You are on page 1of 12

Volume 11, Nomor 2, November 2019, pp 199-210 Copyright © 2017

Jurnal Akuntansi Maranatha, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,


Universitas Kristen Maranatha. ISSN 2085-8698 | e-ISSN 2598-4977.
http://journal.maranatha.edu

Analisis Potensi Kecurangan Dalam Pengelolaan Keuangan


Desa (Studi: Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah)

Ismail Alfaruqi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Satya Wacana
(Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga)
232015047@student.uksw.edu

Ika Kristianti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Satya Wacana
(Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga)
ika.kristianti@staff.uksw.edu

Abstract
Indonesia Corruption Watch (ICW) found 154 corruption cases during 2015-2017, most of
them were corruption cases involving the village budget. The potential for fraud can be
detected by cheating triangle theory, namely pressure, opportunity and rationalization. The
purpose of this study is to identify potential fraud in village financial management. This
study uses a qualitative approach and the type of data used is primary data obtained directly
using interview techniques from the village financial management process conducted by the
Village Financial Management Technical Officer (PTPKD) Kesongo Village, Tuntang
District, Semarang Regency. The results of the study show that in the village financial
management in Kesongo Village there is potential for fraud including: the necessity to do
something; disciplinary behavior; feel that they are not detrimental to others and consider
mistakes to be natural and often occur. This study concluded that in Kesongo Village there
was potential for fraud in the process of village financial management.

Keywords: Village Financial Management, Village Apparatus, Potential for Fraud,


Control

Pendahuluan dari pertanggungjawaban,kemampuan dan


kinerja pemerintah desa dalam
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan melaksanakan proses pengelolaan keuangan
Belanja Desa (APBDes) memiliki peran desa. Pada realisasinya masyarakat sering
penting dalam kesuksesan pembangunan mengeluhkan proses alokasi anggaran yang
daerah. APBDes merupakan perwujudan tidak selaras dengan skala prioritas
kebutuhan dan hanya sedikit
199
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

merepresentasikan segi efektivitas, efisiensi tidak mengalami penurunan yang signifikan


dan ekonomi (Mardiasmo dalam terhitung setelah tiga tahun implementasi
Hehanussa, 2015). kebijakan pemerintah untuk mendukung
Indonesia Corruption Watch keuangan desa bersumber dari APBN.
(ICW, 2018) telah mengawasi tindakan Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan
korupsi yang terjadi di desa. Hasil pada bulan September 2016 tingkat angka
pemantauan ICW, pada tahun 2015 – 2017 kemiskinan melonjak sampai 27,76 juta
kasus tindak pidana korupsi di desa orang dan menjadi 27,77 juta orang pada
semakin meningkat. Kasus korupsi bulan Maret 2017.
mencapai 17 kasus pada tahun 2015 dan Fenomena penyalahgunaan
melonjak menjadi 41 kasus pada tahun keuangan desa menimbulkan kegundahan
2016. Peningkatan yang sangat signifikan bagi masyarakat dan pemerintah secara
terjadi di tahun 2017 dengan 96 kasus. umum, karena jika dianalisis lebih
Sehingga seluruh kasus korupsi yang mendalam sebenarnya pemerintah telah
teridentifikasi berjumlah 154 kasus. menetapkan berbagai aturan dan pedoman
Dari 154 kasus korupsi tersebut, terkait keuangan desa dengan harapan
tidak semuanya adalah kasus korupsi yang proses pelaksanaan pengelolaan keuangan
melibatkan APBDes. Jumlah kasus dengan desa dapat mudah dilaksanakan agar tidak
objek APBDes berjumlah 127 kasus, memunculkan kecurigaan dan bahkan
sementara berturut-turut terdapat 27 kasus menimbulkan potensi kecurangan dalam
dengan objek bukan anggaran desa atau pelaksanaannya. Tata kelola keuangan desa
total 18% dari jumlah kasus. Pemungutan yang efisien dan efektif dengan asas
liar yang dilakukan aparat desa merupakan akuntabilitas, transparansi dan partisipatif
kasus dengan objek selain APBDes. diharapkan dapat tercipta.
Sedangkan kasus terkait APBDes yang Proses dan tata cara penyusunan
dikorupsi terdiri dari korupsi Alokasi Dana APBDes yang diatur dalam Peraturan
Desa (ADD), Dana Desa, Kas Desa dan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
lain-lain. 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Bermacam-macam modus Keuangan Desa memberikan penjelasan
dilakukan oleh pelaku korupsi di seputar tanggung jawab yang berkaitan
pemerintahan desa, sebagian besar dengan pengelolaan keuangan desa di setiap
merupakan praktik penyalahgunaan aparat desa. Selain itu, status desa sebagai
anggaran sebanyak 51 kasus, 32 kasus pemerintahan masyarakat dan sarana untuk
penggelapan, laporan fiktif dengan 17 memajukan serta memberdayakan
kasus, kegiatan atau proyek fiktif 15 kasus masyarakat desa diperkuat dalam Undang –
dan sebanyak 14 kasus pembengkakkan Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
anggaran. Melonjaknya korupsi di sektor Desa. Sanjiwani (2015) mengungkapkan
desa menggambarkan catatan buruk yang bahwa otonomi daerah mampu
berkaitan eratdengan pembahasan evaluasi menyumbangkan keuntungan dengan
kebijakan pemerintah untuk desa. Seluruh meluruskan alokasi sumber daya cipta lewat
kasus korupsi tersebut mensyaratkan bahwa perpindahan menuju ke tingkat
desa yang diyakini menjadi bagian dari pengambilan keputusan pemerintah yang
pembangunan sampai detik ini menjadi lebih rendah.
ladang korupsi yang baru. Penelitian berkaitan dengan teori
APBDes yang dikorupsi dan kecurangan yang dilakukan oleh Suprajadi
disalahgunakan akan memberikan pengaruh dalam Putri & Wahyono (2018)
sangat negatif bagi harapan meningkatnya menyatakan bahwa penipuan (deception),
kesejahteraan masyarakat desa dan kepercayaan (confidence), tipu daya
pembangunan desa. Tingkat kemiskinan (trickery) dan strategi penyembunyian

