You are on page 1of 10

Artikel Penelitian

PERUBAHAN FUNGSIONAL PENYAKAIT PARKINSON DENGAN


MENGGUNAKAN UNIFIED PARKINSON’S DISEASE RATING
SCALE (UPDRS)
Herlina Sari*, Salim Harris* , Manfaluthy Hakim*, Yusuf Misbach*, Herqutanto**

ABSTRACT
Introduction: Progressive decline in functional status is the expected natural course of Parkinson’s
disease. The variability between patients, manifested by individual patients motoric function and disability
seem to progress at different rates.
Aim: To determine the overall rate of functional decline after 4 years in patients with Parkinson’s
disease who were receiving routine treatment and to assess the factors associated with functional changes
in disease progression.
Methods: A comparative serial survey study. Of the 42 patients originally derived from a hospital-
based study, 37 were re-examined after 4 years of follow-up. Information on functional status was obtained
using the same scale Unified Parkinson Disease Rating Scale (UPDRS) versi 3.0, the Hoehn and Yahr
staging, and the Schwab and England score, when assessed during the on state.
Results: After 4 years, compared with baseline there was significant changes (all p value <0,001), of
total UPDRS score increase 13,76 points, UPDRS I- mentation, behavior and mood increase 2,32 points,
UPDRS II- ADL increase 4,95 points, UPDRS III- motor function increase 4,49 points, UPDRS IV-
complication of treatment increase 1,97 points and Schwab and England scale decreased 6,22%. Older
age, longer disease duration, first cardinal sign’s rigid-akinetic, and poor compliance were associated with
greater impairment in functional scale.
Conclusions: We found a functional decline of total UPDRS, each UPDRS subscale, also the the
Hoehn and Yahr staging and the Schwab and England ADL scale. Overall rate of functional scale
worsened significantly with time. Age,disease duration, associated with functional scale changes thought to
be due to involvement of non-dopaminergic brain structures, are related to more impaired functional
status.
Keywords: Disease progression, functional changes, Parkinson’s disease, UPDRS

ABSTRAK
Pendahuluan: Penurunan status fungsional diduga akan terjadi pada perjalanan alami penyakit
Parkinson.Variasi antar pasien berwujud perbedaan derajat perubahan fungsi motorik dan disabilitas yang
berbeda-beda.
Tujuan: Untuk menentukan angka perubahan fungsional selama periode 4 tahun pada penderita
Parkinson di RSCM yang mendapat obat antiparkinson rutin dan menetukan faktor-faktor yang diduga
berhubungan dengan perubahan fungsional penyakit Parkinson.
Metode: Suatu studi comparative serial survey, dari 42 pasien dengan diagnosa klinis penyakit
Parkinson, skala fungsional 37 orang pasien difollow- up kembali setelah 4 tahun. Informasi skala
fungsional dengan menggunakan Unified Parkinson Disease Rating Scale (UPDRS) versi 3.0, stadium
Hoehn dan Yahr, dan skala Schwab dan England, evaluasi UPDRS dilakukan pada fase on.
Hasil: Setelah periode 4 tahun telah terjadi penurunan bermakna semua subskala fungsional UPDRS
(semua p<0,001), berupa kenaikan skor UPDRS total sebesar 13,76 angka, kenaikan skor UPDRS I -
mental, prilaku & mood sebesar 2,32 angka, kenaikan skor UPDRS II - ADL sebesar 4,95 angka, kenaikan
skor UPDRS III - motorik sebesar 4,49 angka, kenaikan skor UPDRS IV - komplikasi pengobatan sebesar
1,97 angka, kenaikan skor UPDRS III-motorik sebesar 4,49 angka, kenaikan stadium Hoehn-Yahr sebesar
0,35 angka, penurunan skala Schwab-England sebesar 6,22%. Usia lebih tua, makin lama durasi sakit,
gejala kardinal awal rigid akinetik dan kepatuhan minum obat yang rendah berhubungan dengan
penurunan fungsional yang lebih buruk.
Kesimpulan: Didapatkan penurunan fungsional pada UPDRS total, setipa subskala Angka
keseluruhan skala fungsional memburuk secara bermakana dengan bertambahnya waktu. Usia dan durasi
sakit berhubungan perubahan skala fungsional diduga berkaitan dengan keterlibatan struktur non-
dopaminergik, berhubungan dengan status fungsional yang lebih menurun.

