You are on page 1of 11

Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.

1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH NASIONAL DI ERA


GLOBALISASI

Emy Yunita Rahma Pratiwi


emyyunita88@gmail.com
Universitas Hasyim Asy’ari

ABSTRACT
Problems in historical learning seen there is a tendency of information transfer from teachers
to students less attention to intellectual skills and increased history awareness to students.
History learning in schools emphasizes more memorizing and using lecturing methods, so it
is boring. There is a misconception about learning history that is often assumed by
memorizing learning of historical figures historical events, timing events, and historical
events. For that, it is necessary to develop a historical lesson that can invite students to think
critically and to reap the benefits of learning history, so that it grows and develops its
historical awareness. In this study the authors use qualitative approach where in research
conducted is descriptive to know or describe the reality of the events studied in order to know
and understand the way of learning history to increase historical awareness in globalization
era. The research method used in this study is literature research. In accordance with the
complexity and global trends and society developments in its history course, it is in place if
historical teaching perspectives are oriented toward the future. It means that it will require
an orientation, or perhaps a more appropriate extension of historical teaching insights, from
historical teaching orientations that emphasize the past-oriented aspects, needs to be
extended toward future oriented teaching orientation. In the midst of globalization climate,
historical science is still needed both as a support either as for national identity or the
problem solver of local problem, regional, national, and global problems.
Keywords: History, awareness, globalization era

ABSTRAK
Permasalahan dalam pembelajaran sejarah terlihat adanya kecenderungan transfer informasi
dari guru kepada siswa kurang memperhatikan keterampilan intelektual dan peningkatan
kesadaran sejarah peserta didik. Pembelajaran sejarah di sekolah lebih banyak menekankan
hafalan dan menggunakan metode ceramah, sehingga membosankan. Terdapat pemahaman
keliru tentang belajar sejarah yang sering dianalogkan dengan belajar hapalan tentang tokoh-
tokoh sejarah, peristiwa-peristiwa sejarah, waktu peristiwa, dan kejadian-kejadian sejarah.
Untuk itu perlu dikembangkan pembelajaran sejarah yang dapat mengajak siswa berpikir
kritis dan dapat memetik manfaat dari belajar sejarah, sehingga tumbuh dan berkembang
kesadaran sejarahnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau
menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti dalam rangka mengetahui dan
memahami cara pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah dalam era
globalisasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
library riset. Sesuai dengan kompleksitas dan globalnya kecenderungan dan perkembangan
masyarakat dalam perjalanan sejarahnya, maka sudah pada tempatnya apabila persepektif
pengajaran sejarah berorientasi pada masa depan. Hal ini berarti akan memerlukan orientasi,
atau mungkin lebih tepat perluasan wawasan pengajaran sejarah, yaitu dari orientasi

1
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

pengajaran sejarah yang menekankan aspek masa kelampauannya (past oriented), perlu
diperluas kearah orientasi pengajaran sejarah berwawasan masa depan (future oriented). Di
tengah iklim globalisasi, ilmu sejarah tetap diperlukan baik sebagai penopang identitas
nasional, maupun problem solver masalah-masalah lokal, regional, nasional, dan global.

