Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This study aims to determine the timing of proper feeding of male hens and how to eat male hens to meet there daily needs.
The feeding behavior parameters observed were screening observations (scores), number of strokes (times/5 minutes), feeding breaks
at the time of observation (seconds), and the remaining feed in the drinking water (mg). The results of the variance analysis showed
the percentage of feed amounting to the feeding time schedule had a significant effect (P<0.05) on screening results, number of stakes
and residual feed in the drinking water but did not significantly (P>0.05) on feeding breaks. The results of the study showed that the
screening score of 2.54-2.99, (noise at score skrining (2-3) the number of adlibitum pegs was 428.63 times/5 minuts and the difference
in the percentage of administration was 488.24-541.50 times/5 minutes, eating breaks 207.59-235.64 seconds, and the remaining feed
in the adlibitum drinking pot 8.32 mg and the results of the difference in the percentage of giving 11.58-17.78 mg. The concluded of
the research, that the percentage of the amount of feeding with the time schedule of given affects the behavior of eating male hens. Male
hens given adlibitum feed showed calmer eating behavior than chickens fed at percentages and mealtimes.
Keywords: Adlibitum, feed, feeding behavior, male hens, percentage of feed
114
Vol 17 No 2 MANAJEMEN PENGATURAN PERSENTASE
tahan terhadap penyakit, secara relatif harga mempengaruhi aktivitas tingkah laku ayam
jual yang lebih tinggi dari ayam broiler, dan seperti makan, minum, panting, lokomosi, dan
bobot panen dapat diatur dengan pengaturan istirahat. Faktor lain yang juga penting untuk
protein pakan untuk menyesuaikan dengan diperhatikan yaitu bagaimana ketepatan waktu
keadaan pasar. Ayam petelur jantan umumnya pemberian pakan. Ayam yang makan diwaktu
dipasok ke rumah makan atau restoran. yang tidak tepat akan membuat konsumsi
pakannya menurun, sedangkan jika ayam
Tujuan pemeliharaan ayam petelur jantan
yang mendapatkan pemberian pakan yang
sama dengan ayam broiler sebagai penghasil
sesuai dengan kondisi lingkungannya akan
daging namun pertumbuhan ayam petelur
mengonsumsi pakan dengan lebih optimal.
jantan relatif mengikuti pola pertumbuhan
ayam kampung sehingga dalam manajemen Oleh karena itu perlu riset untuk
dan penyediaan ransum perlu penyesuaian mengamati tingkah laku makan ayam petelur
(Wasiudin, 2011). Manajemen pemberian pakan jantan dalam memenuhi kebutuhannya
ayam harus memperhitungkan waktu yang dan berapa kebutuhan sebenarnya ayam
tepat sehingga konsumsi dapat digunakan petelur jantan yang optimal serta kapan
secara efisien. Jumlah konsumsi ransum waktu pemberian pakan yang baik melalui
dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, riset proporsi pemberian pakan pada waktu
jumlah pemberian dan temperatur lingkungan. yang berbeda sehingga diketahui proporsi
Seperti layaknya broiler atau unggas secara makan dan waktu pemberiannya yang dapat
umum memenuhi kebutuhan energi pada memberikan performa optimal ayam petelur
siang hari yang relatif panas, ayam mengurangi jantan pada masa pertumbuhan.
konsumsi ransum untuk mengatasi panas
tubuh dan mempengaruhi tubuh.
MATERI DAN METODE
Pada suhu lingkungan yang tinggi
aktivitas tubuh berkurang, konsumsi pakan
Materi penelitian adalah anak ayam
berkurang dan konsumsi air minum meningkat.
petelur jantan day old chick (DOC) strain
Jika ayam berada di luar suhu nyamannya
Hy Line Brown yang diproduksi PT. Charoen
maka konsumsi pakan akan berkurang dan
Phokpan Jaya Farm, sebanyak 125 ekor dengan
ayam tidak bisa mencapai pertumbuhan
bobot badan rata-rata umur sehari 34 g.
optimumnya. Suhu nyaman untuk mencapai
pertumbuhan optimum ayam pedaging Ransum percobaan dalam penelitian yaitu
berkisar 18-22°C dan 21-29°C (Charles, 2002). pakan yang disusun sesuai dengan kebutuhan
Pemberian pakan pada pagi hari dan malam nutrisi ayam kampung. Pakan nantinya akan
hari dimana suhunya yang relatif lebih rendah diberikan sesuai perlakuan yang dimana
jika dibandingkan pada siang hari maka ayam pada minggu pertama DOC diberikan secara
akan mengonsumsi pakan yang lebih optimal. adlibitum untuk penyesuaian lingkungan.