200
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210

(concealment strategy) merupakan pihak terkait, diantaranya adalah aparat


komponen dari kecurangan. Kecakapan desa yang kurang pemahaman, pengetahuan
aparatur dan sistem pengendalian internal dan kemampuan dalam mengelola
sangat mempengaruhi pencegahan keuangan desa sehingga bermasalah dengan
kecurangan pengelolaan keuangan desa aparat hukum.
(Atmadja & Saputra, 2017). Rahman, Penelitian ini memiliki persoalan
Suwandi & Hamid (2016) serta Yulianah yaitu: apakah terjadi adanya potensi
(2015) melakukan penelitian terkait potensi kecurangan berkaitan dengan pengelolaan
penyalahgunaan pengelolaan keuangan keuangan desa di Desa Kesongo? Adapun
alokasi dana desa. Sedangkan hasil dari tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penelitian lain menunjukkan pengelolaan mengidentifikasi adanya potensi
keuangan desa di Indonesia memiliki kecurangan pengelolaan keuangan desa di
potensi kecurangan yang cukup Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang,
mengkhawatirkan di setiap prosesnya Kabupaten Semarang. Objek ini dipilih
(Walukow, Kalangi, & Piantik, 2017) serta karena pendapatan transfer dalam APBDes
(Seputro, Wahyuningsih, & Sunrowiyati, Desa Kesongo pada tahun 2018 berjumlah
2017). Penerapan pengelolaan keuangan Rp 1.652.129.000, -. Angka tersebut
desa di Indonesia merupakan program baru merupakan pendapatan transfer terbesar
pemerintah sebagai perwujudan otonomi kedua di antara desa – desa di Kecamatan
daerah, sehingga belum banyak penelitian Tuntang, Kabupaten Semarang setelah Desa
yang dilakukan terutama penelitian Candirejo. Sehingga dalam pelaksanaan
berkaitan dengan kecurangan pengelolaan operasional Desa Kesongo dimungkinkan
keuangan desa. terjadi penyalahgunaan maupun tindak
Seluruh desa-desa di Indonesia kecurangan yang dilakukan oleh pihak-
diharapkan dapat menerapkan aplikasi pihak pengelola keuangan desa tersebut
sistem keuangan desa (siskeudes) sebagai Penelitian diharapkan dapat
pengembangan teknologi untuk mencegah menganalisis potensi kecurangan pada
terjadinya kecurangan-kecurangan yang pengelolaan keuangan desa di Desa
tidak diinginkan. Aplikasi siskeudes Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
mengubah sistem pelaporan yang masih Semarang, serta menghindari terjadinya
manual dan kurang efektif menjadi penyalahgunaan dan tindak kecurangan
terotomatisasi dan lebih efektif. Desa oleh pihak-pihak pengelola keuangan desa.
Kesongo sudah menerapkan sistem yang Bagi Badan Pengawasan Keuangan
baru namun sistem lama atau manual masih Pembangunan (BPKP), penelitian memberi
tetap digunakan. Desa Kesongo yang kontribusi potensi kecurangan terhadap
terletak di Kecamatan Tuntang, Kabupaten penggunaan pengelolaan keuangan desa
Semarang ini merupakan salah satu desa dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
yang telah mampu menerapkan siskeudes pertanggungjawaban. Bagi civitas
dengan baik sejak awal tahun 2017. akademika akuntansi, penelitian memberi
Dari latar belakang kasus kajian di bidang auditing tentang potensi
penyalahgunaan pengelolaan keuangan desa kecurangan pada pengelolaan keuangan
yang semakin banyak, peneliti menganggap desa serta memberi pengetahuan lebih bagi
perlu adanya sebuah penelitian berkaitan masyarakat Desa Kesongo, Kecamatan
dengan potensi kecurangan di Desa Tuntang, Kabupaten Semarang mengenai
Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten potensi kecurangan pengelolaan keuangan
Semarang yang telah mampu menerapkan desa, sehingga masyarakat dapat ikut
Siskeudes sebagai instrumen pengelolaan mengawasi dan mencegah kecurangan
keuangan desa. Penelitian ini diharapkan pengelolaan keuangan desa.
mampu menurunkan rasa cemas pihak –

