You are on page 1of 11

1

UJI AKTIVITAS EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus


aurantifolia) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi DAN
Escherichia coli PENYEBAB INFEKSI SALURAN PENCERNAAN

Ade Maria Ulfa1, Selvi Marcellia1, Fera Listiani1


Jurusan Farmasi, Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia

ABSTRACT

Gastrointestinal infections are infections caused by several bacteria


including Salmonella thypi and Escherichi coli. Lime peel (Citrus aurantifolia)
contains beneficial chemical compounds including flavonoids, alkaloids,
tannins, saponins and phenolics which function as antibacterial. Tannin
mechanism can bind to one of the membrane proteins owned by bacteria, this
can damage the availability of receptors so that it interferes with the cell's
metabolic process. This study aims to determine the antibacterial activity of
lime peel extract (Citrus aurantifolia) against Salmonella thypi and Escherichia
coli bacteria and the minimum inhibitory concentration of lime peel extract
(Citrus aurantifolia) against Salmonella thypi and Escherichia coli bacteria.
This research uses the disc diffusion method. The concentration of lime peel
extract used was 0.7%, 1%, 3%, 5%, 8%, 10%, 20%, and 40%. MIC is
obtained at a concentration of 1%, at a concentration of 0.7% does not show
inhibition zones. Lime peel extract has an antibacterial effect, the higher the
concentration of lime peel extract, the wider the inhibitory zone. Data analysis
using one way ANOVA results showed a significant difference between each
treatment group P> 0.05.

Keywords: Lime Skin, Salmonella thypi, Escherichia coli, Agar diffusion, MIC

ABSTRAK
Infeksi saluran pencernaan merupakan infeksi yang disebabkan oleh
beberapa bakteri antara lain yaitu bakteri Salmonella thypi dan Escherichi
coli. Kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung senyawa kimia yang
bermanfaat antara lain adalah flavonoid, alkaloid, tannin, saponin dan fenolat
yang berfungsi sebagai antibakteri. Mekanisme Tannin dapat mengikat salah
satu protein membrane yang dimiliki oleh bakteri hal ini dapat merusak
ketersedian reseptor sehingga mengganggu proses metabolisme sel tersebut.
Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap bakteri Salmonella thypi dan
Escherichia coli dan konsentasi hambat minimum ekstrak kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) terhadap bakteri Salmonella thypi dan Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram. Konsentrasi ekstrak kulit
jeruk nipis yang digunakan adalah 0,7%, 1%, 3%, 5%, 8%, 10%, 20%, dan
40%. KHM didapatkan pada konsentrasi 1%, pada konsentrsi 0,7% tidak
menunjukan zona hambat. Ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri,
semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit jeruk nipis, semakin luas zona
hambatnya. Analisis data menggunakan one way ANOVA hasil menunjukan
adanya perbedaan bermakna antar setiap kelompok perlakuan P>0,05.

Kata Kunci : Kulit Jeruk Nipis, Salmonella thypi, Escherichia coli, Difusi agar,
KHM
2

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi saluran pencernaan adalah penyakit yang menyerang
system pencernaan manusia. Secara umum infeksi ini disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme seperti bateri, virus, jamur, dan parasit. Pada
tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
Kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(Kemenkes, 2011).
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar
81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur
0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun),
180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini
menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15
tahun (WHO, 2008).
Salmonella typhi dan Escherichia coli adalah flora normal yang
merupakan strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tifoid dan
diare. Salmonella typhi dan Escherichia coli masuk ke dalam tubuh melalui
makanan atau minuman yang tercemar dan dapat menyebabkan penyakit
tifus dan diare.
Pengobatan penyakit infeksi bakteri umumnya menggunakan antibiotik,
tetapi penggunaan yang tidak tepat menyebabkan resistensi sehingga
masyarakat beralih menggunakan obat tradisional. Obat tradisional semakin
banyak dipilih karena lebih aman daripada obat sintesis, harga obat lebih
murah dan efek samping yang kecil.
Kandungan kulit jeruk nipis dapat menghambat bakteri Salmonella typhi
pada konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 100% dan berdasarkan
penelitian Dwiyanti et al, 2018, perasan jeruk nipis dapat menghambat
bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%
dan 100%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit jeruk nipis, semakin
menekan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli. Pada
penelitian sebelumnya konsentrasi terendah adalah 6,25%. Berdasarkan hal
tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak
kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap bakteri Salmonella typhi dan
Escherichia coli dan berapa konsentrasi hambat minimum ekstrak kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) untuk menghambat Salmonella typhi dan
Escherichia coli.
METODE PENELITIAN
3

