You are on page 1of 9

INTERVENSI LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF PADA

EKSTREMITAS ATAS TERHADAP PERUBAHAN EMOSIONAL PADA


PASIEN PASCA STROKE DI POLI SARAF RUMAH SAKIT ISLAM
SURABAYA

Eppy Setiyowati, H Zuhrotul Ilmiyah

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Jl. Smea 57 Surabaya
Email: eppy@unusa.ac.id

Abstract: After stroke, patients experience emotional changes resulted from the
pain caused by stroke attack; it is normal reactions to the challenge, fear, and
frustration in facing their disabilities. This study was purposed to find out the
effectiveness of active range of motion exercises on upper extremities for the
emotional changes after stroke. The study using quasi-experimental design involved
the population of all patients found in the Neurology Polyclinic of RSI Surabaya.
The samples of 20 respondents were collected using consecutive sampling technique.
The independent variable was the active range of motion exercises, whereas the
dependent variable was the emotional changes. The collected were analyzed using t-
test with the level of significance α = 0.05. The result of study showed a significant
difference on the treatment group before and after the intervention of active range of
motion exercises was done, whereas no significant difference was found in the
control group. Moreover, the result of t-test in the treatment group showed that P =
0.003 < α = 0.05 so that H0 was rejected. In contrast, the result of t-test in the control
group showed that P = 0.530 > α = 0.05 so that H0 was accepted. It illustrated that
active range of motion exercises was effective for the emotional changes in the
control group. In conclusion, active range of motion exercises was effective for the
emotional changes happening in post-stroke patients in facing their disabilities.
Key words: post-stroke, emotional changes, range of motion (ROM)

Abstrak : Efektivitas Latihan Range Of Motion Aktif Ekstremitas Atas


Terhadap Perubahan Emosional Pasca Stroke. Penderita pasca stroke mengalami
perubahan emosi sebagai akibat dari keluhan rasa sakit yang ditimbulkan akibat
serangan stroke dan merupakan reaksi normal atas tantangan, ketakutan, dan rasa
frustrasi dalam menghadapi disabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas latihan range of motion aktif ekstremitas atas terhadap
perubahan emosional pasca stroke. Penelitian ini menggunakan desain Quasy-
Experiment. Populasi penelitian adalah seluruh pasien dipoli saraf RSI Surabaya.
Besar sampel 20 responden diambil dengan teknik consecutive sampling. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah latihan Range of Motion (ROM) aktif dan
variabel dependen adalah perubahan emosional. Data dianalisis dengan uji T-Test
dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi latihan, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil uji T-Test pada pada
kelompok perlakuan didapatkan nilai P = 0,003 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Pada
kelompok kontrol didapatkan nilai P = 0,530 > α = 0,05 sehingga H0 diterima, artinya
latihan Range of Motion aktif efektif terhadap perubahan emosional pada kelompok

191
Setiyowati, Ilmiyah: Intervensi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Pada 192
Ekstremitas Atas Terhadap Perubahan Emosional Pada Pasien Pasca Stroke Di
Poli Saraf Rumah Sakit Islam Surabaya

kontrol. Latihan Range of Motion (ROM) aktif efektif terhadap perubahan


emosional penderita pasca stroke dalam menghadapi disabilitasnya.
Kata kunci : pasca stroke, perubahan emosional, Range of Motion (ROM)

