You are on page 1of 14

HAKEKAT KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL

Silvi Anggraini

Institu Agama Islam Negeri Metro

Jl. Ki Hajar Dewantara 15A, Kota Metro, Lampung 34111

E-Mail : silviangraini51@gmail.com

No. Hp : 085357660505

Abstrack

Citizenship education is an integral part of the national education system.


Therefore, the citizenship process needs to be realized in the curriculum and
learning at all levels of education. Learning about citizenship education is
basically learning about Indonesianness, learning to become a human being with
Indonesian personality, building a sense of nationhood and loving the Indonesian
homeland. Citizenship education is one of the lessons learned by every student in
Indonesia. The main purpose of citizenship education is to form civic intelligence.
The existence of citizenship education is indeed important to create a society that
has a national insight. In addition, the purpose of citizenship education is to
increase intelligence in citizenship intellectually, socially, and emotionally as well
as spiritual citizenship intelligence. Citizenship education, or Civics for short, will
help grow and instill a sense of nationalism and national moral values for students
from an early age. Moreover, citizenship education in tertiary institutions is a
mandatory subject. PKN lessons have an important role for the younger
generation who will become full citizens. Because PKN prohibits mutual respect
for expertise, collaborative learning, and creativity. In addition, as a method of
education Therefore, a scholar or professional as part of an educated Indonesian

1
community needs to understand Indonesia, have Indonesian personality, have a
sense of Indonesian nationality, and love the Indonesian homeland.

Keywords: Civic education

Abstrak

Pendidikan kewarganegaraan yaitu bagian utuh dari sistem pendidikan nasional.


Oleh karena itu, proses kewarganegaraan perlu diwujudkan dalam kurikulum dan
pembelajaran pada semua jalur jenjang pendidikan. Belajar tentang pendidikan
kewarganegaraan pada dasarnya juga ialah belajar tentang ke Indonesiaan, belajar
supaya menjadi manusia yang berkepribadian indonesia, membangun rasa
kebangsaaan dan mencintai tanah air indonesia. Pendidikan kewarganegaraan
merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari oleh setiap pelajar di Indonesia.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan yang utama adalah untuk membentuk
kecerdasan kewarganegaraan. Adanya pendidikan kewarganegaraan memang
penting untuk menciptakan masyarakat yang memiliki wawasan kebangsaan.
Selain itu, tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan kecerdasan
dalam kewarganegaraan secara intelektual, sosial, dan emosional serta kecerdasan
kewargaan secara spiritual. Dengan pendidikan kewarganegaraan, atau disingkat
juga dengan PKn, akan membantu menumbuhkan dan menanamkan rasa
nasionalisme dan nilai-nilai moral bangsa bagi pelajar sejak dini. Apalagi
pendidikan kewarganegaraan dalam perguruan tinggi menjadi mata kuliah yang
wajib ada. Pelajaran PKN memiliki peran penting bagi para generasi muda yang
akan menjadi warga negara sepenuhnya. Sebab PKN melarang sikap saling
menghargai keahlian, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Selain itu juga
sebagai suatu metode pendidikanOleh karena itu, seorang sarjana atau profesional
sebagaian bagian dari masyarakat indonesia yang terdididk perlu memahami
tentang indonesia, memiliki kepribadian indonesia, memiliki rasa kebangsaaan
indonesia, dan mencintai tanah air indonesia.

