You are on page 1of 15

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AFEKTIF DALAM PEMBENTUKAN

AKHLAK MULIA
(Study Kasus pada MIN 2 Kota Metro)

Oktaviani Umayah
SD Negeri 1 Banjarrejo
Desa Banjarrejo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur
smartquantumelfatru@gmail.com

Abstract
This research uses qualitative approach with case study. Data collection
technique is done by (1) depth interview, (2) participant observation, and (3)
documentation. Data were analyzed by interactive model consisting of data
collection, data reduction, data display and conclusion. Validity checking is
done with credibility test, transferability, dependability, and confirmability.
The formation of noble character through the application of affective education
that is represented in attitudes, attitudes, and gentle attitudes there is
convincing evidence can have positive implications for the increase in
awareness of worship, academic achievement, and the laudable behavior of
learners in elementary education. Attentiveness creates an atmosphere of
learning directed, controlled and measurable. The activity of the teacher's soul
is focused on the condition of the learners to be understood, understood,
evaluated and improved and optimized for their potential, and supported by
the attitude of affection which creates a warm learning atmosphere and
harmony in communicating between teachers and learners. The activity of the
soul of the teacher who respects, loves, recognizes and upholds the existence of
the learners is reflected in his attitude of a loving and loving parent towards
his child and equipped with gentle attitude in creating a comfortable learning
atmosphere (learning is fun), happy, passionate and fresh. The humanist,
democratic and integrating human soul activity is reflected in its gentle,
attractive, warm, empathetic, earthy, selfish, arrogant and authoritarian
manner.
Keywords: affective education, noble character building, early age students

Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) wawancara mendalam, (2)
observasi partisipan, dan (3) dokumentasi. Data dianalisis dengan interactive
model yang terdiri dari data collection, data reduction, data display dan
conclusion. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Pembentukan akhlak
mulia melalui penerapan pendidikan afektif yang direpresentasikan pada sikap
perhatian, sikap kasih sayang, dan sikap lemah lembut terdapat bukti yang
meyakinkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesadaran
ibadah, prestasi akademik, dan perilaku terpuji peserta didik pada pendidikan

158
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AFEKTIF....... | 159

tingkat dasar. Sikap perhatian menciptakan suasana belajar terarah, terkontrol


dan terukur. Aktivitas jiwa guru tertuju pada kondisi peserta didik untuk
dimengerti, dipahami, dievaluasi dan diperbaiki serta dioptimalkan
potensinya, dan ditunjang sikap kasih sayang yang menciptakan suasana
belajar penuh kehangatan dan keharmonisan dalam berkomunikasi antar guru
dan peserta didik. Aktivitas jiwa guru yang menghormati, menyenangi,
mengakui dan menjunjung tinggi eksistensi peserta didik tercermin dalam
sikapnya yang penyantun dan penyayang layaknya orang tua terhadap
anaknya dan dilengkapi sikap lemah lembut dalam menciptakan suasana
belajar nyaman (learning is fun), senang, gairah, dan segar. Aktivitas jiwa
guruyang humanis, demokratis dan berintegritas tercermin
dalamsikapnyayang lembut, menarik, hangat, empati, bersahaja, menghindari
sikap egois, arogan, dan otoriter.
Kata kunci: pendidikan afektif, pembentukan akhlak mulia, Anak Usia Dini

Pendahuluan peserta didik secara aktif mengembangkan


Pada dasarnya pendidikan adalah potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
untuk mengembangkan potensi individu spiritual keagamaan, pengendalian diri,
sebagai manusia sehingga dapat hidup kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
secara optimal, baik sebagai pribadi keterampilan yang diperlukan dirinya,
maupun sebagai bagian dari masyarakat masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sering dijadikan media dan wadah untuk
sebagai pedoman hidup .
1 Dengan menanamkan ideologi suatu negara atau
demikian pendidikan memegang peran penopang kerangka politik.
penting dalam menentukan hitam Pendidikan merupakan faktor
putihnya manusia, dan akhlak menjadi penting yang memberikan pengaruh dalam
standar utama kualitas manusia. Artinya, pembentukan akhlak.3 Akhlak merupakan
baik buruknya akhlak merupakan salah sebuah gaya kepribadian, bukan hanya gaya
satu indikator berhasil atau tidaknya berfikir semata, yang termanifestasi dalam
pendidikan. prilaku keseharian secara kuat dalam jiwa,
Pendidikan merupakan usaha sehingga pendidikan dalam upaya
sadar manusia untuk mempersiapkan pembinaan akhlak tidaklah efektif jika
manusia mempunyai kemampuan untuk diajarkan terlampau rasional dan terfokus
berperan aktif dalam membentuk masa pada sisi kognitif semata. Rekonstruksi
depannya. Menurut UU RI No. 20 Tahun
2
pendidikan dalam upaya pembinaan akhlak
2003, pendidikan adalah usaha sadar dan mulia peserta didik agar mampu menjadi
terencana untuk mewujudkan suasana manusia Indonesia paripurna merupakan
belajar dan proses pembelajaran agar hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,
terutama terkait dengan realita era gobalisasi
1
Nana Sudjana, Pembinaan dan
dengan berbagai konsekuensi pengiringnya.
Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1991), h.2
2
Agus Irianto. Pendidikan sebagai
Investasi Suatu Bangsa (Jakarta: Kencana,2011), Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, (Sidoarjo:
3

h.3. CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h. 48.


