You are on page 1of 7

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

REAKTUALISASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI


PERGURUAN TINGGI (Suatu Tinjauan Andragogi)

Maman Paturahman

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,


Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas IndraprastaPGRI
E-mail : maman.patur90@gmail.com

ABSTRACT

To produce the citizens aspired to every country in the world is a necessity. For that we need an education
system that one of the field of study is Civic Education (Civics) whose purpose is to produce good citizens who
understand and are able to exercise their rights and obligations well as citizens. The process of learning
Citizenship Education in universities required various approaches, techniques, methods, and learning models,
one of which is andragogy approach. Andragogy is the science and art to help adults learn (andragogy is the
science and arts of helping adult learn). Andragogi approach is based on the assumption that the more mature
learners are: a) the concept of himself is increasingly changing from dependence to educator toward self-
directed attitudes and behaviors, b) accumulating more learning experiences that can be used as learning
resources and learning orientation they change from mastery over matter to problem-solving abilities, c) their
learning readiness is to master the ability to perform real-life tasks, d) increasingly require self-involvement in
the planning, implementation, and evaluation of learning. This approach emphasizes the ways adult education
emphasizes the involvement of students as mature learners characterized by a variety of changes in thinking,
how to behave, and how to behave. Through the approach of andragogy expected the learning process of
Citizenship Education in universities can be more meaningful so marked by the occurrence of some changes in
the way of thinking, attitude, and behavior among students in accordance with the values of Pancasila and the
1945 Constitution in the frame of Indonesia-ness and in the present context.

Keywords: Reaktualisasi, civic education, and andragogy

ABSTRAK

Menghasilkan warganegara yang dicita-citakan oleh setiap negara di dunia merupakan sebuah keniscayaan.
Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang salah satu bidang kajiannya adalah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang tujuannya adalah untuk menghasilkan warganegara yang baik yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya secara baik sebagai warganegara. Proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi diperlukan berbagai pendekatan, teknik, metode, dan model
pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan andragogi. Andragogi adalah ilmu dan seni untuk membantu
orang dewasa belajar (andragogy is the science and arts of helping adult learn). Pendekatan andragogi
didasarkan atas asumsi bahwa semakin dewasa peserta didik maka: a) konsep dirinya semakin berubah dari
ketergantungan kepada pendidik menuju sikap dan perilaku mengarahkan diri dan saling belajar, b) makin
berakumulasi pengalaman belajarnya yang dapat dijadikan sumber belajar (learning resources) dan orientasi
belajar mereka berubah dari penguasaan terhadap materi ke kemampuan pemecahan masalah, c) kesiapan
belajarnya adalah untuk menguasai kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan nyata, d) makin
membutuhkan keterlibatan diri dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pendekatan ini
menekankan pada cara-cara pendidikan orang dewasa yang lebih menekankan pada keterlibatan mahasiswa
sebagai peserta didik dewasa (mature)yang ditandai dengan berbagai perubahan cara berpikir, cara bersikap, dan
cara berperilaku. Melalui pendekatan andragogi diharapkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
di perguruan tinggi dapat lebih bermakna sehingga ditandai dengan terjadinya beberapa perubahan cara berpikir,
bersikap, dan berperilaku di kalangan mahasiswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam bingkai keindonesiaan dan dalam konteks kekinian.

