You are on page 1of 7

Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 1

Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim


Di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah
Ahda Mulyati¹, Nindyo Soewarno², Arya Ronald², A. Sarwadi²
¹Mahasiswa Program Doktor Jurusan Arsitektur & Perencanaan
²Jurusan Arsitektur & Perencanaan
Fakultas Teknik UGM
ahdamulyati@gmail.com

Abstract

Togean the islands are cluster of the small islands located in the district of Tojo Una-
una and the very excited tourist attraction in Central Sulawesi Province. Some of the cluster of
the islands is the settled place Bajo communities who occupied the coastal areas and the small
islands. The islands are formed from the volcanic activity with the fertile plants as well
surrounded by the rocks formations. Piles of the rocks to forms and functions as a place to
living. Togean the islands has an area of ± 362,000 ha and has been designated as one of the
Marine National Park in the Indonesia. Case study research approah used with multiple cases,
naturalistic quantitative data collection with analysis techniques in exploration.
The islands in the islands Togean as a shelter the coastal communities particularly in
the settlements on the islands of Enam/Enau (district Togean) and the island Kabalutan
(district Walea the island). The two these islands setting show a very specifically lived spaces
because it is strongly influenced by of nature physical factors, socio-economic conditions, and
the local wisdom there. The development of the settlement spaces setting formal due to : (a) the
limited land areas as a dwelling allocation, (b) presense of land potential that can be
developed to support the economic life and the preservation of natural environment, and (c)
the environmental suistainability of its settlement that a unique and specific.

Keywords : Setting Space, Housing, Development Settlement

1. Pendahuluan Kepulauan Togean (Togian) adalah salah satu


kepulauan yang masuk dalam wilayah kabupaten
Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar Tojo Una-una, yaitu kabupaten pecahan dari Poso
di pulau Sulawesi, luas daratanya 68.033 kilo- yang baru terbentu pada awal tahun 2004.
meter persegi dan lautnya mencapai 189.480 kilo- Kepulauan ini mempunyai banyak potensi yang
meter persegi. Kawasan ini meliputi semenanjung dapat dijadikan obyek wisata antara lain : menye-
bagian utara serta kepulauan Togean di Teluk lam dan snorkelling, memancing, hutan dengan
Tomini dan pulau-pulau Banggai kepulauan di spesies tanaman langka, gunung berapi,
Teluk Tolo. Kabupaten Tojo Una-una adalah salah permukiman yang unik dan spesifik.
satu kabupaten yang merupakan bagian dari Daratan kepulauan ini terbentuk dari aktivitas
Propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten ini vulkanis, pulau-pulaunya dipenuhi oleh tanaman
memiliki luas 5.726,51 km dengan jumlah atau tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, serta
penduduk sebanyak 128.918 jiwa, dan secara dikelilingi oleh formasi bukit karang. Batu karang
administrasi membawahi sembilan kecamatan, dan pantai merupakan tempat bagi binatang-
salah satunya adalah kecamatan Togean. binatang laut untuk tinggal dan berkembang