Kata Kunci: Sejarah, Kesadaran, Era Globalisasi

PENDAHULUAN Dalam perspektif individu, proses


Globalisasi merupakan pembicaraan pendidikan menghasilkan perubahan
yang sangat popular di abad ke-21 ini. tingkah laku anak didik melalui pembinaan
Hampir semua kalangan dan presiden atau bimbingan terhadap potensi.
hingga rakyat biasa, dari bangku Sedangkan dalam tinjauan sosial,
perkuliahan semuanya membicarakan pendidikan merupakan transformasi budaya
globalisasi. Joseph Stiglitz, ekonom peraih dari satu generasi tua (pendidik dan tenaga
nobel, mendefinisikan globalisasi yaitu kependidikan) kepada anak didik sehingga
“semakin dekatnya integrasi antar Negara terbentuk pribadi berbudaya sesuai dengan
dan bangsa dunia disebabkan oleh karakter bangsa dan mengembangkan
runtuhnya semua batas-batas akibat arus kebudayaan baru dalam mengantisipasi
modal, jasa, komoditas, pengetahuan, dan perubahan.
yang sering melintas antar perbatasan Pendidikan informal dalam keluarga,
(Muhaimin, 2011: 91). pendidikan di sekolah, dan di masyarakat
Ekonomi baru tersebut harus memang harus sinergis dalam pelaksanaan
mempunyai tatanan baru, yaitu tatanan peran dan fungsi kependidikannya.
yang didasarkan ilmu pengetahuan atau Pendidikan dalam keluarga merupakan
pendidikan dan teknologi. Pendidikan pilar pertama dan utama pengembangan
sebagai proses transformasi budaya potensi anak, khususnya dalam membentuk
sejatinya menjadi wahana bagi perubahan sikap dan keterampilan hidup. Sedangkan
dan dinamika kebudayaan masyarakat dan pendidikan formal di sekolah
bangsa. Karena itu, pendidikan yang menyempurnakan dasar pengetahuan anak
diberikan melalui bimbingan, pengajaran secara akademik, dan sikap serta
dan latihan harus mampu memenuhi keterampilan untuk mampu berperan dalam
tuntutan pengembangan potensi peserta berbagai pilihan peran di masyarakat
didik secara maksimal, baik potensi sebagai bagian dari struktur kebudayaan.
intelektual, spiritual, sosial, moral, maupun Pendidikan non formal membantu
estetika sehingga terbentuk kedewasaan sekolah dan rumah tangga dalam
atau kepribadian seutuhnya. Dengan meningkatkan dan memantapkan
melalui kegiatan tersebut yang merupakan keterampilan hidup anak sebagai makhluk
bentuk-bentuk utama dari proses individu, sosial, ekonomi, dan religius yang
pendidikan, maka kelangsungan hidup memungkinkan generasi muda eksis dan
individu dan masyarakat akan terjamin. pengembangan kebudayaan bangsa.
Dalam hal ini pendidikan sebenarnya Terbentuknya kepribadian yang cerdas
berfungsi mengembangkan seluruh aspek intelektual, cerdas emosi, cerdas intelektual
kepribadian peserta didik secara utuh dan dan cerdas secara sosial. Inilah kecerdesan
terintegrasi tetapi untuk memudahkan yang komprehensif dan sehingga
pengkajian dan pembahasan biasa diadakan memungkinkan anak-anak mampu
pemilahan dalam aspek-aspek intelektual, memecahkan masalah kehidupan yang
sosial, emosi dan fisik-motorik. Pendidikan dihadapi dalam berbagai kesempatan dan
menciptakan perubahan, karena berkenaan tempat kehidupan anak berlangsung.
dengan penanaman nilai-nilai kebenaran, Sekolah sebagai sistem tersusun
kesucian dan kebaikan hidup bagi manusia. dari komponen konteks, input, proses,

