Professional Documents
Culture Documents
Ismail Alfaruqi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Satya Wacana
(Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga)
232015047@student.uksw.edu
Ika Kristianti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Satya Wacana
(Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga)
ika.kristianti@staff.uksw.edu
Abstract
Indonesia Corruption Watch (ICW) found 154 corruption cases during 2015-2017, most of
them were corruption cases involving the village budget. The potential for fraud can be
detected by cheating triangle theory, namely pressure, opportunity and rationalization. The
purpose of this study is to identify potential fraud in village financial management. This
study uses a qualitative approach and the type of data used is primary data obtained directly
using interview techniques from the village financial management process conducted by the
Village Financial Management Technical Officer (PTPKD) Kesongo Village, Tuntang
District, Semarang Regency. The results of the study show that in the village financial
management in Kesongo Village there is potential for fraud including: the necessity to do
something; disciplinary behavior; feel that they are not detrimental to others and consider
mistakes to be natural and often occur. This study concluded that in Kesongo Village there
was potential for fraud in the process of village financial management.
200
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210
201
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210
202
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210
1. Data tentang gambaran umum Desa dari 7 Dusun, 8 RW dan 47 RT. 7 dusun
Kesongo, Kecamatan Tuntang, yang tergabung dalam Desa Kesongo yaitu
Kabupaten Semarang. Dusun Krajan, Dusun Ngentaksari, Dusun
2. Data tentang Pelaksana Teknis Kesongkor, Dusun Ngreco, Dusun
Pengelolaan Keuangan Desa Sejambu, Dusun Widoro dan Dusun
(PTPKD). Banjaran. Berdasarkan Sistem Terpadu
3. Data tentang pengelolaan keuangan Administrasi Data Desa (SMART DESA)
desa. total jumlah penduduk 8.184 jiwa yang
4. Data tentang prosedur pengelolaan terdiri dari penduduk berjenis kelamin
keuangan desa. perempuan 4.122 jiwa, laki-laki 4.062 jiwa
5. Data tentang potensi kecurangan dengan kepala keluarga 2.179.
dalam pengelolaan keuangan desa. Struktur organisasi Desa Kesongo,
terdiri dari Kepala Pemerintahan Desa yang
Teknik Analisis
dipimpin oleh seorang Kepala Desa dibantu
Penelitian menggunakan data primer yang
oleh Sekretaris Desa yang bertugas
diperoleh dengan menggunakan teknik
membantu Kepala Desa dalam bidang
wawancara dan observasi. Penelitian ini
administrasi pemerintahan. Sekretaris Desa
menggunakan teknik analisis deskriptif
membawahi Kepala Urusan (Kaur) Umum
kualitatif, yaitu memberi gambaran dan
dan Perencanaan serta Bendahara Desa
deskripsi mengenai karakteristik
sebagai Kaur Keuangan yang mengurusi
narasumber. Penelitian dimulai dari peneliti
administrasi keuangan. Selain itu terdapat
mengajukan pertanyaan terbuka kepada
juga 3 (tiga) Kepala Seksi (Kasi) yang
narasumber. Setelah dilakukan analisis data,
terdiri dari Kasi Pemerintahan yang
hasil jawaban narasumber diolah dan
melaksanakan manajemen tata
disajikan dalam bentuk data. Pertanyaan
pemerintahan, Kasi Kesejahteraan yang
terbuka dalam wawancara digunakan untuk
melaksanakan pembangunan sarana dan
menggali informasi lebih dalam tentang
prasarana pedesaan serta Kasi Pelayanan
pengelolaan keuangan desa, serta potensi
yang melaksanakan penyuluhan dan
kecurangan yang terjadi di dalamnya.
