Professional Documents
Culture Documents
3829 ID Determinant Factor in Stagnant and Stockout of Dry Food Inventory in Nutrition U
3829 ID Determinant Factor in Stagnant and Stockout of Dry Food Inventory in Nutrition U
FAKTOR PENYEBAB STAGNANT DAN STOCKOUT BAHAN MAKANAN KERING DI INSTALASI GIZI RSUD
BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA
DETERMINANT FACTOR IN STAGNANT AND STOCKOUT OF DRY FOOD INVENTORY IN NUTRITION UNIT
OF BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA
1 2
Siti Nur Jayani , Widodo J. Pudjirahardjo
RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail: jayani.fkm@gmail.com
ABSTRACT
Supplies material dry food in installation nutrition during periods of 2012 average rate occurrence
stagnant to 40 % and eventful stockout of 29 %. Management supplies food dry important to be implemented well
so risk stagnant and stockout can be avoided causes damage loss. The purpose of this research is identify
management supplies food dry, and analyzing cause stagnant and stockout groceries dry. This research was
descriptive with quantitative approach, which uses observational study and indepth interview conducted by cross
sectional. The result showed that in logistic unit of nutrition installation. Stagnant very high occurring in march and
may of 29,1 % and groceries dry stockout of 33,4 % in april 2013. Cause stagnant procurement is excessive and
change diet food from the patients. The cause of stockout is increasing visits his patient and condition that was
limited, and lack of human resources. The conclusion of research indicated that the implementation of a
management system in unit logistics nutrition installation has not been optimal so that need to be repaired in
planning a food in accordance with the needs, the addition of human resources and evaluating the supply of dry
food.
suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dalam
anggaran, menu sampai dengan pendistribusian menjalankan pelayanan kesehatan pada Unit
makanan konsumen. Agar dapat memberikan Logistik Instalasi Gizi, khususnya pengelolaan bahan
pelayanan dengan optimal, maka dibutuhkan makanan kering belum berjalan dengan baik, karena
berbagai sumber daya yang harus diatur sedemikian masih terjadi stagnant dan stockout bahan makanan
rupa antara perencanaan kebutuhan, pengadaan, kering. Data stagnant dan stockout jenis bahan
penyimpanan dan distribusi, serta adanya evaluasi makanan kering di Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD
sehingga dapat menghasilkan kualitas pelayanan BDH periode Januari hingga Desember 2012,
yang sesuai (Depkes, 2003). Fungsi manajerial menunjukkan bahwa rata-rata angka kejadian
dalam persediaan sangat penting karena melibatkan stagnant 40% dan stockout sebesar 29%. Penelitian
investasi uang yang tidak sedikit. Investasi yang ini bertujuan untuk mengidentifikasi manajemen
digunakan terlalu banyak akan mengakibatkan biaya persediaan bahan makanan kering dan menganalisis
penyimpanan terlalu banyak yang mungkin faktor penyebab kejadian stagnantdan stockout
mempunyai opportunity cost. Persediaan yang tidak bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSUD Bhakti
mencukupi dapat menyebabkan biayakekurangan Dharma Husada Surabaya. Penelitian ini diharapkan
bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan
Instalasi Gizi RSUD Bhakti Dharma Husada mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan