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

Kata kunci: Penyakit Parkinson, perjalanan penyakit, perubahan fungsional, UPDRS

*Departemen Neurologi FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, **Departemen Komunitas FKUI/RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN
Dalam perjalanan klinis penyakit Parkinson dimulai dengan istilah presymptomatic phase,
kemudian honeymoon period, diikuti complication period, dan cognitive decline.1,3-5 Untuk
menilai perjalanan klinis penyakit Parkinson yang memiliki perubahan gejala klinis yang gradual
dan insidious, dipakai beberapa skala penilaian klinis, antara lain Unified Parkinson Disease
Rating Scale (UPDRS).1,4,5-8
UPDRS merupakan baku emas internasional untuk skala penilaian klinis penyakit
Parkinson.1,4-6,10-11 UPDRS terdiri dari 6 subskala, yang terdiri dari: UPDRS I Mentation,
behaviour, and mood, UPDRS II Activities of daily living, UPDRS III Motor examination,
UPDRS IV Complications of treatment, UPDRS V Hoehn and Yahr (HY) staging, UPDRS VI
Schwab and England (SE) Activities of daily living score. 1,4-6,10-11
Evidence base review (EBM) oleh The QSS (Quality Standards Subcommittee) of the
American Academy of Neurology (AAN), 2006 9 merekomendasikan beberapa faktor prediktor
untuk prognosis progresivitas penyakit Parkinson yaitu: usia; usia tua saat onset; gejala kardinal
awal; demensia; komorbiditas dan penurunan respon terhadap dopamin. Beberapa penelitian lain
mendapatkan hubungan pengaruh kepatuhan minum obat (compliance) terhadap gejala klinis
sesuai UPDRS. Fisioterapi juga didapatkan berpengaruh terhadap perubahan UPDRS.12-14
Perbedaan   demografik   dan   klinis   antar   subjek   yang   mempengaruhi   skala   fungsional   ,  
diduga    melibatkan  jalur  dopaminergik  yang  bervariasi  dan  juga  jalur  lainnya.15-­‐23  
Pada tahun 2005 Sukoandari, dkk8 melakukan penelitian mengenai gambaran penyakit
Parkinson di RSCM dengan menggunakan UPDRS, dengan jumlah subjek 42 orang. Belum ada
data mengenai perubahan skala fungsional sesuai UPDRS pada penderita Parkinson di RSUPN-
CM. Diduga setelah 4 tahun berjalan, subjek penelitian Sukoandari dkk tersebut di atas diduga
sudah mengalami perubahan fungsional berdasarkan skor UPDRS.
METODE
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan penelitian analitik comparative serial
survey dari bulan Agustus sampai Oktober 2009 di Poliklinik RSCM. Sampel adalah semua
pasien Parkinson yang merupakan subjek penelitian Sukondari dkk. tahun 20058 yang memenuhi
kriteria inklusi yaitu masih hidup dan bersedia diikut sertakan dalam penelitian (total sampling).
Jumlah subjek pada penelitian awal adalah 42 pasien. Pada saat ini terdapat 37 subjek yang
memenuhi kriteria inklusi.
Penilaian dengan UPDRS dilakukan pada fase on yaitu fase terbaik/optimal dari pasien
setelah minum obat antiparkinson. Skor dicatat untuk masing-masing bagian. Nilai kumulatif
maksimum untuk UPDRS adalah jumlah skor bagian I sampai dengan IV, dimana skor 199
menunjukkan nilai disabilitas paling berat, 0 menunjukkan tidak terdapat gejala penyakit.1,4,6
Data penelitian diolah dengan menggunakan SPSS versi 16.0, dengan interval nilai
berdasarkan interval kepercayaan 95%. Perbandingan rerata untuk 2 kelompok variabel numerik
dengan dua kali pengukuran berdistribusi normal digunakan uji t-berpasangan. Hubungan antara
variabel kualitatif dan variabel kuantitatif dinilai dengan uji t-independen bila memenuhi
syarat normalitas. Untuk perbandingan variabel numerik lebih dari 2 kelompok berdistribusi
normal digunakan uji Oneway ANOVA (Analysis of variance), dilanjutkan dengan analisis post
Hoc.

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

HASIL
Pada penelitian ini jumlah subjek sebanyak 37 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki dan
17 orang perempuan. Rerata usia 66,7 tahun, rentang 34-80 tahun. Rerata usia saat onset adalah
56,8 tahun, dengan rentang 27-72 tahun. Rerata durasi sakit adalah 9,78 tahun, dengan rentang 4-
25 tahun. Dibandingkan data tahun 2005 terlihat perubahan jenis dan kombinasi obat
antiparkinson. Levodopa masih merupakan jenis obat yang terbanyak digunakan oleh subjek
penelitian, yaitu 91,9%, diikuti Antikolinergik 75,7%, Dopamin Agonis 56,8%, dan COMT
Inhibitor 27,2%.

Tabel 1. Perubahan Skor UPDRS Subjek Setelah 4 Tahun

IK 95%
Rerata Rerata Perbedaan rerata
Skala fungsional p
2005 2009 (paired difference) Rendah Tinggi

▪Skor UPDRS total (Is/d IV) 32,84 46,43 -13,76 <0,001 -16,272 -11,241
▪Skor UPDRS subskala I 2,35 4,68 -2,32 <0,001 -3,010 -1,639
▪Skor UPDRS subskala II 12,16 17,11 -4,95 <0,001 -6,015 -3,877
▪Skor UPDRS subskala III 15,54 20,03 -4,49 <0,001 -5,743 -7,242
▪Skor UPDRS subskala IV 2,84 4,81 -1,97 <0,001 -2,515 -3,230
▪Stadium Hoehn & Yahr 2,14 2,49 0,35 <0,001 - 0,531 -0,172
▪Skala Schwab England 76,49 70,27 6,22 <0,001 3,945 8,487

Uji t- berpasangan

Pada penderita Parkinson di RSUPN-CM setelah periode 4 tahun telah terjadi penurunan
skala fungsional menyeluruh UPDRS, berupa kenaikan skor UPDRS total dan kenaikan masing-
masing subskala UPDRS yang semuanya bermakna secara statisik.