Kata kunci: Pendidikan Kewarganegaraan

2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan
sebuah ajaran maupun norma-norma serta aturan-aturan demi
keberlangsungan hidup dalam bermasyarakat. Pendidikan dapat
dilakukkan melalui jalur formal dan juga informal. Pendidikan
merupakan salah satu poin yang tercantum di dalam UUD 1945 pada
bab pendidikan dan kebudayaan, yang merupakan landasan yang
digunakan untuk menjamin setiap warga negara memperoleh
pendidikan. Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan pendidikan yang menfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Pendidikan Tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupam
global yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang bersifat
paradoks dan ketakterdugaan. Karena itu, Pendidikan
Kewarganegaraan di maksudkan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola
sikap dan perilaku sebagai pola tindak cinta tanah air berdasarkan
Pancasila. Semua itu di perlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Pada hakikatnya pendidikan kewarganegaraan merupakan


sebuah metode pendidikan yang bersumber pada nilai-nilai
pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatnya serta
keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada
budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala. Dengan hal tersebut
diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam
berbagai tingkah laku dalam kehidupan keseharian masyarakat.
Hakikat pendidkan kewarganegaraan sebagai salah satu sebuah

3
mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan penting dalam
membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan
masyarakat yang mejemuk baik dalam kemajemukan suku, agama,
ras dan budaya serta bahasa demi membangun karakter bangsa
sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki karakter yang
berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafah bangsa.
Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan
global yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang
bersifat paradoks dan keterdugaan. Karena itu, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan supaya dapat memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir,
pola sikpa dan perilaku sebagai pola tindak cinta tanah air
berdasarkan pancasila.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian pendidikan
kewarganegaraan?
2. Bagaimana hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam
mengembangkan kemampuan utuh sarjana atau profesional?
3. Menelunsuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
dalam Pencerdasan Kehidupan Bangsa?
4. Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan?
5. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik
tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia?
6. Apa tujuan umum pendidikan kewarganegaraan?

B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Istilah “warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal


dengan istilah “civic”, “citizen”, atau “civicus”. Apabila ditulis dengan
mencantumkan “s” di bagian belakang kata civic menjadi “civics”

4
berarti disiplin ilmu kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 1). Pendidikan Kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu
diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut
Etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata
“pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara. Menurut Yuridis, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa ebangsaan dan cinta tanah air.
Dan menurut terminologi, pendidikan kewarganegaraan adalah
program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya: pengaruh pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua. Karena
semua itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan
hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 19451.

1
Rusydi Sulaiman, “NKRI DAN PENGUATAN PENDIDIKAN: TINJAUAN HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA” 9, no. 1 (2016): 88.

5
2. Hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan
kemampuan utuh sarjana atau profesional
Ketentuan yang telah diatur dalam UU RI nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi dan UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pendidikan program sarjana diharapkan menjadi
tenaga ahli profesional yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia, yang dimaksud warga negara adalah
warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi, memberikan pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, dan diharapkan peserta
didik menjadi manusia yang lebih baik dan sesuai ketentuan Pancasila
dan UUD RI 1945. PKn sebagai mata kuliah wajib karena untuk
membentuk jiwa nasionalis dan cinta tanah air.
Secara historis, pendidikan kewarganegaraan telah dimulai jauh
sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dengan
berdirinya organisasi Boedi Oetomo (1908) disepakati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional dan pada saat itu mulai tumbuh jiwa
nasionalisme.
Secara sosiologis, PKn dilakukan oleh para pemimpin di
masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa
Indonesia.
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal pada
kurikulum tahun 1957 isi mata pelajaran PKn membahas cara
pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam
Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan
Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkan untuk “nation and character building” bangsa Indonesia.
Pada awal pemerintahan Orde Baru, dalam kurikulum baru tercantum
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisi materi atau

6
metode yang menghilangkan sifat indoktrinatif dan diubah dengan
materi dan metode pembelajaran baru yang dikelompokkan menjadi
Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila2.

