Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The Covid-19 pandemic that hit Indonesia in 2020 has resulted in large-scale of
social distancing that force people to carry out their activities from home and cause fear to
go out of the house. This has an impact on the buying and selling sector, where currently
people carry out these activities through the digital world, including through e-commerce.
E-commerce has become the choice of many traders and consumers because the
transactions are relatively easy and can be done anytime and anywhere without limited
space and time which can meet the needs of people during the Covid-19 pandemic. With
this, people are considered more consumptive and impulsive when making purchases
through e-commerce. This study aims to analyze the factors that influence impulse buying
behavior in the community, especially students during the Covid-19 pandemic.
This study used the sample of 100 students in the city of Semarang who had
made purchases at Shopee during the Covid-19 pandemic. With the sampling method
using non probability sampling and purposive sampling and data collection methods
through questionnaires. The analytical tool used in this research is use the SPSS 23
program.
The results of this study indicate that impulse buing tendency, shopping
enjoyment tendency, materialism, situational factors and sales promotion have a positive
and significant effect on impulse buying. The results also showed that gender had no effect
on the respondents' impulse buying. Where there is no significant difference between men
and women on the perspective of impulse buying.
PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan munculnya wabah penyakit COVID-19
atau Corona Virus termasuk di negara Indonesia dan dinyatakan sebagai Pandemi. Pandemi adalah
sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti
banyak orang. Dinyatakannya COVID-19 sebagai pandemi, maka WHO berharap negara-negara
lain bisa lebih agresif dalam mengambil tindakan pencegahan dan perawatan. Di Indonesia sendiri,
seiring meningkatnya jumlah pasien yang positif terinfeksi virus ini, pemerintah melakukan
berbagai kebijakan untuk mencegah persebaran virus, seperti "Bekerja, Belajar, dan Beribadah di
Rumah" hingga memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau karantina
kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Adanya pandemi ini memaksa masyarakat untuk
mengurangi aktifitasnya di luar rumah atau mengurangi bepergian untuk membatasi kontak dengan
orang lain dan memutus rantai persebaran virus, termasuk aktifitas jual-beli konvensional atau
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 2
berbelanja, yang mana saat ini masyarakat cenderung berbelanja secara online, banyak memesan
makanan via online delivery, atau lebih banyak menonton film di rumah. Dilansir dari
psychologytoday, bebrapa penelitian menunjukan bahwa masyarakat yang mengalami kecemasan
akibat adanya pandemi terdorong untuk melakukan pembelian secara impulsif lantaran akan
membantu individu merasa lebih baik. Studi menunjukan individu yang sedang merasa cemas atau
sedih akan membuat pilihan untuk berbelanja untuk mengurangi kesedihan. Survei yang dilakukan
oleh Coresight Research juga menunjukan bahwa pandemi COVID-19 ini telah merubah perilaku
konsumen. Dua pertiga orang yang disurvei mengatakan mereka berencana untuk lebih banyak
berbelanja secara online.
Godaan konsumtif makin besar karena dengan berada di rumah dalam waktu yang lama
akan membuat seseorang memiliki banyak waktu untuk membuka-buka situs belanja online, yang
mendorong seseorang terpapar dengan berbagai program yang ditawarkan dan menyebabkan
pembelian impulsif. Pembelian impulsif atau impulse buying menurut Beatty dan Ferrell (1998)
adalah suatu pembelian yang segera dan tiba-tiba tanpa adanya niat sebelum belanja, untuk
membeli kategori produk yang spesifik dan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Perilaku terjadi
setelah mengalami suatu dorongan untuk membeli yang sifatnya spontan. Pembelian impulsif juga
berakar dari efek stress seseorang, sifat maerialisme dan pengaruh eksternal (Moran et al., 2015).