160 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

Arus globalisasi4 yang sedang nalar instrumental7. Berkembangnya budaya


melanda seluruh penjuru dunia, tidak instan,8 serta manusia bagaikan robot, selalu
terkecuali bagi bagsa Indonesia, telah bersaing ketat, hidup bagaikan roda
memberikan banyak perubahan di segala berputar cepat, telah mengakibatkan
bidang; baik di bidang politik, ekonomi, manusia meninggalkan norma-norma
ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, universal9 dan semakin memudarnya
sosial, maupun budaya , 5 menjadikan penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual,
kehidupan tampil dalam dua wajah yang nilai-nilai transendental, nilai-nilai budi
antagonistic. Kemajuan di bidang pekerti, dan nilai-nilai agama.10 yang dapat
teknologi komunikasi, informasi dan memperlemah dan melonggarkan bentuk-
transportasi menjadikan dunia laksana bentuk identitas kultural suatu bangsa.
sebuah kampung yang kecil Turbulensi11 arus globalisasi juga
(perkampungan global)6, yang terjadi pada dunia pendidikan. Globalisasi
menjadikan segala sesuatu mudah telah mengakibatkan pergeseran substansi
diketahui dan dicapai walau berada di pendidikan ke pengajaran. Makna
belahan benua yang lain dalam waktu pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai
singkat
Dampak negatif arus globalisasi 7
Haedar Nashir, Agama dan Krisis
telah menyebabkan wajah buram Kemanusiaan Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997), h. 138
kemanusian sebagai efek dari dominasi 8
Azyumardi Azra. Pendidikan Islam:
Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Kalimah, 2004), h.34
9
Haedar Nashir. Laptop Dewan
4
Globalisasi berasal dari kata Inggris (Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, 23 Maret 2007), 1.
the globe yang berarti bumi, dunia. Globalisasi Dalam Sigit Dwi Kusrahmadi. Dinamika Pendidikan
secara sederhana dapat diartikan dengan proses No.1/Th.XIV/Mei 2007, h.119.
10
menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan
M. Dahlan al-Bary Kalimat globalisasi memiliki Karakter Mulia, Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo
makna gerakan pengglobalan pada seluruh dimensi Persada, 2013), h.263
11
kehidupan/perwujudan (perombakan/peningkatan/ Turbulence, dimaknai sebagi violence.
perubahan) secara menyeluruh di segala aspek Disorderly, dan uncontrolled. Lihat, AS. Hornby,
kehidupan. Kamus Ilmiah, (Surabaya: Arkola, 1986, h.929. Atau pergolakan, kerusuhan dan
1994), h. 203. Ishomuddin, Spektrum Pendidikan kekacauan. Lihat, John M. Echols, Kamus Inggris-
Islam Retropeksi Visi dan Aksi,(Malang: UMM Indonesia (Jakarta: PT, Gramedia, 1987), h. 607.
Press, 1996), h. 16. Bayslis dan Smith Turbulensi, istilah ini pada awalnya digunakan untuk
mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses menjelaskan karakter dari mesin turbo yang
meningkatnya keterkaitan antara masyarakat menggerakkan propeller pesawat dengan putarannya,
sehingga satu peristiwa yang terjadi pada satu sehingga pesawat tersebut dapat terbang. Pada
wilayah akan berpengaruh terhadap masyarakat perkembangannya, istilah ini kemudian digunakan
yang hidup di bagian lain dari bumi ini. Anthony dalam bidang social untuk menjelaskan kondisi
Giddens melihat globalisasi sebagai sebuah proses masyarakat yang sedang bergejolak, rusuh dan kacau.
social yang ditandai dengan semakin intensifnya Turbulensi arus globalisasi dimaksudkan sebagai
hubungan sosial yang mengglobal. Lihat, pergolakan yang ditimbulkan akibat modernisasi di
www.sociologyonline.co.uk/GlobalGiddens1.htm segala bidang yang telah mendunia. Lebih lanjut lihat,
5
Abuddin Nata. Kapita Selekta Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format
Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam di Era Globalisasi” dalam, Imam
Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Machali & Mustoha (Editor), Pendidikan Islam dan
2013), h.10. Tantangan Globalisasi: “Buah Fikiran Seputar
6
Latief Dohack. Ekonomi Global Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya,
(Surakarta: Muhamadiyah Universitas Press, 2000), (Yogyakarta: Presma, Fak. Tarbiyah UIN & Arruzz
h. 24 Media, 2004), h. 10
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |161

akhlak bergeser pada pengajaran sebagai belah pihak. Muatan komunikasi itu juga
transfer pengetahuan, dengan tujuan agar penting agar mengarah kepada nilai- nilai
mampu menjalankan teknologi,12 demi yang diinginkan
mencapai tujuan materiil semata. Berdasarkan latar belakang,
Keberhasilan pendidikan hanya identifikasi dan pembatasan masalah
berorientasi kuantitatif lulusan dan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan:
orientasi lapangan kerja. Sangat jarang 1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak
bahkan tidak ada yang mengatakan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri di
jumlah alumni yang bermoral, berakhlak Kota Metro?
mulia atau berbudi luhur.13 2. Bagaimana desain konsep pendidikan
Dalam Islam, akhlak merupakan afektif pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
tema sentral, sebagai tujuan pendidikan di Kota Metro?
Islam dan akhlak dijadikan oleh Allah 3. Bagaimana proses implementasi
sebagai ukuran keimanan seseorang. pendidikan afektif dalam membentuk
Artinya kesempurnaan iman seseorang akhlak mulia pada pada Madrasah
dilihat dari kebaikan akhlaknya. Ibtidaiyah Negeri di Kota Metro
Sekolah merupakan suatu institusi
pendidikan yang berperan aktif dalam Landasan Teori
menanamkan nilai-nilai moral dan 1. Akhlak Mulia
keislaman kepada para peserta didik dan a. Pengertian Akhlak
harus memberikan perhatian yang serius Term dasar akhlak adalah khalaqa,
terhadap pendidikan nilai ini. Penerapan khaliqun dan makhlūqun, kata sifatnya adalah
nilainilai akhlak di sekolah harus akhlāqun.14 Bentuk jamaknya khuluq,
dimasukkan kedalam pendidikan di memiliki arti tingkah laku, perangai dan
sekolah formal yakni dengan cara tabiat15. Menurut al-Ashfahāniy perbedaan
melibatkan semua unsur yang terlibat di antara khalq dengan khuluq, bahwa khalq
lembaga tersebut. Iklim yang diciptakan yang berarti penciptaan atau kejadian adalah
harus memberi peluang terjadinya keadaan-keadaan, bentuk-bentuk, dan
interaksi positif antara peserta didik gambaran-gambaran yang dapat diketahui
dengan nilai-nilai yang akan melalui mata kepala (başar). Sedangkan
diinternalisasikan, baik melalui khuluq adalah keadaan-keadaan yang dapat
keteladanan personal, diskusi, maupun diketahui dengan mata hati atau mata batin
proses belajar mengajar dalam arti seluas- (başīrah).16
luasnya. Komunikasi pendidik dengan
peserta didik harus baik yang mana 14
Haya Binti Mubarok Al-Barik.
didasari pada adanya penerimaan kedua Ensiklopedi Wanita (Darul Falah :Jakarta, 1419H),
h.119.
15
Azyumardi Azra, dkk. Buku Teks
12
Ruslan Ibrahim. “Pendidikan Nilai Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Dalam Era Pluralisasi,” Jurnal INSANIA, P3M Umum(Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama
STAIN Purwokerto, 2007, h.5. Islam, 2002), h.203-204
13
Muhammad Karim, Pendidikan Kritis 16
Imam al-Raghīb al-Asfahānī. Mufradāt
Transformatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009, Alfāz al-Qurān (Cet. I; Damascus: Dār al-Qalam, 1412
h. 63 H. / 1992 M. ), h.297.
162 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