Kata Kunci: Reaktualisasi, pendidikan kewarganegaraan, dan andragogi

- 250 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

PENDAHULUAN bergairah kebangsaan, religius, dan menjadi role


modelbagi sekelilingnya.
Perjalanan panjang bangsa Indonesia Pada sisi lain, pengajar atau narasumber
dapat diidentifikasi dari beberapa tonggak atau pun seringkali tidak menyadari bahwa
momentum sejarah bangsa mulai dari kelahiran “kesemuan” itu berawal dari dirinya. Karena itu,
bangsa Indonesia yang ditandai dengan diperlukan format pendidikan dan pembelajaran
munculnya organisasi pergerakan nasional, yaitu yang dapat memfasilitasi peserta didik atau
Budi Utomo pada 20 Mei 1908, kelahiran mahasiswa yang dapat memotivasi dirinya untuk
persatuan bangsa Indonesia yang ditandai melakukan perubahan kolektif melalui
dengan peristiwa Sumpah Pemuda dalam Pendidikan Kewarganegaraan sehingga mereka
kongres pemuda kedua di Jakarta 28 Oktober benar-benar dapat memaknai kehidupan kampus
1928, dan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan sebagai kehidupan masyarakat akademik,
Indonesia pada 17 Agustus 1945. masyarakat ilmiah, dan calon-calon “ulama”
Bila dicermati secara seksama, ketiga sebagai pewaris para nabi(warosatul anbiya).
peristiwa tersebut setidaknya memunculkan dua Salah satu alternatif format pembelajaran atau
hal yang menjadi kekuatan (elan vitae)yang sulit perkuliahan tersebut adalah pendekatan
terbantahkan. Pertama, para pelaku dalam andragogi, sebuah kajian Didaktis Metodis.
peristiwa tersebut adalah para pemuda
pelajar,dan kedua mereka adalah sosok-sosok METODE
intelektual yang tidak pernah surut
semangatkebangsaannya; mereka memiliki Metode yang digunakan adalah filosofis,
idealisme, nasionalisme, dan patriotisme yang yakni prosedur pemecahan masalah melalui
tidak dapat diragukan lagi. proses berpikir rasional atau perenungan dalam
Seiring dengan perjalanan waktu dan bentuk pemikiranyang mendalam, mendasar,
berbagai perubahan global dengan segala dan terarah pada penemuan hakikat sesuatu yang
konsekuensinya telah berdampak pada tata nilai, ada dan mungkin ada, yakni hakikat Pendidikan
budaya, dan karakteristik bangsa. Berbagai Kewarganegaraan di perguruan tinggi serta
fenomena seperti praktika separatisme, bagaimana penerapan andragogi dalam
sektarianisme, primordialisme, liberalisme, mereaktualisasikan Pendidikan
kapitalisme, etnosentrisme,egoisme, dan isme- Kewarganegaraan tersebut.
isme lain sedang menelikungkedirian kita
sebagai bangsa. Karena itu, jangan biarkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi ini bertambah menahun sebab bila
dibiarkan kita sebagai bangsa akan kehilangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
jiwanya yakni Pancasilasebagai polgeistbangsa Perguruan Tinggi
Indonesia sepanjang sejarahnya.Salah satu Menurut Mansoer dalam Kaelan dan
upaya yang disengaja dan dilakukan secara Zubaidi (2007:20-21), pendidikan adalah suatu
sistemik adalah dengan diberikannya Pendidikan usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan
Kewarganegaraan secara formal di berbagai atau situasi tertentu yang dikehendaki. Hakikat
jenjang dan jenis sekolah. Karena itu pula, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
Pendidikan Kewarganegaraan sebuah oleh seseorang yang telah dewasa untuk
keniscayaan. mendewasakan anak atau individu yang belum
dewasa agar ia dewasa. Sedangkan ciri khas
Kenyataan di lapangan dijumpai bahwa orang dewasa adalah apabila ia atau seseorang
pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan telah mampu menyesuaikan diri (adjustment)
khususnya di perguruan tinggi belum memenuhi baik secara autoplastis maupun alloplastis.
harapan ideal;proses pendidikan dan Istilah kewarganegaraan memiliki makna hal
pembelajaran terkesan “biasa-biasa” saja,para mengenai warga negara.
mahasiswa seringkali terperangkap dalam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
rutinitas semu, pembelajaran atau perkuliahan (2008:1175), warga negara ialah penduduk
nyaris tanpa makna, terjebak ke dalam semangat sebuah negara atau bangsa berdasarkan
verbalisme, hanya menumpuk hafalan pada keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya
tataran kognitif,dan tidak mampu untuk tampil yang mempunyai kewajiban dan hak penuh
menjadi sosok intelektual yang berwatak dan sebagai warga dari negara itu,sedangkan Enslen
Chandler dan Renstorm (Gross dan Dynesson,
- 251 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

