You are on page 1of 21

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN BERNUANSA


SURAU DAN BUDAYA MINANGKABAU

Heri Afridinata
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email: heriafridinata@gmail.com

Duski Samad
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email: duskisamad60@gmail.com

Muhammad Kosim
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email: muhammadkosim@uinib.ac.id

Abstract

This study aims to describe and analyze the application of the character education program based surau
and the Minangkabau culture strengthening program in intracurricular, extracurricular activities; and
through school culture. This study used a qualitative approach and interviews, observation and
documentation use to collect the data. Some teachers are respondents of the research. The results showed
that the implementation of the Minangkabau culture and character education program in intracuricular
activities were carried out by the subject teacher by incorporating the values of the Minangkabau nuanced
character and culture into each learning. Character values were embedded in learning tools such as
prayer and reading the Al- Qur’an before and after learning activities. Whereas the implementation of the
character education program and the Minangkabau culture in extracurricular activities was carried out
through the integration of the values of the character and the Minangkabau culture in various extra-
curricular activities such as muhadarah, An Nisa forum, Ar Rijal forum (studying Islamic sciences with
the halaqah method), pesantren , and pray. While strengthening the values of Minangkabau cultural
character can be seen in randai activities, traditional speeches, and Minangkabau cuisine. The results also
showed that the development of school culture was carried out through strengthening the character of
students such as Adiwiyata School, Healthy and Smoke-Free School Program. It is concluded that
character education based surau and Minangkabau culture had helped educators more easily to develop
students' character. The implication is that educators need to develop teaching materials that can help
students improve their character.

Key Words: Strengthening program, education, surau, Minangkabau culture

bersikap dan berperilaku sehari-hari.


PENDAHULUAN
Selain itu, manusia adalah makhluk Allah
Manusia merupakan makhluk Swt yang diberi sifat-sifat Rabbaniyah
beragama dan bertuhan (homo (sifat-sifat ketuhanan), sehingga manusia
religius/homo divinous),artinya adalah dijadikan oleh Allah Swt menjadi khalifah
makhluk yang memiliki fitrah untuk (pengelola) bumi beserta isinya.
memahami dan menerima nilai-nilai Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah
kebenaran dan menjadikan kebenaran
agama menjadi referensi (rujukan) dalam
Swt dalam Al Qur’an, yaitu surah Al Ayat diatas menjelaskan bahwa
Baqarah ayat 30 sebagai berikut : manusia dapat memilih antara jalur takwa
dan jalur fujuraha,karena Allah Swt.
             
menganugerahkan manusia banyak
dimensi atau potensi diri, seperti:Pertama,
             
Dimensi fisik (jasmani); organisme
   manusia merupakan organisme yang
sempurna. Imam Al-Gazali menyebut
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman dimensi fisik (jasmani) dengan namaruh
kepada para Malaikat: “Sesungguh- jasmaniyah (ruh material); Kedua, Dimensi
nya aku hendak menjadikan seorang akal; merupakan pancaran dari Allah Swt
khalifah di muka bumi.” Mereka sebagai fitrah Ilahi yang dapat
berkata: “Mengapa Engkau hendak memberikan ide-ide kreatif untuk
menjadikan (khalifah) di bumi itu mengembangkan dunia; Ketiga, Dimensi
orang yang akan membuat kerusakan keberagamaan; manusia merupakan
padanya dan menumpahkan darah, makhluk yang berketuhanan (homo
padahal kami senantiasa bertasbih divinous atau homo religious); Keempat,
dengan memuji Engkau dan Dimensi ruhani (kejiwaan); dinamakan
mensucikan Engkau?” Tuhan ber- juga dimensi mental spiritual yang
firman: “Sesungguhnya Aku mampu memelihara dan menjamin
mengetahui apa yang tidak kamu ketentraman bathin; Kelima, Dimensi
ketahui.” (Qs. Al Baqarah: 30). akhlak; seseorang yang memiliki sifat baik
biasanya akan memiliki perangai atau
akhlak yang baik juga dan sebaliknya
Salah satu fitrah manusia adalah seseorang yang memiliki perangai yang
manusia diberi oleh Allah Swt dua pilihan tidak baik cenderung memiliki akhlak
dalam hidup, yaitu pilihan takwa dan yang tercela.
pilihan fujur/kufur, sesuai dengan
Berdasarkan beberapa dimensi fitrah
penegasan Allah Swt dalam Qs. Asy
manusia, maka peneliti ingin mengkaji
Syams ayat 8-10 :
dimensi/potensi kelima, yaitu akhlak,
sebab pendidikan akhlak merupakan
       pendidikan awal yang dilaksanakan oleh
       Nabi Muhammad Saw.ketika beliau
diangkat oleh Allah Swt. sebagai
Rasulullah di kota Makkah.
“Maka Allah mengilhamkan kepada Pendidikan akhlak juga disebut
jiwa itu (jalan) kefasikan dan dengan pendidikan budi pekerti, tata
ketakwaannya.Sesungguhnya krama, sopan santun, dan pendidikan
beruntunglah orang yang mensucikan moral. Satu dari bagian pendidikan
jiwa itu, Dan Sesungguhnya akhlak adalah pendidikan karakter
merugilah orang yang mengotorinya”. (character education atau character building).
(Qs. Asy Syams: 8-10) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

48 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional pendidikan karakter bernuansa surau dan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan budaya Minangkabau melalui kegiatan
membentuk watak serta peradaban bangsa ekstrakurikuler.Mulzamra, selaku Kepala
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan SMKN 5 Solok Selatan menjelaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk bahwa kegiatan itu dilaksanakan
berkembangnya potensi peserta didik agar berlandaskan nilai-nilai karakter nasional,
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa surau dan budaya Minangkabau yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak telah dilaksanakan mulai tahun 2016
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, (tahun ajaran 2016/2017).Masih menurut
dan menjadi warga negara yang demokratis beliau, kegiatan penguatan pendidikan
serta bertanggung jawab”. karakter peserta didik dilaksanakan
melalui aspek intrakurikuler, ekstrakuri-
Persoalan pendidikan akhlak atau
kuler dan budaya sekolah. Berdasarkan
pendidikan karakter dapat dipahami
paparan diatas, peneliti tertarik untuk
melalui isi pembelajaran (content of
mengangkat tema ini ke dalam penelitian
learning), kegiatan mendidik, mengajar,
lapangan (field research), dengan tujuan
melatih dan membimbing.Bentuk
utama agar program penguatan
program penguatan pendidikan karakter
pendidikan karakter bernuansa surau dan
(PPK) yang selaras dengan Perpres RI
budaya Minangkabau yang telah
Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan
terlaksana di SMKN 1 dan SMKN 5 Solok
pendidikan karakter adalah program
Selatan dapat dicontoh dan diterapkan di
penguatan pendidikan karakter peserta
seluruh SMK Kabupaten Solok Selatan,
didik bernuansa surau dan budaya
baik negeri maupun swasta. Oleh karena
Minangkabau di SMK Negeri di wilayah
itu, peneliti mengajukan judul penelitian,
Provinsi Sumatera Barat. Program ini
yaitu “Penguatan pendidikan karakter
sebenarnya telah berjalan sejak tahun
peserta didikmelalui program pendidikan
2013, sesuai dengan adanya Pergub
karakter bernuansa surau dan budaya
Sumatera Barat Nomor 73 Tahun 2012
Minangkabau di SMK Negeri Kabupaten
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan
Solok Selatan”.
Karakter di Sekolah/Madrasah.Program
penguatan pendidikan karakter peserta Batasan masalah dalam tesis ini
didik bernuansa surau dan budaya adalah sebagai berikut : (1) Penerapan
Minangkabau di SMK Negeri Kabupaten program penguatan pendidikan karakter
Solok Selatan telah berjalan cukup baik. bernuansa surau dan budaya
Pernyataan ini diperoleh melalui Minangkabau dalam kegiatan intrakuri-
wawancara awal di SMKN 1 Solok Selatan kuler (proses pembelajaran) di SMK
dan SMKN 5 Solok Selatan. Efrizol, selaku Negeri Kabupaten Solok Selatan (SMKN 1
kepala SMKN 1 Solok Selatan menjelaskan dan SMKN 5 Solok Selatan); (2) Penerapan
bahwa program penguatan pendidikan program penguatan pendidikan
karakter peserta didik SMKN 1 Solok karakter bernuansa surau dan budaya
Selatan memadukan antara tiga dimensi Minangkabau dalam kegiatan ekstrakuri-
nilai-nilai karakter yaitu nilai-nilai kuler di SMKNegeri Kabupaten Solok
karakter nasional, surau dan budaya Selatan (SMKN 1 dan SMKN 5 Solok
Minangkabau.SMKN 5 Solok Selatanjuga Selatan); dan (3) Penguatan pendidikan
telah melaksanakan program penguatan karakter peserta didik melaluibudaya