Secara terminologi, dikemukakan Dari definisi yang telah dijelaskan di


oleh beberapa pakar berikut ini: atas dapat dipahami bahwa akhlak
Pertama, menurut Ibnu merupakan sikap yang telah tertanam kuat
Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa dalam jiwa seseorang, telah mendarah
seseorang yang mendorongnya untuk daging dan menjadi kepribadiannya yang
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa lahir dalam bentuk perbuatan baik atau
melalui pertimbangan pikiran lebih buruk yang dilakukannya secara otomatis
dahulu. 17 Kedua, Imam al-Ghazali, tanpa memerlukan pertimbangan atau
menyatakan bahwa akhlak adalah satu pemikiran, murni atas dasar kemauan,
sikap yang mengakar dalam jiwa yang pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
darinya lahir berbagai perbuatan dengan 2. Pendidikan Afektif
mudah dan gampang, tanpa perlu Konteks afektif derivasi dari affecto
pemikiran dan pertimbangan18. Ketiga, artinya keadaan tersentuh, tergerak. Afektif22
Muhammad bin Ali al-Sharīf al-Jurjani, berkaitan dengan perasaan yang
akhlak adalah sifat yang tertanam kuat di mempengaruhi keadaan jiwa. Tinjauan
dalam diri, yang melahirkan perbuatan- psikologi, afektif berarti keadaan emosi, satu
perbuatan dengan mudah dan ringan obyek sebagai effect (pengaruh) bagi
tanpa perlu berpikir dan merenung.19 Dan seseorang ketika emosi mempengaruhi kuat
Keempat, Ahmad Amin, akhlak ialah pada dirinya.23 Ranah afektif berkaitan
“kehendak yang dibiasakan”. dengan sikap dan nilai.24
Menurutnya, kehendak adalah ketentuan Term afektif sudah sangat dikenal
dari beberapa keinginan manusia yang di lingkungan dunia pendidikan di
seimbang dan perbuatan yang diulang- Indonesia, terkait dengan pengalaman-
ulang, sehingga terlahir kekuatan yang pengalaman murid di sekolah. Terdapat
lebih besar. Kekuatan besar inilah yang lima objek pendidikan afektif, yaitu: untuk
dinamakan akhlak. 20 Jadi, akhlak adalah mengembangkan sosial individu, perasaan,
daya kekuatan jiwa yang mendorong emosi, moral, dan etika peserta didik yang
perbuatan dengan mudah dan spontan tidak bisa dipisahkan dengan aspek-aspek
tanpa dipikir dan direnungkan lagi.21 lain dalam kurikulum,25 dan proses
perubahan internal untuk menjadi individu
17
Ibnu Miskawaih. Tahẓīb al-Akhlāq wa dan masyarakat sosial yang baik.
Taṭḥīr al-A‟rāq(Beirut: Maktabah al-Hayah li al-
Ṭibā‟ah wa al-Nashr),Cet. II.,h.51 dalam Rosihon
Anwar. Akhlak Tasawuf, Edisi Revisi (Bandung: Grafindo Persada, 2013), h.4
22
Pustaka Setia, 2010), h.13. Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam
18
Moh. Ardani. AkhlakTasawuf dalam Mencerdaskan Bangsa (Jakarta: Rineka Cipta,
(Bandung: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke- 2010), h.39
23
2, h.29. A. Budiarjo, dkk. Kamus Psikologi
19
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak (Semarang: Efhar dan Dahara Prize, 1991), h.18
24
Mulia, Penerjemah: Abdul Hayyi al-Kattani, dkk. Kunandar. Penilaian Autentik, Penilaian
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h.32. Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
20
Marzuki. Pengantar Studi Konsep– 2013 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.100.
25
konsep Dasar Etika Dalam Islam (Yogyakarta: C. Ackerson. Affective Objectives: A
Debut Wahana Press, 2009), cet. 1, h.14. Discussion of Some Controversies, Instructional
21
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Development, 3 (1) (Englewood Cliffs, NJ: Merill
Karakter Mulia, Edisi Revisi (Jakarta: Raja 1992), p.7–11.
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |163