2
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

output, dan outcome. Konteks berpengaruh pembelajaran. Ketiga hal tersebut


pada input, input berpengaruh pada proses, merupakan rangkaian utuh yang tidak dapat
proses berpengaruh pada output, serta dipisah-pisahkan. Persiapan belajar
output berpengaruh pada outcome. Dalam mengajar merupakan penyiapan satuan
sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem acara pelajaran (SAP) yang meliputi antara
yang secara sinergis saling mendukung lain standar kompetensi dan kompetensi
dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan dasar, alat evaluasi, bahan ajar, metode
program dalam hal ini adalah program pembelajaran, media/alat peraga
pendidikan sejarah. pendidikan, fasilitas, waktu, tempat, dana,
Proses belajar mengajar merupakan harapan-harapan, dan perangkat informasi
proses yang terpenting karena dari sinilah yang diperlukan untuk mendukung
terjadi interaksi langsung antara pendidik pelaksanaan proses belajar mengajar.
dan peserta didik. Di sini pula campur Kesiapan siswa, baik fisik maupun mental,
tangan langsung antara pendidik dan juga merupakan hal penting. Jadi esensi
peserta didik berlangsung sehingga dapat persiapan proses belajar mengajar adalah
dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat kesiapan segala hal yang diperlukan untuk
tergantung dari perilaku pendidik dan berlangsungnya proses belajar mengajar.
perilaku peserta didik. Menurut Munadi Dalam rangka pengembangan
(2008) fungsi media pembelajaran, yaitu: pembelajaran sejarah agar lebih fungsional
sebagai sumber belajar, fungsi semantic, dan terintegrasi dengan berbagai bidang
fungsi manipulatif dan fungsi psikologis. keilmuan lainnya, maka terdapat berbagai
Dengan demikian dapat diyakini bahwa bidang yang seyogyanya mendapat
perubahan hanya akan terjadi jika terjadi perhatian, yaitu: pertama, untuk menjawab
perubahan perilaku pendidik dan peserta tantangan masa depan, kreativitas dan daya
didik. inovatif diperlukan agar suatu bangsa
Pembelajaran merupakan proses bukan hanya sekedar menjadi konsumen
kerjasama antara guru dan siswa dalam IPTEK, konsumen budaya, maupun
memanfaatkan segala potensi dan sumber penerima nilai-nilai dari luar secara pasif,
daya yang ada, baik potensi yang melainkan memiliki keunggulan kompetitif
bersumber dari dalam siswa itu sendiri dalam hal penguasaan IPTEK. Oleh
seperti bakat, minat, dan kemampuan dasar karenanya, sikap, motivasi, dan kreativitas
yang dimiliki, termasuk gaya belajar, perlu dikembangkan melalui penciptaan
maupun potensi yang ada di luar diri siswa situasi proses belajar mengajar yang
seperti lingkungan, sarana, dan sumber dinamis di mana pengajar mendorong
belajar sebagai upaya untuk mencapai vitalitas dan kreativitas peserta didik untuk
tujuan belajar tertentu (Agung & Wahyuni, mengembangkan diri.
2013). Kedua, peserta didik akan dapat
Suyanto dan Jihad (2013: 250) mengembangkan daya kreativitasnya
berpendapat, “Pembelajaran merupakan apabila proses belajar mengajar
proses interaksi siswa dengan dilaksanakan secara terprogram, sistemis
lingkungannya sehingga terjadi perubahan dan sistematis, serta ditopang oleh
perilaku ke arah yang lebih baik”. ketersediaan sarana dan prasarana yang
Sedangkan pembelajaran menurut Sagala memadai.
(2014: 61), “Membelajarkan siswa Ketiga, dalam proses
menggunakan asas pendidikan maupun pengembangan kematangan intelektualnya,
teori belajar yang merupakan penentu peserta didik perlu dipacu kemampuan
utama keberhasilan pendidikan”. berfikirnya secara logis dan sistematis.
Proses belajar mengajar merupakan Dalam proses belajar mengajar, pengajar
serangkaian aktivitas yang terdiri dari harus memberi arahan yang jelas agar
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi

