You are on page 1of 10

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG PASIEN PERILAKU KEKERASAN

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN


PERILAKU KEKERASAN

Kartika Afriani1, Fathra Annis Nauli2, Yesi Hasneli3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: kartikaafriani56@gmail.com

Abstract
A nurse in Mental Hospital that was treating patients at risk of violent behavior to accept violence from patients.
Violent behavior exhibited by the patient in the from of verbal violence or physical violence, so it will give rise to a
different perception on each nurse. In addition, it does not cover the possibility will arise a feeling fear and anxiety on
the nurse when treatment for the patients of violent behavior. This research aimed to find out the correlation between
the nurse perception about the violent behavior and their anxiety level in providing the treatment in Tampan Mental
Hospital, Riau. The research used the correlative descriptive with cross sectional approach as the research design
while the respondent was selected with using the total sampling techniques. The respondent of this research consist of
70 nurses. The researcher also used questionnaires which is related with the perception and the anxiety level of nurses
to collect the data. After analyzed the data with using kolmogorof-smirnov test, the result shown that 0,233 as p value is
bigger than 0,05 as alpha. Therefore, it can be concluded there is no correlation between the nurses perception about
the patient with violent behavior and the anxiety level of nurses. Based on the research findings, add insights the nurses
about are expected to capable in developing positive perspective and controlling their anxiety in order to provide the
better treatment for the patients.

Keywords : Anxiety, Perception, Violent Behavior

PENDAHULUAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu alasan pasien dirawat adalah dengan masalah
bentuk perilaku dari seorang individu yang gangguan persepsi sensori: halusnasi sebesar
bertujun untuk melukai diri sendiri dan orang 62%, gangguan proses pikir: waham sebesar
lain (Muhith, 2015). Perilaku kekerasan adalah 5%, perilaku kekerasan sebesar 26%, isolasi
keadaan dimana individu melakukan tindakan sosial sebesar 4%, gangguan konsep diri:
kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik harga diri rendah sebesar 6%, defisit
yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain perawatan diri sebesar 7%, dan resiko bunuh
dan lingkungan sekitar, disertai dengan amuk, diri sebesar 2% (RSJ Tampan, 2017).
gaduh, dan gelisah yang tidak terkontrol Sehingga dapat disimpulkan persentase
(Kusumawati & Hartono, 2010). Perilaku tertinggi kedua adalah perilaku kekerasan
kekerasan yang merupakan salah satu bentuk yaitu 26%.
gangguan mental emosional dapat beresiko Pasien yang mengalami perilaku
mencederai orang lain dan lingkungan kekerasan biasanya menunjukan tanda dan
disekitar karena ketidakmampuan seseorang gejala seperti muka merah dan tegang,
mengendalikan amarah secara konstruktif pandangan tajam, mengepalkan tangan,
(Dinno, 2017). mengatup rahang dengan kuat, bicara kasar,
Berdasarkan data Riskesdas (2013) jalan mondar-mandir, menjerit atau berteriak,
prevalensi gangguan mental emosional di suara tinggi, mengancam secara verbal atau
Indonesia pada usia 15 tahun keatas mencapai fisik dan melempar atau memukul benda/
sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah orang lain (Purba, Wahyuni, Nasution &
penduduk Indonesia. Sedangkan data dokumen Daulay, 2010). Perilaku kekerasan yang
rekam medik Rumah Sakit Jiwa Tampan dilakukan oleh pasien dapat mengganggu
Pekanbaru pada tahun 2017 mencatat bahwa kenyamanan suasana ruang rawat, baik pasien
pasien rawat inap sebanyak 1.887 orang. Data lain maupun perawat yang sedang bertugas
dokumen rekam medik Rumah Sakit Jiwa (Elita, Setiawan, Wahyuni & Woferst, 2011).
Tampan Pekanbaru tahun 2017 juga mencatat Perawat yang bekerja di ruang akut pskiatrik