2. Fungsi Penganggaran.
Manajemen persediaan adalah jantung kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian
dari sistem persediaan(Waluyo, 2006). Persediaan penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu atau
timbul disebabkan tidak sinkronnya permintaan skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah
dan penyediaan, serta waktu yang digunakan biaya (Subagya, 1994). Dalam fungsi penganggaran,
untuk memproses bahan baku. Empat faktor semua rencana dari fungsi perencanaan dan
fungsi persediaan menurut Yamit (2003) adalah penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk
faktor waktu, ketidakpastian waktu datang, disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana yang
langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha
tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang
khusus perencanan logistik adalah merencanakan dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum
oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan ada menjadi ada.Kegiatan ini termasuk dalam usaha
sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada
organisasi (Subagya, 1994), juga menyatakan bahwa dalam batas-batas efisiensi (Subagya, 1994).Fungsi
perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi
tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman atau mewujudkan kebutuhan yang telah
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara direncanakan atau telah disetujui sebelumnya. Cara–
terencana dalam memuat keinginan serta usaha cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi
teknis yang menyangkut pihak luar maka sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan salah, tercecer atau tidak ditemukan;
usaha untuk melakukan pengelolaan barang b. Teknis dan ekonomis: Setelah nilai barang
penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi Kerusakaan yang tidak dapat diperbaiki,
dan biaya serendah-rendahnya.Fungsi ini mencakup efektifitas), kadaluarsa yaitu suatu barang
semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan tidak boleh dipergunakan lagi menurut
dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau
Kualitas barang dapat dipertahankan, barang deteriorasi yaitu barang mengurang karena
terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang susut, menguap atau handling, busuk karena
lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri. tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang
atau usaha untuk mengelola pemindahan barang Pengendalian adalah sistem pengawasan dari
dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994). hasil laporan, penilaian, pemantauan dan
c. Proses pengeluaran fisik barang; manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan
f. Pelaksanaan rencana yang telah ditentukan. evaluasi dan laporan, guna mendapatkan
Menurut Quick (1997), perbekalan bahan i. Cara pelayanan dan distribusi makanan;
makanan merupakan salah satu logistik yang berada j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi
dilakukan dengan pendekatan manajemen logistik Pengadaan adalah suatu proses untuk
tahapan tersebut di atas harus dilakukan. Secara mendapatkan perbekalan. Tujuan sistem pengadaan
umum siklus dan penggunaan bahan makanan di adalah untuk mendapatkan bahan makanan dengan
rumah sakit akan mencakup tahap seleksi bahan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin tepat
makanan, tahap pengadaan, tahap distribusi dan waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan
tahap penggunaan yang disusun berdasarkan tenaga yang berlebihan (Suryawati, 1996).
pengalaman tahun yang lalu dan perkiraan yang Langkah proses pengadaan dimulai dengan
baik dengan adanya dukungan dari pihak a. Review daftar bahan yang akan diadakan;
manajemen yaitu pengorganisasian, dana, sistem b. Menentukan jumlah masing-masing item yang
dilakukan agar jumlah persediaan bahan makanan e. Memilih supplier atau rekanan;
dapat efisien dan efektif, mendukung kelancaran f. Memonitor pengiriman barang, menerima
macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan 3. Penyimpanan dan Distribusi Bahan Makanan.
bahan makanan hingga proses penyediaan makanan Kegiatan penyimpanan atau storage atau
matang bagi pasien dan karyawan rumah sakit, yang pergudangan, dimulai dari datangnya barang yang
gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan g. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak
pada kartu stok gudang untuk pengendalian ada kegiatan serta dibuka pada waktu yang
inventory serta barang dimasukkan dan ditempatkan telah ditentukan. Pegawai yang masuk keluar
pada tempat yang telah ditentukan di dalam gudang. gudang juga hanya pegawai yang ditentukan;
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata h. Suhu ruangan harus kering hendaknya
0
cara menata, menyimpan, memelihara keamanan berkisar antara 19-21 C;
