You are on page 1of 7

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC DENGAN MENGGUNAKAN

ASPAL PERTAMINA PADA MATERIAL QUARRY WAI LAFA, KABUPATEN


MALUKU TENGAH

Devart Marthin Liklikwatil (Dibimbing oleh N.M.Y Lewaherilla dan R. H. Waas)

ABSTRACT

Quarry Wai Lafa, which has a Quarry area of 75 hectares, is located in Lafa Village, Central Maluku
Regency, which is a place to collect materials used for pavement, one of which is the AC-WC asphalt mixture. This
study aims to determine the material feasibility of Quarry Wai Lafa using Pertamina asphalt for the AC-WC asphalt
mixture using the Marshall test according to the 2018 General Bina Marga specifications.
This study uses the Quantity Method for Marshall testing. The stages of implementation include: inspection
of coarse and fine aggregates, testing asphalt, manufacturing of test objects with asphalt content of 5%, 5.5%, 6%,
6.5%, 7%, 7.5%, Marshall testing and determination of KAO.
The test results of the Quarry Wai Lafa coarse aggregate characteristics with wear values of 28%, specific
gravity of 2.61 and 2.59, absorption of 1.90% and 1.98%, flakiness of 6.51%, sponginess of 6.08% and
characteristics of fine aggregates. for Quarry Wai Lafa sand with a specific gravity value of 2.56, absorption 1.32,
sand equivalent 75.28% and fine aggregate for Quarry Wai Lafa rock ash with a specific gravity value of 2.54, 1.73
absorption meets the required specifications. Specifications for Bina Marga 2018 with a value so that it is suitable
for use as an AC- WC Asphalt mixture. The Marshall Test obtained the results, namely density 2.30 gr / cc, stability
908.89 kg, melt (flow) 2.99 mm, VFB 70.30%, VIM 4.495, VMA 15.11%, MQ 307, 39 kg / mm. From the test results
using the Marshall Test, the Quarry Wai Lafa material is suitable for use as an AC-WC asphalt mixture with an
optimum asphalt content (KAO) of 6.5%.

Keywords : Characteristics, Material, Asphalt, Marshall Test.

PENDAHULUAN berlebih atau juga disebabkan oleh banyaknya kendaraan


A. LATAR BELAKANG yang lewat sebagai akibat dari pertumbuhan kendaraan yang
Transportasi merupakan salah satu pendukung yang cepat terutama kendaraan komersial. Kedua faktor utama
sangat penting dalam berkembangnya kehidupan politik, kerusakan jalan ini menuntut penggunaan penggunaan
ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan material untuk perkerasan jalan dengan kualitas yang lebih
nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan tinggi, yang berupa agregat sebagai bahan pengisi dan aspal
nasional. Sistem transportasi yang handal, dengan sebagai bahan pengikat. (Rizqi Mirandasari & Risdianto,
memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi, dan 2019)
kemampuan jaringan yang efektif dan efisien dibutuhkan Material yang digunakan untuk campuran lapisan
untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan pekerasan jalan adalah aspal agregat kasar dan agregat halus.
ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang Di Maluku terdapat banyak agregat kasar dan agregat halus
muaranya meningkatkan daya saing nasional. (Soehardi yang dapat digunakan sebagai campuran lapisan perkerasan
& Dinata, 2018) jalan. Salah satunya di Quarry Wai Lafa, Desa Lafa,
Fasilitas transportasi salah satunya adalah jalan. Kabupaten Maluku Tengah. Pada Quarry Wai Lafa ini,
Jalan paling sering digunakan oleh sebagian besar memproduksi agregat kasar dan halus yang diperoleh dari
masyarakat sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari kali Wai Lafa dan kemudian dihancurkan menggunkan mesin
masyarakat. Oleh karena itu jalan menjadi salah satu stone crusher. material ini kemudian di ekspor ke luar daerah
pendukung utama aktifitas sosial ekonomi suatu Negara. sebagai campuran perkerasan jalan yang salah satunya adalah
Dalam rangka meningkatkan pelayanan prasarana jalan serta untuk campuran lapisan perkerasan jalan AC-WC.
dengan peningkatan lalu lintas diperlukan sarana transportasi Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan nilai kadar
yang dapat mencakup kebutuhan untuk itu ditingkatkan aspal optimum (KAO) dari campuran AC-WC yang diteliti
kapasitas dan kualitasnya. (Romadhona & Wisnumurti, 2019) serta mengecek apakah parameter campuran AC-WC dengan
Di Indonesia sering terjadi kerusakan jalan yang pengujian Marshall yang didapatkan dapat memenuhi
pada umumnya disebabkan karena pembebanan kendaraan persyaratan yang ditetapkan dalam Spesifikasi Umum Bina
yang Marga 2018.
B. TINJAUAN PUSTAKA bumi yang keras dan padat. ASTM mendefinisikan batuan
1. Agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa
Didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
(Sukirman, 2003) C. METODE PENELITIAN
Agregat merupakan komponen utama dari struktur 1. Alir Peneliitian
perkerasan jalan, yaitu mengandung 90-95% agregat
berdasarkan presentase berat, atau 75-85% agregat
berdasarkan presentase volume. Dengan demikian kualitas
perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain. (Sukirman, 2003)
2. Bahan Pengikat (Aspal)