2001:28) menjelaskan bahwa warganegara atau kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


citizenship adalah status seseorang yang dimaksudkan untuk memupuk sikap dan
kepadanya diberikan seluruh jaminan hak-hak perilaku warga negara sesuai dengan nilai-nilai
istimewa (privileges) dan dilindungi oleh kejuangan (patriotisme) yang cinta tanah air,
undang-undang. Siapa warga negara, ditentukan rela berkorban, serta berwawasan kebangsaan
oleh aturan perundang-undangan baik karena Indonesia (nasionalisme). Sedangkan tujuan
kelahiran maupun melalui naturalisasi. umum Pendidikan Kewarganegaraan di
Berdasarkan hal di atas, dapat perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
diformulasikan bahwa Pendidikan 1. Membentuk pola sikap dan pola perilaku
Kewarganegaraan adalah disiplin ilmu yang peserta didik untuk menjadi warga negara
merupakan sistem nilai (value system) yang yang memiliki kesadaran berbangsa dan
bertujuan untuk membentuk peserta didik yang bernegara Kesatuan Republik Indonesia
memiliki wawasan dan watak kebangsaan serta (NKRI).
menjadi warga negara yang baik (good citizen); 2. Membentuk peserta didik menjadi warga
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya negara yang baik dan bertanggung jawab
dengan benar. Adapun tujuan Pendidikan (good and responsible citizen) yang memiliki
Kewarganegaraan menurut Undang-undang rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air serta
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 memiliki kesadaran bela negara dengan rela
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada berkorban demi bangsa dan memiliki
penjelasan Pasal 37 Ayat 1 disebutkan bahwa nasionalisme dan patriotisme.
“Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan 3. Membekali peserta didik agar memahami
untuk membentuk peserta didik menjadi dan mampu melaksanakan hak dan
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan kewajiban secara santun, jujur, dan
cinta tanah air”. Jadi, setelah mengikuti demokratis serta ikhlas sebagai warga negara
Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang terdidik dalam kehidupan berbangsa
diharapkan dapat menjadi warga negara yang dan bernegara selaku warga negara Republik
baik (good citizen) dan memiliki jiwa Indonesia yang bertanggung jawab.
patriotisme yang mantap. 4. Menguasai pengetahuan dan pemahaman
Selanjutnya, berdasarkan Keputusan tentang beragam masalah dasar dalam
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pendidikan bernegara yang perlu diatasi melalui
Kewarganegaraan dirumuskan dalam Visi dan penerapan pemikiran yang berlandaskan
Misi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai nilai-nilai Pancasila, wawasan nusantara, dan
berikut: ketahanan nasional secara kritis dan
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di bertanggung jawab.
perguruan tinggi adalah sumber nilai dan Adapun kompetensi yang diharapkan
pedoman dalam pengembangan dan tentang Pendidikan Kewarganegaraan, Menurut
penyelenggaraan program studi, guna mengantar Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya Tinggi No. 43/ DIKTI/ Kep/ 2006 adalah
sebagai manusia seutuhnya. sebagai berikut: Pertama, dapat menjadikan
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di mahasiswa Indonesia sebagai ilmuwan dan
perguruan tinggi adalah untuk membantu profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar cinta tanah air, demokratis, dan berkeadaban.
secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai Kedua, agar mahasiswa menjadi warga negara
dasar Pancasila, rasa kebangsaan, dan cinta yang memiliki daya saing, berdisiplin,
tanah air dalam menguasai, menerapkan, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi kehidupan yang damai berdasarkan sistem dan
dan seni dengan rasa tanggung jawab dan atau nilai Pancasila.
bermoral. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Adapun menurut Surat Keputusan disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan utama
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43 tinggi adalah untuk meningkatkan wawasan dan
Tahun 2006 Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan watak kebangsaan, kesadaran bernegara, serta
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan memiliki cara berpikir, sikap, dan perilaku yang
Kepribadian (MKPT) di Perguruan Tinggi, mata sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-
- 252 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