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 49


sekolah di SMKN Negeri Kabupaten pendapat Wynne sebagaimana yang
Solok Selatan (SMKN 1 dan SMKN 5 dikutip oleh Mulyasa menerangkan
Solok Selatan). bahwa “karakter” berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” (menandai)
Tujuan yang akan dicapai dalam
dan memfokuskan pada bagaimana
penelitian adalah: (1) untuk mengetahui
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
penerapan program penguatan pendi-
tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.
dikan karakter bernuansa surau dan
Contohnya apabila seseorang berperilaku
budaya Minangkabau dalam program
tidak jujur, curang, kejam, rakus dan
intrakurikuler (pembelajaran) di SMK
tamak, maka orang tersebut akan disebut
Negeri Kabupaten Solok Selatan (SMKN 1
memiliki karakter jelek, sebaliknya
dan SMKN 5 Solok Selatan); (2) untuk
apabila seseorang jujur, amanah, suka
mengetahui penerapan program
menolong, maka ia akan disebut
penguatan pendidikan karakter ber-
berkarakter baik/mulia. Kamus Besar
nuansa surau dan budaya Minangkabau
Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan
dalam program ekstrakurikuler di SMK
bahwa karakter adalah tabiat, watak, sifat-
Negeri Kabupaten Solok Selatan (SMKN 1
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
dan SMKN 1 Solok Selatan); dan (3) untuk
yang membedakan antara seseorang
mengetahui peran pengembangan budaya
dengan yang lain. Faktor pembeda
sekolah dalam memperkuat pendidikan
tersebut meliputi kebiasaan, kesukaan,
karakter siswa di SMKN Negeri
ketidaksukaan, kemampuan, kecendrung-
Kabupaten Solok Selatan (SMKN 1 dan
an, potensi diri, nilai-nilai dan pola
SMKN 5 Solok Selatan).
pemikiran.
Kegunaan penelitian ini adalah: (1)
Kementerian Pendidikan Nasional
memenuhi salah satu syarat untuk
Republik Indonesia mendefenisikan
menyelesaikan program Pascasarjana (S2)
karakter sebagai nilai dasar perilaku yang
Pendidikan Agama Islam di Univesitas
menjadi acuan tata nilai interaksi antar
Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang
manusia. Secara universal, karakter
Tahun 2019; (2) bahan masukan bagi
dirumuskan sebagai nilai hidup (way of
satuan pendidikan dalam merancang
values) berdasarkan pilar-pilar kedamaian
program pendidikan karakter yang tepat
(peace), menghargai (respect), kerja sama
bagi peserta didik SMKNegeri
(cooperation), kebebasan (freedom),
Kabupaten Solok Selatan; dan (3) bahan
kebahagiaan (happiness), kejujuran
pertimbangan bagi satuan pendidikan
(honesty), kerendahan hati (tawaddhu/
dalam pemilihan metode penguatan
humality), kasih sayang (ar-Rahman/loving),
pendidikan karakter peserta didikdi SMK
tanggung jawab (responsibility),
Negeri Kabupaten Solok Selatan, terutama
kesederhanaan (simplity), toleransi
SMK Negeri yang belum menerapkan
(tolerance) dan persatuan (unity).
program pendidikan karakter bernuansa
surau dan budaya Minangkabau. Program pendidikan karakter pertama
kali ditetapkan oleh Kementerian
Secara etimologi, karakter berasal dari
Pendidikan Nasional pada Hari
bahasa Latin, “kharakter”, “kharassein”,
Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal
“kharax”, yang berarti membuat tajam dan
2 Mei 2011 yang lalu. Pendidikan karakter
membuat dalam. Sedangkan menurut

50 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


merupakan perwujudan amanat Pancasila Masnur Muchlish menerangkan bahwa
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar pendidikan karakter merupakan proses
1945 yang dilatarbelakangi oleh realita pendidikan yang membawa peserta didik
permasalahan kebangsaan, seperti ke pengenalan nilai secara kognitif,
banyaknya disintegrasi, belum dihayati- penghayatan nilai secara aktif dan
nya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai akhirnya ke pengamalan nilai secara
etika bangsa, dan melemahnya nyata.
kemandirian bangsa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan penelusuran terhadap pendidikan karakter adalah: Pertama,
beberapa literatur, defenisi pendidikan Proses pembelajaran yang memberdaya-
karakter adalah sebagai berikut: Pertama, kan guru dan peserta didik dalam
Rencana Aksi Nasional Pendidikan komunitas sekolah untuk memahami,
Karakter menjelaskan bahwa pendidikan peduli, dan berbuat berlandaskan nilai-
karakter disebut juga pendidikan nilai, nilai etika/moral dan agama; Kedua,
pendidikan budi pekerti, pendidikan Proses pemberian nilai-nilai yang
moral dan pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
bertujuan menanamkan kebiasaan peserta didik untuk memberikan
(habituation) peserta didik, baik sisi keputusan baik buruk, memelihara hal-hal
kognitif, afektif, dan psikomotor; Kedua, yang baik, dan mewujudkan kebaikan
Ratna Megawangi, pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari dengan
merupakan usaha untuk mendidik anak- sepenuh hati; Ketiga, Suatu sistem
anak agar dapat mengambil keputusan penanaman nilai-nilai karakter kepada
dengan bijak dan mempraktikkannya warga sekolah yang meliputi komponen
dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan, kesadaran atau kemauan
mereka dapat memberikan kontribusi sehingga peserta didik menjadi insan al-
positif pada lingkungannya; Ketiga, E. kamil (manusia yang sempurna).
Mulyasa, pendidikan karakter adalah Penguatan pendidikan karakter
suatu sistem penanaman nilai-nilai dilaksanakan dengan cara menerapkan
karakter kepada peserta didik yang nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan
meliputi komponen kesadaran, karakter terutama meliputi nilai-nilai
pemahaman, kepedulian, dan komitmen religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja
yang tinggi untuk melaksanakan nilai- keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, tanah air, menghargai prestasi,
dan masyarakat serta bangsa secara komunikatif, cinta damai, gemar
keseluruhan, sehingga menjadi manusia membaca, peduli lingkungan, peduli
yang sempurna sesuai kodratnya: sosial, dan bertanggung jawab.
Keempat, T. Ramli, pendidikan karakter
adalah pendidikan yang esensinya sama Pendidikan di SMK tidak hanya
dengan pendidikan akhlak yang bertujuan proses pembentukan keterampilan teknis
membentuk pribadi anak supaya menjadi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi
manusia yang baik, warga masyaakat, dan saja, akan tetapi tujuan pendidikan SMK
warga Negara yang baik; Kelima, Menurut (pendidikan vokasi) adalah pembentukan
Buchori sebagaimana yang dikutip oleh inkulturasi dan akulturasi, yaitu proses