Pakan akan ditimbang dan diberikan sesuai
Tingkah laku (perilaku) hewan
kebutuhan ayam sesuai umurnya. Pemberian
merupakan reaksi atau ekspresi yang timbul
air minum diberikan secara adlibitum. Bahan
atas rangsangan baik dari luar maupun dalam
komposisi penyusun ransun penelitian pada
tubuh yang diterima oleh hewan sehingga
Tabel 1, hasil analisa ransum Tabel 2 dan
ayam akan mengekspresikannya melalui
kandungan nutrisi dan energi metabolisme
tingkah laku. Sesuai dengan pernyataan
ransum penelitian Tabel 3.
Jahja (2000) bahwa suhu lingkungan berbeda
115
NOVA, dkk Jurnal Peternakan
116
Vol 17 No 2 MANAJEMEN PENGATURAN PERSENTASE
Tabel 4. Kriteria pengamatan data skrining ayam petelur jantan selama penelitian
No Indikator Sangat Tenang (1) Tenang (2) Ribut (3) Sangat Ribut (4)
1 Cara Makan Sangat pelan Pelan Terburu-buru Sangat terburu
2 Penyebaran ayam Berpencar Cukup Agak Berkelompok
berpencar berkelompok
3 Suara Sangat diam Diam Ribut Sangat Ribut
4 Kerapatan berdiri Sangat tidak rapat Tidak rapat Rapat Sangat Rapat
saat mematuk
pakan
5 Pergerakan Sangat menyebar Menyebar Tidak terlalu Tidak menyebar/
menyebar satu tempat
117
NOVA, dkk Jurnal Peternakan
118
Vol 17 No 2 MANAJEMEN PENGATURAN PERSENTASE
HASIL DAN PEMBAHASAN dan P4) mendapatkan skor yang lebih tinggi
2,88–2,99. Hal ini disebabkan kesempatan
waktu makan ayam yang diberikan makan
Pengaruh perlakuan terhadap pengamatan tanpa dibatasi waktu makan malam hari
secara skrining tersebut lebih baik. Pakan yang tersedia setiap
saat pada tempat pakan membuat ayam tidak
Berdasarkan hasil pengamatan terlalu berebut makan setiap waktu, sehingga
menunjukkan skor skrining ayam petelur pada saat makan tidak semua ayam mematuk
jantan makan dengan ribut. Angka rataan pakannya di tempat makan. Hasil penelitian ini
skor yang terendah terlihat pada ayam yang disajikan dalam Tabel 6.
diberikan perlakuan P0 (adlibitum) yaitu 2,54,
sedangkan ayam dengan perlakuan (P1, P2, P3,
Angka skor skrining dari hasil penelitian ini pakan akan berkurang jika waktu pemberian
menunjukkan ayam yang diberikan perlakuan pakan dibatasi, berkurangnya konsumsi pakan
P1, P2, P3, dan P4 lebih ribut dibandingkan ini seiring dengan lamanya pemberian pakan
ayam yang diberikan pakan adlibitum dalam (Amrullah, 2003).
mengonsumsi pakan. Hal ini disebabkan oleh
pembatasan waktu makan pada malam hari
menyebabkan tembolok kosong. Sesuai dengan
pernyataan Jerry (2005) bahwa perilaku makan
disebabkan karena rasa lapar yaitu adanya
kontraksi lambung yang kosong, sehingga
ayam berkeinginan untuk mengonsumsi pakan
di pagi hari dengan cepat. Hal ini dilakukan
ayam untuk memenuhi kebutuhan energi
yang tidak terpenuhi pada saat malam hari.