Selain itu, pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh faktor situasi yang meliputi faktor pribadi
(ketersediaan uang, kesejahteraan ekonomi, pengaruh keluarga, ketersediaan waktu, dan
penggunaan kartu kredit) dan faktor di toko (promosi penjualan, lingkungan toko, dan karyawan
yang ramah) (Badgaiyan dan Verma, 2015).
Banyak e-commerce yang berlomba-lomba untuk meningkatkan penjualan selama masa
pandemi ini salah satunya dengan cara meningkatkan tingkat impulse buying pada konsumen,
termasuk e-commerce Shopee. Shopee bermitra dengan lebih dari 70 penyedia layanan kurir di
seluruh pasarnya untuk menyediakan dukungan logistik bagi para penggunanya. Kemudian dengan
adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020, pada kuartal 2 tahun 2020
pengunjung Shopee meningkat pesat dengan jumlah pengunjung bulanan sebanyak 93,4 juta.
Dalam menghadapi COVID-19, Shopee Indonesia juga berupaya memberikan akses kepada
masyarakat Indonesia terhadap berbagai kebutuhan esensial tanpa harus pergi dari rumah selama
periode ini berlangsung. Shopee juga telah menerapkan beberapa kebijakan secara internal untuk
memastikan paket yang diterima terjaga keamanannya, seperti mewajibkan kurir dan agen
warehouse untuk menggunakan masker, sarung tangan, dan membekali kurir dengan disinfektan
paket serta hand sanitizer dalam melakukan pengiriman setiap harinya. Kemudian Shopee juga
memberikan berbagai promo menarik selama kampanye ini seperti gratis ongkir Xtra untuk toko
bertanda khusus dan juga 100 ekstra voucher selama berjalannya masa kampanye ini. Untuk
menjamin transaksi selama berada di masa yang riskan ini, Shopee juga telah memiliki berbagai
fitur keamanan canggih yang dapat menambahkan rasa keamanan penggunanya selama berbelanja
dari rumah. Berbagai promosi menarik yang ditawarkan dan kemudahan yang didapatkan dapat
membuat para konsumen menjadi "gelap mata" sehingga menjadi konsumtif, belanja berlebihan,
diluar batas kebutuhan dan impulsif.
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 telah begitu ekstrem mengubah
perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia. Di sebagian negara terdampak virus Corona banyak
ritel telah menutup semua tokonya untuk sementara waktu karena virus Corona dan imbauan untuk
Social Distancing. Dilansir dari artikel Katadata dan CNBC Indonesia, tiga E-commerce yang
secara signifikan mengalami peningkatan transaksi adalah Shopee, Tokopedia dan Bukalapak.
Ketiganya pun berlomba-lomba meningkatkan kualitas layanan dan memberikan berbagai
kemudahan dan promo untuk para pelanggan, serta membantu pemerintah menggerakan
masyarakat agar tetap berada di rumah dan berbelanja dari rumah melalui kampanye-kampanye
yang mereka lakukan.
Transaksi E-commerce di Indonesia meningkat dengan pesat selama masa pandemi
COVID-19 terutama untuk produk kebutuhan pokok dan produk esensial seperti masker, hand
sanitizer, vitamin, obat-obatan dan makanan kemasan yang sangat diburu masyarakat ditengah
wabah virus corona. Namun dilansir dari data visual capitalist, Sebagian produk lainnya mengalami
penurunan penjualan seperti kategori produk fashion, olahraga dan elektronik. Akibatnya, banyak
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 3
UMKM yang menutup toko fisiknya karena omzetnya yang menurun dan hanya berjuang melalui
toko online atau e-commerce.
Shopee sebagai e-commerce yang paling banyak mengalami peningkatan penjualan dan
menjadi market leader selama terjadi pandemi Covid-19 menjadi marketplace bagi para UMKM
untuk mendistribusikan produknya kepada konsumen. Banyak UMKM yang bertahan bersama
Shopee dan dapat meningkatkan penjualan melalui strategi pemasaran yang salah satunya di
dorong oleh pembelian impulsif konsumen. Dan untuk meningkatkan pembelian impulsif
konsumen dapat dikaji melalui faktor-faktor yang dijelaskan dalam penelitian ini.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 4
meningkatkan status sosial dan menguatkan harga diri pada konsumen (Richins, 2011; Badgaiyan
dan Verma, 2014).