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 777


akan memungkinkan perawat untuk yang dilakukan Yanti, Nauli dan Utomo
berinteraksi sangat dekat dengan pasien, (2018) tentang “Gambaran persepsi dan sikap
karena perawat harus mengobservasi keadaan perawat jiwa kepada pasien gangguan jiwa
pasien dan mengevaluasi tindakan diruang rawat inap” mengatakan bahwa
keperawatan yang telah dilakukan oleh sebagian besar (51,5%) perawat memiliki
perawat (Krikson, 2008). Keadaan pasien di persepsi yang negatif yaitu perawat
ruangan akut biasanya dalam situasi krisis dan menganggap pasien yang mengalami
pertahanan diri yang kurang efektif, sehingga gangguan jiwa adalah hal yang sangat
memungkinkan untuk terjadinya tindakan menakutkan, cenderung bersikap kasar dan
kekerasan atau perilaku agresif yang dilakukan tidak ada masa depan untuk pasien gangguan
pasien terhadap perawat (Isriyadi, 2015). jiwa.
Perawat cenderung menjadi korban Dampak lain yang dialami perawat
perilaku kekerasan pasien baik secara lisan setelah mendapatkan perilaku kekerasan dari
maupun fisik yang hampir terjadi setiap hari. pasien yaitu munculnya rasa takut, trauma,
Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, merasakan adanya beban emosional dan
maka diperlukan keterampilan yang perawat merasa was-was jika terjadi perilaku
profesional dalam menghadapi pasien perilaku kekerasan berulang dari pasien. Bahkan
kekerasan (As'ad & Soetjipto, 2010). Hasil beberapa dari perawat ada yang berkeinginan
penelitian Elita et al. (2011) tentang “Persepsi untuk meninggalkan profesinya atau
perawat tentang perilaku kekerasan yang mengundurkan diri dari pekerjaannya dan
dilakukan pasien di ruang rawat inap jiwa” memilih bidang keperawatn lain yang
menyatakan bahwa perilaku kekerasan yang dirasakan lebih sesuai (Kindy, Petersen &
terbanyak dilakukan pasien dalam satu tahun Parkhurst, 2005). Berdasarkan penelitian
terakhir adalah kekerasan fisik pada diri Foster et al (2007) perawat adalah orang yang
sendiri. sering ditargetkan dan dilibatkan dalam
Kekerasan fisik yang dialami dapat peristiwa perilaku agresif yaitu sebesar 57%.
menyebabkan cedera ringan (84%), kemudian Perilaku kekerasan tersebut juga dapat menjadi
diikuti dengan ancaman fisik (79%), ancaman bagi kesehatan fisik dan psikologis
penghinaan (77%) dan kekerasan verbal (70%) perawat, tidak menutup kemungkinan akan
serta sejumlah kecil perawat (20%) mengalami terjadi gangguan mental pada perawat yang
kekerasan fisik yang menyebabkan cedera dapat mempengaruhi kinerja perawat seperti
serius. Perawat yang paling banyak mengalami kehilangan motivasi, kejenuhan dan tidak
ancaman adalah perawat perempuan (70,5%) mampu bekerja secara efektif. Hal ini
dengan usia antara 31-50 tahun (16,2%). disebabkan timbulnya perasaan takut dan
Menurut Bowel et al beberapa ruang rawat cemas dalam menghadapi pasien perilaku
inap di New South Wales ditemukan sebanyak kekerasan (Yada, 2015).
47,4% perawat mengalami injuri akibat Kecemasan merupakan kekhawatiran
perilaku kekerasan tersebut. yang tidak jelas dan menyebar atau sesuatu
Dampak yang dirasakan perawat yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
setelah menangani pasien dengan perilaku ketidakberdayaan. Kecemasan dialami secara
kekerasan yaitu timbulnya persepsi yang subjektif dan berada dalam suatu rentang.
negatif terhadap pasien perilaku kekerasan Tingkat kecemasan yang dialami tergantung
(As’ad & Soetjipto, 2010). Persepsi dari reaksi diri mereka sendiri (Arisandi,
merupakan suatu proses pencarian informasi 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
dalam hal yang menyangkut interprestasi Simbolon dan Hasniah (2017) tentang
lingkungan melalui penginderaan dalam “kecemasan perawat dalam merawat pasien
mempersepsikan sesuatu (Khulsum, 2014). dengan perilaku kekerasan” didapatkan hasil
Persepsi setiap individu dapat berbeda pada sebagian besar responden mengalami cemas
situasi yang sama. Hal ini dapat terjadi karena berada pada kategori ringan (51,1%), kategori
setiap individu memiliki interprestasi yang sedang (25,5%) dan tidak mengalami cemas
berbeda (Sunaryo, 2015). Hasil penelitian (23,5%).