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu oven, lemari pendingin,
Hotplate, Autoclave, jarum ose, pinset, lidi kapas steril, cawan petri,
Erlenmeyer, Beaker glass, pipet ukur, bulp, kertas kopi, api spiritus,
inkubator, tabung reaksi dan rak tabung, Paper disc, jangka sorong, batang
pengaduk (spatula), neraca analitik, pisau, bejana, kapas, plastik, kertas
saring.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit jeruk nipis,
Kloramfenikol, media Salmonella Shigella Agar (SSA), media Triptyc Soy Agar
(TSA), media Natrium Agar (NA), aquades, kertas cakram, biakan bakteri
Salmonella typhi dan Escherichia coli koleksi Laboratorium Teknik Hasil
Pertanian Politeknik Negeri Lampung, standar Mac Farland ( BaCl2 1% :
H2SO4 1% ), etanol 96%.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Ekstrak
Ekstrak kulit jeruk nipis dibuat dengan cara meserasi. 600 gram serbuk
simplisia kulit jeruk nipis direndam di dalam wadah maserasi yang telah berisi
etanol 96% sebanyak 1,5 Liter selama 1 hari, setelah itu disaring dan
simplisia di rendam kembali dengan etanol dengan pengulangan sebanyak 3
kali dalam 3 hari dengan total etanol adalah 4,5 liter, setelah diperoleh
ekstrak tersebut dipekatkan menggunakan rotary evaporator untuk
memperoleh ekstrak kental.
Skrining Fitokimi
1. Uji alkaloid
Larutan uji dimasukan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan
larutan 5 ml HCL larutan dibagi menjadi dua bagian masing-masing ditambah
dengan pereaksi mayer dan dragendrof. Adanya endapan putih saat ditambah
pereaksi mayer menandakan sampel positif alkaloid, sedangkan adanya
endapan merah bata saat penambahan dragendrof menandakan positif
alkaloid (Sa’adah, 2010).
2. Uji Flavonoid
Larutan uji sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan serbuk Mg dan 1 ml larutan HCL pekat. Perubahan warna
larutan menjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukan adanya
flavonoid.
3. Uji Saponin
4

Larutan uji sebanyak 10 ml dikocok, kemudian dibiarkan selama 10 menit.


Apabila busa tidak hilang setelah ditambahkan HCl 2 N, maka larutan uji
positif mengandung saponin.
4. Uji Tanin
Larutan uji sebanyak 2 ml di masukan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 3 tetes FeCl3. Apabila terbentuk warna biru tua menunjukan
adanya tannin.
5. Uji fenolat
Larutan uji sebanyak 2 ml di masukan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 3 tetes FeCl3, Apabila terbentuk warna coklat ke hitaman
menunjukan adanya fenol.
Peremajaan Bakteri
Bakteri Salmonella typhi dan Eschericia coli yang berasal dari biakan
murninya, masing-masing diambil sebanyak 1 ose kemudian ditumbuhkan
atau diinokulasikan dengan cara digores pada Triptyc Soy Agar (TSA) miring,
kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli diambil sebanyak 1-2 ose
dan disuspensikan kedalam larutan NaCl 0,9 % sampai diperoleh kekeruhan
yang sesuai dengan standar Mc Farland 5 (Nurhayati, 2007).

Pembuatan Media Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Nutrient Agar


(NA)
1. Pembuatan Media SSA
Timbang 12,6 gram media dan larutan ke dalam 200 ml aquades. Larutan
diaduk hingga homogen lalu panaskan sampai mendidih agar tercampur
sempurna selama 1 menit. Media ditunggu agak dingin sekitar 45C lalu tuang
ke cawan petri (Safitri dan Sinta, 2010).
2. Pembuatan Media NA
Timbang 5,6 gram Nutrient agar, kemudian larutkan dalam 200 ml
aquadest dan panaskan hingga mendidih. Sterilkan selama 15 menit di
autoclave dengan tekanan udara 1 atm suhu 121C. Setelah di autoclave,
agar langsung dituangkan ke dalam cawan petri dan didinginkan hingga agar
beku (Misna dan Diana, 2016).
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri
5