201
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

Kerangka Teoritis transparan, akuntabel partisipatif, serta


dilakukan dengan tata tertib dan disiplin
Desa dan Pemerintahan Desa anggaran. Pengelolaan keuangan desa,
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri dikelola dalam masa satu tahun anggaran
Nomor 113 Tahun 2014, desa dan desa adat yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
atau yang disebut dengan nama lain, dengan tanggal 31 Desember. Pengelolaan
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan keuangan desa tidak lepas dari Kepala Desa
masyarakat hukum yang memiliki batas dan perangkat Desa lainnya.
wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, Kecurangan
kepentingan masyarakat setempat Albrect, Alberct, Alberct dan Zimbelman
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal (2011) mendefinisikan fraud sebagai segala
usul dan/atau hak tradisional yang diakui cara yang dirancang oleh kecerdikan
dan dihormati dalam sistem pemerintahan manusia untuk merugikan orang lain
Negara Republik Indonesia. dengan penyajian yang tidak sesuai. Belum
Pengertian universal dari desa ada pedoman yang bersifat universal dalam
yaitu salah satu keadaan yang bersifat mendefinisikan fraud karena fraud
umum, terdapat di dunia ini, sebagai suatu merupakan kejutan, penipuan, kelicikan dan
komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas berbagai macam cara untuk mencurangi
tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun pihak lain. Kecurangan adalah
bagi pemenuhan kebutuhannya dan pembohongan yang menyebabkan
memiliki ketergantungan utama pada sektor keuntungan bagi pelaku tanpa disadari oleh
pertanian (Rahardjo dalam Abidin, 2015). korban yang dirugikan dan dilakukan
Menurut Peraturan Menteri Dalam dengan sengaja.
Negeri Nomor 113 tahun 2014, Tiga elemen kecurangan yang
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan diringkas oleh Cressey dalam Ratmono,
urusan pemerintahan dan kepentingan Diany & Purwanto (2017) biasanya
masyarakat setempat dalam sistem disajikan dalam diagram yang ditunjukkan
pemerintahan NKRI. Pemerintah Desa di bawah ini. Elemen atas diagram
adalah kepala desa atau sebutan lainnya mewakili tekanan atau motif untuk
dibantu perangkat desa sebagai unsur melakukan tindakan kecurangan sementara
peyelenggaraan pemerintah desa. dua elemen di bagian bawah adalah
kesempatan yang dan rasionalisasi (Wells,
Pengelolaan Keuangan Desa 2011). Selama bertahun-tahun, hipotesis
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri kecurangan yang dipicu oleh Cressey telah
Nomor 113 tahun 2014, keuangan desa dikenal sebagai teori segitiga kecurangan.
adalah semua hak dan kewajiban desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala Tekanan
sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa. Pengelolaan Keuangan
Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan Kesempatan Rasionalisasi
pertanggungjawaban keuangan desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Tekanan atau insentif yang
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang dirasakan terkait dengan motivasi yang
Pengelolaan Keuangan Desa. Keuangan mengarah pada tindakan non-etis.
desa dikelola berdasarkan asas-asas Bermacam – macam jenis tekanan yang

202
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210

dapat mendorong tindakan menyimpang (KASI) yaitu KASI Pemerintahan, KASI


dihadapi oleh seluruh pelaku. Penelitian Kesejahteraan dan KASI Pelayanan. Aparat
Lister (2007) mengungkapkan faktor yang desa tersebut akan menjawab pertanyaan-
paling relevan dalam melakukan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
penyelewengan adalah tekanan. Unsur Pertanyaan berupa pertanyaan
penting terjadinya kecurangan yang kedua terbuka terkait pengelolaan keuangan desa
adalah kesempatan. Kesempatan terjadi dan aspek kecurangan yang terjadi di
karena tidak efektifnya sistem pengendalian dalamnya. Pada pengelolaan keuangan
yang menyebabkan tindak kecurangan oleh desa, pertanyaan yang diajukan berupa
seseorang. Suatu individu akan bagaimana prosedur pengelolaan dana desa
menggunakan kesempatan yang ada sebaik serta hal-hal apa saja yang dilaporkan
mungkin (Kelly & Hartley, 2010). dalam pengelolaan keuangan desa.
Rasionalisasi merupakan unsur Sedangkan dalam aspek kecurangan,
ketiga dalam segitiga kecurangan. Pelaku pertanyaan yang diajukan mengenai
harus memperkuat bahwa tindakan non-etis indikator-indikator dari konsep segitiga
yang dilakukannya merupakan hal benar kecurangan meliputi tekanan, kesempatan
yang dapat diterima secara umum. dan rasionalisasi yang mendorong
Rasionalisasi mengarah ke argumen bahwa terjadinya tindakan kecurangan serta
tindakan non-etis yang dilakukan bukanlah penyelewengan pengelolaan keuangan desa.
aksi kejahatan. Tidak mudah untuk
mendeteksi rasionalisasi, karena apa yang Objek Penelitian
ada di dalam pikiran pelaku mustahil untuk Penelitian ini menggunakan objek
dibaca (Ratmono, Diany, & Purwanto, pengelolaan keuangan desa oleh aparat desa
2017). Pelaku kecurangan memiliki pola Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang,
berpikir masing-masing yang membuat Kabupaten Semarang.
tindakan mereka benar dan dapat dimaafkan
(Hooper & Pornelli, 2014) Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer
yang didapatkan langsung dari sumber
Metode Penelitian otentik berupa pendapat seorang atau lebih
individu. Data didapatkan secara langsung
Desain Penelitian dari Pelaksana Teknis Pengelolaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Keuangan Desa (PTPKD) Desa Kesongo,
kualitatif, untuk mengeksplorasi fenomena Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
atau gejala sosial yang terjadi. Penelitian ini Koordinator PTPKD merupakan
merupakan penelitian deskriptif dengan narasumber utama dalam penelitian ini.
metode observasi dan wawancara Narasumber dipilih sebagai sumber data
mendalam (indepth interview), untuk berdasarkan peran serta dalam pengolahan
memberi gambaran potensi kecurangan keuangan desa, kelengkapan keterangan dan
dalam pengelolaan dana desa. Narasumber keakuratan informasi yang diberikan.
penelitian adalah Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) atau Teknik Pengumpulan Data
aparat desa yang bertanggung jawab pada Teknik wawancara dan observasi digunakan
pengelolaan dana desa di Desa Kesongo untuk mendapatkan data dalam penelitian
yang berjumlah enam orang sesuai dengan ini. Wawancara langsung dan observasi
surat keputusan tahun 2018. PTPKD terdiri dengan PTPKD serta proses pengelolaan
dari satu Kepala Desa, satu Sekretaris Desa, keuangan desa Desa Kesongo untuk
satu Bendahara Desa atau Kepala Urusan mendapatkan kebutuhan data:
(KAUR) Keuangan, tiga Kepala Seksi
203
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

