You are on page 1of 35

CONTENTS

INTRODUCTION 4

COMPANY PROFILE 6
PROFIL PERUSAHAAN 6
VISION 6
MISSION 7
CORPORATE CULTURE 7
SUBSIDIARY 7
COMPANY STRUCTURE 7

KAEF POSITIONING 8
INDUSTRY MAPPING 8
PORTER’S FORCES MODEL ANALYSIS 9

FIVE-YEAR TREND ANALYSIS 10


BALANCE SHEET ANALYSIS 10
CASH FLOW ANALYSIS 17
4. FINANCIAL RATIO ANALYSIS 21
Liquidity : 22
Solvability : 23
Asset Management Efficiency : 24
Profitability : 25

FORECAST 29

CONCLUSIONS 35

2
Disclosures:

Ownership and material conflicts of interest:

The author(s), or a member of their household, of this report [holds/does not hold] a financial interest in the
securities of this company.

The author(s), or a member of their household, of this report [knows/does not know] of the existence of any
conflicts of interest that might bias the content or

publication of this report. [The conflict of interest is…]

Receipt of compensation:

Compensation of the author(s) of this report is not based on investment banking revenue.

Position as a officer or director:

The author(s), or a member of their household, does [not] serve as an officer, director or advisory board member
of the subject company.

Market making:

The author(s) does [not] act as a market maker in the subject company’s securities.

Disclaimer:

The information set forth herein has been obtained or derived from sources generally available to the public and
believed by the author(s) to be reliable, but the author(s) does not make any representation or warranty, express
or implied, as to its accuracy or completeness. The information is not intended to be used as the basis of any
investment decisions by

3
CHAPTER 01
INTRODUCTION

Perusahaan farmasi pada esensinya adalah perusahaan komersial yang menghasilkan


obat-obatan. Perusahaan tersebut memiliki izin resmi untuk bergerak dalam penelitian dan
pengembangan serta pendistribusian dan perdagangan obat-obatan guna menunjang
kesehatan. Industri farmasi menjadi bagian yang signifikan dalam sebuah negara mengingat
pentingnya peran kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia, beberapa
perusahaan farmasi berada di bawah naungan negara (BUMN), di mana lebih dari setengah
sahamnya dimiliki oleh negara.

Pandemi global yang disebabkan oleh virus Covid-19 menjadi salah satu sorotan utama di
tahun 2020. Kesehatan menjadi isu yang penting untuk diangkat. Secara personal, setiap
individu berupaya menjaga ketahanan tubuhnya agar mampu menangkal virus. Ragam
upaya dilakukan, mulai dari mengubah pola makan, rajin berolahraga, mengonsumsi obat-
obatan tradisional hingga vitamin baik dari dalam maupun luar negri. Dalam skala nasional,
pemerintah juga berupaya untuk menekan laju pertumbuhan angka covid dengan
pemberlakuan aturan pembatasan sosial hingga subsidi

Di saat kebanyakan industri di berbagai belahan dunia berjuang untuk bertahan,industri


kesehatan justru menjadi salah satu industri yang rupanya semakin meroket dengan situasi
ini. Seperti yang dikatakan oleh Raden Pardede, Ekonom senior yang juga merupakan
bagian dari gugus tugas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN), industri kesehatan dan farmasi adalah sektor yang diuntungkan selama pandemi dan
akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan. Ia mengatakan, ini bisa menjadi peluang
jika Indonesia bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan ekspor. Pada April 2020,
menurutnya akan ada kemungkinan besar investasi dalam jumlah besar ke sektor ini, baik
dari dalam maupun luar negeri (Elena, 2020).

Ada pergerakan menarik di pasar bursa saham sehubungan dengan pandemi ini. Kasus
Covid-19 yang pertama terkonfirmasi di Indonesia pada Bulan Maret berhasil menjatuhkan
IHSG ke level 5.361 dan terus turun hingga level 3.937, padahal IHSG sempat bertengger di
level 6.300-an (Sugianto, 2020). Kendati demikian, waktu berselang dan IHSG kembali
membaik. Sebelum vaksinasi perdana kepada Presiden RI Joko Widodo, beberapa
perusahaan farmasi mengalami kenaikan harga saham yang cukup signifikan, termasuk

4
Kimia Farma (KAEF). Pergerakan saham ini didorong oleh sentimen positif dan optimisme
masyarakat akan penemuan vaksin Covid-19 (Saleh, 2020).
Ketika Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengabulkan izin penggunaan
darurat vaksin Sinovac dengan kemanjuran 65,3% pada 11 Januari 2021, sentimen positif
muncul lagi. PT Kimia Farma Tbk selaku BUMN farmasi yang menjalankan tugas untuk
pengadaan vaksin dalam penanggulangan Covid-19 pun turut menikmati dampak berita
tersebut. Namun, sehari setelah vaksinasi, saham emiten farmasi kembali tumbang hingga
hari ini (per 1 Februari 2021).

Terlepas dari naik turunnya nilai saham emiten farmasi di bursa saham, Kementerian
Perindustrian memasukkan industri farmasi dan alat kesehatan ke dalam sektor penting
dalam upaya pengembangan Making Indonesia 4.0 (Kemenperin: Industri Farmasi dan Alat
Kesehatan Masuk Program Making Indonesia 4.0, 2020). Tujuannya adalah agar Indonesia
dapat menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan, seperti dalam hal bahan baku obat
untuk mengurangi angka impor dan menjawab kebutuhan masyarakat akan farmasi dan alat
kesehatan terlebih dengan adanya pandemi global saat ini. Making Indonesia 4.0 dengan
transformasi digital manufaktur pun menjadi basis dari perkembangan ini ke depannya.

5
CHAPTER 02
COMPANY PROFILE

PROFIL PERUSAHAAN

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi


pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di
masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum
PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT
Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi
perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut
Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini
bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan
telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di
Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan
pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02 Tahun 2020 tanggal 28
Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari serta tertuang
dalam Akta risalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18 September 2019, terjadi perubahan nama
perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk,
efektif per tanggal 28 Februari 2020.

VISION

Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan


nilai yang berkesinambungan.

6
MISSION

● Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi, perdagangan


dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan pelayanan kesehatan serta optimalisasi aset.
● Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.
● Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder

CORPORATE CULTURE

Perseroan telah menetapkan dan menerapkan Nilai - Nilai Inti Perusahaan yang dijadikan
pedoman tingkah laku seluruh karyawan Perseroan, yang disebut dengan “I CARE”, yaitu :
Innovative (think without the box), Collaborative (working together is the key to success),
Agile (adapt & move quickly), Responsible (committed to excellence), dan Enthusiastic (be
energetic).

SUBSIDIARY

● Kimia Farma Trading & Distribution : Distribusi dan Perdagangan Produk Farmas
● Kimia Farma Apotek : Ritel Farmasi, Klinik Kesehatan & Klinik Kecantikan
● Sinkona Indonesia Lestari : Manufaktur dan Pemasaran Kina serta Minyak Atsiri
● Kimia Farma Dawaa : Distribusi Produk Farmasi
● Kimia Farma Sungwun Pharmacopia : Manufaktur dan Pemasaran Bahan Aktif
Farmasi
● PT Pharos Tbk : Manufaktur dan Pemasaran Produk Farmasi

COMPANY STRUCTURE

7
CHAPTER 03
KAEF POSITIONING

INDUSTRY MAPPING
Berikut merupakan gambaran peringkat sepuluh besar perusahaan farmasi di
Indonesia pada tahun 2019. Persebaran ini menunjukkan bagaimana posisi KAEF terhadap
kompetitor dalam industri ini. Pada diagram dibawah ini tampak bahwa KAEF (termasuk
Pharos) memiliki pangsa pasar 10,8% atau di peringkat ke-4.