Proses perkembangan pemikiran kepribadian adalah karakteristik kebiasaan


yang matang tentang intervensi individu yang signifikan dalam tingkah
perkembangan peserta didik sebagai lakunya berhubungan dengan orang lain.
bagian dari obyek terkecil yang Atkinson menyatakan bahwa “kepribadian
diintegrasikan dalam kurikulum. sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang
Pengembangan domain afektif terfokus khas, yang menentukan penyesuaian diri
pada proses perubahan internal atau seseorang terhadap lingkungannya. Khas
tingkah laku sebagai sebuah produk yang dimaksud adalah konsistensi perilaku
akhir,26 melalui implementasi program- bahwa orang cenderung untuk bertindak
program pengembangan personal atau berpikir dengan cara tertentu”.29
individu dan sosial dengan berbagai Dengan demikian kepribadian dapat
fungsi dan manifestasinya. Membentuk diartikan sebagai ekspresi ke luar dari
peserta didik menjadi manusia, karena inti pengetahuan dan perasaan yang dialami
pendidikan harus dikaitkan dengan seseorang secara subyektif. Kepribadian
afektif, juga tidak bisa dipisahkan dengan merujuk pada keseluruhan pola pikiran,
aspek-aspek lain dalam kurikulum. 27 perasaan dan perilaku humanis yang
Inti pendidikan afektif adalah digunakan seseorang dalam usaha
upaya mengoptimalisasikan emosi, moral, adaptasinya. Kepribadian humanis adalah
dan nilai peserta didik sebagai bagian dari usaha adaptasi dengan dilandasi kasih
tujuan pendidikan dalam saying (human being) yang tidak hanya
mengembangkan potensi sosial individu, menguasai pengetahuan, tetapi juga
pemikiran dan keterampilan secara berkembang dalam keindahan dan moral.
terpadu dan terarah sehingga dapat Itulah ide pendidikan humanis yang
melahirkan perubahan-perubahan tingkah landasannya adalah moral/nilai.
laku yang baik sebagai hasil akhir dari Pendidikan nilai/afektif tidak hanya
sebuah proses pendidikan. berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi
Pendidikan afektif bertujuan juga dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
membentuk kepribadian (akhlak) peserta karena itu pendidikan nilai atau moral di
didik sesuai dengan hakikat kemanusiaan madrasah akan berhasil bila dikaitkan
dan tuntutan zaman. Kepribadian menjadi dengan kehidupan di masyarakat.
aspek penting dalam pembangunan Pendidikan nilai 30 tidak harus merupakan
karakter bangsa. Teori kepribadian suatu program atau pelajaran khusus, tetapi
membahas secara sistematis mengenai lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh
manusia secara individu. Ahli psikologi usaha pendidikan. Sastrapratedja, dalam
belum mempunyai kesepakatan tentang Djahiri mengatakan “alasan yang sifatnya
definisi kepribadian. Menurut Lanyon,28
Goodstein. Personality Assessment (New York: John
Wiley& Sons, Inc., 1997), p.54.
26 29
Ibid L. Rita Atkinson. Introduction to
27
Luk-luk Nur Mufidah. “Pendidikan Psychology (San Diego: Harcourt Brace Jovanovich,
Afektif dan Implementasinya terhadap Model dan Inc., 1983), p.417.
Desain Pembelajaran”. Tadris. Volume 264 4. 30
Djahiri A.K. Strategi Pengajaran Afektif,
Nomor 2. 2009, h.263 Nilai, Moral, VCT, dan Games dalam VCT (Bandung:
28
Richard I. Lanyon dan Leonard D. Granesia, 1985), h.21.
164 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

sosiologis bahwa peserta didik hidup sesuatu yang tidak diminati dan
dalam dunia nyata kehidupan di dikehendakinya.
lingkungannya serta harus mampu hidup Pada hakikatnya penanaman nilai
fungsional dan bermasyarakat (socialable). kehidupan di sekolah telah dilakukan
Nilai dan moral yang dianut dalam melalui pendidikan agama, pendidikan
kehidupan nyata merupakan nilai yang kemasyarakatan dan pengembangan diri,
esensial yang diminta masyarakat. Bila walaupun tidak harus dalam bentuk mata
madrasah atau guru melupakan nilai yang pelajaran, melainkan dapat terintegrasi
nyata dan hanya membina nilai esensial dalam mata pelajaran. Karena itu, guru
yang ideal saja, maka bahaya utama kelak berperan ganda dalam menanamkan nilai-
adalah lahirnya generasi penerus dan nilai pada peserta didik melalui pendidikan
warga masyarakat yang frustrasi, karena afeksi dalam kegiatan pembelajaran di
nilai yang tertanam dalam diri dengan sekolah/madrasah yang tidak dapat dicapai
kenyataan berbeda”.31 hanya dengan metode ceramah atau
Pendidikan afeksi yang humanis demonstrasi 32 dan bagi peserta didik dapat
menyangkut seluruh unsur afeksi yang belajar tentang nilai kehidupan yang
diawali dari adanya stimulus berupa memberikan makna33 bagi eksistensi
informasi baru yang dapat menimbulkan keberlangsungan hidup secara individu
perubahan dalam kepercayaan, sikap, maupun sosial.
nilai, standar moral, itikad dan diakhiri Dalam proses pendidikan afektif
dengan adanya perilaku baru yang selaras terdapat lima tipe karakteristik afektif yang
dengan kondisi riil di masyarakat. Karena penting diketahui, yaitu: sikap, minat,
itu, Jarolimek dan Foster menjelaskan, konsep diri, nilai, moral, apresiasi, dan
guru dituntut untuk memiliki kompetensi penyesuaian.
berupa kemampuan untuk: (1)
menyajikan contoh-contoh khusus dari Metode Penelitian
nilai-nilai umum dan mampu menjelaskan Penelitian ini menggunakan metode
bagaimana hal itu berbeda dari nilai-nilai penelitian etnometodologi dan psikologis-
pribadi; (2) menggambarkan karakteristik padagogis. Metode etnometodologi sering
sebuah kelas yang mempertinggi belajar disebut juga metode fenomenologi adalah
afeksi; (3) menggambarkan prinsip- termasuk metode kualitatitf, naturalistik
prinsip dasar dari belajar afeksi dan yang mempelajari bagaimana perilaku sosial
menunjukkan dengan contoh bagaimana dapat dideskripsikan sebagaimana adanya
hal itu dapat diterapkan. Guru humanis (naturally), berupaya untuk memahami
memotivasi peserta didiknya melalui bagaimana masyarakat memandang,
mutual trust. Guru humanis tidak menjelaskan dan menggambarkan tata
memaksa peserta didik melakukan
32
S. Nasution. Kurikulum dan Pengajaran,
Cet. Keenam (Jakarta: PT. Bina Aksara. 2010), h.5.
31
J. Jarolimek and Foster, C.D. 33
Bambang Irianto. “Makalah,” Kurikulum
Teaching and Learning in The Elementary School Berbasis Kompetensi Salah satu Solusi Dalam
(New York: Macmillan Publishing Company, Memenuhi Tuntutan Global dan Lokal (Bandung:
1989), p. 277. ITB,2003), h.2.
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |165

hidup mereka sendiri. Untuk mencapai menggunakan pedoman (guid) wawancara.