PENDAHULUAN 15 juta orang diseluruh dunia


Stroke merupakan masalah mengalami stroke, dan sekitar 5 juta
kesehatan yang perlu mendapat orang menderita kelumpuhan
perhatian khusus dan dapat menyerang permanen.
siapa saja dan kapan saja, tanpa Diperkirakan setiap tahun terjadi
memandang ras, jenis kelamin, atau 500.000 penduduk terkena serangan
usia. Stroke juga merupakan masalah stroke, dan sekitar 2,5% atau 125.000
kesehatan yang menjadi urutan ketiga orang meninggal dan sisanya
penyebab kematian, melampaui mengalami cacat ringan atau berat. Ini
penyakit yang selama ini mendominasi sangat memprihatinkan mengingat
angka kematian terbesar di Indonesia Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya
seperti jantung dan kanker. Ini sebagai merasa rendah diri dan emosinya tidak
akibat perubahan gaya hidup serta terkontrol dan selalu ingin
stres berat yang dihadapi masyarakat diperhatikan. Diperkirakan sekitar 26-
karena beban hidup yang semakin 60% pasien stroke menunjukkan
berat (Yastroki, 2009). gejala gangguan emosional.
Pada penderita stroke akan Berdasarkan laporan Kementrian
mengalami berbagai dampak penyakit Kesehatan RI tahun 2014 jumlah
stroke seperti kelumpuhan, perubahan penderita penyakit stroke di Indonesia
mental, gangguan komunikasi, tahun 2013 berdasarkan diagnosis
gangguan emosional, dan kehilangan tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan
indera perasa (Damayanti, 2011). Pada sebanyak 1.236.825 orang (7,0‰),
penderita stroke disarankan untuk sedangkan penderita penyakit stroke di
mengikuti beberapa terapi yang dapat provinsi Jawa Timur berdasarkan
meningkatkan kesehatannya, dan juga diagnosis Nakes sebanyak 190.449
disarankan untuk melakukan latihan orang (6,6 %) (Kemenkes RI, 2014).
ringan dirumah sesuai dengan kondisi Data awal yang di ambil pada
pasien. Tetapi tidak semua pasien tanggal 07 Maret 2016 di Poli Saraf
melakukan terapi dan latihan tersebut. Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya,
Hal ini disebabkan karena adanya jumlah penderita stroke ditahun 2015
ketidakpuasan pasien setelah sebanyak 163 pasien dengan
melakukan terapi karena tidak adanya klasifikasi penyakit stroke infark
perubahan pada kesehatan pasien, sebanyak 48 pasien dan stroke lain-
serta timbulnya rasa malas dan lain sebanyak 115 pasien.
kurangnya dukungan keluarga dalam Stroke disebut juga gangguan
menemani pasien melakukan latihan peredaran darah otak (GPDO),
ringan dirumah (Hasan, 2008). merupakan sindrom gangguan serebri
Penyakit stroke sebenarnya yang bersifat fokal akibat gangguan
sudah tidak asing lagi bagi sebagian sirkulasi otak. Gangguan tersebut
besar masyarakat. Hal ini diakibatkan akibat penyumbatan lumen pembuluh
oleh cukup tingginya insidensi (jumlah darah oleh trombosis atau emboli,
kasus baru) kasus stroke yang telah pecahnya dinding pembuluh darah
terjadi. Menurut WHO, setiap tahun otak, perubahan permeabilitas dinding
193 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 191-199