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 5
Sumber : Atulkar dan Kesari (2018), Badgaiyan dan Verma (2015), Akram et al., (2017),
Longdong dan Pangemanan (2015), Moran et al., (2015) dan dikembangkan oleh peneliti (2020)
METODE PENELITIAN
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek maupun subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dan
mahasiswi di Kota Semarang yang pernah melakukan pembelian di Shopee Indonesia selama
terjadi masa Pandemi COVID-19.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi
(Sugiyono, 2015). Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan Non Probability Sampling
dengan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel penelitian dikalukan pada kelompok
young adults (18-25 tahun). Dengan pengklasifikasian berdasar jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendapatan, pengeluaran untuk e-commerce dan jumlah transaksi pembelian online melalui Shopee
selama terjadi pandemi Covid-19. Berdasarkan perhitungan dari rumus Rao Purba, jumlah minimal
sampel yang harus diambil dari populasi adalah sebanyak 96 responden. Kemudian untuk
memudahkan penelitian, jumlah sapel yang diambil adalah sebanyak 100 orang responden.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner secara online menggunakan Google Forms. Skala pengukuran yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan skala Likert dengan rentang skala 1 sampai 10, dimana
1 menunjukkan sangat tidak setuju dan 10 menunjukkan sangat setuju. Metode analisis data pada
penelitian ini menggunakan Regresi Linear Berganda yang dioperasikan menggunakan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) 23.
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 6
2.000.000 sebanyak 31 responden, serta jumlah pembelian online melalui Shopee selama terjadi
Pandemi Covid-19 >5 kali sebanyak 52 responden.
Gambar 1
Hasil Uji Normalitas
Grafik histogram dengan pola distribusi normal, berbentuk hampir menyerupai lonceng
dan terlihat residual terdistribusi secara normal serta tidak melenceng ke kiri ataupun ke
kanan. Sehingga dapat disimpulkan model regresi telah dapat memenuhi asumsi
normalitas. Grafik normal p-plot titik-titik pada kurva tampak menyebar pada area sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa distribusi data
dari seluruh model tersebut adalah normal.
4. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor
(VIF). Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala
multikolonieritas. Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terdapat korelasi
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 7
Gambar 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada Gambar 2 diatas, menunjukkan bahwa titik-titik membentuk pola yang menyebar
secara acak diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y serta tidak teratur. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi penelitian.
Koefisien regresi untuk varibel Impulse buying Tendency adalah sebesar 0,247 dengan arah
koefisien positif. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif antara Impulse buying Tendency dengan
Impulse buying. Selanjutnya untuk koefisien regresi variabel Shopping Enjoyment Tendency
sebesar 0,238 dengan arah koefisien positif, kemudian koefisien regresi variabel Materialism
sebesar 0,214 dengan arah koefisien positif, lalu koefisien regresi untuk variabel Situational
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 8
Factors sebesar 0,182 dengan arah koefisien yang juga positif dan terakhir koefisien regresi
variabel Sales Promotion sebesar 0,195 dengan arah koefisien positif. Dapat disimpulkan bahwa
untuk setiap adanya kenaikan pada variabel-variabel bebas maka pengaruhnya terhadap variabel
terikat adalah sebesar koefisien regresi pada tiap-tiap variabel dengan memperhatikan arah
koefisien. Pada objek penelitian ini, koefisien terbesar yang mempengarungi objek Shopee adalah
variabel Impulse buying Tendency.