Kedudukan ini masih diungguli oleh Dexa Medica, Sanbe dan Kalbe Farma. Meski demikian,
Biofarma selaku entitas induk KAEF juga tak kalah memiliki persentase yang memperkuat
pangsa pasar holding untuk mendominasi industri farmasi.

Terlepas dari pandemi, BPOM merilis informasi bahwa Industri Farmasi di Indonesia sejak
tahun 2015-2020 mengalami kenaikan, yang mulanya hanya berjumlah 210 menjadi 227 di
tahun 2020. Dan ekosistem produksi farmasi dalam negeri juga ditunjang dengan adanya 13
Industri Farmasi Bahan Baku Obat. Hal ini kiranya dapat memfasilitasi kenaikan nilai ekspor
industri farmasi dan obat tradisional tahun 2019 sebesar USD 597,7 juta di tahun-tahun
berikutnya.

8
PORTER’S FORCES MODEL ANALYSIS

sumber:https://sis.binus.ac.id/2018/02/21/porters-5-forces-model/

● Threat of new entrants | [LOW]

Pemain utama saat ini menguasai bagian pasarnya. Sedangkan untuk memasuki industri ini
membutuhkan izin, izin dan kebutuhan hukum lainnya. Mahalnya biaya untuk aset
operasional, R&D, pemasaran penjualan dan distribusi tentunya membuat persaingan
menjadi sulit.

● Rivalry Among Existing Competitors | [MEDIUM - HIGH]


Farmasi adalah industri yang sulit untuk dimasuki pasar, tetapi tentunya bersaing, terutama
selama pandemi. Siapa pun bisa mendapatkan momentum untuk menjadi yang pertama
mengklaim paten maupun inovasi yang mengubah permintaan pasar.
● Bargaining power of suppliers | [MEDIUM - HIGH]
KAEF dan para pelaku farmasi lainnya masih sangat bergantung pada pasokan bahan baku
dari luar negeri, oleh karena itu KAEF berupaya untuk memiliki aset sendiri agar lebih
mandiri dalam operasional produksinya.
● Bargaining power of buyers | [MEDIUM - HIGH]
Selain isu durasi masa paten, masyarakat Indonesia masih tertarik untuk melakukan
pengobatan herbal atau tradisional. Hal ini dapat menjadi ancaman seiring dengan tingkat
daya beli konsumen dalam masa pandemi, serta minimnya literasi kesehatan secara
nasional.
● Threat of substitute products | [HIGH]
Konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga. Konsumen juga cenderung
membandingkan dengan produk berbahan dasar natural. Selain itu, pasar Indonesia juga
sangat dipengaruhi oleh tenaga medis karena rendahnya tingkat literasi kesehatan.

9
CHAPTER 03
FIVE-YEAR TREND ANALYSIS

1. BALANCE SHEET ANALYSIS

PT KIMIA FARMA Tbk DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Per 31 Desember 2019
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2019 2018 2017 2016 2015
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 1.360.268 2.068.665 1.136.628 647.683 460.994
Piutang Usaha 2.116.727 1.325.116 1.291.305 710.031 555.352
Piutang Lain-Lain 250.477 96.534 49.059 23.023 20.854
Persediaan 2.849.106 2.126.016 1.350.992 967.326 742.317
Beban Dibayar di Muka 810.283 761.675 599.554 558.671 321.403
JUMLAH ASET LANCAR 7.344.787 6.378.008 4.427.595 2.906.737 2.100.921
ASET TIDAK LANCAR
Investasi jangka panjang 184.428 184.633 184.633 165.000 165.653
Piutang lain-lain jangka panjang 9.989 3.191 3.118 2.693 98
Aset Tetap
(setelah dikurangi akumulasi penyusutan) 9.279.811 3.315.148 2.074.085 1.006.745 674.489
Aset Properti Investasi 1.011.569 922.145 323.837 274.550 266.537
Aset belum digunakan 180 9.301
Beban ditangguhkan 747 1.299
Aset tak berwujud 187.316 185.239 10,493 5.401 5,638
Aset Lain-Lain 305.723 263.555 204,148 219.952 182.350
Aset Pajak Tangguhan 29.253 77.169 44.172 30.554 28.588
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 11.008.090 4.951.082 2,844,489 1.705.825 1.333.957
JUMLAH ASET 18.352.877 11.329.090 7,272,084 4.612.562 3.434.879
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman Jangka Menengah - - - 200.000
Utang Usaha 1.290.414 1.281.732 982.677 895.125 531.114,28
Utang Bank 5.226.775 2.784.536 830.535 443.237 120.344
Utang Lain-lain - Pihak Ketiga 100.586 115.923 60.800 - -
Utang Pajak 49.625 58.192 74.096 35.388 35.548
Beban Akrual 179.115 286.936 279.684 - -
Bagian Liabilitas Jangka Panjang 300.000 - -

10
yang Jatuh Tempo dalam Satu
Tahun:
Medium Term Notes 400.000 200.000
Utang Bank 137.020 11.558 3.563
Utang Pembiayaan Konsumen 8.602 6.963 2.450
Uang Muka dari Pelanggan - - 424 2.230 2.739
Biaya yang masih harus dibayar - - - 257.637 154.019

Utang Sewa Pembiayaan - - - 1.447 2.125


Liabilitas Lancar Lainnya, Total - - - 61.142 46.731
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 7.392.140 4.745.842 2.554.232 1.696.208 1.092.623
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas Imbalan Pasca Kerja 454.633 406.276 348.103 267.232 283.505
Liabilitas Pajak Tangguhan 568.916 163.567 - - -
Utang pembelian angsuran 21.886 3.819 1.002 - -
Pinjaman Bank Jangka Panjang 1.402.372 863.326 494.834 75.000 -
Pinjaman Jangka Menengah 1.100.000 1.000.000 600.000 300.000 -
Utang Sewa Pembiayaan - - - 2.714 2.189
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang 3.547.810 2.436.990 1.443.941 644.946 285.695
JUMLAH LIABILITAS 10.939.950 7.182.832 3.998.173 2.341.155 1.378.319
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk 555.400 555.400 555.400 555.400 555.400
Modal Proforma yang Timbul
Proforma Capital Arising
Karena Transaksi Akuisisi From
Acquisition of Entity
Entitas Sepengendali - 789.798 701.390 - -
Tambahan modal disetor: selisih
transaksi restrukturisasi entitas
sepengendalian - - - 10.084 10.084
Tambahan modal disetor lainnya (885.401) 77.520 77.520 43.579 43.579
Penghasilan Komprehensif Lain 5.114.989 305.393 (68.515) (60.674) (35.969)
Saldo laba ditentukan
penggunaannya 2.469.629 1.847.784 1.619.081 1.329.814 1.133.223
Saldo laba belum ditentukan
penggunaannya (12.724) 415.895 326.786 - -
Tahun lalu - - - 75.338 75.338
Tahun berjalan - - - 267.414 248.849
Jumlah Ekuitas yang dapat
diatribusikan kepada pemilik
entitas induk 7.241.893 3.991.792 3.211.663 2.220.956 2.030.505
Kepentingan Non Pengendali 171.032 154.465 62.247 50.451 26.054
Total Ekuitas 7.412.926 4.146.258 3.273.911 2.271.407 2.056.559
JUMLAH LIABILITAS DAN
EKUITAS 18.352.877 11.329.090 7.272.084 4.612.562 3.434.879

11
Neraca atau laporan keuangan (balance sheet) di atas menunjukkan angka aset, kewajiban,
dan modal yang dimiliki PT. Kimia Farma Tbk dalam nominal ribuan rupiah. Secara
keseluruhan, aset menunjukkan nominal rupiah yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk
kas, peralatan atau perlengkapan yang bisa diuangkan, aset tidak berwujud, dan piutang
baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

Tabel menunjukkan bahwa adanya kenaikan aset yang dimiliki oleh perusahaan dari tahun
ke tahun secara keseluruhan, baik untuk total aset lancar (jangka pendek) maupun aset
tidak lancar (jangka panjang). Aset lancar adalah aset yang dapat dicairkan dalam waktu 12
bulan. Dapat dilihat bahwa aset lancar di tahun 2019 bertambah karena adanya kenaikan
piutang (uang yang perlu dibayarkan oleh pihak ketiga), sedangkan kas di tahun 2019 justru
berkurang.