Tabel 2. Perubahan Skor UPDRS Total Setelah 4 Tahun pada Masing-Masing Kelompok Menurut:
Usia, Usia Saat Onset, Gejala Kardinal Awal, dan Jenis Obat Antiparkinson
Skor UPDRS total IK 95%
Karakteristik subjek Rerata Perbedaan
Nilai p Rendah Tinggi
2005 2009 rerata
Usia (tahun) : ≥67 38,14 54,79 -16,643 <0,001 -21,59 -11,69
<67 29,61 41,61 -12,000 <0,001 -14,78 -9,23
Usia saat onset (tahun): ≥57 32,68 47,37 -14,684 <0,001 -18,45 -10,92
<57 33,00 45,78 -12,778 <0,001 -16,44 -9,122
Durasi sakit (tahun): ≤5 16,20 20,80 -4,600 0,026 -8,283 -0,917
6-10 25,21 36,74 -11,526 <0,001 -14,074 -8,979
≥11 50,38 70,92 -20,538 <0,001 -24,305 -16,295
Gejala Kardinal awal: Tremor 30,62 43,42 -1,2808 <0,001 -15,807 -9,809
Akinetik rigid 38,09 54,09 -1,6000 <0,001 -21,169 -10,831
Jenis obat antiparkinson
Levodopa : Ya 32,84 46,60 -13,76 <0,001 -16,272 -11,242
Tidak 24,33 26,33 -2,000 0,225 -6,968 2,9683
Da- agonis: Ya 28,70 42,50 -13,80 <0,001 -17,907 -9,693
Tidak 37,71 51,41 -13,706 <0,001 -16,816 -10,596
COMT-I: Ya 34,00 52,44 -18,444 <0,001 -23,026 -13,863
Tidak 32,46 44,71 -12,250 <0,001 -15,143 -9,3567

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

Antikolinergik: Ya 31,97 44,89 -12,931 <0,001 -15,872 -9,990


Tidak 36,00 52,75 -16,750 <0,001 -22,070 -11,430
Uji t-berpasangan

Tabel 2 memperlihatkan perubahan skor UPDRS total setelah 4 tahun pada masing-masing
kelompok subjek menurut usia, usia saat onset, gejala kardinal awal, dan jenis obat
antiparkinson, dimana didapatkan hasil: terdapat perubahan bermakna skor UPDRS total pada
kelompok semua kelompok subjek (semua nilai p<0,001), kecuali kelompok subjek yang tidak
mendapat levodopa (p=0,225).
Bila diperinci lebih lanjut perubahan setiap subskala UPDRS setelah 4 tahun pada penderita
Parkinson di RSUPN-CM menurut masing-masing kelompok subjek: terdapat perubahan
bermakna skor UPDRS I pada semua kelompok subjek (semua nilai p<0,001), kecuali kelompok
durasi sakit ≤5 tahun (p=0,226); terdapat perubahan bermakna skor UPDRS II pada semua
kelompok subjek (semua nilai p<0,001), kecuali kelompok durasi sakit ≤5 tahun (p=0,053) dan
kelompok yang tidak mendapat levodopa (p=0,057); terdapat perubahan bermakna skor UPDRS
III pada semua kelompok subjek (semua nilai p<0,001), kecuali kelompok yang tidak mendapat
levodopa (p=0,729); perubahan bermakna skor UPDRS IV pada semua kelompok subjek (semua
nilai p<0,001), kecuali subjek dengan durasi sakit ≤5 tahun (p=0,374) dan yang tidak mendapat
levodopa (SE=0); terdapat perubahan bermakna stadium H&Y pada semua kelompok subjek
(semua nilai p<0,001), kecuali kelompok dengan durasi sakit ≤5 tahun (SE=0), kelompok yang
tidak mendapat levodopa (SE=0) dan kelompok yang tidak mendapat Da-agonis (p=0,083);
terdapat perubahan bermakna derajat ADL-SE pada semua kelompok subjek (semua nilai
p<0,001), kecuali kelompok dengan durasi sakit ≤5 tahun (p=0,374) dan kelompok yang tidak
mendapat levodopa (SE=0).
Tabel 3 memperlihatkan hubungan antara faktor penentu dengan perubahan UPDRS total,
dengan hasil: subjek yang berusia 67 tahun ke atas memiliki rerata perubahan UPDRS total lebih
besar secara bermakna dibandingkan subjek di bawah 67 tahun (-16,64 vs. -12,00 ; p=0,038).
Dengan analisis post-Hoc didapatkan perbedaan bermakna antar semua kelompok durasi sakit
(p<0,001), dimana rerata perubahan paling besar terdapat pada durasi sakit >11 tahun, diikuti
durasi sakit 6-10 tahun, kemudian ≤5 tahun (-20,54 vs. -11,26 vs. 4,40). Subjek yang mendapat
jenis obat levodopa memiliki rerata perubahan UPDRS total lebih besar secara bermakna
dibandingkan subjek yang tidak mendapat levodopa (-14.65 vs. -1.67 ; p=0,003), demikian pula
halnya pada subjek yang mendapat COMT-I dibandingkan subjek yang tidak mendapat COMT-I
( -17,9 vs. -12 ; p=0,032).