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan
kewajiban masyarakat. Untuk menunjang
Hasil Penelitian dan Pembahasan kegiatan operasional dan pelaksanaan
monitoring pelaksanaan kegiatan dan
Gambaran Umum Desa Kesongo, keuangan, Desa Kesongo diawasi oleh
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Semarang
Desa Kesongo merupakan salah satu desa Potensi Kecurangan
yang terletak di Kecamatan Tuntang, Potensi kecurangan yang dapat ditemukan
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dalam proses pembangunan dan
Indonesia. Batas wilayah geografis Desa penyusunan pelaporan keuangan misalnya
Kesongo di sebelah timur terdapat Desa pemalsuan, manipulasi data atau mengubah
Watuagung, sebelah selatan Desa dokumen-dokumen pendukung dalam
Candirejo, sebelah barat berbatasan dengan menyusun laporan keuangan. Dalam
Rawa Pening dan utara berbatasan dengan mengelola keuangan, aparat desa harus
Desa Lopait. Desa Kesongo mempunyai membuat pelaporan yang harus dilaporkan
tanah yang cukup subur dan hawa yang sesuai dengan tenggat waktu. Konsekuensi
sejuk. Luas wilayah Desa Kesongo, yang didapatkan jika pengelolaan keuangan
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang desa tidak dilakukan sesuai dengan
secara keseluruhan sebesar 426,428 Ha. prosedur adalah timbulnya masalah seperti
Secara administratif, Desa Kesongo terdiri penyusunan APBD Desa tahun berikutnya
204
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210
akan terhambat. Hal ini sesuai yang mengeluarkan uang berapa, yang
diungkapkan oleh narasumber, belum ter SPJ itu apa, saya harus
tahu. Saya tahu aliran dana dari
“Ya, untuk SPJ APBDes maksimal laporan bendahara, dari bendahara
tanggal 10 Januari tahun berikutnya, baru saya tanyakan kepada kasir
setelah SPJ selesai, terdapat secara rinci.”
pengumpulan data awal yang disebut
LRA. Jika ada salah satu kegiatan Kelalaian aparat desa dalam melaksanakan
yang belum selesai SPJ, maka LRA pengelolaan keuangan desa dapat
tidak bisa dicetak dan belum bisa merugikan pihak lain. Salah satu pihak
disampaikan ke BPK. LRA yang belum yang dirugikan karena terjadi sebuah
tercetak akan mengganggu siklus kelalaian oleh aparat desa adalah kelompok
pengelolaan keuangan desa seperti masyarakat. Dana kelompok masyarakat
penyusunan APBDes tahun
berikutnya.”
digunakan untuk menutupi pungutan pajak.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Kesempatan untuk melakukan kecurangan narasumber,
dapat timbul karena adanya celah dalam
“Temuan terakhir kami hanya
lemahnya pengendalian untuk mencegah masalah salah persepsi saya tentang
dan mendeteksi pelanggaran. Desa pemungutan pajak yang kemarin
Kesongo memiliki SOP seperti jadwal menjadi laporan hasil pemeriksaan
pelayanan kantor dan pemisahan tugas oleh APIP karena kita tidak tahu cara
yang sudah ditetapkan oleh Peraturan pemungutan pajak yang benar, kita
Bupati sehingga dapat mencegah terjadinya dapat uang untuk menutupi PPN dari
kecurangan. SOP tersebut telah dijalankan dana kelompok masyarakat atau
walaupun belum dipenuhi secara TPK.”
menyeluruh. Hal ini sesuai yang Kecurangan dapat timbul karena kesalahan
diungkapkan oleh narasumber, atau pelanggaran tersebut merupakan hal
“Terdapat regulasi pelayanan jam yang biasa dan sering terjadi. Desa
kantor pemerintahan desa dari Surat Kesongo menganggap bahwa kesalahan
Edaran Bupati yaitu jam 08:00 sampai dalam administrasi adalah hal yang wajar.
jam 15:00 setiap hari Senin sampai Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
dengan Kamis dan jam 08:00 sampai narasumber,
jam 11:30 untuk hari Jumat, terkait
presensi teman – teman memang kita “Kalau masalah administrasi itu
kadang kontrolnya belum begitu kuat. barang lumrah, orang lupa misalkan
Mau kaku dengan aturan juga tidak sudah dibuatkan SPJ tapi kebetulan
bisa, misalkan teman – teman hadir salah penempatan atau salah buku
08:30 atau jam 09:00 itu betul hingga hilang itu barang lumrah.”
datangnya jam saat itu tetapi secara
Pengendalian internal yang baik dapat
aturan kan tidak sesuai Surat Edaran
Bupati. Jadi SEB jam 8-15 itu ya kita mencegah terjadinya potensi kecurangan.