maksud itu, metode ini menekankan Teknik dokumentasi, yaitu catatan peristiwa
kepada peneliti untuk dapat berhubungan berbentuk tulisan, gambar, karya-karya
secara intensif bersama warga sekolah monumental. Dokumen berbentuk tulisan,
yang diteliti dan berpartisipasi dalam yaitu: catatan harian, sejarah kehidupan,
kegiatan warga sekolah yang sedang critera, biografi, peraturan, kebijakan.
diteliti sehingga diperoleh suatu tingkat Dokumen berbentuk gambar, seperti:
penghayatan yang sedalam mungkin. patung, film. Stuti dokumen merupakan
Objek penelitian adalah Madrasah pelengkap dari penggunaan metode
Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Metro. Penelitian observasi dan wawancara, yang dalam
ini dilakukan untuk mengetahui penelitian ini akan digunakan untuk semua
bagaimanakah proses implementasi sumber data secara serempak, dan
pendidikan afektif terhadap aspek kuesioner. Data observasi berasal dari
internalisasikan nilai-nilai akhlak mulia. pengamatan dan pencatatan secara
Sumber data dalam penelitian ini sistematik fenomena-fenomena yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: diselidiki menggunakan alat bantu kamera,
sumber data primer dan sumber data tape recorder, handphone tentang perilaku
sekunder. Sumber data primer adalah peserta didik selama berada di madrasah
pernyataan dan tindakan dari orang- baik ketika sedang belajar, maupun ketika
orang yang diamati atau yang sedang beraktivitas di lingkungan tempat
diwawancarai yang dicatat melalui mereka belajar. Data wawancara berasal dari
catatan tertulis atau melalui perekaman informan yang memiliki informasi tentang
dan pengambilan foto. Data sekunder implementasi pendidikan afektif.
bersumber dari dokumen-dokumen resmi
yang ada di lokasi penelitian berupa Hasil Penelitian Dan Pembahasan
catatan, gambar, foto dan bahan lain yang 1. Konsep Dasar Pendidikan Akhlak
dapat mendukung penelitian ini. Mulia
Teknik pengumpulan data yang Kehadiran Madrasah Ibtidaiyah
digunakan adalah observasi partisipatif, Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Metro
wawancara mendalam, dan studi sebagai lembaga pendidikan Islam yang
dokumentasi. Peneliti menggunakan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak mulia
teknik pengumpulan data yang berbeda- sebagai telah memiliki konsep cukup jelas
beda untuk mendapatkan data dari yang dapat dilihat dari visi,misi dan tujuan
sumber yang sama. Observasi partisipatif, satuan pendidikannya. Madrasah Ibtidaiyah
yaitu: peneliti ikut terlibat langsung Negeri 2 Kota Metro dengan visi
dalam kegiatan orang/seseuatu yang merwujudkan madrasah ibtidaiyah yang
sedang diamati agar data yang diperoleh berkualitas dalam membentuk insan Muslim
akan lebih lengkap, tajam dan ditail. yang berakhlak mulia dan mampu
Sementara, wawancara mendalam, yaitu berprestasi,”yang dijabarkan dalam misi,
proses memperoleh keterangan untuk berupa: memberikan bimbingan peserta
tujuan penelitian dengan atau tanpa didik tentang pengetahuan dasar-dasar
166 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

keislaman dan penerapannya dalam ini sifatnya hanya pemindahan


kehidupan sehari-hari,memberikan pengetahuan dari pendidik ke siswanya.
bimbingan peserta didik dalam Nilai-nilai yang diberikan masih berada
pada ranah kognitif peserta didik dan
pendidikan umum sebagai dasar
pengetahuan ini dimungkinkan hilang
pengetahuan dan
jika ingatan seseorang tidak kuat.
keterampilan,memberikan bimbingan b. Tahap Transaksi Nilai
dasar kepada peserta didik untuk Pada tahap ini pendidikan nilai
menempuh pendidikan ke jenjang dilakukan melalui komunikasi dua arah
selanjutnya dan diperjelas dengan tujuan, yang terjadi antara pendidik dan peserta
yaitu: melaksanakan kewajiban sebagai didik yang bersifat timbal balik sehingga
seorang muslim yang hakiki, mampu terjadi proses interaksi. Dengan adanya
transaksi nilai pendidik dapat
membaca Al-Qurān dengan baik dan
memberikan pengaruh pada siswanya
benar, menghasilkan lulusan yang melalui contoh nilai yang telah ia
berkualitas, terampil, mandiri yang jalankan. Di sisi lain siswa akan
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. menentukan nilai yang sesuai dengan
Berdasarkan dari hasil dirinya.
observasi, wawancara dan c. Tahap Tran-internalisasi
dokumentasi yang peneliti peroleh di Tahap ini mencakup tahap: 1)
Mengetahui (knowing), 2). Mampu
lapangan selama melakukan
melaksanakan atau mengerjakan yang ia
penelitian di Madrasah Ibtidaiyah
ketahui (doing), dan 3) Menjadi seperti
Negeri 2 Kota Metro, menunjukkan, yang ia ketahui (being)
bahwa tujuan dari internalisasi nilai- 2. Desain Konsep Pendidikan Afektif
nilai akhlak yang dilakukan oleh Fenomena pembelajaran afektif pada
pihak sekolah adalah membentuk Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Metro
siswa memiliki akhlakul karimah atau dalam upayanya membangun tunas-tunas
akhlak yang terpuji/mulia dan dapat bangsa yang berkarakter, berwawasan
diaplikasikan dalam tingkah laku dan keilmuan dan berketerampilan dapat
kehidupan sehari-hari para siswa. diketahui secara utuh dan komprehensif
Dalam konsep internalisasi melalui program pembelajaran dengan
nilai-nilai akhlak di Madrasah berbagai aspeknya dan melalui metode-
Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Metro,
metode pembelajaran yang berkaitan
terdapat tahapan-tahapan yang dilalui
dengan berbasis hati. Secara aplikasi,
dalam Internalisasi, diantaranya
sebagai berikut: metode operasional yang lebih sesuai dan
a. Tahap Transformasi Nilai. senafas dengan kontek pendidikan afektif
Tahap ini merupakan suatu yaitu: Pertama, Hikmah, metode ini dapat
proses yang dilakukan oleh pendidik diartikan sebagai kebijaksanaan (dari Allah);
dalam menginformasikan nilai–nilai kesaktian; arti atau makna yang dalam;
yang baik dan yang kurang baik. manfaat. Kata hikmah berasal dari kata
Pada tahap ini hanya terjadi
hakama, yang berarti kebijaksanaan. Dalam
komunikasi verbal antara pendidik
dan peserta didik. Transformasi nilai konteks pendidikan, metode hikmah
dimaksud adalah penyampaian materi
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |167