bahan makanan kering baik kualitas maupun i. Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali
a. Bahan makanan harus ditempatkan secara k. Semua lubang yang ada di gudang harus
teratur menurut macam, golongan ataupun berkasa, serta bila terjadi pengrusakan oleh
dahulu (FIFO = First In First Out). Untuk Analisis ABC atau dikenal dengan nama analisis
mengetahui bahan makanan yang diterima Pareto (Pareto analysis) dibuat berdasarkan sebuah
diberi tanda tanggal penerimaan; konsep yang dikenal dengan Hukum Pareto
c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan (Pareto’s Law). Kata Hukum Pareto menyatakan
serta berbagai pembukaan di bagian bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase
penyimpanan bahan makanan ini, termasuk terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak
kartu stok bahan makanan harus segera diisi terbesar (80%). Analisis ABC adalah metode
tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya, pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan
diperiksa dan diteliti secara kontinyu; peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah,
d. Kartu atau buku penerimaan, stok dan dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut
diisi dan diletakkan pada tempatnya; sejumlah 10-20% dari total item dan
e. Gudang dibuka pada waktu yang telah merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B
f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C
keadaan tertutup, terbungkus rapat dan tidak biasanya berjumlah 60-70% dari total item dan
berlubang, diletakkan di atas rak bertingkat merepresentasikan 10-20% total nilai (Bowersox, et
pada dinding;
kering yang stockout, penyebab stagnant dan 10. Pencatatan pelaporan dan evaluasi
penyebab stockout.Penelitian dilakukan di unit Seto, et al. (2004) pada siklus logistik terdiri dari
logistik instalasi gizi RSUD Bhakti Dharma Husada perencanaan dan peramalan kebutuhan,
Surabaya bulan Juni hingga Agustus 2013. penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan
mengelola unit logistik instalasi gizi RSUD BDH penghapusan dan pengendalian. Berdasarkan Dirjen
Surabaya.Unit analisis dalam penelitian ini adalah Yanmed, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
instalasi Gizi RSUD BDH Surabaya. Data primer Sakit ada 10 langkah penting dalam rangka
diperoleh dengan cara melakukan indepth interview pelayanan gizi rumah sakit meliputi perencanaan
dengan petugas dan observasi. Data sekunder anggaran belanja, perencanaan menu, perhitungan
diperoleh dengan melihat laporan persediaan bahan kebutuhan bahan makanan, prosedur pembelian
makanan kering di unit logistik instalasi gizi RSUD bahan makanan, prosedur penerimaan bahan
BDH Surabaya bulan Maret hingga Juli 2013.Teknik makanan, prosedur penyimpanan bahan makanan,
analisis data dimulai dengan melakukan analisis teknik persiapan bahan makanan, pengaturan
ABC (Bowersox, et al., 2002).Data yang telah pemasakan bahan makanan, cara pelayanan dan
manajemen persediaan dan narasi hasil indepth dan evaluasi. Dari kedua teori dalam cakupan
Pengelolaan Persediaan Bahan Makanan Kering evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
di Instalasi Gizi RSUD BDH Surabaya
kegiatan tersebut tetapi tidak dituliskan pada
Kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi RSUD
Kebijakan RSUD BDH Kota Surabaya.Manajemen
BDH Kota Surabaya berdasarkan laporan tahun
Persediaan telah dilakukan di Unit Logistik Instalasi
2012 mencakup 10 kegiatan yaitu :
Gizi RSUD BDH Kota Surabaya.
1. Perencanaan anggaran belanja
Kegiatan perencanaan bahan makanan kering
2. Perencanaan menu
tidak ada perencanaan kebutuhan perbulan,
melainkan perencanaan dilakukan setiap hari, setiap Kebijakan di RSUD BDH Surabaya belum ada
kali stok bahan tersisa sedikit akan segera dilakukan kebijakan tertulis yang mengatur batas safety stock
pengadaan. Perencanaan ini juga disesuaikan di Unit Logistik Instalasi Gizi, sehingga bisa menjadi
dengan anggaran. Apabila anggaran berlebih maka faktor penyebab adanya stockout karena tidak
akan dapat dilakukan penambahan pemesanan adanya ketentuan untuk safety stock atau
ditetapkan akan dapat mengakibatkan stagnant pemeriksaan barang yaitu penerimaan oleh petugas
bahan makanan kering, buffer stock yang tidak yang berada di gudang logistik makanan.Petugas
ditetapkan di Unit Logistik bisa berpengaruh pada yang berada di gudang logistik melakukan
kondisi stagnant bahan makanan kering, pengecekan dengan di dampingi oleh ahli gizi.Pihak
kecenderungan pengadaan dengan membeli bahan petugas dari unit logistik makanan memeriksa
makanan fast moving lebih banyak dan pembelian jumlah, spesifikasi dari barang yang dipesan,
sekaligus untuk bahan makanan berharga murah. kemasan, dan tanggal kadaluarsa. Tahap
Sistem pengadaan logistik makanan yang ada di selanjutnya petugas yang berada di gudang logistik
Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya adalah memasukkan data barang dalam sistem pancatatan
metode pengadaan langsung, yang dilakukan oleh gudang yaitu dengan cara manual dengan kartu
langsung ini biasanya pembelian dalam jumlah kecil Menurut pedoman pelayanan gizi rumah sakit,
dan perlu segera tersedia serta relatif agak mahal. penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan
Berdasarkan hasil observasi jadwal pengadaan yang meliputi pemeriksaan, pencatatan dan
bahan makanan kering tidak sesuai jadwal hal ini pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
menyebabkan pekerjaan overload tidak efektifnya bahan makanan yang diterima sesuai dengan
waktu pengadaan bahan makanan kering. pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan
Pengadaan bahan makanan melalui pembelian (Depkes 2003). Penerimaan bahan makanan kering
langsung apabila bahan makanan di bagian dilakukan dengan baik oleh pihak gudang makanan
distributor kosong akan mengalami hambatan dan ahli gizi, yaitu dengan melakukan pengecekan
kebutuhan bahan makanan. Hal ini juga dapat diharapkan dapat menjaga kualitas dan kuantitas
menjadi penyebab stockoutnya bahan makanan bahan makanan yang masuk ke gudang logistik
kering. Persediaan pengaman (safety stock) adalah makanan rumah sakit. Pengecekan untuk
persediaan tambahan yang di adakan untuk menghindari penerimaan bahan makanan yang
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya rusak kemasannya atau kadaluarsa, sehingga sesuai
kekurangan bahan (stockout) (Bowersox, et al., dengan permintaan dan dapat segera digunakan
akan di masukkan dan di simpan di gudang logistik produksi, petugas gudang yang akan menyiapkan
Penyimpanan bahan makanan di gudang logistik Pendistribusian bahan makanan tidak terdapat
makanan dianggap kurang mendukung kegiatan petugas khusus, yaitu secara langsung dilakukan
penyimpanan, karena masih ada beberapa barang oleh petugas gudang. Penyaluran bahan makanan
yang diletakkan diluar gudang penyimpanan bahan adalah tata cara mendistribusikan makanan
makanan kering. Gudang penyimpanan yang ada di berdasarkan permintaan harian dengan tujuan
Instalasi Gizi belum mempunyai termometer suhu tersedianya bahan makanan yang siap pakai dengan
ruangan yang memantau kondisi suhu ruangan, kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai pesanan
sehingga dapat memungkinkan bahan rusak.Setiap (Depkes, 2003). Sistem distribusi bahan makanan
bahan makanan telah dilengkapi dengan kartu stok yang ada di Instalasi Gizi sejauh ini sudah sesuai
untuk pencatatan bahan masuk dan keluar serta sisa dengan protap yang telah ditetapkan rumah sakit
bahan makanan. Metode penyimpanan di Unit yaitu menggunakan form yang telah ditandatangani
Logistik Gizi menggunakan FEFO (first expired first oleh penanggung jawab dapur, dan adanya kartu
out) yang seharusnya menurut Depkes (2003) stok atau buku catatan keluar masuknya bahan
adalah metode FIFO yang harus diterapkan. Hal ini makanan kering.
dilakukan untuk mencegah bahan yang rusak akibat Pengendalian logistik bahan makanan di
di Unit Logistik Instalasi Gizi kurang optimal karena dilakukan secara langsung dilapangan dan secara
kondisi gudang yang kurang mendukung sehingga tak langsung yaitu melalui laporan persediaan bahan
bisa menyebabkan adanya bahan makanan yang makanan kering. Pengendalian perlu diperhatikan
stockout. Tidak terdapatnya protap penyimpanan apabila stok bahan makanan dalam keadaan menipis
bahan makanan kering dan perlunya perbaikan dan keadaan permintaan bahan makanan melonjak
fasilitas untuk mendukung kualitas bahan makanan atau dalam keadaan sebaliknya, maka Instalasi Gizi
yang akan digunakan untuk pelayanan gizi dan dapat mengoreksi kembali dan merevisi daftar
optimalisasi inventory yang mempengaruhi stagnant perencanaan pengadaan bahan makanan kering,
dan stockoutnya bahan makanan kering di Unit sehingga hal ini dapat mnegurangi angka kejadian
Logistik Gizi. Optimalisasi kegiatan inventory untuk stagnant dan stockout bahan mkanan kering di unit
menghindari terjadinya stockout dan stagnant bahan logistik gizi. Menurut Yamit (1999), tujuan
makanan yaitu dengan adanya ukuran atau jumlah manajemen persediaan adalah untuk menyediakan
safety stock. Pendistribusian atau penyaluran bahan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dan
makanan kering kepada petugas produksi biaya yang rendah. Menurut Waluyo (2006), terdapat
digunkan untuk menjaga persediaan tetap stabil, dilakukan terhadap masukan, proses, luaran,
antar lain Economic Order Quantity (EOQ), Material dampak untuk menilai relevansi kecukupan,
Requirement Planning (MRP), tabel Material kesesuaian dan kegunaan, dalam hal ini diutamakan
Production Schedule (MPS) dan Just-In-Time. luaran atau hasil yang dicapai (Depkes, 2003).