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 2

biak, sehingga banyak ditemukan spesies binatang penunjukan kawasan ini sebagai Taman Nasional
laut yang sangat langka di tempat ini. Hasil survei Kepulauan Togean (TNKT) tentang perubahan
Conservation International Indonesia (CII) pada kawasan hutan dan penunjukan kawasan perairan
tahun 2001 menemukan 262 jenis terumbu karang seluas ± 362.605 hektar, yang terdiri atas hutan
di kawasan ini, 596 jenis ikan, dan 555 jenis lindung dan hutan produksi terbatas. Hutan
moluska serta jenis langka lainya seperti kima produksi tetap, hutan produksi yang dapat
raksasa, penyu hijau, penyu sisik, lola, dungong- dikonservasi dan perairan laut.
dungong, dan paus pilot diantaranya dua jenis Penunjukan kawasan Taman nasional laut
dianggap endemik, yaitu ikan Paracheilinus Kepulauan Togean merupakan salah satu upaya
Togeanensis dan Escenis, yang hidup hanya di dalam menjaga keseinbangan dan kelestarian
kepulauan Togean. Oleh sebab itu dengan banyak- lingkungan di Kabupaten Tojo Una-una (Teluk
nya pilihan jenis ikan dan moluska mengindikasi- Tomini), khususnya penyelamatan potensi flora,
kan kondisi terumbu karang di kepulauan Togean fauna khas dan endemik Kepulauan Togean,
masih asri, sehingga menjadi pilihan bagi menjaga kelangsungan fungsi hidrologi, optimasi
wisatawan untuk melakukan diving dan snorkling. pemanfaatan sumber daya alam dan laut, dan
Taman nasional laut kepulauan Togean yang mendukung perkembangan perekonomian daerah
terdiri dari kawasan hutan dan kawasan perairan di sektor pariwisata dan perikanan. Melihat isue-
merupakan kesatuan ekosistem pulau-pulau kecil isue tersebut timbul pertanyaan, bagaimana konsep
yang memiliki keanekaragaman hayati laut dan setting ruang lingkungan permukiman di kawasan
darat yang tinggi, diantaranya termasuk jenis Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-una
endemik dan langka. Kekayaan alam kawasan Sulawesi Tengah.
kepulauan Togean sebagai investor menyebabkan