1. Data tentang gambaran umum Desa dari 7 Dusun, 8 RW dan 47 RT. 7 dusun
Kesongo, Kecamatan Tuntang, yang tergabung dalam Desa Kesongo yaitu
Kabupaten Semarang. Dusun Krajan, Dusun Ngentaksari, Dusun
2. Data tentang Pelaksana Teknis Kesongkor, Dusun Ngreco, Dusun
Pengelolaan Keuangan Desa Sejambu, Dusun Widoro dan Dusun
(PTPKD). Banjaran. Berdasarkan Sistem Terpadu
3. Data tentang pengelolaan keuangan Administrasi Data Desa (SMART DESA)
desa. total jumlah penduduk 8.184 jiwa yang
4. Data tentang prosedur pengelolaan terdiri dari penduduk berjenis kelamin
keuangan desa. perempuan 4.122 jiwa, laki-laki 4.062 jiwa
5. Data tentang potensi kecurangan dengan kepala keluarga 2.179.
dalam pengelolaan keuangan desa. Struktur organisasi Desa Kesongo,
terdiri dari Kepala Pemerintahan Desa yang
Teknik Analisis
dipimpin oleh seorang Kepala Desa dibantu
Penelitian menggunakan data primer yang
oleh Sekretaris Desa yang bertugas
diperoleh dengan menggunakan teknik
membantu Kepala Desa dalam bidang
wawancara dan observasi. Penelitian ini
administrasi pemerintahan. Sekretaris Desa
menggunakan teknik analisis deskriptif
membawahi Kepala Urusan (Kaur) Umum
kualitatif, yaitu memberi gambaran dan
dan Perencanaan serta Bendahara Desa
deskripsi mengenai karakteristik
sebagai Kaur Keuangan yang mengurusi
narasumber. Penelitian dimulai dari peneliti
administrasi keuangan. Selain itu terdapat
mengajukan pertanyaan terbuka kepada
juga 3 (tiga) Kepala Seksi (Kasi) yang
narasumber. Setelah dilakukan analisis data,
terdiri dari Kasi Pemerintahan yang
hasil jawaban narasumber diolah dan
melaksanakan manajemen tata
disajikan dalam bentuk data. Pertanyaan
pemerintahan, Kasi Kesejahteraan yang
terbuka dalam wawancara digunakan untuk
melaksanakan pembangunan sarana dan
menggali informasi lebih dalam tentang
prasarana pedesaan serta Kasi Pelayanan
pengelolaan keuangan desa, serta potensi
yang melaksanakan penyuluhan dan
kecurangan yang terjadi di dalamnya.
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan
kewajiban masyarakat. Untuk menunjang
Hasil Penelitian dan Pembahasan kegiatan operasional dan pelaksanaan
monitoring pelaksanaan kegiatan dan
Gambaran Umum Desa Kesongo, keuangan, Desa Kesongo diawasi oleh
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Semarang
Desa Kesongo merupakan salah satu desa Potensi Kecurangan
yang terletak di Kecamatan Tuntang, Potensi kecurangan yang dapat ditemukan
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dalam proses pembangunan dan
Indonesia. Batas wilayah geografis Desa penyusunan pelaporan keuangan misalnya
Kesongo di sebelah timur terdapat Desa pemalsuan, manipulasi data atau mengubah
Watuagung, sebelah selatan Desa dokumen-dokumen pendukung dalam
Candirejo, sebelah barat berbatasan dengan menyusun laporan keuangan. Dalam
Rawa Pening dan utara berbatasan dengan mengelola keuangan, aparat desa harus
Desa Lopait. Desa Kesongo mempunyai membuat pelaporan yang harus dilaporkan
tanah yang cukup subur dan hawa yang sesuai dengan tenggat waktu. Konsekuensi
sejuk. Luas wilayah Desa Kesongo, yang didapatkan jika pengelolaan keuangan
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang desa tidak dilakukan sesuai dengan
secara keseluruhan sebesar 426,428 Ha. prosedur adalah timbulnya masalah seperti
Secara administratif, Desa Kesongo terdiri penyusunan APBD Desa tahun berikutnya
204
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210