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 778


Hasil dari penelitian Lisa, Jumaini dan melakukan restrain terhadap pasien.
Indriati (2013) tentang “Pengalaman perawat Berdasarkan pernyataan salah satu perawat di
dalam merawat pasien dengan resiko perilaku Ruangan Rokan, ketika pasien gangguan jiwa
kekerasan (RPK)” menyatakan empat dari mengamuk, perawat menganggap pasien
lima orang memiliki pengalaman negatif berubah menjadi seseorang yang sangat
berupa timbulnya reaksi-reaksi kecemasan atas menakutkan yang akan memukul dan melukai
tindakan-tindakan yang mungkin dialami perawat maupun pasien lain. Hal ini membuat
perawat selama merawat pasien dengan resiko perawat berusaha untuk tidak melakukan
perilaku kekerasan. Sedangkan dua partisipan perlawanan kepada pasien.
memiliki pengalaman negatif yang dialaminya Perawat menganggap jika ada
berupa perasaan takut, was-was dan cemas. perlawanan yang diberikan maka pasien akan
Perasaan perawat saat pertama kali merawat melakukan perilaku kekerasan terhadap
pasien dengan resiko perilaku kekerasan perawat. Hal ini sesuai dengan hasil
sebagian besar berupa timbulnya rasa takut wawancara terhadap 2 orang perawat yang
dan cemas terhadap pasien. bertugas di Ruangan UPIP RSJ Tampan yang
Hasil studi pendahuluan yang menyatakan bahwa perawat mengalami
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2, 15, 16 kecemasan dalam merawat pasien perilaku
Februari dan 28 Mei 2018 di RSJ Tampan kekerasan. Kecemasan yang dirasakan oleh
Pekanbaru dengan teknik wawancara singkat perawat disebabkan oleh pasien yang berada di
kepada 9 orang perawat diruang rawat inap (4 Ruangan Unit perawatan intensif psikiatrik
ruangan Kuantan, 2 ruangan Rokan, 1 ruangan (UPIP) RSJ Tampan rata-rata pasien yang
Indragiri dan 2 ruangan Unit perawatan sedang mengalami kekambuhan dan tidak
intensif psikiatrik atau UPIP) didapatkan data kooperatif sehingga pasien sering mengamuk
bahwa 6 dari 9 orang perawat mengalami dan berteriak.
kecemasan seperti adanya rasa takut, was-was, Berdasarkan pernyataan salah satu
dan merasa tegang ketika memberikan asuhan perawat di ruangan Rokan mengatakan bahwa
keperawatan kepada pasien perilaku pasien gangguan jiwa sering mengalami
kekerasan. Hal itu disebabkan karena perawat kekambuhan pada malam hari yang
menganggap pasien perilaku kekerasan disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah
berbahaya, sangat menakutkan dan cenderung satunya yaitu tidak mengkonsumsi obat.
melakukan tindakan kekerasan seperti Perawat yang sedang melaksanakan shift
memukul, melempar dan mengancam. malam cenderung mengalami kecemasan.
Sedangkan 2 orang perawat lain mengatakan Kecemasan yang dialami perawat disebabkan
bahwa tidak terlalu merasa cemas ketika oleh jumlah perawat yang bertugas pada
memberikan asuhan keperawatan. Hal ini malam hari lebih sedikit dibandingkan dengan
dikarenakan perawat tersebut laki-laki jumlah perawat yang bertugas pada siang hari.
sehingga perawat mengatakan pasien Berdasarkan pernyataan dari 2 perawat
gangguan jiwa merasa takut terhadap perawat diruangan Indragiri, menurut perawat pasien
laki-laki dan 1 perawat mengatakan tidak gangguan jiwa yang sedang kambuh dan
terlalu merasa cemas dikarenakan perawat melakukan perilaku agresif akan berubah
tersebut telah lama bekerja diruang rawat inap menjadi seseorang yang menakutkan dan
dan sudah terbiasa menghadapi pasien perilaku berbahaya sehingga dapat menimbulkan
kekerasan atau agresif. kecemasan seperti perawat merasa takut dan
Berdasarkan penyataan 2 orang cemas.
perawat perempuan di ruangan Kuantan, Adapun tujuan penelitian ini adalah
kecemasan yang terjadi disebabkan karena untuk mengetahui hubungan persepsi perawat
pasien perilaku kekerasan sering mengalami tentang pasien perilaku kekerasan dengan
kekambuhan, mengamuk dan mengancam tingkat kecemasan perawat dalam merawat
perawat perempuan yang sedang bertugas. pasien perilaku kekerasan.
Sehingga perawat meminta kepada petugas Hasil penelitian ini diharapkan dapat
keamanan untuk membantu perawat dalam memberikan informasi dalam mengembangkan

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 779


ilmu keperawatan jiwa terkait dengan konsep Tabel 1
persepsi dan kecemasan perawat, sehingga Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
dapat memberikan wawasan baru dalam ilmu No Karakterisktik Responden Jumlah Persentase
(n) (%)
keperawatan jiwa tentang persepsi perawat dan 1 Umur
tingkat kecemasan perawat dalam merawat 17-25 tahun 3 4,3%
26-35 tahun 43 61,4%
pasien perilaku kekerasan. 36-45 tahun 14 20,0%
> 46 tahun 10 14,3%
Total 70 100.0
METODOLOGI PENELITIAN 2 Jenis kelamin
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Laki-laki 18 25,7%
Perempuan 52 74,3%
Sakit Jiwa Tampan Riau yang dimulai dari Total 70 100.0
bulan Februari 2018 sampai bulan Agustus 3 Pendidikan
DIII Kep 34 48,6%
2018. Penelitian ini menggunakan rancangan S1 Kep 10 14,3%
penelitian deskriptif korelasi dengan Ners 26 37,1%
pendekatan cross sectional yang bertujuan
untuk mempelajari dinamika korelasi antara Total 70 100.0
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara 4 Masa kerja
≤ 3 tahun 26 37,1%
pendekatan observasi atau pengumpulan data > 3 tahun 44 62,9%
sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Total 70 100.0
Populasi dalam penelitian ini sebanyak
70 orang perawat yang bekerja di 5 ruangan di Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. diketahui bahwa responden terbanyak berada
Pengambilan sampel penelitian menggunakan pada rentang usia (26-35 tahun) sebanyak 61,4
teknik total sampling dengan jumlah sampel % (43 orang). Jenis kelamin responden
70 orang responden. sebagian besar perempuan sebanyak 74,3%
Alat pengumpul data yang digunakan (52 orang). Pendidikan terakhir responden
dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang terbanyak berada pada pendidikan DIII Kep
kuesioner persepsi perawat yang telah sebanyak 48,6 % (34 orang). Masa kerja
dimodifikasi oleh peneliti dari penelitian yang responden sebagian besar ≤ 3 tahun sebanyak
dilakukan oleh Yanti (2017) tentang 62,9 % (44 orang).
“Gambaran Persepsi dan Sikap Perawat Jiwa
kepada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Tabel 2
Jiwa Tampan Provinsi Riau”. dan kuesioner Karakteristik Persepsi Perawat Jiwa
No Variabel Dependen Jumlah (n) Persentase (%)
tentang tingkat kecemasan perawat dalam Penelitian
merawat pasien perilaku kekerasan yang 1. Persepsi
Negatif 33 47.1
dimodifikasi oleh peneliti dari Hamilton Positif 37 52.9
Anxiety Rating Scale (HARS). Total 70 100.0
Analisa data menggunakan analisa
univariat yang mendeskripsikan karakteristik Berdasarkan hasil analisa pada tabel 2
responden terkait dengan karakteristik usia, dapat diketahui bahwa sebagian besar
jenis kelamin, pendidikan terakhir masa kerja responden memiliki persepsi positif sebanyak
responden, persepsi perawat dan tingkat 52.9% (37 orang) dan persepsi negatif
kecemasan perawat di Rumah Sakit Jiwa sebanyak 47.1% (33 orang).
Tampan Provinsi Riau. Serta analisa bivariat Tabel 3
untuk melihat apakah ada hubungan antara Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
variabel independen (persepsi perawat) dengan Tingkat Kecemasan Perawat Jiwa
No Variabel Dependen Jumlah (n) Persentase
variabel dependen (tingkat kecemasan Penelitian (%)
perawat). 1. Tingkat kecemasan
Tidak cemas 29 41.4
Cemas ringan 23 32.9
HASIL PENELITIAN Cemas sedang 12 17.1
Cemas berat 6 8.6
1. Analisa Univariat Total 70 100.0