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam


kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak
dan mencair bila mendapat pemanasan dan sebaliknya. Sifat
viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti
dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses
produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal
terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut
bitumen.Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak
bumi, sehingga disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan
yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan
menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang
cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk
pembuatan campuran beraspal. Aspal merupakan material
yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat
Bersama dengan agregat, aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal
dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan
volume campuran (Sukirman, 2003).
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
3. Laston
2. Lokasi Penelitian
Laston adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi
yang mempunyai nilai struktural. Campuran ini terdiri atas Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia Maluku. Lokasi
agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, pengambilan sampel di Quarry Wai Lafa, Desa Lafa,
dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
suhu tertentu. Laston adalah suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat 3. Metode Pengumpulan Data
yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan a. Data Primer meliputi, pengambilan material secara
dipadatkan pada suhu tertentu. (Sukirman, 2003) langsung paa lokasi Quarry Wai Lafa, Desa Lafa, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
b. Data Sekunder meliputi, Peta lokasi penelitian dan
studi pustaka diperoleh dari buku serta jurnal sebagai acuan
penelitian.

4. Metode Analisa Data


Analisa data dalam penelitian ini yaitu, metode
kuantitas yang menganalisa hasil pengujian dengan pedoman
spesifikasi Bina Marga 2018 dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pengujian Karakteristik Agregat meliputi; Pengujian
Keausan agregat, Pengujian kelekatan agrgat terhadap aspal,
Pengujian Sand Equivalent, Pemeriksaan Analisa saringan,
pengujian penyerapan air dan berat jenis.
b. Pengujian Aspal meliputi; Pengujian penetrasi, 3
Berat Jenis
Min 2,5 2,65
Memenuhi
Pengujian titik lembek, Pengujian daktilitas, Pengujian berat Semu
4 Penyerapan % Maks 3 1,32 Memenuhi
jenis.
c. Pengujian Marshall; Prinsip dasar dari pengujian 5 Sand Equivalent % Min 50 75,82 Memenuhi
marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), III. Abu Batu
1 Berat Jenis Bulk Min 2,5 2,54 Memenuhi
serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat 2 Berat Jenis SSD Min 2,5 2,58 Memenuhi
dibentuk dari gradasi agregat campuran yang teah didapat dari 3
Berat Jenis
Min 2,5 2.65
Memenuhi
hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian Semu
4 Penyerapan % Maks 3 1,73 Memenuhi
marshall untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan
(flow) mengikuti spesifikasi bina marga 2018 tentang keausan
asal. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan Dari hasil pengujian agregat yang dilakukan,
parameter marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimum. karakteristik Agregat kasar dan halus yang berasal dari
Dalam penelitian ini terdapat 12 benda uji untuk mencari KAO Quarry Wailafa memenuhi persyaratan. agregat kasar
dan disetiap 2 benda uji diberikan kadar aspal yang berbeda- mempuyai nilai berat jenis bulk lebih besar dari nilai berat
beda dari 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, 7,5%. jenis minimal yang ditetapkan sebesar 2,5 . Sedangkan hasil
penyerapan agregat kasar kecil dari persyaratan yang
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
ditetapkan maksimal 3% sehingga apabila digunakan pada
1. Pengujian Karakteristik Agregat lapis perkerasan aspal AC- WC maka lapisan tidak mudah
rusak dan tahan lama dan kekuatan agregat kasar terhadap
Pengujian karakteristik agregat ini dilakukan untuk tekanan kecil sehingga mampu menahan beban lalu lintas
mengetahui kelayakan penggunaan agregat tersebut yang tanpa terjadi retak pada lapis perkerasan. Kelekatan Agregat
digunakan sebagai bahan campuran asoal AC-WC. kasar terhadap aspal sebesar 98%, sehingga apabila
Pemeriksaan karakteristik agregat dilakukan dengan digunakan pada lapis perkerasan aspal AC-WC dapat
menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil meningkatkan stabilitas daya ikat yang baik dari lapisan aspal
pengujian sifat bahan agregat sesuai dengan metode meningkatkan penguncian (interlocking) antar partikel dan
pengujian yang dipakai dan spesifikasi yang diisyaratkan. mengurangi pemisahan antar butir agregat (segragasi). Untuk
Hasil pengujian karakteristik agregat dipresentasikan pada hasil pengujian abrasi pada agregat kasar dengan
Tabel 1. menggunakan mesin Los Angeles, menunjukan bahwa
agregat kasar dapat menahan keausan yang terjadi akibat
Tabel 1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar dan pengaruh cuaca, air, dan perubahan suhu ataupun gesekan
Halus kendaraan sehingga mempunyai durabilitas (keawetan/daya
tahan) yang tinggi, ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai
abrasi lebih kecil dari persyaratan yang ditetapkan sebesar
N
o Karakteristik Sat Spesifikasi Hasil Keterangan 40%.
I. Agregat Kasar
1 Keausan % Maks. 40 28 Memenuhi Berdasarkan hasil pengujian karakteristik yang
Kelekatan digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dilihat dalam
2 Agregat terhadap % Min. 95 98 Memenuhi tabel 1, memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga Devisi
aspal 6 tahun 2018 yang digunakan, sehingga Agregat kasar dan
3 Kepipihan % Maks. 10 6,51 Memenuhi Agregat Halus dapat digunakan lebih lanjut dalam penelitian
4 Kelonjongan % Maks. 10 6,08 Memenuhi ini.
Ukuran 0,5-1,0 cm
2. Pengujian
1
Karakteristik Aspal
Berat Jenis Bulk Min 2,5 2,61 Memenuhi