3
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

peserta didik dapat memecahkan suatu sosial menanamkan dan mensosialisasikan


persoalan secara logis dan ilmiah. nilai-nilai, pengetahuan, sikap dan
Keempat, peserta didik harus diberi keterampilan kepada anak bangsa sebagai
internalisasi dan keteladanan, dimana tanggung jawab sosial, politik, psikologis
mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan dan budaya. Itu artinya, pendidikan
belajar mengajar. Fenomena ini dalam hal- merupakan proses sistematik, terencana dan
hal tertentu dapat membentuk semangat terarah dalam menumbuh-kembangkan
loyalitas, toleransi, dan kemampuan potensi anak sehingga tercapai kedewasaan
adaptabilitas yang tinggi. Dalam yang maksimal sesuai tuntutan peran-peran
pendekatan ini perlu diselaraskan dengan sosial di masyarakat.
kegiatan proses belajar mengajar yang Pendapat Ballantine sekolah sebagai
memberi peluang kepada mereka untuk lembaga pendidikan yang berada di tengah-
berprakarsa secara dinamis dan kreatif. tengah masyarakat hanya akan berhasil
Analisis keilmuan tentang kegiatan apabila ada kerjasama dan dukungan yang
pendidikan di sekolah secara makro penuh dari masyarakat dan keluarga.
menunjukkan bahwa penciptaan program- Sekolah merupakan satu kesatuan dari
program pendidikan memerlukan landasan pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-
berbagai cabang ilmu pengetahuan secara pribadi yang bertemu di sekolah tergabung
interdisipliner. Analisis keilmuan dalam bagian-bagian yang melakukan
interdisipliner tersebut memang diperlukan hubungan organis yang bersistem. Sistem
karena kegiatan pendidikan sebagai objek sekolah terwujud dengan munculnya cara
ilmiah merupakan: (1) gejala rohani dalam interaksi sosial yang khas. Sekolah sebagai
arti perkembangan rohani antara anak yang organisasi sosial dicirikan oleh: (a)
menjadi dewasa dalam konteks hubungan memiliki suatu penghuni yang tetap, (b)
rohani antara anak didik dengan memiliki struktur politik atau kebijakan
pendidiknya, (2) peristiwa sosial, dalam arti umum tentang kehidupan sekolah, (c)
merupakan tindakan sosialisasi antara memiliki inti jaringan hubungan sosial, (d)
generasi tua ke generasi muda merupakan mengembangkan perasaan atau semangat
hubungan dan internasional, (3) hubungan kebersamaan sekolah, dan (e) memiliki
nilai norma, sebab dalam kegiatan suatu jenis kebudayaan atau sub
pendidikan memang terjadi transaksi nilai kebudayaan tersendiri (Uno, 2007:34).
atau simbolik yang asimetris, dari Maksud ini sesuai dengan pasal 37
kelompok pendidik kepada kelompok anak UU SISDIKNAS 2003, bahwa kurikulum
didik. Sementara itu muatan pendidikan pendidikan dasar dan menengah wajib
yang diberikan di sekolah dapat memuat IPS, yang dalam penjelasannya
diakumulasi dalam lima materi keilmuan, disebutkan bahwa IPS merupakan ilmu
yaitu: (1) ide abstrak, (2) benda fisik, (3) bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
jasad hidup, (4) gejala rohani, (5) peristiwa sebagainya dimaksudkan untuk
sosial, dan (6) dunia tanda, sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
pembentukan pembelajar menjadi manusia dan kemampuan analisis peserta didik
yang memiliki pribadi bermoral, intelektual, terhadap kondisi sosial masyarakat.
serta berinteraksi sosial, baik dengan Misi yang dibawa Pendidikan IPS
manusia lainnya maupun lingkungannya adalah pengembangan keilmuan sekaligus
(Uno, 2007: 33). nilai dan kewarganegaraan. Secara nasional,
Pendidikan memang harus tujuan Pendidikan IPS adalah untuk
menciptakan kemampuan daya saing mendukung tujuan pendidikan nasional
bangsa. Dapat dipastikan bahwa pengaruh yang dalam pasal 3 UU SISDIKNAS tahun
pendidikan terhadap pengembangan 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan
karakter bangsa sangat signifikan, karena nasional adalah untuk berkembangnya
keluarga, sekolah dan berbagai lembaga potensi peserta didik agar menjadi manusia