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 780


didapatkan peneliti menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil analisa pada tabel 11 sebagian besar usia responden berada pada
diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar rentang 26-35 tahun atau dewasa awal
perawat tidak mengalami kecemasan sebanyak sebanyak 61.4% (43 orang). Menurut
41.4% (29 orang), cemas ringan sebanyak Kaplan, Sadock dan Grabb (2010)
32.9% (23 orang), cemas sedang 17.1 % (12 gangguan kecemasan lebih mudah dialami
orang, dan cemas berat 8,6% (6 orang). oleh seseorang yang mempunyai usia
direntang dewasa awal dibandingkan
2. Analisa Bivariat individu direntang usia dewasa akhir dan
Tabel 5 lansia awal.
Distribusi Persepsi Perawat Tentang Pasien Perawat yang berada direntang usia
Perilaku Kekerasan dengan Tingkat dewasa awal mempunyai perbedaan
Kecemasan Perawat dalam Merawat Pasien pengalaman dengan perawat direntang usia
Perilaku Kekerasan dewasa akhir dan lansia awal, sehingga
Variab Tingkat kecemasan Total p
el Value dapat mempengaruhi cara perawat
Perseps Tidak Cemas Cemas Cema mengontrol kecemasannya. Hal ini sejalan
i cemas ringan sedang s
berat dengan penelitian Arisandi (2018) yang
Negatif 18 10 4 1 33 menunjukan bahwa sebanyak 46,2%
(25.7% (14.3% (5.7%) (1.4% (47.1
) ) ) %) 0.233 responden yang berusia 26-35 tahun
Positif 11 13 8 5 37 mengalami kecemasan. Usia memiliki
(15.7% (18.6% (11.4% (7.1% (52.9
) ) ) ) %) hubungan yang erat dengan berbagai sifat
Total 29 23 12 6 70 karakteristik terhadap orang lain, dengan
(41.4% (32.9% (17.1% (8.6% (100.
) ) ) ) 0%)
demikian usia seseorang sangat
berpengaruh dengan tingkat kecemasan
Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa yang dialami. Dengan demikian, maka
dari 33 (47.1%) responden yang memiliki dapatlah dimengerti bahwa adanya
persepsi negatif terdapat 18 orang (25.7%) perbedaan pengalaman menurut usia.
tidak mengalami cemas, 10 orang (14.3%) b. Jenis kelamin
mengalami cemas ringan, 4 orang (5.7%) Hasil penelitian ini diketahui bahwa
mengalami cemas sedang, dan 1 orang (1.4%) responden terbanyak adalah perempuan
mengalami cemas berat. Sedangkan dari 37 sebesar 74.3% (52 orang). Hal ini terjadi
(52,9%) responden yang memiliki persepsi karena perawat merupakan pekerjaan yang
positif terdapat 11 orang (15.7%) yang tidak banyak diminati oleh perempuan. Hasil
mengalami cemas, 13 orang (18.6%) penelitian Yanti, Nauli dan Utomo (2017)
mengalami cemas ringan, sebanyak 8 orang menunjukkan bahwa sebagian besar
(11.4%) mengalami cemas sedang, dan perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan
sebanyak 5 orang (7.1%) mengalami cemas adalah perempuan yaitu sebanyak 68,2%
berat. (45 orang).
Hasil nilai kolmogorov-smirnov Priharjo (2008) menyatakan bahwa
didapatkan p value 0,233 yang berarti sebagian besar perawat adalah perempuan,
(ρ=0.233 > α=0.05). Hal ini berarti Ha ditolak, keikutsertaan perawat dalam pembangunan
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesehatan diakui cukup banyak dan tidak
hubungan antara persepsi perawat tentang diragukan lagi, karena dalam dunia
pasien perilaku kekerasan dengan tingkat keperawatan identik dengan ibu atau
kecemasan perawat dalam merawat pasien perempuan yang lebih dikenal mother
perilaku kekerasan. instict, yang mencerminkan figur ibu atau
seorang perempuan yang memberikan
PEMBAHASAN asuhan keperawatan, kasih sayang dan
Analisa Univariat bantuan.
a. Umur Menurut Kaplan, Sadock dan Grabb
Berdasarkan hasil penelitian yang (2010) perempuan lebih sering mengalami