2 Berat Jenis SSD Min 2,5 2,66 Memenuhi


Aspal yang digunakan harus melalui pengujian
Berat Jenis Memenuhi
3
Semu
Min 2,5 2,74 karakteristik, untuk mengetahui sifat – sifat fisik aspal. Sifat –
4 Penyerapan % Maks 3 1,9 Memenuhi sifat fisik aspal antara lain adalah durabilitas, adhesi dan
Ukuran 1,0-2,0 cm kohesi, kepekaan terhadap temperatur, dan kekerasan.
1 Berat Jenis Bulk Min 2,5 2,59 Memenuhi Pengujian karakteristik yang dilakukan adalah penetrasi aspal,
N Karakteristi Spesifikas titik lembek, berat jenis aspal dan daktilitas. Hasil pengujian
o2 Jenis SSD Sat.
Berat k Mini 2,5 Hasil
2,64 Keterangan
Memenuhi
karakteristik aspal pertamina 60/70 dapat dilihat pada Tabel 2.
Berat Jenis
Penetrasi Memenuhi
3 Min 2,5 2,73
1 Tabel
Semu o
(25 C, 5 2 Hasil0,1Pengujian Karakteristik
60-70 68,4 Aspal
Memenuhi stabilitasnya akan menurun ( melampaui kadar aspal optimum
4 Penyerapan
dtk, 100 gr) mm% Maks 3 1,98 Memenuhi
). Bila kadar aspal terlalu kecil maka aspal tidak bisa mengikat agregat
II. Pasir Titik dengan baik. Sebaliknya jika terlalu besar atau banyak maka fungsi
21 Berat Jenis Bulk oC ≥482,5
Min 48,5
2,56 Memenuhi
Memenuhi
lembek aspal sebagai bahan perekat akan berubah menjadi bahan pelicin antara
2 Berat Jenis SSD Min 2,5 2,60 Memenuhi
batuan terutama bila suhu tinggi.
Berat Jenis
3 Gr/cc ≥1,0 1,346 Memenuhi
(25oC)
Daktilitas
4 Cm ≥100 130 Memenuhi
(25oC)
1025
975
925