Tidak ada protap yang mengatur pengendalian Kegiatan evaluasi instalasi gizi belum optimal dalam
bahan makanan kering, sehingga pihak RSUD BDH melakukan evaluasi manajemen pengelolaan bahan
Kota Surabaya harus menentukan metode makanan kering, sehingga masih ditemukan
pengendalian yang sesuai dengan kondisi beberapa masalah manajeman persediaan bahan
manajemen persediaan agar dpat memenuhi tujuan makanan, antara lain yaitu perencanaan yang belum
manajemen persediaan bahan makanan yaitu tepat sesuai dengan kebutuhan bahan, pengadaan bahan
waktu, tepat jumlah, tepat kualitas dan biaya makanan diluar prosedur, kualitas SDM unit logistik
terendah dapat dicapai dena mengurangi stagnant yang masih kurang, dan sistem pengendalian bahan
dan stockout bahan makanan kering di Unit Logistik makanan yang belum maksimal karena masih terjadi
Intalasi Gizi RSUD BDH Surabaya. Kegiatan adanya stagnant dan stockout bahan makanan
Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kelompok A makanan kering, maka kelompok B adalah kelompok
memiliki persentase jumlah sediaan 11 % dan nilai bahan makanan kering yang memerlukan
investasi 70% dari total sediaan bahan makanan pengendalian sedang karena nilai investasinya
kering, maka kelompok A adalah kelompok bahan sedang.Kelompok C memiliki persentase jumlah
makanan yang memerlukan pengendalian ketat sediaan 69% dan nilai investasi 10% dari total
karena nilai investasinya yang tinggi. Kelompok A sediaan bahan makanan kering. Jadi kelompok C
terdiri dari bahan beras, air minum gelas, minyak adalah kelompok bahanmakanan yang memerlukan
goreng, roti cracker, gula pasir dan tepung kobe. pengendalian longgar karena nilai investasinya yang
Tabel 2 Data Stagnant berdasarkan ABC di Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya Bulan Maret
s/d Juni 2013
Stagnant berdasarkan kategori
Bulan Jumlah
A (6) B (10) C (35)
2 7 15
Maret 24
(33,3%) (70%) (42,9%)
1 5 13
April 19
(16,7%) (50%) (42,9%)
2 7 15
Mei 24
(33,3%) (70%) (42,9%)
2 6 12
Juni 20
(33,3%) (60%) (34,3%)
Data Tabel 2 di atas adalah data besar adalah bahan makanan yang mempunyai nilai
persentase pada kelompok A kejadian stagnant investasi paling tinggi, sehingga perlu diperhatikan
tertinggi dengan nilai sebesar 33,3% dari jumlah pada saat pengadaan bahan makanan. Kelompok B
jenis kelompok A yang terjadi pada bulan Maret, Mei kejadian stagnant tertinggi terjadi pada bulan Maret
dan Juni. Hal ini menunjukkan kurang efektifnya dan Mei yaitu sebesar 70% dari total bahan
Tabel 3 Nilai Rupiah StagnantBahan Makanan Kering di Unit Logistik Instalasi Gizi Bulan Juni 2013
Jumlah jenis bahan makanan kering yang sebelumnya sudah disediakan kebutuhan untuk
mengalami stagnant sebanyak 20 jenis bahan beberapa hari, karena perubahan tersebut bisa
makanan dengan jumlah kelompok A yang paling menyebabkan kejadian stagnant . Jadi kedua faktor
sedikit yaitu 2 jenis bahan makanan yaitu air mineral tersebut menjadi penyebab utama kejadian stagnant
dan gula pasir. Hal ini menandakan bahwa pada bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSUD BDH
yang paling sedikit tetapi memiliki efek yang besar Faktor penyebab stockout bahan makanan
dengan nilai bahan makanan paling tinggi. Biaya kering dapat diketahui bahwa sebanyak 3 responden
total yang dikeluarkan untuk pembelian bahan atau 62,5 % memilih naiknya kunjungan pasien.