4
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, teknologi yang sangat cepat, terutama
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dalam bidang komunikasi dan elektronika.
menjadi warga negara yang demokratis dan Perkembangan dalam bidang ini
bertanggungjawab. telah mengakibatkan revolusi informasi.
Menurut Suyanto (2007:15-16) era Sejumlah besar informasi, hampir
globalisasi dewasa ini mempunyai mengenai semua bidang kehidupan dari
pengaruh yang sangat signifikan terhadap semua tempat.
pola pembelajaran yang mampu Pembelajaran sejarah di sekolah
memberdayakan para peserta didik. lebih banyak menekankan hapalan dan
Tuntutan global telah mengubah paradigma menggunakan metode ceramah, sehingga
pembelajaran dari paradigma pembelajaran membosankan. Pembelajaran sejarah
tradisional ke paradigma pembelajaran baru. sebenarnya penuh dengan muatan makna,
Suyanto menggambarkan paradigma di balik peristiwa sejarah terdapat ide-ide
pembelajaran sebagai berpusat pada guru, dan nilai-nilai yang berguna memberikan
menggunakan media tunggal, berlangsung solusi terhadap permasalahan masa kini dan
secara terisolasi, interaksi guru-murid mempersiapkan masa yang akan datang.
berupa pemberian informasi dan pengajaran Terdapat pemahaman keliru tentang belajar
berbasis factual atau pengetahuan. sejarah yang sering dianalogkan dengan
Permasalahan dalam pembelajaran belajar hapalan tentang tokoh-tokoh sejarah,
sejarah terlihat adanya kecenderungan peristiwa-peristiwa sejarah, waktu peristiwa,
transfer informasi dari guru kepada siswa dan kejadian-kejadian sejarah.
kurang memperhatikan keterampilan Sejarah bertujuan agar peserta didik
intelektual dan peningkatan kesadaran memiliki kemampuan, membangun
sejarah peserta didik. Dalam Peraturan kesadaran peserta didik tentang pentingnya
Menteri Pendidikan Nasional Republik waktu dan tempat yang merupakan sebuah
Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang proses dari masa lampau, masa kini, dan
Standar Isi yang tercantum dalam lampiran masa depan, melatih daya kritis peserta
Peraturan Menteri, untuk satuan pendidikan didik untuk memahami fakta sejarah secara
dasar dan menengah dijelaskan terkait benar dengan didasarkan pada pendekatan
materi dan tujuan dari pembelajaran sejarah ilmiah dan metodologi keilmuan,
maka mata pelajaran Sejarah memiliki arti menumbuhkan apresiasi dan penghargaan
strategis dalam pembentukan watak dan peserta didik terhadap peninggalan sejarah
peradaban bangsa yang bermartabat serta sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia
dalam pembentukan manusia Indonesia di masa lampau, menumbuhkan
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta pemahaman peserta didik terhadap proses
tanah air. terbentuknya bangsa Indonesia melalui
Di bidang pendidikan, peran guru sejarah yang panjang dan masih berproses
untuk mendidik peserta didik menjadi hingga masa kini dan masa yang akan
manusia yang selalu mengikuti dating, menumbuhkan kesadaran dalam diri
perkembangan zaman tanpa meninggalkan peserta didik sebagai bagian dari bangsa
akar budaya sangat penting dalam Indonesia yang memiliki rasa bangga dan
menentukan perjalanan generasi bangsa ini. cinta tanah air yang dapat
Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa diimplementasikan dalam berbagai bidang
menjembatani kepentingan-kepentingan itu. kehidupan baik nasional maupun
Tentu saja melalui usaha-usaha nyata yang internasional (Gafur, 2012).
bisa diterapkan dalam mendidik pesera Untuk itu perlu dikembangkan
didiknya. Dalam perkembangan pembelajaran sejarah yang dapat mengajak
kontemporer, dunia sedang berubah dengan siswa berpikir kritis dan dapat memetik
sangat cepat dan bersifat global. Hal itu manfaat dari belajar sejarah, sehingga