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 51


memperadabkan suatu generasi baru juga kematangan berpikir, serta
masa depan yang berlangsung di sekolah, keterampilan dan kepiawaian dalam
keluarga, dunia industri, dunia usaha dan berargumen.Secara singkat, inti isi surau
masyarakat. SMK memiliki ciri khas yang Minangkabau ada 3 (tiga), yaitu
dapat membedakannya dengan SMA atau “mengaji”, pendidikan budaya, dan
MA yaitu hubungan erat dengan dunia pendidikan fisik (olah raga).Ketiga inti
kerja, dunia usaha dan dunia industri, sari surau tersebut telah menggambarkan
serta sistem pembelajarannya banyak nilai-nilai karakter bangsa Indonesia.
menggunakan learning by doing. Secara spesifik, karakteristik sistem
Penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan surau adalah sebagai berikut
pendidikan formal, seperti SMK Negeri (a) Orang-orang yang belajar di surau
dapat dilaksanakan secara terintegrasi disebut dengan “murid” dan gurunya
dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakuri-
dinamakan dengan “syaikh” atau “tuan
kuler, dan pengembangan budaya/kultur guru” atau “guru tuo”. Sehingga tumbuh
sekolah. karakter menghargai prestasi, artinya
Surau merupakan salah satu institusi seorang murid akan sangat menghargai
pendidikan utama dalam kehidupan tuan gurunya; (b) pendidikan surau
masyarakat Minangkabau dan merupakan bertujuan membentuk karakter/pribadi
ciri khas serta lambang keberadaan suatu yang sopan santun, berbudi baik (baso)
suku. Pada awalnya surau dibangun yang indah, religius, dan memiliki
untuk tempat beribadah dan kemudian kemampuan dalam menempuh kehidup-
menjadi tempat bermalam, surau an; (c) dalam perkembangan selanjutnya,
mempunyai dua makna. Pertama, murid yang belajar di surau disebut
bermalam berarti tidur dan istirahat di “urang siak”,“faqih” dan “faqir”. Istilah
malam hari. Kedua, bermalam berarti urang siak muncul di wilayah Sumatera
belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. bagian timur yang sekarang merupakan
Belajar dalam konteks ini tidak dapat wilayah Provinsi Riau.Istilah faqih
diartikan sebagai bentuk atau proses menunjukkan orang yang mempunyai
pendidikan seperti yang dilakukan pengetahuan atau pemahaman atas
sekarang. Belajar sebagai proses sesuatu.Dan istilah faqir menunjukkan
pendewasaan generasi muda yang orang yang sangat membutuhkan, baik
repsentatif dan pemimpin yang fisik maupun spiritual; dan (d)
bertanggung jawab. pengaturan pendidikan di surau lebih
berdasarkan hubungan personal di
Proses pendidikan yang berlangsung
kalangan penghuni surau itu sendiri,
di surau sangat komprehensif sifatnya.
bukan berdasarkan formalitas birokrasi.
Meskipun tidak terstruktur sebagaimana
Jadi, pendidikan surau merupakan suatu
lazimnya institusi pendidikan formal,
proses belajar untuk sosialisasi dan
ternyata di surau terjadi proses
enkulturasi kultural daripada sekedar
pematangan diri dan sosialitas bagi para
transfer ilmu pengetahuan.
remaja dan anak-anak. Banyak tradisi
kehidupan di surau “mengajarkan” Peraturan Gubernur Sumatera
tentang kemandirian, nilai-nilai Barat Nomor 73 Tahun 2012 Bab I Pasal 4
kebersamaan, kegotongroyongan, bahkan menjelaskan bahwa ruang lingkup

52 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


penguatan pendidikan karakter di yang dipraktikkan oleh kepala sekolah,
sekolah/madrasah meliputi tiga macam, guru, petugas administrasi, siswa, dan
yaitu: (1) Nilai-nilai agama/Islam/ masyarakat sekitar sekolah. Budaya
nuansa surau; (2) Nilai-nilai budaya sekolah berkaitan erat pula dengan
bangsa/nasional/Indonesia; dan (3) Nilai- perilaku dan kebiasaan-kebiasaan warga
nilai budaya lokal/nuansa budaya sekolah. Substansi budaya sekolah adalah
Minangkabau (adat basandi syarak, syarak perilaku, nilai-nilai, sikap, dan cara hidup
basandi kitabullah).Ketiga ruang lingkup warga sekolah yang berusaha
penguatan pendidikan karakter di atas mendinamisir lingkungan sekolah untuk
saling berkaitan dan berhubungan serta mencapai tujuan sekolah.
tidak dapat dipisahkan.Karena dalam Budaya sekolah yang positif akan
sebuah kegiatan ekstrakurikuler di SMK memberi warna sekolah. Budaya positif
pasti mengandung ketiga ruang lingkup
tersebut antara lain: budaya jujur, budaya
tersebut. Contohnya kegiatan ekstrakuri- saling percaya, budaya bersih, budaya
kuler randai.Kegiatan ini selain mengan- disiplin, budaya baca, budaya kerjasama,
dung nilai-nilai karakter ke- budaya memberi teguran, budaya
Minangkabau-an, juga mengandung nilai- memberi penghargaan, dan lain-lain.
nilai karakter nasional dan ke-Islaman Budaya tersebut tentunya ada di setiap
(surau).Strategi pelaksanaan penguatan satuan pendidikan, walaupun pelaksana-
pendidikan karakter benuansa surau dan
annya masih belum maksimal. Peranan
budaya Minangkabau di SMK sesuai budaya sekolah di SMK dalam penguatan
dengan Peraturan Gubernur Sumatera pendidikan karakter akan berjalan dengan
Barat Nomor 73 Tahun 2012, dilaksanakan baik, jika melalui beberapa tahapan, yaitu
melalui 3 (tiga) strategi, yaitu:Pertama, sebagai berikut:
Kegiatan intrakurikuler sekolah; yaitu
kegiatan mengintegrasikan nilai-nilai Tahap pertama: komitmen bersama
karakter Al Qur’an dan budaya antara warga sekolah tentang konsep
Minangkabau ke dalam proses pengembangan budaya sekolah. Misalnya:
pembelajaran yang meliputi perencanaan kesediaan menerima aturan kerja,
(silabus dan RPP), pelaksanaan (proses kesepakatan target waktu, kesadaran
pembelajaran) dan penilaian (evaluasi); melaksanakan tugas sesuai aturan (SOP),
Kedua, Kegiatan ekstrakurikuler sekolah, kesediaan bekerjasama, dan kesediaan
yaitu melaksanakan kegiatan ekstrakuri- melakukan sikap kerja sesuai dengan
kuler atau kegiatan tambahan di sekolah yang diharapkan dalam budaya sekolah
untuk memperkuat terwujudnya karakter yang sedang dibudayakan di lingkungan
bernuansa surau dan budaya sekolah.
Minangkabau di SMK. Kegiatan ini Tahap kedua adalah membangun.
meliputi kegiatan ekstrakurikuler Kepala Sekolah sebagai seorang manajer
keagamaan Islam, kebangsaan, dan dapat membangun budaya sekolah
budaya lokal Minangkabau; Ketiga, melalui “direct action” oleh seluruh warga
Pengembangan budaya/kultur sekolah. sekolah. Misalnya: Setiap kegiatan
Budaya sekolah sebagai sekumpulan pembelajaran disisipkan nilai-nilai budaya
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, sekolah yang sedang dibudayakan di
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol sekolah.