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 3

2. Fundamental pakan sebuah tempat tinggal pada alam atau


lingkungan dalam batasan sebuah area, sebuah
Pemukiman adalah suatu tempat atau daerah
tempat, yang terdiri atas 'inside' dan 'outside'.
dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama,
Permukiman adalah sesuatu yang uni, point of
membangun rumah dan fasilitasnya untuk kepen-
interest, dengan outline dan kemungkinan menjadi
tingan mereka, merupakan suatu kumpulan rumah
sebuah elemen yang dominan, menarik, atau
yang dihuni oleh penduduk, membentuk suatu
magnit sehingga orang akan tertarik untuk meli-
komunitas sebagai tempat tinggal, tempat bekerja
hatnya (Schuls, CN 1985), merupakan interpretasi
sekaligus tempat berkomunikasi. Permukiman
pada sebuah tapak/lahan/persil (site) dan transfor-
terdiri atas the content (isi) yaitu manusia dan the
masi pada sebuah ternpat dimana manusia hidup.
container (tempat fisik manusia tinggal meliputi
Pada beberapa Iingkungan, karakter alam dan
elemen alam dan buatan manusia). Permukiman
spasial struktur yang spesifik, dimana ruang- ruang
tidak hanya digambarkan dalam tiga dimensi saja
tersebut dilengkapi dengan elemen-elemen alam
tetapi harus empat dimensi, disebabkan unsur
misalnya topografi dengan batu-batuan, vegetasi
manusia yang hidup dan selalu berubah karakter
dan air. Orientasi sangat penting, seperti relasi
serta budayanya dalam satuan waktu. Perubahan-
antara site dengan cahaya a1am dan bagian dari
perubahan tersebut mempakan manifestasi serta
microclimate. Permukiman hadir sejak adanya
representasi dari berbagai aktivitas kegiatan sosial
masyarakat yang berbudaya, bersamaan dengan
ekonomi masyarakatnya, sehingga dipandang perlu
kehadiran peradaban dan kebudayaan manusia,
untuk diwadahi melalui penataan ruang lingkungan
sehingga Rapoport mengembangkan teori berkait-
binaan secara menyeluruh dan terpadu. Hal ini
an dengan wujud permukiman dengan kebudayaan.
dimulai dari lingkungan binaan terkecil (hunian)
Susunan dan bentuk rumah dianggap sebagai
sampai pada pola tata ruang lingkungan binaan
perwujudan suatu nilai dan perilaku budaya komu-
desa/kota dan permukiman.
nitas yang menempati dan menggunakannya.
Permukiman adalah sesuatu yang dinamis
Rumah adalah shelter atau tempat berlindung
yang dapat berubah sepanjang waktu, memerlukan
manusia dalam menghadapi cuaca panas, dingin,
inovasi baru agar tetap hidup. Permukiman atau
hujan dan angin.
bagian dari permukiman akan mati jika tidak dapat
Dahulu, rumah tinggal adalah sebagai tempat
lagi memberikan kebututuhan manusia. Oleh sebab
berlindung dari panasnya terik matahari atau
itu permukiman harus memberikan kenyamanan,
serangan binatang buas, selain hal-ha1 tersebut
kebahagiaan, dan keselamatan bagi manusia. Ke-
rumah tinggal juga berfungsi sebagai tempat ber-
kuatan tiap permukiman tergantung pada lokasi-
istirahat, membina keluarga, tempat bekerja, se-
nya seeaca keseluruhan, sehingga biaya perkapita
kaligus sebagai lambang sosial (Rapoport, 1969).
akan naik secara proporsional terhadap pelayanan
Kenyataan ini mempunyai pengaruh tarhadap
yang diberikan dan jumlah penduduk-nya. Lokasi
lingkungan permukiman sehingga harus mema-
permukiman secara geografis merupa-kan wujud
hami karakteristik manusia yang akan mengguna-
dari fungsi dan kebutukan untuk suatu pelayanan
kannya. atau membentuk lingkungannya, karena
dan interaksinya sasuai besar kecilnya ukuran
manusia akan berperilaku berbeda dalam setting
permukiman (Doxiadis, CA, 1967).
tertentu. Perilaku manusia beragam dan berubah
Kebutuhan terhadap ruang merupakan hal uta-
tergantung setting tempat dimana manusia berada.
ma, oleh sebab itu penekanan pada aspek keruangan
Permukiman merupakan hasil relasi manusia
yang dibentuk oleh aktifitas manusia terkait dengan
dengan lingkungan, dimana berfungsi sebagai
permukiman. Aspek keruangan dilihat sebagai ke-
pusat dan tempat berkumpulnya manusia
kuatan yang mempengaruhi ben-tuk fisik permu-
(bertempat tinggal), tidak hanya merupakan sebuah
kiman. Kekuatan ini dapat berupa kekuatan
tempat, tetapi merupakan tbagian dari sebuah
sentripetal (memusat) atau centrifugaI (menyebar)
lingkungan yang lebih besar (Rapoport, A, 1977).
atau kekuatan mendorong dan menarik, saling
Berdasarkan wilayah kebudayaan (cultural
pengaruh diantara kekuatan-kekuatan ini
area), daerah kebudayaan pesisiran adalah suatu
menyebabkan suatu kekuatan dinamis sehingga
wilayah kebudayaan yang pendukungnya adalah
akan mencapai keseimbangan. Permukiman meru-