pendidikan dengan perkataan yang lemah yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf
lembut namun tegas dan benar pengetahuan objeknya yang sederhana
berdasarkan ilmu melalui argumentasi dengan ucapan yang disampaikan, disertai
yang dapat diterima oleh akal dengan pengalaman dan keteladanan dari yang
dialog menggunakan kata-kata bijak menyampaikannya.
sesuai dengan tingkat kepandaian dan Memperhatikan konteks uraian di
bahasa yang dikuasai peserta didik. Hal atas, dapat dipahami bahwa nasihat dan
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan pelajaran yang diberikan itu haruslah
kesalahpahaman dalam memaknai materi bersifat baik dalam segi tata cara
yang diajarkan, sehingga materi yang penyampaian yang bersifat lemah lembut
disampaikan kepada peserta didik dan tidak menyinggung perasaan yang
diterima dengan baik dan sempurna berdampak kepada rusaknya hubungan
sesuai maksud yang diinginkan oleh ikatan antara subjek dan objek pendidikan,
pendidik. Dalam konteks ini, materi yang juga harus memperhatikan situasi dan
diberikan jauh dari kesan menakut-nakuti kondisi yang tepat kapan nasihat/pengajaran
apalagi bermaksud membodohi peserta itu tepat disampaikan. Namun begitu, hal
didik. Selain itu, argumentasi yang dapat yang lebih urgen dalam metode ini adalah
diterima akal akan memberikan kesesuaian antara nasihat/pelajaran yang
keyakinan dan kemantapan bagi peserta diberikan kepada peserta didik dengan
didik.Dalam hal ini, pendidik harus keteladanan yang tercermin dalam sikap
mampu menciptakan suatu interaksi yang pendidik, yaitu hendaknya pelajaran yang
kondusif dalam proses pendidikan guna disampaikan adalah berdasarkan
tercipta suatu komunikasi yang arif dan pengalaman yang telah dilakukan, bukan
bijaksana yang tentunya akan berdasarkan teori saja.
memberikan kesan mendalam kepada Ketiga, Jidāl/Mujādalah, adalah
peserta didik sehingga “teacher oriented” perdebatan dengan debat terbaik, seperti
akan berubah menjadi“student oriented”. menyeru manusia kepada Allah dengan
Karena pendidik yang bijaksana akan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia
selalu memberikan peluang dan kepada hujjah. Maksud hujjah di sini adalah
kesempatan kepada peserta didiknya berdebat dengan mengeluarkan pendapat
untuk berkembang. yang kebenarannya dapat dipahami oleh
Kedua, Mau’iẓah Hasanah dapat akal dan diyakini oleh hati.Kata
diartikan sebagai nasihat, pelajaran atau Jidāl/Mujādalah menurut al-Mahallī adalah
perkataan yang halus. Dalam bahasa perdebatan dengan debat terbaik dan
Arab, kata al-mau‟iẓah terambil dari kata menggunakan hujjah, yaitu mengeluarkan
wa‟azha yang berarti nasihat. Mau‟iẓah pendapat yang kebenarannya dapat
adalah uraian yang menyentuh hati yang dipahami oleh akal dan diyakini oleh hati.
mengantar kepada kebaikan. Mau‟iẓah Dengan demikian dapat dipahami bahwa
hendaknya disampaikan dengan jidāl/mujādalah berarti proses penyampaian
hasanah/baik. Jadi, mau‟iẓah adalah materi melalui diskusi atau perdebatan,
memberikan nasihat dan perumpamaan bertukar pikiran dengan menggunakan cara
168 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

yang terbaik, sopan santun, saling pendidikanafektif model konsiderasi


menghormati dan menghargai serta tidak (consideration model) bertujuan mendorong
arogan. peserta didikuntuk lebih peduli, lebih
Dalam proses pendidikan, metode memperhatikan orang lain, sehingga mereka
mujadalah atau diskusi/dialog hendaknya dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan secara harmonis dengan orang lain. Model
nilai Islami, guna menemukan kebenaran, pembentukan rasional (rational building
memfokuskan diri pada pokok model) bertujuan agar Peserta didik dapat
permasalahan. Menggunakan akal sehat mengembangkan kematangan pemikiran
dan jernih, menghargai pendapat orang tentang nilai-nilai. Model klarifikasi nilai
lain, memahami tema pembahasan, bertujuan, agar para peserta didik
antusias, mengungkapkan dengan baik menyadari nilai-nilai yang mereka miliki,
dan santun, dapat mewujudkan suasana memunculkan dan merefleksikannya,
yang nyaman dan santai untuk mencapai sehingga para peserta didik memiliki
kebenaran serta memuaskan semua pihak. keterampilan proses menilai. Model
Hal ini sesuai dengan sifat makhluk social Pengembangan moral kognitif bertujuan
yang cenderung membutuhkan membantu peserta didik mengembangkan
komunikasi yang bersifat kontinyu dan kemampuan mempertimbangkan nilai moral
dinamis sebagai wujud dari sifat social secara kognitif. Sementara, model
tersebut dalam upaya menyelesaikan nondirektif bertujuan membantu peserta
ataupun mendiskusikan masalah dalam didik mengaktualisasikan dirinya. Dalam
kehidupannya. Hal ini juga berlaku implementasinya para guru pada satuan
terhadap peserta didik dalam masyarakat pendidikan tingkat dasar di Lampung secara
pendidikan formal. Melalui pemecahan bertahap telah menerapkan metode tersebut
masalah untuk mencari suatu kebenaran dengan memperhatikan kebutuhan, situasi
dapat mendorong peserta didik untuk dan kondisi yang dihadapi peserta didik
memiliki pemahaman yang luas dan dalam upayanya penyampaian nilai-nilai
memuaskan rasa ingin tahunya. Untuk itu pengetahuan, budaya, dan syariat sesuai
proses diskusi perlu diperhatikan dengan tujuan pendidikan.
baik. Urutan-urutan penyebutan ketiga
macam metode ini sungguh sangat serasi. 3. Analisis Implementasi Pendidikan
Dimulai dengan hikmah yang dapat Afektif dalam Pembentukan Akhlak
Mulia
disampaikan tanpa syarat, disusul dengan
Pendidikan afektif sebagai salah satu
mauizhah dengan syarat hasanah dan
pendekatan yang dapat dijadikan alternatif
yang ketiga adalah jidal yang
model proses pembelajaran yang efektif dan
berdampingan dengan keduanya guna
bermakna dalam membentuk akhlak mulia,
mengingat tujuan dari jidal itu sendiri.
yaitu kepribadian peserta didik yang baik
Berdasarkan pemahaman terhadap
sesuai harapan, tuntutan dan kebutuhan
uraian di atas, dapat diketahui bahwa tiga
masyarakat dengan terciptanya perilaku dan
ragam metode yang terakhir merupakan
nilai-nilai terpuji sesuai norma-norma yang
metode khusus yang diterapkan pada
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |169