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 53


Tahap ketiga adalah pemaknaan. makna.
Pada tahap ini nilai-nilai budaya sekolah Beberapa alasan peneliti dalam
telah berhasil dibudayakan oleh seluruh memilih metode kualitatif sebagai metode
warga sekolah. Tahapan ini bertujuan penelitian, yaitu: Pertama, Untuk
untuk membangun apresiasi dari seluruh memahami makna dibalik data yang
warga sekolah. Apresiasi ditunjukkan
tampak. Gejala sosial yang terjadi di
dengan indikator: memahami, lapangan tidak dapat dipahami hanya
menghayati, menyenangi, dan dengan memahami angka-angka, tetapi
menghargai terhadap budaya sekolah harus memahami makna dibalik data
yang sedang dibudayakan. yang diperoleh. Maka dibutuhkan metode
Tahap keempat adalah pembiasaan. kualitatif dengan teknik observasi,
Dalam tahap ini merupakan kegiatan wawancara, dan dokumentasi; Kedua,
yang dilaksanakan secara terus menerus. Untuk memahami interaksi sosial.
Menjadi suatu rutinitas dan menjadi Interaksi sosial yang kompleks hanya
karakter yang baik dalam perilaku dapat diuraikan dengan metode kualitatif
berinteraksi oleh warga sekolah. dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi; Ketiga, Untuk memahami
Tahap kelima adalah refleksi. Tahap
perasaan orang. Perasaan orang sulit
inilah yang menjadikan nilai-nilai budaya
dipahami jika tidak diteliti dengan
sebagai bagian dari pola hidup yang
metode kualitatif dengan teknik
memungkinkan seluruh warga sekolah
wawancara mendalam dan observasi;
dapat menyadari apa yang telah diperoleh
Keempat, Untuk mengembangkan teori.
dan dilakukan serta merenungkan apa
Metode kualitatif paling cocok digunakan
yang telah dipelajarinya sebagai bagian
untuk mengembangkan teori yang
dari proses belajar itu sendiri.
dibangun melalui data yang diperoleh
Budaya positif tersebut antara lain: melalui lapangan.
budaya jujur, budaya saling percaya,
budaya bersih, budaya disiplin, budaya Untuk memastikan kepastian data.
Data sosial sering sulit dipastikan
baca, budaya kerjasama, budaya memberi
kebenarannya, maka digunakan metode
teguran, budaya memberi penghargaan,
penelitian kualitatif melalui teknik
dan lain-lain
pengumpulan data secara trianggulasi
(gabungan).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian kualitatif yang
Metode yang digunakan dalam digunakan adalah phenomenological
penelitian ini adalah metode kualitatif. research atau penelitian fenomena-
Metode kualitatif adalah metode fenomena, yaitu salah satu jenis
penelitian yan digunakan untuk meneliti penelitian kualitatif, dimana dalam
pada kondisi objek yang alamiah, pengumpulan data (collecting data)
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, dengan observasi untuk mengetahui
teknik pengumpulan data dilakukan fenomena esensial yang terjadi
secara trianggulasi (gabungan), analisis dilapangan.Tempat penelitian adalah
data bersifat induktif, dan hasil lokasi yang digunakan dalam
penelitian kualitatif lebih menekankan melakukan penelitian untuk

54 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


memperoleh data yang diinginkan. pengumpulan data, yaitu observasi,
Tempat penelitian tesis ini adalah wawancara dan dokumentasi.Analisis
sebagai berikut : (a) SMK Negeri 1 Solok data dalam penelitian kualitatif berbeda
Selatan, dengan alamat Jalan Raya Koto dengan penelitian kuantitatif. Analisis
Baru - Muara Labuh KM. 3, Sungai Pagu, data penelitian kualitatif bersifat induktif
Pulakek Koto Baru, Kecamatan Sungai (berpikir induktif dalam bidang ilmiah
Pagu, Kabupaten Solok Selatan, yang bertitik tolak dari sejumlah hal
Sumatera Barat 27776 dan (b) SMK khusus untuk sampai pada suatu
Negeri 5 Solok Selatan, dengan alamat di rumusan umum sebagai hukum ilmiah)
Jalan Raya Pakan Rabaa Tangah, dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, data kualitatif adalah memperoleh
Kabupaten Solok Selatan, Sumatera makna, menghasilkan pengertian-
Barat. Sedangkan waktu penelitian pengertian, konsep-konsep dan
adalah waktu berlangsungnya penelitian mengembangkan teori-teori baru. Dalam
atau saat penelitian ini dilangsungkan. penelitian ini, peneliti menggunakan
Penelitian dilakukan dilaksanakan teknik analisis data kualitatif versi Miles
dalam rentang waktu 2 (dua) bulan, and Huberman, yang dikembangkan
yaitu tanggal 27 Juli s/d 27 September tahun 1984, yang meliputi reduksi data
2018. Dalam menentukan informan (data reduction), penyajian data (data
penelitian, peneliti menggunakan salah display), dan penarikan kesimpulan/
satu teknik sampling dalam penelitian, verifikasi data (conclusion drawing/
yaitu teknik sampling non probabiliti yang verification).
cenderung bersifat kualitatif. Yang
dimaksud dengan teknik sampling non
probabiliti adalah teknik pengambilan HASIL PENELITIAN DAN
sampel penelitian yang tidak memberi PEMBAHASAN
peluang/kesempatan yang sama bagi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
setiap unsur atau anggota populasi 1 Solok Selatan merupakan sekolah
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik menengah kejuruan tertua di Kabupaten
sampling yang digunakan dalam Solok Selatan dan Kabupaten Solok
penelitian ini adalah teknik snowball (sebelum Kabupaten Solok Selatan mekar
sampling. Teknik snowball sampling dari Kabupaten Solok). Pada awalnya,
adalah teknik penentuan sampel yang sekolah ini bernama SMEA PGRI, sekolah
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian swasta, kemudian dinegerikan tahun 1986
membesar.Ibarat bola salju yang dengan nama SMEA Muaralabuh. Setelah
menggelinding yang lama-lama itu diganti menjadi SMK Muaralabuh,
membesar. Snowball sampling merupakan kemudian diganti lagi menjadi SMK 1
metode sampling yang dilakukan Sungai Pagu dan sekarang bernama SMK
melalui proses bergulir dari satu Negeri 1 Solok Selatan. Sekolah ini
responden ke responden lainnya tergolong SMK kelompok Bisnis
sehingga data-data yang dihasilkan Manajemen dengan Jurusan Akuntansi,
semakin lama semakin dalam dan Perkantoran dan Penjualan. Seiring
valid.Dalam penelitian ini, peneliti dengan perkembangan daerah, pada
menggunakan 3 (tiga) macam teknik tahun 2004 sekolah ini mengembangkan

