Professional Documents
Culture Documents
Cookies Merupakan Salah Satu Produk Berbahan Dasar Tepung Terigu Yang Banyak Dikonsumsi
Cookies Merupakan Salah Satu Produk Berbahan Dasar Tepung Terigu Yang Banyak Dikonsumsi
Formulasi Cookies Berbahan Tepung Terigu dan Tepung Tempe dengan Penambahan
Tepung Pegagan
Formulation of Cookies Produced From Wheat Flour and Tempeh Flour with Addition
of Gotu Kola Flour
Moh. Taufik1a, Seveline1, Selvi Susnita1, Dheanisya Qausarina Aida1
1Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Bioindustri, Universitas Trilogi, Jl. TMP. Kalibata
No. 1, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760, Indonesia.
aKorespondensi: Moh. Taufik, E-mail: filik_fik36@yahoo.co.id
ABSTRACT
Cookies are one of the flour-based products. The purpose of this study was to formulate the
cookies made from wheat flour and tempeh flour with the addition of gotu kola flour (Centella
asiatica). The ratio between wheat flour and tempeh flour was 85:15 and 70:30, while the
addition of gotu kola flour was 2.5% and 5%. All cookies were characterized by their sensory
profile to get selected cookies. The chemical properties of the selected cookies were evaluated.
The results showed that the protein content of tempeh flour was 42.22%, while the dietary
fiber of gotu kola flour was 46.76%. The hedonic test results showed that F1 cookies, i.e.
cookies with the ratio between wheat flour and tempeh flour of 85:15 and 2.5% addition of
gotu kola flour had a similar acceptance to the reference cookies (100% wheat flour). The
result of the proximate analysis showed that protein, fat and ash content of selected cookies,
i.e. F1 cookies was lower than reference cookies, but moisture and carbohydrate content of
references cookies was higher than chosen cookies. The result also indicated that the dietary
fiber of selected cookies was higher than references cookies.
Keywords: cookies, formulation, wheat flour, tempeh flour, goto kola flour
ABSTRAK
Cookies merupakan salah satu produk berbahan dasar tepung terigu yang banyak dikonsumsi.
Tujuan penelitian ini adalah memformulasi cookies berbahan dasar dua jenis tepung, yaitu
tepung terigu dan tepung tempe, serta dengan penambahan tepung pegagan. Hasil uji kadar
protein pada tepung tempe cukup besar, yaitu 42,22%, sedangkan kadar serat pangan tepung
pegagan sebesar 46,76%. Hasil uji hedonik menunjukkan cookies F1 (tepung terigu 85% dan
tepung tempe 15% serta penambahan tepung pegagan sebesar 2,5%) mempunyai penilaian
kesukaan yang menyerupai cookies kontrol (tepung terigu 100% dan tanpa penambahan
tepung pegagan). Hasil uji proksimat menunjukkan kadar protein, lemak dan abu dari cookies
F1 lebih tinggi dari cookies kontrol, sedangkan kadar karbohidrat dan air dari cookies F1 lebih
rendah dari cookies kontrol. Hasil uji juga menunjukkan kadar serat pangan cookies F1 lebih
rendah dari cookies kontrol.
Kata kunci: cookies, formulasi, tepung terigu, tepung tempe, tepung pegagan
Taufik, Moh, Seveline, Selvi Susnita, Dheanisya Qausarina Aida. 2019. Formulasi cookies berbahan
tepung terigu dan tepung tempe dengan penambahan tepung pegagan. Jurnal Agroindustri Halal 5(1):
009 – 016.
010 | Taufik et al. Formulasi cookies berbahan baku tepung terigu dan tepung tempe
adalah 0%, 2,5% dan 5,0% dari total tepung kemungkinan dikarenakan oleh perbedaan
yang digunakan. Formula Cookies yang dari varietas kedelai yang dipergunakan dan
digunakan dapat dilihat di Tabel 1. juga perbedaan langkah-langkah pembuatan
Proses produksi cookies mengacu pada tepung tempe. Hasil penelitian Yuwono et al.