Tabel 3. Hubungan Antara Faktor Penentu dengan Perubahan UPDRS Total


Perubahan skor UPDRS total 95% IK
Faktor Penentu Perbedaan p
Rerata Rendah Tinggi
Rerata
Usia (tahun) : ≥67 -16,64
-4,64 0,038 -10,306 -0,303
<67 -12,00
Usia saat onset (tahun): ≥57 -14,42
-1,699 0,499 -6,749 3,352
<57 -12,72
Durasi sakit (tahun): *
≤ 5 6-10 -4,40 6,863 0,011 1,680 12,05
≥11 16,138 <0,001 10,71 21,57
6-10 ≤5 -11,26 -6,863 0,011 -12,05 -1,68
≥11 9,275 <0,001 5,560 12,99
≥11 ≤5 -20,54 -16,138 <0,001 -21,57 -10,71
6-10 -9,275 <0,001 -12,99 -5,56

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

Gejala Kardinal awal: Tremor -12,62


3,294 0,227 -2,150 8,737
Akinetik rigid -15,91
Jenis obat antiparkinson
Levodopa : Ya -14.65
-12,98 0,003 -21,155 -4.806
Tidak -1.67
Da- agonis: Ya -13,50
0,206 0,935 -4,893 5,304
Tidak -13,71
COMT-I: Ya -17,90
-5,900 0,032 -11,252 -0,548
Tidak -12,00
Antikolinergik: Ya -12,57
4,206 0,146 -1,538 9,950
Tidak -16,78
Compliance * :
Baik Sedang -1,526 0,607 -7,49 4,44
-12,83
Rendah 4,000 0,190 -2,08 10,08
Sedang Baik 1,526 0,607 -4,44 7,49
-11,31
Rendah 5,526 0,068 -0,44 11,49
Rendah Baik -4,000 0,190 -10,08 0,44
-16,83
Sedang -5,526 0,068 -11,49 2,08
Komorbiditas: Ada -14,00
Tidak -0,536 0,855 -6,456 5,384
-13,46
Fisioterapi : Ada -11,6
2,548 0,383 -3,310 8,405
Tidak -14,22

Setelah dianalisa untuk masing-masing subskala, didapatkan bahwa: tipe tremor memiliki
rerata perubahan UPDRS I yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan tipe akinetik-rigid (-
1,77 vs. -3,64; p=0,009); kelompok durasi sakit >11 tahun memiliki rerata perubahan UPDRS II
lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok ≤5 tahun (-7,62 vs.-1,80; p<0,001);
subjek yang mendapat levodopa memiliki rerata perubahan UPDRS II yang lebih besar secara
bermakna dibandingkan subjek yang tidak mendapat levodopa (-5,32 vs.-1,67; p=0,036); subjek
yang mendapat COMT-I memiliki rerata perubahan UPDRS II yang lebih besar secara bermakna
dibandingkan subjek yang
tidak mendapat COMT-I (-6,80 vs.-4,33; p=0,035); subjek yang mendapat jenis obat levodopa
memiliki rerata perubahan derajat ADL-SE yang lebih besar secara bermakna dibandingkan yang
tidak mendapat levodopa (6,47 vs. 0,00; p=0,00); kelompok subjek dengan compliance rendah
memiliki rerata perubahan derajat ADL-SE lebih besar secara bermakna dibandingkan subjek
dengan compliance sedang (9,17 vs. 2,31; p=0,007); kelompok usia ≥67 tahun mengalami
perubahan UPDRS III yang lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok usia <67 tahun
(-5,79 vs. -1,92; p=0,001); kelompok durasi sakit >11 tahun memiliki rerata perubahan skor
UPDRS III yang lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok ≤5 tahun (-7,15 vs. -1,40;
p=0,002) dan kelompok 6-10 tahun (-7,15 vs. -3,37; p=002); subjek yang mendapat levodopa
memiliki rerata perubahan UPDRS III-motorik lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mendapat levodopa (-4,91 vs. 0,00; p=0,007); subjek dengan compliance
rendah memiliki rerata perubahan UPDRS III lebih besar secara bermakna dibandingkan subjek
dengan compliance baik (-6,17 vs. -2,75; p=0,026); kelompok durasi sakit >11 tahun mengalami
rerata perubahan UPDRS IV lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok durasi
sakit ≤5 tahun, (-2,62 vs. -0,80; p=0,017); subjek yang mendapat jenis obat levodopa memiliki
rerata perubahan UPDRS IV lebih besar secara bermakna dibandingkan subjek yang tidak
mendapat levodopa (-2,18 vs. -0,00; p<0,001).
PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek Penelitian Usia dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan cut of point rerata
usia subjek yaitu 67 tahun dengan rentang 34-80 tahun. Usia saat onset dikelompokkan menjadi 2
Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010
Artikel Penelitian