Aset tidak lancar adalah aset jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Aset tersebut
membutuhkan waktu lebih dari 12 bulan untuk dicairkan menjadi kas. Tabel menunjukkan
bahwa ada kenaikan yang cukup signifikan untuk keseluruhan total aset tidak lancar
perusahaan.Tercatat di tahun 2018 adanya kenaikan hingga hampir tiga kali lipat untuk aset
properti investasi. Tercatat di laporan keuangan bahwa perusahaan jumlah pabrik dan
gudang miliknya.

Sama halnya dengan kenaikan aset, perusahaan juga mengalami penambahan jumlah
kewajiban atau utang secara keseluruhan. Untuk kewajiban jangka pendek, terlihat bahwa
ada peningkatan yang drastis untuk utang bank yang sebelumnya 2.784.536 juta Rupiah
menjadi 5.226.775 Rupiah. Hal ini disebabkan adanya kenaikan penjualan yang menjadikan
Perseroan perlu membiayai modal kerja untuk kegiatan operasional sehari-hari agar dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

Selain kewajiban jangka pendek, Perseroan juga mencatat kenaikan kewajiban jangka
panjang. Hal ini mungkin terjadi mengingat perusahaan juga mengalami kenaikan yang
cukup signifikan untuk aset, khususnya aset tidak lancar. Kenaikan kewajiban jangka
panjang ini terjadi dengan dibutuhkannya modal untuk membiayai proyek pabrik dan gudang
yang dimiliki oleh PT Kimia Farma Tbk serta akuisisi PT Phapros Tbk sendiri dengan nilai
investasi 1.361.000 juta Rupiah.

Ekuitas menunjukkan nominal modal yang dimiliki oleh perusahaan ditambah dengan
nominal laba ditahan (retained earnings). Total ekuitas adalah total aset yang dikurangi
dengan total kewajiban. Total ekuitas yang terus bertambah menunjukkan bahwa aset yang
dimiliki perusahaan bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan kewajiban.
Tabel menunjukkan bahwa total ekuitas yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma Tbk tercatat naik

12
hampir dua kali lipat di tahun 2019. Dalam hal ini, maka perusahaan dapat dikatakan aman
atau sehat.

Pada dasarnya, sebuah perusahaan dikatakan sehat secara finansial jika jumlah kewajiban
yang dimiliki tidak melebihi jumlah asetnya. Dengan demikian, jika terjadi suatu
permasalahan dan menyebabkan kebangkrutan, perusahan mampu membayarkan
kewajibannya dengan jumlah aset yang dimilikinya. Dalam hal ini, di tahun 2019, PT. Kimia
Farma Tbk memiliki aset lancar 7.344.787 juta Rupiah dan kewajiban lancar 7.392.140 juta
Rupiah. Dapat dilihat bahwa kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan melebihi aset lancar
yang dimilikinya. Rasio aset lancar terhadap kewajiban lancar perusahaan (7.344.787 /
7.392.140) adalah 0.99. Perusahaan dianggap sehat secara finansial jika rasio tersebut
berada di angka lebih dari satu. Semakin besar angka rasio tersebut, maka perusahaan
dinyatakan semakin sehat dan aman secara finansial, demikian pula sebaliknya. Dalam hal
ini, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan berisiko, sekalipun risiko yang dimilikinya
cenderung kecil.

Jika dilihat secara keseluruhan aset dan keseluruhan kewajiban, perusahaan memiliki
jumlah aset 18.352.877 juta rupiah dan jumlah kewajiban 10.939.950. Rasio aset
keseluruhan terhadap kewajiban keseluruhan perusahaan adalah 1.67, maka dapat
dinyatakan bahwa perusahaan mampu membayarkan kewajibannya 1.67 kali lebih dari
nominal yang ada dengan aset yang dimilikinya.

Kenaikan kewajiban perusahaan dapat dikatakan aman atau sehat jika diimbangi dengan
kenaikan aset. Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan
digunakan untuk mengembangkan perusahaan tersebut yang dapat dilihat oleh
bertambahnya nilai aset. Dalam kasus PT. Kimia Farma Tbk, kewajiban yang dimiliki kian
bertambah memungkinkan untuk terjadinya ekspansi perusahaan, seperti pertambahan
pabrik dan apotek.

2. INCOME STATEMENT ANALYSIS

PT KIMIA FARMA Tbk DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
KONSOLIDASIAN
Per 31 Desember 2019
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2019 2018 2017 2016 2015

13
PENJUALAN NETO 9.400.535 8.459.247 6.127.479 5.811.502 4.860.371
BEBAN POKOK PENJUALAN (5.897.247) (5.096.044) (3.925.599) (3.947.606) (3.323.619)
LABA BRUTO 3.503.287 3.353.302 2.201.879 1.863.895 1.536.752
Beban Usaha (3.211.857) (2.596.191) (1.791.957) (1.479.784) (1.227.054)
Pendapatan Lain-lain 215.281 180.259 125.777 62.629 81.299
Selisih Kurs Mata Uang Asing - neto (5.056) (2.588) (38) (3.917) 101
Bagian laba (rugi) investasi pada entitas
asosiasi (52)
LABA USAHA 501.655 944.681 535.661 442.824 391.046
Beban Keuangan (497.969) (227.219) (85.951) (59.798) (36.142)
Penghasilan Keuangan 34.629 37.833
LABA SEBELUM PAJAK 38.315 755.296 449.709 383.025 354.904
MANFAAT (BEBAN) PAJAK
PENGHASILAN
Pajak Kini (90.863) (222.717)
Pajak Tangguhan 68.438 2.506
Total Pajak Penghasilan (22.425) (220.210) (118.001) (111.427) (89.354)
LABA PERIODE BERJALAN 15.890 535.085 331.707 271.597 265.549
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Pos yang Tidak akan Direklasifikasi ke
Laba Rugi:
Pengukuran Kembali atas Program
Imbalan Pasti (46.065) (60.046)
Selisih Revaluasi Aset Tetap Tanah 5.332.202 - (10.454) (32.939) (86.705)
Selisih Penilaian Investasi Saham - 576.682 - - -
Pajak Penghasilan Terkait (521.703) (124.572) 2.613 8.234 21.767
Pos yang akan Direklasifikasi ke Laba
Rugi:
Selisih Kurs karena Penjabaran Laporan
Keuangan 49.838 4.399
Pajak Penghasilan Terkait - -
Total Penghasilan Komprehensif Lain
Setelah Pajak 4.764.483 396.463
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN SETELAH EFEK
PENYESUAIAN PROFORMA 4.780.373 931.548 323.866 246.893 200.520
EFEK PENYESUAIAN PROFORMA
Pemilik Entitas Induk (5.085) (88.407)
Kepentingan Nonpengendali (395) (67.438)
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN SEBELUM EFEK
PENYESUAIAN PROFORMA 4.774.892 775.702
Jumlah Laba Periode Berjalan Yang
Dapat Diatribusikan kepada:
Pemilik Entitas Induk (12,724) 491.565 326.786 267.414 261.426
Kepentingan Nonpengendali 12.683 43.519 4.921 4.183 4.123
Total 60.435 535.085 331.707 271.597 265.549
Jumlah Laba Komprehensif Periode 4.796.872 875.291 318.945 242.709 196.396
Berjalan Yang Dapat Diatribusikan (16.498) 56.257 4.921 4.183 4.123
kepada: 4.780.373 931.548 331.707 246.893 200.520
Pemilik Entitas Induk

14
Kepentingan Nonpengendali
Total
Laba (Rugi) per Saham Dasar yang
Dapat Diatribusikan kepada Pemilik
Entitas Induk (angka penuh) (2,29) 88,51 58,84 48,15 47,07

Laporan laba rugi mencatat pendapatan dan beban perusahaan yang pada akhirnya
menunjukkan laba atau rugi yang dialami oleh perusahaan bersangkutan dalam periode
waktu tertentu. Tabel di atas menunjukkan laporan laba rugi milik PT. Kimia Farma Tbk per
tahun selama lima tahun terakhir sejak tahun 2015 hingga tahun 2019.

