You are on page 1of 15

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC DENGAN MENGGUNAKAN

ASPAL PERTAMINA PADA MATERIAL QUARRY WAI LAFA, KABUPATEN


MALUKU TENGAH
Devart Marthin Liklikwatil (Dibimbing oleh N.M.Y Lewaherilla dan R. H. Waas)
ABSTRACT

Quarry Wai Lafa, which has a Quarry area of 75 hectares, is located in Lafa Village,
Central Maluku Regency, which is a place to collect materials used for pavement, one of which
is the AC-WC asphalt mixture. This study aims to determine the material feasibility of Quarry
Wai Lafa using Pertamina asphalt for the AC-WC asphalt mixture using the Marshall test
according to the 2018 General Bina Marga specifications.
This study uses the Quantity Method for Marshall testing. The stages of implementation
include: inspection of coarse and fine aggregates, testing asphalt, manufacturing of test objects
with asphalt content of 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, 7.5%, Marshall testing and determination of
KAO.
The test results of the Quarry Wai Lafa coarse aggregate characteristics with wear
values of 28%, specific gravity of 2.61 and 2.59, absorption of 1.90% and 1.98%, flakiness of
6.51%, sponginess of 6.08% and characteristics of fine aggregates. for Quarry Wai Lafa sand
with a specific gravity value of 2.56, absorption 1.32, sand equivalent 75.28% and fine
aggregate for Quarry Wai Lafa rock ash with a specific gravity value of 2.54, 1.73 absorption
meets the required specifications. Specifications for Bina Marga 2018 with a value so that it is
suitable for use as an AC- WC Asphalt mixture. The Marshall Test obtained the results, namely
density 2.30 gr / cc, stability 908.89 kg, melt (flow) 2.99 mm, VFB 70.30%, VIM 4.495, VMA
15.11%, MQ 307, 39 kg / mm. From the test results using the Marshall Test, the Quarry Wai
Lafa material is suitable for use as an AC-WC asphalt mixture with an optimum asphalt content
(KAO) of 6.5%.
Keywords : Characteristics, Material, Asphalt, Marshall Test.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transportasi merupakan salah satu pendukung yang sangat penting dalam
berkembangnya kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan
nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem transportasi yang
handal, dengan memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi, dan kemampuan
jaringan yang efektif dan efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang muaranya meningkatkan
daya saing nasional. (Soehardi & Dinata, 2018)
Fasilitas transportasi salah satunya adalah jalan. Jalan paling sering digunakan oleh
sebagian besar masyarakat sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari masyarakat. Oleh
karena itu jalan menjadi salah satu pendukung utama aktifitas sosial ekonomi suatu Negara.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan prasarana jalan serta dengan peningkatan lalu lintas
diperlukan sarana transportasi yang dapat mencakup kebutuhan untuk itu ditingkatkan kapasitas
dan kualitasnya. (Romadhona & Wisnumurti, 2019)
Di Indonesia sering terjadi kerusakan jalan yang pada umumnya disebabkan karena
pembebanan kendaraan yang berlebih atau juga disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang
lewat sebagai akibat dari pertumbuhan kendaraan yang cepat terutama kendaraan komersial.
Kedua faktor utama kerusakan jalan ini menuntut penggunaan penggunaan material untuk
perkerasan jalan dengan kualitas yang lebih tinggi, yang berupa agregat sebagai bahan pengisi
dan aspal sebagai bahan pengikat. (Rizqi Mirandasari & Risdianto, 2019)
Material yang digunakan untuk campuran lapisan pekerasan jalan adalah aspal agregat
kasar dan agregat halus. Di Maluku terdapat banyak agregat kasar dan agregat halus yang dapat
digunakan sebagai campuran lapisan perkerasan jalan. Salah satunya di Quarry Wai Lafa, Desa
Lafa, Kabupaten Maluku Tengah. Pada Quarry Wai Lafa ini, memproduksi agregat kasar dan
halus yang diperoleh dari kali Wai Lafa dan kemudian dihancurkan menggunkan mesin stone
crusher. material ini kemudian di ekspor ke luar daerah sebagai campuran perkerasan jalan yang
salah satunya adalah untuk campuran lapisan perkerasan jalan AC-WC.Penelitian ini bermaksud
untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum (KAO) dari campuran AC-WC yang diteliti serta
mengecek apakah parameter campuran AC-WC dengan pengujian Marshall yang didapatkan
dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Agregat
Didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat. ASTM
mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. (Sukirman, 2003)
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu mengandung 90-
95% agregat berdasarkan presentase berat, atau 75-85% agregat berdasarkan presentase
volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan
hasil campuran agregat dengan material lain. (Sukirman, 2003)