dengan cut of point rerata usia onset yaitu 57 tahun. Rerata durasi sakit adalah 9,78 tahun,
dengan rentang 4-25 tahun. Durasi sakit dikelompokkan menjadi 3 yaitu antara ≤5 tahun (13,5%),
6-10 tahun (51,4%), ≥11 tahun (35,1%). Pengelompokan durasi sakit sama dengan penelitian
awal tahun 2005.8
Dibandingkan data tahun 20058 terlihat perubahan jenis dan kombinasi obat
antiparkinson. (tabel 1). Selama periode 4 tahun diketahui sebagian besar subjek sudah
mengalami beberapa kali perubahan jenis dan dosis serta kombinasi obat antiparkinson. Pada
penelitian ini yang didata dan dianalisa adalah obat antiparkinson yang terakhir dikonsumsi
subjek rutin selama minimal 1 bulan.
Perubahan Skala Fungsional UPDRS Pada penelitian ini dipakai interval follow up 4 tahun,
diperoleh hasil bahwa setelah periode 4 tahun telah terjadi penurunan skala fungsional berupa
perubahan rerata skala fungsional yang sangat bermakna baik UPDRS total (p=<0,001), UPDRS
I (p=<0,001), UPDRS II (p=<0,001), UPDRS III (p=<0,001), dan UPDRS IV (p=<0,001) antara
tahun 2005 dengan 2009. Demikian pula halnya dengan stadium HY (p=<0,001) serta skala SE
(p=<0,001) (tabel 2).
Sebagaimana diketahui penyakit Parkinson adalah penyakit yang kronis dan progresif,
dimana gejala perlahan makin memburuk dengan bertambahnya waktu disertai bertambah
beratnya disabilitas.1-3,9 Bila dibandingkan dengan penelitian Alves, dkk.15 yang memakai
interval follow up 4 tahun dan 8 tahun, dengan menggunakan uji regresi logistik juga didapatkan
penurunan seiring waktu yang bermakna pada fungsi motorik (p<0,001), UPDRS II ADL
(p<0,001), stadium HY (p<0,001), dan skala SE (p<0,001).
Kelompok durasi sakit ≤5 tahun memiliki status fungsional paling baik ditunjukkan
dengan rerata skor UPDRS yang paling kecil untuk semua subskala, diikuti kelompok durasi sakit
6-10 tahun, kemudian ≥11 tahun ( -2,62 vs. -0,80; p=0,017) . Hal ini sesuai dengan skema
perjalanan penyakit Parkinson dimana durasi sakit di bawah 5 tahun masih dalam periode
honeymoon dengan respon terhadap obat antiparkinson sangat baik dan konstan. Sesuai dengan
Ahlskog, dkk.24 baik diskinesia maupun fluktuasi motorik frekuensinya meningkat dengan
peningkatan durasi penyakit, dimana sekitar 40% pasien penyakit Parkinson mengalami gejala
komplikasi motorik 4-6 tahun sejak onset. Sedangkan Hely dkk25 mendapatkan bahwa 40%
pasien Parkinson mengalami diskinesia 6 tahun sejak onset.
Sebagai catatan tambahan, subjek no. 16 dan 30 mengalami rerata perubahan UPDRS
total masing-masing 28 angka dan 33 angka. Perubahan tersebut jauh lebih besar dibandingkan
rata-rata subjek lainnya (13,76 angka SD 7,54 angka). Tidak tertutup kemungkinan bahwa respon
yang tidak begitu baik terhadap levodopa pada kedua subjek tersebut disebabkan bahwa subjek
bukan penderita Parkinson idiopatik melainkan sindroma parkinsonian atau parkinsonism
sekunder. Studi terbaru di Wales menunjukkan bahwa kesalahan diagnostik pada sindroma
parkinsonian lebih dari 50% di praktek dokter umum. Brain bank UK menemukan diagnostic
error sekitar 25% di tangan dokter spesialis saraf.4,5
Hubungan faktor penentu terhadap perubahan UPDRS
Usia, Usia onset dan Durasi Sakit Pada penelitian ini didapatkan rerata perubahan skor UPDRS
total dan UPDRS III motorik lebih besar secara bermakna (p= 0,038) pada subjek yang berusia 67
tahun ke atas dibandingkan subjek di bawah 67 tahun. Terdapat perbedaan rerata yang bermakna
UPDRS total, UPDRS I, III, dan IV antara durasi sakit durasi sakit lebih dari 11 tahun, dengan
durasi sakit 6-10 tahun dan ≤ 5 tahun.
Pada penelitian ini fungsi motorik dan disabilitas secara bermakna memburuk bersamaan
sesuai waktu. Beberapa penelitian lain juga memperlihatkan bahwa usia lanjut berhubungan
dengan progresivitas penurunan fungsi motorik dan disabilitas yang lebih cepat. Diduga terdapat
interaksi biologik antara proses penyakit primer dan proses penuaan yang melibatkan struktur
non-dopaminergik seperti locus cereleus, nucleus peduculopontine, dan nucleus basalis of