Stabilitas
875
825
775
725
675
Hasil pengujian Karakteristik aspal yang digunakan dalam
penelitian ini memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2018 yang 625
digunakan sehingga aspal pertamina dapat digunakan lebih 5 5.566.5 77.5
Kadar Aspal (%)
lanjut dalam penelitian ini.
Gambar 2. Grafik Hubungan Stabilitas dan Kadar Aspal
3. Hasil Pengujian Marshall
Dari gambar 2 mengenai hubungan stabilitas dan
Analisis terhadap data Marshall didasarkan pada kadar aspal di atas, nilai stabilitas Marshall tertinggi tercapai
standar Bina Marga, dimana untuk campuran beton aspal pada campuran beton aspal dengan kadar aspal 7%, dengan
(AC- WC) parameter Marshall yang dianjurkan untuk hasil rata-rata nilai stabilitas 980,18 kg. Dimana dari Gambar
dipenuhi dalam penentuan kadar aspal optimum adalah 2 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya kadar aspal dari
kepadatan, stabilitas, kelelahan (flow), Marshall Quotient 5% sampai 7% mengalami peningkatan nilai stabilitas namun
(MQ), VMA, VIM dan VFB. Benda uji dibuat dengan kadar kembali mengalami penurunan yang sangat signifikan
aspal yang berbeda-beda, yaitu 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, menjadi nilai stabilitas yang sangat rendah pada kadar aspal
7.5% masing- masing 2 benda uji untuk tiap kadar aspalnya. 7,5% dengan nilai rerata sebesar 739,59 kg.
a. Kepadatan Density c. Kelelehan ( flow )
Menyatakan tingkat kerapatan aspal dan agregat setelah Menyatakan deformasi yang terjadi pada suatu lapisan keras
dipadatkan, atau nilai yang menunjukkan kepadatan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai flow
campuran setelah proses pemadatan. Kerapatan atau tinggi melampaui batas maksimum, maka campuran
kepadatan yang tinggi dipengaruhi oleh gradasi yang sesuai cenderung menjadi plastis (fleksibilitas tinggi) sehingga
pelaksanaan pemadatan yang benar dan kadar aspal yang mudah berubah bentuk jika melampaui daya dukungnya.
optimum. Campuran dengan density yang tinggi mempunyai
kekuatan beban menahan yang tinggi oleh karena sifat saling 4.0
3.5
mengunci yang dimiliki butirannya dan semakin kedap 3.0
terhadap air dan udara. 2.5
2.0
Flow

Dengan pengujian kepadatan (Density) yang dilakukan 1.5


dengan menggunakan dua benda uji pada masing – masing
kadar aspal rencana, maka hasilnya akan dibagi dua untuk
mencari rata – rata. Dengan didapatnya angka rata – rata
tersebut, maka angka tersebut adalah angka yang dipakai 5 5.566.577.5
dalam pengujian Marshall untuk mencari kadar aspal Kadar Aspal (%)
optimum yang akan dipakai untuk pengujian ini. Kepadatan Gambar 3. Grafik Hubungan Flow dan Kadar Aspal
tertinggi pada kadar aspal 6%, dengan nilai rerata 2,56 gr/cc.
Dari besarnya nilai flow tertinggi terdapat pada
b. Stabilitas
kadar
Menyatakan kemampuan lapis keras menahan aspal 7% yaitu 3,75 mm dan nilai flow terendah pada kadar
deformasi akibat beban lalu lintas. Pengaruh kadar aspal aspal 5,5% yaitu 1,9 mm.
terhadap stabilitas akan naik apabila kadar aspal bertambah
sampai batas tertentu. Kemudian bila ditambah lagi maka d. VFB ( Void Filled Bitumen )
VFB adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga
campuran yang terisi oleh aspal. Nilai VFB berpengaruh
terhadap kekedapan (impermeabilitas) dan keawetan
(durabilitas) campuran, serta sangat dipengaruhi oleh kadar
aspal yang digunakan. Jika nilai VFB besar maka campuran
semakin banyak air dan kedap udara diintregasi yang
disebabkan oleh air dan udara bisa dihindari. Dengan
demikian campuran mempunyai keawetan ( durabilitas ) yang
tinggi.
4.0
Gambar 4. Grafik Hubungan VFB dan Kadar Aspal
3.5
Dari nilai VFB yang didapat pada tabel 4.6 dan gambar 4.3,
Flow

3.0
2.0

1.5 5 5.56 6.5 7 7.5


Kadar Aspal (%)