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 781


kecemasan dan memiliki tingkat secara bertahap. Keperawatan dari semula
kecemasan lebih tinggi daripada laki-laki. yang berorientasi pada tugas akan beralih
Hal ini dikarenakan bahwa perempuan menjadi berorientasi pada tujuan yang
lebih peka, sehingga pada akhirnya terfokus pada asuhan keperawatan efektif
mempengaruhi perasaan cemasnya. Hal ini yang menggunakan holistik dan proses..
sejalan dengan penelitian yang dilakukan c. Masa Kerja
oleh Arisandi (2018) yang menyatakan Berdasarkan hasil penelitian
bahwa perempuan yang mengalami menunjukkan bahwa sebagian besar
kecemasan lebih besar daripada laki-laki responden memiliki masa kerja > 3 tahun
yaitu sebanyak 73.1% sebanyak 62.9% (44 orang). Hasil
c. Pendidikan terakhir penelitian ini sejalan dengan penelitian
Pendidikan merupakan sebuah proses Citrasmi dan Wardaningsih (2016) yang
dengan metode-metode tertentu yang menyatakan perawat RSJ Grahasia DIY
membuat seseorang memperoleh masa kerja perawat paling banyak berada
pengetahuan, pemahaman dan cara pada kategori lama > 3 tahun yaitu
bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan sebanyak 67 orang (83.8%). Semakin lama
(Kurniawan & Prasetyo, 2013). Hasil seseorang bekerja maka semain banyak
penelitian terhadap variabel pendidikan pula pengalaman yang diperoleh .
terakhir didapatkan bahwa responden Pengalaman merupakan salah satu cara
paling banyak pada pendidikan DIII memperoleh pengetahuan yang digunakan
Keperawatan sebanyak 48,6%. Hal ini untuk memecahkan masalah yang dihadapi
sejalan dengan penelitian Yanti, Nauli dan di masa lalu. Pengalaman masa lalu yang
Utomo (2017) menunjukkan jumlah dimiliki seseorang berperan dalam
perawat dengan pendidikan terakhir DIII menginterprestasikan stimulus yang
Keperawatan sebanyak 47%. diperoleh (Notoatmodjo, 2012a).
Perawat yang mempunyai pendidikan Hal ini didukung oleh penelitian yang
DIII Keperawatan disebut dengan perawat dilakukan oleh Indiasari (2007 dalam
profesional pemula dalam pelayanan Ariwidiyanto 2015) mengatakan bahwa
keperawatan. Perawat dengan tingkat lamanya masa kerja perawat bekerja
pendidikan DIII Keperawatan yang berhubungan dengan keanekaragaman
berperan sebagai perawat profesional pengalaman mereka dalam bekerja, yang
pemula harus memiliki tingkah laku dan mempunyai banyak pengalaman kerja
kemampuan profesional dalam lebih mampu mengontrol emosi dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Selain mampu menguasai keadaan ketika
itu juga dituntut untuk memiliki berinteraksi langsung dengan pasien
kemampuan dalam meningkatkan mutu penyakit jiwa.
asuhan keperawatan dengan memanfaatkan Menurut penelitian Isriyadi (2015)
ilmu pengetahuan dan teknologi secara mengatakan responden yang memiliki
tepat guna (Nursalam, 2007). Hasil masa kerja lebih lama sebanyak 15
penelitian ini didukung oleh penelitian responden (48.4%) mengalami kecemasan
Cakrawedana, Palandeng dan Karundeng ringan dan responden yang tidak cemas
(2016) yang mengatakan jumlah perawat sebanyak 6 orang (19.4%) sedangkan
di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang responden yang memiliki masa kerja baru
berdasarkan tingkat pendidikan yang lebih banyak yang mengalami cemas
mayoritas ialah DIII Keperawatan sedang yaitu sebanyak 7 orang (22.6%).
sebanyak 22 orang (62.9%). d. Gambaran persepsi perawat
Menurut Nursalam dan Effendi (2008) Hasil penelitian ini menggambarkan
mengatakan bahwa pendidikan tinggi bahwa sebagian besar perawat memiliki
keperawatan akan menimbulkan perubahan persepsi positif terhadap pasien perilaku
yang berarti terhadap cara perawat kekerasan yaitu sebanyak 52,9%. Persepsi
memandang asuhan keperawatan dan dapat membuat individu menyadari dan