akan terhambat. Hal ini sesuai yang mengeluarkan uang berapa, yang
diungkapkan oleh narasumber, belum ter SPJ itu apa, saya harus
tahu. Saya tahu aliran dana dari
“Ya, untuk SPJ APBDes maksimal laporan bendahara, dari bendahara
tanggal 10 Januari tahun berikutnya, baru saya tanyakan kepada kasir
setelah SPJ selesai, terdapat secara rinci.”
pengumpulan data awal yang disebut
LRA. Jika ada salah satu kegiatan Kelalaian aparat desa dalam melaksanakan
yang belum selesai SPJ, maka LRA pengelolaan keuangan desa dapat
tidak bisa dicetak dan belum bisa merugikan pihak lain. Salah satu pihak
disampaikan ke BPK. LRA yang belum yang dirugikan karena terjadi sebuah
tercetak akan mengganggu siklus kelalaian oleh aparat desa adalah kelompok
pengelolaan keuangan desa seperti masyarakat. Dana kelompok masyarakat
penyusunan APBDes tahun
berikutnya.”
digunakan untuk menutupi pungutan pajak.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Kesempatan untuk melakukan kecurangan narasumber,
dapat timbul karena adanya celah dalam
“Temuan terakhir kami hanya
lemahnya pengendalian untuk mencegah masalah salah persepsi saya tentang
dan mendeteksi pelanggaran. Desa pemungutan pajak yang kemarin
Kesongo memiliki SOP seperti jadwal menjadi laporan hasil pemeriksaan
pelayanan kantor dan pemisahan tugas oleh APIP karena kita tidak tahu cara
yang sudah ditetapkan oleh Peraturan pemungutan pajak yang benar, kita
Bupati sehingga dapat mencegah terjadinya dapat uang untuk menutupi PPN dari
kecurangan. SOP tersebut telah dijalankan dana kelompok masyarakat atau
walaupun belum dipenuhi secara TPK.”
menyeluruh. Hal ini sesuai yang Kecurangan dapat timbul karena kesalahan
diungkapkan oleh narasumber, atau pelanggaran tersebut merupakan hal
“Terdapat regulasi pelayanan jam yang biasa dan sering terjadi. Desa
kantor pemerintahan desa dari Surat Kesongo menganggap bahwa kesalahan
Edaran Bupati yaitu jam 08:00 sampai dalam administrasi adalah hal yang wajar.
jam 15:00 setiap hari Senin sampai Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
dengan Kamis dan jam 08:00 sampai narasumber,
jam 11:30 untuk hari Jumat, terkait
presensi teman – teman memang kita “Kalau masalah administrasi itu
kadang kontrolnya belum begitu kuat. barang lumrah, orang lupa misalkan
Mau kaku dengan aturan juga tidak sudah dibuatkan SPJ tapi kebetulan
bisa, misalkan teman – teman hadir salah penempatan atau salah buku
08:30 atau jam 09:00 itu betul hingga hilang itu barang lumrah.”
datangnya jam saat itu tetapi secara
Pengendalian internal yang baik dapat
aturan kan tidak sesuai Surat Edaran
Bupati. Jadi SEB jam 8-15 itu ya kita mencegah terjadinya potensi kecurangan.
penuhi tetapi belum semua itu Pemberian sanksi terhadap tindakan yang
memenuhi.” menyimpang merupakan salah satu contoh
pencegahan kecurangan. Pimpinan Desa
Sekretaris Desa selaku koordinator PTPKD Kesongo akan memberikan sanksi terhadap
melakukan pemeriksaan di setiap pekerjaan perilaku menyimpang. Hal ini sesuai
PTPKD walaupun tidak diperiksa secara dengan yang diungkapkan narasumber,
menyeluruh. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh narasumber, “Tahapan dari teguran lisan 123,
tertulis 123 sampai SP 123 itu ada
“Tidak tahu sepenuhnya tetapi sampai ketentuan ketentuannya, yang paling
75% telah saya crosscheck beberapa fatal itu menyangkut masalah
sampel. Misal bulan ini, saya sudah keuangan, pencemaran nama baik
205
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