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 55


diri dengan penambahan dua Jurusan tahun pelajaran 2014/2015.Sebelum tahun
yaitu : TI dan Tata Boga. Pada tahun pada pelajaran 2013/2014, penguatan
tahun 2010 dikembangkan lagi dengan pendidikan karakter dalam program
menambah dua jurusan lagi yaitu Teknik intrakurikuler belum maksimal. Selmi,
Komputer Jaringan dan Akomodasi Pengawas SMK untuk wilayah Kabupaten
Perhotelan.Jadi, di sekolah ini ada 2 (dua) Solok Selatan menjelaskan bahwa
kelompok SMK, yaitu Administrasi penguatan pendidikan karakter ke dalam
perkantoran dan Teknologi rekayasa.SMK program intrakurikuler sekolah
Negeri 1 Solok Selatan merupakan berpedoman kepada Pergub Sumatera
sekolah kejuruan yang memiliki peserta Barat Nomor 73 Tahun 2012 tentang
didik yang cukup banyak jika dibanding Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan
dengan sekolah kejuruan lain di Karakter pada Sekolah/Madrasah di
Kabupaten Solok Selatan.Jumlah peserta Sumatera Barat dan Pedoman
didik SMK Negeri 1 Solok Selatan pada Pengintegrasian Pendidikan Al Qur’an
tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 771 dan Budaya Alam Minangkabau pada
orang. setiap mata pelajaran di SMA dan
SMK.Penguatan karakter peserta didik
SMK Negeri 5 Solok Selatan resmi
bernuansa surau dan budaya
menerima peserta didik baru pada tahun
Minangkabau penting diterapkan di SMK
pelajaran 2008/2009 tepatnya pada
dengan tujuan agar peserta didik SMK
tanggal 14 Juli 2008. Pada awalnya, SMK
memiliki mental dan karakter
Negeri 5 Solok Selatan memiliki 3 (tiga)
Islam/surau dan berbudaya
jurusan, yaitu: Teknik Instalasi Tenaga
Minangkabau. Raymond, Kasi Kurikulum
Listrik (TITL), Teknik Elektro dan Teknik
dan Kesiswaan SMK menjelaskan bahwa
Geologi Pertambangan. Pada tahun
pelaksanaan penguatan karakter di SMK
pelajaran 2009/2010, jurusan Teknik
berpedoman kepada Pergub Sumatera
Geologi Pertambangan dihapus, karena
Barat Nomor 73 Tahun 2012.Pelaksanaan
guru jurusan geologi tidak ada sama
kegiatan harus dilaporkan kepada Bidang
sekali. Sementara itu, jurusan Teknik
Pembinaan SMK Dinas Pendidikan
Elektro diganti menjadi Teknik
Provinsi Sumatera Barat setiap akhir
Elektronika Industri.SMK Negeri 5 Solok
semester berjalan.Penguatan pendidikan
Selatan memiliki tiga jurusan, yaitu
karakter bernuansa surau dan budaya
Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik
Minangkabau dalam program
Elektronika Industri dan Teknik
intrakurikuler di SMKN 1 dan SMKN 5
Komputer Jaringan.Jumlah peserta didik
Solok Selatan pada intinya adalah sebuah
pada tahun pelajaran 2018/2019 adalah
proses mengintegrasikan (menyatukan)
416 orang.
nilai-nilai karakter ke dalam
Penguatan pendidikan karakter pembelajaran. Dengan kata lain,
bernuansa surau dan budaya penguatan karakter ke dalam
Minangkabau dalam program intrakurikuler adalah guru
intrakurikuler di SMK Negeri 1 Solok mengintegrasikan nilai-nilai karakter
Selatan dilakukan secara intensif sejak surau dan budaya Minangkabau ke dalam
tahun pelajaran 2013/2014.Sedangkan proses pembelajaran, baik di kelas
SMK Negeri 5 Solok Selatan dimulai pada maupun di luar kelas.

56 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


Hasil wawancara peneliti dengan Islam yang sesuai dengan materi
Wakakur SMKN 1 Solok Selatan, pelajaran. Contohnya: materi PAI kelas
diperoleh keterangan tentang teknik XII (dua belas) Bab VI Sejarah
penilaian yang digunakan oleh majelis Perkembangan Islam di Indonesia, maka
guru dalam mengevaluasi pelaksanaan guru menugaskan siswa untuk mencari
penguatan pendidikan karakter, yaitu tokoh penyebar Islam di Kabupaten Solok
jurnal peserta didik, visit home (melihat Selatan, yaitu Syech Maulana Syofie
peserta didik langsung ke rumah), (ulama besar Sungai Pagu Solok Selatan,
penilaian sikap, dan lain-lain. Teknik hidup antara tahun 1730 – 1818 M); dan
penilaian ini tercantum dalam dokumen (d) Guru menyuruh peserta didik
silabus dan RPP guru yang membuat pepatah Minangkabau dalam
bersangkutan.Muhnadi, guru PAI di buku catatan sesuai materi yang telah ia
SMKN 1 Solok Selatan memaparkan pelajari. Contohnya materi PKn SMK
bahwa perubahan karakter siswa dinilai Kelas X Semester 1.
secara formal, yaitu menuliskan huruf A, Sedangkan guru mapel di SMKN 5
B, C, atau D dalam format nilai sikap Solok Selatan menggunakan beberapa
siswa.Nilai ini diserahkan kepada wali cara dalam menanamkan dan
kelas untuk direkap dan ditulis dalam membiasakan nilai-nilai karakter Al
rapor (bukti daftar nilai terlampir). Qur’an dan budaya Minangkabau, yaitu
Sedangkan Teti Nazraini, guru
(a) Tilawah Al Qur’an sesuai dengan
Matematika di SMKN 5 Solok Selatan juga materi yang akan disajikan. Guru
menilai sikap peserta didik dalam menugaskan 2 (dua) orang peserta didik
pembelajaran dengan membuat daftar untuk membaca ayat Al Qur’an dan
nilai sikap berupa jurnal siswa. Bukti ini terjemah ayat. Lalu guru memberitahu
dipergunakan oleh wali kelas dan guru kepada peserta didik bahwa ayat tersebut
BK.Hasil wawancara peneliti di SMKN 1 berkaitan dengan materi pelajaran; (b)
Solok Selatan, diketahui bahwa ada
Memberi contoh teladan kepada peserta
beberapa kiat yang digunakan oleh guru didik. Seperti guru tidak terlambat datang
mapel dalam menanamkan nilai-nilai ke sekolah, tidak merokok di sekolah, dan
karakter Surau dan budaya Minangkabau berpakaian rapi; dan (c)Guru memberi
dalam kegiatan belajar di kelas, yaitu : (a) tugas kepada peserta didik tentang
Guru melakukan kegiatan tilawah Al gambaran jorong/nagari dimana peserta
Qur’an sebelum memulai pembelajaran. didik tersebut menetap (seperti mapel
Tilawah Al Qur’an dilakukan oleh 5 (lima)
Sejarah). Contohnya pada materi Sejarah
atau 6 (enam) peserta didik secara SMK Kelas X Semester 1 tentang Bab I
bergantian. Ayat yang dibaca ditentukan Menelusuri Peradaban Awal di
oleh guru sesuai dengan materi apa yang Kepulauan Indonesia.Danil Saputra,
akan disajikan; (b) Guru membiasakan peserta didik kelas XI jurusan TITL
peserta didik mengucapkan salam SMKN 5 Solok Selatan menyebutkan
sebelum dan sesudah pembelajaran; (c) bahwa belum semua guru mapel yang
Khusus untuk peserta didik yang
mengajar di kelasnya menerapkan
mendapat nilai diatas KKM, guru pembelajaran terintegrasi pendidikan
memberi tugas pengayaan berupa karakter bernuansa surau dan budaya
mencari dan menjelaskan tokoh/ilmuan Minangkabau. Ia menyebutkan beberapa