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

Meynert. Hal ini juga menjelaskan kondisi nonresponsif terhadap levodopa serta manifestasi
gejala kognitif pada stadium lanjut penyakit Parkinson.1-3, 15-23
Gejala Kardinal Awal Dari kepustakaan diduga sepertiga populasi total pasien Parkinson
menunjukkan gambaran predominan akinetik-rigid. Pada stadium awal, mayoritas pasien
Parkinson adalah dominan tremor (kira-kira 70%) dibandingkan tipe akinetik-rigid.20-2 Pada
subjek penelitian ini tipe tremor pada gejala awal adalah dan tipe awal rigid akinetik adalah
29,7%.
Pada penelitian ini gejala kardinal awal berhubungan bermakna dengan perubahan
UPDRS I -mental, prilaku & mood dimana tipe tremor memiliki rerata perubahan yang lebih
kecil dibandingkan tipe akinetik-rigid ( p=0,009). Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa
tipe akinetik- rigid memiliki disfungsi multipel pada sistem transmiter dopaminergik, sistem
eksitatorik asam amino (glutamatergik), dan sistem serotonergik. 16,20-3
Jenis Obat Antiparkinson Hasil sejumlah studi klinis terkontrol skala besar konsisten
memperlihatkan manfaat simtomatis yang lebih superior pada formula levodopa konvensional,
namun diketahui bahwa UPDRS subskala IV-komplikasi pengobatan berhubungan dengan
pemakaian levodopa jangka panjang.1,4,5,26 Sedangkan COMT-I diketahui secara bermakna dapat
memperbaiki UPDRS total dan UPDRS II-ADL.1,4,5
Pada penelitian ini jenis obat levodopa memiliki perbedaan bermakna skor UPDRS total,
UPDRS II ADL, UPDRS IV- komplikasi pengobatan dan skala ADL-SE yang lebih besar
dibandingkan subjek yang tidak mendapat levodopa. Juga terdapat perbedaan bermakna skor
UPDRS II yang lebih besar pada pemakaian COMT-I dibandingkan yang tidak mendapat
COMT-I. Hanya 3 orang subjek penelitian ini yang tidak mendapat levodopa karena memang
masih berada pada durasi awal penyakit dengan status fungsional yang masih stabil, sehingga
diperoleh angka perubahan yang lebih kecil dan tidak bermakna.
Sedangkan COMT-I mulai dipakai pada subjek penelitian ini saat komplikasi motorik
wearing off muncul, yaitu pada moderate atau lanjut sehingga dapat dimengerti mengapa
perubahan UPDRS II ADL pada penelitian ini lebih besar pada subjek yang mendapat COMT-I
dibandingkan subjek yang tidak mendapat COMT-I .
Perlu dicermati, berbeda dengan penelitian tentang efikasi obat antiparkinson yang
menggunakan rancangan uji klinis, rancangan penelitian ini merupakan survey dengan
karakteristik subjek yang yang bervariasi. Oleh karena itu hasil penelitian ini harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, mengingat subjek berada pada stadium yang berlainan dan
mendapat obat antiparkinson rutin dengan dosis berlainan dengan jangka waktu yang bervariasi.
Compliance Seperti halnya penyakit kronis lain, ketidakpatuhan minum obat juga terjadi pada
pasien Parkinson, padahal diketahui penatalaksanaan penyakit Parkinson sangat tergantung
terutama pada obat antiparkinson oral.12-3 Compliance dapat membantu mencegah penurunan
fungsional pasien (Grosset, dkk).56 Pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah “Skala
Morisky” yaitu kuesioner yang terdiri dari 4 pertanyaan sederhana. Dengan kesesuaian yang
dinilai cukup baik (ICC = 0.40).12-3
Pada penelitian ini terdapat perbedaan rerata perubahan derajat UPDRS II dan ADL SE
yang lebih besar secara bermakna antara compliance yang buruk dibandingkan dengan
compliance yang baik. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara compliance dengan subskala
UPDRS lainnya.
Komorbiditas Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara terdapatnya
komorbiditas terhadap perubahan UPDRS, namun subjek dengan komorbiditas mempunyai
perbedaan rerata yang lebih besar pada sebagian besar subskala UPDRS yaitu UPDRS total,
UPDRS I, UPDRS III, UPDRS IV, dan stadium HY dibandingkan subjek tanpa komorbiditas.
Adapun komorbiditas yang didapatkan pada subjek penelitian ini adalah hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner, artritis, dan katarak stadium inmatur. Tidak didapatkan