3. Membangun Argumen tentang dinamika dan tantangan


pendidikan kewarganegaraan
Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganeg araan (PKn) telah
mengalami beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi
materi, metode pembelajaran bahkan sistem evaluasi. Semua
perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang
pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat
ini. Mengapa pendidikan kewarganegaraan selalu mengalami
perubahan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mengkaji
sejumlah kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan dan
kurikulum satuan pendidikan sekolah dan pendidikan tinggi. Dengan
membaca dan mengkaji produk kebijakan pemerintah, dapat diketahui
bahwa dinamika dan tantangan yang dihadapi Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia sangat tinggi. Apa dinamika dan
tantangan yang pernah dihadapi oleh PKn Indonesia dari masa ke
masa? Untuk mengerti dinamika dan tantangan PKn di Indonesia,
Anda dianjurkan untuk mengkaji periodisasi perjalanan sejarah tentang
praktik kenegaraan/pemerintahan Republik Indonesia (RI) sejak
periode Negara Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945 sebagai negara merdeka sampai dengan periode saat ini yang
dikenal Indonesia era reformasi. Mengapa dinamika dan tantangan
PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah praktik
kenegaraan/pemerintahan RI? Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah
dibandingkan dengan mata kuliah lain. Ontologi PKn adalah sikap dan
perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

2
Darmadi, Hamid, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi (Bandung:
ALFABETA, cv, 2014), 29.

7
bernegara. Status warga negara dapat meliputi penduduk yang
berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa.
Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda, sehingga sikap
dan perilaku mereka sangat dinamis. Oleh karena itu, mata kuliah PKn
harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan
sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

4. Alasan mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan


Maksud pendidikan kewarganegaraan sebagaimana yang
ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan
pada pembentukan warga negara agar memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air, maka muncul upaya para pendiri negara dan pemimpin
negara membentuk semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, program sarjana merupakan jenjang
pendidikan akademik bagi lulusan pendidikan menengah atau
sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana
diharapkan akan menjadi intelektual dan ilmuwan yang
berbudaya, mampu memasuki dan menciptakan lapangan kerja, serta
mampu mengembangkan diri menjadi profesional. Seperti ketentuan
yang telah diatur dalam UU RI nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pendidikan program sarjana diharapkan menjadi tenaga ahli
profesional yang mampu menciptakan lapangan kerja. Konsep warga
negara (citizen; citoyen) dalam arti negara modern atau negara
kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia
1648 di Eropa sebagai kesepakatan mengakhiri perang selama 30
tahun di Eropa. Berbicara warga negara biasanya terkait dengan

8
masalah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara seperti lembaga
Dewan Perwakilan Rakyat, Pengadilan, Kepresidenan dan sebagainya.
Dalam pengertian negara modern, istilah “warga negara” dapat
berarti warga, anggota (member) dari sebuah negara. Warga negara
adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di
wilayah hukum tertentu yang memiliki hak dan kewajiban. Di
Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah bahasa
Belanda, staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda
dikenal pula istilah onderdaan. Menurut Soetoprawiro, istilah
onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan bersifat semi
warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut karena
Indonesia memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga
dikenal istilah kawula negara sebagai terjemahan dari onderdaan.
Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern, istilah
kawula negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara
sudah tidak digunakan lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia saat ini. Istilah “warga negara” dalam
kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah “civic”, “citizen”, atau
“civicus”. Apabila ditulis dengan mencantumkan “s” di bagian
belakang kata civic mejadi “civics” berarti disiplin ilmu
kewarganegaraan3. Konsep warga negara Indonesia adalah warga
negara dalam arti modern, bukan warga negara seperti pada zaman
Yunani Kuno yang hanya meliputi angkatan perang, artis, dan
ilmuwan/filsuf. Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri,
petani, pedagang, dan profesi serta kelompok masyarakat lainnya yang
telah memenuhi syarat menurut undang-undang.