pembuluh darah, dan perubahan marah, sulit mengendalikan emosi dan


viskositas maupun kualitas darah mudah putus asa.
sendiri. Secara psikologis, penderita
Stroke terjadi karena adanya stroke memiliki perubahan dan
sumbatan atau pecahnya pembuluh keterbatasan dalam bergerak,
darah di otak yang menyebabkan jalur berkomunikasi, berpikir, dan
komunikasi ke daerah otak tersebut gangguan emosional yang nantinya
menjadi terhambat. Otak sendiri terdiri akan sangat mengganggu fungsi peran
dari beberapa bagian yang tugasnya penderita. Perubahan fisik membuat
bermacam-macam. Yang biasanya mereka merasa terasing dari orang-
terkena pada pasien stroke adalah orang dan mereka akan berpikir bahwa
bagian otak yang mengatur fungsi dirinya tidak berguna lagi karena
perasaan dan gerakan pasien sehingga hidup mereka lebih banyak bergantung
yang terlihat pada diri penderita stroke pada orang lain, perasaan-perasaan
adalah kesulitan dalam melakukan tersebut akan mulai timbul akibat
gerakan akibat lumpuhnya tubuh keterbatasan fungsi fisik dari penderita
sebagian dan gangguan suasana (Auryn, 2007).
perasaan dan tingkah laku. Pada kenyataannya para
Selain bagian otak yang penderita stroke mengalami perubahan
mengatur pusat perasaan yang terkena, emosi sebagai akibat dari keluhan-
pada pasien stroke juga disebabkan keluhan rasa sakit yang ditimbulkan
karena adanya ketidakmampuan akibat serangan stroke. Pada
pasien dalam melakukan sesuatu yang umumnya penderita kurang dapat atau
biasanya dikerjakan sebelum terkena tidak dapat menguasai diri lagi.
stroke. Hampir 80% pasien mengalami Permasalahan–permasalahan yang
penurunan parsial dan kekuatan lengan dialami oleh penderita pasca stroke
atau tungkai di salah satu sisi tubuh baik secara fisik maupun psikologis
(kelumpuhan parsial dan paralisis). tersebut membuat penderita menjadi
Kemudian disusul 30% mengalami tidak dapat menemukan kebahagiaan
cacat sendi dan konraktur dalam tahun dalam kehidupannya. Padahal menurut
pertama setelah stroke (Valery Feigin, Myers (2015) keadaan jasmani
2004). Hal ini terkadang menyebabkan individu yang bahagia lebih sehat,
pasien menjadi merasa dirinya tidak cepat sembuh dari penyakit dan lebih
berguna lagi karena banyaknya tahan menghadapi penyakit
keterbatasan yang ada dalam diri dibandingkan individu yang tidak
pasien akibat penyakit ini (Auryn, bahagia.
2007). Penderita stroke mengalami
Perubahan fisik yang terjadi gangguan emosional dan sulit
akibat penyakit ini menimbulkan mengontrol perasaannya. Selain
keluhan-keluhan rasa sakit pada diakibatkan oleh kerusakan dan
penderitanya seperti sakit kepala, sakit perubahan kimiawi pada otak,
punggung, leher, mati rasa ataupun gangguan emosional juga merupakan
kelumpuhan. Keluhan rasa sakit ini reaksi normal atas tantangan,
disertai dengan perubahan emosi yang ketakutan, dan rasa frustrasi pasien
hebat yang diwujudkan sebagai dalam menghadapi disabilitasnya
pelampiasan dari rasa sakit yang (National Stroke Association, 2012).
dideritanya. Oleh karena itu, penderita Faktor biologis, perilaku dan sosial
biasanya menjadi sensitif, cepat
Setiyowati, Ilmiyah: Intervensi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Pada 194
Ekstremitas Atas Terhadap Perubahan Emosional Pada Pasien Pasca Stroke Di
Poli Saraf Rumah Sakit Islam Surabaya

turut mempengaruhi munculnya emosional pada penderita pasca


gangguan emosional penderita stroke. stroke. Instrument penelitian ini
Salah satu upaya yang dilakukan menggunakan lembar observasi nilai
untuk mengatasi masalah disabilitas Manual Muscle Testing (MMT),
akibat kerusakan dan perubahan lembar observasi perubahan
kimiawi pada otak yang dapat emosional, cheklist, dan wawancara.
mengganggu perubahan emosional Langkah-langkah pengolahan data
penderita stroke adalah dengan adalah dengan cara editing, scoring,
program stimulasi atau rehabilitasi coding, processing, cleaning, dan
(National Stroke Association, 2012). tabulating.
Salah satu bentuk program stimulasi
atau rehabilitasi yang sering HASIL & PEMBAHASAN
digunakan adalah latihan rentang a. Hasil
gerak atau Range of Motion (ROM). 1. Distribusi skor cheklist emosional
Range of Motion (ROM) merupakan pada kelompok perlakuan dan
salah satu program latihan fisik yang kelompok kontrol sebelum
disarankan untuk penderita stroke dilakukan intervensi latihan ROM
(Berman, 2009). Salah satu bentuk aktif ekstremitas atas
latihan rentang gerak (ROM) adalah Tabel 1 Distribusi skor cheklist
ROM aktif. Latihan ini dilakukan emosional pada kelompok perlakuan
dengan cara klien menggunakan dan kelompok kontrol sebelum
lengan atau tungkai yang berlawanan dilakukan intervensi latihan ROM
dan lebih kuat untuk menggerakkan aktif ekstremitas atas di Wilayah
setiap sendi pada ekstremitas yang Kerja Poli Saraf Rumah Sakit Islam
tidak mampu bergerak. Surabaya
Berdasarkan uraian pada latar Skor Checklist
belakang diatas, memberi dasar bagi N Kelompok Emosional Sebelum
peneliti untuk merumuskan masalah o Penelitian Dilakukan Intervensi
penelitian yaitu untuk menganalisis Mean Min. Max.
perubahan emosi setelah dilakukan 1 Kel. 68 62 78
latihan Range of Motion (ROM) aktif Perlakuan
pada pasien pasca stroke di Poli Saraf 2 Kel. Kontrol 66,1 55 75
Rumah Sakit Islam Surabaya. Sumber: Data primer, Mei 2016
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
METODE bahwa dari 10 responden kelompok
Desain yang digukanan dalam perlakuan mendapatkan skor nilai
penelitian ini adalah Quasy- cheklist perubahan emosional sebelum
Experiment. Populasi dalam penelitian dilakukan intervensi latihan ROM
ini adalah seluruh pasien dipoli saraf aktif ekstremitas atas minimal 62 dan
RSI Surabaya. Besar sampel sebesar maksimum adalah 78 dengan rata-rata
20 responden diambil secara non nilai adalah 68. Sedangkan dari 10
probability sampling dengan teknik responden kelompok kontrol
consecutive sampling. Penelitian mendapatkan skor nilai cheklist
dilaksanakan pada bulan April-Mei perubahan emosional sebelum
2016. Variabel independent dalam dilakukan intervensi latihan ROM
penelitian ini adalah latihan Range of aktif ekstremitas atas minimal 55 dan
Motion (ROM) aktif dan variabel maksimum adalah 75 dengan rata-rata
dependennya adalah perubahan nilai adalah 66,1.
195 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 191-199