2. Bahan Pengikat (Aspal)

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat pemanasan dan sebaliknya.
Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap
pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat
dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen.Umumnya aspal dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang
dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang
khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran
beraspal. Aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat
Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat
campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran (Sukirman, 2003).
3. Laston
Laston adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural.
Campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Laston adalah suatu
lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
(Sukirman, 2003)
C. METODE PENELITIAN
1. Alir Peneliitian

2.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Teknik Sipil Universitas Kristen
Indonesia Maluku. Lokasi pengambilan sampel di Quarry Wai Lafa, Desa Lafa, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
3.Metode Pengumpulan Data
a.Data Primer meliputi, pengambilan material secara langsung paa lokasi Quarry Wai
Lafa, Desa Lafa, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
b. Data Sekunder meliputi, Peta lokasi penelitian dan studi pustaka diperoleh dari buku
serta jurnal sebagai acuan penelitian.
4.Metode Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini yaitu, metode kuantitas yang menganalisa hasil
pengujian dengan pedoman spesifikasi Bina Marga 2018 dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Pengujian Karakteristik Agregat meliputi; Pengujian Keausan agregat, Pengujian
kelekatan agrgat terhadap aspal, Pengujian Sand Equivalent, Pemeriksaan Analisa saringan,
pengujian penyerapan air dan berat jenis.
b. Pengujian Aspal meliputi; Pengujian penetrasi, Pengujian titik lembek, Pengujian
daktilitas, Pengujian berat jenis.
c. Pengujian Marshall; Prinsip dasar dari pengujian marshall adalah pemeriksaan
stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat
campuran yang teah didapat dari hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian
marshall untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan (flow) mengikuti spesifikasi bina
marga 2018 tentang keausan asal. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan
parameter marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimum. Dalam penelitian ini terdapat
12 benda uji untuk mencari KAO dan disetiap 2 benda uji diberikan kadar aspal yang berbeda-
beda dari 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, 7,5%.

C.HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengujian Karakteristik Agregat


Pengujian karakteristik agregat ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan
agregat tersebut yang digunakan sebagai bahan campuran asoal AC-WC. Pemeriksaan
karakteristik agregat dilakukan dengan menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil
pengujian sifat bahan agregat sesuai dengan metode pengujian yang dipakai dan spesifikasi
yang diisyaratkan. Hasil pengujian karakteristik agregat dipresentasikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian karakteristik agregat kasar dan halus.

Dari hasil pengujian agregat yang dilakukan, karakteristik Agregat kasar dan halus yang
berasal dari Quarry Wailafa memenuhi persyaratan. agregat kasar mempuyai nilai berat jenis
bulk lebih besar dari nilai berat jenis minimal yang ditetapkan sebesar 2,5 . Sedangkan hasil
penyerapan agregat kasar kecil dari persyaratan yang ditetapkan maksimal 3% sehingga
apabila digunakan pada lapis perkerasan aspal AC- WC maka lapisan tidak mudah rusak dan
tahan lama dan kekuatan agregat kasar terhadap tekanan kecil sehingga mampu menahan
beban lalu lintas tanpa terjadi retak pada lapis perkerasan. Kelekatan Agregat kasar terhadap
aspal sebesar 98%, sehingga apabila digunakan pada lapis perkerasan aspal AC-WC dapat
meningkatkan stabilitas daya ikat yang baik dari lapisan aspal meningkatkan penguncian
(interlocking) antar partikel dan mengurangi pemisahan antar butir agregat (segragasi). Untuk
hasil pengujian abrasi pada agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles,
menunjukan bahwa agregat kasar dapat menahan keausan yang terjadi akibat pengaruh cuaca,
air, dan perubahan suhu ataupun gesekan kendaraan sehingga mempunyai durabilitas
(keawetan/daya tahan) yang tinggi, ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai abrasi lebih
kecil dari persyaratan yang ditetapkan sebesar 40%.
Berdasarkan hasil pengujian karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana
dilihat dalam tabel 1, memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga Devisi 6 tahun 2018 yang
digunakan, sehingga Agregat kasar dan Agregat Halus dapat digunakan lebih lanjut dalam
penelitian ini.