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

komorbiditas yang dipertimbangkan dapat menimbulkan ceiling effect atau dipertimbangkan


dapat menjadi perancu hasil penilaian UPDRS.6,9
Fisioterapi Pada subjek penelitian ini, bentuk fisioterapi berupa program latihan pada subjek
meliputi aerobik, penguatan, peregangan, dan gait training. Beban diberikan pada otot-otot
ekstensor melawan postur fleksor. Latihan dilakukan 1 kali dalam seminggu selama 20 menit.
Sedangkan pada literatur frekuensi latihan dianjurkan 3 kali dalam seminggu selama 20 menit.14
Didapatkan hasil subjek yang rutin menjalani fisioterapi (9 orang) memiliki rerata perubahan skor
yang lebih kecil pada sebagian besar subskala UPDRS total, UPDRS I, UPDRS II, UPDRS III,
UPDRS IV, dan stadium HY dibandingkan subjek yang tidak menjalani fisioterapi (28 orang),
meskipun secara statistik tidak bermakna.
KESIMPULAN
Pada subjek penderita Parkinson di RSUPN-CM setelah periode 4 tahun telah terjadi:
penurunan bermakna skala fungsional menyeluruh pada subjek yang ditunjukkan oleh kenaikan
skor UPDRS total sebesar 13,76 angka (rata-rata 3,44 angka per tahun).
Pada subjek penderita Parkinson di RSUP-CM setelah periode 4 tahun telah terjadi
penurunan bermakna semua subskala fungsional UPDRS (semua p<0,001); berupa: kenaikan skor
UPDRS I-mental, prilaku & mood rata-rata 2,32 angka (0,58 angka/tahun); kenaikan skor
UPDRS II-ADL rata-rata 4,95 angka (1,24 angka/tahun); kenaikan skor UPDRS III–motorik rata-
rata 4,49 angka (1,12 angka/tahun); kenaikan skor UPDRS IV-komplikasi pengobatan rata-rata
1,97 angka (0,49 angka/tahun); kenaikan stadium Hoehn-Yahr rata-rata 0,35 angka (0,49
angka/tahun); penurunan skala Schwab-England sebesar 6,22% (1,56% /tahun).
Terdapat perubahan bermakna skor UPDRS I ,UPDRS II, UPDRS III, UPDRS IV dan
stadium HY , derajat ADL-SE pada semua kelompok subjek (semua nilai p <0,001), kecuali
kelompok dengan durasi sakit ≤5 tahun dan kelompok subjek yang belum mendapat obat
antiparkinson levodopa.
Di antara semua faktor penentu, yang berhubungan bermakna dengan perubahan UPDRS
adalah usia, durasi sakit, gejala kardinal awal, jenis obat antiparkinson, dan compliance, yaitu
sebagai berikut: usia lebih tua (≥67 tahun), memiliki perubahan skor UPDRS total dan perubahan
UPDRS III-motorik besar; semakin lama durasi sakit, semakin besar perubahan UPDRS total,
UPDRS I mental, prilaku & mood, UPDRS III motorik, dan UPDRS IV komplikasi pengobatan;
gejala kardinal awal tremor memiliki perubahan UPDRS I-mental, prilaku, & mood yang lebih
kecil dibandingkan tipe rigid-akinetik; jenis obat antiparkinson levodopa berhubungan bermakna
dengan perubahan skala fungsional, berupa rerata perubahan UPDRS III-motorik dan UPDRS IV-
komplikasi pengobatan yang lebih besar secara bermakna pada subjek yang mendapat jenis obat
levodopa dibandingkan subjek yang tidak mendapat levodopa. Namun dalam hal ini subjek
penelitian ini yang tidak mendapat levodopa semuanya masih berada pada durasi awal penyakit
yaitu ≤5 tahun; compliance yang rendah memiliki perubahan UPDRS III-motorik lebih besar
secara bermakna dibandingkan subjek dengan compliance baik. Rerata perubahan derajat ALD
SE lebih besar secara bermakna pada subjek dengan compliance yang buruk dibandingkan subjek
dengan compliance sedang.
SARAN
Data penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi untuk counseling dan edukasi bagi
pasien dan keluarganya. UPDRS dapat dipakai untuk melihat status fungsional dan perubahan
fungsional dalam perjalanan penyakit Parkinson, maka sebaiknya dipakai terus secara berkala,
khususnya di Poliklinik Saraf RSUPN-CM.
Pada penderita Parkinson juga perlu diperhatikan faktor: usia, durasi sakit, gejala
kardinal awal, jenis obat antiparkinson, dan compliance, untuk membantu perencanaan