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 57


guru mapel yang telah mengajar dengan masing pembina kegiatan ekstrakurikuler
terintegrasi pendidikan karakter, antara membuat program kerja dan anggaran
lain mapel PAI-BP, PKn, IPS, IPA, Bahasa dana yang dibutuhkan.Dari uraian
Indonesia, Seni Budaya, Prakarya, Fisika, temuan penelitian diatas, masing-masing
dan Bimbingan Konseling. Sedangkan SMK yang telah diteliti, yakni SMKN 1
guru mapel produktif/kejuruan belum dan SMKN 5 Solok Selatan telah
melaksanakan.Berdasarkan uraian di atas, melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
maka dapat disimpulkan bahwa guru- sesuai Pergub, namun terdapat
guru di SMKN 1 dan 5 Solok Selatan telah perbedaan, baik dari segi kualitas,
melakukan proses integrasi nilai-nilai kuantitas, dan keunggulan kegiatan yang
karakter bernuansa surau dan budaya ditonjolkan. Untuk lebih jelasnya,
Minangkabau ke dalam proses belajar perhatikan tabel di bawah ini:
mengajar (intrakurikuler) melalui tiga Tabel 1.
tahapan, yaitu perencanaan (berupa Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler di
SMKN 1 Solok Selatan
menyusun silabus dan RPP), pelaksanaan Cakupan Kegiatan
(di kelas), dan penilaian (sesuai No kegiatan Bentuk kegiatan yang
Kurikulum 2013). Selain itu, guru ekstrakur menonjol
memberi contoh langsung penerapan ikuler
nilai-nilai karakter surau dan budaya Kultum
Minangkabau di sekolah. Jumat/muhadarah
Forum An Nisa
Peraturan Gubernur Sumatera Barat (untuk siswa  Kultum
Nomor 73 Tahun 2012 tentang Petunjuk 1. Kegiatan perempuan) Jumat/
Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada ekstrakuri Forum Ar Rijal muhadarah,
Sekolah/Madrasah di Sumatera Barat kulerKega (untuk siswa laki-  Forum
menegaskan bahwa kegiatan maan/Isl laki) Ar Rijal
am/surau Program shalat
ekstrakurikuler di sekolah/madrasah
berjamaah
termasuk SMK terdiri atas 3 (tiga) bentuk,
Pesantren
yaitu (a) kegiatan ekstrakurikuler Ramadhan/pesan
keagamaan/Islami/surau; (b) kegiatan tren kilat
ekstrakurikuler nasional/kebangsaan; dan Latihan baris
(c) kegiatan ekstrakurikuler budaya berbaris  Pramuka
Kegiatan
Minangkabau/lokal. Mulzamra, Kepala ekstrakuri
Kegiatan drum  Bola voli
SMKN 5 Solok Selatan mengatakan bahwa 2. band
kuler
Kegiatan
setiap kegiatan ekstrakurikuler di SMKN Nasional/
Pramuka
5 Solok Selatan memiliki timpembina kebangsa
(penegak)
yang dibentuk dalam rapat dinas awal an
Pengembangan
semester dan diberi SK Kepala Sekolah. bakat : Bola voli
Sedangkan di SMKN 1 Solok Selatan, tim Kegiatan Randai
Pembina kegiatan ekstrakurikuler 3. ekstrakurik Pelatihan pidato Kuliner
dibentuk dalam rapat OSIS yang uler adaik Minang-
dikoordinasikan oleh Wakasis dan juga budaya Kuliner kabau
diberi SK oleh Kepala Sekolah. Minang- Minangkabau
kabau
Selanjutnya, Efrizol menjelaskan bahwa
setelah SK diberikan, maka masing-

58 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dalam Pergub Sumatera Barat Nomor 73
yang dilaksanakan di SMKN 5 Solok Tahun 2012 tentang Petunjuk
Selatan adalah: Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Tabel 2. Sekolah/Madrasah, tepatnya pada Pasal
Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler di 14. Pengembangan budaya/kultur
SMKN 5 Solok Selatan sekolah di SMKN 1 Solok Selatan
Cakupan Kegiatan dilakukan dengan cara sebagai berikut ,
No kegiatan Bentuk yang yaitu (a) membuat peraturan yang
ekstrakur- kegiatan menonjol kondusif untuk menerapkan pendidikan
kuler
karakter; (b) Keterlibatan semua warga
Kultum Jumat/
muhadarah sekolah dalam pembelajaran yang
Kegiatan Forum An Nisa berkarakter; (c) keterlibatan semua warga
ekstrakuri (untuk siswa sekolah dalam perawatan, pemanfaatan,
-kuler perempuan)
1. Kegamaan Program shalat  Kultum
pemeliharaan; (d) penanaman budaya
/Islam/ berjamaah Jumat/ bersih dan nyaman; dan (e) Sekolah bebas
surau Pesantren Muhada- asap rokok. SMKN 1 Solok Selatan telah
Rama-dhan/ rah menerapkan kawasan sekolah sebagai
pesantren kilat
Latihan baris kawasan bebas asap rokok. Bagi guru laki-
Kegiatan berbaris laki yang merokok telah disediakan ruang
ekstrakuri- Kegiatan drum  LBB khusus. Sedangkan peserta didik laki-laki
2. kuler band  Bola voli yang kedapatan merokok 1 kali di sekolah
Nasional/ Kegiatan maka peserta didik tersebut akan
kebangsa- Pramuka dikenakan poin 50 dan apabila
an (penegak)
mengulangi 1 kali, maka poinnya 100,
Pengembangan
langsung dikembalikan kepada orang
bakat : Bola voli
Kegiatan Randai
tuanya. Kebijakan ini dilaksanakan
3. ekstrakuri- Pelatihan berdasarkan Peraturan Bupati (Perbup)
kuler pidato adaik Pidato Solok Selatan Nomor 19 Tahun 2015
budaya adaik tentan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Minangka-
Pengembangan budaya/kultur
bau
sekolah di SMKN 5 Solok Selatan
dilakukan melalui beberapa kegiatan,
Pengembangan budaya sekolah/
antara lain adalah (a) Penerapan program
kultur sekolah berperan penting dalam
pendidikan lingkungan; (b) Penerapan
memperkuat pendidikan karakter
tata tertib peserta didik secara adil dan
bernuansa surau dan budaya
proporsional oleh semua personil sekolah;
Minangkabau di SMK Negeri Kabupaten
(c) Sekolah bebas asap rokok, sesuai
Solok Selatan. Nilai-nilai budaya sekolah
dengan Peraturan Bupati (Perbup) Solok
yang dikembangkan sejalan dengan nilai-
Selatan Nomor 19 Tahun 2015 tentan
nilai pendidikan karakter. Hendrimon,
Kawasan Tanpa Rokok (KTR); dan (d)
Waka Kesiswaan SMKN 1 Solok Selatan
Penanaman perilaku 5 S (salam, senyum,
menjelaskan bahwa pengembangan
sapa, sopan, santun), saling hormat dan
budaya/kultur sekolah di SMKN 1 Solok
kebersamaan.SMKN 5 Solok Selatan juga
Selatan mengikuti aturan yang tercantum
mengembangkan budaya/kultur sekolah