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 4

masyarakat yang proses enkulturasi dan sosiali- antara lain, dengan batasan-batasan perencanaan
sasinya berada dan tinggal di sepanjang garis secara politis (political-planning boundary) atau
pantai. Corak masymakat pessir pada umumnya menggunakan sudut pandang fisik (physical point
ditandai dengan sikap-sikapnya yang lugas, of view). Secara fisik, kawasan pesisir adalah
egaliter, spontan, tutur kata yang digunakan cen- pertemuan antara daratan lautan dengan batasan ke
derung kasar, dan dalam berkomunikasi cenderung daratan dan kelautan ditentukan oleh pengaruh
mementingkan isi yang ingin disampaikan daratan kelautan dan pengaruh lautan kedaratan.
(substantif) daripada cara penyampaianya Berdasar kebijakan politis, wilayah pesisir
(Mattulada, 1997). merupakan wilayah administratif baik ke darat
Kebudayaan masyarakat pesisir dapat diarti- maupun ke laut, ataupun batasan yang ditentukan
kan sebagai keseluruhan pengetahuan yang dipu- secara politis.
nyai dan dijiwai oleh masyarakat pesisir, yang Wilayah pesisir di indonesia terdiri atas 2
isinya adalah perangkat-perangkat model yang (dua) ekosistem utama Kartawinata dan
secara selektif dapat digunakan untuk memahami Soemadiharjo (1976) dalam Muluk, C. (1995)
dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi, mengemukakan : (1) wilayah yang selamanya atau
untuk mendorong dan menciptakan tindakan- secara berkala berada dibawah permukaan air,
tindakan yang diperlukannya. Kebudayaan adalah mencakup ekosistem litoral (seperti pantai berpa-
suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang sir, berlumpur, atau berbatu dan terumbu karang),
berguna dimana manusia mcngadaptasikan diri hutan mangrove, rawa asin, payau atau tawar dan
dengan dan menghadapi lingkungan-lingkungan rawa bertanah gambut, (2) adalah wilayah yang
tcrtentu (fisik/alam dan sosial) agar mereka dapat tidak tergenang air mencakup hutan pantai.
melangsungkan kehidupannya yaitu untuk meme- Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir
nuhi kebutuhannya, dan untuk dapat hidup lebih memiliki mata pencaharian yang bermaeam-
baik (Suparlan, 1986). macam, sehingga klasifikasi masyarakat tersebut
dapat dilakukan berdasarkan mata pencaharian
3.Metodologi utamanya atau berdasarkan sifat mereka
bermukim. Dengan kombinasi kcdua kriteria
Menggunakan pcndekatan penelitian Studi
tersebut, Muluk, C. (1995) membagi masyarakat
Kasus dengan beberapa kasus (Groat, L dan D.
pesisir menjadi: (a) masyarakat nelayan, bersifat
Wang, 2003 dan Yin, RK, 2009) yaitu pulau Enau
tradisional yang mengoperasikan alat tangkap yang
dan pulau Kabalutan, karena kedua pulau tersebut
sederhana, tanpa atau dcngan motor. Karenanya,
memiliki keunikan dan kespesifikan sebagai
wilayah operasi mereka terbatas di sekitar perairan
kawasan permukiman. Pengumpulan data dilaku-
pesisir, disebut kampung nelayan dan bervariasi
kan sccara kualitatif naturalistik sehingga men-
ukurannya.
dapatkan data akurat secara natural (apa adanya) di
Nelayan tradisional umumnya menempati
lapangan. Analisis data dilakukan secara eksplorasi
permukiman yang relatif kecil, terpencar-pencar
pada kedua lokasi, sehingga menghasilkan temuan
dan sulit dijangkau melalui jalan darat, (b) masya-
yang menggambarkan keunikan setting ruang
rakat petani dan nelayan, masyarakat nelayan
permukiman khususnya di pulau Kabalutan dan
dengan mata pencaharian kedua bertani merupakan
pulau Enau scrta kcpulauan Togean Sulawesi
ha1 yang umum. Kegiatan pertanian biasanya
Tengah umumnya.
dilakukan pada saat tidak melaut (pada musim
angin baratan), (c) masyarakat petani, tergolong
4. Hasil dan Pembahasan
kedalam kategori ini adalah masyarakat wilayah
a. Kepulauan Togean sebagai Wilayah Pesisir pesisir yang terlibat dalam budidaya kelapa, padi,
ikan dan/atau udang, termasuk masyarakat yang
Defenisi Wilayah Pesisir berbeda-beda di
menghasilkan garam pada musim kemarau. (d)
setiap negara tergantung karakteristik wilayah
masyarakat pengumpul atau penjarah, pada dasar-
masing-masing. Beatley, et al (1994) mengemuka-
nya, masyarakat yang berrnata pencaharian utama
kan beberapa pendekatan terhadap defenisi ini
sebagai pengumpul tidak ditemukan di wilayah