3
Darmadi, Hamid, Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
(Bandung: ALFABETA, cv, 2014), 19.

9
5. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
Pendidikan kewarganegaraan dengan menggali sumber-sumber
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia baik secara historis,
sosiologis, maupun politis yang tumbuh, berkembang, dan
berkontribusi dalam pembangunan, serta pencerdasan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hingga dapat disadari bahwa
bangsa Indonesia memerlukan pendidikan kewarganegaraan.
Karena pada kurikulum 1975 pendidikan kewarganegaraan
dimunculkan dengan nama mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila
disingkat PMP. Demikian pula bagi generasi tahun 1960 awal, istilah
pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal Civics. Adapun sekarang
ini, berdasar Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan jenjang
pendidikan dasar dan menengah menggunakan nama mata pelajaran
PPKn. Perguruan tinggi menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia,
pengkajian dapat dilakukan secara historis, sosiologis, dan politis.
Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah
dimulai jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara
merdeka. Dalam sejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi
Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai
tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan
Indonesia. Setelah berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi-
organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat Islam,
Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi
lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan
Belanda.

10
Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah
Nusantara berikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah
air, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.
Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang
secara terang-terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Secara
umum, organisasiorganisasi tersebut bergerak dan bertujuan
membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka.
Indonesia sebagai negara merdeka yang dicita-citakan adalah negara
yang mandiri yang lepas dari penjajahan dan ketergantungan terhadap
kekuatan asing. Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari karya para
Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta)4.

6. Tujuan umum pendidikan kewarganegaraan


Secara umum, pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk
mendidik setiap warga negara supaya menjadi warga negara yang baik,
yang terlukis dalam sebuah tulisan Somantri “warga negara yang
patriotik, toleransi, setia kepada bangsa dan negara, memiliki agama,
demokratis, dan Pancasila sejati”. Djahiri menyatakan sebuah
pendapat bahwa dengan mempelajari pendidikan kewarganegaraan
seseorang tersebut diharapkan agar dapat paham dan juga dapat
menguasai secara rasional konsep dan norma Pancasila sebagai filsafat,
dasar sebuah  ideologi juga pandangan hidup negara RI. Paham
tentang konstitusi UUD NKRI 1945 serta ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku. Mendalami dan berkeyakinan terhadap tatanan dalam
sebuah moral sperti dalam ketentuan yang berlaku. Mengamalkan serta
merefleksikan hal-hal tersebut sebagai cerminan dari tingkah laku dan
kehidupannya dengan penuh dengan keyakinan dan nalar. Maftuh dan
Sapriya menuturkan bahwa, tujuan negara dalam meingkatkan
Pendiddikan Kewarganegaraan adalah supaya setiap warga negara

4
Kaelan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PARADIGMA, 2016), 9–12.

11
menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yaitu. Warga
negara yang mempunyai kecerdasan (civics inteliegence) baik secara
intelektual, emosional dan sosial, serta secara spiritual;
 Mempunyai kebanggaan serta bertanggung jawab (civics
responsibility); dan
 Mampu ikut serta di dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah mendalami secara lebih paham mengenai pemahaman dari


tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat disimpulkan
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kecenderungan pada
penanaman sebuah konsep Kenegaraan yang juga bersifat
implementatif didalam kehidupan sehari – hari. Harapan yang ingin
dicapai ialah supaya generasi penerus yang menjaga keutuhan dan
persatuan bangsa5.

C. KESIMPULAN
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata
“pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan
kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara.
2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air.
3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-
sumber pengetahuan lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua. Kesemuanya itu diproses guna melatih
para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
5
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 89.

12
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena
setiap generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan,
sikap/nilai dan keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara
yang memiliki watak atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good
citizen) untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai dengan demokrasi konstitusional.
5. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh
organisasi pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan
dan cita-cita Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia
dilakukan pada tataran sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat
yang mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara
politis, PKn Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan
sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan masanya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika
perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
7. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan
bangsa Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika
perkembangan bangsa

D. REFERENSI
Darmadi, Hamid. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Bandung: ALFABETA, cv, 2014.
Kaelan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
PARADIGMA, 2016.
Rejekiningsih, Triana. “Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana Atau Profesional,” t.t., 5–6.
Sulaiman, Rusydi. “NKRI DAN PENGUATAN PENDIDIKAN: TINJAUAN
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGA” 9, no. 1 (2016).
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014.

13
14

You might also like