Professional Documents
Culture Documents
AKHLAK MULIA
(Study Kasus pada MIN 2 Kota Metro)
Oktaviani Umayah
SD Negeri 1 Banjarrejo
Desa Banjarrejo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur
smartquantumelfatru@gmail.com
Abstract
This research uses qualitative approach with case study. Data collection
technique is done by (1) depth interview, (2) participant observation, and (3)
documentation. Data were analyzed by interactive model consisting of data
collection, data reduction, data display and conclusion. Validity checking is
done with credibility test, transferability, dependability, and confirmability.
The formation of noble character through the application of affective education
that is represented in attitudes, attitudes, and gentle attitudes there is
convincing evidence can have positive implications for the increase in
awareness of worship, academic achievement, and the laudable behavior of
learners in elementary education. Attentiveness creates an atmosphere of
learning directed, controlled and measurable. The activity of the teacher's soul
is focused on the condition of the learners to be understood, understood,
evaluated and improved and optimized for their potential, and supported by
the attitude of affection which creates a warm learning atmosphere and
harmony in communicating between teachers and learners. The activity of the
soul of the teacher who respects, loves, recognizes and upholds the existence of
the learners is reflected in his attitude of a loving and loving parent towards
his child and equipped with gentle attitude in creating a comfortable learning
atmosphere (learning is fun), happy, passionate and fresh. The humanist,
democratic and integrating human soul activity is reflected in its gentle,
attractive, warm, empathetic, earthy, selfish, arrogant and authoritarian
manner.
Keywords: affective education, noble character building, early age students
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) wawancara mendalam, (2)
observasi partisipan, dan (3) dokumentasi. Data dianalisis dengan interactive
model yang terdiri dari data collection, data reduction, data display dan
conclusion. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Pembentukan akhlak
mulia melalui penerapan pendidikan afektif yang direpresentasikan pada sikap
perhatian, sikap kasih sayang, dan sikap lemah lembut terdapat bukti yang
meyakinkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesadaran
ibadah, prestasi akademik, dan perilaku terpuji peserta didik pada pendidikan
158
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AFEKTIF....... | 159
akhlak bergeser pada pengajaran sebagai belah pihak. Muatan komunikasi itu juga
transfer pengetahuan, dengan tujuan agar penting agar mengarah kepada nilai- nilai
mampu menjalankan teknologi,12 demi yang diinginkan
mencapai tujuan materiil semata. Berdasarkan latar belakang,
Keberhasilan pendidikan hanya identifikasi dan pembatasan masalah
berorientasi kuantitatif lulusan dan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan:
orientasi lapangan kerja. Sangat jarang 1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak
bahkan tidak ada yang mengatakan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri di
jumlah alumni yang bermoral, berakhlak Kota Metro?
mulia atau berbudi luhur.13 2. Bagaimana desain konsep pendidikan
Dalam Islam, akhlak merupakan afektif pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
tema sentral, sebagai tujuan pendidikan di Kota Metro?
Islam dan akhlak dijadikan oleh Allah 3. Bagaimana proses implementasi
sebagai ukuran keimanan seseorang. pendidikan afektif dalam membentuk
Artinya kesempurnaan iman seseorang akhlak mulia pada pada Madrasah
dilihat dari kebaikan akhlaknya. Ibtidaiyah Negeri di Kota Metro
Sekolah merupakan suatu institusi
pendidikan yang berperan aktif dalam Landasan Teori
menanamkan nilai-nilai moral dan 1. Akhlak Mulia
keislaman kepada para peserta didik dan a. Pengertian Akhlak
harus memberikan perhatian yang serius Term dasar akhlak adalah khalaqa,
terhadap pendidikan nilai ini. Penerapan khaliqun dan makhlūqun, kata sifatnya adalah
nilainilai akhlak di sekolah harus akhlāqun.14 Bentuk jamaknya khuluq,
dimasukkan kedalam pendidikan di memiliki arti tingkah laku, perangai dan
sekolah formal yakni dengan cara tabiat15. Menurut al-Ashfahāniy perbedaan
melibatkan semua unsur yang terlibat di antara khalq dengan khuluq, bahwa khalq
lembaga tersebut. Iklim yang diciptakan yang berarti penciptaan atau kejadian adalah
harus memberi peluang terjadinya keadaan-keadaan, bentuk-bentuk, dan
interaksi positif antara peserta didik gambaran-gambaran yang dapat diketahui
dengan nilai-nilai yang akan melalui mata kepala (başar). Sedangkan
diinternalisasikan, baik melalui khuluq adalah keadaan-keadaan yang dapat
keteladanan personal, diskusi, maupun diketahui dengan mata hati atau mata batin
proses belajar mengajar dalam arti seluas- (başīrah).16
luasnya. Komunikasi pendidik dengan
peserta didik harus baik yang mana 14
Haya Binti Mubarok Al-Barik.