Harmayani et al. (2012), yang terdiri dari tiga (2012) terhadap kadar protein dari 11
tahap, yaitu pengadonan, pencetakan dan varietas kedelai menujukkan perbedaan
pemanggangan. Pembuatan adonan diawali kadar protein dari masing-masing kedelai
dengan pengocokan margarin dan gula halus tersebut.
selama ±3 menit, kemudian telur dimasukkan Pada penelitian ini, bentuk pegagan
dan dikocok lagi ±2 menit. Bahan-bahan lain yang telah digunakan adalah tepung.
seperti tepung tempe, tepung terigu, gula, Digunakan bentuk tepung agar
susu bubuk, tepung pegagan dan baking mempermudah proses homogenisasi adonan
powder, dimasukkan dan diaduk sampai cookies. Tepung pegagan yang digunakan
terbentuk adonan. Tahap selanjutnya, yaitu dianalisis kadar serat pangannya. Hasil
pencetakan, dilakukan dengan menggunakan analisis menunjukan nilai kadar serat pangan
cetakan yang berdiameter 3,5 cm dan tepung pegagan yang tinggi, yaitu
ketebalan 0,5 cm. Adonan yang telah dicetak 46,76±0,11%. Hal ini dapat menjadi sumber
dioven pada suhu ±170ᵒC selama 15 menit. serat pangan dalam produksi cookies.
Cookies yang diperoleh dianalisis sifat Menurut Santoso (2011), serat pangan
sensorinya (SNI 2346:2006) dan sifat berperan mengontrol berat badan dan
kimianya, yaitu kadar air (SNI 01- menanggulangi penyakit diabetes.
3775:2006), kadar abu (SNI 01-3775:2006), Karakteristik Cookies
kadar lemak (SNI 01-3775:2006), kadar
1. Sifat Sensori
protein (SNI 01-3775:2006), karbohidrat by
difference (SNI 01-3775:2006) dan kadar Ada beberapa sifat sensori yang diuji
serat pangan (AOAC Official Method 991.43). yaitu warna, aroma, tekstur, rasa, aftertaste
dan keseluruhan. Sifat sensori tersebut diuji
dengan uji hedonik dengan menggunakan 25
HASIL DAN PEMBAHASAN orang panelis semi terlatih. Hasil uji hedonik
Karakteristik Bahan Baku cookies ditunjukkan pada Tabel 3.
Tepung tempe merupakan bahan yang Warna
memiliki umur simpan tidak begitu lama. Menurut Tarwendah (2017) warna
Salah satu cara untuk memperlama umur berperan sebagai daya tarik dan tanda
simpan dari tempe adalah mengubahnya pengenal dari suatu produk bagi konsumen.
menjadi bentuk tepung tempe. Hasil analisis Tepung tempe dan tepung pegagan yang
kimia dari tepung tempe hasil penelitian ini ditambahkan akan mempengaruhi warna
diperlihatkan pada Tabel 2. dari cookies yang dihasilkan. Secara teori
Tabel 2. Hasil sifat kimia tepung tempe semakin besar penambahan pegagan maka
Parameter Nilai (%) warna cookies akan semakin hijau, sedangkan
semakin besar tepung tempe yang
Kadar air 6,14
ditambahkan akan menyebabkan warna
Protein 42,22 cookies yang semakin coklat.
Lemak 24,99 Penilaian sensori terhadap atribut
Kadar abu 1,46 warna dapat ditunjukkan pada Tabel 3.
Karbohidrat 25,19 Berdasarkan hasil uji oneway ANOVA
menunjukkan terdapat perbedaan nyata skor
atribut warna. Hasil uji lanjut Duncan
Protein dari tepung tempe hasil mengindikasikan bahwa atribut warna dari
penelitian ini lebih rendah dari penelitian cookies kontrol berbeda nyata dengan cookies
Bastian et al. (2013), yaitu 46%. Hal ini lain. Secara umum semakin besar
012 | Taufik et al. Formulasi cookies berbahan baku tepung terigu dan tepung tempe
penambahan pegagan, warna cookies cookies kontrol berbeda nyata dengan cookies
semakin tidak disukai oleh panelis. Cookies lain. Secara umum semakin besar
yang paling mendekati kontrol ialah cookies penambahan tepung pegagan, maka rasa
F1. cookies cenderung semakin rendah. Cookies
yang atribut rasanya mendekati kontrol
Aroma
adalah cookies F1.