2. Distribusi skor cheklist perubahan Tabel 3 Distribusi skor cheklist


emosional pada kelompok kontrol perubahan emosional responden pada
yang tidak dilakukan intervensi dan kelompok perlakuan sebelum dan
kelompok perlakuan setelah setelah dilakukan intervensi latihan
dilakukan intervensi ROM) aktif Range of Motion (ROM) aktif
ekstremitas atas ekstremitas atas di Wilayah Kerja
Tabel 2 Distribusi skor cheklist Poli Saraf Rumah Sakit Islam
perubahan emosional responden pada Surabaya
kelompok kontrol yang tidak Intervensi
Std.
dilakukan intervensi dan kelompok No. ROM N Mean
Dev
perlakuan setelah dilakukan Aktif
intervensi latihan Range of Motion 1. Sebelum 10 68 6,05
(ROM) aktif ekstremitas atas di dilakukan
Wilayah Kerja Poli Saraf Rumah 2. Sesudah 10 76,4 2,01
Sakit Islam Surabaya dilakukan
∆ rata-rata 8,4
Skor Checklist P-value paired 0,000*
Kelompok Emosional Sesudah samples test
No
Penelitian Dilakukan Intervensi Sumber: Data primer Mei 2016
Mean Min. Max. * Keterangan: Bermakna pada α =
1 Kel. 68 62 78 0,05
Perlakuan Berdasarkan tabel 3 hasil uji
2 Kel. 66,1 55 75 Paired samples test pre dan post
Kontrol intervensi latihan Range of Motion
Sumber: Data primer, Mei 2016 (ROM) aktif ekstremitas atas pada
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan kelompok perlakuan didapatkan nilai
bahwa dari 10 responden kelompok P = 0,000 dan nilai α = 0,05 berarti P
perlakuan mendapatkan skor nilai < α, artinya bahwa ada perbedaan
cheklist perubahan emosional setelah yang bermakna pada kelompok
dilakukan intervensi latihan Range of perlakuan sebelum dan sesudah
Motion (ROM) aktif ekstremitas atas dilakukannya intervensi ROM aktif.
minimal 75 dan maksimum adalah 81 Dari tabel 3 hasil dari delta rata-rata
dengan rata-rata nilai adalah 76,4. didapatkan 8,4. Hal ini menunjukkan
Sedangkan dari 10 responden adanya kenaikan nilai pada kelompok
kelompok kontrol mendapatkan skor perlakuan sebelum dan sesudah
nilai cheklist perubahan emosional dilakukan dilakukan intervensi latihan
setelah dilakukan intervensi latihan Range of Motion (ROM) aktif
Range of Motion (ROM) aktif ekstremitas atas yang artinya ada
ekstremitas atas minimal 56 dan perubahan emosional pada pasien
maksimum adalah 77 dengan rata-rata pasca stroke berubah menjadi lebih
nilai adalah 68,6. baik daripada sebelumnya.
3. Distribusi cheklist perubahan 4. Distribusi skor cheklist perubahan
emosional responden pada emosional responden sebelum dan
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol
setelah dilakukan intervensi latihan yang tidak diberikan intervensi
Range of ROM aktif ekstremitas latihan
atas Tabel 4 Distribusi skor cheklist
perubahan emosional responden
Setiyowati, Ilmiyah: Intervensi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Pada 196
Ekstremitas Atas Terhadap Perubahan Emosional Pada Pasien Pasca Stroke Di
Poli Saraf Rumah Sakit Islam Surabaya