undang Dasar 1945 dalam bingkai Kewarganegaraan, dosen perlu mendorong


keindonesiaan. mahasiswa sebagai peserta didik untuk belajar
Selanjutnya prinsip-prinsip andragogi sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara
dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan di belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan
perguruan tinggi dapat dibuat sintesis bahwa oleh mereka. Karena materi atau pokok-pokok
mahasiswa yang sejatinya telah memiliki perkuliahan sudah diatur dalam Silabus, maka
konsep diri seyogyanya diajak berdiskusi yang terpenting adalah memberikan penekanan
tentang permasalahan dan isu-isu yang sedang (stretching) dan membahas kata-kata kunci (key
terjadi saat ini. Misalnya, mahasiswa diskusi of term) mengenai substansi bahasan.
tentang mengapa, apa, siapa, kapan, dan di mana Terakhir, karena orang dewasa itu dapat
serta harus bagaimana melaksanakan atau belajar efektif bilamana melibatkan aktivitas
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai mental dan fisik, mahasiswa dalam konteks
pandangan hidup bangsa Indonesia. Mahasiswa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diajak berdiskusi tentang konsepsi wawasan harus dilibatkan pikiran dan perbuatannya.
nusantara, konsepsi ketahanan nasional, dan Implikasi praktisnya, mahasiswa dapat diminta
sebagainya. Pendek kata, mahasiswa harus merekonstruksi sketsa kepulauan nusantara
diajak mengantisipasi dan berpartisipasi dalam misalnya, diapresiasi kondisi geografisnya,
berbagai persoalan bangsa sesuai konteks. kekayaan alamnya, kemampuan penduduknya,
Di samping harus dilibatkan (partisipatif) menuliskan teks lagu-lagu nasional,
dan diajak mengantisipasi berbagai persoalan menyanyikan lagu tersebut, menginterpretasikan
bangsa, ia pun dapat diminta berbagai pendapat makna lagu, dan sebagainya. Pendek kata,
dan pengalaman serta mengaktualisasikannya fungsi otak kiri dan otak kanan atau kemampuan
dalam tindakan nyata mengenai hak dan intelektual dan emosional mahasiswa harus
kewajiban sebagai warga negara misalnya, dilibatkan secara simultan.
hakikat demokrasi, dan sebagainya. Mahasiswa
diajak berurun rembug, bahkan mereka dapat Hakikat Pendekatan Andragogi
dijadikan narasumber dalam proses perkuliahan.
Selanjutnya, karena mahasiswa adalah Istilah andragogi seringkali dijumpai
orang yang telah dewasa dan pada umumnya dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult
memiliki kecenderungan siap belajar, learning), baik dalam proses pendidikan
sebaiknya urutan program perkuliahan perlu nonformal (pendidikan luar sekolah) maupun
disusun berdasarkan muatan tugas mahasiswa dalam proses pembelajaran pendidikan formal.
dan bukan berdasarkan urutan logis mata Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip
pelajaran/ mata kuliah. Penyesuaian materi dan andragogi digunakan sebagai landasan proses
kegiatan belajar harus direlevansikan dengan pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk, dan
kebutuhan belajar dan tugas/ pekerjaan tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan
mahasiswa, misalnya makna toleransi, nonformal. Pada pendidikan formal andragogi
demokrasi, hak asasi manusia, dan sebagainya. seringkali digunakan pada proses pembelajaran
Hal lain adalah mahasiswa harus diajak pada tingkat atau level pendidikan menengah ke
memecahkan masalah yang sesuai dengan atas.
peranan mahasiswa dalam masyarakat atau Andragogi adalah suatu bentuk
dalam kehidupannya. Seperti terkait dengan pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran
kebutuhan peran dan masalah dalam sosial pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan
budaya, politik, hukum, isu mutakhir, dan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru bagi
sebagainya. Belajar yang berorientasi pada dirinya sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan
kehidupan berbangsa dan bernegara kaitannya itu, andragogi menjadi landasan dalam proses
dengan berbagai isu mutakhir akan menjadi pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini
motivasi kuat dalam pembelajaran orang terjadi pendidikan nonformal formula
dewasa. Hal ini sekaligus menjadi indikasi pembelajarannya diarahkan pada kondisi sasaran
bahwa orang dewasa menginginkan dapat segera yang menekankan pada peningkatan kehidupan,
memanfaatkan hasil belajarnya. pemberian keterampilan, dan kemampuan untuk
Karena orang dewasa pun memiliki memecahkan permasalahan yang dialami
kemampuan belajar, dengan cepat dan bukan terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di
karena intensitas dan kapasitas intelektualnya, tengah-tengah masyarakat.
implikasinya dalam konteks Pendidikan
- 253 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