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 782


memahami keadaan diri individu tersebut. (2017) tentang kecemasan perawat dalam
Persepsi setiap individu dapat berbeda merawat pasien dengan perilaku kekerasan
pada situasi yang sama, ini dapat terjadi yaitu sebanyak 51.1% (24 orang) yang
karena setiap individu memiliki mengalami cemas ringan. Menurut asumsi
interprestasi yang berbeda (Sunaryo, Simbolon hal ini disebabkan karena
2015). perawat merupakan salah satu orang yang
Hasil penelitian ini berbeda dengan memiliki resiko tindak perilaku kekerasan
penelitian Ariwidiyanto (2015) tentang pada saat pelaksanaan asuhan
Hubungan antara persepsi perawat tentang keperawatan, perilaku yang sering dialami
perilaku agresif dengan sikap perawat pada perawat yaitu baik secara lisan, ancaman,
pasien skizofrenia yaitu memiliki persepsi hinaan, agresif yang bersifat provokatif
negatif sebanyak 19 orang dan perawat dan ancaman fisik.
yang memiliki persepsi positif sebanyak 13
orang. Menurut Ariwidiyanto hal ini perlu Analisa Bivariat
mendapat perhatian bahwa perawat di Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
ruang akut RSJD Surakarta sebagian besar nilai p value = 0.233 (p > α) artinya tidak
belum dapat mempersepsikan prilaku terdapat hubungan antara persepsi perawat
agresif dengan benar. tentang pasien perilaku kekerasan dengan
Perbedaan hasil penelitian ini tingkat kecemasan perawat dalam merawat
ditegaskan Khulsum (2014) menyatakan pasien perilaku kekerasan. Menurut asumsi
bahwa persepsi adalah suatu proses peneliti faktor yang dapat mempengaruhi tidak
pencarian informasi yang menyangkut terdapatnya hubungan pada penelitian ini
interprestasi lingkungan sekitar melalui diantaranya karakteristik pasien yang berbeda
pengindraan. Dalam mempersepsikan disetiap ruangan, sehingga tingkat kecemasan
perilaku kekerasan beberapa responden perawat dalam merawat pasien perilaku
mengalami kekeliruan dalam memberikan kekerasan juga berbeda.
refleks dikarenakan sebagian besar Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru
disebabkan oleh faktor keadaan memiliki 3 klasifikasi ruang rawat inap.
lingkungan. Klasifikasi ruang rawat inap pertama adalah
e. Gambaran tingkat kecemasan perawat Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP).
Berdasarkan hasil penelitian Kedua yaitu klasifikasi ruang rawat inap
menunjukkan bahwa dari 70 responden intermediet seperti ruang Rokan, Kuantan,
yang diteliti, sebagian besar responden Siak dan Indragiri. Klasifikasi ruang rawat
mengalami cemas pada kategori tidak inap ketiga adalah ruang Pra Mandiri atau
cemas yaitu sebanyak 41.4% (29 orang). ruang tenang yaitu ruang Sebayang dan
Menunjukkan bahwa dalam melakukan Kampar (RSJ Tampan, 2017).
asuhan keperawatan pada pasien perilaku Lisa, Jumaini dan Indriati (2013)
kekerasa tidak mengalami kecemasan. menyatakan pasien yang seringkali
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak memperlihatkan perilaku kekerasan yaitu di
santai yang samar-samar karena ruang UPIP, sehingga perawat dituntut harus
ketidaknyamanan atau rasa takut yang siap kapan saja dalam memberikan intervensi
disertai suatu respon yang penyebabnya keperawatan kepada pasien perilaku kekerasan
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala.
individu. Rasa takut yang tidak menentu Berbeda yang dirasakan perawat bila bekerja
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa di ruang rawat Intermediet dan ruang tenang,
peringatan tentang bahaya akan datang dan hal ini disebabkan risiko perilaku kekerasan
memperkuat individu mengambil tindakan yang muncul pada pasien lebih sedikit.
menghadapi ancaman (Yusuf, Fitryasari & Faktor lain yang dapat mempengaruhi
Nihayati, 2015). tidak terdapatnya hubungan antara persepsi
Hal ini berbeda dengan penelitian yang perawat tentang perilaku kekerasan dengan
dilakukan oleh Simbolon dan Hasniah tingkat kecemasan perawat dalam merawat