desa, atau mungkin YBS terkena Desa Kesongo memiliki


perkara pidana itu sudah masuk pengendalian internal yang cenderung
perintah pelanggaran - pelanggaran masih kurang untuk mencegah upaya
berat.” penyimpangan atau pelanggaran oleh
Dari hasil wawancara tersebut dapat PTPKD. Selain itu, koordinator PTPKD
diketahui bahwa pernyataan para belum melakukan pemeriksaan terhadap
narasumber mengindikasikan adanya proses pengelolaan keuangan desa yang
potensi kecurangan seperti keharusan untuk dilakukan oleh Kasi dan Kaur di bawahnya
melakukan sesuatu, indisipliner, kelalaian secara menyeluruh. Pengendalian internal
terhadap pembayaran pungutan pajak yang yang lemah dan pemeriksaan yang kurang
merasa tidak merugikan pihak lain dan untuk mencegah dan mendeteksi tindakan
menganggap kesalahan adalah hal yang kecurangan dapat timbul peluang yang luas
wajar dan sering terjadi. Di samping itu, bagi aparat desa untuk melancarkan aksi
aparat Desa Kesongo memiliki kecurangan. Dengan adanya struktur
pengendalian internal yang baik untuk pengendalian internal yang kuat, aktivitas
mencegah tindakan kecurangan dan pengendalian yang optimal dan peran
kepercayaan bahwa sampai saat ini tidak internal audit yang efektif akan dapat
ada niat untuk melakukan tindakan mencegah kecurangan (Kartini, 2018).
kecurangan. Oleh karena itu, aparat Desa Tindakan indisipliner adalah salah
Kesongo bekerja dengan bersih tanpa satu potensi kecurangan yang terdapat
adanya tindakan menyimpang atau dalam proses pelaksanaan pengelolaan
kecurangan, hal ini dibuktikan dengan keuangan desa. Indisipliner yang dimaksud
prestasi yang didapatkan berupa Juara adalah aparat desa melakukan
Harapan II Desa Hebat di Kabupaten penyimpangan aturan dari Surat Edaran
Semarang. Bupati (SEB). Aturan tersebut ada namun
tidak dijalankan sepenuhnya oleh aparat
Pembahasan desa karena absensi kantor Desa Kesongo
Berdasarkan hasil penelitian yang telah masih menggunakan absensi manual.
dilakukan di Desa Kesongo, Kecamatan Potensi kecurangan tersebut muncul dari
Tuntang, Kabupaten Semarang, terdapat kurangnya upaya pengendalian yang
potensi kecurangan dalam proses diterapkan oleh aparat Desa Kesongo. Hal
pengelolaan keuangan desa. Potensi ini selaras dengan penelitian Albrecht et al.
kecurangan tersebut dapat timbul karena (2012) timbulnya kesempatan disebabkan
faktor tekanan yang dirasakan, kesempatan karena pengendalian untuk mencegah upaya
dan rasionalisasi. Ketiga faktor potensi penyimpangan yang kurang. Upaya
kecurangan tersebut berkaitan dengan pengendalian yang tepat untuk dilakukan
keharusan PTPKD untuk melakukan adalah dengan menggunakan sistem absensi
sesuatu, melakukan tindakan indisipliner, finger print. Penelitian Lahinta, Sudirman,
merasa tidak ada pihak yang dirugikan & Kadri (2018) membuktikan bahwa sistem
dalam melakukan kelalaian dan absensi finger print dapat meningkatkan
membenarkan kesalahan yang sering tingkat kedisiplinan pegawai secara
terjadi. Sementara itu aparat Desa Kesongo, signifikan dari 7,5% menjadi 88,1%. Selain
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang itu diperlukan pengendalian berupa
mempunyai pencegahan tindak kecurangan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)
berupa sanksi teguran sampai hukum untuk mematuhi SOP Kepegawaian
pidana dan mereka yakin bahwa sampai (Mujennah & Artinah, 2018).
saat ini tidak ada niat untuk melakukan Hasil dari wawancara yang
tindakan kecurangan dalam pengelolaan dilakukan di Desa Kesongo menunjukkan
keuangan desa. bahwa terdapat potensi kecurangan di mana

206
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210

kesalahan dianggap wajar dan sering terjadi tersebut menggunakan dana dari kelompok
di lingkup internal aparat desa. Potensi masyarakat. Hal ini tentunya tidak sesuai
kecurangan tersebut timbul karena sifat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
rasionalisasi pelaku yang menganggap No. 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
wajar kesalahan dan pengawasan yang Keuangan Desa, seluruh pungutan pajak
kurang. Pelaku kecurangan melakukan wajib disetorkan ke rekening kas negara
kecurangan karena sikap mereka yang sesuai dengan ketentuan peraturan
menganggap wajar terhadap kecurangan perundang-undangan oleh Kaur Keuangan.
yang mereka lakukan (Kurniawan, 2013). Koordinator PTPKD seharusnya
Kecurangan yang dilakukan di lingkup memberikan pengendalian internal berupa
internal yang pengawasannya kurang pembinaan lebih intensif terhadap aparat
memiliki kecenderungan tinggi untuk desa yang kurang paham mengenai aturan
melakukan kecurangan lebih dari satu kali terkait pengelolaan keuangan desa dan
(Suprajadi dalam Udayani & Sari, 2017). menyiapkan dana penambahan agar tidak
Potensi kecurangan tersebut terjadi dalam merugikan pihak lain. Hal ini senada
tahap pertanggungjawaban pengelolaan dengan penelitian Hermawan (2017) di
keuangan desa. Kesalahan yang sering mana aparat desa yang kurang paham
terjadi dan dianggap wajar adalah kesalahan aturan pembayaran pajak sebesar 6% dapat
dalam hal administratif seperti penyusunan dicegah dengan meningkatkan pengetahuan
laporan pertanggungjawaban (LPJ) yang SDM serta melengkapi sarana penunjang
salah dan dokumen pendukung laporan sosialisasi dan penambahan dana.
yang kurang. Hal ini tidak dibenarkan Selain itu, potensi kecurangan
dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No. yang terdapat di Desa Kesongo adalah
20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan tekanan yang dirasakan dari keharusan
Keuangan Desa, di mana lampiran atau untuk melakukan sesuatu. Seorang individu
dokumen-dokumen pendukung harus akan merasakan tekanan yang besar dari
disertakan sesuai Peraturan Menteri. paksaan atau keharusan untuk
Pengendalian untuk mencegah potensi menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin
kecurangan ini adalah dengan (Cizex, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil
meningkatkan nilai moral dan etika dari penelitian yang menunjukkan bahwa aparat
seluruh aparat desa agar lebih berintegritas. desa diharuskan untuk menyusun laporan
Aparat desa diharapkan dapat memiliki sesuai dengan prosedur. Prosedur yang
integritas yang baik dan tidak membenarkan dimaksud adalah Peraturan Menteri Dalam
tindakan kecurangan yang dilakukan Negeri No. 20 Tahun 2018 tentang
dengan perubahan moral dan etika yang Pengelolaan Keuangan Desa. Aparat desa
meningkat (Aksa, 2018). diharuskan untuk mematuhi prosedur
Potensi kecurangan selanjutnya tersebut seperti menyusun laporan
adalah kelalaian yang secara tidak sadar pertanggungjawaban sesuai tenggat waktu,
dilakukan oleh aparat desa akan merugikan sehingga menyebabkan timbulnya
pihak lain. Kecurangan cenderung terjadi kecurangan seperti menggunakan dokumen
karena sikap pelaku yang melakukan pendukung yang palsu untuk segera
kesalahan sembari merugikan pihak lain menyelesaikan laporan sesuai pada waktu
atau organisasi (Rosyadi, Soebagyo, & yang sudah ditentukan. Dampak dari LPJ
Suyatmin, 2016). Pada tahap pelaksanaan yang tidak tepat waktu adalah terhambatnya
pengelolaan keuangan desa oleh Kaur proses penyusunan APBDes tahun
Keuangan, beliau lalai dalam pembayaran berikutnya. Pengendalian yang baik untuk
pajak karena kurang paham mengenai mencegah potensi kecurangan tersebut
pembayaran pajak sehingga aparat desa adalah dengan menghilangkan tekanan itu
harus menutupi kekurangan pembayaran sendiri dengan menegakkan aturan hukum.