berlaku dan landasan hukum syar’i guru yang menghormati, menyenangi,


berdasar al-Qurān dan al-Hadith. mengakui dan menjunjung tinggi
Beberapa implementasi eksistensi peserta didik. Kasih sayang
pendidikan akhlak mulia yang guru terelaborasi dalam sikapnya yang
dilaksanakan yaitu: penyantun, penyayang layaknya orang
a. Penerapan sikap perhatian dalam tua terhadap anaknya, rendah
pembelajaran pendidikan afektif hati,mempermudah persoalan peserta
tampaknya dilakukan guru dalam didik, selalu menumbuh kembangkan
upayanya menciptakan suasana sifat ikhlas dalam belajar, memberikan
pembelajaran yang terarah, terkontrol pola keteladanan dalam berbuat
dan terukur. Aspek perhatian ini terlihat kebajikan, dan mengaktualisasikan materi
pada aktivitas jiwa guru yang lebih yang diajarkan dalam realita kehidupan.
diarahkan konsentrasinya pada kondisi c. Penerapan sikap lemah lembut dalam
peserta yang perlu dimengerti, pembelajaran pendidikan afektif
dipahami, dievaluasi dandiperbaiki diarahkan untuk menciptakan suasana
serta dioptimalkan potensinya. Sikap belajar nyaman, senang, gairah, dan segar
guru ini tercermin dalam tindakannya bagaikan air penyejuk yang dapat
yang berusaha untuk selalu jujur dan menggairahkan hidup dan meningkatkan
tulus dalam berbicara, berbagi motivasi belajar. Aspek lemah lembut
pendapat secara terbuka dengan adalah aktivitas jiwa guru humanis,
peserta didik,membantu peserta didik demokratis dan berintegritas. Lemah
yang mengalami kesulitan belajar dan lembut guru terelaborasi dalamsikapnya
tingkat IQ rendah, memahami kondisi yang menyapa dan memanggil peserta
fisik dan psikis peserta didik melalui didik dengan lembut, menarik, dan
penerapan budaya; sehat, rapi, dan hangat, mengucapkan salam,
bersih, memosisikan diri sebagai orang berpenampilan simpatik, empati dan
tua, guru dan teman pada posisi bersahaja, bertutur kata dengan intonasi,
peserta didik, menjadikan kelebihan tekanan suara dan irama jelas tegas dan
dan kekurangan peserta didik sebagai lugas, menghindari sikap egois, arogan,
entry point untuk dibina dan diperbaiki dan otoriter. Aktualisasi nilai-nilai lembah
guna kemajuan mereka danmenerima lembut merupakan refleksi kandungan al-
serta memberikan solusi terhadap Qurān surat Ali Imrān/3:159 yang penuh
berbagai problema belajar peserta dengan dinamika dan nuansa kedamaian.
didik.
b. Penerapan sikap kasih sayang dalam Pembahasan
pembelajaran pendidikan afektif Idealnya, transformasi dan
dilakukan untuk menciptakan suasana penanaman nilai-nilai sejati pada peserta
belajar yang hangat dan harmoni didik dilakukan secara pasti, kontinu, pelan-
dalam berkomunikasi yang tumbuh pelan, dan sedikit demi sedikit dalam
secara alami, elegan, dan bermartabat. nuansa kebersamaan dan kekeluargaan,575
Aspek kasih sayang adalah aktivitas jiwa melalui sentuhan ranah afektif. Pendidikan
170 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

berusaha mengaktifkan ranah afektif terhadap fenomena sosial. Indikator dari


peserta didik karena setiap anak yang keberhasilan aplikasi ini adalah peserta
lahir ke dunia membawa sifat-sifat positif didik merasa senang bergairah, berinisiatif
(Iman). Setelah ranah afektif peserta didik dalam belajar dan terjadi perubahan pola
aktif, pendidik baru menyampaikan pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
ajaran-ajaran moral, dalam kondisi ini sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi
peserta didik siap mencerna materi dan manusia yang bebas, berani, tidak terikat
akan berbekas pada jiwanya. oleh pendapat orang lain dan mengatur
Transformasi nilai tersebut akan pribadinya sendiri secara bertanggung
membentuk sifat, kebiasaan, dan jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
kepribadian. Namun demikian, perlu atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
adanya pendekatan yang tepat dan etika yang berlaku. Oleh karena itu,
aplikatif sehingga transformasi nilai-nilai pendidikan afektif melalui pendekatan
moral dapat di-transfer sesuai harapan humanistik yang terfokus pada kasih
yang diinginkan. Untuk ini, banyak sayang, perhatian dan lemah lembut
pendekatan yang ditawarkan namun memiliki posisi strategis dan efektif dalam
sampai saat ini masalah moral, masalah membentuk akhlak mulia.
nilai, masalah karakter dan masalah
akhlak tampaknya belum mampu Penutup
menjadikannya sebagai alternatif dan Pendidikan afektif merupakan
memberikan jawaban atas berbagai krisis dimensi penting dari pengajaran, yang
yang saat ini berkembang. Karena berkaitan dengan nilai-nilai, perasaan,
pendekatan perbaikan moral atau akhlak keyakinan, sikap dan kesejahteraan
tidak menyentuh substantif emosional peserta didik. Eksistensi afektif
permasalahan, tetapi lebih kepada dalam pembelajaran memiliki pengaruh
penyelesaian-penyelesaian yang bersifat signifikan terhadap domain kognitif dan
elementer dan sesaat. Sesungguhnya al- psikomotor, karenanya luaran dari domain
Qurān telah menyediakan berbagai solusi afektif ini benar-benar sangat penting
dalam menghadapi beragam masalah keberadaannya dalam proses belajar
termasuk pembentukan akhlak mulia. mengajar.
Pembentukan akhlak mulia ini hanya Penerapan pendidikan afektif dan
dapat dibangun melalui pendidikan mengisinya dengan nilai-nilai dasar
afektif menggunakan pendekatan kebutuhan manusia sebagai nilai tertinggi
humanistik yang fleksibel dengan yang menjadi isi pokok pendidikan menjadi
memfungsikan aspek hati sebagai objek sebuah keniscayaan. Nilai dasar adalah nilai
kajiannya. keimanan dan ketakwaan yang menjadi
Pembelajaran berdasarkan teori kekuatan internal dalam diri peserta didik
humanistik ini cocok untuk diterapkan menemukan dirinya, menjadikan mereka
pada materi-materi pembelajaran yang cerdas intelektual dan emosinya sehingga
bersifat pembentukan kepribadian, hati dapat memperluas pemahaman ajaran
nurani, perubahan sikap, dan analisis agamanya, mendorong dan membina akhlak
DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.... |171