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 783


pasien perilaku kekerasan adalah masa kerja. dalam merawat pasien perilaku kekerasan”
Masa kerja merupakan jangka waktu atau dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. berada pada rentang usia (26-35 tahun)
Dimana masa kerja dikategorikan menjadi 2 sebanyak 61,4 % (43 orang). Jenis kelamin
yaitu ≤ 3 tahun dan > 3 tahun (Handoko & responden sebagian besar perempuan sebanyak
Hani, 2010). Menurut penelitian Isriyadi 74,3% (52 orang). Pendidikan terakhir
(2015) yang menyatakan bahwa masa kerja responden terbanyak berada pada pendidikan
turut mempengaruhi tingkat kecemasan DIII Kep sebanyak 48,6 % (34 orang). Masa
seseorang, hal ini dapat dilihat dari perawat kerja responden sebagian besar ≤ 3 tahun
yang memiliki masa kerja > 3 tahun lebih sebanyak 62,9 % (44 orang).
banyak mengalami kecemasan ringan dan Lebih lanjut, berdasarkan persepsi
tidak cemas, sedangkan perawat yang responden sebagian besar responden memiliki
memiliki masa kerja ≤ 3 tahun lebih banyak persepsi positif sebanyak 52.9% (37 orang)
mengalami kecemasan ditingkat sedang. dan persepsi negatif sebanyak 47.1% (33
Nursalam (2007) mengatakan bahwa orang) dan berdasarkan tingkat kecemasan
masa kerja yang lama akan membuat perawat bahwa sebagian besar perawat tidak
mempunyai pengalaman kerja yang lebih mengalami kecemasan sebanyak 41.4% (29
banyak sehingga sudah terbiasa dengan orang), cemas ringan sebanyak 32.9% (23
ancaman yang ada dan hal tersebut dapat orang), cemas sedang 17.1 % (12 orang, dan
meringankan atau mengurangi resiko cemas berat 8,6% (6 orang).
kecemasan perawat dalam memberikan asuhan Pada analisa bivariat didapatkan bahwa
keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil dari 33 (47.1%) responden yang memiliki
penelitian yang didapatkan oleh peneliti yaitu persepsi negatif terdapat 18 orang (25.7%)
perawat yang memiliki masa kerja >3 tahun tidak mengalami cemas, 10 orang (14.3%)
lebih banyak dari perawat yang memiliki masa mengalami cemas ringan, 4 orang (5.7%)
kerja yang ≤ 3 tahun. Peneliti berasumsi mengalami cemas sedang, dan 1 orang (1.4%)
bahwa perawat yang memiliki masa kerja mengalami cemas berat. Sedangkan dari 37
dalam kategori lama telah terlatih dan (52,9%) responden yang memiliki persepsi
berpengalaman dalam menghadapi pasien pisitif terdapat 11 orang (15.7%) yang tidak
dengan perilaku kekerasan, dan perawat dapat mengalami cemas, 13 orang (18.6%)
mengontrol perasaan cemas dalam mengalami cemas ringan, sebanyak 8 orang
memberikan asuhan keperawatan kepada (11.4%) mengalami cemas sedang, dan
pasien perilaku kekerasan. sebanyak 5 orang (7.1%) mengalami cemas
Faktor lain yang dapat mempengaruhi berat.
yaitu lingkungan. Menurut peneliti perawat Hasil uji statistik kolmogorov smirnov
yang sudah terbiasa dengan lingkungan kerja didapatkan nilai p value 0,233 yang berarti
di Rumah Sakit Jiwa akan mempengaruhi (ρ=0.233 > α=0.05). Hal ini berarti Ha ditolak,
tingkat kecemasan perawat dalam merawat maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pasien perilaku kekerasan. Hal ini sesuai hubungan antara persepsi perawat tentang
dengan pendapat Stuart dan Sudden (2013) pasien perilaku kekerasan dengan tingkat
yang menyatakan bahwa Individu yang berada kecemasan perawat dalam merawat pasien
di lingkungan asing lebih mudah mengalami perilaku kekerasan.
kecemasan dibandingkan dengan individu A. Saran
yang berada di lingkungan biasa dia tempati. 1. Perkembangan ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
SIMPULAN meningkatkan dan mengembangkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah keilmuan terkait dengan konsep persepsi
dilakukan terhadap 70 responden perawat jiwa dan kecemasan perawat, sehingga dapat
RSJ Tampan Kota Pekanbaru “Hubungan memberikan wawasan baru dalam ilmu
persepsi perawat tentang pasien perilaku keperawatan jiwa tentang persepsi perawat
kekerasan dengan tingkat kecemasan perawat dan tingkat kecemasan perawat dalam