Tabel menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kenaikan penjualan yang cukup


signifikan dan konsisten setiap tahunnya, yaitu sekitar 1.2 kali. Peningkatan tertinggi terjadi
pada tahun 2018 di mana penjualan melonjak 1.38 kali dibandingkan dengan tahun 2017.

Dengan meningkatnya penjualan, juga terlihat terjadinya peningkatan dalam harga pokok
penjualan (biaya manufaktur produk). Namun, tabel menunjukkan bahwa di tahun 2016
perusahaan mencatat harga pokok penjualan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2017
sekalipun penjualan di tahun 2017 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun
demikian, laba bruto atau juga disebut laba kotor perusahaan dicatat terus meningkat setiap
tahunnya.

Laba usaha diperoleh dari laba kotor yang dikurangi dengan beban usaha. Tabel
menunjukkan bahwa sekalipun laba kotor perusahaan setiap tahunnya meningkat, laba
usaha di tahun 2019 menurun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya akibat
tingginya angka beban usaha. Beban usaha adalah segala biaya yang dibutuhkan untuk
berjalannya suatu usaha di luar biaya manufaktur, diketahui juga sebagai beban penjualan,
beban umum dan administrasi, seperti biaya gaji dan kesejahteraan, biaya promosi, dan
biaya pengiriman, biaya listrik, dan biaya pemeliharaan.

Salah satu yang menjadi penyebab tingginya angka beban usaha di tahun 2019 adalah
peluncuran aplikasi MEDIV yang merupakan digital platform kesehatan milik Kimia Farma.
Aplikasi tersebut diperuntukkan untuk reseller produk kesehatan. Selain digunakan untuk
pengembangan aplikasi, biaya juga dibutuhkan untuk peluncuran dan pemasaran aplikasi ke
khalayak umum.

Beban keuangan menunjukkan biaya yang timbul akibat adanya perubahan dalam fungsi
keuangan, seperti perubahan kurs dalam kaitannya dengan mata uang asing. Dalam hal ini,
tercatat bahwa beban keuangan di tahun 2018 meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan
dengan tahun 2017 dan kemudian kembali naik hampir dua kali lipat di tahun 2019. Jika
ditelusuri, di tahun 2018, nilai dolar Amerika Serikat menguat hingga mencapai 15.253

15
Rupiah di Bulan Oktober 2018. Di tahun 2019, nilai dolar pun bertahan di angka sekitar
14.000 Rupiah.

Hal ini mengakibatkan penurunan laba sebelum pajak yang cukup drastis, dari 775.000 Juta
Rupiah di tahun 2018 menjadi 38.315 Juta Rupiah di tahun 2019. Setelah dikurangi pajak,
laba tahun berjalan di tahun 2019 pun tercatat 15.890 Juta Rupiah yang menjadikannya
angka terendah selama lima tahun terakhir. Angka tersebut dapat dikatakan cukup signifikan
jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencatat laba tahun berjalan di angka 265.550
juta rupiah.

Tabel menunjukkan bahwa di tahun 2019 perusahaan mengalami kerugian 12.724 juta
rupiah, sedangkan di tahun sebelumnya tercatat laba mencapai 491.565 juta rupiah. Hal ini
tidak terlepas dari melonjaknya angka beban usaha dan beban keuangan perusahaan di
tahun tersebut. Kerugian ini mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian 2.29 Rupiah
per saham dasar yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

3. CASH FLOW ANALYSIS

Statement of Cash Flows - Five-Year Trend Analysis


PT. Kimia Farma Tbk
2019 2018 2017 2016 2015
Arus Kas dari Aktivitas Operasi (1.853.835) 171.669 5.241 198.051 175.967
Arus Kas dari Aktivitas Investasi (2.124.681) (1.562.905) (810.237) (478.919) (228.503)
Arus Kas dari Aktivitas
Pendanaan 3.275.101 2.322.930 1.146.949 467.558 (59.830)
Kenaikan (Penurunan) Neto Kas
dan Setara Kas (703.415) 931.694 341.953 186.690 (112.366)
Dampak dari Perubahan Kurs
Terhadap Kas dan Setara Kas (4.982) 288 - - -
Kas dan Setara Kas Awal Tahun 2.068.665 1.136.681 647.684 460.994 573.360
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 1.360.268 2.068.665 989.637 647.684 460.994

16
Detailed Cash Flow Analysis - Five - Year Comparison

● Operating Cash Flow/Net Sales :

Kondisi arus kas operasional KAEF selama lima tahun terakhir ditandai dengan
beberapa kondisi, salah satu yang paling terkenal yaitu di tahun 2019 yang
menunjukkan bahwa arus kas operasional-nya minus Rp1.853.835 juta. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pembayaran pemasok, karyawan dan beban usaha. Hal ini hampir
serupa dengan kondisi di tahun 2015 dan 2017, yang mana penurunan cukup drastis
di tahun 2017 sebesar 97,35%, dan Arus Kas dari Aktivitas Operasi pada tahun 2015
sebesar Rp 175,97 miliar, mengalami penurunan 38,54% dari tahun 2014 yang
sebesar Rp 286,31 miliar. terjadi karena adanya peningkatan pengeluaran untuk
membayar hal yang sama.

Di tahun 2018 memang terjadi kenaikan sekitar 4.8% dari Rp5,24 miliar di Desember
2017 menjadi Rp258,25 miliar pada Desember 2018, setidaknya penerimaan kas
dari pelanggan meningkat. Tidak seperti tahun 2019, yang mana piutang usaha
benar-benar membuat persentase minus arus kas operasional bertambah.

Sehingga, jika dibandingkan, trend arus kas operasional KAEF selama periode 2015
- 2019 bisa dibilang menunjukkan dua hal utama yang mempengaruhi perubahan
naik-turun arus kas operasional selama lima tahun tersebut. Yang pertama adalah
pembayaran (dan peningkatan) pemasok, karyawan dan beban usaha, serta
kemampuan konsumen membayar piutang usaha.

● Investing Activities Cash Flow:

17
Arus Kas Bersih yang Digunakan untuk Aktivitas Investasi KAEF selama lima tahun
didominasi oleh pembelian aset tetap yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
produksi maupun upaya untuk meningkatkan kemandirian pengadaan bahan baku
baik di entitas induk maupun anak perusahaan. Hal ini terjadi secara repetitif dari
tahun 2015-2019.

Di tahun 2015-2017 KAEF banyak berinvestasi dalam Kerjasama Operasi (KSO),


seperti memfasilitasi operasional dengan menyewa tempat, tetapi juga terhadap aset
non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik yang menguntungkan guna
menghasilkan pendapatan. Contoh-contohnya adalah hak cipta, hak eksplorasi,
paten, merek dagang, bahkan software dan lainnya.

Hal menarik di tahun 2017 adalah kenaikan arus kas yang berasal dari kenaikan
investasi aset tetap, dalam laporan tahunan KAEF tahun tersebut, beberapa
sumbernya adalah kenaikan Properti investasi (293,86%); Pendapatan Dividen
(64,79%); dan Bunga Deposito Berjangka (135,37%).