2. Pengujian Karakteristik Aspal

Aspal yang digunakan harus melalui pengujian karakteristik, untuk mengetahui sifat – sifat
fisik aspal. Sifat – sifat fisik aspal antara lain adalah durabilitas, adhesi dan kohesi, kepekaan
terhadap temperatur, dan kekerasan. Pengujian karakteristik yang dilakukan adalah penetrasi
aspal, titik lembek, berat jenis aspal dan daktilitas. Hasil pengujian karakteristik aspal
pertamina 60/70 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Karakteristik Aspal

Hasil pengujian Karakteristik aspal yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi Spesifikasi
Bina Marga 2018 yang digunakan sehingga aspal pertamina dapat digunakan lebih lanjut
dalam penelitian ini.
3. Hasil Pengujian Marshall

Analisis terhadap data Marshall didasarkan pada standar Bina Marga, dimana untuk
campuran beton aspal (AC- WC) parameter Marshall yang dianjurkan untuk dipenuhi
dalam penentuan kadar aspal optimum adalah kepadatan, stabilitas, kelelahan (flow),
Marshall Quotient (MQ), VMA, VIM dan VFB. Benda uji dibuat dengan kadar aspal yang
berbeda-beda, yaitu 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, 7.5% masing- masing 2 benda uji untuk tiap
kadar aspalnya.

a. Kepadatan ( Density)

Menyatakan tingkat kerapatan aspal dan agregat setelah dipadatkan, atau nilai yang
menunjukkan kepadatan campuran setelah proses pemadatan. Kerapatan atau kepadatan
yang tinggi dipengaruhi oleh gradasi yang sesuai pelaksanaan pemadatan yang benar dan
kadar aspal yang optimum. Campuran dengan density yang tinggi mempunyai kekuatan
beban menahan yang tinggi oleh karena sifat saling mengunci yang dimiliki butirannya dan
semakin kedap terhadap air dan udara.

Dengan pengujian kepadatan (Density) yang dilakukan dengan menggunakan dua benda uji
pada masing – masing kadar aspal rencana, maka hasilnya akan dibagi dua untuk mencari
rata – rata. Dengan didapatnya angka rata – rata tersebut, maka angka tersebut adalah
angka yang dipakai dalam pengujian Marshall untuk mencari kadar aspal optimum yang
akan dipakai untuk pengujian ini. Kepadatan tertinggi pada kadar aspal 6%, dengan nilai
rerata 2,56 gr/cc.

b. Stabilitas

Menyatakan kemampuan lapis keras menahan deformasi akibat beban lalu lintas. Pengaruh
kadar aspal terhadap stabilitas akan naik apabila kadar aspal bertambah sampai batas
tertentu. Kemudian bila ditambah lagi maka stabilitasnya akan menurun ( melampaui kadar
aspal optimum ). Bila kadar aspal terlalu kecil maka aspal tidak bisa mengikat agregat
dengan baik. Sebaliknya jika terlalu besar atau banyak maka fungsi aspal sebagai bahan
perekat akan berubah menjadi bahan pelicin antara batuan terutama bila suhu tinggi.
1025
975
925
875
Stabilitas

825
775
725
675
625
5 5.5 6 6.5 7 7.5
Kadar Aspal (%)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Stabilitas dan Kadar Aspal (Sumber : Hasil Analisa )

Dari gambar 4.4 dan tabel 4.1 mengenai hubungan stabilitas dan kadar aspal di atas, nilai
stabilitas Marshall tertinggi tercapai pada campuran beton aspal dengan kadar aspal 7%,
dengan hasil rata-rata nilai stabilitas 980,18 kg. Dimana dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa
semakin bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai 7% mengalami peningkatan nilai
stabilitas namun kembali mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi nilai
stabilitas yang sangat rendah pada kadar aspal 7,5% dengan nilai rerata sebesar 739,59 kg.
c. Kelelehan ( flow )
Menyatakan deformasi yang terjadi pada suatu lapisan keras akibat beban lalu lintas. Suatu
campuran dengan nilai flow tinggi melampaui batas maksimum, maka campuran cenderung
menjadi plastis (fleksibilitas tinggi) sehingga mudah berubah bentuk jika melampaui daya
dukungnya.

4.0

3.5

3.0
Flow

2.5

2.0

1.5
5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kadar Aspal (%)


Gambar 4.2 Grafik Hubungan Flow dan Kadar Aspal (Sumber : Hasil Analisa )
Dari besarnya nilai flow tertinggi terdapat pada kadar aspal 7% yaitu 3,75 mm dan nilai
flow terendah pada kadar aspal 5,5% yaitu 1,9 mm
d. VFB ( Void Filled Bitumen )
VFB adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga campuran yang terisi oleh aspal.
Nilai VFB berpengaruh terhadap kekedapan (impermeabilitas) dan keawetan (durabilitas)
campuran, serta sangat dipengaruhi oleh kadar aspal yang digunakan. Jika nilai VFB besar
maka campuran semakin banyak air dan kedap udara diintregasi yang disebabkan oleh air
dan udara bisa dihindari. Dengan demikian campuran mempunyai keawetan ( durabilitas )
yang tinggi