5
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

tumbuh dan berkembang kesadaran Selain itu, keadaan tersebarnya


sejarahnya. Guru dituntut mengembangkan kondisi sekolah, media pendidikan
dan memanfaatkan model-model belajar yang kurang memadai, administrasi
Berdasarkan latar belakang tersebut pendidikan yang kurang dikelola
penulis bermaksud untuk menguraikan dengan baik, dan kuatnya pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan sosial pendekatan ekspositori dan belajar
dalam era globalisasi dengan menggunakan pasif merupakan penghambat
metode keterampilan intelektual dan aktualisasi Pendidikan IPS.
peningkatan kesadaran sejarah. Kesimpulannya, bahwa Pendidikan
IPS belum dirasakan mempunyai
METODE kontribusi besar dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sebagian besar
Dalam penelitian ini penulis masyarakat, disebabkan oleh karena
menggunakan pendekatan kualitatif dimana faktor intern (upaya pembelajaran)
dalam penelitian yang dilakukan bersifat dan faktor ekstern (paradigma
deskriptif yaitu untuk mengetahui atau masyarakat yang konsumeris,
menggambarkan kenyataan dari kejadian hedonis dan pragmatis. membangun
yang diteliti dalam rangka mengetahui dan hubungan secara sinergis antara
memahami cara pembelajaran sejarah untuk praktisi pendidikan, sekolah,
meningkatkan kesadaran sejarah dalam era pembuat kebijakan pendidikan,
globalisasi. serta berbagai elemen environment
Metode penelitian yang digunakan guna melakukan sharing untuk
dalam penelitian ini adalah metode menyusun kurikulum yang
penelitian library riset. Penelitian library integrative dan responsif terhadap
riset terbatas pada usaha mengungkapkan permasalahan-permasalahan riil,
suatu masalah atau keadaan atau peristiwa baik lokal, regional, nasional
sebagaimana adanya sehingga bersifat maupun internasional.
mengungkapkan fakta dan memberikan 2. Tantangan yang dihadapi
gambaran secara obyektif tentang keadaan Pembelajaran IPS di Indonesia pada
sebenarnya dari objek dengan sumber era globalisasi saat ini antara lain.
utama dari buku, artikel atau wacana yang Pembaharuan kurikulum hendaknya
ada. bukan sekedar tambal sulam, tetapi
lebih bersifat interdisipliner, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN berorientasi pada ‘functional
Menjawab pertanyaan dari rumusan knowledge” serta aspirasi
masalah, maka diuraikan dan dijelaskan kebudayaan Indonesia dan nilai-
pada poin-poin sebagai berikut: nilai agama. Pengajar harus mampu
1. Data hasil penelitian LEMLIT UNY menyajikan
(1998) menunjukan bahwa 50% pengajaran/pembelajaran yang
siswa menyatakan merasa tidak bersifat interdisiplin, berperan
puas terhadap pembelajaran ilmu- sebagai fasilitator pembelajar, dan
ilmu sosial karena guru dan cara menjadi problem solver baik di
penyampaian pelajaran kurang sekolah maupun di tengah-tengah
menarik. Permasalahan lain adalah masyarakat. Pengajar harus mampu
bahwa buku pelajaran tidak memahami kebutuhan dasar
mengikuti akan pendekatan proses lingkungannya, sehingga
pengambilan keputusan dan Pengajaran IPS tidak bersifat kering.
pendekatan pemecahan masalah. Kurikulum IPS mampu membuat
Implikasinya bahwa pengajaran IPS estimasi kehidupan yang akan
terasa kering dan membosankan. berlangsung 30-50 tahun yang akan

6
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

datang. Paradigma kurikulum IPS bertanggung jawab terhadap proses


berorientasi ke depan. Anak didik dan keberhasilan pembelajaran.
pada masa sekarang, mereka akan Keterlibatan siswa dalam
menempuh usia dewasanya pada 10 pembelajaran baik lingkungan
sampai dengan 50 tahun yang akan sekolah maupun lingkungan siswa,
datang. Konsekuensinya, kurikulum dan tujuan pembelajaran juga
harus mampu mengantisipasi merupakan faktor penting yang
kecenderungan yang akan datang. tidak dapat ditinggalkan dalam
3. Upaya menghadapi tantangan setiap pembelajaran. Seperti yang
pendidikan IPS dalam era dijelaskan melalui bagan di bawah
globalisasi saat ini harusnya pada ini yang diadaptasi dari Dunkin &
pembelajaran di dalam kelas guru Biddle (1974: 38):
memegang peranan penting, guru

Gambar I
Presage Variable

Sumber: direduks dari Dunkin & Biddle (1974: 38)

4. Sejarah merupakan cabang ilmu membentuk sikap, watak dan


pengetahuan yang menelaah tentang kepribadian peserta didik. Mata
asal-usul dan perkembangan serta pelajaran Sejarah memiliki arti
peranan masyarakat di masa lampau strategis dalam pembentukan watak
berdasarkan metode dan metodologi dan peradaban bangsa yang
tertentu. Pengetahuan masa lampau bermartabat serta dalam
tersebut mengandung nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia
kearifan yang dapat digunakan yang memiliki rasa kebangsaan dan
untuk melatih kecerdasan, cinta tanah air. Secara substantif,