sebelum dan sesudah pada kelompok (ROM) aktif pada kelompok


kontrol yang tidak diberikan perlakuan dan perbedaan perubahan
intervensi latihan di Wilayah Kerja emosional pre-post intervensi latihan
Poli Saraf Rumah Sakit Islam Range of Motion (ROM) aktif pada
Surabaya kelompok kontrol ekstremitas atas di
Perubahan Std. Wilayah Kerja Poli Saraf Rumah
No. N Mean
Emosional Dev Sakit Islam Surabaya
1. Sebelum 10 66,1 7,1 Kelompok Kelompok
pelaksanaan Perlakuan Kontrol
latihan Kriteria Pre Post Pre Post
ROM aktif Perubahan n % n % n % n %
2. Sesudah 10 68,6 6,7 Emosional
pelaksanaan Mean 68 76,4 66,1 68,6
latihan Minimu 62 75 55 56
ROM aktif m
∆ rata-rata 2,5 Maxim 78 81 75 77
P-value paired 0,001* um
samples test Std. 6,05 2,01 7,1 6,7
Sumber: Data primer Mei 2016 Dev
* Keterangan: Bermakna pada α = P value 0,003* 0,530
0,05 T-Test
Berdasarkan tabel 4 hasil uji Sumber: Data primer, Mei 2015
Paired samples test pre dan post *Keterangan: Bermakna pada α = 0,05
pelaksanaan intervensi latihan Range Berdasarkan uji T-Test pada
of Motion (ROM) aktif ekstremitas kelompok perlakuan didapatkan nilai
atas pada kelompok kontrol P = 0,003 dan nilai α = 0,05 berarti P
didapatkan nilai P = 0,001 dan nilai α < α maka H0 ditolak, artinya intervensi
= 0,05 berarti P < α, artinya bahwa ada latihan Range of Motion (ROM) aktif
perbedaan yang bermakna pada efektif terhadap perubahan emosional
kelompok kontrol sebelum dan pada pasien pasca stroke di wilayah
sesudah pelaksanaan intervensi ROM kerja Poli Saraf Surabaya. Sedangkan
aktif. Dari tabel 4 hasil dari delta rata- pada kelompok kontrol didapatkan
rata didapatkan 2,5. Hal ini nilai P = 0,530 dan nilai α = 0,05
menunjukkan adanya kenaikan nilai berarti P > α maka H0 diterima, yang
pada kelompok kontrol sebelum dan berarti tidak ada pengaruh pada
sesudah pelaksanaan intervensi latihan perubahan emosional pada pasien
Range of Motion (ROM) aktif kelompok kontrol karena tidak
ekstremitas atas. diberikan intervensi latihan Range of
5. Perbedaan perubahan emosional Motion (ROM) aktif ekstremitas atas.
pre-post intervensi latihan ROM
aktif pada kelompok perlakuan dan b. Pembahasan
perbedaan perubahan emosional Perubahan emosional dapat
pre-post intervensi latihan ROM dipengaruhi dari berbagai faktor,
aktif ekstremitas atas pada seperti usia, jenis kelamin, riwayat
kelompok kontrol menderita hipertensi, serta seringnya
Tabel 5 Distribusi perbedaan melakukan olahraga ringan dirumah.
perubahan emosional pre-post Peneliti melakukan pengukuran
intervensi latihan Range of Motion
197 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 191-199