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 5

pesisir. Pekerjaan ini umumnya merupakan mata klasifikasi Koppen, kawasan Togean masuk ke da-
pencaharian tidak tetap atau pelengkap masyarakat lam tipe iklim C.
nelayan dan petani selama musim paceklik, (e) Sebagai kawasan Taman Nasional Laut
masyarakat perkotaan/perindustrian, selain kota- (TNL), kepulauan Togean yang terdiri atas
kota pelabuhan, di wilayah pesisir ini juga ber- kawasan daratan dan kawasan perairan merupakan
kembang kota-kota industri dan dapat pula disertai kesatuan ekosistem pulau-pulau kecil yang memiki
oleh perkembangan pusat-pusat administrasi dan keanekaragaman hayati darat dan laut yang tinggi,
ekonomi lainnya, serta pusat-pusat permukiman. diantaranya termasuk jenis endemik dan langka.
Masyarakat yang tinggal disinilah yang disebut Habitatnya merupakan habitat dari berbagai jenis
masyarakat perkotaan/perindustrian, (f) masya- yaitu 262 terumbu karang, 596 ikan, 555 moluska
rakat pengembara tidak memiliki permukiman serta 363 flora. Faunanya terdiri atas mamalia darat
yang tetap, mereka mengembara dari satu tempat mamalia laut, berbagai jenis burung, reftil ikan,
ke tempat lainnya untuk menangkap ikan di satu beberapa jenis karang, moluska dan krustaccae.
daerah menurun, mereka pindah ke daerah Kepulauan Togean merupakan bagian dari
lainnya. Teluk Tomini yang terletak di Wilayah pemerintah-
Secara umum, wilayah pesisir dapat didefini- an Sulawesi Tengah. Potensi wisatanya dapat me-
sikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem ningkan kesejahteraan masyarakat sekitar maupun
darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang masyarakat pesisir yang tinggal di kepulauan ter-
saling bertemu dalam suatu kese-imbangan. sebut, yaitu selain sebagai sumber ikan dan karang
Departemen Kelautan dan Perikanan dalam yang banyak terdapat di dalam lautnya, juga mem-
Rancangan Undang-undang Pengelolaan wilayah punyai potensi wisata alam dan budaya masya-
pesisir terpadu mendefinisikan wilayah pesisir rakatnya yang mengagumkan. Kondisi seperti ini
sebagai kawasan peralihan yang menghu-bungkan membutuhkan pemeliharaan sehingga kawasan ini
ekosistem darat dan laut yang terletak antara batas merupakan kawasan konservasi alam (daerah
sempadan ke arah darat sejauh pengaruh aktivitas daratan dan pesisir) dan juga lautan. Potensi-
dari laut dan ke arah laut sejauh pengaruh aktivitas potensi Kepulauan Togean ini akan dikembangkan
dari daratan. tidak saja sebagai kawasan permukiman, wisata
Kepulauan Togean (kecuali pulau Una-una) tetapi juga sebagai kawasan perikanan. Potensi
adalah bagian dari rangkaian pulau karang yang perikanan mulai dilakukan dengan pengembangan
diduga terbentuk dari terumbu karang pada masa ikan-ikan mahal seperti Napoleon dan Kerapu.
tersier, sedangkan pulau Una-una merupakan Selain itu alam lautnya pun dipenuhi oleh
pulau yang menunjukkan kegiatan vulkanik aktif keanekaragaman warna terumbu karang dan
dan secara struktural menjadi bagian wilayah binatang-binatang laut yang langka, misalnya
pegunungan Api Utara (Northern Volcanic penyu hijau, kima raksasa, ketang kenari (Birgus
Mountains). Wilayah daratan Kepulauan Togean Latro) dan lain-lain.
terdiri dari 7 (tujuh) pulau besar yaitu pulau Potensi-potensi alam daratannya yang dipe-
Batudaka, pulau Una-una, pulau Talakatoh, pulau nuhi oleh pepohonan yang subur dan rimbun, hutan
Togean, pulau Lawangke, pulau Walcakodi, dan juga dipenuhi oleh beberapa habitat binatang
pulau Walcabahi. langka yang seharusnya dilindungi yaitu babi rusa
Secara umum wilayah daratannya bergelom- (Babyrousa), monyet Togean (Mocaca Togeanus),
bang, bernukit dan bergunung-gunung, dengan tarsius (Tarsius Sp), kuskus Sulawesi (Aiturops
kelerengan yang bervariasi, dari datar sampai Ursinus), dan burung julang Sulawesi (Ryhticeros
sangat curam, dengan puncak tertinggi di gunung Cassidix). Kawasan-kawasan tertentu adalah
Benteng (542 m dpl). Wilayah perairannya terdiri kawasan yang mempunyai dampak penting bagi
atas 4 (empat) tipe formasi karang, yaitu atoll peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
(karang cincin), barier reef (karang penghalang), sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan atau
dan freenging reef (karang pantai) dan patch reef kawasan tertentu yang disebut juga sebagai
and logan (gugusan karang). Iklim berdasarkan kawasan budidaya karena terdapat sumberdaya