7
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

materi sejarah: mengandung nilai- masa kini, dan masa depan;


nilai kepahlawanan, keteladanan, menumbuhkan kesadaran dalam diri
kepeloporan, patriotisme, peserta didik sebagai bagian dari
nasionalisme, dan semangat pantang bangsa Indonesia yang memiliki
menyerah yang mendasari proses rasa bangga dan cinta tanah air yang
pembentukan watak dan dapat diimplementasikan dalam
kepribadian peserta didik. Memuat berbagai bidang kehidupan baik
khasanah mengenai peradaban nasional maupun internasional.
bangsa-bangsa, termasuk peradaban Sedangkan nasionalisme diuraikan
bangsa Indonesia. Materi tersebut lebih rinci dalam tujuan yakni:
merupakan bahan pendidikan yang menumbuhkan apresiasi dan
mendasar bagi proses pembentukan penghargaan peserta didik terhadap
dan penciptaan peradaban bangsa peninggalan sejarah sebagai bukti
Indonesia di masa depan. peradaban bangsa Indonesia di masa
Menanamkan kesadaran persatuan lampau; menumbuhkan kesadaran
dan persaudaraan serta solidaritas dalam diri peserta didik sebagai
untuk menjadi perekat bangsa bagian dari bangsa Indonesia yang
dalam menghadapi ancaman memiliki rasa bangga dan cinta
disintegrasi bangsa. Sarat dengan tanah air yang dapat
ajaran moral dan kearifan yang diimplementasikan dalam berbagai
berguna dalam mengatasi krisis bidang kehidupan baik nasional
multidimensi yang dihadapi dalam maupun internasional. Sikap positif
kehidupan sehari-hari. Berguna siswa dalam kegiatan pembelajaran
untuk menanamkan dan sejarah mempunyai sumbangan
mengembangkan sikap ber- positif terhadap peningkatan
tanggungjawab dalam memelihara kualitas pembelajaran sejarah yang
keseimbangan dan kelestarian pada akhirnya akan mampu
lingkungan hidup. Tujuan tersebut meningkatkan hasil belajar sejarah
pada prinsipnya untuk membentuk siswa. Hal ini terjadi karena siswa
dan mengembangkan kecakapan yang memiliki sikap positif selama
peserta didik, yaitu kecakapan kegiatan pembelajaran berlangsung
akademik, kesadaran sejarah, dan pada umumnya akan diikuti dengan
nasionalisme. Kecakapan aka- semangat dan motivasi belajar yang
demik dijabarkan secara rinci dalam lebih tinggi dibandingkan dengan
tujuan yakni: melatih daya kritis siswa yang mempunyai sikap
peserta didik untuk memahami fakta negatif, dengan motivasi belajar
sejarah secara benar dengan yang tinggi akan diikuti instensitas
didasarkan pada pendekatan ilmiah belajar yang lebih baik sehingga
dan metodologi keilmuan; pada akhirnya akan mampu meraih
menumbuhkan pemahaman peserta prestasi belajar yang lebih tinggi.
didik terhadap proses terbentuknya Dengan demikian kualitas
bangsa Indonesia melalui sejarah pembelajaran sejarah juga
yang panjang dan masih berproses dipengaruhi sikap siswa terhadap
hingga masa kini dan masa yang pelajaran sejarah selama
akan datang. Kesadaran sejarah berlangsungnya proses
diuraikan lebih lanjut pada tujuan pembelajaran dalam kelas. Siswa
yakni membangun kesadaran perlu memiliki sikap positif
peserta didik tentang pentingnya terhadap mata pelajaran sejarah,
waktu dan tempat yang merupakan karena dengan sikap positif, dalam
sebuah proses dari masa lampau, diri siswa akan tumbuh dan