2018 masih serupa, kenaikan aktivitas investasi sebesar 39,47% dari tahun 2017
karena investasi pada aset tetap, maupun aset dalam penyelesaian seperti
pembangunan pabrik Banjaran di Bandung, gudang distribusi, maupun pengadaan
berbagai mesin produksi dan lainnya.

Selain berfokus pada perolehan aset tetap, arus kas bersih yang digunakan untuk
investasi juga menggelontorkan dana sebesar Rp1.361.000 juta untuk mengakuisisi
PT Pharos Tbk. Ditambah lagi dengan investasi pada Plant Banjaran dengan nilai
yang signifikan. Hal ini linear dengan tujuan KAEF untuk memperluas market
sharenya. Sangat jelas tren arus kas investasi KAEF semakin naik semakin
tahunnya untuk menunjang goals perusahaan.

18
● Funding Activities Cash Flow:

Arus Kas Bersih yang Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan di tahun 2015 negative
Rp59,83 miliar, hal ini berubah di tahun 2016 dan meningkat karena penambahan
utang bank baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan penerbitan Medium
Term Notes. Peningkatan terus bergerak di tahun 2017 sebesar 145,31%, 60,62% di
tahun 2018, dan juga tahun 2019 dengan asal pendanaan yang sama untuk investasi
perseroan. Hal ini menunjang mengapa terdapat arus kas keluar utamanya di tahun
2019 ini digunakan untuk pembayaran utang jangka pendek dan pembayaran
medium term notes yang masing-masing sebesar Rp10.920.205 juta dan Rp200.000
juta dan menyumbang persentase dalam beban usaha.

● Cash Flow Forecast :


Selama 5 tahun terakhir, KAEF terus mengalami penurunan arus kas di akhir tahun,
persentasenya dari 2018 hingga 2019 berkisar antara 30 - 50%. Untuk tahun 2019,
hal tersebut disebabkan oleh pengeluaran yang lebih tinggi pada arus kas operasi
dan investasi dibandingkan dengan arus kas masuk pendanaan. Padahal pada
2016-2017 mereka dapat menghasilkan kas akhir dan setara kas yang lebih baik.
Nampaknya pada tahun 2020 mereka akan mengulangi pola yang sama jika terus
berupaya menambah investasi tanpa meningkatkan performa pembayaran piutang.
Di tahun ini juga terlihat meningkatnya arus kas keluar didominasi oleh pembayaran
hutang jangka pendek dan pembayaran medium term notes sebesar Rp10.920.205
juta dan Rp200.000. juta, masing-masing. Namun demikian, angka akhir ini juga
diperkirakan disebabkan oleh sangat rendahnya laba bersih yang diterima KAEF di
tahun 2019 dan dampak nilai tukar terhadap Kas dan Setara Kas.

Pada 2020, arus kas Kimia Farma juga sangat terdampak oleh pandemi. Akibat
pelunasan piutang dari pelanggan yang terlambat, per 30 April total piutang sebesar

19
Rp. 2,2 triliun. Dari Rp 2,2 triliun itu, Rp 1,1 triliun merupakan piutang terhadap
pemerintah. Tentunya ini berdampak pada kondisi arus kas yang menurun.

Untuk dapat lebih menyehatkan arus kas, secara keseluruhan KAEF sebaiknya
membatasi arus kas investasi, dan lebih menerapkan efisiensi terhadap entitas induk
maupun anak perusahaannya di tahun-tahun mendatang. Dengan adanya pandemi
COVID-19 ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan arus kas operasional yang
minus dengan nominal besar di tahun 2019.

4. FINANCIAL RATIO ANALYSIS

Main Financial Ratio - Five-Year Trend Analysis


PT. Kimia Farma Tbk

2019 2018 2017 2016 2015


Imbal Hasil Investasi 2,92% 8,67% 7,37% 9,60% 11,38%
Imbal Hasil Ekuitas 0,22% 13,25% 11,79% 12,36% 13,20%
Imbal Hasil Aset -0,07% 4,35% 4,49% 5,80% 7,61%
Margin Laba Kotor 37,27% 39,76% 35,93% 32,07% 31,62%
Margin Laba Bersih 0,17% 6,33% 5,41% 4,67% 5,46%
Rasio Perputaran Aset 63,34% 97,09% 91,67% 144,43% 146,63%
Rasio Lancar (kali) 0,99 1,34 1,73 1,71 1,92
Rasio Cepat (kali) 0,61 0,90 1,20 1,14 1,24
Rasio Liabilitas terhadap Jumlah
Aset 59,61% 63.40% 54,98% 50,76% 40,13%

20
Rasio Liabilitas terhadap Jumlah
Ekuitas 147,58% 173,24% 122,12% 103,07% 67,02%

Detailed Ratio Analysis - Five - Year Comparison

Liquidity :

- Current Ratio : (Current assets / Current Liabilities)

PT Kimia Farma Tbk mengalami penurunan nilai rasio dari tahun ke tahun (2019 -
2015), namun penurunan nilai rasio ini khususnya dalam kurun waktu 4 tahun
kebelakang (2018 - 2015), KAEF dinilai mampu (satisfactory) membayar kewajiban
dalam waktu 1 tahun. Namun di tahun 2019, KAEF mengalami penurunan angka
nilai ratio (<1) dimana KAEF dinilai kurang baik/kurang mampu membayar
kewajibannya (dalam waktu 1 tahun). Current ratio yang baik umumnya adalah
diatas 1, karena hal tersebut menandakan bahwa perusahaan memiliki aset lancar
(current assets) yang lebih besar daripada kewajiban lancar (current liabilities). Pada
tahun 2019, KAEF dinilai memiliki lebih banyak kewajiban lancar/current liabilities
yaitu sebesar 7.392.140 dibanding aset lancar/current assets sebesar 7.344.787.

- Quick Ratio : (Cash + Marketable Securities + Trade Accounts Receivable) / Current


Liabilities)

21
Pada tahun 2015 - 2017 KAEF memiliki angka rasio yang positif dimana artinya
perusahaan dalam kondisi yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa KAEF memiliki
jumlah aset lancar yang lebih dari cukup untuk melunasi seluruh kewajiban jangka
pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Namun, perlu diwaspadai di tahun 2019,
KAEF memiliki penurunan angka rasio >1 hingga mencapai angka 0,61, hal ini
menunjukkan kemampuan likuiditas perusahaan berada dalam keadaan yang kurang
baik. Hal ini dapat mengganggu siklus operasional perusahaan, dimana kewajiban
jangka pendek/current liabilities yang dimiliki lebih besar daripada jumlah aset
lancar/current assets yang dimiliki.

Solvability :

- Debt Ratio to Total Assets Ratio : (Total liabilities / Total assets *100)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dapat
menanggung hutang yang dimiliki korporasi tersebut. Apabila hasil dari debt ratio
tinggi maka semakin tinggi resiko perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Debt
Ratio 59,61% turun sebesar 3,79% dibandingkan dengan Debt Ratio di tahun 2018
sebesar 63,40%. Dalam hal ini artinya aset KAEF sebesar hampir 60% dibiayai oleh
hutang. Dalam 5 tahun (2019 - 2015) nilai debt ratio KAEF sebesar 40% - 60%,
dalam hal ini KAEF dinilai cukup efisien dalam mengelola aset likuid untuk
mengangsur hutang/kewajiban yang dimiliki.

- Debt to Equity Ratio : (Total liabilities / Total equity *100)

Pada tahun 2015, nilai rasio masih dibawah 100% dan meningkat di tahun-tahun
berikutnya. Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan dengan
nilai rasio DER <1 atau dibawah 100%, semakin rendah nilai rasio DER semakin
bagus. DER yang rendah menunjukkan bahwa hutang/kewajiban perusahaan lebih

22
kecil daripada seluruh ekuitas yang dimilikinya, sehingga dalam kondisi yang tidak
diinginkan, perusahaan masih dapat melunasi seluruh hutang kewajibannya.