dilakukan dengan metode difusi cakram, menggunakan paper disc


berdiameter 6 mm. Media SSA dan NA yang telah dipanaskan dimasukkan
kedalam cawan petri didiamkan hingga memadat. Setelah itu suspensi bakteri
digoreskan megunakan kapas steril pada permukaan media. Kemudan
diletakan disc cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan berbagai konsentrasi
yaitu 0,7%, 1%, 3%, 5%, 8%, 10%, 20%, 40%, disc antibiotik kloramfenikol
dan disc cakram yang ditetesi aquadest sebagai kontrol negatif pada media.
Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC, selanjutnya dilakukan pengamatan dan
pengukuran zona hambat yang terbentuk pada 24 jam berikutnya. Amati
zona bening yang terbentuk dan ukur diameter daerah hambatnya
menggunakan jangka sorong. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan.
ANALISIS DATA
Data hasil pengujian daya hambat ekstrak kulit jeruk nipis terhdap
bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli dianalisa menggunakan uji
statistic Analisis Of Varian (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan secara signifikan dari
data kelompok konsentrasi ekstrak. Kemudian dilanjutkan dengan Post-Hoc
Least Significant Difference (LSD).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Ekstraksi

Bobot Bobot Bobot Rendem


Buah Serbuk Ekstrak en
13 kg 600 85 14,16%
gram gram
Hasil ekstraksi secara meserasi dengan pelarut etanol 96% didapatkan
hasil rendemen sebanyak 14,16%.
Dari hasil skrining fitokimia menunjukkan hasil bahwa ekstrak kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) positif mengandung flavonoid, alkaloid, tanin,
saponin dan fenol.
6

Gambar 1. Hasil Skrining Fitokimia


Hasil uji daya hambat menunjukan bahwa konsentrasi uji yang digunakan
1%, 3%, 5%, 8%, 10%, 20% dan 40% memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Salmonella typhi dan Echerichia coli. Tetapi pada konsentrasi 0,7%
tidak menunjukan aktivitas antibakteri. Pengujian antibakteri konsentrasi
hambat minimum (KHM) bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli
diperoleh pada konsentrasi 1% dengan diameter zona hambat sebesar 6,76
mm dan 6,69 mm yang menunjukkan bahwa hasil aktivitas antibakteri dalam
kategori sedang, artinya dalam konsentrasi terendah ekstrak kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) masih menunjukkan aktivitas yang cukup besar.
Pada penelitian ini digunakan antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol
positif, dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Kontrol positif pada bakteri
Salmonella typhi mampu menghambat dengan diameter zona hambat sebesar
32,33 mm dan pada bakteri Escherichia coli dengan diameter zona hambat
sebesar 32,16 mm. Penggunaan antibiotik kloramfenikol dipilih karena
kloramfenikol mempunyai mekanisme menghambat sintesis protein sel mikro.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit jeruk npis (Citrus aurantifolia)
dapat menghambat bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli. Namun,
dilihat dari hasil konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak kulit jeruk npis
(Citrus aurantifolia) lebih baik terhadap bakteri Escherichia coli dibandingkan
dengan bakteri Salmonella typhi.
7

Tabel 2. Hasil Pengamatan Diameter Zona Hambat Ekstrak Kulit Jeruk Npis
Terhadap Bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli

Jenis Konsentra Diameter Rata-rata Rerata Zona P-


Bakte si Zona Hambat (mm) Hambat ± SD Valu
ri Pengulangan (mm) e
I II III
0,7% 0 0 0 0,000±,000