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 784


merawat pasien perilaku kekerasan. Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan.
2. Institusi Rumah Sakit Vol. XVI No. 1 Februari 2018
Rumah sakit dapat mengetahui
Ariwidiyanto, D. (2014). Hubungan antara
hubungan persepsi perawat dengan tingkat
Persepsi Perawat tentang Perilaku Agresif
kecemasan perawat. Sehingga rumah sakit
dengan Sikap Perawat pada Pasien
dapat menerapkan teknik relaksasi kepada
Skizofrenia di Ruang Akut RS Jiwa
perawat untuk mengontrol perasaan cemas
Daerah Surakarta. Diperoleh pada 26 Juni
yang dirasakan perawat. Hasil penelitian
2018 dari
ini dapat juga menjadi masukan bagi
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id
petugas kesehatan khususnya perawat di
ruang rawat sebagai masukan evaluasi dan As'ad & Soetjipto. (2010) Agresi Pasien dan
perubahan lebih baik. Strategi coping perawat. Skripsi
Psikologi Indonesia
3. Institusi Pendidikan
Cakrawedana, F., Palandeng, H. Karundeng,
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan
M. (2016). Hubungan Persepsi Perawat
sebagai sumber referensi dalam proses
Dengan Tindakan Asertif Pada Klien
belajar mengajar mengenai kecemasan
Perilaku Agresif Di Rumah Sakit Jiwa
perawat terhadap pasien perilaku
Prof Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
kekerasan
Ejournal Keperawatan (E-Kp) (Vol. 4).
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Retrieved from
Peneliti selanjutnya diharapkan
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp
dapat mengembangkan penelitian
/article/view/10796
tingkat kecemasan perawat dengan
mengguankan metode lain seperti Citrasmi, N., & Wardaningsih, S. (2016).
observasi atau kulitatif sehingga Gambaran persepsi perawat rumah sakit
mendapat hasil yang lebih akurat. jiwa dan rumah sakit umu terhadap pasien
Peneliti selanjutnya juga bisa dengan gangguan jiwa. Skripsi.
menghubungkan tingkat kecemasan Yogyakarta: Program Studi Ilmu
dengan faktor-faktor lain, seperti Keperawatan UMY. Diperoleh tanggal 25
mekanisme koping perawat dalam Juli 2018 dari
merawat pasien perilaku kekerasan. http://repository.umy.ac.id/bitstream/hand
le/11%20NASPUB.pdf
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan Dinno (2017). Studi Deskriptif Kemampuan
dan bimbingan dari berbagai pihak dalam keluarga dalam merawat klien gangguan
penyelesaian laporan penelitian ini jiwa yang mengalami risiko perilaku
1
Kartika Afriani: Mahasiswa Fakultas kekerasan. Fakultas Ilmu Kesehatan
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia UMP.
2
Ns. Fathra Annis Nauli, M.Kep.,Sp.Kep.J: Elita, V., Setiawan, A., Wahyuni, S., &
Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa Woferst, R. (2011). Persepsi perawat
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, tentang perilaku kekerasan yang
Indonesia dilakukan pasien di ruang rawat inap
3
Yesi Hasneli N, S.Kp., MNS: Dosen jiwa. Jurnal Ners Indonesia (Vol.1 (2)).
Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Program Studi Ilmu Keperawatan
Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Universitas Riau
Riau, Indonesia
Indiasari, F. (2007). Hubungan Persepsi
DAFTAR PUSTAKA kekerasan yang dialami dengan
Kecenderungan Perilaku Agresif pada
Arisandi, W. (2018). Karakteristik perawat Perawat Jiwa di RSJD Surakarta. Jurnal
dengan tingkat kecemasan dalam Kebidanan dan Keperawatan, 3.
mengatasi pasien caduh gelisah di Rumah

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 785


Yogyakarta Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta
Irsyadi, B. (2015). Hubungan Masa Kerja
Dengan Tingkat Kecemasan Perawat Di Nijman, II., Foster., & Tioweis, L. (2007).
Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Aggression behaviour on acute
Surakarta Skripsi. Bachelor Program In psychiatric wards : prevalcmc, serverity,
Nursing Science Kusuma Husada Health and manageiTient. London. immil of
Science College Of Surakarta. Retrieved Advamced Nursing. Diperoleh pada
from tanggal 3 Juli 2018 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id http://onlinelibrary.wiley.com
Kaplan, H. I., Saddock, B. J., & Grabb, J. A. Notoatmodjo, S. (2012a). Promosi Kesehatan
(2010). Kaplan - Sadock Sinopsis dan Perilaku Kesehatan, Revisi. ed.
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Rineka Cipta, Jakarta: Salemba Medika
Psikiatri klinis. Tangerang : Bina Rupa
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan,
Aksara pp.1-8.
aplikasi dan praktik keperawatan
Kindy, D., Petersen, S., & Parkhurst, D. profesional. Jakarta: Salemba Medika
(2005) Perilous work: nurses'
experiences in psychiatric units with high Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan
risks of assault. Archives of Psychiatric dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Nursing. Diperoleh tanggal 3 Juli 2018 Medika.
dari Priharjo, R. (2008). Konsep dan praktik
http://www.elsevier.com/locate/socscime keperawatan profesional. Jakarta: EGC
d
Purba, J. M., Wahyuni., Nasution., & Daulay.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset (2010). Asuhan Keperawatan pada
Kesehatan Dasar. Jakarta: klien dengan masalah psikososial dan
Kementerian Kesehatan RI. Gangguan jiwa. Medan: USU Press
Khulsum, U. (2014). Pengantar Psikologi RSJ Tampan (2017). Laporan akuntabilitas
Sosial, Jakata: Prestasi Pustaka. kinerja rumah sakit jiwa Tampan tahun
Kurniawan,I.,& Prasetyo, Y.B. (2013). Profil anggaran 2017. Pekanbaru: RM RSJ
demografi dan kepuasan kerja perawat Tampan. Tidak dipublikasi
puskesmas di wilayah Kota Malang. Sunaryo. (2015). Psikologi untuk
Diperoleh tanggal22 Juli 2018 dari keperawatan. Jakarta: EGC
http://research-report.umm.ac.id
Yanti, R., Nauli, F.A., & Utomo, W. (2017).
Kusumawati, F.,& Hartono, Y. (2010). Buku Gambaran Persepsi dan Sikap Perawat
ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Penerbit Jiwa Kepada Pasien Gangguan Jiwa di
Buku Kedokteran EGC Ruang Rawat Inap. Jurnal Online
Lisa, M., Jumaini., & Indriati,G. (2013). Mahasiswa. Diperoleh pada tanggal 28
Pengalaman perawat dalam merawat Mei 2018 dari https://jom.unri.ac.id
pasien dengan perilaku kekerasan (RPK).
Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2018 dari
https://repository.unri.ac.id

JOM FKp, Vol.5 No.2 (Juli - Desember) 2018 786

You might also like