didasari pada adanya penerimaan kedua Ensiklopedi Wanita (Darul Falah :Jakarta, 1419H),
h.119.
15
Azyumardi Azra, dkk. Buku Teks
12
Ruslan Ibrahim. “Pendidikan Nilai Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Dalam Era Pluralisasi,” Jurnal INSANIA, P3M Umum(Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama
STAIN Purwokerto, 2007, h.5. Islam, 2002), h.203-204
13
Muhammad Karim, Pendidikan Kritis 16
Imam al-Raghīb al-Asfahānī. Mufradāt
Transformatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009, Alfāz al-Qurān (Cet. I; Damascus: Dār al-Qalam, 1412
h. 63 H. / 1992 M. ), h.297.
162 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017
sosiologis bahwa peserta didik hidup sesuatu yang tidak diminati dan
dalam dunia nyata kehidupan di dikehendakinya.
lingkungannya serta harus mampu hidup Pada hakikatnya penanaman nilai
fungsional dan bermasyarakat (socialable). kehidupan di sekolah telah dilakukan
Nilai dan moral yang dianut dalam melalui pendidikan agama, pendidikan
kehidupan nyata merupakan nilai yang kemasyarakatan dan pengembangan diri,
esensial yang diminta masyarakat. Bila walaupun tidak harus dalam bentuk mata
madrasah atau guru melupakan nilai yang pelajaran, melainkan dapat terintegrasi
nyata dan hanya membina nilai esensial dalam mata pelajaran. Karena itu, guru
yang ideal saja, maka bahaya utama kelak berperan ganda dalam menanamkan nilai-
adalah lahirnya generasi penerus dan nilai pada peserta didik melalui pendidikan
warga masyarakat yang frustrasi, karena afeksi dalam kegiatan pembelajaran di
nilai yang tertanam dalam diri dengan sekolah/madrasah yang tidak dapat dicapai
kenyataan berbeda”.31 hanya dengan metode ceramah atau
Pendidikan afeksi yang humanis demonstrasi 32 dan bagi peserta didik dapat
menyangkut seluruh unsur afeksi yang belajar tentang nilai kehidupan yang
diawali dari adanya stimulus berupa memberikan makna33 bagi eksistensi
informasi baru yang dapat menimbulkan keberlangsungan hidup secara individu
perubahan dalam kepercayaan, sikap, maupun sosial.
nilai, standar moral, itikad dan diakhiri Dalam proses pendidikan afektif
dengan adanya perilaku baru yang selaras terdapat lima tipe karakteristik afektif yang
dengan kondisi riil di masyarakat. Karena penting diketahui, yaitu: sikap, minat,
itu, Jarolimek dan Foster menjelaskan, konsep diri, nilai, moral, apresiasi, dan
guru dituntut untuk memiliki kompetensi penyesuaian.
berupa kemampuan untuk: (1)
menyajikan contoh-contoh khusus dari Metode Penelitian
nilai-nilai umum dan mampu menjelaskan Penelitian ini menggunakan metode
bagaimana hal itu berbeda dari nilai-nilai penelitian etnometodologi dan psikologis-
pribadi; (2) menggambarkan karakteristik padagogis. Metode etnometodologi sering
sebuah kelas yang mempertinggi belajar disebut juga metode fenomenologi adalah
afeksi; (3) menggambarkan prinsip- termasuk metode kualitatitf, naturalistik
prinsip dasar dari belajar afeksi dan yang mempelajari bagaimana perilaku sosial
menunjukkan dengan contoh bagaimana dapat dideskripsikan sebagaimana adanya
hal itu dapat diterapkan. Guru humanis (naturally), berupaya untuk memahami
memotivasi peserta didiknya melalui bagaimana masyarakat memandang,
mutual trust. Guru humanis tidak menjelaskan dan menggambarkan tata
memaksa peserta didik melakukan
32
S. Nasution. Kurikulum dan Pengajaran,
Cet. Keenam (Jakarta: PT. Bina Aksara. 2010), h.5.