Pada tahun 2016 - 2019 dengan nilai rasio DER 103% - 170% (>1) yang artinya
KAEF menunjukkan komposisi jumlah hutang/kewajiban lebih besar dibandingkan
dengan jumlah ekuitas dimilikinya, sehingga mengakibatkan beban perusahaan
terhadap pihak luar juga cukup besar. Apabila perusahaan tidak dapat mengelola
hutangnya dengan baik dan optimal, akan berdampak buruk terhadap kondisi
kesehatan keuangan perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan KAEF tahun 2019 Besarnya nilai rasio DER ini
dikarenakan adanya peningkatan utang jangka pendek yaitu Utang Bank.
Peningkatan utang bank ini terjadi seiring dengan kenaikan modal kerja akibat
adanya kenaikan penjualan. Namun hutang ini berpotensi membuat KAEF “sakit” di
masa yang akan datang dikarenakan hutang ini berbasis bunga dan apabila KAEF
tidak dapat memaksimalkan penjualannya.

Asset Management Efficiency :

- Asset Turnover Ratio : (Net sales / Average total asset)

23
Nilai persentase rasio asset turnover KAEF pada tahun 2019 adalah sebesar 63,34
% , artinya penjualan yang dihasilkan KAEF dari total aset yang dimiliki adalah lebih
dari separuh total asetnya dan ini merupakan kinerja yang cukup baik. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin baik karena artinya perusahaan mampu
memaksimalkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan yang lebih tinggi
yang akan berdampak pada tercukupinya kas perusahaan serta nilai laba bersih
yang semakin tinggi pula. Dalam hal ini, KAEF memiliki nilai rasio asset turnover
yang positif dalam 5 tahun ke belakang, khususnya sepanjang tahun 2018 hingga
2015 dimana nilainya mencapai 90% sampai 150% walaupun mengalami penurunan
yang cukup signifikan di tahun 2019.

Profitability :

- Gross Profit Margin : (((Sales - Cost of Sales) / Sales) * 100)

KAEF dalam kurun waktu 4 tahun (2015 - 2018) mengalami peningkatan nilai
persentase gross profit margin dan mengalami penurunan sebanyak 2,49% di tahun
2019. Pada tahun 2015 - 2018, menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh KAEF
adalah sebesar 31,62% - 39,76% dari total penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar laba kotor yang
diperoleh perusahaan, yang artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi,
perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi. Jika KAEF
ingin menaikkan laba kotor, KAEF harus mencari solusi dari manajemen dalam
meminimalkan biaya produksinya.

- Nett Profit Margin : (Earnings after Taxes / Sales * 100)

24
Pada tahun 2018 - 2019 terdapat penurunan angka persentase nett profit margin
yang signifikan sebanyak 6,16% (6,33% menjadi 0,17% di tahun 2019), artinya di
tahun 2019 dari total 9.400.535 penjualan KAEF hanya mampu menghasilkan <1%
laba bersih. Ini menandakan penjualan tidak memberikan kontribusi yang cukup
untuk garis bawah perusahaan. Dalam laporan keuangan tahun 2019 pencapaian
kinerja Laba Bersih Perseroan pada tahun 2019 hanya sebesar Rp15.890 juta turun
97,03% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 535.085 juta. Hal ini disebabkan
oleh tidak tercapainya target Penjualan yang memiliki potensi marjin kotor cukup
signifikan, kenaikan Beban Usaha untuk mempersiapkan pencapaian Penjualan
yang agresif, kenaikan Beban Keuangan dari Investasi Capex dan tidak tercapainya
target penerimaan Piutang. Selain itu, proyek pengembangan pabrik bahan baku
obat dan perluasan jaringan ritel farmasi di Arab Saudi belum memberikan kinerja
laba yang positif hingga tahun 2019.

- ROI : (Net profit after taxes / Total asset *100)

25
Bahwa semаkin tinggi Return on Investment suаtu segmen usаhа, semаkin besаr
lаbа yаng dihаsilkаn dаri setiаp dolаr yаng diinvestаsikаn dаlаm аktivа operаsi
segmen tersebut. Pada tahun 2015 - 2019 KAEF mengalami penurunan nilai ROI
hingga mencapai 2,92% pada tahun 2019. Hal ini artinya laba/keuntungan yang
dihasilkan sekitar 3% dari modal yang dikeluarkan investor untuk berinvestasi.

- ROE : (Earnings before Taxes / Total Equity * 100)

Pada tahun 2015 - 2017, KAEF mengalami penurunan nilai ROE, hingga naik
kembali di tahun 2018 sebesar 13,25%. Pada tahun 2019 nilai rasio turun sangat
signifikan menembus nilai 0,22% (<1), dalam hal ini KAEF dinilai kurang mampu
mengelola modal yang tersedia (didapatkan melalui investor/pemegang
saham/sumber lain) secara efisien untuk menghasilkan pendapatan. Dalam laporan
keuangan 2019 diinformasikan bahwa hal ini terjadi dikarenakan menurunnya kinerja
pencapaian laba dan adanya revaluasi aset kelompok tanah.

- ROA : (Earnings before Taxes / Total Assets * 100)

Dalam 5 tahun (2015 - 2019) KAEF mengalami penurunan angka persentase ROA,
khususnya di tahun 2018 - 2019 mengalami penurunan yang sangat signifikan

26
hingga mencapai -0.07%, artinya dengan aset/seluruh sumber daya yang dimiliki
KAEF pada tahun 2019 sebesar 17.513.999, KAEF tidak dapat mencetak
keuntungan (laba bersih)/mengalami kerugian yang akan menghambat pertumbuhan
KAEF. KAEF dinilai tidak dapat mengelola aset/seluruh sumber daya yang dimiliki
secara efisien/tidak mampu memaksimalkan kinerjanya untuk menghasilkan
keuntungan (laba bersih) yang besar.

Apabila dibandingkan dengan PT Kalbe Farma Tbk, sepanjang 2015 - 2019 memiliki
nilai rasio yang positif yaitu 12% - 16%, dengan jumlah aset yang tidak berbeda jauh
yaitu di angka 20.264.727 pada tahun 2019 dan KAEF di angka 18.352.8677.
Apabila dinilai dari sisi Investor (dari sisi ROA), PT Kalbe Farma Tbk akan lebih
menarik dijadikan tempat untuk berinvestasi saham, daripada PT Kimia Farma Tbk.

CHAPTER 03
FORECAST

DATA KUARTAL III TAHUN 2020

PT KIMIA FARMA Tbk DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Per 30 Juni 2020 dan 30 Juni 2019
(Dalam Jutaan Rupiah)

2020 2019
ASET
ASET LANCAR

27
Kas dan Setara Kas 749.822 574.321
Piutang Usaha
Pihak Berelasi 659.254 789.094
Pihak Ketiga 1.259.412 1.831.609
Piutang Lain-Lain 183.385 164.323
Persediaan 2.976.955 2.881.043
Uang Muka 189.049 131.903
Pajak Dibayar di Muka 286.103 512.142
Biaya Dibayar di Muka 185.649 365.472
JUMLAH ASET LANCAR 6.489.633 7.149.908
ASET TIDAK LANCAR
Investasi jangka panjang 166.010 184.426
Piutang lain-lain jangka panjang 9.354 3.422
Aset Tetap
(setelah dikurangi akumulasi penyusutan) 9.322.101 8.978.112
Aset Hak Guna 270.603 -
Aset Properti Investasi 1.011.569 922.145
Aset tak berwujud 187.005 235.260
Aset Lain-Lain 211.467 315.099
Aset Pajak Tangguhan 19.909 74.274
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 11.198.021 10.712.740
JUMLAH ASET 17.687.655 17.862.649
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Usaha
Pihak Berelasi 36.531 26.867
Pihak Ketiga 1.137.889 1.222.487
Utang Bank 5.060.296 4.580.828
Utang Lain-lain - Pihak Ketiga 157.258 160.136
Utang Pajak 34.916 43.051
Beban Akrual 135.798 152.212