Pada pemberian pakan selanjutnya ayam akan
makan terburu–buru dan terjadi perebutan
dalam mengonsumsi pakannya. Gambar 2. Grafik skrining pada waktu pemberian
makan pagi – siang
Persentase jumlah pemberian pakan
dapat menyebabkan perubahan tingkah
laku makan ayam. Pada saat mengonsumsi
pakannya, ayam cenderung memilih pakan
dalam bentuk pecahan terlebih dahulu, yaitu
jagung. Jagung merupakan bahan ransum yang
mengandung karbohidrat yang tinggi untuk
memenuhi energi tubuh. Konsumsi energi
ayam dengan cepat pada perlakuan P1, P2, P3
dan P4 belum memenuhi kebutuhan nutrisi
ayam secara keseluruhan, sedangkan ayam
yang diberi pakan adlibitum makan dengan
tenang pada setiap waktu pemberian pakan, Gambar 3. Grafik skrining pada waktu pemberian
karena ketersediaan pakan terus menerus makan sore – malam
setiap waktu. Ayam pedaging memiliki
kecenderungan akan makan lebih banyak jika Analisis berdasarkan perlakuan
ada kesempatan untuk makan seperti pada waktu pemberian pakan pada Tabel 7 yang
pemberian pakan adlibitum dan konsumsi digambarkan dengan grafik pada Gambar 2
119
NOVA, dkk Jurnal Peternakan
dan Gambar 3 menunjukkan skor skrining yang diberikan ketersediaan pakan selama 24 jam
diperoleh pada masing–masing perlakuan tidak memiliki kecenderungan untuk berebut
pada setiap jam pemberian makan. Perlakuan dalam kelompok pada setiap jam pemberian.
P1, P2, P3, dan P4 menunjukkan skor skrining Tetapi hanya terlihat peningkatan skor
yang tidak jauh berbeda pada setiap waktu pengamatan skrining pada pemberian makan
pemberian makan, karena pada setiap jam P0 pada awal pemberian makan periode pagi–
pemberian makan ayam dengan perlakuan siang jam 07.00 dan awal pemberian makan
P1, P2, P3, dan P4 selalu ribut dan terburu– periode sore–malam yaitu jam 15.00 dan setelah
buru dalam mengkonsumsi pakan secara itu mengalami penurunan angka skor kembali.
berkelompok. Sesuai dengan pernyataan Hal ini disebabkan karena pada jam tersebut
De jong et al. (2003) faktor frekuensi dan lama ayam mendapatkan pergantian pakan dengan
waktu ransum disediakan selama periode pakan yang baru. Sehingga insting ayam akan
pembatasan dapat menyebabkan terjadinya lebih tertarik untuk mengonsumsi pakan yang
persaingan pada ayam dalam kelompok untuk baru dan segar.
mendapatkan pakan.
Berdasarkan perbandingan dari grafik Pengaruh perlakuan terhadap jumlah patukan
tersebut terlihat ayam petelur jantan yang
diberikan pakan dengan perbedaan persentase Rataan jumlah patukan ayam petelur
pagi–siang dan sore-malam tidak menunjukkan jantan selama penelitian yang diberikan
perbedaan skor. Setiap ayam yang mendapatkan perbedaan persentase pemberian pakan dan
perlakuan yang berbeda mengonsumsi pakan pembatasan waktu makan, dapat dilihat pada
dengan ribut (Tabel 6). Pada perlakuan P0 yang Tabel 7.
Pengamatan dilakukan selama 5 menit jumlah patukan meningkat dan ayam dapat
pada saat ransum pertama kali diletakan, beradaptasi.
perhitungan dilakukan secara manual dengan
Seiring dengan yang dinyatakan oleh
hand counter dan rekaman video.
Andisuro (2011), produktivitas ayam broiler
Berdasarkan hasil analisis ragam dapat diukur dari performa produksi seperti
menunjukkan persentase jumlah pemberian tingkat konsumsi pakan, konversi pakan,
pakan pada jadwal waktu pemberian makan pertambahan bobot badan, dan bobot badan.