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 6

alam yang dapat dikembangkan dan akan sangat dengan area (zona) tempat mereka bekerja. Area
berpengaruh terhadap tata ruang wilayah di permukiman hanya terdiri atas rumah tinggal
sekitarnya (Haeruman dan Triutomo, 2000). (yang dilengkapi dengan ruang penambatan
Kawasan hendaknya berwawasan lingkungan, perahu, ruang kerja sebagai nelayan yaitu
memelihara alam, dan lingkungan perdesaan. membersihkan, menjemur dan menyimpan ikan).
Jalan penghubung baik di daratan maupun di laut
b. Setting Ruang Lingkungan Permukiman berfungsi sebagai ruang interaksi dan ruang
terbuka publik. Begitu pula dengan sarana
Permukiman terletak di atas daratan gunung permu-kiman (sekolah, pustu, bak air dan tempat
batu yang dikelilingi oleh laut/air, sehingga rumah mandi umum, balai desa, serta mesjid).
tinggal sebagian atau seluruhnya terletak di atas Kawasan yang berfungsi sebagai ruang
air. Mereka membuat permukimannya dengan pe- (area) bekerja yaitu sebagai sumber mata
ngetahuan atau naluri mereka terhadap lingkungan
pencaharian dilengkapi dengan ladang atau
sekitarnya, sehingga secara alamiah sudah mem-
kebun, pohon-pohon kayu, bambu, nipah,
pertimbangkan faktor-faktor alam, antara lain :
sebagai bahan bangun-an dan perahu, tempat
arah angin, kuat arus gelombang, dan iklim se-
tempat. Mereka menentukan lokasi permukiman membuat sampan atau perahu, tempat beternak,
dengan pertimbangan site/tapak yang dapat me- dan dipenuhi oleh berbagai satwa dan tumbuhan
nunjang kelanjutan kehidupan mereka, baik yang berfungsi memberikan kenyamanan dan
dengan mata pencaharian sebagai nelayan atau kelestarian lingkungan alam. Kawasan ini sangat
berladang, sehingga area permukimannya terletak privat, biasanya hanya dikunjungi oleh pemukim
berdekatan dengan sumber mata pencaharian yang tinggal di pulau tersebut, karena letaknya
pemukim; yaitu laut dan pulau-pulau yang ber- yang agak terpisah dari lokasi permukiman.
seberangan dengan pulau yang berfungsi sebagai Pemukim biasanya pulang ke rumah dengan hasil
area permukiman. ladang atau kebun menggunakan perahu atau
Hal ini memperlihatkan keunikan dari kawas- berjalan kaki menyusuri sungai yang
an permukiman yang ada di kepulauan Togean, menghubungkan pulau-pulau Enau (Enam) dan
dimana area (zona) bermukim terletak terpisah Kebalutan

Gambar 3. Setting permukiman di Pulau Kebalutan Kepulauan Togean


(Hasil Analisis 2011)

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Setting Ruang Permukiman dalam Pengembangan Ruang Bermukim, Mulyati dkk 7