31
J. Jarolimek and Foster, C.D. 33
Bambang Irianto. “Makalah,” Kurikulum
Teaching and Learning in The Elementary School Berbasis Kompetensi Salah satu Solusi Dalam
(New York: Macmillan Publishing Company, Memenuhi Tuntutan Global dan Lokal (Bandung:
1989), p. 277. ITB,2003), h.2.
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |165
pendidikan dengan perkataan yang lemah yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf
lembut namun tegas dan benar pengetahuan objeknya yang sederhana
berdasarkan ilmu melalui argumentasi dengan ucapan yang disampaikan, disertai
yang dapat diterima oleh akal dengan pengalaman dan keteladanan dari yang
dialog menggunakan kata-kata bijak menyampaikannya.
sesuai dengan tingkat kepandaian dan Memperhatikan konteks uraian di
bahasa yang dikuasai peserta didik. Hal atas, dapat dipahami bahwa nasihat dan
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan pelajaran yang diberikan itu haruslah
kesalahpahaman dalam memaknai materi bersifat baik dalam segi tata cara
yang diajarkan, sehingga materi yang penyampaian yang bersifat lemah lembut
disampaikan kepada peserta didik dan tidak menyinggung perasaan yang
diterima dengan baik dan sempurna berdampak kepada rusaknya hubungan
sesuai maksud yang diinginkan oleh ikatan antara subjek dan objek pendidikan,
pendidik. Dalam konteks ini, materi yang juga harus memperhatikan situasi dan
diberikan jauh dari kesan menakut-nakuti kondisi yang tepat kapan nasihat/pengajaran
apalagi bermaksud membodohi peserta itu tepat disampaikan. Namun begitu, hal
didik. Selain itu, argumentasi yang dapat yang lebih urgen dalam metode ini adalah
diterima akal akan memberikan kesesuaian antara nasihat/pelajaran yang
keyakinan dan kemantapan bagi peserta diberikan kepada peserta didik dengan
didik.Dalam hal ini, pendidik harus keteladanan yang tercermin dalam sikap
mampu menciptakan suatu interaksi yang pendidik, yaitu hendaknya pelajaran yang
kondusif dalam proses pendidikan guna disampaikan adalah berdasarkan
tercipta suatu komunikasi yang arif dan pengalaman yang telah dilakukan, bukan
bijaksana yang tentunya akan berdasarkan teori saja.
memberikan kesan mendalam kepada Ketiga, Jidāl/Mujādalah, adalah
peserta didik sehingga “teacher oriented” perdebatan dengan debat terbaik, seperti
akan berubah menjadi“student oriented”. menyeru manusia kepada Allah dengan
Karena pendidik yang bijaksana akan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia
selalu memberikan peluang dan kepada hujjah. Maksud hujjah di sini adalah
kesempatan kepada peserta didiknya berdebat dengan mengeluarkan pendapat
untuk berkembang. yang kebenarannya dapat dipahami oleh
Kedua, Mau’iẓah Hasanah dapat akal dan diyakini oleh hati.Kata
diartikan sebagai nasihat, pelajaran atau Jidāl/Mujādalah menurut al-Mahallī adalah
perkataan yang halus. Dalam bahasa perdebatan dengan debat terbaik dan
Arab, kata al-mau‟iẓah terambil dari kata menggunakan hujjah, yaitu mengeluarkan
wa‟azha yang berarti nasihat. Mau‟iẓah pendapat yang kebenarannya dapat
adalah uraian yang menyentuh hati yang dipahami oleh akal dan diyakini oleh hati.
mengantar kepada kebaikan. Mau‟iẓah Dengan demikian dapat dipahami bahwa
hendaknya disampaikan dengan jidāl/mujādalah berarti proses penyampaian
hasanah/baik. Jadi, mau‟iẓah adalah materi melalui diskusi atau perdebatan,
memberikan nasihat dan perumpamaan bertukar pikiran dengan menggunakan cara
168 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017