tingkat perubahan emosional pada 20 penderita pasca stroke didapatkan


responden untuk mengetahui kenaikan nilai rata-rata setelah
perbedaan sebelum dilakukan dilakukan intervensi latihan ROM
intervensi latihan ROM aktif. Hal ini aktif pada kelompok perlakuan,
berdasarkan adanya beberapa sedangkan pada kelompok kontrol
responden yang melakukan kegiatan juga terjadi kenaikan meskipun tidak
olahraga dirumah akan tetapi dalam dilakukan intervensi.
melakukan aktivitas dirumah tidak Setelah tindakan latihan ROM
mandiri dan seringnya meminta aktif ekstremitas atas selama satu
bantuan orang lain dan responden juga minggu menunjukkan peningkatan
memiliki perubahan emosional yang terhadap emosional responden pada
tidak menentu. kelompok perlakuan. Hal ini berarti
Menurut Angraini (2014) dan bahwa tindakan latihan ROM aktif
Nurmalina (2011) salah satu manfaat ekstremitas atas yang diberikan pada
dari olahraga ringan yang dilakukan kelompok perlakuan dapat
dapat meningkatkan sistem kekebalan meningkatkan emosional penderita
tubuh, membantu menurunkan pasca stroke dalam cara berpikir
kecemasan, stress dan depresi, dan sehingga dapat mengubah perasaan
membantu meningkatkan mood atau dan perilaku yang awalnya tidak
suasana hati. Olahraga ringan dapat mendukung kesehatan menjadi lebih
meningkatkan kesehatan secara fisik positif (Rizki, 2004). Latihan aktif
dan juga secara emosional. Gerakan- dapat mempercepat pasien dalam
gerakan yang dilakukan dapat melakukan gerak dan fungsi yang
meningkatkan sirkulasi darah sehingga mempengaruhi terhadap derajat
tubuh terasa segar, dan pikiran pun penyembuhan (Suyono, 2002).
juga merasa tenang. Menurut Soegiarto (2004)
Perubahan emosional pada mengungkapkan bahwa latihan fisik
penderita pasca stroke di wilayah kerja selain bermanfaat untuk kebugaran
Rumah Sakit Islam Surabaya setelah tubuh, juga bermanfaat untuk
diberikan tindakan latihan range of mengstabilkan fungsi sistem organ
motion (ROM) aktif eksremitas atas manusia. Latihan fisik juga
mengalami perubahan, terutama pada memainkan peran penting dalam
kelompok perlakuan. Berdasarkan pemeliharaan fungsi otot dalam tubuh
tabel 2 menunjukkan bahwa dari 10 manusia (Berwald,2007).
responden kelompok perlakuan Pada kelompok perlakuan setelah
mendapatkan skor nilai cheklist diberikan intervensi latihan ROM aktif
perubahan emosional minimal 75 dan perubahan emosional berubah menjadi
maksimum adalah 81 dengan rata-rata semakin membaik atau menjadi lebih
nilai dari 10 responden kelompok stabil, hal ini karena latihan dapat
perlakuan adalah 76,4. Sedangkan dari mempengaruhi kesehatan penderita
10 responden kelompok kontrol pasca stroke. Olahraga yang dilakukan
mendapatkan skor nilai cheklist secara teratur dapat memperbaiki
perubahan emosional minimal 56 dan sirkulasi darah dan menjadikan tubuh
maksimum adalah 77 dengan rata-rata lebih terasa segar dan pikiran lebih
nilai dari 10 responden kelompok tenang. Sedangkan pada kelompok
kontrol adalah 68,6. Dapat kontrol tidak dilakukan intervensi
disimpulkan dari hasil checklist latihan tetapi hasil nilai rata-rata dari
terhadap perubahan emosional pada checklist perubahan emosional juga
Setiyowati, Ilmiyah: Intervensi Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Pada 198
Ekstremitas Atas Terhadap Perubahan Emosional Pada Pasien Pasca Stroke Di
Poli Saraf Rumah Sakit Islam Surabaya