4.0

3.5

3.0
Flow

2.5

2.0

1.5
5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kadar Aspal (%)


Gambar 4.3 Grafik Hubungan VFB dan Kadar Aspal (Sumber : Hasil Analisa )

Dari nilai VFB yang didapat pada tabel 4.6 dan gambar 4.3, Nilai VFB tertinggi terdapat
pada kadar aspal 7% dengan rerata sebesar 70,21 mm.
e. VIM ( Void In Mix )
VIM adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga dalam campuran yang
menunjukkan banyaknya rongga di dalamnya. Nilai VIM berpengaruh pada kekuatan dan
keawetan ( durabilitas ) campuran. Jika nilai VIM besar, berarti rongga yang ada dalam
campuran terlalu banyak, sehingga air dan udara mudah masuk. Akibatnya durabilitas
menurun. Sebaliknya bila VIM kecil, berarti campuran rapat, dan kekakuannya pun
meningkat ( stabilitas tinggi ).
7.0

6.0

5.0

VIM (%)
4.0

3.0

2.0

1.0
5 5.5 6 6.5 7 7.5
Kadar Aspal (%)
Gambar 4.4. Grafik Hubungan VIM dan Kadar Aspal (Sumber : Hasil Analisa)

Dari gambar 4.4 dan tabel 4.7 diperoleh nilai VIM pada tertinggi terdapat pada kadar
aspal 7,5% dengan rerata sebesar 5,30 mm.
f. VMA ( Void Mineral Agregate )
VMA adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga udara antara butiran agregat
dalam campuran agregat aspal padat termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif.

19.0
18.0
17.0
16.0
15.0
VMA (%)

14.0
13.0
12.0
11.0
10.0
9.0
5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kadar Aspal (%)


Gambar 4.5. Grafik Hubungan VMA dan Kadar Aspal (Sumber : Hasil Analisa )

Dari gambar dan tabel diatas nilai VMA ( Void In Mineral Aggregate ) tertinggi terdapat
pada kadar aspal 7,5% dengan nilai rerata sebesar 17,64 %
g. Hasil Bagi Marshall ( Marshall Quotient )
Menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila nilai Marshall Quotient terlalu tinggi,
maka campuran akan cenderung terlalu kaku dan mudah retak. Sebaliknya bila nilai
Marshall Quotient terlalu rendah, maka perkerasan menjadi terlalu lentur dan cenderung
kurang stabil.

500

450
Hasil Bagi Marshall

400

350

300

250

200

150
5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kadar Aspal (%)


Gambar 4.6. Grafik Hubungan MQ dan Kadar Aspal(Sumber : Hasil Analisa)

Pada tabel 4.9, Nilai hasil pengujian ini menunjukkan angka rerata terbesar ada pada
kadar aspal 5,5%, yaitu 455,80 kg/mm, sedangkan nilai rerata terkecil ada pada kadar
aspal 7,5%, dengan 247,23%.
Tabel 4.10. Hasil Pengujian Marshall Kadar Aspal 5% - 7,5%
Kadar Marshall
VIM VMA VFB Stabiltas Flow
Aspal Qoutient
Bina Marga
3–5 >15 > 65 > 800 >2 > 250
2018 (REV 3)
5 1,88 10,06 81,27 763,35 1,90 378,04
5,5 3,34 12,05 73,32 848,19 1,95 455,80
6 4,24 15,02 71,92 861,29 2,88 300,35
6,5 4,49 15,11 70,30 908,89 2,99 307,39
7 4,73 15,88 70,21 980,18 3,37 286,02
7,5 5,30 17,64 70,03 739,59 3,15 247,23
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan:
Memenuhi Spesifikasi
Tidak Memenuhi Spesifikasi

1. Nilai VIM, semua kadar aspal memenuhi syarat kecuali pada kadar aspal 5% dan 7,5%.
2. Nilai VMA, memenuhi syarat pada kadar aspal kecuali pada kadar aspal 5% dan 5,5%.
3. Nilai VFB, semua kadar aspal memenuhi syarat.
4. Nilai Stabilitas, tidak memenuhi syarat pada kadar aspal kecuali pada kadar aspal 5%
dan 7,5%.
5. Nilai Flow, tidak memenuhi syarat pada kadar aspal 5% dan 5,5%.
6. Nilai Marshall Quotient, semua kadar aspal memenuhi syarat.