makanan yang mengalami stagnant tersebut sebesar Terdapat 1 responden atau 25% dari total responden
Faktor penyebab stagnant bahan makanan penyimpanan, dan terdapat 1 responden sebesar
keringadalah sebanyak 2 responden atau 50% dari 12,5 % dari total responden memilih SDM di Instalasi
total responden memilih pengadaan bahan yang gizi yang tidak mencukupi sehingga terdapat
berlebihan karena perencanaan tidak sesuai dengan pekerjaan tidak bisa maksimal dalam pengerjaannya.
kebutuhan. Penggunaan bahan makanan pengganti Terdapat 1 responden yang menjawab 2 faktor
karena menu diet pasien yang berubah dipilih 2 penyebab stockout sehingga frekuensi terdapat 0,5.
responden atau 50 % dari total responden, yang Jadi faktor penyebab utama stockout adalah naiknya
290
kunjungan pasien yang tidak bisa diprediksi atau dengan bahan yang fast moving, medium moving
permintaan dari setiap unit yang berlebihan dan stok dan slow moving. Penambahan SOP manajerial atau
gudang kosong atau sedikit karena perencanaan protap untuk optimalisasi kegiatan inventory di
pembelian sebagai dasar usulan pembelian tidak gudang logistik makanan untuk mengontrol
Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya. makanan.Pada pengendalian diperlukan metode
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan belum dilaksanakan secara Bowersox, D., Closs J. David, dan Cooper M. Bixby,
2002. Supply Chain Logistics Management.
efektif karena masih terdapat stagnant dan stockout Boston: Brent gordon.
Depkes RI., 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
bahan makanan kering di Unit Logistik Instalasi Gizi Sakit. Direktoral jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
RSUD BDH Kota Surabaya.Laporan persediaan Quick, D., 1997. Managing Drug Supply, The
Selection, Procurement, Distribution, And
menunjukkan kejadian stagnant sebesar 36,9% dan Use of Pharmaceuticals. Boston
Massachusetts: Kumarianpress inc.
stockout sebesar 29,9%. Penyebab stockout adalah, Rahimy, R., 1997. Manajemen Pelayanan Gizi
Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Andi Offset.
naiknya kunjungan pasien, kondisi gudang yang Rangkuti, F., 1998. Manajemen Persediaan Aplikasi
Di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo
terbatas, serta kondisi SDM yang kurang mencukupi, Persada.
Sabarguna, B. S., 2005. Logistik Rumah Sakit dan
sedangkan penyebab stagnant adalah, pengadaan Teknik Efisiensi. Daerah Istimewa
Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam
bahan makanan yang berlebihan karena pembelian Jateng.
Seto, Nita, dan Trianan, 2004. Manajemen Farmasi.
dan penggunaan bahan makanan lain akibat Surabaya: Airlangga University Press
Subagya, M., 1994. Manajemen Logistik. keempat
perubahan diit pasien. ed. Jakarta: PT Gunung Agung.
Suryawati, 1996. Efisiensi Pengelolaan Obat di
RSUD BDH Kota Surabaya perlu Rumah Sakit. Yogyakarta: UGM.
Waluyo, D., 2006. Analisis Penyebab Utama
melakukan perencanaan kebutuhan bahan makanan Stagnant pada Manajemen Persediaan
Obat di Rumah Sakit Kusta Kediri. In: Tesis.
kering yang sesuai kebutuhan riil, perhitungan safety Surabaya: Universitas Airlangga, pp. 1-5.
Yamit, S., 2003. Manajemn Persediaan.Yogyakarta:
stock untuk setiap bahan makanan agar disesuaikan EKONISIA Fakultas Ekonomi UI.