Bagian Liabilitas Jangka Panjang yang


Jatuh Tempo dalam Satu Tahun:
Medium Term Notes 600.000 -
Utang Bank 131.437 125.941
Utang Pembiayaan Konsumen 6.255 4.723
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 7.300.382 6.316.249
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas Imbalan Pasca Kerja 472.645 439.829
Liabilitas Pajak Tangguhan 540.656 265.768
Utang Pembiayaan Konsumen 14.592 6.745
Pinjaman Bank Jangka Panjang 1.944.115 1.427.226
Pinjaman Jangka Menengah 500.000 1.500.000
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 3.472.009 3.639.569
JUMLAH LIABILITAS 10.772.392 9.955.818
EKUITAS

28
Ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk 555.400 555.400
Tambahan modal disetor lainnya (885.401) (885.047)
Penghasilan Komprehensif Lain 5.070.276 5.458.054
Saldo laba ditentukan penggunaannya 2.031.857 2.180.481
Saldo laba belum ditentukan
penggunaannya 37.197 41.832
Jumlah Ekuitas yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas
induk 6.809.330 7.350.720
Kepentingan Non Pengendali 105.932 556.110
Total Ekuitas 6.915.263 7.906.830

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 17.687.655 17.862.649

Tabel di atas menunjukkan laporan posisi keuangan kuartal III PT Kimia Farma Tbk per 30
September 2020 dan 30 September 2019. Berdasarkan data yang disajikan, dapat terlihat
bahwa aset lancar perusahaan menurun di tahun 2020 sekalipun kas atau setara kasnya
meningkat. Sedangkan, aset tidak lancar perusahaan meningkat dengan adanya kenaikan
di aset tetap dan aset investasi properti. Piutang lain-lain jangka panjang perusahaan juga
meningkat drastis yang mungkin disebabkan oleh tertundanya pembayaran piutang akibat
pandemi. Secara keseluruhan, aset perusahaan di kuartal III tahun 2020 menurun
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pada bulan Desember 2020, Kimia Farma mendapatkan PMN (penyertaan modal uang
negara) sebesar 250 miliar Rupiah untuk pembangunan pabrik paracetamol yang juga
bekerja sama dengan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) (Wareza, 2021). Namun,
dengan nilai investasi yang mencapai US$ 40 juta-US$ 50 juta (Rp 560 miliar-Rp 700 miliar,
asumsi kurs Rp 14.000/US$), dapat diprediksikan bahwa liabilitas perusahaan akan
bertambah untuk hal ini.

Untuk liabilitas yang dimiliki oleh perusahaan, dapat dilihat bahwa liabilitas jangka pendek
perusahaan meningkat sedangkan liabilitas jangka panjangnya menurun. Sekalipun
demikian, utang bank baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang sama-sama
meningkat. Utang bank jangka pendek pada umumnya digunakan sebagai modal kerja
seiring dengan pertumbuhan penjualan. Meningkatnya utang bank yang dimiliki oleh
Perseroan bisa saja disebabkan oleh pandemi global, dimana konsumen kesulitan untuk
membayar piutang usaha, sedangkan permintaan pasar terhadap produk farmasi harus
tetap dipenuhi. Dengan menurunnya jumlah aset dan meningkatnya liabilitas, dapat dilihat
pada tabel bahwa ekuitas yang dimiliki perusahaan menurun dibandingkan dengan tahun

29
sebelumnya. Hal ini juga disebabkan karena adanya penurunan penghasilan komprehensif
lain sebesar Rp 5.070.276.

PT KIMIA FARMA Tbk DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
KONSOLIDASIAN
Untuk Periode Enam Bulan yang Berakhir pada 30 September 2020 dan 2019
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
2020 20
PENJUALAN NETO 7.045.688 6.87
BEBAN POKOK PENJUALAN (4.410.267) (4.26
LABA BRUTO 2.635.421 2.51
Beban Usaha (2.239.178) (2.21
Pendapatan Lain-lain 112.350 128
Selisih Kurs Mata Uang Asing - neto (4.054) (4
LABA USAHA 504.539 429
Beban Keuangan (447.757) (357
Penghasilan Keuangan 12.636 31
LABA SEBELUM PAJAK 69.418 103
MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN
Pajak Kini (42.866) (39
Pajak Tangguhan 18.775 (3.
Total Pajak Penghasilan (24.091) (42
LABA PERIODE BERJALAN 45.327 60
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Pos yang Tidak akan Direklasifikasi ke (22.763) (18

30
Laba Rugi:
Pengukuran Kembali atas Program Imbalan
Pasti
Selisih Revaluasi Aset Tetap Tanah - 5.33
Selisih Penilaian Investasi Saham (18.416)
Pajak Penghasilan Terkait 5.690 (130
Pos yang akan Direklasifikasi ke Laba
Rugi:
Selisih Kurs karena Penjabaran Laporan
Keuangan (38.719) 677
Pajak Penghasilan Terkait -
Total Penghasilan Komprehensif Lain
Setelah Pajak (74.207) 5.18
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF TAHUN
BERJALAN (28.880) 5.24
Jumlah Laba Periode Berjalan Yang Dapat
Diatribusikan kepada:
Pemilik Entitas Induk 37.197 41
Kepentingan Nonpengendali 8.129 19
Total 45.427 60
Jumlah Laba Komprehensif Periode
Berjalan Yang Dapat Diatribusikan kepada:
Pemilik Entitas Induk (44.726) 5.21
Kepentingan Nonpengendali 15.846 35
Total (28.880) 5.24
Laba (Rugi) per Saham Dasar yang Dapat
Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk
(angka penuh) 6,70 7

Tabel di atas menunjukkan laporan laba rugi PT Kimia Farma Tbk periode sembilan bulan
per 30 September 2020 dan 30 September 2019. Secara penjualan, dapat dilihat bahwa di
tahun 2020, perusahaan mencatat lebih banyak penjualan dibandingkan dengan tahun
2019, sehingga laba bruto yang dimiliki pun lebih tinggi. Akan tetapi, beban usaha dan
beban keuangan tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sehingga
menghasilkan laba periode berjalan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun beban usaha di tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun
peningkatannya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Penekanan beban usaha ini merupakan upaya perseroan terkait dengan efisiensi biaya
dalam pandemi global yang terjadi (Puspitasari, 2020). Berdasarkan rincian laporan
keuangan, menurunnya beban usaha ini juga disebabkan oleh penurunan biaya untuk
penelitian dan pengembangan.

PT Kimia Farma Tbk mencatat laba sebesar 37.197 Juta Rupiah. Nominal ini lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam periode waktu yang sama. Walaupun
demikian, di akhir tahun 2019, perusahaan mencatat kerugian sebesar 12.724 Juta Rupiah.