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 59


sebagai upaya memperkuat pendidikan dan budaya Minangkabau dalam kegiatan
karakter peserta didik. Budaya/kultur ekstrakurikuler di SMKN 1 dan SMKN 5
sekolah yang dikembangkan di SMKN 5 Solok Selatan adalah proses
Solok Selatan program pendidikan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
lingkungan (environment education). surau dan budaya Minangkabau ke dalam
Walaupun SMKN 5 Solok Selatan belum berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
masuk kategori sekolah adiwiyata, tetapi Kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansa
seluruh stakeholder sekolah telah surau terlihat dalam kegiatan muhadarah
berkomitmen untuk menjalankan (kultum Jumat), forum An Nisa, forum Ar
program pendidikan lingkungan sebagai Rijal (mengaji ilmu-ilmu keIslaman
usaha memperkuat karakter peserta didik. dengan metode halaqah), pesantren, dan
Beberapa program sekolah yang termasuk shalat berjamaah. Sedangkan penguatan
pendidikan lingkungan adalah nilai karakter budaya Minangkabau
keterlibatan semua warga sekolah dalam terlihat dalam kegiatan randai, pidato
perawatan dan pemeliharaan lingkungan adat, dan kuliner Minangkabau; dan (3)
sekolah (taman sekolah, WC sekolah, dan Pengembangan budaya sekolah
drainase sekolah), penanaman budaya merupakan cara atau metode penguatan
bersih dan nyaman (seperti setiap karakter siswa SMK yang tercantum
semester diadakan lomba kelas terbersih dalam Pergub Sumatera Barat Nomor 73
dan nyaman), dan sekolah bebas asap Tahun 2012. Pengembangan budaya
rokok. sekolah yang menonjol di SMKN 1 Solok
Selatan adalah “Budaya 5S” dan “sekolah
adiwiyata”. Sedangkan pengembangan
PENUTUP budaya sekolah yang menonjol di SMKN
Kesimpulan penelitian ini adalah (1) 5 Solok Selatan adalah “Program Sekolah
Penerapan program penguatan Sehat dan Bebas Asap Rokok”.Budaya
pendidikan karakter bernuansa surau sekolah ditanamkan oleh seluruh warga
dan budaya Minangkabau dalam kegiatan sekolah melalui komitmen bersama.
intrakurikuler (proses pembelajaran) di Sedangkan saran-saran antara lain
SMKN 1 dan SMKN 5 Solok Selatan adalah (1) perlu peningkatan pemahaman
merupakan sebuah proses yang dilakukan guru-guru SMK terhadap mekanisme
oleh guru mata pelajaran dalam (cara) mengimplementasikan nilai-nilai
memasukkan nilai-nilai karakter karakter bernuansa surau dan budaya
bernuansa surau dan budaya Minangkabau sehingga peserta didik lebih
Minangkabau ke dalam setiap langkah berkarakter lagi; (2) perlu adanya
pembelajaran. Nilai-nilai karakter peningkatan jumlah dan mutu kegiatan
ditanamkan ke dalam perangkat ekstrakurikuler bernuansa surau dan
pembelajaran dan dicontohkan langsung budaya Minangkabau di SMKN 1 dan
oleh guru yang bersangkutan (seperti SMKN 5 Solok Selatan, sehingga nilai-
berdoa dan tilawah Al Qur’an sebelum nilai karakter yang muncul akan semakin
dan sesudah kegiatan pembelajaran, kuat; dan (3) perlu dilaksanakan
sehingga terlihat nuansa surau); (2) komitmen kuat dari semua personil yang
Penerapan program penguatan ada di sekolah untuk bersama-sama
pendidikan karakter bernuansa surau melaksanakan program penguatan

60 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


pendidikan karakter bernuansa surau dan Demina, “Membumikan Budaya Lokal
budaya Minangkabau di SMK yang ada di dalam Membangun Karakter
Kabupaten Solok Selatan. Bangsa”. Jurnal Pendidikan
Karakter. Batusangkar: IAIN
Batusangkar. 2017. Di unduh pada
REFERENSI 17-02-2019.
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Emzir.Metodologi Penelitian Pendidikan
Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta:
Amzah. 2007. PT. Raja Grafindo Persada. 2015.
Adisusilo, Sutardjo. Pembelajaran Nilai Erliani, Sa’adah. “Peran Gerakan Pramuka
Karakter, Konstruktivisme dan VCT untuk Membentuk Karakter
Sebagai Inovasi Pendekatan Kepedulian Sosial dan
Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT. Kemandirian (Studi Kasus di SMK
Remaja Rosdakarya. 2012. Ukhwah Banjarmasin”, Jurnal
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Muallimuna.Volume 2.Nomor 1.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Oktober 2016. Banjarmasin: STKIP
PT. Rineka Cipta, 2006. PGRI Banjarmasin). di unduh
pada 17 November 2018.
Azra, Azyumardi. Surau, Pendidikan Islam
Tradisional Dalam Transisi dan Furkan, Nuril. Pendidikan Karakter Melalui
Modernisasi. Jakarta: Logos Budaya Sekolah. Jakarta: Magnum.
Wacana Ilmu. 2003. 2017.

Aziz, Yahya. “Penguatan Mata Kuliah Gunawan.Pendidikan Karakter (Konsep dan


Pendidikan Agama Islam di Implementasi). Bandung: Alfabeta.
Perguruan Tinggi Umum”.Jurnal 2012.
Sosial Humaniora.Volume 4 Nomor Hamid, Abdullah. Penanaman Nilai-Nilai
2. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Karakter Siswa SMK Salafiyah
2016. Prodi TKJ Kajen Margoyoso Pati
Azmi, Memen Permata. “Mengembangkan Jawa Tengah, Jurnal Pendidikan
Kemampuan Analogis Matematis”, Vokasi.Volume 3.Nomor 2.Juni
Journal Cendikia: Jurnal 2013. Yogyakarta: PPs Universitas
Pendidikan Matematika, Volume Negeri Yogyakarta. 2013.
1. No. 1. Mei 2017. 100-111. ISSN Hidayati, Nia. Memberi Ketegasan dalam
2579-9258.Fakultas Tarbiyah dan Mendidik Anak.Bandung: CV.
Keguruan.Universitas Islam Angkasa. 2015.
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Hidayat, Nurul. “Metode Keteladanan
2017.
dalam Pendidikan Islam”.Jurnal
Citra, Yulia. “Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan TA’ALLUM. Vol.
Karakter Dalam Pembelajaran”. 03.No. 02. November 2015.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Tulungagung: IAIN
Volume 1.Nomor 1.Januari 2012. Tulungagung. 2015.
Padang: UNP. 2012.

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 61


Holliday, Adrian. Doing and Writing Lazuardi. “Ekspresi Masyarakat
Qualitative Reseach. USA: Sage Minangkabau dalam Mencari
Publications Inc. 2002. Kata Mufakat: Studi Kasus”.
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya
Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Seni.Volume 14.Nomor 1.Juni
Rahagrasindo Perkasa. 2011.
2012. ISSN:1412-1662.
Jaya, Yahya. Wawasan Profesional Konseling Padangpanjang: ISI. 2012.
Islam.Padang: Hayfa Press. 2015.
Majid, Abdul dan Dian
Kemendiknas.Pedoman Pelaksanaan Andayani.Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter. Jakarta: Perspektif Islam.Bandung: PT.
Balitbang Puskurbuk. 2011. Remaja Rosdakarya. 2013.
Kementerian Pendidikan dan Marzuki.Pendidikan Karakter Islam. Jakarta:
Kebudayaan.Kepramukaan: Bahan Amzah. 2015.
Ajar Implementasi Kurikulum 2013
Manaf, Maimunah. Sistem Pendidikan
Untuk Kepala Sekolah. Jakarta:
Kemendikbud. 2014. Surau: Karakteristik, Isi, dan
Literatur Keagamaan. Journal of
Kesuma, Dharma, dkk, Pendidikan Islamic Education UIN Raden Fatah
Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Palembang.Volume 17 Nomor
Sekolah. Bandung: Remaja 02.Tahun 2012.
Rosdakarya. 2015.
Manan, Imran.Pengantar Antropologi
Koentjaraningrat.Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Dirjen Dikti. 1989.
1990.
____________. Dasar-Dasar Sosial Budaya
Koesoemo, Doni. Pendidikan Karakter: Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Strategi Mendidik Anak di Zaman Dirjen Dikti. 1989.
Modern. Jakarta: PT. Grasindo,
Ma’rifataini, Lisa’diyah. “Pengaruh
2007.
Kegiatan Intrakurikuler dan
Kurniawan, Heru Edi, dkk. “Integrasi Ekstrakurikuler terhadap
Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Karakter Siswa di
Pengembangan Perangkat SMAN 09 Bandar
Pembelajaran Berbasis Problem Lampung”.Jurnal Penelitian
Base Learning di SMK”.Jurnal Pendidikan Agama dan
Pendidikan. Volume 5.Nomor 1. Keagamaan.Volume 14.Nomor 02.
Surakarta: Universitas Sebelas Jakarta: Puslitbang Kemenag RI.
Maret. 2014. 2016.
Kustanti, Niken. “Hubungan antara Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter:
Ketaatan Peraturan Baris Berbaris Solusi Tepat untuk Membangun
dalam Kegiatan Pramuka dan Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage
Disiplin Siswa”. Jurnal Pendidikan. Foundation. 2004.
Edisi 22 Tahun ke-5. 2016.
Yogyakarta: UNY. 2016.