didapatkan semakin meningkat. Hal


ini disebabkan karena pada kelompok DAFTAR PUSTAKA
kontrol tidak dibatasi untuk ASA. 2015. Let’s Talk About
melakukan kegiatan sehari-hari, Emotional Change After Stroke.
mereka bisa melakukan aktivitas Auryn, Virzara. 2007. Mengenal Dan
lainnya dan bisa juga mereka Memahami Stroke. Yogyakarta:
melakukan olahraga ringan tetapi tidak Katahati.
sesuai dengan prosedur latihan seperti Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan
yang dilakukan kelompok perlakuan. Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta:
KESIMPULAN Salemba Medika.
Berdasarkan hasil penelitian yang Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2009.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Statistika untuk Kedokteran dan
pada pasien pasca stroke di Poli Saraf Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
Rumah Sakit Islam Surabaya setelah dan Multivariat. Jakarta: Salemba
dilakukan intervensi latihan ROM Medika.
aktif pada ekstremitas atas terdapat Daldiyono. 2011. Hemat Emosi.
perbedaan yang bermakna antara Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
sebelum dan sesudah latihan pada Effendi Ferry dan Makhfudli. 2009.
kelompok perlakuan, sedangkan pada Keperawatan Kesehatan
kelompok kontrol tidak terdapat Komunitas Teori dan Praktek
perbedaan bermakna karena pada dalam Keperawatan. Jakarta:
kelompok kontrol tidak dilakukan Salemba Medika.
intervensi latihan ROM pada Goldszmidt, Adrian & Louis R.
ekstremitas atas. Caplan. 2013. Stroke Esensial. Ed.
2. Jakarta: Indeks.
Saran Golemen, Daniel. 2007. Kecerdasan
1. Bagi penderita stroke Emosi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Latihan Range of Motion (ROM) Utama.
aktif ini mudah untuk dilakukan Gordon, Neil 2004. Physical Activity
dimana saja, sehingga tidak and Exercise Recommendations
memperberat beban penderita. Selain for Stroke Survivors. America:
itu latihan ini tidak hanya AHA Circulation.
meningkatkan kesehatan jasmani saja, Henderson, Leila. 2002. Stroke:
tetapi dapat juga memperbaiki Panduan Perawatan. Jakarta:
kesehatan emosional dan mental. Arcan.
2. Bagi peneliti selanjutnya Hude, Darwis M. 2006. Emosi:
Penelitian ini sangat luas untuk Penjelajahan Religio-Psikologis
dikembangkan, sehingga untuk Tentang Emosi Di Dalam Al-
peneliti selanjutnya diharapkan dapat Quran. Jakarta: Erlangga.
meneliti lebih lanjut lagi hubungan- Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi
hubungan antara aktivitas sehari-hari, Bagi Insan Stroke. Yogyakarta:
riwayat hipertensi dengan perubahan Graha Ilmu.
emosional. Kurnia, Asep Nenggala. 2006.
3. Bagi institusi pendidikan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Penelitian diharapkan dapat Kesehatan. Jakarta: Grafindo
menambah wawasan bagi pendidik Media Pratama.
maupun mahasiswa keperawatan.
199 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 191-199

Kurniawan, Wahyu. 2016. Melewati Tamher & Noorkasiani. 2009.


Stroke dengan Cinta: Panduan Kesehatan Usia Lanjut dengan
Lengkap Merawat Keluarga Saat Pendekatan Auhan Keperawatan.
Terkena Stroke. Yogyakarta: Satu Salemba Medika: Jakarta
Arah. Tilling, Kate Et Al. 2005. A Family
Levine, G. Peter. 2008. Stronger After Support Organiser For Stroke
Stroke Your Roadmap To Patient And Their Carers: A
Recovery. Demos Medical Randomised Controlled Trial.
Publishing. London: Kings College London.
Murtaqib. 2013. Perbedaan Latihan Wuryanano. 2007. The 21 Principles
Range Of Motion (ROM) Pasif dan To Build And Develop Fighting
Aktif Selama 1-2 Minggu Spirit. Jakarta: Elex Media
Terhadap Peningkatan Rentang Komputindo.
Gerak Sendi pada Penderita Yastroki. 2008. Stroke Di Indonesia
Stroke di Kecamatan Tanggul Tambah Besar. Jakarta: Gemari.
Jember. Jurnal Keperawatan Zhang et.al . 2011. Korelasi antara
Soedirman: Universitas Jember. Dukungan Sosial dan Depresi
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Pada Pasien Stroke Usia Lanjut
Keperawatan Klien dengan Dalam Tahap Gejala Sisa Dari
Gangguan Sistem Persarafan. Lima Komunitas Shanghai, Cina.
Jakarta: Salemba Medika. Vol. 6, Page 1493-1497
Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
NSA. 2012, Recocery After Stroke:
Personality And Behavior
Changes.
Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi
dalam Keperawatan Gerontik.
EGC: Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Ratnasari, Pepy et al. Hubungan
Antara Tingkat Ketergantungan
Activity Daily Living dengan
Depresi pada Pasien Stroke di
RSUD Tugurejo Semarang.
STIKES Telogorejo Semarang.
2011
Sari, Astuti Indah. 2010. Hubungan
Dukungan Keluarga dengan
Kestabilan Emosi pada Penderita
Pasca Stroke di RSUD Undata.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

You might also like