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) Nilai produktivitas tersebut dapat diduga
terhadap jumlah patukan ayam petelur melalui tingkah laku yang terkait dengan hal
jantan. Hal ini disebabkan oleh keinginan tersebut. Tingkah laku hewan adalah suatu
ayam untuk memenuhi kebutuhan energi respon atau ekspresi hewan oleh adanya
yang hilang akibat tidak tersedianya pakan rangsangan yang memengaruhinya. Menurut
pada malam hari, sehingga pada pemberian Mukhtar (1986), rangsangan terbagi dua yaitu
pakan berikutnya ayam akan mengkonsumsi rangsangan luar dan rangsangan dalam.
pakan untuk memenuhi kebutuhan energi Rangsangan luar dapat berbentuk suara,
terlebih dahulu (Rizal, 2000). Sesuai dengan pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan
pernyataan tidak ada indikasi ayam mampu kimiawi. Rangsangan dalam antara lain adalah
mengantisipasi kapan ransum tidak tersedia, faktor fisiologis sekresi hormon dan faktor
tetapi di hari berikutnya terjadi perubahan motivasi (Mukhtar, 1986). Menurut Prijono
tingkah laku makan (feeding behaviour) karena dan Handini (1998), tingkah laku juga dapat
ayam sudah terbiasa dilakukan secara terus– diartikan sebagai ekspresi seekor hewan yang
menerus dan berulang–ulang, maka ayam dituangkan dalam bentuk gerakan-gerakan.
akan menjadi terbiasa sehingga menyebabkan Tingkah laku sekor hewan dipengaruhi oleh
120
Vol 17 No 2 MANAJEMEN PENGATURAN PERSENTASE
dua faktor, yaitu dari dalam (hormon dan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi
sistem saraf) dan faktor dari luar (cahaya, telur, menyelenggarakan keaktifan fisik dan
suhu, dan kelembaban). Tingkah laku bersifat mempertahankan temperatur tubuh yang
genetis, tetapi dapat berubah oleh lingkungan normal, sumbernya berasal dari karbohidrat,
dan proses belajar hewan. lemak dan protein ransum.
Dari hasil uji DMRT menunjukkan jumlah Kelebihan jumlah patukan tidak
patukan P1 dan P2 berbeda sangat nyata (P<0,01) memenuhi kebutuhan nutrisi ayam secara
terhadap P0 (adlibitum). Perlakuan P3 berbeda menyeluruh, karena ayam yang memilih
nyata (P<0,05) terhadap P0 dan P4 berbeda pecahan jagung jadi cepat kenyang. Hal ini
tidak nyata (P>0,05) terhadap P0. Sedangkan yang menyebabkan angka konsumsi ransum
P1, P2, P3 dan P4 menunjukkan berbeda tidak ayam yang diberikan perlakuan lebih rendah
nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan tingkah daripada ayam yang diberikan pakan adlibitum,
laku makan yang dilihat dari jumlah patukan karena ayam akan cepat kenyang pada awal
dipengaruhi oleh persentase jumlah pemberian pemberian makan akibat dari mengonsumsi
pakan pada jadwal waktu pemberian makan. jagung tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan ayam Penelitian ini menunjukkan kesempatan
dengan persentase jumlah pemberian pakan makan yang terbatas juga memengaruhi
yang lebih banyak pada pagi–siang (P1 dan P2) banyaknya jumlah patukan ayam pada pakan
atau lebih banyak pada pemberian sore–malam yang tersedia. Ayam yang diberikan pakan
(P3 dan P4) menunjukkan tidak berbeda nyata tanpa pembatasan waktu dan persentase
(P>0,05). Hal ini disebabkan karena ayam pemberian memiliki kesempatan makan di
akan makan untuk memenuhi kebutuhan malam hari, karena pada malam hari suhu
energi. Ayam yang cenderung makan dengan cukup rendah dan menyebabkan ayam
memilih pecahan jagung untuk dikonsumsi memiliki keinginan untuk mengonsumsi
terlebih dahulu, karena jagung merupakan pakannya. Sesuai dengan pernyataan Andisuro
bahan ransum dengan karbohidrat yang tinggi, (2011) bahwa pemberian cahaya secara terus–
sehingga dengan mengkonsumsi jagung bisa menerus selama 24 jam akan meningkatkan
memenuhi kebutuhan energi pada ayam tingkah laku makan dan minum serta aktivitas
dengan cepat. Sesuai dengan pernyataan Wahju lainnya. Seperti dilukiskan pada grafik
(2004) energi yang dibutuhkan oleh ayam Gambar 4.