207
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

Pemberian sanksi atau hukuman atas Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang


pemalsuan dokumen, penundaan gaji dan terdapat potensi kecurangan dalam
sanksi lainnya sesuai ketentuan peraturan pengelolaan keuangan desa. Indikator-
perundang-undangan yang berlaku dapat indikatornya adalah: pelaku kecurangan
mencegah tekanan yang menimbulkan menganggap wajar atas kesalahan yang
kecurangan (Aksa, 2018). dilakukan dan sering mengulangi kesalahan
Penelitian Wijayanti & Hanafi tersebut; merasa tidak ada pihak yang
(2018) menunjukkan keharusan pihak dirugikan; keharusan untuk melakukan
pimpinan aparat desa untuk melakukan sesuatu; dan tindakan indisipliner. Selain
pembinaan dalam peningkatan moralitas itu, pengendalian yang baik diperlukan
diri dan mempertegas peraturan untuk guna mencegah terjadinya potensi
mencegah terjadinya fraud. Hal ini sesuai kecurangan dalam pengelolaan keuangan
dengan upaya aparat desa untuk mencegah desa.
dan mendeteksi kecurangan dalam
pengelolaan keuangan desa, aparat Desa Keterbatasan
Kesongo bertindak tegas terhadap perilaku Topik penelitian yang cukup sensitif ini
menyimpang dengan pemberian sanksi dapat menimbulkan hasil wawancara dari
berupa teguran lisan, teguran tertulis, surat narasumber yang tidak mencerminkan
peringatan dan apabila terjadi kesalahan keadaan yang sebenarnya. Objek penelitian
yang fatal seperti masalah keuangan dan masih sebatas aparat Desa Kesongo secara
pencemaran nama baik desa maka akan internal, belum melibatkan masyarakat desa
diberi hukuman pidana. Meskipun absensi dan lembaga yang lebih tinggi sebagai
masih manual dan aturan SEB tidak pihak eksternal pemerintahan Desa
dilaksanakan secara kaku, pimpinan Desa Kesongo.
Kesongo percaya bahwa tidak ada niat
aparat PTPKD untuk melakukan tindakan Saran
kecurangan. Penelitian selanjutnya diharapkan peneliti
untuk lebih melibatkan narasumber selain
aparat desa untuk memberikan informasi
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
Simpulan dan Saran seperti masyarakat, inspektorat dan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Simpulan
Penelitian ini mengidentifikasi potensi Implikasi
kecurangan yang terdapat dalam proses Hasil dari penelitian ini dapat digunakan
pengelolaan keuangan desa. Potensi pemerintah desa untuk mengetahui potensi
kecurangan diidentifikasi menggunakan kecurangan dan mengidentifikasi mengenai
teori segitiga kecurangan yakni tekanan, tindakan kecurangan oleh aparat desa yang
kesempatan dan rasionalisasi. Dari teori dapat terjadi pada pengelolaan keuangan
segitiga kecurangan tersebut selanjutnya desa. Penelitian ini juga dapat digunakan
dijabarkan menjadi indikator-indikator yang sebagai bahan evaluasi atas pengelolaan
akan digunakan untuk mengidentifikasi keuangan baik bagi Pemerintahan Desa
setiap proses pengelolaan keuangan desa Kesongo, masyarakat desa, lembaga -
yang terdiri dari proses perencanaan, lembaga terkait dan Badan Pengawasan
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) agar
pertanggungjawaban. dapat memperkecil bahkan mencegah
Penelitian yang telah dilakukan potensi kecurangan yang mungkin akan
mengenai potensi kecurangan dalam terjadi.
pengelolaan keuangan desa ini
menyimpulkan bahwa pada Desa Kesongo,
208
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210