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Nilai R Square adalah 0,624, hal ini berarti kemampuan
variabel Impulse buying Tendency, Shopping Enjoyment Tendency, Materialism, Situational
Factors, dan Sales Promotion dalam menjelaskan Impulse buying sebesar 62,4% sementara sisanya
(100% - 62,4% = 37,6%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dalam penelitian ini.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 9
Nilai F sebesar 31,166 dimana nilai ini lebih besar dari F tabel = 2,311 dan juga nilai
signifikansinya sebesar 0,000 dimana jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4
Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.263 7.513 -.168 .867
Impulse buying Tendency -.020 .255 -.020 -.080 .937
Shopping Enjoyment Tendency .414 .367 .340 1.128 .262
Materialism .056 .356 .052 .158 .875
Situational Factors .778 .384 .818 2.026 .046
Sales Promotion -.131 .293 -.119 -.445 .657
1
Gender -.173 4.542 -.019 -.038 .970
Impulse buying Tendency*Gender .174 .163 .470 1.071 .287
Shopping Enjoyment Tendency*Gender -.116 .234 -.373 -.493 .623
Materialism*Gender .048 .225 .141 .213 .831
Situational Factors*Gender -.349 .213 -1.048 -1.635 .106
Sales Promotion*Gender .206 .181 .681 1.138 .258
a. Dependent Variable: Impulse buying
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 10
Dari hasil pengolahan data diatas menunjukan bahwa nilai signifikansi dari hubungan antar
variabel independen terhadap variabel dependen yang dimoderasi oleh variabel gender tidak ada
yang signifikan atau lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa variabel gender tidak memoderasi
hubungan antar variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini.
Keterbatasan
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini cukup terbatas dan cenderung
memusat pada satu pekerjaan, kelompok usia ataupun lokasi yang sama sehingga kurang
menggambarkan keseluruhan populasi untuk konsumen Shopee Indonesia mengingat
konsumen e-commerce tersebut cukup beragam. Penelitian ini menggunakan perilaku yang
dilaporkan sendiri untuk mengukur perilaku pembelian konsumen, bukan perilaku aktual.
2. Belum adanya penelitian terdahulu yang membahas tentang perilaku konsumen khususnya
pembelian impulsif saat terjadi wabah pandemi seperti yang dilakukan pada penelitian ini
sehingga sumber-sumber penelitian tentang perilaku konsumen pada saat terjadi wabah
pandemi cukup terbatas pada artikel-artikel yang ada. Penelitian ini hanya menggunakan
satu metode yaitu metode kuantitatif.
3. Masih terdapat variabel lain yang mungkin dapat digunakan yang mempengaruhi variabel
Impulse buying secara positif pada suatu ritel atau e-commerce.
4. Penelitian hanya mengacu pada fenomena yang terjadi pada saat ini.
Saran
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah sampel sehingga dapat
mecerminkan kondisi populasi yang lebih luas dan mendapatkan hasil yang lebih
representatif. Kemudian lebih baik jika penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan
wilayah penelitian dan memperluas kategori usia dan pekerjaan responden.
2. Pada penelitian yang akan datang diharapkan akan ada lebih banyak sumber yang
digunakan terutama jika penelitian mengangkat sebuah fenomena wabah seperti pandemi.
3. Pada peneltian selanjutnya akan lebih baik jika peneliti dapat mengganti atau
menambahkan variabel atau bahkan menambahkan variabel intervening yang tidak
digunakan dalam penelitian ini yang mungkin lebih menggambarkan preferensi konsumen
terhadap Impulse buying.
REFERENSI
Akram, U., Hui, P., Kaleem Khan, M., Tanveer, Y., Mehmood, K., & Ahmad, W. (2018). How
website quality affects online impulse buying: Moderating effects of sales promotion and
credit card use. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, 30(1), 235–256.
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 11
Aragoncillo, L., & Orús, C. (2018). Impulse buying behaviour: An online-offline comparative and
the impact of social media. Spanish Journal of Marketing - ESIC, 22(1), 42–62.