Nilai VFB tertinggi terdapat pada kadar aspal 7% dengan f. VMA ( Void Mineral Agregate )
rerata sebesar 70,21 mm. VMA adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga
udara antara butiran agregat dalam campuran agregat aspal
e. VIM ( Void In Mix )
VIM adalah nilai yang menunjukkan presentase rongga padat termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif.
dalam campuran yang menunjukkan banyaknya rongga di
dalamnya. Nilai VIM berpengaruh pada kekuatan dan 19.0
keawetan ( durabilitas ) campuran. Jika nilai VIM besar, 18.0
17.0
berarti rongga yang ada dalam campuran terlalu banyak, 16.0
sehingga air dan udara mudah masuk. Akibatnya durabilitas 15.0
menurun. Sebaliknya bila VIM kecil, berarti campuran rapat,

VMA (%)
14.0
dan kekakuannya pun meningkat ( stabilitas tinggi ). 13.0
12.0
11.0
10.0
7.0 9.0
6.0
5.0 5 5.56 6.5 7 7.5
Kadar Aspal (%)
VIM (%)

4.0
3.0 Gambar 6. Grafik Hubungan VMA dan Kadar Aspal
2.0
1.0 Dari gambar dan tabel diatas nilai VMA ( Void In Mineral
Aggregate ) tertinggi terdapat pada kadar aspal 7,5% dengan
nilai rerata sebesar 17,64 %
5.56 5 6.57 7.5 g. Hasil Bagi Marshall ( Marshall Quotient )
Kadar Aspal (%)
Menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila nilai
Gambar 5. Grafik Hubungan VIM dan Kadar Aspal
Marshall Quotient terlalu tinggi, maka campuran akan
cenderung terlalu kaku dan mudah retak. Sebaliknya bila
Dari gambar 4.4 dan tabel 4.7 diperoleh nilai VIM pada
nilai Marshall Quotient terlalu rendah, maka perkerasan
tertinggi terdapat pada kadar aspal 7,5% dengan rerata
menjadi terlalu lentur dan cenderung kurang stabil.
sebesar 5,30 mm.

500
450
400
Hasil Bagi Marshall

350
300
250
200
150

5 5.56 6.5 7 7.5


Kadar Aspal (%)

Gambar 7. Grafik Hubungan Marshall Quotient dan Kadar


Aspal
Tabel 3. Hasil Pengujian Marshall Kadar Aspal 5% - 7,5% - Memenuhi Spesifikasi
- Tidak Memenuhi Spesifikasi
Kadar Marshall
VIM VMA VFB Stabiltas Flow
Aspal Qoutient
Bina - Nilai VIM, semua kadar aspal memenuhi syarat kecuali
Marga pada kadar aspal 5% dan 7,5%.
2018 3–5 >15 > 65 > 800 >2 > 250 - Nilai VMA, memenuhi syarat pada kadar aspal kecuali pada
(REV
3) kadar aspal 5% dan 5,5%.
5 1,88 10,06 81,27 763,35 1,90 378,04 - Nilai VFB, semua kadar aspal memenuhi syarat.
5,5 3,34 12,05 73,32 848,19 1,95 455,80 - Nilai Stabilitas, tidak memenuhi syarat pada kadar aspal
6 4,24 15,02 71,92 861,29 2,88 300,35 kecuali pada kadar aspal 5% dan 7,5%.
6,5 4,49 15,11 70,30 908,89 2,99 307,39 - Nilai Flow, tidak memenuhi syarat pada kadar aspal 5% dan
7 4,73 15,88 70,21 980,18 3,37 286,02 5,5%.
7,5 5,30 17,64 70,03 739,59 3,15 247,23
- Nilai Marshall Quotient, semua kadar aspal memenuhi
Sumber : Hasil Analisa
syarat.
Keterangan:
4. Penentuan Kadar Aspal Optimum kadar aspal mulai dari 5 % sampai 7,5% ( Trial Method )
dengan tingkat kenaikan kadar aspal 0,5%. Data hasil
pengujian dan analisis parameter Marshall dapat dilihat kadar
aspal optimum ditentukan dengan menggunakan standar Bina
Marga, dimana ada 6 parameter yang harus dipenuhi, yaitu:
VIM, VMA, VFB, Stabilitas, Kelelehan (Flow), dan
Marshall Quotient (MQ). Hubungan antara masing-masing
parameter Marshall tersebut terhadap kadar aspal dapat
dilihat pada Gambar 4.7, dimana pada gambar ini
diperlihatkan metode penentuan kadar aspal optimum.dari
proses tersebut, diperoleh kadar aspal optimum campuran
beton aspal (AC-WC) untuk campuran dengan material
sebesar 6,5%. Kadar Aspal Optimum adalah jumlah aspal
yang digunakan dalam campuran agar dapat mencapai
persyaratan Stabilitas, Flow, VMA, VIM, kepadatan, dan
hasil bagi Marshall. Penentuan kadar aspal optimum untuk
menetapkan besarnya kadar aspal efektif dalam campuran
yang diperlukan untuk pembuatan benda uji baru dengan
komposisi agregat yang sama tetapi dengan kadar aspal
optimum yang telah ditetapkan.