1% 6,69 6,70 6,69 6,6923±,068

3% 6,73 6,74 6,74 6,7323±,064

5% 6,75 6,76 6,76 6,7557±,040

Salmo 8% 6,96 6,96 6,95 6,9563±,040


nella
thypi 0,000
10% 7,35 7,33 7,34 7,3380±,015

20% 8,43 8,44 8,43 8,4323±,025

40% 9,24 9,24 9,23 9,2347±,025

Kontrol 31,25 33,25 32,50 32,3333±,1,01


positif
Kontrol 0 0 0 0,000±,000
negatif
0,7% 0 0 0 0,000±,000

1% 6,77 6,76 6,77 6,7647±,025

3% 6,79 6,78 6,79 6,7807±,051

5% 6,80 6,80 6,80 6,7980±,036

Esche 8% 7,33 7,33 7,34 7,3330±,036 0,000


richia
coli
10% 7,66 7,66 7,67 7,6630±,036

20% 8,94 8,94 8,95 8,9413±,040

40% 10,33 10,23 10,23 10,2620±,056

Kontrol 31,75 32,25 32,50 32,1667±,381


positif
Kontrol 0 0 0 0,000±,000
negatif
8

Hasil analisa data menggunakan uji normalitas dengan menggunakan


Shapiro wilk menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari (P>0.05), yang
artinya setiap konsentrasi memiliki daya hambat yang terdistribusi normal.
Pada uji homogenitas, data daya hambat dan konsentrasi memiliki nilai
signifikan (P>0,05) maka dapat disimpulkan mempunyai varian yang sama.
Data daya hambat pada varisan perbandingan terdistribusi normal dan
memiliki hasil yang homogen, maka dilanjutkan analisis dengan
menggunakan ANOVA dengan menunjukkan nilai signifikan 0,000 <0,05,
yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi dari ekstrak
kulit jeruk npis (Citrus aurantifolia)
Setelah uji ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant
Differences). Hasil uji LSD menunjukan bahwa masing-masing konsentrasi
aktivitasnya sebanding dengan kontrol positif dengan nilai signifikan P<0,05
sehingga masing-masing konsentrasi memiliki pengaruh sebagai antibakteri.
Kontrol negatif dibandingkan dengan konsentrasi 0,7% menunjukan P>0,05
tidak terdapat perbedaan bermakna sehingga konsentrasi 0,7% tidak memiliki
sifat antibakteri. Konsentrasi 1% dibandingkan 3%, 5% dan 8% menunjukan
P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna sehingga
masing-masing konsentrasi memiliki pengaruh yang sama. Ada beberapa
yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada masing-
masing konsentrasi yaitu konsentrasi 3% dibandingkan 5%, 8% dan 10%
menunjukan P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
sehingga masing-masing konsentrasi memilik pengaruh yang sama.
Konsentrasi 5% dibandingkan 1% menunjukan P>0,05 yang artinya tidak
terdapat perbedaan yang bermakna sehingga masing-masing konsentrasi
memilik pengaruh yang sama. Konsentrasi 5% dibandingkan 8% dn 10%
menunjukan P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
sehingga masing-masing konsentrasi memilik pengaruh yang sama.
Konsentrasi 8% dibandingkan 10% menunjukan P>0,05 yang artinya tidak
terdapat perbedaan yang bermakna sehingga masing-masing konsentrasi
memilik pengaruh yang sama. Konsntrasi 20% dibandingkan 40%
menunjukan P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
sehingga masing-masing konsentrasi memilik pengaruh yang sama.
Berdasarkan pengujian zona hambat ekstrak kulit jeruk nipis dengan
beberapa konsentrasi
Ekstrak pada konsentrasi 40% memiliki aktivitas antibakteri kategori
kuat, sedangkan pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, 8%, 10% dan 20% memiliki
9

aktivitas antibakteri kategori sedang pada bakteri Salmonella typhi dan


Escherichia coli.

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penilitian ini adalah :
1. Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella thypi dan Escherichia coli.
2. Konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) diperoleh pada konsentrasi 1%.
3. Pada konsentrasi 0,7% ekstrak kulit jeruk nipis tidak memberikan zona
hambatan tehadap bakteri Salmonella thypi dan Escherichia coli.
4. Hasil uji One Way ANOVA menunjukan terdapat perbedaan antar
kelompok perlakuan baik pada bakteri Salmonella thypi maupun
Escherichia coli
10

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanti, R. D., Nailah, H., Muhlisin, A., Lutpiaatina, L.2018. Efektivitas Air
Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat
Pertumbuhan Escherichia coli. Jurnal skala kesehatan. Vol. 9, No.
2.
Politeknik Kesehatan Banjarmasin.

Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Kemenkes, R.I., 2011. Buku saku petugas kesehatan: Lintas diare. Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2, pp.4-11.

Misna, Diana, K. 2016. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah


(Allium cepaL.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
GALENIKA Journal of Pharmacy. 2(2): 138-144.

Pratiwi, D., Suswati, I., Abdullah,, M. 2013. Efek Antibakteri Ekstrak Kulit
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Salmonella Typhi Secara
In Vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Sa’adah, H, Nurhasnawati H, Permatasari V. 2017. Pengaruh Metode Ekstraksi


Terhadap Kadar Flavonoid Ekstrak Etanol Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L) Merr) Dengan Metode Spektrofotometri.
Jurnal Borneo Journal Of Pharmascientech. Vol 01 No. 01.

WHO, 2015 Resistensi Antibiotik, Jakarta: Pustaka.


11

You might also like