Arndt, J., Solomon, S., Kasser, T., & Sheldon, K. M. (2004). The urge to splurge: A terror
management account of materialism and consumer behavior. Journal of Consumer
Psychology.
Arnold, M. J., & Reynolds, K. E. (2003). Hedonic shopping motivations. Journal of Retailing,
79(2), 77–95.
Atulkar, S., & Kesari, B. (2018). Role of consumer traits and situational factors on impulse buying:
does gender matter? International Journal of Retail and Distribution Management, 46(4),
386–405.
Badgaiyan, A. J., & Verma, A. (2015). Does urge to buy impulsively differ from impulsive buying
behaviour? Assessing the impact of situational factors. Journal of Retailing and Consumer
Services, 22, 145–157.
Badgaiyan, A. J., & Verma, A. (2014). Intrinsic factors affecting impulsive buying behaviour-
evidence from india. Journal of Retailing and Consumer Services, 21(4), 537–549.
Belk, R. (2015). Culture and Materialism. In Handbook of Culture and Consumer Behavior.
Bhakat, R. S., & Muruganantham, G. (2013). A Review of Impulse buying Behavior. International
Journal of Marketing Studies, 5(3).
Bryant, L., Company, R., Kwak, L. E., & Ph, D. (2015). Effect of Stress, Materialism and External
Stimuli on Online Impulse buying. Journal of Consumer Research, 8–12.
Budiman, A., & O’Cass, A. (2007). Studying the effects of materialism, religiosity, and status
consumption on subjective-well being: An Indonesian perspective. ANZMAC Conference.
Datareportal. (2020). Digital 2020: Indonesia.
https://doi.org/https://datareportal.com/reports/digital-2020-global-digital-overview
Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and internal trigger cues of impulse buying online. Direct
Marketing.
Dholakia, U. M. (2000). Temptation and resistance: An integrated model of consumption impulse
formation and enactment. Psychology and Marketing.
Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols: Objects and
decision considerations in impulse purchases. Journal of Economic Psychology.
Elizabeth Ferrell, M., & Beatty, S. E. (1998). Impulse buying: Modeling its precursors. Journal of
Retailing, 74(2), 169–191.
Ferdinand, A. (2016). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Skripsi, Tesis dan
Disertasi Ilmu Manajemen. In BP Undip 2.
Ferdinand, A. (2011). Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi
Tesis dan disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro.
Floh, A., & Madlberger, M. (2013). The role of atmospheric cues in online impulse-buying
behavior. Electronic Commerce Research and Applications, 12(6), 425–439.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM dan SPSS. In aplikasi
analisis multivariate dengan program ibm spss 19.
Halimi, A. B., Chavosh, A., & Choshali, S. H. (2011). The influence of relationship marketing
tactics on customer’s loyalty in B2C relationship-the role of communication and
personalization. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences.
Hausman, A. (2000). A multi-method investigation of consumer motivations in impulse buying
behavior. Journal of Consumer Marketing, 17(5), 403–419.
Herabadi, A. G., Verplanken, B., & Van Knippenberg, A. (2009). Consumption experience of
impulse buying in Indonesia: Emotional arousal and hedonistic considerations. Asian Journal
of Social Psychology.
Hootsuite. (2019). Digital 2019: Indonesia. In Global Digital Insights.
https://doi.org/https://datareportal.com/reports/digital-2019-indonesia
Iprice. (2020). Peta E-commerce Indonesia.
James A O’ Brien, G. M. M. (2010). Management Information Systems. Management Information
System.
Jony Wong. (2010). Definisi e-commerce. Unikom.
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 12
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 13
WHO. (2020). Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Sekolah.
Unicef.
WHO. (2020). WHO Characterizes COVID-19 as A Pandemic. World Health Organization.
Widowati, H. (2019). Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-commerce Tercepat di Dunia.
Katadata.Co.Id.
Youn, S., & Faber, R. J. (2000). Impulse buying: Its relation to personality traits and cues.
Advances in Consumer Research.
13