Dugan (2005:39) mendefinisikan dan memiliki kematangan, dan untuk memenuhi


andragogi lebih kepada asal katanya, andragogi tuntutan tugas tertentu dalam kehidupannya.
berasal dari Bahasa Yunani. Andra berarti Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses
manusia dewasa, bukan anak-anak.Menurut belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada
istilah, andragogi berarti ilmu yang mempelajari orang yang berstatus dewasa dengan tujuan
bagaimana orangtua belajar. Definisi tersebut untuk mencapai perubahan pada pengetahuan,
sejalan dengan pendapat Nana Sudjana sikap, nilai, dan keterampilan. Kondisi-kondisi
(2005:47), disebutkan bahwa andragogi berasal yang dapat ditimbulkan dari definisi itu adalah:
dari Bahasa Yunani “andra”dan“agogos”. 1) orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai
Andra berarti orang dewasa dan Agogos berarti dengan kebutuhan dan minat mereka, 2)
memimpin atau membimbing, sehingga orientasi belajar bagi orang dewasa adalah
andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara berpusat pada kehidupan, 3) pengalaman
membimbing orang dewasa dalam proses sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang
belajar. Atau sering diartikan sebagai seni dan dewasa, 4) orang dewasa mengharapkan
ilmu yang membantu orang dewasa untuk mengharapkan berhubungan sendiri dengan
belajar (the art and science of helping adult kebutuhan yang tepat, dan 5) perbedaan
learn. individual di antara perorangan berkembang
Anderson dalam Psychology of sesuai dengan umurnya.
Development and Personal Adjustment (2001)
menyimpulkan tujuh ciri kematangan bagi Pendekatan Andragogi dalam Pendidikan
seorang individu yaitu: 1) kematangan individu Kewarganegaraan
dapat dilihat dari minatnya yang selalu
berorientasi pada tugas-tugas yang dilakukan Penggunaan pembelajaran berbasis
atau dikerjakannya, serta tidak mengarah pada andragogi dalam Pendidikan Kewarganegaraan
perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk perlu memerhatikan beberapa prinsip dan
kepentingan pribadi (tidak pada diri dan atau strategi. Strategi pembelajaran berbasis
ego), 2) tujuan yang dikembangkan dalam andragogi dapat ditempuh dengan penggunaan
konsep dirinya jelas dan selalu memiliki metode dan teknik pembelajaran yang tepat.
kebiasaan kerja yang efesien, 3) kemampuan Metode pembelajaran menurut Knowless
dalam mengendalikan perasaan pribadi dalam (2007:133), adalah cara pengorganisasian
pengertian selalu dapat mempertimbangkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
pribadinya dalam bergaul dengan orang lain, 4) Berdasarkan penggunaan metode dan
memiliki pandangan yang objektif dalam setiap teknik pembelajaran berbasis andragogi
keputusan yang diambilnya, 5) siap menerima diharapkan terjadi beberapa perubahan dimensi
kritik atau saran untuk peningkatan diri, 6) mendewasa sebagaimana dikemukakan Harry
bertanggung jawab atas segala usaha yang Overstreet yang kemudian dikembangkan oleh
dilakukan, dan 7) secara realitas selalu dapat Malcolm S. Knowless sebagai berikut:
menyesuaikan diri dalam situasi-situasi baru. 1. Perubahan dari menggantungkan diri kepada
Menurut Knowless (2007), Unesco (2008), orang lain ke arah kehidupan mandiri.
Kamil (2001), dan Saraka (2001) dari perspektif 2. Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke
waktu dan orientasi belajar, orang dewasa arah sikap dan perilaku aktif.
memandang belajar itu sebagai suatu proses 3. Perubahan dari sikap subjektif ke arah sikap
pemahaman dan penemuan masalah serta objektif.
pemecahan masalah (problem finding and 4. Perubahan dari sikap dan perilaku menerima
problem solving), baik berhubungan dengan informasi ke arah sikap dan perilaku
masalah kekinian maupun masalah kehidupan di memberikan informasi.
masa depan. Orang dewasa lebih mengacu pada 5. Perubahan dari pemilikan kecakapan rendah
tugas atau masalah kehidupan (task or problem ke arah pemilikan kecakapan lebih tinggi.
oriented). Sehingga orang dewasa akan belajar 6. Perubahan dari tanggung jawab terbatas ke
mengorganisir pengalaman hidupnya. arah tanggung jawab lebih luas.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah 7. Perubahan dari pemilikan minat khusus ke
bahwa istilah pendidikan orang dewasa dapat arah pemilikan minat beragam.
diartikan sebagai pendidikan yang ditujukan 8. Perubahan dari sikap mementingkan diri
untuk peserta didik yang telah dewasa atau sendiri ke arah memerhatikan orang lain.
berumur 18 tahun ke atas atau telah menikah
- 254 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

9. Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri proses mendewasakan setiap individu,
sendiri ke arah menerima kenyataan diri sedangkan esensi kedewasaan ditentukan oleh
sendiri. kemampuan setiap individu dalam
10. Perubahan dari identitas diri beragam ke menyesuaikan diri (adjustment)sesuai dengan
arah integritas diri. konteks.
11. Perubahan dari berpikir teknis ke arah Kedua; Pendidikan Kewarganegaraan di
berpikir prinsip. perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan
12. Perubahan dari pandangan mendatar ke wawasan dan watak kebangsaan, kesadaran
pandangan mendalam. bernegara, serta memiliki cara berpikir, sikap,
13. Perubahan dari sikap dan perilaku meniru dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
ke arah sikap dan perilaku berinovasi. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
14. Perubahan dari sikap keseragaman ke arah dalam bingkai keindonesiaan.
sikap tenggang rasa terhadap perbedaan. Ketiga; Agar Pendidikan
15. Perubahan dari sikap emosional ke sikap Kewarganegaraan dapat dilaksanakan secara
rasional. efesien dan efektif maka diperlukan pendekatan
Sedangkan filosofi dan spirit dan strategi pembelajaran, di antaranya adalah
(elantivitae)pendekatan andragogi dalam proses pendekatan andragogi. Andragogi adalah
pembelajaran PKn di perguruan tinggi adalah pendekatan pembelajaran orang dewasa. Melalui
sejauh mana dosen dapat melakukan beberapa proses pendidikan dan pembelajaran yang
ikhtiar maksimal sebagai berikut: 1) berbasis andragogi, diharapkan terjadi
menyadarkan mahasiswa sebagai sosok pribadi perubahan cara berpikir (nalar),
yang telah dewasa dengan berbagai indikator bersikap(attitude of mind), dan berperilaku
dan konsekuensinya, 2) menyadarkan (behavior)para mahasiswa sesuai dengan tujuan
mahasiswa untuk berubah secara progresif dan PKn di perguruantinggi. Inilah makna
permanen dalam cara berpikir (nalar), cara sesungguhnya dari reaktualisasi Pendidikan
bersikap(mental attitude), dan cara Kewarganegaraan yang dalam praktiknya
berpikir(behavioral), 3) menyadarkan pernah dibeberbentangkan melalui puncak luhur
mahasiswa sebagai subjek dinamik dan agen budaya nenek moyang kita sepanjang
perubahan (agent of change) kapan dan di mana sejarahnya.
saja berada, 4) menyadarkan mahasiswa agar Keempat; filosofi dan spirit pendekatan
konsekuen dalam melestarikan nilai-nilai andragogi dalam proses pembelajaran PKn di
Pancasila sebagai puncak luhur budaya bangsa perguruan tinggi adalah sejauh mana dosen
Indonesia, dan 5) menyadarkan mahasiswa dapat melakukan beberapa ikhtiar maksimal
untuk keluar dari jebakan proses sebagai berikut: a) menyadarkan mahasiswa
pembelajarandan rutinitas perkuliahan semu. sebagai sosok pribadi yang telah dewasa dengan
Dengan demikian,pembelajaran PKn di berbagai indikator dan konsekuensinya, b)
perguruan tinggi hendaknya tidak diarahkan menyadarkan mahasiswa sebagai subjek
untuk menumpuk hapalan serta menjejali dinamik dan agen perubahan (agent of change)
ruangkognitif ansich, tetapiharus lebih kapan dan di mana saja berada, c) menyadarkan
diarahkan pada perubahan komprehensif yang mahasiswa agar konsekuen dalam melestarikan
dilandasi oleh kesadaran tulus serta panggilan nilai-nilai Pancasila sebagai puncak luhur
jiwa peserta didik(mahasiswa) untuk budaya bangsa Indonesia, dan d) menyadarkan
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan prinsip- mahasiswa untuk keluar dari jebakan proses
prinsip pendidikan kewarganegaraan. Sekarang, pembelajaran dan rutinitas perkuliahan semu.
mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari diri
sendiri. Salvo Meliori Indicio! SARAN