penuhi tetapi belum semua itu Pemberian sanksi terhadap tindakan yang
memenuhi.” menyimpang merupakan salah satu contoh
pencegahan kecurangan. Pimpinan Desa
Sekretaris Desa selaku koordinator PTPKD Kesongo akan memberikan sanksi terhadap
melakukan pemeriksaan di setiap pekerjaan perilaku menyimpang. Hal ini sesuai
PTPKD walaupun tidak diperiksa secara dengan yang diungkapkan narasumber,
menyeluruh. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh narasumber, “Tahapan dari teguran lisan 123,
tertulis 123 sampai SP 123 itu ada
“Tidak tahu sepenuhnya tetapi sampai ketentuan ketentuannya, yang paling
75% telah saya crosscheck beberapa fatal itu menyangkut masalah
sampel. Misal bulan ini, saya sudah keuangan, pencemaran nama baik
205
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210
206
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 :199-210
kesalahan dianggap wajar dan sering terjadi tersebut menggunakan dana dari kelompok
di lingkup internal aparat desa. Potensi masyarakat. Hal ini tentunya tidak sesuai
kecurangan tersebut timbul karena sifat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
rasionalisasi pelaku yang menganggap No. 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
wajar kesalahan dan pengawasan yang Keuangan Desa, seluruh pungutan pajak
kurang. Pelaku kecurangan melakukan wajib disetorkan ke rekening kas negara
kecurangan karena sikap mereka yang sesuai dengan ketentuan peraturan
menganggap wajar terhadap kecurangan perundang-undangan oleh Kaur Keuangan.
yang mereka lakukan (Kurniawan, 2013). Koordinator PTPKD seharusnya
Kecurangan yang dilakukan di lingkup memberikan pengendalian internal berupa
internal yang pengawasannya kurang pembinaan lebih intensif terhadap aparat
memiliki kecenderungan tinggi untuk desa yang kurang paham mengenai aturan
melakukan kecurangan lebih dari satu kali terkait pengelolaan keuangan desa dan
(Suprajadi dalam Udayani & Sari, 2017). menyiapkan dana penambahan agar tidak
Potensi kecurangan tersebut terjadi dalam merugikan pihak lain. Hal ini senada
tahap pertanggungjawaban pengelolaan dengan penelitian Hermawan (2017) di
keuangan desa. Kesalahan yang sering mana aparat desa yang kurang paham
terjadi dan dianggap wajar adalah kesalahan aturan pembayaran pajak sebesar 6% dapat
dalam hal administratif seperti penyusunan dicegah dengan meningkatkan pengetahuan
laporan pertanggungjawaban (LPJ) yang SDM serta melengkapi sarana penunjang
salah dan dokumen pendukung laporan sosialisasi dan penambahan dana.
yang kurang. Hal ini tidak dibenarkan Selain itu, potensi kecurangan
dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No. yang terdapat di Desa Kesongo adalah
20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan tekanan yang dirasakan dari keharusan
Keuangan Desa, di mana lampiran atau untuk melakukan sesuatu. Seorang individu
dokumen-dokumen pendukung harus akan merasakan tekanan yang besar dari
disertakan sesuai Peraturan Menteri. paksaan atau keharusan untuk
Pengendalian untuk mencegah potensi menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin
kecurangan ini adalah dengan (Cizex, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil
meningkatkan nilai moral dan etika dari penelitian yang menunjukkan bahwa aparat
seluruh aparat desa agar lebih berintegritas. desa diharuskan untuk menyusun laporan
Aparat desa diharapkan dapat memiliki sesuai dengan prosedur. Prosedur yang
integritas yang baik dan tidak membenarkan dimaksud adalah Peraturan Menteri Dalam
tindakan kecurangan yang dilakukan Negeri No. 20 Tahun 2018 tentang
dengan perubahan moral dan etika yang Pengelolaan Keuangan Desa. Aparat desa
meningkat (Aksa, 2018). diharuskan untuk mematuhi prosedur
Potensi kecurangan selanjutnya tersebut seperti menyusun laporan
adalah kelalaian yang secara tidak sadar pertanggungjawaban sesuai tenggat waktu,
dilakukan oleh aparat desa akan merugikan sehingga menyebabkan timbulnya
pihak lain. Kecurangan cenderung terjadi kecurangan seperti menggunakan dokumen
karena sikap pelaku yang melakukan pendukung yang palsu untuk segera
kesalahan sembari merugikan pihak lain menyelesaikan laporan sesuai pada waktu
atau organisasi (Rosyadi, Soebagyo, & yang sudah ditentukan. Dampak dari LPJ
Suyatmin, 2016). Pada tahap pelaksanaan yang tidak tepat waktu adalah terhambatnya
pengelolaan keuangan desa oleh Kaur proses penyusunan APBDes tahun
Keuangan, beliau lalai dalam pembayaran berikutnya. Pengendalian yang baik untuk
pajak karena kurang paham mengenai mencegah potensi kecurangan tersebut
pembayaran pajak sehingga aparat desa adalah dengan menghilangkan tekanan itu
harus menutupi kekurangan pembayaran sendiri dengan menegakkan aturan hukum.
207
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210
209
Jurnal Akuntansi Maranatha■ Volume 11 Nomor 2, November 2019 : 199-210
210