Daftar Pustaka Kelly, P., & Hartley, C. A. (2010). Casino


gambling and workplace fraud: a
Abidin, M. Z. (2015). Tinjauan Atas cautionary tale for managers.
Pelaksanaan Keuangan Desa Management Research Review,
Dalam Mendukung Kebijakan 224-239.
Dana Desa. JUrnal Ekonomi & Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Kebijakan Publik Vol. 6 No.1, 61- (2014). Permendagri No 113
76. Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Albrecht et. al. (2012). Fraud Examination. Keuangan Desa. Jakarta.
USA: Chengange Learning. Putri, E., & Wahyono. (2018). Pengaruh
Albrect, W. S., Albrect, C. C., Albrect, C. Moralitas Individu, Asimetri
O., & Zimbelman, M. F. (2011). Informasi, Efektivitas
Fraud Examination. USA: South- Pengendalian Internal, dan
Western Cengage Learning. Keadilan Organisasi Terhadap
Atmadja, A. T., & Saputra, A. K. (2017). Kecenderungan Kecurangan
Pencegahan Fraud Dalam (Fraud) Akuntansi (Studi Empiris
Pengelolaan Keuangan Desa. pada Badan Usaha Milik Daerah
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Kota Surakarta). Jurnal Akuntansi
Bisnis, Vol. 12. Syariah Volume 1 Nomor 2, 233-
Hehanussa, S. (2015). Pengaruh Penyajian 244.
Laporan Keuangan Daerah dan Rahman, M. A., Suwandi, M., & Hamid, A.
aksesibilitas Laporan Keuangan (2016). Transparansi dan
Daerah Terhadap Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
akuntabilitas Pengelolaan keuangan alokasi dana desa
Keuangan Daerah Kota Ambon. (ADD) dalam pencapaian good
Jurnal Unissula Vol. 2 No. 1, 82- governance (Studi Empiris di
90. Kecamatan Bontomarannu
Hooper, M. J., & Pornelli, C. M. (2014, Kabupaten Gowa). Jurnal
August 2). Deterring and detecting Manajemen Ide Dan Inspirasi.
financial fraud: A platform for Ratmono, D., Diany, Y. A., & Purwanto, A.
action. Retrieved from The Center (2017). DAPATKAH TEORI
for Audit Quality | AFFILIATED FRAUD TRIANGLE
WITH THE AMERICAN MENJELASKAN
INSTITUTE OF CPAS: KECURANGAN DALAM
http://www.thecaq.org/docs/report LAPORAN KEUANGAN? Jurnal
s-and-publications/deterring-and- Akuntansi dan Auditing Volume
detecting-financial-reporting- 14/No. 2, 100-117.
fraud-a-platform-for-action.pdf? Sanjiwani. (2015). Akuntabilitas
ICW. (2018, February 5). Outlook Dana Pengelolaan Dana Desa (Studi
Desa 2018 Potensi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Penyalahgunaan Anggaran Desa Desa di Kecamatan Kalisat
di Tahun Politik. Retrieved from Kanupaten Jember Tahun 2013).
Antikorupsi | Indonesia Corruption Jurnal Akuntansi Universitas
Watch: Jember, 1-6.
https://antikorupsi.org/id/news/outl Schuchter, A., & Levi, M. (2016). The
ook-dana-desa-2018-potensi- Fraud Triangle Revisited. Security
penyalahgunaan-anggaran-desa-di- Journal, 107-121.
tahun-politik Seputro, H. Y., Wahyuningsih, S. D., &
Sunrowiyati, S. (2017). Potensi

209
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210

Fraud dan Strategi Anti Fraud


Pengelolaan Keuangan Desa.
Jurnal Penelitian Teori Dan
Terapan Akuntansi, 79-93.
Tjahjono, S., & dkk. (2013). Business
Crimes And Ethics, Konsep Dan
Studi Kasus Fraud Di Indonesia
Dan Global. Yogyakarta: ANDI.
Udayani, F., & Sari, R. (2017). Pengaruh
Pengendalian Internal dan
Moralitas Individu pada
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.18.3,
1774-1779.
Walukow, M. I., Kalangi, L., & Piantik, S.
(2017). Analisis perencanaan
pengelolaan keuangan desa sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 113 tahun 2014 di
Desa Kauneran Kecamatan Sonder
Kabupaten Minahasa. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern, 266-
275.
Wells, J. T. (2011). Corporate Fraud
Handbook: Prevention and
Detection: 3rd Edition. Hoboken,
New Jersey: John Wiley & Sons
Inc.
Yeni. (2011). Persepsi Mahasiswa
Akuntansi Universitas Bina
Nusantara Terhadap Fraudulent
Financial. Tesis S1 Tidak
Dipublikasikan, Universitas Bina
Nusantara, Jakarta.
Yulianah, Y. (2015). Potensi
penyelewengan alokasi dana desa
dikaji menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 37 tahun
2007 tentang pengelolaan
keuangan desa. Jurnal Hukum
Mimbar Justitia, 608–627.

210

You might also like