31
.

catatan: 1 = 2015, 2 = 2016, dst. sumber: data olahan analis

Berdasarkan peramalan penjualan neto yang dilakukan menggunakan data dari penjualan
dari tahun 2015-2019, proyeksi penjualan di akhir tahun 2020 berada di angka 10.450.249.
Dan kinerja yang tercatat dari Januari-Juni 2020 menunjukkan bahwa KAEF telah
membukukan 7.045.688 yakni naik 166.783 dari periode yang sama di 2019 sebesar
6.878.905. Dari peramalan yang dilakukan, hal ini berarti KAEF selama semester 1 telah
mencapai 67,42% dari nilai yang diproyeksikan hingga Desember 2020.

sumber: data olahan analis

Berdasarkan data penjualan dari tahun 2015 hingga 2019, proyeksi persentase-pun tren
kenaikan dari tahun 2020-2024 terlihat cukup variatif. Khususnya untuk tahun 2021 ini,
proyeksi kenaikan terbaik diprediksi bisa dicapai di tahun ini. Didukung dengan berbagai
momentum pandemi yang menempatkan KAEF pada posisi strategis sebagai mitra
pemerintah dalam penanganan COVID-19. Industri Farmasi-pun di tahun 2025
diproyeksikan memiliki pasar mencapai nilai Rp 450 Triliun dan menduduki Global Top 15.

32
CHAPTER 5
CONCLUSIONS
SARAN DAN KESIMPULAN

Berdasarkan analisa yang kami lakukan terhadap laporan keuangan dan laporan
tahunan milik PT Kimia Farma Tbk serta kondisi politik dan ekonomi yang sedang
terjadi saat ini, berikut adalah kesimpulan yang dapat disajikan.

1. Hasil penilaian kinerja keuangan PT Kimia Farma Tbk menunjukkan bahwa


pada tahun 2019 perusahaan dalam keadaan kurang baik, namun Perseroan
menggunakan strategi yang agresif dengan meningkatkan penjualan dan
menguasai lebih banyak market share. Perseroan juga meningkatkan
investasi dengan melakukan pembelian PT Pharos Tbk dan berinvestasi pada
Plant Banjaran & Kimia Farma Dawaa yang nilainya signifikan, walaupun
peningkatan penjualan yang besar belum didukung dengan peningkatan laba
bersih yang menggembirakan. Selain itu, proyek pengembangan pabrik
bahan baku obat dan perluasan jaringan ritel farmasi di Arab Saudi belum
memberikan kinerja laba yang positif hingga tahun 2019. Oleh karena itu,
strategi perbaikan yang perlu dilakukan adalah dengan melanjutkan ekspansi
dan mengoptimalkan investasi agar produktif sesuai dengan prioritas strategi
pengembangan usaha. Dalam hal meningkatkan penjualan, Perseroan
sebaiknya melakukan strategi peningkatan penjualan dengan melakukan
penjualan secara online; e-commerce/mobile application. Tidak hanya itu,
Perseroan juga dapat melakukan usaha pengembangan produk berupa
healthy beverages, food supplement, dan kosmetika dalam rangka
meningkatkan strategi penjualan.
2. PT Kimia Farma, Tbk tercatat mengalami peningkatan beban keuangan
sebesar 119%, Peningkatan beban keuangan ini disebabkan oleh
peningkatan utang bank dan pinjaman jangka menengah Perseroan yang
digunakan untuk modal kerja dan investasi sehingga strategi perbaikan yang
perlu dilakukan adalah dengan menurunkan jumlah pinjaman bunga bertahap
di tahun 2020, serta mengevaluasi kembali setiap nilai investasi yang
dikeluarkan.

33
3. PT Kimia Farma Tbk mengalami peningkatan beban usaha di tahun 2019
yang dipengaruhi oleh meningkatnya beban penjualan. Kenaikan ini
disebabkan oleh kenaikan biaya gaji dan kesejahteraan, biaya promosi, dan
biaya pengiriman. Peningkatan beban usaha ini juga termasuk diantaranya.
Kenaikan biaya umum dan administrasi disebabkan oleh kenaikan biaya
seperti biaya gaji dan kesejahteraan, biaya listrik, BBM, dan gas, biaya jasa
profesional, dan biaya pemeliharaan. Oleh karenanya, strategi perbaikan
yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan efisiensi biaya operasional
dengan merencanakan dan mengevaluasi setiap prosesnya, contohnya
adalah memperkuat sisi operasionalnya dengan melakukan transformasi
digital agar proses dari hulu ke hilir, dari pabrik, distribusi, dan ritel farmasi
akan terhubung semua dalam sistem Teknologi Informasi. Jika ini semua
terlaksana, kinerja Perseroan dapat menjadi efisien, produksi obat tepat
sasaran sehingga jumlah produksi sesuai dengan permintaan. Digitalisasi
farmasi juga akan meminimalisir pemalsuan obat dan peredaran obat palsu
yang selama ini menyebabkan adanya tambahan biaya operasional. Dengan
digitalisasi farmasi, manajemen memperkirakan industri farmasi bisa
menghemat biaya operasional.
4. Dalam upaya untuk mewujudkan kemandirian nasional, kementerian
perindustrian mendorong industri farmasi untuk mengurangi impor bahan
baku. PT Kimia Farma Tbk sendiri sudah mengusahakan hal ini dengan mulai
membangun PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) di tahun 2016.
Pabrik ini kedepannya akan memproduksi bahan baku obat guna mengurangi
impor yang selama ini dilakukan. Sejauh ini, perseroan telah berhasil
mengurangi nilai impor bahan baku obat sekitar 2,7 persen.
5. Melihat kondisi pandemi global yang diperkirakan akan terus berlangsung
sampai setidaknya dua atau tiga tahun ke depan, industri farmasi memiliki
peluang yang lebih baik dibandingkan dengan industri lain. PT Kimia Farma
Tbk sebagai salah satu BUMN yang menjadi distributor vaksin Covid-19
memiliki kesempatan untuk mencatat penjualan lebih tinggi. Nilai saham
emiten farmasi juga cenderung membaik akibat sentimen positif dari
masyarakat tentang penanggulangan pandemi global ini.

Reference List

34
Elena, M. (2020). Ini Sektor yang Diuntungkan dari Pandemi Covid-19: Ekonomi.
Retrieved January 26, 2021, from
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200424/9/1231867/ini-sektor-yang-
diuntungkan-dari-pandemi-covid-19

Kemenperin: Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Masuk Program Making


Indonesia 4.0. (2020). Retrieved February 02, 2021, from
https://www.kemenperin.go.id/artikel/21776/Industri-Farmasi-dan-Alat-
Kesehatan-Masuk-Program-Making-Indonesia-4.0

Kimia Farma. (2019). Annual Report 2019. Jakarta : PT Kimia Farma Tbk

Kimia Farma. (2018). Annual Report 2018. Jakarta : PT Kimia Farma Tbk

Kimia Farma. (2017). Annual Report 2017. Jakarta : PT Kimia Farma Tbk

Kimia Farma. (2016). Annual Report 2016. Jakarta : PT Kimia Farma Tbk

Kimia Farma. (2015). Annual Report 2015. Jakarta : PT Kimia Farma Tbk

Puspitasari, I. (2020, April 22). Lakukan efisiensi, Kimia Farma (KAEF) pangkas
belanja modal jadi Rp 1,44 triliun. Retrieved February 02, 2021, from
https://investasi.kontan.co.id/news/lakukan-efisiensi-kimia-farma-kaef-pangkas-
belanja-modal-jadi-rp-144-triliunhttps://farmasiindustri.com/industri/top-10-
perusahaan-farmasi-indonesia.html

Saleh, T. (2020). Catat! Ini Dia 5 Saham Tercuan Sejak Pandemi Covid-19.
Retrieved February 01, 2021, from
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200830233429-17-183132/catat-ini-
dia-5-saham-tercuan-sejak-pandemi-covid-19

Sugianto, D. (n.d.). Perjalanan IHSG Sejak RI Positif Virus Corona. Retrieved


February 01, 2021, from https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
4972595/perjalanan-ihsg-sejak-ri-positif-virus-corona

Wareza, M. (2021). Deal! KAEF-Pertamina Bangun Pabrik Paracetamol Rp 700 M.


Retrieved February 02, 2021, from
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210112153011-17-215361/deal-
kaef-pertamina-bangun-pabrik-paracetamol-rp-700-m

35

You might also like