Aroma merupakan senyawa volatil dari
produk yang sampai ke indra penciuman Aftertaste
konsumen. Semakin banyak senyawa volatil Aftertate merupakan rasa yang masih
yang terkandung dalam produk, maka akan tertinggal ketika kita selesai menelan
semakin besar intensitas aroma yang dicium makanan (Sofiah dan Achyar 2008).
oleh panelis. Penilaian sensori terhadap Aftertaste dari suatu produk dipengaruhi oleh
atribut aroma dapat ditunjukkan pada Tabel komposisi produk pangan tersebut. Penilaian
3. Uji one way ANOVA memperlihatkan sensori terhadap atribut aftertaste dapat
terdapat perbedaan nyata skor atribut ditunjukkan pada Tabel 3. Cookies kontrol
aroma. Uji lanjut Duncan mengindikasikan mempunyai skor sensori tertinggi
bahwa atribut aroma dari cookies kontrol dibandingkan dengan cookies yang lain.
tidak berbeda nyata terhadap cookies F1, F2 Cookies yang paling mendekati kontrol adalah
dan F6. cookies F1. Menurut Dalimartha (2006)
dalam daun pegagan terdapat zat yang
Tekstur
mempunyai rasa pahit, yaitu vellarine. Zat
Tekstur merupakan salah satu tersebut diduga menimbulkan rasa pahit
parameter yang menentukan penerimaan pada cookies.
produk cookies. Menurut Midayanto dan
Yuwono (2014) tekstur merupakan sifat yang Keseluruhan
dihasilkan dari berbagai sifat fisik seperti Penilaian keselurauhan atau overall
bentuk, ukuran, jumlah dan unsur lain yang dilakukan untuk mengetahui respon panelis
membentuk bahan. Ada banyak faktor yang terhadap keseluruhan atribut yang dari suatu
mempengaruhi tekstur, satu diantaranya produk. Hasil penilaian keseluruhan
adalah bahan penyusun produk. Penambahan terhadap atribut dari produk cookies dapat
tepung tempe dan daun pegagan akan ditunjukkan pada Tabel 3. Uji lanjut Duncan
mempengaruhi karakteristik tekstur produk. menunjukkan cookies kontrol tidak berbeda
Penilaian sensori terhadap atribut nyata terhadap cookies F1. Cookies kontrol
tekstur dapat ditunjukkan pada Tabel 3. dan F1 dipilih sebagai cookies yang akan
Cookies kontrol mempunyai skor sensori digunakan untuk analisis selanjutnya.
tertinggi dibandingkan cookies yang lain. 2. Sifat Kimia
Hasil uji oneway ANOVA menunjukkan
terdapat perbedaan nyata skor atribut Kadar Air
tekstur. Hasil uji lanjut Duncan Kadar air termasuk salah satu
mengindikasikan bahwa atribut tekstur dari parameter yang menentukan mutu cookies.
cookies kontrol tidak berbeda nyata dengan Hasil analisis kadar air dari cookies terpilih
cookies F1 dan F2. diperlihatkan pada Tabel 4. Kedua cookies
memenuhi kadar air yang maksimal dari SNI
Rasa 2973:2011, yaitu 5%.
