturan yang diterapkan
dimilikinya terbatas. Hal tersebut juga oleh pemerintah.
dijalankan oleh para pengusaha yang 2. Kepada pemerintah, agar selalu
berskala besar, sebab manajemen memperhatikan kelas bawah seperti
perusahaan telah memiliki sumber daya pedagang kaki lima yang bekerja
manusia yang pengetahuannya lebih baik dengan menciptakan pekerjaannya
artinya memiliki karyawan yang sendiri.
berpendidikan tinggi. 3. Kepada masyarakat agar sama-sama
menjaga kebersihan, keindahan dan
6. PENUTUP kenyamanan.
A. Kesimpulan
1. Karakteristik Pedagang Kaki Lima DAFTAR PUSTAKA
menurut umur di Kawasan Kuliner Alisjahbana. (2003). Urban Hidden
Pantai Tak Berombak (PTB) Economy: Peran Tersembunyi
Kecamatan Turikale Kabupaten Maros Sektor Informal Perkotaan,
didominasi oleh kelompok umur antara Lembaga Penelitian ITS, Surabaya.
31-45 tahun. Menurut jenjang Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan.
pendidikannya didominasi oleh Bandung: Alfabeta.
Pedagang Kaki Lima yang Arikunto, Suharsimi. (2011). Prosedur
berpendidikan SLTA. Sedangkan Penelitian: Suatu Pendekatan
karekteristik Pedagang Kaki Lima Praktik. Jakarta: Rineka
menurut jenis kelamin yang terbanyak Cipta.
Pedagang Kaki Lima laki-laki. Bromley, R. (1979). IntroductionThe
2. Faktor internal (pengetahuan dan Urban Informal Sektor: Why Is It
pelayanan) serta faktor eksternal (lokasi Worth Discussing? The Urban
dan kepribadian) merupakan faktor Informal Sektor: Critical
yang berpengaruh terhadap Perspectives on Employment and
pengembangan usaha Pedagang Kaki Housing Policies. R. Bromley.
Lima di Kawasan Kuliner Pantai Tak Oxford: Pergamon Press, 1031-
Berombak (PTB) Kecamatan Turikale 1032.
Kabupaten Maros. Bromley, R. (1979). Organization,
3. Strategi pengembangan usaha yang Regulation and Exploitation in the
dilakukan Pedagang Kaki Lima dapat SoCalled 'Urban Informal Sektor':
berkembang secara maksimal, karena The Street Traders of Cali,
memiliki modal sosial, jaringan sosial Colombia. The Urban Informal
dan manajemen. Sektor: Critical Perspectives on
Employment and Housing Policies.
R. Bromley. Oxford: Pergamon
Press, 1161-1172.
42 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Kewirausahaan 2015, Vol. 4, No.


Ekonomi. Jakarta: Kencana. 1, 125-139.
Echdar, Saban. (2013). Manajemen Kasmir. (2011). Kewirausahaan. Cetakan
Entrepreneurship-Kiat Sukses Ke-6. PT. Raja Grafindo Persada.
Menjadi Wirausaha. Jakarta.
Jogjakarta: Andi. Kristanto HC, R Heru. (2009).
Fukuyuma.F. (2002). Trust. Kewirausahaan
Kebijaksanaan Sosial dan (Entrepreneurship): Pendekatan
Penciptaan Kemakmuran. Qalam. Manajemen dan Praktik.
Hart, K. (1991). Sektor Informal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Urbanisasi, Pengangguran, dan LB. Ruth Florida W. M. Hutabarat. (2015).
Sektor Informal di Kota. C. Strategi Pengembangan Usaha
Manning and T. N. Effendi. Kuliner di Kota Malang Berbasis
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Ekonomi Kreatif. JESP-Vol. 7, No
78-89. 1 Maret 2015.
Haryanto, Sindung. (2011). Sosiologi Mahmud Machfoedz. (2004).
Ekonomi. Yogyakarta: Ar-ruz Kewirausahaan Suatu Pendekatan
Media. Kontemporer. Yogyakarta : UPP
Haryono, T. (1989). Faktor-faktor Yng AMP YKPN.
Mempengaruhi Keberhasilan Meredith, Geooffrey G, Et Al. (2005).
Usaha Pedagang Kaki Lima: Studi Kewirausahaan, Teori dan Prektek.
Kasus di Kodya Surakarta. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Presindo.
Gajah Mada, Yogjakarta. Moir, Hazel (1978). Jakarta Informal
Hidayat. (1978). Peranan Sektor Informal Sektor. LEKNAS-LIPI, Jakarta.
Dalam Perekonomian Indonesia Nurain, Mujiono, dan Rosmida. (2011).
dalam Ekonomi Keuangan Faktor-Faktor Yang
Indonesia, 26(4). Mempengaruhi Minat Mahasiswa
Hisrich, Robert. D. (2005). Untuk Berwirausaha (Studi kasus
Entrepreneurship, Sixth Edition. pada mahasiswa program studi
New York. admnistrasi bisnis), (di akses dari
Hisrich, Robert. D, Peters, M.P dan http: //journal.uad.ac.id, pada
Sheperd D.A. (2008). tanggal 1 November 2018, Pukul
Kewirausahaan Edisi 7, Edisi 10:45).
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rachbini dan Hamid. (2006). Ekonomi
Salemba Empat. Informal Perkotaan. PT. Gramedia.
Jumhur. (2015). Model Pengembangan Jakarta.
Pedagang Kaki Lima (PKL) Sethuraman, S. V. (1991). Sektor Informal
Kuliner di Kota Singkawang. di Negara Sedang Berkembang.
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Urbanisasi, Pengangguran, dan
Sektor Informal di Kota. C.
43 B. Joyful N : Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner

Manning and T. N. Effendi.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
90-108.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sunarya, Sudaryono, Saefullah. (2011).
Kewirausahaan. Yogyakarta:
Andi.
Suryana. (2008). Kewirausahaan;
Pedoman Praktis Kiat dan Proses
Menuju Sukses. Jakarta:
Salemba Empat.
Sutamto. (1997). Teknik Menjual Barang.
Balai Aksara. Jakarta.
Tjiptono.Fandy. (2000). Manajemen Jasa.
Yogyakarta. Penerbit Andi
Wibowo, Muladi. (2011). Pembelajaran
Kewirausahaan dan Minat
Wirausahan Lulusan SMK.
Eksplanasi.
Winardi, J. (2002). Motivasi dan
Pemotivasian dalam Manajemen.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wiwin Agustian. (2015). Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Kaki Lima di Seberang
Ulu II Plaju. Jurnal Ilmiah MBiA
Vol.14 No.2, Agustus 2015: 95-
106.

You might also like