SIMPULAN Pertama; agar proses pembelajaran PKn


di perguruan tinggi lebih bermakna, maka para
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat pengajar atau dosen yang mengampu mata
disimpulkan sebagai berikut: kuliah tersebut perlu mengupayakan berbagai
Pertama; pendidikan Kewarganegaraan cara dan pendekatan yang paling efektif bisa
negara secara fundamental harus dilihat dan mempengaruhi dan menyadarkan para
dilaksanakan berdasarkan perspektif pendidikan mahasiswa sebagai agen perubahan. Semua
(educatio), pendidikan pada dasarnya adalah dosen harus punya persepsi bahwa mengajar dan
- 255 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 3 Desember 2017, hal.250-256 Paturahman, M. Reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan....

mendidikadalah seni, karena itu siapapun bisa REFERENSI


melakukan berbagai upaya dan ikhtiar sesuai
dengan apa yang ada pada dirinya. Departemen Pendidikan dan
Kedua; mahasiswa sebagai peserta Kebudayaan.(2008). Kamus Besar
didiksejatinya dapat berpikir, bersikap, dan Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Balai
berperilaku dewasa. Konsekuensinya adalah saat Pustaka.
terlibat dalam proses pembelajaran khususnya Kaelan dan Zubaidi, A. (2007).Pendidikan
PKn maka mereka harus menjadi subjek Kewarganegaraan.Yogyakart:
dinamik, memiliki kesadaran kolektif, haus akan Paradigma.
ilmu pengetahuan, keluar dari jebakan rutinitas Knowles, Malcolm S. (2003). The Adult Learner
semu, dan memiliki panggilan untuk : A Neglected Species. Houston: Gulf
mengaitkansegala hal yang bersifat empiris Publishing Company.
(nomologis)dengan perspektif ketuhanan(god ______,(2007). The Modern Practice of Adult
spot)sebagai prima kausa segala sesuatu yang Education: A Andragogy versus
pasti fana. Pedagogy. New York : Association Press.
Ketiga; bila proses pembelajaranPKn di ______,(2004). Andragogy in Action : Applying
perguruan tinggi dapat direaktualisasikan dalam Modern Principles of Adult Learning. San
konteks keindonesiaan dan kekinian, lebih-lebih Francisco : Jossey-Bass Publishers.
setelah 72 tahun bangsa ini diwarisi Nawawi, H dan Martin, M.(2003). Penelitian
kemerdekaan, tampaknya lagu Indonesia Raya Terapan.Yogyakarta:Gadjah Mada
pun yang selama ini dianggap nafas, spirit, dan University Press.
lambang negara bukan sekedar elok saat Sudjana, D.(2004). Pendidikan Nonformal :
dikumandangkan dan didengarkan semata, Wawasan, Sejarah Perkembangan,
namun pesan lagu itu dapat dibumikan dalam Falsafah, dan Teori Pendukung, serta
realitas dan ranah Indonesia yang sesungguhnya. Azas. Bandung: Fallah Production.
Indonesia kian besar dalam berbagai percaturan ______,(2000). Strategi Pembelajaran dalam
global. Insya Allah! Pendidikan Luar Sekolah. Bandung :
Akhir kata, kiranya patut dicermati untuk Fallah Production.
menutup uraian ini,nasihat Friedrich Nietzsche: ______,(2000).Metode dan Teknik
“Schreibe mit blut, und du wirst erfahren, das Pembelajaran Partisipatif. Bandung :
blut geist ist” (Tulislah dengan sepenuh hati Fallah Production.
hingga engkau menyadari, bahwa di balik itu ______, (2005). Evaluasi Program Pendidikan
terdapat ruh, jiwa yang bersaksi) Luar Sekolah: Teori dan Praktik.
Bandung : PPS UPI – PT Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2014. Jakarta : PB PGRI.

- 256 -

You might also like