serta kepribadiannya berdasarkan shar’i dalam VCT Bandung: Granesia, 1985


melalui penerapan pendekatan Dwi Kusrahmadi, Sigit. Dinamika Pendidikan
pembelajaran humanistis, yaitu sikap No.1/Th.XIV/Mei 2007)
Dohack, Latief. Ekonomi Global. (Surakarta:
perhatian, sikap kasih sayang dan sikap
Muhamadiyah Universitas Press,
lemah lembut yang iimplementasikan
2000)
melalui penggunaan metode hikmah, Ibnu Miskawaih. Tahẓīb al-Akhlāq wa Taṭḥīr
mauiẓah dan mujādalah59 sesuai tingkat al-A‟rāq(Beirut: Maktabah al-
pemahaman dan tipe belajar peserta didik. Hayah li al-Ṭibā‟ah wa al-
Tipikal metode tersebut diarahkan pada Nashr),Cet. II
aktivitas pembelajaran yang humanis, Ibrahim, Ruslan. “Pendidikan Nilai Dalam
Era Pluralisasi,” Jurnal INSANIA,
demokratis, berintegritas, menarik,
P3M STAIN Purwokerto, 2007
menyenangkan dan bermakna. Imam al-Raghīb al-Asfahānī. Mufradāt Alfāz
al-Qurān. Cet. I; Damascus: Dār al-
Daftar Pustaka Qalam, 1412 H. / 1992 M.
Irianto, Agus. Pendidikan sebagai Investasi
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia,
Suatu Bangsa. Jakarta: Kencana,2011
Penerjemah: Abdul Hayyi al-
Irianto, Bambang. “Makalah,” Kurikulum
Kattani, dkk. (Jakarta: Gema
Berbasis Kompetensi Salah satu Solusi
Insani Press, 2004).
Dalam Memenuhi Tuntutan Global
dan Lokal. (Bandung: ITB,2003).
Anwar, Rosihon . Akhlak Tasawuf, Edisi
Ishomuddin, Spektrum Pendidikan Islam
Revisi. (Bandung: Pustaka Setia,
Retropeksi Visi dan Aksi, (Malang:
2010).
UMM Press, 1996)
Ardani, Moh.. AkhlakTasawuf. (Bandung:
J. Jarolimek and Foster, C.D. Teaching and
PT. Mitra Cahaya Utama, 2005,
Learning in The Elementary School
Cet ke-2)
(New York: Macmillan Publishing
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi
Company, 1989)
dan Modernisasi Menuju Milenium
John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia.
Baru. (Jakarta: Kalimah, 2004).
(Jakarta: PT, Gramedia, 1987)
_______. Buku Teks Pendidikan Agama Islam
Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis
pada Perguruan Tinggi Umum.
Transformatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
(Jakarta: Direktur Perguruan
Media, 2009)
Tinggi Agama Islam, 2002)
Kunandar. Penilaian Autentik, Penilaian Hasil
Binti Mubarok Al-Barik, Haya .Ensiklopedi
Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Wanita. (Jakarta: Darul Falah,
Kurikulum 2013. (Jakarta: Rajawali
1419H)
Pers, 2013)
Budiarjo, dkk. Kamus Psikologi. (Semarang:
L. Rita Atkinson. Introduction to Psychology.
Efhar dan Dahara Prize, 1991)
(San Diego: Harcourt Brace
C. Ackerson. Affective Objectives: A
Jovanovich, Inc., 1983)
Discussion of Some Controversies,
Luk-luk Nur Mufidah. “Pendidikan Afektif
Instructional Development, 3 (1)
dan Implementasinya terhadap
Englewood Cliffs, NJ: Merill
Model dan Desain Pembelajaran”.
1992)
Tadris. Volume 264 4. Nomor 2. 2009,
Djahiri A.K. Strategi Pengajaran Afektif,
M. Dahlan al-Bary Kamus Ilmiah, (Surabaya:
Nilai, Moral, VCT, dan Games
Arkola, 1994)
172 | Elementary Vol. 3 Edisi Juli-Desember 2017

Marzuki. Pengantar Studi Konsep–konsep Rachman Assegaf, Abd. Membangun Format


Dasar Etika Dalam Islam. Pendidikan Islam di Era Globalisasi”
(Yogyakarta: Debut Wahana dalam, Imam Machali & Mustoha
Press, 2009, cet. 1) (Editor), Pendidikan Islam dan
Mas’ud, Ali Akhlak Tasawuf, (Sidoarjo: CV. Tantangan Globalisasi: “Buah Fikiran
Dwiputra Pustaka Jaya, 2012) Seputar Filsafat, Politik, Ekonomi,
Nashir, Haedar. Agama dan Krisis Sosial dan Budaya, (Yogyakarta:
Kemanusiaan Modern, Yogyakarta: Presma, Fak. Tarbiyah UIN &
Pustaka Pelajar, 1997 Arruzz Media, 2004
_______. Laptop Dewan. Yogyakarta: Richard I. Lanyon dan Leonard D.
Kedaulatan Rakyat, 23 Maret Goodstein. Personality Assessment
2007 New York: John Wiley& Sons, Inc.,
Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan 1997
Islam: Isu-isu Kontemporer tentang S. Nasution. Kurikulum dan Pengajaran, Cet.
Pendidikan Islam Jakarta: Raja Keenam Jakarta: PT. Bina Aksara.
Grafindo Persada, 2013 2010
_______. Akhlak Tasawuf dan Karakter Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan
Mulia, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Kurikulum di Sekolah, Bandung:
Grafindo Persada, 2013 Sinar Baru, 1991.
Putra Daulay, Haidar. Pendidikan Islam www.sociologyonline.co.uk/GlobalGiddens1.htm
dalam Mencerdaskan Bangsa.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010

You might also like