Pengembangan kawasan ini dilakukan karena kesejahteraan dalam pengelolaan permukiman


lahan daratan untuk permukiman di pulau-pulau mereka.
Togean sangat terbatas, hanya terdiri atas gugusan
batu karang (pulau Kabalutan). Selain kawasan ini, c. Saran/Penelitian Lanjutan
laut yang mengelilingi pulau-pulau merupakan
sumber mata pencaharian utama, karena laut penuh Faktor sosial-budaya-ekonomi sangat berpe-
dengan berbagai jenis ikan dan terumbu karang ngaruh terhadap pembentukan ruang permukiman,
(jenis-jenis langka dan perlu dilestarikan) yang ada sehingga penelitian dapat dilakukan untuk melihat
di sekitar pulau-pulau lain di kabupaten Tojo Una- bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi proses
una. Oleh sebab itu kawasan pulau Togean dengan perubahan setting ruang permukiman perairan.
keunikannya, dipenuhi oleh berbagai tumbuhan Penelitian lain dapat dilakukan pada keunikan
yang spesifik dan binatang langka inipun dan kespesifikan setting ruang permukiman se-
(termasuk hasil lautnya) ditetapkan sebagai salah bagai obyek wisata yang sangat menarik, selain
satu kawasan Taman Nasional Laut di Indonesia. potensi alam, lingkungan dan masyarakatnya.

5. Kesimpulan/Rekomendasi/Saran Daftar Pustaka

a. Kesimpulan Beatley, et al. 1994, An Introduction to Coastal


Zone Management, Island, Washington DC.
Pengembangan pulau-pulau di kepulauan Christian, NC, 1985, The Concept of Dwelling,
Togean sebagai tempat bermukim masyarakat Electa, New York.
pesisir khususnya di pulau Enam (kecamatan Doxiadis, CA, 1967, Ekistics : An Introduction to
Togean) dan pulau Kabalutan (kecamatan Walea the Science of Human Settlements,
Kepulauan) memperlihatkan suatu setting ruang Hutchinson, London.
bermukim yang sangat spesifik, dipengaruhi oleh Kartawinata dan Soemadiharjo, 1976 dalam
faktor fisik alam, kondisi sosial ekonomi, dan Muluk, Cahirul 1995, Sistem Sosial Ekonomi
kearifan lokal yang ada. dan Budaya Masyarakat Pesisir, Paper,
Pengembangan setting ruang permukiman Pelatihan Perencanaan dan Pengelolaan
terbentuk karena : (a) keterbatasan luas lahan se- Wilayah Pesisir Secara Terpadu, Bogor 3
bagai peruntukan rumah tinggal; (b) adanya poten- April – 9 September 1995
si lahan yang dikembangkan untuk menunjang Mattulada, 1977, Kebudayaan Suku Bangsa :
kehidupan ekonomi dan kelestarian alam/ Paper, Widya Karya Nasional Antropologi
lingkungan; serta (c) keberlanjutan lingkungan Nasional, Jakarta
permukimannya Rapoport, A, 1969, House Form and Culture,
Prentice Hall, Englewood Cliff, NJ.
b. Rekomendasi Rapoport, A, 1977, Human aspect of Urban Form,
Pergamon, New York.
Setting ruang bermukim yang masih mene- Suparlan, 1986. Pembangunan dan Kebudayaan,
rapkan nilai-nilai lokal di kepulauan Togean sangat IKA No. 11 tahun XVI.
spesifik. Oleh sebab itu permukiman ini Yin, RK, 2009, Studi Kasus : Desain dan Metode,
hendaknya tetap dipelihara, ditata, terutama dalam terjemahan oleh Mudzakir, MD, Radja
peningkatan kuaitas lingkungan maupun mitigasi Grafindo Persada, Jakarta.
bencana. Selain itu dirumuskan aturan-aturan yang
menyangkut aspek keamanan, kenyamanan dan

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011

You might also like