Berdasarkan Grafik di atas dapat dilihat pakan yang berlebih pada pemberian pakan
jumlah patukan P1, P2, P3, dan P4 lebih berikutnya. Ayam yang diberikan pembatasan
banyak pada pemberian pakan pada waktu waktu makan pada malam hari menyebabkan
pagi–siang dan mengalami penurunan jumlah temboloknya kosong sehingga meningkatkan
patukan pada pemberian pakan sore–malam. konsumsi pakan pada pemberian pakan
Hal ini disebabkan karena P1, P2, P3, dan P4 berikutnya. Setelah terpenuhi ayam tidak akan
mengalami pemuasaan makan pada malam lagi memiliki keinginan mengkonsumsi pakan.
hari, sehingga ayam akan mengonsumsi Sesuai dengan pernyataan Rizal (2000) ternak
121
NOVA, dkk Jurnal Peternakan
Tabel 8. Rataan waktu pengamatan jeda makan ayam petelur jantan selama penelitian
Perlakuan Jeda Makan (detik)
P0 (adlibitum) 235,64
P1 (30% pagi - siang 70% sore – malam) 207,59
P2 (40% pagi – siang 60% sore – malam) 220,53
P3 (50% pagi – siang 50% sore – malam) 227,16
P4 (60% pagi – siang 40% sore – malam) 216,79
Keterangan: ns berbeda tidak nyata (P>0,05).
Pada penelitian ini jeda makan tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
dipengaruhi oleh jadwal waktu pemberian dengan mengonsumsi bahan pakan yang
makan. Pada dasarnya ayam makan mengandung karbohidrat terlebih dahulu.
122
Vol 17 No 2 MANAJEMEN PENGATURAN PERSENTASE
Tabel 9. Rataan sisa pakan dalam tempat minum ayam petelur jantan
Perlakuan Sisa pakan dalam tempat minum (mg)
P0 (adlibitum) 8,32c
P1 (30% pagi - siang 70% sore – malam) 11,5bc
P2 (40% pagi – siang 60% sore – malam) 13,45abc
P3 (50% pagi – siang 50% sore – malam) 17,78a
P4 (60% pagi – siang 40% sore – malam) 14,47ab
SE 1,75
Keterangan : SE = Standar Error
Superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
sangat nyata (P<0,01).
Hasil analisis sidik ragam menunjukan pedaging minum dengan cara mencelupkan
persentase jumlah pemberian pakan pada paruhnya ke dalam tempat minum lalu
jadwal waktu pemberian pakan berpengaruh menelan air minum dengan cara mengangkat
nyata (P<0,05) terhadap sisa pakan dalam kepalanya ke atas, dan dilakukan sebanyak
tempat minum. Hal ini disebabkan ayam 3-5 kali. Tingkah laku minum dilakukan
yang diberikan perlakuan persentase jumlah untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh
pemberian pakan pada jadwal waktu makan karena meningkatnya suhu lingkungan dan
mengonsumsi pakannya lebih cepat dan untuk membantu dalam pencernaan pakan.
terburu–buru untuk memenuhi kebutuhan Sulistyoningsih (2004) menyatakan konsumsi
energi yang hilang pada saat makan yang minum dipengaruhi oleh lama tingkah laku
dibatasi malam hari. Berbeda dengan ayam minum, mencari air, memasukkan air ke mulut
yang diberikan pakan adlibitum (P0) yang dan menelannya. Tingginya konsumsi air erat
mendapatkan kesempatan makan di malam kaitannya dengan mekanisme pendinginan.
hari sehingga tidak terburu–buru dalam Ditambahkan oleh Rasyaf (1993) kebutuhan
mengkonsumsi pakan dan tidak banyak pakan jumlah air minum broiler dipengaruhi oleh
terbuang pada tempat minum. suhu, kelembaban udara dan bentuk fisik
pakan. Pada suhu panas umumnya DOC
Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
akan banyak mengonsumsi air minum, hal
menunjukkan perlakuan P3 berbeda sangat
ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh
nyata (P<0,01) terhadap P0, tetapi berbeda
dan sekaligus sebagai pelepas dahaga. Pada
nyata (P<0,05) terhadap P1. Perlakuan P4
awal dimasukkan ke dalam kandang yang
berbeda nyata (P<0,05) terhadap P0 dan
harus diberikan dan diperkenalkan pertama
tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0,05)
kali pada DOC adalah air minum. Air minum
terhadap P1, P2, dan P3. Sedangkan P2 tidak
ini dicampur dengan gula dan diberikan pada
mengalami perbedaan nyata (P>0,05) terhadap
dua jam pertama agar tenaga dan stamina DOC
semua perlakuan.
kembali pulih (Fadillah, 2004).