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

pengobatan jangka panjang, dengan tujuan mencapai status fungsional penderita Parkinson yang
seoptimal mungkin.
Dalam hal hubungan jenis obat antiparkinson dengan perubahan skala fungsional,
sebaiknya dapat dilakukan lagi penelitian dengan rancangan yang berbeda pada penderita
Parkinson di RSUPN-CM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jancovic J,Tolosa E. Parkinson’s Disease and Movement Disorders. 5th ed. Lippincott William &
Wilkins. 2007,147-49.
2. National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Parkinson’s disease: national clinical guideline
for diagnosis and management in primary and secondary care. 2006. Royal College of Physicians of
London. pp 29-143.
3. Changing concepts in Parkinson disease. Moving beyond the Decade of the Brain. Neurology
2008;70:1996-2003.
4. Baker GM, Graham T . The Journey: Parkinson’s disease. Clinical Review. BMJ 2004 ; 329:611–4.
5. The Unified Parkinson’s Disease Rating Scale (UPDRS): Status and Recommendations. Mov Disord.
2003;18 (7):738-750.
6. Kompoliti K, Comella C. Goetz C. Clinical Rating scales in Movement Disorders. In: Jankovic J,
Tolosa E, editors. Parkinson’s disease and movement disorders, 5th ed. Baltimore: Williams and
Wilkins; 2007. p 693-4.
7. Sukondari B, Jannis J, Harris S . Gambaran Skala Fungsional Penyakit Parkinson dengan
Mempergunakan Skala Penilaian Terpadu Penyakit Parkinson –SPTPP (Unified Parkinsons Disease
Rating Skale-UPDRS) di RSCM Jakarta 2005.
8. Suchowersky O, Reich S, Perlmutter J,et al. AAN. Quality Standard Subcomittee. Practice Parameter :
Diagnosis and Prognosis of New Onset Parkinson’s Disease. Mov Disord 2007; 22: S342-S350.
9. Martinez-Martin P , Forjaz JM. Metric Attributes of the Unified Parkinson’s Disease Rating Scale
3.0 Battery: Part I, Feasibility, Scaling Assumptions, Reliability, and Precision. Mov Disord 2006.;
21, : 1182–1188
10. Forjaz JM , Martinez-Martin P. Metric Attributes of the Unified Parkinson’s Disease Rating Scale 3.0
Battery: Part II, Construct and Content Validity. Mov Disord 2006; 21 : 1892–1898.
11. Alves G, Larsen W, Aarsland D. Progression of motor impairment and disability in Parkinson disease.
A population-based study. Neurology 2005;65:1436–1441.
12. Ahlskog JE, Muenter MD. Frequency of levodopa - related dyskinesias and motor fluctuations as
estimated from the cumulative literature. Mov Disord. 2001 ;16:448-449.
13. Hely MA, Morris JG, Reid WG, Trafficante R. Sydney Multicenter Study of Parkinson’s disease non-
L-dopa-responsive problems dominate at 15 years. Mov Disord. 2005;20:190-199.
14. Jankovic J, Kapadia AS. Functional decline in Parkinson disease. Arch Neurol 2001;58:1611–5.
15. Kubis N, Faucheux BA, Ransmayr G,et al. Preservation of midbrain cathecolaminergic neurons in very
old human subjects. Brain. 2000; 123: 366-373.
16. Levy G, Louis ED, Cote L, et al. Contribution of aging to the severity of different motor signs in
Pakinson’s disease. Arch Neurol. 2005; 62 (3); 467-472.
17. Levy G, The Relationship of Parkinson’s Disease With Aging.Arch Neurol.2007;64(9):1242-1246.
18. Jankovic J, McDermott M, Carter J, et al. Variable expression of Parkinson’s disease: a base-line
analysis of the DATATOP cohort. The Parkinson Study Group. Neurology 1990;40:1529–34.
19. Jankovic J, Kapadia AS. Functional decline in Parkinson disease. Arch Neurol 2001;58:1611–5.
20. Paulus W, Jellinger K. The neuropathologic basis of different clinical subgroups of Parkinson’s
disease. J Neuropathol Exp Neurol 1991;50:743–55.
21. Schiess M, Zheng H,. Soukup V.M,et al. Parkinson’s disease subtypes: clinical classification and
ventricular cerebrospinal fluid analysis. Parkinsonism and Related Disorders 2000 ; 6: 69–76.
22. Starksrein SE, MAyberg HS, Leigurda R, et al. A prospective longitudinal study of depression,
cognitive decline, and physical impairment in patient with Parkinson’s disease. J Neurosurg Psychiatry
1992; 55:377-82.
23. Fahn S, Oakes D, Shoulson I et al . Levodopa and the progression of Parkinson’s disease. New Engl J
Med 2004;351:2498-508.

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010


Artikel Penelitian

24. Grosset KA, Bone I, Grosset DG. Suboptimal medication adherence in Parkinson’s disease. Mov
Disord 2005; 20:1502.
25. Grosset KA, Reid JL, Grosset DG. Medicine-taking behavior:implications of suboptimal compliance
in Parkinson’s disease. Mov Disord 2005; 20: 1397–1404.
26. Deane K, Jones DE, Playford ED, Ben-Shlomo Y, Clarke CE. Physiotherapy versus placebo or no
intervention in Parkinson’s disease. A Cochrane review, The Cochrane Library 2009.

Neurona Vol. 27 No. 2 Januari 2010

You might also like