8
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

berkembang minat belajar, akan mempersiapkan kehidupan masa


lebih mudah diberi motivasi, dan depan bagi generasi penerus.
akan lebih mudah menyerap materi Konsep masa lampau adalah guru
pelajaran yang disajikan. Siswa juga terbaik bagi masa depan, dapat
perlu memiliki sikap positif menjadi salah satu perspektif yang
terhadap guru yang mengajar suatu strategis dalam menempatkan
mata pelajaran. Siswa yang tidak konsep wawasan masa depan dalam
memiliki sikap positif terhadap guru, pengajaran sejarah yang dinamis.
akan cenderung mengabaikan hal-
hal yang disampaikan guru. Dengan KESIMPULAN
demikian, siswa yang memiliki Pendidikan IPS sebagai sintetik
sikap negatif terhadap guru yang disiplin berusaha mengorganisasikan dan
mengajar, akan sukar menyerap mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial
materi pelajaran yang disajikan. secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
Siswa juga perlu memiliki sikap pendidikan. IPS mempunyai peran penting
positif terhadap proses dalam membangun identitas nasional untuk
pembelajaran yang berlangsung. menjadikan siswa yang kreatif, mampu
Proses pembelajaran dalam hal ini memecahkan masalah diri sendiri dan
mencakup, suasana pembelajaran, lingkungannya, serta menjadi warga negara
strategi dan teknik pembelajaran yang baik dan bermoral. Di tengah iklim
yang digunakan. Tidak jarang siswa globalisasi, IPS tetap diperlukan baik
yang merasa kecewa atau tidak puas sebagai penopang identitas nasional,
terhadap proses pembelajaran yang maupun problem solver masalah-masalah
berlangsung, namun mereka tidak lokal, regional, nasional, dan global.
mempunyai keberanian untuk
menyatakan. Akibatnya mereka DAFTAR RUJUKAN
terpaksa mengikuti proses Abdul, Gafur. (2012). Desain
pembelajaran yang berlangsung Pembelajaran, Penerbit Ombak:
dengan perasaan yang kurang Yogyakarta.
nyaman. Kemudian sesuai dengan Agung, Leo & Wahyuni Sri.
kompleksitas dan globalnya (2013).Perencanaan Pembelajaran
kecenderungan dan perkembangan Sejarah.Ombak: Yogyakarta
masyarakat dalam perjalanan Anwar, Qomari, Syaiful, Sagala.(2014).
sejarahnya, maka sudah pada Profesi Jabatan Kependidikan dan
tempatnya apabila perspektif Guru Sebagai Upaya Menjamin
pengajaran sejarah berorientasi pada Kualitas Pembelajaran. Uhamka Press:
masa depan. Hal ini berarti akan Jakarta.
memerlukan orientasi, atau D.I., Endang, “Implementasi KBK pada
mungkin lebih tepat perluasan Mata Pelajaran Ilmu-ilmu Sosial di
wawasan pengajaran sejarah, yaitu SMA”, Seminar HISPISI 17 April 2014.
dari orientasi pengajaran sejarah Dunkin & Biddle. (1974). The Study of
yang menekankan aspek masa Classroom Teaching. New York:
kelampauannya (past oriented), Appleton-Century
perlu diperluas kearah orientasi Muhaimin. (2011).Pemikiran dan
pengajaran sejarah berwawasan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan
masa depan (future oriented). Islam. PT. Raja Grafindo Persada:
Penekanan wawasan pengajaran Jakarta.
sejarah pada masa depan ini, pada Munadi, Yudhi.(2008). Media
dasarnya juga sesuai dengan Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru.
hakekat tujuan pendidikan yang Gaung Persada Press: Jakarta.

9
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 28 (1998): Edisi Khusus Dies Natalis


Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1998, HAMBATAN GURU DALAM
2006 tentang Standar Isi. MELAKSANAKAN KURIKULUM
Surakhmad, Winarn.(2009). Pendidikan EKONOMI SMU 1994.
Nasional: Strategi dan Tragedi. Suyanto.(2007). “Tantangan
Compas, Jakarta Profesionalisme Guru di Era Global”,
Suyanto dan Jihad, A.(2013). Menjadi Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas
Guru Profesional (Strategi Negeri Yogyakarta, 21 Mei.
Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Uno, Hamzah B. (2007). Profesi
Guru di Era Global). Esensi Erlangga Kependidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Group: Jakarta. UU Sisdiknas tahun 2003 tentang Sistem
Suyanto. Jurnal Kependidikan (Penerbit: Pendidikan Nasional.
Lembaga Penelitian UNY), Vol 1, No

10
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

11

You might also like