h. Penentuan Kadar Aspal Optimum

Gambar 4.7. Diagram Penentuan Kadar Aspal Optimum Sumber : Hasil Analisa

Untuk memperoleh kadar aspal optimum pada campuran beton aspal (AC-WC), maka
dalam penelitian ini digunakan kadar aspal mulai dari 5 % sampai 7,5% ( Trial Method )
dengan tingkat kenaikan kadar aspal 0,5%. Data hasil pengujian dan analisis parameter
Marshall dapat dilihat kadar aspal optimum ditentukan dengan menggunakan standar
Bina Marga, dimana ada 6 parameter yang harus dipenuhi, yaitu: VIM, VMA, VFB,
Stabilitas, Kelelehan (Flow), dan Marshall Quotient (MQ). Hubungan antara masing-
masing parameter Marshall tersebut terhadap kadar aspal dapat dilihat pada Gambar 4.7,
dimana pada gambar ini diperlihatkan metode penentuan kadar aspal optimum.dari
proses tersebut, diperoleh kadar aspal optimum campuran beton aspal (AC-WC) untuk
campuran dengan material sebesar 6,5%. Kadar Aspal Optimum adalah jumlah aspal
yang digunakan dalam campuran agar dapat mencapai persyaratan Stabilitas, Flow,
VMA, VIM, kepadatan, dan hasil bagi Marshall. Penentuan kadar aspal optimum untuk
menetapkan besarnya kadar aspal efektif dalam campuran yang diperlukan untuk
pembuatan benda uji baru dengan komposisi agregat yang sama tetapi dengan kadar
aspal optimum yang telah ditetapkan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
a.Karakteristik agregat kasar Quarry Wai Lafa dengan nilai Keausan 28%, Berat Jenis
2,61 dan 2,59, Penyerapan 1,90% dan 1,98%, Kepipihan 6,51%, Kelonjongan 6,08%
dan karakteristik Agregat halus untuk pasir Quarry Wai Lafa dengan nilai Berat Jenis
2,56, Penyerapan 1,32, sand equivalent 75,28% serta Agregat halus untuk Abu batu
Quarry Wai Lafa dengan nilai Berat Jenis 2,54, Penyerapan 1,73 memenuhi spesifikasi
yang diisyaratkan sesuai Spesifikasi Bina Marga 2018 dengan nilai sehingga layak
untuk digunakan sebagai campuran Aspal AC- WC.
b.Karakteristik Marshall untuk campuran aspal AC-WC dengan menggunakan aspal
pertamina pada Quarry Wai Lafa, kabupaten Maluku Tengah memenuhi spesifikasi
yang diisyaratkan sesuai Spesifikasi Bina Marga 2018 dimana diperoleh KAO sebesar
6,5% dengan nilai VIM 4,49% , VMA 15,11% , VFB 70,30%
, Stabilitas 908,18 kg , Flow 3,37 mm.
2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk :
a.Penambahan benda uji untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai
karakteristik material Wai Lafa untuk campuran aspal AC-WC.
b.Melakukan penelitian tentang penggunaan jenis aspal yang berbeda pada lapis
perkerasan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Bina, S. U. (2019). Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 1). In Direktorat Jendral Bina Marga.
Rizqi Mirandasari, M., & Risdianto, Y. (2019). Perbandingan Substitusi Agregat Pada Campuran
Aspal Beton Ac-Wc Pen 60/70 Dengan Aspal Daur Ulang (Adu). Rekayasa Teknik Sipil.
Romadhona, P. J., & Wisnumurti, R. (2019). Dampak Penutupan Perlintasan Kereta Api
Lempuyangan Terhadap Ruas Jalan Di Sekitarnya. Jurnal Teknik Sipil.
Https://Doi.Org/10.26418/Jtsft.V19i1.35590
Soehardi, F., & Dinata, M. (2018). Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masyarakat Perkotaan.
Perencanaan Dan Pengendalian Material Pada Proyek Konstruksi Palu Grand Mall.
Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta: Granit.
SNI 03-2417-1991. Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles : Badan
Standarisasi Nasional
SNI 03-6877-2002. Uji Angularitas Agregat Halus Dan Kasar :Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-1969-1990. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus : Badan
Standarisasi Nasional.
SNI 03-1968-1990. Metode Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
:Badan Standarisasi Nasional.
SNI 2434:2011. Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola (ring ball) :Badan
Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 2432:1991. Cara Uji Daktilitas Aspal :Badan Standarisasi Nasional.
SNI 2441:2011. Cara Uji Berat Jenis Aspal :Badan Standarisasi Nasional.
SNI 2432:2011. Cara Uji Penetrasi Aspal :Badan Standarisasi Nasional.
RSNI M-01-2003. Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall :Badan
Standarisasi Nasional.

You might also like