62 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Rosa, Femillia, dkk. “Penerapan
Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Pendidikan Karakter Peduli
2014. Lingkungan Melalui Metode
Inkuiri Terhadap Sikap dan
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter:
Perilaku Siswa SMKN 6 Banda
Menjawab Tantangan Krisis
Aceh”.Jurnal Biotik.ISSN: 2337-
Multidimensional. Jakarta: Bumi
9812. Volume 2.Nomor 1.Edisi
Aksara. 2011.
April 2014. Banda Aceh:
Musanna. “Revitalisasi Kurikulum Universitas Syiah Kuala. 2014.
Muatan Lokal Untuk Pendidikan
Rubei, Muhammad Anwar. “Integrasi
Karakter Melalui Evaluasi
Pendidikan Karakter Dalam
Responsif”. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran IPA SMK Untuk
Kebudayaan.Volume 16. Edisi
Mengembangkan Kemandirian
Khusus III. Oktober 2010. Aceh
Siswa di SMKN Kota Pontianak”.
Tengah: Sekolah Tinggi Islam
Jurnal Pendidikan Sosial.Volume 2
Gajah Putih Takengon. 2010.
Tahun 2. Pontianak: IKIP PGRI.
Noer, Ali, dkk.“Upaya Ekstrakurikuler 2015.
Kerohanian Islam (ROHIS) dalam
Rusman.Belajar dan Pembelajaran
Meningkatkan Sikap
Berorientasi Standar Proses
Keberagamaan Siswa di SMK
Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017.
Ibnu Taimiyah Pekanbaru”.Jurnal
Al Thariqah.Volume 2.Nomor Rukmana, Reza, dkk. “Membumikan Nilai
1.Tahun 2017.ISSN 2527-9610. Budaya Lokal Minangkabau
Pekanbaru: Universitas Islam Dalam Membangun Karakter
Riau. 2017. Bangsa”. Jurnal Pengembangan
Budaya-FBS.Volume 2.Nomor
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika
2.Desember 2014. Bandung:
Intelektual Pendidikan Islam di
Universitas Pajajaran. 2014.
Nusantara.Jakarta: Kencana. 2014.
Samad, Duski. “Strategi Penanaman dan
Rachman, Budhy Munawar (Ed.).
Pengamalan Nilai Pendidikan
Pendidikan Karakter: Pendidikan
Rohani Bernuansa Surau di
Menghidupkan Nilai untuk
Sekolah”.
Pesantren, Madrasah dan Sekolah.
https://profduski.wordpress.com/2016
Jakarta: The Asia Foundation.
/06/12/strategi-penanaman-dan-
2017.
pengamalan-nilai-pendidikan-rohani-
Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: bernuansa-surau-di-sekolah. di
Kalam Mulia. 2015. unduh pada 17-02-2019.
_________. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia. 2006.
_________. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam
Mulia. 2013.

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 63


Saidah, Nur. “Pendidikan Agama Islam, Syarif, Miftah, dkk. “Pelaksanaan
Problem dan Tantangannya Pendidikan Karakter dalam
sebagai Komponen Matakuliah Pembelajaran PAI di SMK
Pengembangan Kepribadian”. Hasanah Pekanbaru”.Jurnal Al
Jurnal Pendidikan Agama Thariqah. Volume 1.Nomor 1.Juni
Islam.Volume IV.Nomor 1. 2016. Pekanbaru: Universitas
Pekanbaru: UIN Susqo. 2007. Islam Riau. 2016.
Samani, Muchlas dan Hariyanto.Konsep Syarbaini, Amirulloh. Pendidikan Karakter
dan Model Pendidikan Berbasis Keluarga. Jakarta: Ar Ruzz
Karakter.Bandung: PT. Remaja Media. 2016.
Rosdakarya. 2016. Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter
Samudro, Rio, dkk. “Nilai-Nilai Budaya Berbasis Al Qur’an. Jakarta: PT.
Minangkabau Dalam Teks Pidato Raja Grafindo Persada. 2014.
Batagak Gala Panghulu Karya Tim Penulis IAIN Imam Bonjol
H.Idrus Hakimy Datuak Rajo Padang.Pedoman Penulisan Karya
Panghulu”, Jurnal Pendidikan Ilmiah. Padang: IAIN Imam Bonjol
Bahasa dan Sastra Indonesia. Padang Press. 2014.
Volume 1 Nomor 1. September
2012. Padang: UNP. 2012. Tim Penyusun. Konsep Pembelajaran di
SMK.Jakarta: Dirjen Pembinaan
Silberman, Melvin.L. Active Learning: 101 SMK. 2012.
Cara Belajar Siswa Aktif,
terjemahan Raisul Muttaqien. __________. Peraturan Gubernur Sumatera
Bandung: Nusamedia dan Barat Nomor 73 Tahun 2012 tentang
Nuansa. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan
Karakter di Sekolah/Madrasah di
Sugiyono.Metode Penelitian Kombinasi, Sumatera Barat.
Mixed Method. Bandung: Alfabeta,
2011. __________. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
________. Metode Penelitian Pendidikan 1989.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta. __________. Undang-Undang RI Nomor 20
2015. Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.Jakarta: Sinar
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Grafika. 2016.
Jakarta: Rajawali Press. 2013.
__________. Undang-Undang Sistem
Sumahamijaya, Suparman. Pendidikan Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar
Karakter Mandiri dan Grafika. 2016.
Kewiraswastaan.Bandung:
Angkasa. 2003. __________. Peraturan Presiden RI Nomor
87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK).
https://www.guru-id.com/2017/08/
perpres-tentang-penguatan-
pendidikan.html.

64 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018


Trianto.Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Yuliawan, Dhedhy. “Pembentukan
Pengembangan Profesi Pendidikan Karakter Siswa dengan Jiwa
dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Sportif Melalui Pendidikan
Kencana. 2010. Jasmani Olahraga dan
Kesehatan”.Jurnal Sportif.Volume
Yulianto, Agus. Makna dan Tantangan
2.Nomor 1. Mei 2016. ISSN: 2477-
Perpres Penguatan Pendidikan
3379. Kediri: Universitas
Karakter Sesuai Peraturan
Nusantara PGRI Kediri. 2016.
Presiden Nomor 87 Tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Zuchdi, Darmiyati. Humanisasi
Karakter. 2017. Pendidikan.Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2009.
Yudha, Redi Indra. “Pengaruh Kegiatan
Ekstrakurikuler dan Sikap Belajar Zulnuraini. “Pendidikan Karakter:
Siswa terhadap Hasil Belajar di Konsep, Implementasi dan
SMKN Kota Jambi”.Jurnal Ilmiah Pengembangannya di Sekolah”.
Pendidikan,Volume 16 Nomor 03 Jurnal DIKDAS. Nomor 1.Vol. 1.
Tahun 2016. Batanghari: September 2012.
Universitas Batanghari. 2016.

Penguatan Pendidikan Karakteristik Peserta Didik... 65


66 Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2018

You might also like