Rasa merupakan kesan atau persepsi Hasil uji t mengindikasikan kadar air
yang diterima oleh indra perasa disaat dari cookies kontrol berbeda nyata dengan
makanan dikunyah. Penilaian sensori F1. Kadar air cookies F1 lebih rendah dari
terhadap atribut rasa dapat ditunjukkan pada kontrol. Hal ini kemungkinan karena kadar
Tabel 3. Hasil uji oneway ANOVA gluten dari cookies F1 lebih rendah
menunjukkan terdapat perbedaan nyata skor dibandingkan kontrol. Semakin rendah kadar
sensori rasa. Hasil uji lanjut Duncan gluten, maka produk akan lebih renyah.
mengindikasikan bahwa atribut rasa dari
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 5 Nomor 1, April 2019 | 013
Fatkurahman et al. (2012) yang cookies berbahan dasar bekatul beras hitam
membandingkan kadar air cookies berbahan dan tepung jagung.
tepung terigu dengan cookies berbahan lain, Karbohidrat
yaitu bekatul beras hitam dan tepung jagung.
Kadar air cookies berbahan tepung terigu Data hasil analisis kadar karbohidrat
lebih tinggi dari cookies berbahan dasar ditampilkan pada Tabel 4. Hasil uji t
bekatul beras hitam dan tepung jagung. menunjukkan kadar karbohidrat kedua
cookies berbeda nyata. Kadar karbohidrat
Protein dari cookies kontrol lebih tinggi jika
Protein termasuk komponen penting dibandingkan F1. Hal ini kemungkinan
yang berperan sebagai zat pembangun. Hasil karena tingginya kadar protein dan lemak
analisis kadar protein cookies kontrol dan F1 cookies F1. Menurut Sugito dan Hayati
dapat dilihat pada Tabel 4. Kedua formula (2006), kadar karbohidrat by difference
tersebut memenuhi kadar minimal kadar ditentukan oleh besar kecilnya kadar
protein menurut SNI 2973:2011, yaitu 5%. komponen lain, seperti protein dan lemak,
Hasil uji t menunjukkan kadar protein cookies semakin rendah kadar komponen lain
kontrol dan F1 berbeda nyata. Kadar protein tersebut maka kadar karbohidrat akan
cookies F1 lebih besar dari cookies kontrol. semakin tinggi.
Hal ini kemungkinan disebabkan adanya
penambahan tepung tempe. Hasil analisis Serat Pangan
kadar protein tepung tempe pada penelitian Serat pangan termasuk bagian dari
ini cukup besar, yaitu 42,22%. tumbuh-tumbuhan yang bersifat resisten
Lemak terhadap enzim-enzim pencernaan yang
terdapat di usus halus dan akan mengalami
Lemak berfungsi melembutkan tekstur fermentasi di usus besar (Santoso, 2011).
suatu produk, tetapi penambahan lemak yang Hasil analisis serat pangan cookies kontrol
berlebih dapat menyebabkan tekstur produk dan cookies F1 dapat ditunjukkan pada Tabel
menjadi rapuh (Andarwulan et al. 2014). 4. Hasil uji t menunjukkan kadar serat pangan
Sumber lemak pada penelitian ini berasal dari kedua cookies berbeda nyata. Kadar serat
dari penambahan margarin. Hasil analisis pangan produk cookies F1 lebih besar dari
kadar lemak dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil cookies kontrol. Hal ini kemungkinan karena
uji t menunjukkan kadar lemak dari cookies terdapat penambahan tepung pegagan pada
kontrol berbeda dengan cookies F1. Kadar cookies F1.
lemak cookies F1 lebih besar dari cookies
kontrol. Penambahan tepung tempe pada
cookies F1 yang mempunyai kadar protein
tinggi kemungkinan menjadi faktor
penyebabnya.
Kadar Abu
Kadar abu adalah zat anorganik hasil
proses pembakaran dari bahan organik.
Kadar abu ditentukan oleh banyak sedikitnya
mineral yang terdapat pada suatu produk.
Kadar abu cookies kontrol dan F1 dapat
dilihat pada Tabel 4. Hasil uji t
mengindikasikan bahwa kadar abu cookies
kontrol tidak berbeda nyata dengan F1. Hal
yang sama juga diperoleh oleh Fatkurahman
et al. (2012) yang membandingkana kadar
abu cookies berbahan tepung terigu dan
014 | Taufik et al. Formulasi cookies berbahan baku tepung terigu dan tepung tempe