Hal ini disebabkan oleh salah satu faktor
yang memengaruhi yaitu tingkat keterburuan
dalam mematuk pakan. Ayam yang memiliki KESIMPULAN
tingkat keterburuan konsumsi pakan yang
tinggi dapat menimbulkan banyaknya sisa Ayam petelur jantan yang diberikan pakan
pakan yang tumpah dan menempel pada paruh. adlibitum menunjukkan tingkah laku makan
Selanjutnya dijelaskan oleh Muklis (2003) ayam lebih tenang dari ayam yang diberikan makan
123
NOVA, dkk Jurnal Peternakan
dengan persentase dan jadwal waktu makan. Nuraini, M. E. Mahata, & Nirwansyah. 2013.
Manajemen persentase jumlah pemberian Response of broiler feed cocoa pod fermented
pakan dengan jadwal waktu pemberian by Phanerocaete chysosporium and Monascus
mempengaruhi tingkah laku makan ayam Pupureus in the diet. Pakistan Journal of
petelur jantan. Nutrition 12. (9): 886-888.
Muchtar, A. S. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tingkah
Laku Satwa (Ethologi). Direktorat Jenderal
DAFTAR PUSTAKA Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
Departemen Kehutanan, Bogor.
Andisuro, R. 2011. Tingkah laku ayam broiler di Muklis. 2003. Aktivitas yang berhubungan dengan
kandang tertutup dengan suhu dan warna perilaku makan kukang Sumatra (coucang –
cahaya berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu coucang) di penangkaran pada malam hari.
Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bogor. Bogor.
Batubara, L. 2012. Pengaruh penggunaan jamur Prijono, S. N. & S. Handini. 1998. Memelihara,
tiram (Pleuoretus ostreatus) dalam ransum Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar
terhadap total kolestrol, HDL, LDL plasma Swadaya. Jakarta.
darah ayam broiler. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Padang. Rasyaf. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Charles, D. R. 2002. Responses to the thermal
environment. In Environment Problem, A Rizal, Y. 2000. Respon Ayam Broiler terhadap
guide to solution (Charles, D.A. and Walker, Pengganti Bungkol Kedelai dengan BIS Dalam
A.W. Eds.), Nottingham, United Kingdom, pp Ransum. Jurnal Peternakan dan Lingkungan
1-16. Volume 6 Issue 02.
De jong, I. C., A. S. Van Voorst, & H. J. Blokhuis. Sulistyoningsih, M. 2004. Respon fisiologis dan
2003. Parameters for quantification of hunger tingkah laku ayam broiler periode starter
in broiler breeders. Physiol. Behav. 78:773-783. akibat cekaman temperatur dan awal
pemberian pakan yang berbeda. Tesis.
Fadilah. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka.
Jakarta. Wasiudin, A.A., 2011. Strategi pengembangan usaha
ayam petelur jantan pada UD Mengestoni
Jahja, 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk- Putri Poultry Shop di Desa Gading Sari
petunjuk Beternak Ayam. Edisi ke-18. Medion Kecamatan Sandeng Kabupaten Bantul.
Press, Bandung. Sikripsi. Departemen Agribisnis Fakultas
Jerry. 2005. Tingkah laku harian dan tingkah Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
laku makan ular sanca hijau di CV Terarria Bogor, Bogor.
Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-V.
Pertanian Bogor. Bogor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kusnadi, E. 2009. Perubahan Malonaldehida Hati, Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2012.
Bobot Relatif Bursa Fabricius dan Ayam Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta. Pustaka Utama.
Laboratorium Teknologi Industri Ternak. 2016.
Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.
124