Gambar 8. Diagram Penentuan Kadar Aspal Optimum D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Untuk memperoleh kadar aspal optimum pada Dari hasil Analisa data yang dilakukan pada penelitian
ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
campuran
a. Karakteristik agregat kasar Quarry Wai Lafa dengan
beton aspal (AC-WC), maka dalam penelitian ini digunakan
nilai Keausan 28%, Berat Jenis 2,61 dan 2,59,
Penyerapan 1,90% dan 1,98%, Kepipihan 6,51%,
Kelonjongan 6,08% dan karakteristik Agregat halus
untuk pasir Quarry Wai Lafa dengan nilai Berat Jenis
2,56, Penyerapan 1,32, sand equivalent 75,28% serta
Agregat halus untuk Abu batu Quarry Wai Lafa
dengan nilai Berat Jenis 2,54, Penyerapan 1,73
memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan sesuai
Spesifikasi Bina Marga 2018 dengan nilai sehingga
layak untuk digunakan sebagai campuran Aspal AC-
WC.
b. Karakteristik Marshall untuk campuran aspal AC-WC
dengan menggunakan aspal pertamina pada Quarry
Wai Lafa, kabupaten Maluku Tengah memenuhi
spesifikasi yang diisyaratkan sesuai Spesifikasi Bina
Marga 2018 dimana diperoleh KAO sebesar 6,5%
dengan nilai VIM 4,49% , VMA 15,11% , VFB
70,30%
, Stabilitas 908,18 kg , Flow 3,37 mm.
2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk :
a. Penambahan benda uji untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat mengenai karakteristik material Wai Lafa
untuk campuran aspal AC-WC.
b. Melakukan penelitian tentang penggunaan jenis aspal
yang berbeda pada lapis perkerasan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Bina, S. U. (2019). Spesifikasi Umum 2018 untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 1). In
Direktorat Jendral Bina Marga.
RIZQI MIRANDASARI, M., & RISDIANTO, Y.
(2019). PERBANDINGAN SUBSTITUSI AGREGAT
PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC PEN
60/70 DENGAN ASPAL DAUR ULANG (ADU).
Rekayasa
Teknik Sipil.
Romadhona, P. J., & Wisnumurti, R. (2019). DAMPAK
PENUTUPAN PERLINTASAN KERETA API
LEMPUYANGAN TERHADAP RUAS JALAN DI
SEKITARNYA. Jurnal Teknik Sipil.
https://doi.org/10.26418/jtsft.v19i1.35590
Soehardi, F., & Dinata, M. (2018). Transportasi Publik
dan Aksesibilitas Masyarakat Perkotaan. Perencanaan
Dan Pengendalian Material Pada Proyek Konstruksi
Palu Grand Mall.
Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas,
Jakarta: Granit.
SNI 03-2417-1991. Metode Pengujian Keausan Agregat
Dengan Mesin Los Angeles : Badan Standarisasi Nasional
SNI 03-6877-2002. Uji Angularitas Agregat Halus Dan
Kasar :Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-1969-1990. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan
Air Agregat Halus : Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-1968-1990. Metode Pengujian Analisa Saringan
Agregat Halus dan Agregat Kasar :Badan Standarisasi
Nasional.
SNI 2434:2011. Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan
Alat Cincin dan Bola (ring ball) :Badan Litbang
Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 2432:1991. Cara Uji Daktilitas Aspal :Badan
Standarisasi Nasional.
SNI 2441:2011. Cara Uji Berat Jenis Aspal :Badan
Standarisasi Nasional.
SNI 2432:2011. Cara Uji Penetrasi Aspal :Badan
Standarisasi Nasional.
RSNI M-01-2003. Metode Pengujian Campuran
Beraspal Panas dengan Alat Marshall :Badan
Standarisasi Nasional.

You might also like